Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN

MASALAH PSIKOSOSIAL
Askep Ansietas
Konsep dasar ansietas

Ansietas atau kecemasan adalah rasa khawatir


yang samar yang disertai perasaan
ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi, dan
ketidakamanan. Individu merasakan bahwa
integritas dirinya terancam.

Stuart (2013)
Rentang Respon Ansietas

Peplau (1963) dalam Stuart (2013)


Kecemasan Ringan


Ketegangan di kehidupan sehari hari
Klien tetap waspada
• Bidang perseptual meningkat
• Dapat memotivasi individu untuk belajar,
menghasilkan pertumbuhan, dan kreativitas

Contoh : Menghadapi ujian akhir, memasuki


lingkungan sekolah yang baru, pasangan yg
memasuki jenjang pernikahan
Kecemasan Sedang
• Berfokus pada masalah langsung
• Penyempitan bidang perseptual
• Masih dapat diarahkan

Contoh : pasangan yang menghadapi kelahiran bayi


pertama dengan resiko tinggi, keluarga yg menghadapi
perceraian, individu yg mengalami konflik dalam pekerjaan
Kecemasan Berat
• Penurunan signifikan lapang persepsi
• Hanya berfokus pada detail tertentu dan tidak
memikirkan hal lain
• Semua perilaku ditujukan menghilangkan kecemasan
• Perlu banyak arahan untuk fokus pada area lain
Contoh : kehilangan harta benda dan orang yang dicintai
karena bencana
Panik
• Tidak dapat melakukan banyak hal bahkan dengan
arahan
• Meningkatnya aktivitas motorik
• Menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang
lain
• Hilangnya pemikiran rasional
• Tidak dapat bertahan lama
Contoh : individu dengan kepribadian
pecah/depersonalisasi
Faktor yang mempengaruhi
kecemasan

