Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KESPRO REMAJA

GANGGUAN HAID PADA REMAJA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1 :

 EKA WIDIA
 MARSELA CHARLA AZZAHRA
 NAFIKHA DEWI NURRIDHA
 NURUL HIKMAH
 NYOMAN WINASARI
 RISMAYANTI

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

DIII KEBIDANAN REGULER XX B

TAHUN 2020
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang maha Esa, karena hanya dengan
rahmat dan hidayah-Nya lah kami bisa menyusun makalah yang berjudul “Gangguan Haid
Pada Remaja” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Kami juga mengucapkan terimakasih kapada Riyanti S.SiT., M.Keb selaku dosen
pengampu mata kuliah “Kesehatan Reproduksi Remaja ” yang telah memberikan bimbingan
serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini, penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta membantu
menyumbangkan pikirannya yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu.

Kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan di dalamnya,


sehingga dalam kesempatan ini kami bermaksud untuk meminta saran dan masukan bagi
semua pihak demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi, akhir kata kami berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca.

Palangka Raya, 20 Januari 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................1
C. Manfaat.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Definisi Pelvic Inflammatory Disease..................................................3
B. Tanda dan Gejala Pelvic Inflammatory Disease...................................3
C. Penegakan Diagnosa Pelvic Inflammatory Disease..............................4
D. Pengobatan atau Terapi Pelvic Inflammatory Disease.........................4
E. Wewenang Bidan Terkait Pelvic Inflammatory Disease......................5
BAB III PENUTUP...............................................................................................7
A. Kesimpulan...........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung
penerus generasi bangsa di masa mendatang. Remaja adalah mereka yang berusia 10-20
tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh,
psikologi dan aspek fungsional. Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja
awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle adolescence  (14-16
tahun) dan remaja akhir/late adolescence (17-20tahun) (Tarwoto et al 2010: 1).
Haid merupakan proses kematangan seksual bagi seorang wanita (LK lee dkk,
2006). Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan
(deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2008). Panjang siklus haid yang normal atau
dianggap sebagai suatu siklus yang klasik adalah 28 hari , tetapi cukup bervariasi tidak
sama untuk setiap wanita (Guyton, 2006). Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang
1-2 hari diikuti darah sedikit- sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari. Jumlah darah normal
yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun
ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari dan pada wanita usia 55 tahun ialah
51,9 hari (Wiknjosastro, 2008).
Siklus haid yang terjadi diluar keadaan normal, atau dengan kata lain tidak berada
pada interval pola haid pada rentang waktu kurang dari 21 atau lebih dari 35 hari dengan
interval pendarahan uterus normal kurang dari 3 atau lebih dari7 hari disebut siklus
menstruasi/haid yang tidak teratur (Berek, 2002). Gangguan Haid digolongkan atas 4
bagian yaitu kelainan banyaknya darah dan lamanya pendarahan pada haid, kelainan
siklus, perdarahan di luar haid, gangguan haid yang ada hubungannya dengan haid
(Wiknjosastro, 2008).Menurut Berek (2002) ada enam jenis gangguan menstruasi yang
termasuk kedalam siklus menstruasi yang tidak teratur adalah oligomenorea,
polimenorea, menoragia, metroragia, menometroragia, hipomenorea.

Gangguan menstruasi menjadi masalah umum selama masa remaja, dapat


mempengaruhi aktifitas sehari-hari dan menyebabkan kecemasan. Terdapat banyak

3
gangguan yang bisa terjadi, di antaranya adalah masalah gangguan haid yang sering
dialami oleh remaja putri pada setiap bulannya. Gangguan tersebut dapat berupa
dismenorea, oligomenorea, menoragia dan metroragia. Dismenorea adalah yang paling
sering terjadi (Verma et al., 2011).

