Anda di halaman 1dari 14

MODUL PERKULIAHAN

Elektronika
Telekomunikasi
Rangkaian Penyesuai

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

04
Teknik Teknik Elektro MK14039 Muhammad Hafizd Ibnu Hajar, ST., M.Sc.

Abstract Kompetensi
Rangkaian Penyesuai atau Matching Mampu memahami Rangkaian
Network umumnya dilengkapkan pada Penyesuai atau Matching Network.
sisi trans-miter maupun penerima.
Fungsi yang pertama adalah melakukan
kondisi resonansi pada satu frekuensi
kerja tertentu.
Rangkaian Penyesuai
Rangkaian Penyesuai atau Matching Network umumnya dilengkapkan pada sisi trans-miter maupun
penerima. Fungsi yang pertama adalah melakukan kondisi resonansi pada satu frekuensi kerja
tertentu. Seperti uraian pada modul-modul sebelumnya, bahwa pada keadaan resonansi, semua
impedansi masukan, keluaran maupun beban, akan bersifat resistif yang dikenal dengan sebutan
dynamic resistance.

Fungsi yang kedua adalah melakukan penyesuaian impedansi antara satu sumber dan bebannya yang
umumnya tidak-sama (mismatched). Sumber dapat merupakan penguat tahap sebelumnya, dan beban
dapat berbentuk penguat tahap berikutnya atau memang berbentuk beban, yaitu satu sistem antena.
Sementara, pada sisi penerima, antena dapat berlaku sebagai sumber, dan tahap penguat RF sebagai
bebannya.

R S
R S

Ma tc hing Ne twork
Be ba n

Be ba n
Z 1= R S
Z R S Z
1 1

(a ) (b )

Gbr-1 Rangkaian matching


(a) Sebelum dipasang, (b) sesudah terpasang.

Pada dua kondisi tersebut secara bersama-sama, resonansi dan matching, maka akan terjadi satu
transfer daya yang maksimum pada beban resistif. Kedua kondisi tersebut dilakukan berurutan, yaitu,
yang pertama adalah kondisi resonansi yang dilakukan untuk mendapatkan nilai faktor kualitas Q
efektif yang cukup, sehingga membatasi sinyal pada bandwidth yang semestinya. Sementara proses
matching dilakukan untuk mendapatkan transfer daya yang maksimum. Penempatan rangkaian
penyesuai pada satu sistem ditun-jukkan pada Gbr-1.

Pada kasus transmiter dan antena misalnya, pengaturan resonansi akan menghasilkan nilai Q efektif
yang cukup, sehingga semua harmonik yang dihasilkan penguat akhir transmiter dicegah untuk
sampai ke antena, disamping menghilangkan semua unsur re-aktif yang dimiliki impedansi.
Sementara pengaturan yang kedua dilakukan untuk men-dapatkan kesesuaian impedansi antara
impedansi output penguat akhir tersebut dengan impedansi antena beserta feedernya yang umumnya
sebesar 50 resistif.

2017 Elektronika Telekomunikasi


2 Muhammad Hafizd Ibnu Hajar, ST., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Beberapa rangkaian kombinasi LC dapat menjadi matching network, empat diantaranya adalah,
single-tuned transformer, L-section, dan -section, seperti ditunjukkan pada Gbr-2.

L (= X 2 ) C (= X 2 )

L1
R S C 1
R S R R S R
L L
C (= X 1 ) L (= X 1 )
L2 R L

M
(b ) (c )
(a )
L

R S RL'
C 1
C 2

(d )
Gbr-2 Rangkaian matching
(a) transformer match, (b) L-match dgn L seri,
(c) L-match dgn C seri, (d) π-match.

Pada Gbr-2(a) sampai (d) nampak adanya R S dan RL, yang masing-masing adalah impe-dansi atau
resistansi sumber dan resistansi beban, yang tidak sama besarnya. Khusus untuk bentuk -section,
resistansi beban dinyatakan dengan RL’ yang mempunyai pe-ngertian sama.

Di bidang microwave dan pita frekuensi VHF, stub-tuner dan quarterwave transformer mempunyai
fungsi yang sama dengan rangkaian matching tersebut diatas. Stub-tuner adalah saluran transmisi
dengan jenis yang sama dengan saluran utamanya yang ditam-bahkan secara paralel dengan saluran
utama pada titik dengan jarak tertentu dari beban. Sedang quarterwave transformer adalah saluran
sepanjang ¼λ yang disisipkan diantara ujung saluran transmisi utama dengan bebannya yang tidak
match. Jenis saluran trans-misinya mempunyai impedansi karakteristik yang berbeda dengan saluran
utamanya. Dinamakan transformer karena transformasi impedansinya mirip dengan transformasi dari
sekunder ke primer sebuah trafo. Kedua cara melakukan matching terakhir ini dilu-kiskan pada Gbr-3.

