Anda di halaman 1dari 16

“LAPORAN PENDAHULUHUAN TIMBANG TERIMAA DAN

KOMUNIKASI S-BAR”

FASILITATOR : Fitryanti Patarru’, S.Kep., Ns.

OLEH:

VICTOR ADITYA DOS REMEDIOS

C1714201054

III-A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

T.A. 2019-2020
A. DEFINISI

Menurut nursalam (2011) defenisi tinmbang terima adalah suatu cara

dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan

keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan

sebelum pergantian dinas. Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan juga

informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum

dilaksanakan.

B. TUJUAN

Menurut asutralian Health Care And Hospitals / AHHA (2009) tujuan

timbang terima adalah untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan

meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan.

Menurut nersalam (2011) tujuan dilakukan timbang terima adalah :

 Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien (data fokus)

 Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan

keperawatan pada klien’

 Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera di tindaklanjuti oleh

dinas berikutnya.

 Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

C. MANFAAT

Manfaat timbang terima menurut AHHA (2009) adalah:

1. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang bekerlanjutan,

misalnya, penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya

kesalahan yang dapat membahayakan kondisi pasien.


2. Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga merupakan

sebua kebudayaan atau kebiasaan yang di lakukan oleh perawat.

Timbang terima mengandung unsur-unsur kebudayaa, tradisi dan

kebiasaan. Selain itu timbang terimajuga sebagai dukungan terhadap

teman sejawat dalam melaukan asuhan keperawatan selanjutnya.

3. Timbang terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya untuk

melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat

mengalami kelelahan emosinal akibat asuhan keperawatan yang

dilakukan biasa diberikan kepada perawat berikutnya pada pergantian

dinas dan tidak dibawa pulang. Dengan kata lain, proses timbang terima

dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada perawat.

4. Timbnag terima memiliki dampak yang positif bagi perewat, yaitu

membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya

( pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi antar

perawat, serta pereawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara

komprehensif.

5. Selain itu itu timbang terima memiliki manfaat bagi pasien diantaranya,

pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan dapat

menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belim terungkap.

Bagi rumah sakit, timbnag terima dapat meningkatkan pelayanan

keperawatan kepada pasien sacara komprehensif.


Menurut Nursalam ( 2011) timbang terima memberikan manfaat bagi

perawat dan bagi pasien, bagi perawat manfaat timbang terima adalah

meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat, menjalin hubungan

keraja sama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksana asuhan

keprawatan terhadap pasein yang berkesinambunga, perawat dapat mengikuti

perkembangan pasien secara paripurn. Sedangkan bagi pasien, saat timbang

terima pasien dapat menyampaikan masala secara langsung bila ada yang

belum terungkap.

D. PRINSIP

Friensen, White dan Byers (2009) merupakan enam strandar prinsip

timbang terima pasien yaitu:

1. Kepemmimpinan dalam timbang terima pasien semakin luas proses

timbang terima (lebih banyak peserta dalam kagiatan timbang

terima) peran pemimpin menjadi damgat penting untuk mengelolah

timbnag terima pasien di klinis.

2. Pemahaman tentang timbang terima pasien mengatur sedemikian

rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa timbang terima pasien

harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting dari pekerjaan

sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien.

3. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien mengidentifikasi

dan mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan

berkala tentang prosees timbang terima pasien. Mengidentifikasi

staf y yang harus hadir, jika memungkinkan pasien dan keluarga


harus dilibatkan dan dimasukan sebagai peserta dalam kegiatan

timbang terima.

4. Waktu timbang terima pasien mengatur waktu yang disepakat,

durasi dan frekuensi untuk timbang terima pasien. Hal ini sangat

direkomendasikan, dimana strategi ini memungkikan untuk dapat

memperkuat ketepatan waktu.timbang terima pasien tidak hanya

pada pergantian jadwal kerja, tiap setiap kali terjadi perubahan

tanggung jawab misalnya ketika pasien diantar dari bangsal ke

tempat lain untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu timbang

terima sangat penting untuk memastikan proses perawatan yang

bekerlanjutan, aman dan efektif.

5. Tempat timbang terima pasein sebaiknya, timbang terima pasien

terjadi secara tatap muka dan disisi tempat tidur pasien. Jika tidak

dapat dilakukan, maka pilihan laiun harus dipertimbangkan untuk

memastikan timbang terima pasien berlansung efektif dan aman.

6. Proses timbang terima pasien:

a. Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan

peserta, kondisi klinis dari pasien, daftar

pengamatan/pencatatan terakhir yang paling penting, latar

belakan yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian

dan tidakan yang perlu dilakukan.


b. Kondisi pasien memburuk pada kondisi pasien

memburuk,meningkatkan pengelolaan pasien sacara cepat dan

tetapp pada penurunan kondisi yang yang terdeteksi.

c. Informasi kritis lainnya priorotaskaninfir masi penting

lainnnya, misalnya: tindakan yang luarbiasa, rencana

pemindahan pasien, kesehatanm kerjadan resiko keselamatan

kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.

E. METODE

1. Timbang terima dengan metode tradisional

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh kassean dan jagoo (2005)

disebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:

a. Dilakukan hanya di meja perawat.

b. Mengunakan satu arah komunikasi sehingga tida memungkinkan

muncul pertanyaan atau diskusi.

c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi

secara umum.

d. Tidak ada kontribusi atau fedback dari pasien dan keluarga,

sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status

kesehatan tidak up to date.

2. Timbang terima menurut metode bedside handover

Menurut kassean dan jagoo (2005) handover juga dilakukan sekarang

sudah melakukan dengan model bedside handover yaitu handover yang

dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau


kelluarga pasien secara langsunguntuk mendapatkan feedback.hanya

pada handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya

a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambilkeputusan

terkait kondisi penyakit secara up to date

b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien

dengan perawat.

c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi

pasien secara khusus.

F. LANGKA-LANGKA DAN PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.

2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan

disampaikan.

3. Perawat primer penyampaikan kepada peraawat penanggung jawab shift

selanjutnya meliputi:

a. Kondisi atau keadaan pasien sacara umum.

b. Tindak lanjut dinas ya ng menerima operan.

c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan.

G. PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Persiapan

a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.

b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.

2. Pelaksanaan

a. Semua perawat jaga shift 1 dan 2 kumpul bersama


b. Didahului dengan doa bersama

c. Komunikasi antara pemberi dan penerima tanggungjawab yang

dilakukan dictation dengan suara perlahan.

d. Menyebut identitas pasien, DX medis, DX keperawatan,tindakan

keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu pelaksanaannya

e. Menginformasi jenis dan waktu rencana dan tindakan keperawata

yang belum dilakukan.

f. Menyebutkan perkembangan pasien yang adaselam shift.

g. Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan( bila

ada)

h. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.

i. Menyebutkan terapi dan tindakan medis dan beserta waktu yang

dilakukan selama shift.

j. Menyebutkan tidakan medis yang belum dilakukan selama shift.

k. Memberikan salam kepada pasien, keluarga serta mengobservasi dan

menginsfeksi keadaan pasien, menanyakan keluhan-keluhan pasien

(dalam rangka klarifikasi)

l. Menginformasikan kepada pasien/keluarga nama perawat shift

berikutnya pada akhir tugas.

m. Memberikn kesempatan pada shiftv jaga berikutnya mengklarifikasi

semua masalah yang ada termasuk daftar alat-alat dan obat.

n. Menutup operan jaga.


Dokumentasi adalah salah datu alat yang sering diginakan dalam

komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidaasi asuhan

keperawatan, sasrana komunikassi antar tim kesehatan, dan merupakan

dokumentasi pasien dalam pemberian asuhan keperawata. Keterampilan

dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan

kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan

akan dikerjakan oleh perawat

Yang perlu didokumentasi dalam timbang terima antara lain:

a. Identifikasi pasien.

b. Diangnosa medis pasien.

c. Dokterr yangn menangani

d. Kondisi umum pasien saat ini

e. Masalah keperawaatan

f. Intervensi yang sudah dilakukan

g. Intervensi yang belum dilakukan

h. Tindakan kolaborasi

i. Rencana umum dan persiapan lain

j. Tanda tangan dan nama terang


H. MEKANISME KEGIATAN

TAHAP KEGIATAN WAKT TEMPA PELAKS

U T ANA
Pra  Kedua kelompok dinas sudah siap 10 Nurse Kari PP

timbang dan berkumpol di nurse station. menit station PA

terima  Karu mengecek kesiapan timbang

terima tiap PP.

 Kelompok yang akan bertugas

menyiapkan catatan PP yang akan

mengoperkan, menyiapkan buku

timbang terima dan nursing kit.

 Kepala ruangan membuka acara

timbang terima dilanjutkan dengan

doa.

Pelaksa PP dinas pagi melakukan timbang 20 Nurse Karu PP

naan terima kepada PP dinas sore. Hal-hal menit station PA

timbang yang perlu disampaikan PP pada saat Disampi

terima timbang terima: ng

1. Identifikasi klien dan diagnosa tempat

medis termasuk hari rawat kepada tidur

atau post op hari keberapa. klien

2. Masalah keperawatan

3. Data yang mendukung


4. Tindakan keperawatan yang sudah/

belum dilaksanakan

5. Rencana umum yang perlu

dilakukan: pemeriksaan penunjang,

konsul,prosedur tindakan tertentu.

6. Karu membukandan memberi salam

kepada klien, pp sore menmgenalkan

anggota timnya dan melakukan

validasi data

7. Lama timbang terima setiap klien

kurang lebih 5 menit, kecuali kondisi

khusu yang memerlukan keterangan

lebih rinci.
Post Klarifiksi hasil validasi data oleh PP 5 menit Nurse Karu PP

timbang sore: station PA

terima 1. Menyampaikan alat-alat kesehatan

2. Laporan timbang terima ditaanda

tangani oleh ketua PP daan

mengetahui karu (kalau pagi saja)

3. Penutup oleh karu.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.


2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penenggung jawab atau penenggung.

3. Diikuti oleh semua perawaat yang telah yang akan dinas

4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,sistematis, dan

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasian pasien.

5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.

6. Pada saat timbnag terima di kamar pasien, mengunakan volume yang

cukup, sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang

rahasia bagi klien.sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak

dibicarakan secara langsung di dekat klien.

7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya

dibicarakan di Nurse Station.

I. DEFINISI KOMUNIKASI S-BAR

Komunikasi S-BAR adalah komunikasi dengan mengunakan alat yang

logis untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer ke orang lain secara

akurat dan efisien. Komunikasi dengan mengunakan alat terstruktur S-BAR

(Situation Backround Assesment Recomendation) untuk mencapai

keterampilan berpikir kritis, dan menghemat waktu. (NHS,2012)

S_BAR adalah metode struktuer untuk mengkomunikasiken informasi

penting yang membuat perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap

eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. S-BAR juga

dapat digiunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift

atau antara staf di daera klinis yang sama atau berbeda.

J. TUJUAN KOMUNIKASI EFEKTIF S-BAR


Dengan berkomunikasi secara efektif dapat menjalin saling

pengartrian dengan teman sejawat atau perawat dengan dokter karena

komunikasi memiliki manfaat antara lain adalah:

1. Tersampaikan gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas

sesuai dengan yang dimaksud

2. Adamya saling kesefahaman dalam suatu permasalahan, siheingga

terhindar dari salah presepsi.

3. Memberikan suatu pesan kepada pihak tertentu, dengan maksud agar

pihak yang diberi informasi dapat memahaminya.

K. Keuntungan Komunikasi SBAR.

1. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.

2. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat

paham akan kondisi pasien.

3. Memperbaiki komunikasi / memperbaiki keamanan pasien.

L. Pengaplikasian Komuniasi SBAR.

Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background,

Assessment, dan Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat

diterapkan oleh semua tenaga kesehatan, sehingga dokumentasi tidak

terpecah sendiri-sendiri. Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan

pasien terintegrasi dengan baik, sehingga tenaga kesehatan lain dapat

mengetahui perkembangan pasien.

M. Penjabaran SBAR.
1. Situation : Bagaimana situsi yang akan dibicarakan / dilaporkan?

a. Mengidentifikasi nada diri petugas dan pasien.

b. Diagnosa medis.

c. Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan.

2. Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan

dengan situasi?

a. Obat saat ini dan alergi.

b. Tanda-tanda vita terbaru.

c. Hasil laboratorium: tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil

hasil tes sebelumnya untuk perbandingan.

d. Riwayat medis.

e. Temuan klinis terbaru.

3. Assessment : berbagai hasil penilaian klinis perawat.

a. Apa temuan klinis?

b. Apa analisis dan pertimbangan perawat?

c. Apa masalah ini parah atau mengancam kehidupan?

4. Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?

a. Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki

masalah?

b. Apa solusi yang bisa perawat tawarkan ke dokter?

c. Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki

kondisi pasien?

d. Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?


DAFTAR PUSTAKA

AHHA (Australian Healthcare & Hospitas Association). (2009). Clinical

Handover: System Cange, Leadership and Principles


Friesen, M.A.White,V.S & Byers F.J ( 2009 ).Handsoffs : Implication For Nurse.

Kassean, H. K,& Jagoo, Z. B. (2005). Managing change in the nursing handover

from traditional to bedside handover – A Case Study from Mauritius.

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik

Keperawatan Profesional. (Edisi 1). Jakarta : salemba Medika.

NHS. (2012).S-BAR communication overview: Patient Safety. National Health

Study Choices

Anda mungkin juga menyukai