Menurut laporan WHO (2008) prevalensi oligomenore pada wanita sekitar 45%.
Penelitian Bieniasz J et al, dalam Sianipar et al (2011) mendapatkan prevalensi gangguan
menstruasi di dunia ditaksirkan amenorea primer sebanyak 5,3%, amenorea sekunder
18,4%, oligomenorea 50%, polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran sebanyak
15,8% (Majalah Kedokteran, FKUI, 2009). Kelaianan siklus menstruasi Oligomenorea di
Indonesia menyerang 16,7% remaja menurut Penelitian Siegberg dkk,2007

Dismenorea merupakan keluhan pasien yang sering dialami oleh 75% wanita dan
alasan utama para remaja untuk pergi ke dokter (Sasaki, 2014; Kumar et al., 2013; Hayon
et al., 2012). Dismenorea juga penyebab paling umum 69,78% ketidakhadiran sekolah
bagi siswi perempuan dan pekerja (Faramarzi dan Salmalian, 2014; Gagua et al., 2012).
Hal serupa dikemukakan oleh Charu et al (2012) bahwa wanita yang mengalami
dismenorea lebih sering istirahat dirumah dibandingkan dengan wanita yang tidak
mengalami dismenorea. Faramarzi dan Salmalian (2014) juga menyebutkan bahwa ada
banyak variasi dalam prevalensi dismenorea mulai 22% sampai 77,7% diseluruh dunia.

Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, dismenorea dapat terjadi pada lebih
dari 50% wanita menstruasi dan telah dilaporkan prevalensi berkisar dari 15,8% menjadi
89,5% dengan tingkat lebih tinggi terjadi pada populasi remaja (Calis, 2013). Indonesia
diperkirakan 55% wanita usia produktif mengalami dismenorea selama menstruasi.
Angka kejadian (prevalensi) dismenorea pada kelompok wanita usia produktif adalah
sebesar 45-95%.

B. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian gangguan haid
b. Untuk mengetahui jenis-jenis, penyebab, tanda dan gejala, diagnosa, penaganan dan
dampak dari gangguan haid

4
C. Manfaat
1. Manfaat Bagi Institusi
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan
untuk mengembangkan ilmu tentang “Gangguan Haid”
2. Manfaat Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Haid (Menstruasi)
Menstruasi atau haid adalah perdarahan uterus secara periodik dan siklik, yang
disertai pelepasan endometrium. Umumnya panjang siklus menstruasi adalah 28±7 hari,
dengan lama menstruasi 4±2 hari. Jumlah darah yang keluar rata-rata 20–60 ml.
Menstruasi pertama kalinya pada remaja perempuan disebut menarche. Usia menarche
bervariasi antara 10–16 tahun, tetapi rata-ratanya adalah 12,5 tahun.
Siklus menstruasi dibagi menjadi 3 bagi fase, yaitu:
1) Fase menstruasi
Fase paling jelas, ditandai dengan pengeluaran darah dan sisa endometrium
melalui vagina.Fase ini bersamaan dengan fase folikular ovarium. Saat korpus
luteum berdegenerasi karena tidak terjadi fertilisasi, kadar progesteron dan
estrogen menurun tajam, merangsang pembebasan prostaglandin yang
menyebabkan vasokonstriksi vaskular endometrium. Penurunan distribusi
oksigen menyebabkan kematian endometrium beserta vaskularnya.Perdarahan
yang terjadi melalui kerusakan vaskular ini membilas jaringan yang mati ke
lumen uterus dan hanya menyisakan sebuah lapisan tipis epitel dan kelenjar
yang nantinya menjadi asal 8 regenerasi endometrium.Prostaglandin uterus
juga merangsang kontraksi ritmik ringan miometrium uterus yang membantu
mengeluarkan darah dan sisa endometrium melalui vagina. Kontraksi yang
terlalu kuat akibat produksi prostaglandin berlebih dapat menyebabkan rasa
kram yang disebut dismenorea.
2) Fase proliferasi
Berlangsung bersamaan dengan bagian akhir fase folikular ovarium.Ketika
darah haid berhenti, endometrium mulai memperbaiki diri dan berproliferasi
di bawah pengaruh estrogen dari folikel-folikel yang baru
berkembang.Estrogen memacu proliferasi sel epitel, kelenjar, dan vaskular
endometrium. Fase ini berlangsung dari akhir menstruasi hingga ovulasi,
kadar puncak estrogen memicu lonjakan LH yang menjadi penyebab ovulasi.
6
3) Fase sekretorik
Berlangsung bersamaan dengan fase luteal ovarium.Setelah ovulasi, terbentuk
korpus luteum baru yang mengeluarkan sejumlah besar progesteron dan
estrogen. Progesteron mengubah endometrium menjadi kaya vaskular dan
glikogen yang mana dipersiapkan untuk implantasi.

B. Gangguan Haid
Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam:
1) Gangguan siklus haid
a. Polimenorea
 Pengertian
Siklus haid lebih pendek dari normal, yaitu kurang dari 21 hari, perdarahan kurang
lebih sama atau lebih banyak daripada haid normal.
 Penyebab
Penyebabnya adalah gangguan hormonal, kongesti ovarium karena peradangan,
endometriosis, dan lain-lain.Pada gangguan hormonal terjadi gangguan ovulasi yang
menyebabkan pendeknya masa luteal. Diagnosis dan pengobatan membutuhkan
pemeriksaan hormonal dan laboratorium lain.
 Tanda dan Gejala
a) Siklus haid yang pendek (kurang dari 21 hari).
b) Frekuensi menstruasi yang meningkat (lebih dari 1-2 kali dalam
sebulan).
c) Durasi menstruasi yang panjang.
d) Dapat juga disertai dengan peningkatan volume darah menstruasi.
e) Pasien dengan kondisi polimenorea dapat mengalami kondisi anemia.
 Diagnosa
Penegakan diagnosis polimenorea dilakukan dengan melakukan anamnesis
melalui pemantauan beberapa parameter, seperti lama siklus periode
mentruasi, durasi menstruasi, maupun volume darah selama menstruasi.
Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan
darah lengkap, USG (untuk memastikan tidak adanya kelainan organ), serta

7
pemeriksaan kadar hormon reproduksi, seperti progesteron, LH, FSH, dan
prolaktin.
 Penanganan

Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat disembuhkan.


Polimenorea yang berlangsung terus-menerus dapat menimbulkan
gangguan hemodinamik tubuh akibat darah yang keluar terus-menerus. Hal
ini memicu terjadinya anemia.Selain itu, kondisi polimenorea dapat
memicu terjadinya gangguan kesuburan, karena adanya gangguan proses
ovulasi. Tujuan terapi polimenorea adalah untuk mengontrol perdarahan
serta mencegah terjadinya perdarahan berulang yang dapat menyebabkan
komplikasi, seperti anemia dan gangguan kesuburan.
Terapi yang diberikan tergantung pada usia, resiko kesehatan, dan pilihan
kontrasepsi. Pada umumnya, terapi farmakologi kondisi polimenorea
meliputi terapi hormonal, seperti hormon estrogen dan hormonal kombinasi
(estrogen dan progesteron), serta tablet penambah darah untuk mengoreksi
kondisi anemia.
Pemberian obat NSAIDs (nonsteroidal anti-inflammatory drugs), seperti
ibuprofen, naproxen, dan asam mefenamat, menunjukkan penurunan
kejadian perdarahan. Pemberian obat NSAIDs akan menurunkan level
prostaglandin yang tinggi pada pasien dengan kondisi perdarahan yang
lebih intens.
b. Oligomenorea
 Pengertian
Siklus haid lebih panjang dari normal, yaitu lebih dari 35 hari, dengan perdarahan
yang lebih sedikit. Umumnya pada kasus ini kesehatan penderita tidak terganggu dan
fertilitas cukup baik.
 Penyebab

8
http://scholar.unand.ac.id/13443/2/2%20%20BAB%20PENDAHULUAN.pdf

http://eprints.ums.ac.id/25598/4/BAB_I.pdf

http://linkskipsi.blogspot.com/2013/09/faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan.html?
m=1

https://www.guesehat.com/polimenorea-gangguan-siklus-haid

Anda mungkin juga menyukai