Stuart (2013)
Faktor Predisposisi
1. Biologis
• Sistem Gamma-aminobtyric Acid (GABA)
Merupakan inhibitor neurotransmitter di otak.
Penurunan reseptor GABA membuat seseorang
menjadi lebih sensitif terhadap kecemasan
• Sistem Noreephineprin
Menengahi respon fight or flight, berhubungan dengan
jalur neurotransmiter di bagian otak yang terkait
kecemasan, seperti amigdala, hipocampus, dan
korteks cerebral (pemikiran, interpretasi, dan
perencanaan)
• Sistem serotonin
Hipersensitif reseptor serotonin (5-HT), dapat berperan
dalam etiologi kecemasan
• Kesehatan umum
Pengaruh toksik, defisiensi makanan, berkurangnya
suplai darah, perubahan hormonal, dan penyebab fisik
lainnya dapat mempengaruhi kecemasan (Strine et.al,
2008)
2. Psikologis
• Pengalaman traumatis
Terjadi perubahan sumbu Hypothalamicpituitary-
adrenal (HPA) terhadap trauma
• Kelelahan
Kelelahan karena faktor syaraf, dapat membuat
kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan kelelahan
akibat fisik
• Keluarga
Riwayat keluarga dengan penyakit jiwa tiga kali
menimbulkan gangguan stress post traumatic kronis
(PTSD). Koping orang tua dalam berespon dapat ditiru
anak dalam belajar metode penanganan yang
konstruktif
• Tingkat self-esteem seseorang
Tingkat self-esteem rendah lebih rentan terhadap
kecemasan
Faktor Presipitasi
1. Ancaman terhadap integritas fisik
• Eksternal (mis :virus, bakteri, bahaya keamanan,
luka traumatis, dll)
• Internal (mis : kegagalan sistem tubuh seperti
jantung, regulasi suhu, dll)
2. Ancaman terhadap self system (harga diri,
identitas diri, dan fungsi sosial)
• Eksternal (mis : perceraian, kematian orang yang
berharga, prubahan status pekerjaan, tekanan
kelompok sosial, dll)
• Internal (mis : masalah interpersonal saat ada peran
baru seperti menjadi orangtua, siswa, karyawan, dll)
Penilaian Stressor
Pemahaman yang benar akan kecemasan, membutuhkan
integrasi pengetahuan dari berbagai sudut pandang
Sumber Koping
Seseorang dapat mengatasi stres dan kecemasan dengan
memobilisasi sumber daya yang ditemukan di internal dan
lingkungan. Misal : aset keuangan, kemampuan
memecahkan masalah
• dukungan sosial, dan kepercayaan budaya
Respon Terhadap Ansietas
• Respon Fisiologis
Seperti : sistem saraf simpatis dan parasimpatis, respon
otak untuk bereaksi fight or flight terhadap kecemasan
• Respon Psikologis
Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan
menurunkan keterlibatan dengan orang lain
• Respon Kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir,
tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun,
mudah lupa, menurunnya lapangan persepsi
• Respon Afektif
Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk
kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi
terhadap kecemasan
Reaksi Kecemasan (Suliswati,
2012)
• Konstruktif
Individu termotivasi untuk belajar, mengadakan
perubahan terutama perubahan terhadap perasaan tidak
nyaman dan terfokus pada kelangsungan hidup
Mis : melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi karena akan dipromosikan naik jabatan
• Destruktif
Individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsional
Contohnya : Individu yang menghindari kontak mata
dengan orang lain, atau mengurung diri, tidak mau
mengurus diri, tidak mau makan
Konsep Dasar Askep Ansietas
1. Pengkajian
Kaji adanya :
• Jantung berdebar.
• Tekanan darah meningkat
• Napas epat.
• Pernapasan dangkal.
• Gelisah.
• Ketegangan fisik.
• Tremor.
• Gugup
• Menarik diri
• Gangguan perhatian.
• Konsentrasi hilang
• Takut yang berlebihan
Diagnosis Keperawatan
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian kerusakan.
2. Kecemasan.
3. Pola napas tidak efektif.
4. Koping individu tidak efektif.
5. Diam.
6. Gangguan pembagian bidang energi.
7. Ketakutan. Sumber : Herdman H (2015) Nursing
8. Inkontinensia. Diagnose Definitions and Clasification
9. Stres. 10th ed, Oxford : Wiley Blacwell
10. Cedera resiko terhadap......
11. Perubahan nutrisi.
12. Respon pasca trauma.
13. Ketidakberdayaan.
14. Gangguan harga diri.
15. Gangguan pola tidur.
16. Isolasi sosial.
17. Perubahan proses berfikir.
18. Gangguan eliminasi urine .
Intervensi
• Tujuan umum :
Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga
panik
Tujuan khusus :
Klien mampu untuk ;
• Membina hubungan saling percaya.
• Melakukan aktifitas sehari-hari.
• Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang
kecemasannya.
• Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
• Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
• Klien terlindung dari bahaya
Intervensi ansietas ringan
• Perhatikan tanda peningkatan ansietas.
• Bantu klien menyalurkan energi secara konstruktif
• Dorong pemecahan masalah.
• Berikan informasi akurat dan fuktual.
• Sadari penggunaan mekanisme pertahanan.
• Bantu dalam mengidentifikasi keterampilan koping yang
berhasil.
• Pertahankan cara yang tenang dan tidak terburu.
• Ajarkan latihan dan tehnik relaksasi
Intervensi Ansietas Sedang
• Pertahankan sikap tidak tergesa-gesa, tenang bila
berurusan dengan pasien.
• Bicara dengan sikap tenang, tegas meyakinkan.
• Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana.
• Hindari menjadi cemas, marah, dan melawan.
• Dengarkan pasien.
• Berikan kontak fisik dengan menyentuh lengan dan
tangan pasien.
• Anjurkan pasien menggunakan tehnik relaksasi.
• Ajak pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
• Bantu pasien mengenali dan menemani ansietasnya
Intervensi Ansietas Berat
• Tempatkan pasien dalam lingkungan yang aman dan
tenang.
• Berikan perawatan, kontak sering sampai konstan.
• Berikan obat-obatan pasien
• Observasi adanya tanda-tanda peningkatan agitasi.
• Jangan menyentuh pasien tanpa permisi.
• Yakinkan pasien bahwa dia aman.
• Kaji keamanan dalam lingkungan sekitarnya
Intervensi Panik
• Tetap bersama pasien : minta bantuan.
• Jika mungkin hilangkan beberapa stressor fisik dan
psikologisdari lingkungan.
• Bicara dengan tenang, sikap meyakinkan, menggunakan
nada suara yang rendah.
• Katakan pada pasien bahwa anda (staf) tidak akan
membahayakan dirinya sendiri atau orang lain.
• Isolasikan pasien pada daerah yang aman dan nyaman
PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSIS PSIKOSOSIAL
PERTEMUAN
NO DIAGNOSA TINDAKAN
1 2 3 DST
1. Kaji ansietas pasien 1. Evaluasi ansietas dan kemampuan 1. Evaluasi ansietas dan
2. Bantu pasien mengenal ansietas: pasien melakukan tasik nafas dalam dan kemampuan tarik nafas dalam,
a) Mengidentifikasi dan menguraikan distraksi dan berikan pujian. distraksi, teknik lima jari, spiritual.
perasaannya. 2. Latihan hipnotis diri sendiri (teknik lima Beri pujian
b) Mengenal penyebab ansietas jari) dan kegiatan spiritual 2. Latih sampai membudaya
c) Menyadari perilaku akibat ansietas 3. Anjurkan pasien melakukan tarik nafas 3. Nilai kemampuan yang telah
PASIEN 3.Latih teknik relaksasi: dalam (setiap dua jam), distraksi (setiap mandiri
a) Tarik napas dalam ( lima kali setiap latihan) saat), teknik lima jari (lima kali sehari) dan 4. Nilai dampaknya pada ansietas
b) Distraksi (baca, bercakap-cakap, nonton tv) kegiatan spiritual (disesuaikan) 5. Discharge planning :
4. Anjurkan latihan nafas dalam tiap dua jam, - Jelaskan perawatan dirumah
distraksi setiap saat (kecuali saat tidur) - Obat – obatan dan jadwal
kontrol ke dokter

1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam 1. Evaluasi masalah yang dirasakan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
1 ANSIETAS
merawat pasien keluarga dan kemampuan keluarga dalam merawat/melatih pasien
2. Menjelaskan ansietas, penyebab, proses merawat pasien. Berikan pujian. tarik nafas dalam, distraksi, teknik
terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya 2. Menyertakan keluarga saat melatih lima jari dan kegiatan spiritual
3. Menjelaskan cara merawat ansietas pasien: pasien hipnotis diri sendiri (lima jari) dan 2. Nilai kemampuan keluarga
tidak menambah masalah pasien, selalu bersikap kegiatan spiritual merawat pasien
positif dan memberi semangat 3. Anjurkan membantu pasien mengatasi 3. Nilai kemampuan keluarga
KELUARGA 4. Menyertakan keluarga saat melatih pasien ansietasnya melakukan kontrol/rujukan
melakukan tarik nafas dalam, dan distraksi 4. Diskusikan dengan keluarga cara 4. Discharge planning :
5. Anjurkan keluarga memotivasi pasien perawatan di rumah, follow up dan - Jelaskan perawatan dirumah
melakukan tarik nafas dalam dan distraksi serta kondisi pasien yang perlu dirujuk (lapang - Obat – obatan dan jadwal
menjelaskan kepada yang besuk untuk persepsi menyempit, tidak mampu kontrol ke dokter
melakukan sikap yang positif menerima informasi, gelisah, tidak dapat
tidur) dan cara merujuk pasien
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai