Makalah
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Oleh:
Ahmad RifqiFuadi
Fauziah
Fitri Aryani
Henny Solatya
Seno Bayu
Selisca
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang masih merupakan
masalah nasional kesehatan masyarakat, dimana beberapa daerah di Indonesia
memiliki angka prevalens rate yang masih tinggi dan permasalahan yang
ditimbulkan sangat komplek. Masalah yang dihadapi pada penderita bukan hanya
dari medis saja tetapi juga adanya masalah sosial ekonomi, budaya, keamanan,
ketahanan sosial dan psikososial sebagai akibat penyakitnya. Dalam keadaan ini
warga masyarakat berupaya menghindari penderita. Sebagai akibat dari masalah-
masalah tersebut akan mempunyai efek atau pengaruh terhadap kehidupan bangsa
dan negara, karena masalah-masalah tersebut dapat mengakibatkan penderita
kusta menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya dan ada kemungkinan mengarah
untuk melakukan kejahatan atau gangguan di lingkungan masyarakat.
Pada umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang
berkembang, dan sebagian besar penderitanya adalah dari golongan ekonomi
lemah. Hal ini sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam
memberikan pelayanan yang memadai di bidang kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Dampak sosial terhadap penyakit
ini sedemikian besarnya, sehingga menimbulkan keresahan yang sangat
mendalam. Tidak hanya pada penderita sendiri, tetapi pada keluarganya,
masyarakat dan negara. Masyarakat menganggap bahwa penyakit ini merupakan
penyakit menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis
dan menyebabkan kecacatan, oleh sebab itu penderita kusta merasa putus asa
sehingga tidak tekun untuk berobat.
Rasa takut yang berlebihan terhadap kusta (Leprophobia) ini timbul karena
pengertian penyebab penyakit kusta yang salah dan cacat yang ditimbulkanpun
sangat menakutkan. Dari sudut pengalaman nilai budaya sehubungan dengan
upaya pengendalian leprophobia yang bermanifestasi sebagai rasa jijik dan takut
Fiqih Kesehatan 3
pada penderita kusta tanpa alasan yang rasional, terdapat kecenderungan bahwa
masalah kusta telah beralih dari masalah kesehatann menjadi masalah sosial.
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
kurang perlu dan tidak etis, beberapa kelompok penderita masih dapat ditemukan
bakteri penyebab lepra secara bertahap menjadi kebal terhadap dapson dan
multiobat pada awal 1980-an dan penyakit ini pun mampu ditangani kembali.
tubuh), karakter serta penampakan organ tubuh. Dan pada fase berikutnya, ketika
tidak segera diobati akan berakibat cacat permanen. Dalam islam, penyakit ini
dinamakan dâ' al-asad (penyakit macan), dengan ditandai bercak merah pada
tubuh terutama wajah kemudian menghitam dengan diikuti bau yang kurang sedap
dan terakhir ketika terlambat diobati akan berakibat kecacatan. 1 Untuk jenis ini
Kedua, al Abrash, yaitu penyakit kusta yang ditandai bercak putih pada
bagian luar kulit hingga selanjutnya dapat berakibat belang kulit serta
yang tumbuh pada organ tubuh yang terjangkit akan berwarna putih. Jenis inilah
yang biasa diistilahkan dengan kusta kering. Namun dalam spesifikasinya mirip
atau tipe dari penyakit tersebut. Secara umum, tanda-tanda itu adalah :
Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia. Pada bercak
putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar dan
banyak.
1
Ayyub al-Zar'i "al-Thiib al-Nabawy" hal. 116 Dar el-Fikr dan Wuzara' al-Auqaf wa al-
Syu'un al-Islamiyah bi al-Kuwait "al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah" juz. VIII hal. 77 Wuzarah al-Auqaf
2
Ibid, hal. 77
Fiqih Kesehatan 6
singa)3
• Anoreksia.
• Cephalgia.
• Neuritis.
C. Penyebab Kusta
Penyakit kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus Hansen, adalah
Mycobacterium leprae.4 Indonesia dikenal sebagai satu dari tiga negara yang
3
Dr. Widoyono MPH. Epidimiologi Penyakit Teropis, (ERLANGGA : 2008), h. 39
4
Fiqih Kesehatan 7
paling banyak memiliki penderita kusta. Dua negara lainnya adalah India dan
Brazil.
bernama Gerhard Armauer Hansen, pada tahun 1873 lalu. Umumnya penyakit
telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. 5 Selain
manusia, hewan yang dapat tekena kusta adalah armadilo, simpanse, dan monyet
pemakan kepiting. Terdapat bukti bahwa tidak semua orang yang terinfeksi oleh
kuman M. leprae menderita kusta, dan diduga faktor genetika juga ikut berperan,
keluarga tertentu. Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yang
berbeda pada setiap individu. Faktor ketidakcukupan gizi juga diduga merupakan
faktor penyebab.
antara orang yang terinfeksi dan orang yang sehat. Kemudian muncul Laporan
5
Reich CV (1987). "Leprosy: cause, transmission, and a new theory of pathogenesis".
Rev. Infect. Dis. 9
Fiqih Kesehatan 8
bahwa saluran pernapasan adalah rute yang paling dimungkinkan menjadi gerbang
disingkirkan.
Kecacatan pada kusta dibagi menjadi dua, yaitu kecacatan primer dan
menyebabkan paralisis.
beberapa terapi lain seperti okupasi dan ozon maka bisa didapatkan hasil yang
إن اهلل لم ينزل داء إال أنزل له شفاء علمه من علمه وجهله من جهله
Dari Hadist di atas jelas dikatakan bahwa Allah tidak akan menurunkan
sebuah penyakit tanpa adanya obat bagi penyakit tersebut. Banyak obat yang
masih dirahasiakan Allah kepada manusia. Seperti dalam kusta yang dulu sulit
manusia akan obatnya. Dan terbukti, kini dunia medis telah mampu menjawab
ada pengobatan yang efektif untuk kusta. Namun, dapson hanyalah obat
kusta dengan melalui beberapa media. Diantaranya dapat kita simak berikut ini.
Fiqih Kesehatan 10
empedu dari burung nasar yang dicampur dengan minyak yang terbuat dari biji
Disebutkan oleh Ibn Muflih tentang salah satu khasiat brotowali, yakni
darah penyakit dalam tubuh kita, dapat menjadi alternatif penyembuhan kusta.
Dan disebutkan, salah satu penyakit yang dapat disembuhkan adalah kusta.
Hadis ini juga menjadi rekomendasi kesehatan tabib tabib jaman dahulu.
6
Muhammad Satha' al-Dimyathi "I'anah al-Thalibien" juz III hal. 335
Fiqih Kesehatan 11
tidak ada pengobatan yang efektif untuk kusta. Namun, dapson hanyalah obat
dapson tidak digunakan lagi. Pencarian terhadap obat anti kusta yang lebih baik
dari dapson, akhirnya menemukan klofazimin dan rifampisin pada 1960an dan
1970an. 8
Terapi multiobat dan kombinasi tiga obat di atas pertama kali direkomendasi oleh
Panitia Ahli WHO pada 1981. Cara ini menjadi standar pengobatan multiobat.
Tiga obat ini tidak digunakan sebagai obat tunggal untuk mencegah kekebalan
Terapi di atas lumayan mahal, maka dari itu cukup sulit untuk masuk ke
negara yang endemik. Pada 1985, kusta masih menjadi masalah kesehatan
masalah kesehatan masyarakat pada tahun 2000, dan berusaha untuk ditekan
7
Muhammad Satha' Of. Cit.
8
Rees RJ, Pearson JM, Waters MF (1970). "Experimental and clinical studies on
rifampicin in treatment of leprosy". Br Med J 688 (1): 89-92
Fiqih Kesehatan 12
klofazimin, dan dapson. Yang kedua adalah pengobatan 6 bulan untuk kusta
Sejak 1995, WHO memberikan paket obat terapoi kusta secara gratis pada
negara endemik, melalui Kementrian Kesehatan. Strategi ini akan bejalan hingga
akhir 2010.
فِ َّر ِمنَ ْال َمجْ ُذوْ ِم َك َما تَفِرُّ ِمنَ ْاألَ َس ِد
Catatan :
arti tekstual hadits ini “perintah untuk menghindar”, secara Ijmâ' (konsensus
mendekat (bergaul) dengan penderita kusta dan bahkan dijanjikan pahala atas
nikah). Hak ini diberikan dalam konteks rumah tangga atas dasar hadis Nabi :
أَنَّه تزوج بامرأة فلما أدخلت رأى بكشحها بياضا فردها إلى أهلها
Menurut pakar hukum Islam, hak tersebut berlaku ketika kondisi kusta yang
pendapat harus diberikan kesempatan berobat selama satu tahun, baru kemudian
Sebenarnya kita dapat memahami hal ini lewat sebuah kenyataan, dimana
menurut pakar hukum Islam, ekses yang dibawa oleh penyakit kusta terutama
dalam kehidupan rumah tangga tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Karena
rata rata tabiat manusia selalu berusaha menjauhi hal hal yang menjijikkan. Serta
cenderung menjaga diri dari segala bentuk penularan penyakit, maka menjauhi
penderita kusta merupakan sebuah hal yang bisa kita pahami. Apalagi esensi
pernikahan dari suami istri tentu tidak lepas dari kebutuhan kebutuhan biologis
lain yang juga disebutkan oleh syariat. Seperti dispensasi jamaah bagi penderita
kusta dan masalah masalah lainnya. Namun dengan catatan kusta yang sudah
BAB III
Kesimpulan
permasalahan yang selama ini kurang dipahami mengenai kusta. Terlebih lagi
serta kepedulian yang dalam penanganan penyakit kusta. Salah besar mereka yang
menilai kusta sebagai penyakit kutukan dan tidak benar kusta sulit disembuhkan.
kebijakan berbeda. Hal ini bukan karena kusta merupakan penyakit yang harus
dijauhi, akan tetapi lebih bersifat dampak gangguan sosial. Sehingga jikalau mulai
Fiqih Kesehatan 15
Dan tidak kalah pentingnya, penderita juga termotifasi untuk sembuh dan menatap
Refrensi
Fiqih Kesehatan 16
Rees RJ, Pearson JM, Waters MF (1970). "Experimental and clinical studies on
http://id.wikipedia.org/wiki/Kusta