2017 Elektronika Telekomunikasi


3 Muhammad Hafizd Ibnu Hajar, ST., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Z S   
Z S l1

Z O Z 'O Z ZO Z
L L

ZO
(a ) (b )
l2

Gbr-3 Rangkaian matching


(a) Trafo ¼λ, (b) Short circuited stub tuner.

4.1. Transformer match


Bentuk rangkaian transformer mirip dengan rangkaian penala double tuned yang telah dibahas pada
modul sebelumnya. Dalam keadaan resonansi, beban yang dirasakan oleh sumber adalah R D’, yang
besarnya dituliskan kembali pada rumus (4-1).

RD

RD’ = 1+k 2 Q p Q s ................................................... (4-1)

dimana : RD = resistansi dinamis rangkaian tuning primer

k = faktor kopling kumparan primer-sekunder

Qp = faktor kualitas kumparan primer

Qs = faktor kualitas kumparan sekunder

Sementara faktor kualitas rangkaian dilihat dari sisi sumber, Q p’, adalah,

2017 Elektronika Telekomunikasi


4 Muhammad Hafizd Ibnu Hajar, ST., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Qp

Qp’ =
1+k 2 Q p Q s .................................................. (4-2)

Tetapi karena pengaruh kondisi match, maka faktor kualitas total yang memperhitung-kan adanya RS ,
maka faktor kualitas tersebut menjadi,

Qeff = ½ Qp’ ................................................... (4-3)

4.2. L-Match
Rangkaiannya ditunjukkan pada Gbr-2(b) dan (c) yang berbeda dari posisi komponen L dan
C. Kedua posisi itu kemudian diberi tanda X1 dan X2. Untuk Gbr-2(b), X1 adalah komponen
C, sementara pada Gbr-2(c), X1 adalah komponen L. Rangkaian ini sering digunakan untuk
rangkaian matching pada output transmiter ke feeder beserta antenanya.

Cabang input yang dapat berbentuk C atau L, dinamai Z1. Sedang cabang seri yang akhirnya
dibebani RL yang resistif menjadi satu impedansi pengganti dengan notasi Z2, besarnya sama
dengan (RL + jX2). Secara keseluruhan bila dilihat dari sisi transmiter, maka admitansinya
adalah,

1 RL X2
R 2+ X R 2+ X
Y = - j X1 + L 22 -j L 22 ..................... (4-
4)

Pada keadaan resonansi, bagian imajiner admitansi rumus (4-4) tersebut menjadi nol,
sehingga,
1 X2

X1 R 2+ X
= L 22

atau, RL2 + X22 = - X1 X2


= + X1 X2 ............................................. (4-5)

karena komponen X1 dan X2 masing-masing selalu komponen L dan C atau sebaliknya.


sehingga pada keadaan resonansi, nilai admitansi kemudian menjadi,

2017 Elektronika Telekomunikasi


5 Muhammad Hafizd Ibnu Hajar, ST., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
RL
R 2+ X
Yres = L 22

RL
= X1 X2

dan karena itu,

X1 X2
RD = RL ..................................................... (4-
6)

Dengan memasukkan nilai X1 dan X2 sebenarnya, maka,

L
RD = C .R L .......................................................... (4-
7)

Faktor kualitas efektif rangkaian adalah sama dengan nilai Q dari cabang yang mengandung
beban RL, yaitu,

X2
Q = RL

Tetapi karena keadaan match, maka nilai tersebut menjadi setengahnya, yaitu,

Qeff = ½ Q ............................................................... (4-8)

Bila kita tulis kembali rumus (4-5), yaitu dalam keadaan resonansi untuk menentukan nilai
frekuensi resonansinya, sebagai berikut,

L
2
RL + X 2 = 2 C
L
atau, X22 = C - RL2

Untuk X2 = L, frekuensi resonansi tertentu dari hubungan,

2017 Elektronika Telekomunikasi


6 Muhammad Hafizd Ibnu Hajar, ST., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
CR

O2 =
1
LC ( 1−
L) L
2

RL

=
1
LC [ 1−
( )]
RD
........................................ (4-
9)

Bila dalam keadaan resonansi, maka RS dapat disubstitusikan ke RD, sehingga nilai in-
duktansi komponen L-section tersebut tertentu dari,

L
RL

Leff =
1−
( )
RS
................................................. (4-
10)
1
Dengan cara yang sama, bila X2 = - ωC , maka,

RL

Ceff = C
[ ( )]
1−
RS
............................................. (4-
11)

Dalam prakteknya, kedua nilai X1 dan X2 adjustable. X2 diatur untuk mendapatkan nilai
faktor Q yang diperlukan guna memberikan nilai bandwidth yang sempit, sehingga ha-nya
sinyal dengan frekuensi resonansi saja yang diteruskan. Kondisi ini akan memberi-kan nilai
efektif arus yang maksimum. Kemudian pengaturan X1 dilakukan untuk men-dapatkan
keadaan match, yaitu untuk membuat sesuai nilai impedansi output sumber de-ngan
impedansi beban yang sudah resistif.
a n ten a is o la to r
1 /2 la m d a

in n e r c o n d .

o u tte r c o n d .

L
k a b e l c o a x ia l

C
RFC

m A

+ V C C

2017 Elektronika Telekomunikasi


7 Muhammad Hafizd Ibnu Hajar, ST., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gbr-4 Rangkaian L-match pada TX
dgn. antena dipole.

Pada sebuah pemancar misalnya, Gbr-4, yaitu pada penguat akhir yang kelas-C, peng-aturan
dilakukan dengan melihat meter arus outputnya (arus kolektor transistor). X2 diatur secara
kontinyu untuk mencapai nilai arus pada maksimumnya, yaitu arus dc atau rata-rata nya.
Kemudian diatur X1 untuk mendapatkan nilai minimum arus tersebut yang menunjukkan
kondisi dalam keadaan resonansi dan match, karena sebagian besar arus menuju beban yaitu
antena.

4.3. π-Match

Rangkaiannya ditunjukkan pada Gbr-2(d). Pada sisi output nampak bahwa, kapasitor C 2
terpasang paralel dengan RL’, sehingga kombinasi itu dapat menjadi satu beban baru, Z L, bagi
bentuk L-section seperti Gbr-2(b). Beban baru tersebut adalah,

RL' RL ' QL
1+Q 1+Q 2
ZL = L2 -j L

= RL - j R L Q L

dimana, QL = C2 RL’ .................................................. (4-12a)


= faktor kualitas di cabang beban RL’.
RL'
1+Q
RL = L2 ................................................... (4-12b)
X2 = L - jRLQL .................................................... (4-12c)

Rangkaian ekivalen baru tersebut ditunjukkan pada Gbr-5, dimana X 2 terdiri dari dua
komponen seperti dinyatakan pada rumus (4-12c).
X 2
L R LQ L

R S
C 1 (= X 1 ) R L

Gbr-5 Rangkaian ekivalen L-section utk.


π-section dengan beban baru ZL.

2017 Elektronika Telekomunikasi


8 Muhammad Hafizd Ibnu Hajar, ST., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Selanjutnya didefinisikan Q1, yaitu faktor kualitas di sisi sumber, yang merupakan faktor
kualitas rangkaian dilihat dari sisi sumber. Nilai Q1 didefinisikan seperti rumus (4-13) sebagai
berikut,
RS
Q1 = X1 ............................................................ (4-13)

Karena keadaan matched, maka RS = RD, dan dari rumus (4-6) dapat diturunkan menjadi,

X2 = Q1RL ............................................................. (4-14)

Substitusi rumus (4-13) dan (4-14) pada rumus (4-5) diperoleh,

1+Q
RL ' L2

RS 1+Q
= 12 ............................................................
(4-15)

Karena keadaan matched tersebut, maka resistansi dinamik efektif rangkaian menjadi
setengah dari RD atau setengah dari RS. Oleh karena itu faktor kualitas efektif rangkaian juga
menjadi ½ Q1, yaitu,

R S ωO C 1
Qeff = 2 .......................................................... (4-16)

Untuk menentukan frekuensi resonansi dapat dilakukan dengan pendekatan yang baik dengan
merangkaikan komponen, L, C1, dan C2’ secara seri, dimana,
Q
L2
( 1+ Q 2 )
C2’ = L ........................................................... (4-
17)

Pengaturan kondisi rangkaian dilakukan dengan mengatur nilai C2 sedemikian sehingga


diperoleh impedansi yang sesuai (matched), dan diikuti dengan pengaturan C1 sedemi-kian
sehingga diperoleh keadaan resonansi, yang pada dasarnya sama dengan seperti diuraikan
diatas.

2017 Elektronika Telekomunikasi


9 Muhammad Hafizd Ibnu Hajar, ST., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh Soal 4-1. Satu -section match digunakan untuk melakukan match-ing satu
transmiter dengan impedansi output sebesar 4 k, ke saluran kabel koaksial 75 Ω
yang dibebani antena dengan frekuensi kerja 12 MHz. Dengan pe-nambahan -
section tersebut, diharapkan nilai Q efektif sebesar 20. Hitung nilai C 1, C2, dan L
yang diperlukan untuk memberikan keadaan match (maximum power transfer) ?

Solusi

a). Menghitung C1
2 Q eff 2 x 20
Dari rumus (4-16), maka nilai C1 = R S xω O = 4000 x 2 xπx12 x 10 6 = 133 pF
b). Menghitung C2

Q1 = 2Qeff = 40

Dari rumus (4-15),


R'L

Q
2
L =
[ RS
( 1+Q 21 )
] -1 =
[ 75
4000
(1+402 ) ] - 1 = (5,39)2
QL = 5,39

Dari rumus (4-12a),

QL 5 , 39
C2 = ωO R ' L = 2 πx12 x106 x 75 = 953 pF

c). Menghitung L

Komponen C1, C2’, dan L, dalam keadaan seri.

C1 = 133 pF
Q
L2 5 , 392
1+Q 2
C2’ = C2 L2 = 953 x 1+5 , 39 = 921 pF
133 x921
Ceff = C1 seri C2’ = 133+921 = 116 pF
1 1
L = ω2 C eff =
6 2
(75 ,4 x10 ) x 116 x10−12 = 1,52 H

2017 Elektronika Telekomunikasi


10 Muhammad Hafizd Ibnu Hajar, ST., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh Soal 4-2. Rangkaian penguat Gbr-6 berikut ini, menggunakan trans-former
dengan LS = 500 H dan faktor kopling 0,01. Resistansi koil diabaikan. Bila
resistansi output penguat 500 dan mempunyai bandwidth 10 kHz pada fre-kuensi
kerja 250 kHz, tentukan : (a) induktansi primer yang diperlukan untuk membuat
match penguat tersebut; (b) kapasitansi CS; (c) nilai resistansi beban bila faktor
kopling dari primer diabaikan ?

L L C s R
p s L

V in

Gbr-6 Penguat transformer

Solusi

a). Menghitung nilai L

Karena faktor kualitas dari rangkaian tuning yang beresonansi, maka faktor
kualitasnya adalah Qeff = ½ Qp , sehingga

fo 250 x103
3
Qp = 2 x Qeff = 2 x B = 2 x 10 x10 = 50
ωo L p ωo L p 50 xR p
Qp = Rp → 50 = Rp → Lp = ωo

50 x500
= 2 πx 250 x103 = 15,915 mH

2017 Elektronika Telekomunikasi


11 Muhammad Hafizd Ibnu Hajar, ST., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b). Menghitung nilai Cs

1 1 1
fo = √
2 π Ls Cs → Cs =
L s . ( 2 πf o )2

1
2
= 500 x10 ( 2πx 250 x10 3 )
−6
= 810,6 pF

c). Menghitung RL dengan faktor-k diabaikan


ωo L s ωo L s
Q = RL → RL = Q
2 πx 250 x103 x 500 x10−6
= 25 = 31,42 Ω

Contoh Soal 4-3. Satu transmiter 10 MHz dengan resistansi output sebesar 5 k,
akan dibuat match ke saluran transmisi (feeder) 50  dengan mengguna-kan
rangkaian L-section. (a) Yang manakah rangkaian yang cocok untuk itu dari
keduanya ? Mengapa ?; (b) Tentukan nilai L dan C yang diperlukan; (c) Berapakah
nilai faktor Q efektif rangkaian ?

Solusi

a). Rangkaian L-section yang sesuai untuk keperluan tersebut adalah rang-kaian Gbr-
2(b), karena komponen L seri akan dapat menekan harmonik yang ada supaya
tidak dapat mencapai antena.

b). Dari persamaan (4-6) dan (4-5),

X1 X2 = RD.RL
= 5000 x 50 = 250.000

RL2 + X22 = X1 X2
= 250.000 → X22 = 250.000 - (50)2
X2 = 497,5 Ω
ωL = 497,5 → L = 7,92 μH
Dari persamaan (4-5),

2017 Elektronika Telekomunikasi


12 Muhammad Hafizd Ibnu Hajar, ST., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
L
RL2 + X22 = C
L 7 , 92 x 10−6
R 2+ X
C = L 22 → C = 502 +497 , 52 = 3,17 x 10-11 farad
= 31,7 pF

c). Dari hubungan,

X2 497 ,5
Q = RL = 50 = 9,95 → Qeff = 9,95/2 = 4,975

Contoh Soal 4-1. Transmiter pada soal 4-2 dimatch dengan -section match dengan
faktor Q efektif 25. Tentukan nilai L, C1, dan C2 yang diperlukan ?

2017 Elektronika Telekomunikasi


13 Muhammad Hafizd Ibnu Hajar, ST., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

1. Johnson, Walter C.; Transmission Lines and Networks, McGraw-Hill Co.,


Singapore, 1986.

2. Kennedy, George; Electronic Communication Systems, McGraw-Hill Co.,


Singapore, 1988.

3. Roddy, Dennis & Coolen,John; Electronic Communications, Prentice-Hall of India


Ltd, New Delhi, 1981.

2017 Elektronika Telekomunikasi


14 Muhammad Hafizd Ibnu Hajar, ST., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai