Anda di halaman 1dari 38

NOTA DINAS

No. 638/ND/X/7/2020

Kepada Yth : 1. Tim Penilai Pusat Angka Kredit JFP


2. Tim Penilai Perwakilan Angka Kredit JFP
Dari : Sekretaris Jenderal
Lampiran : Satu berkas
Hal : Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Jabatan Fungsional Pemeriksa
Tanggal : 2 Juli 2020

Sesuai Pasal 11 Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 5 Tahun 2019 tentang Penerapan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenpanRB) Nomor 49
Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa (JFP) dalam Masa Transisi, diatur bahwa penilaian
dan penetapan angka kredit atas kegiatan tugas JFP yang dilaksanakan mulai 1 Januari 2019 mengacu
pada Peraturan MenpanRB Nomor 49 Tahun 2018 tentang JFP. Dalam rangka memberikan
kejelasan/kesamaan perlakuan dalam penilaian dan penetapan angka kredit atas butir kegiatan JFP
pada periode transisi sampai dengan ditetapkannya peraturan pelaksanaan/teknis JFP, terlampir kami
sampaikan panduan penilaian dan penetapan angka kredit JFP sebagai acuan/panduan bagi Tim Penilai
Angka Kredit JFP baik di Pusat maupun Perwakilan. Panduan/kebijakan dimaksud diperuntukkan pula
bagi Para Pejabat Fungsional Pemeriksa (PFP) dan Pejabat yang Berwenang Mengusulkan Angka Kredit
(Pejabat Pengusul) dalam pengajuan/penyusunan Daftar Usulan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit
(DUPAK) JFP.

Demikian nota dinas ini agar dapat menjadi perhatian dalam pelaksanaan penilaian dan
penetapan angka kredit JFP. Informasi dan penjelasan lebih lanjut atas panduan penilaian dan
penetapan angka kredit JFP dapat disampaikan melalui surat elektronik dengan alamat
jfp.sdm@bpk.go.id.

Atas perhatian Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Sekretaris Jenderal

Bahtiar Arif
NIP 197005051990031001
Tembusan Yth.:
1. Wakil Ketua
2. Kepala Ditama Revbang
3. Tortama KN I – VII
4. Tortama Investigasi
5. Para Kepala BPK Perwakilan Provinsi
6. Para Pejabat Fungsional Pemeriksa
Lampiran Nota Dinas Sekretaris Jenderal
Nomor 638/ND/X/7/2020 tanggal 2 Juli 2020
Seri 01 2020

DAFTAR ISI

Halaman
A. Pendidikan .………………………..…………………………..…………………………..……………… 1
1. Mengikuti pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar Ijazah ……………….... 1

B. Diklat …………………………..…………………………..…………………………..……………………. 2
1. Mengikuti diklat Jabatan Fungsional Pemeriksa (JFP) ……………..……………………….. 2
2. Mengikuti diklat fungsional/teknis yang mendukung tugas Pemeriksa …………….. 2
3. Mengikuti diklat dan sertifikasi jenjang jabatan ……………..………………………………… 3
4. Mengikuti diklat Prajabatan ……………..……………………………………………………………... 4

C. Pemeriksaan .………………………..…………………………..…………………………..…………… 4
1. Panduan umum dalam penilaian angka kredit subunsur pemeriksaan ……………… 4
2. Penyusunan Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP) …………………………………………. 5
3. Pemeriksaan pendahuluan/interim ……………………..…………………………..……………… 6
4. Pemeriksaan Terinci .………………………..…………………………..…………………………..…….. 9
5. Pelaporan Informasi Rahasia …..…………………………..…………………………..……………… 13
6. Pemberian keterangan sebagai Ahli/Saksi Fakta …..…………………………..……………... 14
7. Pemeriksaan Banparpol .………………………..…………………………..…………………………… 14
8. Melakukan review silang . .………………………..…………………………..…………………………. 15
9. Evaluasi laporan hasil pemeriksaan Kantor Akuntan Publik (KAP) …………………... 15
10. Pembahasan atas Hasil Pengawasan Intern ……………………………………………………... 16
11. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) …………………………………….. 17
12. Pemantauan Kerugian Negara/Daerah …………………………………….................................. 17
13. Penyusunan bahan perumusan pendapat BPK ……………………………………................... 19
14. Penyusunan bahan penjelasan BPK ……………………………………......................................... 19
15. Kegiatan Pemeriksaan pada Satker Penunjang ……………………………………................... 20
16. Kegiatan pemeriksaan pada Satker Auditorat Pengelolaan Pemeriksaan (APP) … 20

D. Pengembangan Profesi ……………………………………...................................................... 21


1. Pembuatan karya tulis/karya ilmiah dan penerjemahan/penyaduran buku, karya
ilmiah, dan/atau peraturan di bidang pemeriksaan …………………………………………... 21
2. Penyusunan pedoman/ketentuan pelaksanaan/ketentuan teknis di bidang
pemeriksaan …………………………………………................................................................................ 21
3. Bimbingan bagi pemeriksa di bawah jenjang jabatannya/tutorial profesi …………. 22

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP i


Seri 01 2020

Halaman
4. Mengikuti program magang/job attachment di lembaga pemeriksaan setingkat
BPK di negara lain …………………………………………..................................................................... 23
5. Mengikuti pelatihan internal (inhouse training), pemaparan (expose) perangkat
lunak pemeriksaan, dan knowledge transfer forum ……………………………………………. 23
6. Mengikuti seminar/lokakarya di bidang pemeriksaan ……………………………………… 24
7. Bentuk kegiatan pengembangan kompetensi di bidang pemeriksaan lainnya …… 26
8. Kegiatan pengembangan kompetensi di bidang pemeriksaan secara daring ……….. 27
9. Melaksanakan studi banding di bidang pemeriksaan ……………………………………….. 27
10. Memperoleh sertifikat profesi yang berkaitan dengan bidang pemeriksaan ……… 28

E. Unsur Penunjang …………………………………………….…………………………………………. 29


1. Pengajar/ instruktur/narasumber pada unit diklat di BPK atau Instansi lain …..… 29
2. Menyusun modul yang berkaitan dengan bidang pemeriksaan ……………………….… 29
3. Peran serta dalam seminar/lokakarya/konferensi di bidang pemeriksaan ………... 30
4. Berperan aktif sebagai anggota organisasi profesi …………………………………………… 30
5. Berpartisipasi dalam kepanitiaan organisasi profesi atau sesuai latar belakang
pendidikan …………………………………………….………………………………………………………. 30
6. Kepanitiaan pengembangan pemeriksaan dan/atau kelembagaan ……………………. 30
7. Keanggotaan dalam Tim Penilai ………………………………………………………………………. 31
8. Memperoleh tanda penghargaan/tanda jasa ……………………………………………………. 31
9. Memperoleh ijazah/gelar pendidikan lainnya ………………………………………………….. 32
10. Penyusunan/pemutakhiran dan review Database Entitas Pemeriksaan (DEP) …... 32
11. Penelaahan hasil pengaduan masyarakat ………………………………………………………… 33
12. Pendamping konsultan dan/atau pimpinan, pejabat BPK terkait dengan 33
pengembangan pemeriksaan dan/atau kelembagaan ………………………………………..
13. Pembuatan laporan berkala satuan kerja ………………………………………………………… 33

F. Lain-Lain …………………………………………….……………………………………………………… 33
1. Penilaian angka kredit sebelum diangkat menjadi PNS …………………………………….. 33
2. Penilaian angka kredit untuk pengangkatan JFP ………………………………………………. 34

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP ii


Seri 01 2020

PANDUAN PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT


JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA

A. Pendidikan

1. Mengikuti pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar Ijazah


a. Kegiatan mengikuti pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar dinilai pada
subunsur pendidikan sekolah dengan angka kredit sesuai jenjang pendidikannya, yaitu
sebagai berikut:
1) Ijazah S1/D4 sebesar 100 atau bagi yang sebelumnya memiliki ijazah Diploma III dan
telah diakui maka diberikan tambahan angka kredit sebesar 40;
2) Ijazah S2 sebesar 150 atau bagi yang sebelumnya memiliki ijazah S1 dan telah diakui
maka diberikan tambahan angka kredit sebesar 50;
3) Ijazah S3 sebesar 200 atau bagi yang sebelumnya memiliki ijazah S2 dan telah diakui
maka diberikan tambahan angka kredit sebesar 50.
b. Pengusulan penilaian atas kegiatan pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar
harus melampirkan Surat Ijin Belajar (SIB), Surat Persetujuan Pengakuan
ijazah/pencantuman gelar dari Badan Kepegawaian Negara (BKN), dan salinan ijazah yang
disahkan/dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang, yaitu:
1) Dekan/Direktur Program/Pejabat yang ditunjuk untuk ijazah Perguruan Tinggi
Negeri;
2) Koordinator Perguruan Tinggi Swasta/Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
(BAN-PT) untuk ijazah perguruan tinggi swasta; atau
3) Tim Penilai Ijazah Luar Negeri pada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk
ijazah perguruan tinggi luar negeri.
c. Ijazah/gelar yang dapat diberikan angka kredit pada saat pengangkatan pertama dalam
JFP adalah ijazah/gelar yang sesuai dengan formasi CPNS. Ijazah/gelar lebih tinggi dari
formasi CPNS yang diperoleh sebelum masuk BPK dapat diberikan angka kredit melalui
mekanisme Ujian Penyesuaian Ijazah (UPI) sebagaimana diatur dalam Keputusan Sekjen
Nomor 455/K/X-XIII.2/7/2013 tentang UPI untuk Proses Kenaikan Pangkat bagi Pegawai
Negeri Sipil di Lingkungan Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Sekjen Nomor 427/K/X-XIII.2/9/2014. Perhitungan angka kredit dalam
Penetapan Angka Kredit (PAK) dilaksanakan setelah ijazah dimaksud memperoleh
pengakuan dari BKN.
d. Kegiatan perolehan ijazah/gelar pendidikan formal yang tidak memenuhi
kriteria/ketentuan SIB (kriteria butir b) atau UPI (kriteria butir c) tidak dapat diberikan
angka kredit.
e. Perolehan ijazah/gelar double degree yang telah memenuhi kriteria/persyaratan
sebagaimana diuraikan pada butir b di atas dapat diberikan angka kredit pada unsur utama
dan unsur penunjang. Sebagai contoh untuk perolehan ijazah/gelar S2 double degree
diberikan angka kredit sebagai berikut:

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 1/34


Seri 01 2020

1) 50 angka kredit pada unsur utama sebagai tambahan nilai angka kredit subunsur
pendidikan formal.
2) 10 angka kredit pada unsur penunjang sebagai kegiatan perolehan ijazah/gelar
pendidikan lainnya.

B. Diklat

1. Mengikuti diklat Jabatan Fungsional Pemeriksa (JFP)

a. Diklat JFP merupakan diklat yang dipersyaratkan kepada CPNS atau PNS yang akan
diangkat dalam JFP pada jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Pertama. Keikutsertaan dalam
diklat Jabatan Fungsional Pemeriksa Ahli Pertama (JFPAP) merupakan satu kesatuan
dengan diklat JFP.
b. Pemeriksa yang telah mengikuti dan lulus diklat JFP diberikan angka kredit sebesar 6.
c. Bukti pengajuan angka kredit berupa Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan
(STTPP).

2. Mengikuti diklat fungsional/teknis yang mendukung tugas Pemeriksa


a. Diklat fungsional/teknis yang mendukung tugas pemeriksa merupakan diklat yang
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi para pemangku JFP. Kompetensi dimaksud
terdiri atas kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural.
b. Termasuk dalam definisi diklat ini adalah diklat sebagai berikut:
1) Diklat teknis di bidang pemeriksaan, seperti diklat pemeriksaan laporan keuangan,
pemeriksaan kinerja, pemeriksaan investigasi, penyusunan kertas kerja pemeriksaan,
penyusunan LHP, dsb.
2) Diklat dalam rangka meningkatkan softskill para pemangku JFP, seperti creative
thinking, effective leadership, achiement motivation, change management, stress
management, peningkatan integritas, pengambilan keputusan, dsb.
3) Diklat teknis kelembagaan berkaitan kegiatan perumusan rencana strategis
pemeriksaan, evaluasi dan pelaporan pemeriksaan, penelitian dan pengembangan
pemeriksaan, penguatan aspek hukum pemeriksaan, pemeriksaan dan review
teknologi informasi, serta pengawasan/penjaminan mutu pelaksanaan pemeriksaan.
Diklat teknis kelembagaan lainnya yang tidak berkaitan dengan pemeriksaan tidak dapat
diberikan angka kredit, seperti diklat kesekretariatan, fotografi, master of ceremony,
manajemen SDM, kearsipan, tata naskah dinas, penilaian angka kredit JFP, dsb.
c. Keikutsertaan dalam diklat fungsional/teknis di bidang pemeriksaan diberikan angka
kredit sesuai dengan waktu/jam diklatnya dengan ketentuan sebagai berikut:

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 2/34


Seri 01 2020

Jam Diklat Angka Kredit


1) lebih dari 960 jam 15
2) antara 641 - 960 jam 9
3) antara 481 - 640 jam 6
4) antara 161 - 480 jam 3
5) antara 81 - 160 jam 2
6) antara 30 - 80 jam 1
7) lamanya kurang dari 30 jam 0,5
d. Penilaian angka kredit atas kegiatan diklat yang diselenggarakan oleh penyelenggara di
luar Badan Diklat PKN harus terlebih dahulu memperoleh pengesahan dan penyetaraan
jam diklat dari Badan Diklat PKN.
e. Kegiatan diklat yang diselenggarakan secara daring/online oleh Badan Diklat PKN dapat
diberikan angka kredit sesuai dengan jam diklatnya.
f. Kegiatan diklat yang bersamaan dengan pelaksanaan pemeriksaan pendahuluan dan
terinci berkonsekuensi mengurangi perolehan angka kredit pemeriksaan.
g. Bukti pengajuan angka kredit kegiatan diklat fungsional/teknis yang mendukung tugas
pemeriksa berupa sertifikat atau bukti lainnya yang diterbitkan oleh Badan Diklat PKN.
h. Kegiatan short course/training/ pelatihan yang diikuti oleh Pemeriksa di luar negeri atau
institusi lain dengan instruksi dinas atau penugasan dari Ketua/Wakil
Ketua/Sekjen/Pejabat lainnya dapat diberikan angka kredit setara dengan diklat teknis di
bidang pemeriksaan sesuai dengan lamanya diklat/jumlah jam diklat. Penyetaraan jumlah
jam diklat ditetapkan oleh Badan Diklat PKN.
i. Kegiatan diklat/kursus dalam rangka persiapan tugas belajar, seperti Diklat English for
Academic Purpose (EAP) dan Pre Departure Training (PDT), tidak dapat diberikan angka
kredit.

3. Mengikuti diklat dan sertifikasi jenjang jabatan


a. Sertifikasi Jabatan Pemeriksa adalah proses pengujian untuk menilai pemenuhan syarat
kemampuan/kompetensi Pemeriksa untuk menduduki jabatan tertentu.
b. Penilaian angka kredit atas kegiatan diklat dan sertifikasi jenjang jabatan diatur sebagai
berikut:
1) Diklat dan sertifikasi Pemeriksa Ahli Utama diberikan angka kredit sebesar 12.
2) Diklat dan sertifikasi Pemeriksa Ahli Madya diberikan angka kredit sebesar 9.
3) Diklat dan sertifikasi Pemeriksa Ahli Muda diberikan angka kredit sebesar 6.
c. Kegiatan diklat dan sertifikasi jabatan merupakan satu rangkaian kegiatan, sehingga hanya
dapat diberikan angka kredit jika telah menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan
tersebut.
d. Bukti pengajuan angka kredit berupa Surat Tanda Sertifikasi Jabatan (STSJ) yang
diterbitkan oleh Biro SDM. Bagi pemeriksa yang belum memperoleh STSJ, maka ybs belum
dapat memperhitungkan angka kredit kegiatan diklat jenjang jabatan dimaksud.

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 3/34


Seri 01 2020

4. Mengikuti diklat Prajabatan


a. Diklat Prajabatan adalah proses pelatihan yang dilakukan secara terintegrasi untuk
membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan
kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang bagi calon PNS pada masa percobaan. Sesuai
Peraturan Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pelatihan
Dasar CPNS, diklat prajabatan dilaksanakan dalam bentuk Pelatihan Dasar CPNS.
b. Keikutsertaan dalam pelatihan dimaksud diberikan angka kredit sebesar 2. Diklat orientasi
keBPKan yang dilaksanakan pada masa percobaan PNS tidak dapat diberikan angka kredit
tersendiri karena merupakan satu kesatuan/rangkaian diklat Prajabatan bagi CPNS pada
masa percobaan.
c. Bukti kegiatan berupa Surat Tanda Tamat Pelatihan (STTP).

C. Pemeriksaan

1. Panduan umum dalam penilaian angka kredit butir kegiatan pemeriksaan


a. Angka kredit butir/uraian kegiatan tugas JFP diberikan/dihitung per satuan hasil (output)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan MenpanRB Nomor 49 Tahun 2018
tentang JFP, kecuali untuk butir/uraian kegiatan berikut:
1) pemeriksaan pendahuluan/interim dan pelaksanaan pemeriksaan terinci baik pada
Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja, Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu,
maupun Pemeriksaan Investigatif.
2) penelaahan informasi awal pada tahap praperencanaan pemeriksaan investigatif jika
diperlukan adanya pemeriksaan pendahuluan.
Khusus butir/uraian kegiatan tersebut, angka kreditnya diberikan/dihitung setiap jam
pelaksanaan kegiatan. Jam kerja efektif dalam satu hari yang diperhitungkan adalah
sebesar 6,3 (enam koma tiga) jam;
b. Kegiatan dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang terdiri dari berbagai jenjang jabatan
pemeriksa. Angka kredit yang diberikan adalah per produk (output) sesuai dengan butir
kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan.
c. Hubungan antara jenjang jabatan pemeriksa dan tugas dalam tim pemeriksaan dijelaskan
sebagai berikut:
1) Pemeriksa Ahli Utama ditugaskan sebagai Penanggung Jawab (PJ)/Pengendali Mutu
(PM);
2) Pemeriksa Ahli Madya ditugaskan sebagai Pengendali Teknis (PT);
3) Pemeriksa Ahli Muda ditugaskan sebagai Ketua Tim (KT);
4) Pemeriksa Ahli Pertama ditugaskan sebagai Anggota Tim (AT).
Pemeriksa yang ditugaskan sebagai Ketua Subtim (KST) diberikan angka kredit setara
dengan KT. Pemeriksa yang ditugaskan sebagai Wakil Penanggung Jawab (WPJ) diberikan
angka kredit setara dengan PJ.

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 4/34


Seri 01 2020

b. Dalam kondisi tertentu, Pemberi Tugas/Pimpinan Satker dapat menugaskan Pemeriksa


yang berada satu tingkat di atas/di bawah jenjang jabatannya untuk melaksanakan
kegiatan pemeriksaan (Tugas Limpah). Jika terdapat Tugas Limpah lebih dari satu tingkat
di atas/di bawah jenjang jabatan tidak dapat diberikan angka kredit.
c. Pemberian penugasan merupakan tanggung jawab dan wewenang Pemberi
Tugas/Pimpinan Satker dengan tetap memperhatikan aspek kewajaran dan beban
kerjanya.
d. Pengaturan kegiatan pemeriksaan yang dilaksanakan dalam bentuk konsinyasi antara lain
sebagai berikut:
1) Kegiatan konsinyasi merupakan berkumpulnya sejumlah petugas di suatu tempat untuk
menyelesaikan pekerjaan secara intensif serta tidak dibenarkan meninggalkan tempat
kerja selama kegiatan berlangsung.
(keterangan: konsinyasi merupakan bentuk baku dari konsinyering)
2) Kegiatan pada subunsur pemeriksaan yang dilaksanakan dalam bentuk konsinyasi
dapat diberikan angka kredit berdasarkan output kegiatan yang dihasilkan sesuai butir
kegiatan untuk masing-masing jenjang JFP yang memiliki karakteristik sama.
e. Bukti pengajuan kegiatan pemeriksaan dapat berupa:
1) Surat Tugas (ST) dari Pemberi Tugas sebagaimana ditentukan dalam Pedoman
Manajemen Pemeriksaan (PMP) untuk kegiatan pemeriksaan yang dihitung setiap jam
pelaksanaan kegiatan (mandays).
2) Surat Tugas (ST) dari Pimpinan Satker untuk kegiatan pemantauan tindak lanjut hasil
pemeriksaan, pemantauan kerugian negara/daerah, dan kegiatan pemeriksaan lainnya.
3) Surat Perintah Persiapan Pemeriksaan (SP3) sesuai PMP untuk kegiatan perencanaan
pemeriksaan.
4) Surat Perintah Penugasan Pemeriksaan (SP2P) dan/atau Surat Keterangan
Penyelesaian Penugasan (SKPP) sesuai format dalam Keputusan Sekjen Nomor
292/K/X-XIII.2/6/2011 tentang Petunjuk Teknis JFP dengan penyesuaian/perubahan
seperlunya.

2. Penyusunan Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP)


a. RKP adalah dokumen yang memuat rencana pemeriksaan yang meliputi urutan
pengelompokan tema pemeriksaan, waktu, kebutuhan Pemeriksa, anggaran, dan
infrastruktur lainnya. Penyusunan RKP merupakan bagian perencanaan operasional BPK
yang dilaksanakan secara tahunan sebagai penjabaran/kelanjutan dari Renstra, RIR,
kebijakan pemeriksaan lima tahunan BPK, dan Rencana Kerja Tahunan (RKT). Rancangan
RKP disusun oleh setiap Unit Kerja Pemeriksaan untuk selanjutnya dianalisis dan
dikompilasi oleh Direktorat PSMK dan Biro Keuangan menjadi RKP. RKP akan menjadi
dasar dalam penyusunan Program Pemeriksaan (P2) pada setiap Unit Kerja Pemeriksaan.
(Referensi: Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan)
b. Kegiatan penyusunan RKP terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut:
1) Penyusunan strategi pemeriksaan;

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 5/34


Seri 01 2020

2) Penyusunan tema pemeriksaan;


3) Penyusunan proposal pemeriksaan;
4) Penyusunan RKP; dan
5) Penyusunan revisi RKP.
c. Pemberian penugasan dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang terdiri dari berbagai
jenjang jabatan pemeriksa maupun perorangan. Angka kredit yang diberikan adalah angka
kredit per produk (output) sesuai dengan butir kegiatan untuk masing-masing jenjang
jabatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan MenpanRB Nomor 49 Tahun
2018 tentang JFP Romawi III butir A.1. – A.5.
d. Bukti kegiatan berupa ST/SP2P dan SKPP.

3. Pemeriksaan pendahuluan/interim
a. Kegiatan pemeriksaan pendahuluan/interim pada suatu objek pemeriksaan (entitas)
diberikan angka kredit sesuai jenjang JFP dalam satu rangkaian kegiatan baik perencanaan,
pelaksanaan, maupun pelaporan pemeriksaan pendahuluan/interim yaitu sebagai berikut:
1) Pemeriksa Ahli Utama, pemeriksa yang ditugaskan sebagai PJ/PM diberikan angka
kredit pada butir kegiatan JFP berikut:
a) Mengarahkan pengumpulan data dan informasi sebesar 0,4;
b) Me-review dan menyetujui P2 pendahuluan dari Pemeriksa Ahli Madya sebesar 0,4;
c) Mengarahkan pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,1; dan
d) Me-review dan menyetujui Laporan Pemeriksaan Pendahuluan dari Pemeriksa Ahli
Madya sebesar 0,64.
2) Pemeriksa Ahli Madya, pemeriksa yang ditugaskan sebagai PT diberikan angka kredit
pada butir kegiatan JFP berikut:
a) Me-review konsep P2 pendahuluan dari Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,3;
b) Melaksanakan supervisi pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,03;
c) Me-review KKP pemeriksaan pendahuluan yang telah di-review Pemeriksa Ahli Muda
sebesar 0,45; dan
d) Me-review konsep Laporan Pemeriksaan Pendahuluan dari Pemeriksa Ahli Muda
sebesar 0,45.
3) Pemeriksa Ahli Muda, pemeriksa yang ditugaskan sebagai KT diberikan angka kredit
pada butir kegiatan JFP berikut:
a) Menyusun konsep P2 pendahuluan sebesar 0,16;
b) Mengesahkan PKP pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,16;
c) Memimpin pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,02;
d) Me-review KKP pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,36; dan
e) Menyusun konsep Laporan Pemeriksaan Pendahuluan sebesar 0,56.
4) Pemeriksa Ahli Pertama, pemeriksa yang ditugaskan sebagai AT diberikan angka kredit
pada butir kegiatan JFP berikut:
a) Melaksanakan administrasi penyusunan P2 AKN/P2 Perwakilan sebesar 0,1;
b) Menyusun PKP pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,17;

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 6/34


Seri 01 2020

c) Melaksanakan pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,01;


d) Menyusun KKP pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,21; dan
e) Melaksanakan administrasi dalam penyusunan LHP 0,18.
b. Bukti kegiatan berupa ST Pemeriksaan Pendahuluan dan SKPP.
c. Jika diperlukan pada saat pemeriksaan pendahuluan, Pemberi Tugas/Pimpinan Satker
dapat memberikan penugasan untuk melaksanakan beberapa kegiatan berikut:
1) Review LHP terdahulu bagi Pemeriksa Ahli Pertama dan Muda;
2) Pembahasan atas hasil pengawasan intern bagi Pemeriksa Ahli Pertama dan Muda;
3) Komunikasi dengan tim terdahulu bagi Pemeriksa Ahli Muda.
Pemberian angka kredit kegiatan dimaksud dibuktikan dengan SP2P dan SKPP tersendiri.
Angka kredit diberikan pada butir kegiatan JFP sebagai berikut:
1) Pemeriksa Ahli Muda
a) Melakukan review atas hasil review Pemeriksa Ahli Pertama terhadap LHP terdahulu
sebesar 0,22;
b) Melakukan review hasil pembahasan atas hasil pengawasan intern sebesar 0,1; dan
c) Melakukan komunikasi dengan tim terdahulu sebesar 0,2.
2) Pemeriksa Ahli Pertama
a) Melakukan review LHP terdahulu sebesar 0,16; dan
b) Melakukan pembahasan hasil pengawasan intern sebesar 0,12.
d. Kegiatan Pengumpulan Data dan Informasi (PDI) dalam rangka persiapan pemeriksaan
yang didukung ST dari Pemberi Tugas yang berwenang sesuai ketentuan, dapat diberikan
angka kredit setara dengan angka kredit pelaksanaan kegiatan pemeriksaan
pendahuluan/interim (berdasarkan jumlah jam pelaksanaan/mandays) dengan butir
kegiatan sebagai berikut:
1) Mengarahkan pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,1 bagi Pemeriksa Ahli Utama;
2) Melaksanakan supervisi pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,03 bagi Pemeriksa Ahli
Madya;
3) Memimpin pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,02 bagi Pemeriksa Ahli Muda;
4) Melaksanakan pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,01 bagi Pemeriksa Ahli Pertama.

Ilustrasi Penugasan dan Pemberian Angka Kredit Pemeriksaan Interim/Pendahuluan


Memperhatikan praktik penugasan di lapangan dan untuk menghindari perbedaan
pemahaman para pemangku JFP, berikut ilustrasi/contoh penugasan dan pemberian angka
kredit kegiatan pemeriksaan pendahuluan dalam satu tim dan rangkaian pemeriksaan.

Kepala BPK Perwakilan Provinsi Maluku menugaskan satu Tim Pemeriksa yang terdiri atas:
No. Nama Jabatan Waktu
1. Bambang (Pemeriksa Ahli Utama) PJ 5 hari
2. Budi (Pemeriksa Ahli Madya) PT 10 hari
3. Aji (Pemeriksa Ahli Muda) KT 30 hari
4. Rani (Pemeriksa Ahli Pertama) AT 30 hari
5. Adang (Pemeriksa Ahli Pertama) AT 30 hari
6. Bagus (Pemeriksa Ahli Pertama) AT 30 hari

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 7/34


Seri 01 2020

untuk melakukan serangkaian kegiatan dalam rangka Pemeriksaan Interim atas Laporan
Keuangan Pemerintah Kota Tidore TA 2020, yang meliputi kegiatan penyusunan program,
pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan pendahuluan.

Atas penugasan tersebut, masing-masing pemeriksa dapat diberikan angka kredit sebagai
berikut:
1. Pemeriksa Ahli Utama
a. Mengarahkan pengumpulan data dan informasi sebesar 0,4;
b. Me-review dan menyetujui P2 pendahuluan dari Pemeriksa Ahli Madya sebesar 0,4;
c. Mengarahkan pemeriksaan pendahuluan sebesar 3,15 (0,1 x 6,3 x 5 hari); dan
d. Me-review dan menyetujui Laporan Pemeriksaan Pendahuluan dari Pemeriksa Ahli
Madya sebesar 0,64.
2. Pemeriksa Ahli Madya
a. Me-review konsep P2 pendahuluan dari Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,3;
b. Melaksanakan supervisi pemeriksaan pendahuluan sebesar 1,89 (0,03 x 6,3 x 10 hari);
c. Me-review KKP pemeriksaan pendahuluan yang telah di-review Pemeriksa Ahli Muda
sebesar 0,45; dan
d. Me-review konsep Laporan Pemeriksaan Pendahuluan dari Pemeriksa Ahli Muda
sebesar 0,45.
3. Pemeriksa Ahli Muda
a. Menyusun konsep P2 pendahuluan sebesar 0,16;
b. Mengesahkan PKP pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,16;
c. Memimpin pemeriksaan pendahuluan sebesar 3,78 (0,02 x 6,3 x 30 hari);
d. Me-review KKP pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,36; dan
e. Menyusun konsep Laporan Pemeriksaan Pendahuluan sebesar 0,56.
4. Pemeriksa Ahli Pertama
a. Melaksanakan administrasi penyusunan P2 AKN/P2 Perwakilan sebesar 0,1;
b. Menyusun PKP pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,17;
c. Melaksanakan pemeriksaan pendahuluan sebesar 1,89 (0,01 x 6,3 x 30 hari);
d. Menyusun KKP pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,21; dan
e. Melaksanakan administrasi dalam penyusunan LHP 0,18.

Jika terjadi kasus tugas limpah, misal dalam penugasan tersebut yang ditugaskan sebagai PT
adalah Pemeriksa Ahli Muda dan salah satu yang ditugaskan sebagai AT adalah Pemeriksa Ahli
Muda, maka pemberian angka kreditnya sebagai berikut:
1. Pemeriksa Ahli Muda yang ditugaskan sebagai PT (Tugas Limpah di atas jenjang
jabatannya)
a. Me-review konsep P2 pendahuluan dari Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,24 (80% x 0,3);
b. Melaksanakan supervisi pemeriksaan pendahuluan sebesar 1,512 (80% x 0,03 x 6,3 x
10 hari);
c. Me-review KKP pemeriksaan pendahuluan yang telah di-review Pemeriksa Ahli Muda
sebesar 0,36 (80% x 0,45); dan

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 8/34


Seri 01 2020

d. Me-review konsep Laporan Pemeriksaan Pendahuluan dari Pemeriksa Ahli Muda


sebesar 0,36 (80% x 0,45).
2. Pemeriksa Ahli Muda yang ditugaskan sebagai AT (Tugas Limpah di bawah jenjang
jabatannya)
a. Melaksanakan administrasi penyusunan P2 AKN/P2 Perwakilan sebesar 0,1;
b. Menyusun PKP pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,17;
c. Melaksanakan pemeriksaan pendahuluan sebesar 1,89 (0,01 x 6,3 x 30 hari);
d. Menyusun KKP pemeriksaan pendahuluan sebesar 0,21; dan
e. Melaksanakan administrasi dalam penyusunan LHP 0,18.

4. Pemeriksaan Terinci
a. Kegiatan pemeriksaan terinci pada suatu objek pemeriksaan (entitas) diberikan angka
kredit sesuai jenjang JFP dalam satu rangkaian kegiatan baik perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan, dan penilaian kinerja pemeriksaan terinci yaitu sebagai berikut:
1) Pemeriksa Ahli Utama, pemeriksa yang ditugaskan sebagai PJ/ PM diberikan angka
kredit pada butir kegiatan JFP berikut:
a) Me-review dan menyetujui P2 dari Pemeriksa Ahli Madya sebesar 0,4;
b) Mengendalikan mutu pemeriksaan terinci sebesar 0,1;
c) Me-review kesesuaian konsep LHP dengan SPKN sebesar 0,32;
d) Me-review dan menyetujui LHP sebesar 0,2;
e) Me-review usulan konsep rekomendasi BPK sebesar 0,32;
f) Me-review dan menyetujui konsep bahan IHPS dari Pemeriksa Ahli Madya sebesar
0,48; dan
g) Menilai kinerja Pemeriksa Ahli Madya sebesar 0,32.
2) Pemeriksa Ahli Madya, pemeriksa yang ditugaskan sebagai PT diberikan angka kredit
pada butir kegiatan JFP berikut:
a) Me-review konsep P2 dari Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,36;
b) Mengendalikan teknis pemeriksaan terinci sebesar 0,03;
c) Me-review KKP pemeriksaan terinci yang telah di-review Pemeriksa Ahli Muda
sebesar 0,45;
d) Menganalisis dan me-review konsep LHP sebesar 0,39;
e) Me-review konsep LHP dari segi unsur temuan dan kaidah bahasa pelaporan sebesar
0,45;
f) Me-review usulan konsep rekomendasi BPK dari Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,36;
g) Melakukan pembahasan atas usulan konsep rekomendasi BPK sebesar 0,3;
h) Membuat surat keluar sebesar 0,24;
i) Me-review konsep bahan penyusunan IHPS dari Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,36;
j) Menilai kinerja Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,24.
3) Pemeriksa Ahli Muda, pemeriksa yang ditugaskan sebagai KT diberikan angka kredit
pada butir kegiatan JFP berikut:
a) Menyusun konsep P2 sebesar 0,4;

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 9/34


Seri 01 2020

b) Mengesahkan PKP pemeriksaan terinci sebesar 0,16;


c) Memimpin pemeriksaan terinci sebesar 0,02;
d) Mereview KKP pemeriksaan terinci sebesar 0,36;
e) Menyajikan kelogisan substansi dalam konsep LHP sebesar 0,52;
f) Menyusun konsep LHP sesuai unsur-unsur temuan seperti kondisi, kriteria, sebab
dan akibat sebesar 0,4;
a) Menyiapkan usulan konsep rekomendasi BPK sebesar 0,14;
b) Menyiapkan konsep surat keluar sebesar 0,14;
c) Menyiapkan konsep bahan penyusunan IHPS sebesar 0,42; dan
d) Membuat penilaian Pemeriksa Ahli Pertama dalam pelaksanaan pemeriksaan 0,16.
4) Pemeriksa Ahli Pertama, pemeriksa yang ditugaskan sebagai AT diberikan angka kredit
pada butir kegiatan JFP berikut:
a) Melaksanakan administrasi penyusunan P2 sebesar 0,1;
b) Menyusun PKP pemeriksaan terinci sebesar 0,17;
c) Melaksanakan pemeriksaan terinci sebesar 0,01;
d) Menyusun KKP pemeriksaan terinci sebesar 0,21;
e) Melaksanakan administrasi penyusunan LHP sebesar 0,18;
f) Menyiapkan bahan dan data penyusunan LHP sebesar 0,14; dan
g) Menyiapkan bahan penyusunan IHPS sebesar 0,21.
b. Bukti kegiatan berupa ST Pemeriksaan Terinci dan SKPP.
c. Jika diperlukan pada saat pemeriksaan terinci, Pemberi Tugas/Pimpinan Satker dapat
memberikan penugasan untuk melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1) Review LHP terdahulu bagi Pemeriksa Ahli Pertama dan Muda;
2) Pembahasan atas hasil pengawasan intern bagi Pemeriksa Ahli Pertama dan Muda;
3) Komunikasi dengan tim terdahulu bagi Pemeriksa Ahli Muda.
Pemberian angka kredit kegiatan dimaksud dibuktikan dengan SP2P dan SKPP tersendiri.
Angka kredit diberikan pada butir kegiatan JFP sebagai berikut:
1) Pemeriksa Ahli Muda
a) Melakukan review atas hasil review Pemeriksa Ahli Pertama terhadap LHP terdahulu
sebesar 0,22;
b) Melakukan review hasil pembahasan atas hasil pengawasan intern sebesar 0,1; dan
c) Melakukan komunikasi dengan tim terdahulu sebesar 0,2.
2) Pemeriksa Ahli Pertama
a) Melakukan review LHP terdahulu sebesar 0,16; dan
b) Melakukan pembahasan hasil pengawasan intern sebesar 0,12.
d. Pengaturan tambahan untuk Pemeriksaan Tematik yaitu sebagai berikut:
1) Skema Dekonsentrasi, Pemeriksa pada AKN Pelaksana yang memperoleh penugasan
tambahan untuk memberikan masukan atas konsep P2 yang disusun AKN Koordinator
dapat diberikan tambahan angka kredit pada kegiatan penyusunan P2.
2) Skema Desentralisasi:

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 10/34


Seri 01 2020

a) Pemeriksa pada AKN Koordinator yang memperoleh penugasan tambahan untuk


memastikan keselarasan P2 AKN Koordinator dengan P2 AKN Pelaksana dan
memastikan kesesuaian seluruh P2 dengan harapan penugasan dapat diberikan
tambahan angka kredit pada kegiatan penyusunan P2.
b) Pemeriksa pada AKN Koordinator dan/atau AKN Pelaksana yang memperoleh
penugasan tambahan untuk menyusun LHP Gabungan dapat diberikan tambahan
angka kredit pada kegiatan penyusunan LHP.
e. Kegiatan pemeriksaan Teknologi Informasi untuk mendukung pemeriksaan terinci atau
kegiatan dukungan pemeriksaan yang didukung ST dari Pemberi Tugas yang berwenang
sesuai ketentuan, dapat diberikan angka kredit setara dengan pelaksanaan pemeriksaan
terinci (berdasarkan jumlah jam pelaksanaan/mandays) dengan butir kegiatan sebagai
berikut:
1) Mengendalikan mutu pemeriksaan terinci sebesar 0,1 bagi Pemeriksa Ahli Utama;
2) Mengendalikan teknis pemeriksaan terinci sebesar 0,03 bagi Pemeriksa Ahli Madya;
3) Memimpin pemeriksaan terinci sebesar 0,02 bagi Pemeriksa Ahli Muda; dan
4) Melaksanakan pemeriksaan terinci sebesar 0,01 bagi Pemeriksa Ahli Pertama.

Ilustrasi Penugasan dan Pemberian Angka Kredit Kegiatan Pemeriksaan Terinci


Memperhatikan praktik penugasan di lapangan dan untuk menghindari perbedaan
pemahaman para pemangku JFP, berikut ilustrasi/contoh penugasan dan pemberian angka
kredit kegiatan pemeriksaan terinci dalam satu tim dan rangkaian/siklus pemeriksaan.

Anggota III menugaskan satu Tim Pemeriksa yang terdiri atas:


No. Nama Jabatan Waktu
1. Fahmi (Pemeriksa Ahli Utama) PJ 10 hari
2. Bardi (Pemeriksa Ahli Madya) PT 20 hari
3. Hadi (Pemeriksa Ahli Muda) KT 50 hari
4. Yani (Pemeriksa Ahli Pertama) AT 50 hari
5. Ani (Pemeriksa Ahli Pertama) AT 50 hari
6. Lia (Pemeriksa Ahli Pertama) AT 50 hari

untuk melakukan serangkaian kegiatan dalam rangka Pemeriksaan Kinerja atas Efektifitas
Pengelolaan Kegiatan Inovasi di Kemenristekdikti TA 2020, yang meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan penilaian kinerja pemeriksaan.

Atas penugasan tersebut, masing-masing pemeriksa dapat diberikan angka kredit sebagai
berikut:
1. Pemeriksa Ahli Utama
a. Me-review dan menyetujui P2 dari Pemeriksa Ahli Madya sebesar 0,4;
b. Mengendalikan mutu pemeriksaan terinci sebesar 6,3 (0,1 x 6,3 x 10 hari);
c. Me-review kesesuaian konsep LHP dengan SPKN sebesar 0,32;

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 11/34


Seri 01 2020

d. Me-review dan menyetujui LHP sebesar 0,2;


e. Me-review usulan konsep rekomendasi BPK sebesar 0,32;
f. Me-review dan menyetujui konsep bahan IHPS dari Pemeriksa Ahli Madya sebesar 0,48;
dan
g. Menilai kinerja Pemeriksa Ahli Madya sebesar 0,32.
2. Pemeriksa Ahli Madya
a. Me-review konsep P2 dari Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,36;
b. Mengendalikan teknis pemeriksaan terinci sebesar 3,78 (0,03 x 6,3 x 20 hari);
c. Me-review KKP pemeriksaan terinci yang telah di-review Pemeriksa Ahli Muda sebesar
0,45;
d. Menganalisis dan me-review konsep LHP sebesar 0,39;
e. Me-review konsep LHP dari segi unsur temuan dan kaidah bahasa pelaporan sebesar
0,45;
f. Me-review usulan konsep rekomendasi BPK dari Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,36;
g. Melakukan pembahasan atas usulan konsep rekomendasi BPK sebesar 0,3;
h. Membuat surat keluar sebesar 0,24;
i. Me-review konsep bahan penyusunan IHPS dari Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,36; dan
j. Menilai kinerja Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,24.
3. Pemeriksa Ahli Muda
a. Menyusun konsep P2 sebesar 0,4;
b. Mengesahkan PKP pemeriksaan terinci sebesar 0,16;
c. Memimpin pemeriksaan terinci sebesar 6,3 (0,02 x 6,3 x 50 hari);
d. Me-review KKP pemeriksaan terinci sebesar 0,36;
e. Menyajikan kelogisan substansi dalam konsep LHP sebesar 0,52;
f. Menyusun konsep LHP sesuai unsur-unsur temuan seperti kondisi, kriteria, sebab dan
akibat sebesar 0,4;
g. Menyiapkan usulan konsep rekomendasi BPK sebesar 0,14;
h. Menyiapkan konsep surat keluar sebesar 0,14;
i. Menyiapkan konsep bahan penyusunan IHPS sebesar 0,42; dan
j. Membuat penilaian Pemeriksa Ahli Pertama dalam pelaksanaan pemeriksaan 0,16.
4. Pemeriksa Ahli Pertama
a. Melaksanakan administrasi penyusunan P2 sebesar 0,1;
b. Menyusun PKP pemeriksaan terinci sebesar 0,17;
c. Melaksanakan pemeriksaan terinci sebesar 3,15 (0,01 x 6,3 x 50 hari);
d. Menyusun KKP pemeriksaan terinci sebesar 0,21;
e. Melaksanakan administrasi penyusunan LHP sebesar 0,18;
f. Menyiapkan bahan dan data penyusunan LHP sebesar 0,14;
g. Menyiapkan bahan penyusunan IHPS sebesar 0,21.

Jika terjadi kasus tugas limpah, misal dalam penugasan tersebut yang ditugaskan sebagai PT
adalah Pemeriksa Ahli Muda dan salah satu yang ditugaskan sebagai AT adalah Pemeriksa Ahli
Muda, maka pemberian angka kreditnya sebagai berikut:

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 12/34


Seri 01 2020

1. Pemeriksa Ahli Muda yang ditugaskan sebagai PT (Tugas Limpah di atas jenjang
jabatannya)
a. Me-review konsep P2 dari Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,288 (80% x 0,36);
b. Mengendalikan teknis pemeriksaan terinci sebesar 3,024 (80% x 0,03 x 6,3 x 20 hari);
c. Me-review KKP pemeriksaan terinci yang telah di-review Pemeriksa Ahli Muda sebesar
0,36 (80% x 0,45);
d. Menganalisis dan me-review konsep LHP sebesar 0,319 (80% x 0,39);
e. Me-review konsep LHP dari segi unsur temuan dan kaidah bahasa pelaporan sebesar
0,36 (80% x 0,45);
f. Me-review usulan konsep rekomendasi BPK dari Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,288
(80% x 0,36);
g. Melakukan pembahasan atas usulan konsep rekomendasi BPK sebesar 0,24 (80% x
0,3);
h. Membuat surat keluar sebesar 0,192 (80% x 0,24);
i. Mereviu konsep bahan penyusunan IHPS dari Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,288 (80%
x 0,36); dan
j. Menilai kinerja Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,192 (80% x 0,24).
2. Pemeriksa Ahli Muda yang ditugaskan sebagai AT (Tugas limpah di bawah jenjang
jabatannya)
a. Melaksanakan administrasi penyusunan P2 sebesar 0,1;
b. Menyusun PKP pemeriksaan terinci sebesar 0,17;
c. Melaksanakan pemeriksaan terinci sebesar 3,15 (0,01 x 6,3 x 50 hari);
d. Menyusun KKP pemeriksaan terinci sebesar 0,21;
e. Melaksanakan administrasi penyusunan LHP sebesar 0,18;
f. Menyiapkan bahan dan data penyusunan LHP sebesar 0,14; dan
g. Menyiapkan bahan penyusunan IHPS sebesar 0,21.

5. Pelaporan Informasi Rahasia


a. Sesuai Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) pada Pernyataan Standar
Pemeriksaan (PSP) 300 Standar Pelaporan Pemeriksaan paragraf 20 diatur bahwa apabila
informasi tertentu dilarang diungkapkan kepada umum, LHP harus mengungkapkan sifat
informasi yang dilarang diungkapkan tersebut dan ketentuan yang melarang
pengungkapan informasi tersebut.
b. Pemeriksa yang memperoleh penugasan untuk menyusun Laporan Informasi Rahasia pada
saat pelaporan pemeriksaan terinci, diberikan angka kredit pada butir kegiatan JFP sebagai
berikut:
1) Pemeriksa Ahli Madya, menyiapkan konsep pelaporan informasi rahasia sebesar 0,39.
2) Pemeriksa Ahli Utama, mereview konsep pelaporan informasi rahasia sebesar 0,24.
Bagi Pemeriksa Ahli Muda yang memperoleh penugasan dimaksud, dapat diberikan angka
kredit Tugas Limpah Pemeriksa Ahli Madya sebesar 0,312 (80% x 0,39).
c. Bukti kegiatan berupa ST/SP2P dan SKPP.

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 13/34


Seri 01 2020

6. Pemberian keterangan sebagai Ahli/Saksi Fakta

a. Pemberian Keterangan Ahli merupakan proses pemberian keterangan oleh orang yang
kompeten (ahli) untuk pemeriksaan yang dilakukan di hadapan penyidik atau hakim
(proses di pengadilan) terkait kerugian negara/daerah yang diperoleh berdasarkan hasil
penghitungan kerugian negara/daerah dan akan menjadi salah satu alat bukti yang
digunakan untuk meyakinkan hakim, selain Laporan Hasil Pemeriksaan untuk
Penghitungan Kerugian Negara/Daerah.
b. Kegiatan memberikan keterangan sebagai Ahli/Saksi Fakta kepada Penyidik merupakan
bagian dari pelaksanaan pemeriksaan investigatif dalam rangka Penghitungan Kerugian
Negara (PKN).
c. Pemeriksa yang ditugaskan untuk memberikan keterangan sebagai Ahli/Saksi Fakta
kepada Penyidik diberikan angka kredit untuk setiap penugasan.
d. Bukti kegiatan berupa ST dan SKPP.

7. Pemeriksaan Banparpol
a. Pemeriksaan atas pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran Dana Bantuan
Keuangan Partai Politik, selanjutnya disebut Pemeriksaan Banparpol, merupakan PDTT
dalam bentuk Pemeriksaan Kepatuhan yang bertujuan untuk menilai apakah
pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran dana Banparpol yang bersumber dari
APBN/APBD telah sesuai (patuh) dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Penugasan pemeriksaan Banparpol pada suatu objek pemeriksaan (entitas) diberikan
angka kredit sesuai jenjang JFP dalam satu rangkaian kegiatan yaitu sebagai berikut:
1) Pemeriksa Ahli Utama, pemeriksa yang ditugaskan sebagai PJ/PM diberikan angka
kredit pada butir kegiatan JFP berikut:
a) Mengendalikan mutu pemeriksaan terinci sebesar 0,1;
b) Me-review kesesuaian konsep LHP dengan SPKN sebesar 0,32;
c) Me-review dan menyetujui LHP sebesar 0,2; dan
d) Menilai kinerja Pemeriksa Ahli Madya sebesar 0,32.
2) Pemeriksa Ahli Madya, pemeriksa yang ditugaskan sebagai PT diberikan angka kredit
pada butir kegiatan JFP berikut:
a) Mengendalikan teknis pemeriksaan terinci sebesar 0,03;
b) Me-review KKP pemeriksaan terinci yang telah di-review Pemeriksa Ahli Muda
sebesar 0,45;
c) Menganalisis dan me-review konsep LHP sebesar 0,39;
d) Me-review konsep LHP dari segi unsur temuan dan kaidah bahasa pelaporan sebesar
0,45;
e) Membuat surat keluar sebesar 0,24; dan
f) Menilai kinerja Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,24.

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 14/34


Seri 01 2020

3) Pemeriksa Ahli Muda, pemeriksa yang ditugaskan sebagai KT diberikan angka kredit
pada butir kegiatan JFP berikut:
a) Mengesahkan PKP pemeriksaan terinci sebesar 0,16;
b) Memimpin pemeriksaan terinci sebesar 0,02;
c) Me-review KKP pemeriksaan terinci sebesar 0,36;
d) Menyajikan kelogisan substansi dalam konsep LHP sebesar 0,52;
e) Menyusun konsep LHP sesuai unsur-unsur temuan seperti kondisi, kriteria, sebab
dan akibat sebesar 0,4;
f) Menyiapkan konsep surat keluar sebesar 0,14; dan
g) Membuat penilaian Pemeriksa Ahli Pertama dalam pelaksanaan pemeriksaan 0,16.
4) Pemeriksa Ahli Pertama, pemeriksa yang ditugaskan sebagai AT diberikan angka kredit
pada butir kegiatan JFP berikut:
a) Menyusun PKP pemeriksaan terinci sebesar 0,17;
b) Melaksanakan pemeriksaan terinci sebesar 0,01;
c) Menyusun KKP pemeriksaan terinci sebesar 0,21;
d) Melaksanakan administrasi penyusunan LHP sebesar 0,18; dan
e) Menyiapkan bahan dan data penyusunan LHP sebesar 0,14.
c. Bukti kegiatan berupa ST dan SKPP. Jika ST tersebut merupakan ST Pemeriksaan Banparpol
pada beberapa entitas, maka pembagian tugas bagi Pemeriksa untuk setiap entitas harus
dicantumkan dalam SKPP.
(Referensi: Keputusan BPK Nomor 10/K/I-XIII.2/8/2017 tentang Panduan Pemeriksaan Atas
Laporan Pertanggungjawaban Banparpol)

8. Melakukan review silang


a. Pemeriksa Ahli Utama dan Pemeriksa Ahli Madya yang ditugaskan oleh Pemberi
Tugas/Pimpinan Satker untuk melaksanakan review silang dapat diberikan angka kredit
pada butir kegiatan JFP sebagai berikut:
1) melakukan review silang (Antar-Pemeriksa Ahli Utama) sebesar 0,6;
2) melakukan review silang (Antar-Pemeriksa Ahli Madya) sebesar 0,3.
b. Kegiatan review opini pemeriksaan laporan keuangan antar Tim Pemeriksa dapat
diberikan angka kredit setara dengan kegiatan review silang sesuai dengan jenjang
jabatannya. Bagi Pemeriksa Ahli Muda yang ditugaskan untuk melaksanakan review opini
diberikan angka kredit Tugas Limpah Pemeriksa Ahli Madya sebesar 0,24 (80% x 0,3).
c. Bukti kegiatan berupa ST/SP2P dan SKPP.

9. Evaluasi laporan hasil pemeriksaan Kantor Akuntan Publik (KAP)


a. Evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik adalah proses
analisis untuk menilai pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan dalam lingkup
keuangan negara yang dilakukan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk memastikan kesesuaian

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 15/34


Seri 01 2020

pelaksanaan pemeriksaan oleh Akuntan Publik dengan Standar. Tim Evaluasi merupakan
PFP yang terdiri dari Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim.
Kegiatan evaluasi dilakukan di Kantor BPK, Kantor KAP, dan apabila diperlukan ke
BUMN/D, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara terkait, untuk
melakukan pengujian kepatuhan KAP terhadap Standar dan kebijakan BPK lainnya.
(Referensi Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan/PMPP Bab IV).
b. Kegiatan evaluasi laporan hasil pemeriksaan KAP diberikan angka kredit sesuai jenjang
JFP pada butir kegiatan JFP sebagai berikut:
1) Pemeriksa Ahli Muda, melaksanakan evaluasi laporan hasil pelaksanaan Pemeriksaan
KAP dengan angka kredit sebesar 0,22;
2) Pemeriksa Ahli Madya, menyusun laporan evaluasi atas hasil pelaksanaan
Pemeriksaan KAP dengan angka kredit sebesar 0,45;
3) Pemeriksa Ahli Utama, me-review laporan evaluasi atas hasil pelaksanaan Pemeriksaan
KAP dengan angka kredit sebesar 0,68.
Bagi Pemeriksa Ahli Pertama yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan evaluasi KAP
dapat diberikan angka kredit Tugas Limpah Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,176 (80% x
0,22).
c. Apabila terdapat kegiatan evaluasi KAP yang pelaksanaannya memerlukan pengumpulan
data, analisis, dan evaluasi di kantor KAP, lokasi entitas, dan/atau pihak terkait lainnya,
maka dapat diberikan angka kredit sebagaimana angka kredit untuk tahap pelaksanaan
pemeriksaan terinci (berdasarkan jumlah jam pelaksanaan/mandays), dengan rincian
butir kegiatan JFP sebagai berikut:
1) Mengendalikan mutu pemeriksaan terinci sebesar 0,1 bagi Pemeriksa Ahli Utama;
2) Mengendalikan teknis pemeriksaan terinci sebesar 0,03 bagi Pemeriksa Ahli Madya;
3) Memimpin pemeriksaan terinci sebesar 0,02 bagi Pemeriksa Ahli Muda; dan
4) Melaksanakan tugas-tugas dalam pelaksanaan pemeriksaan terinci sebesar 0,01 bagi
Pemeriksa Ahli Pertama.
d. Bukti kegiatan berupa ST dari Pemberi Tugas yang berwenang sesuai PMPP dan SKPP.

10. Pembahasan atas Hasil Pengawasan Intern


a. Kegiatan melaksanakan pembahasan atas Laporan Hasil Pengawasan dari
Inspektorat/Aparat Pengawas Intern Pemerintah (LAPIP) pada suatu objek pemeriksaan
(entitas) diberikan angka kredit pada butir kegiatan JFP sebagai berikut:
1) melakukan pembahasan atas Hasil Pengawasan Intern bagi Pemeriksa Ahli Pertama
dengan angka kredit 0,12;
2) me-review hasil pembahasan atas Hasil Pengawasan Intern bagi Pemeriksa Ahli Muda
dengan angka kredit 0,1.
b. Bukti kegiatan berupa ST/SP2P dan SKPP.

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 16/34


Seri 01 2020

11. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP)


a. TLHP adalah kegiatan dan/atau keputusan yang dilakukan oleh pejabat dari entitas yang
diperiksa dan/atau pihak lain yang kompeten untuk melaksanakan rekomendasi hasil
pemeriksaan.
b. Pemantauan TLHP merupakan proses untuk memastikan bahwa hasil pemeriksaan BPK
memberikan manfaat dalam perbaikan tata kelola keuangan negara/daerah secara khusus
bagi entitas dan secara luas bagi pemilik kepentingan, yaitu publik.
c. Kegiatan pemantauan TLHP dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang terdiri dari
berbagai jenjang jabatan pemeriksa. Kegiatan pemantauan TLHP pada suatu objek
pemeriksaan (entitas) diberikan angka kredit sesuai sesuai dengan butir kegiatan untuk
masing-masing jenjang jabatan yaitu sebagai berikut:
1) Pemeriksa Ahli Utama, pemeriksa yang ditugaskan sebagai PJ/PM dalam pemantauan
TLHP diberikan angka kredit pada butir kegiatan me-review dan menyetujui laporan
penelaahan jawaban TLHP dari entitas yang diperiksa sebesar 0,6.
2) Pemeriksa Ahli Madya, pemeriksa yang ditugaskan sebagai PT dalam pemantauan
TLHP diberikan angka kredit pada butir kegiatan me-review konsep laporan
penelaahan jawaban TLHP dari entitas yang diperiksa sebesar 0,3.
3) Pemeriksa Ahli Muda, pemeriksa yang ditugaskan sebagai KT dalam pemantauan TLHP
diberikan angka kredit pada butir kegiatan JFP berikut:
a) melaksanakan penelaahan jawaban TLHP dari entitas yang diperiksa sebesar 0,32;
dan
b) menyusun konsep laporan penelaahan jawaban TLHP dari entitas yang diperiksa
sebesar 0,36.
4) Pemeriksa Ahli Pertama, pemeriksa yang ditugaskan sebagai AT dalam pemantauan
TLHP diberikan angka kredit pada butir kegiatan JFP berikut:
a) melaksanakan administrasi dalam pemantauan TLHP sebesar 0,18;
b) menyiapkan bahan pemantauan TLHP sebesar 0,12; dan
c) melaksanakan pemantauan TLHP sebesar 0,16.
d. Angka kredit atas kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pemantauan TLHP seperti
kegiatan validasi TLHP atas permintaan Direktorat EPP, kegiatan input pemantauan TLHP
pada Aplikasi SIPTL, dan kegiatan semisalnya diberikan untuk setiap penugasan sesuai
dengan butir kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan.
e. Bukti kegiatan berupa ST dan SKPP. Jika ST tersebut merupakan ST pemantauan TLHP
pada beberapa entitas, maka pembagian tugas bagi Pemeriksa untuk setiap entitas harus
dicantumkan dalam SKPP.

12. Pemantauan Kerugian Negara/Daerah


a. Pemantauan Kerugian Negara/Daerah merupakan proses pemantauan penyelesaian ganti
Kerugian Negara/Daerah yang dilakukan terhadap kerugian negara/daerah berdasarkan
hasil pemeriksaan BPK, hasil pengawasan APIP, dan laporan pengawasan/penetapan

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 17/34


Seri 01 2020

TPKN/D. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menjamin pelaksanaan pembayaran kerugian


negara/daerah dengan memantau:
1) penyelesaian kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap
pegawai negeri bukan bendahara dan pejabat lain;
2) pelaksanaan pengenaan kerugian negara/daerah kepada bendahara, pengelola
BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara/daerah
yang telah ditetapkan oleh BPK; dan
3) pelaksanaan pengenaan kerugian negara/daerah yang ditetapkan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
b. Kegiatan dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang terdiri dari berbagai jenjang jabatan
pemeriksa. Kegiatan pemantauan kerugian negara/daerah pada suatu objek pemeriksaan
(entitas) diberikan angka kredit sesuai sesuai dengan butir kegiatan untuk masing-masing
jenjang jabatan yaitu sebagai berikut:
1) Pemeriksa Ahli Utama, pemeriksa yang ditugaskan sebagai PJ/PM dalam pemantauan
kerugian negara/daerah diberikan angka kredit pada butir kegiatan me-review dan
menyetujui laporan pemantauan proses penyelesaian ganti Kerugian Negara/Daerah
sebesar 0,6..
2) Pemeriksa Ahli Madya, pemeriksa yang ditugaskan sebagai PT dalam pemantauan
kerugian negara/daerah diberikan angka kredit pada butir kegiatan me-review konsep
laporan pemantauan proses penyelesaian ganti Kerugian Negara/Daerah sebesar 0,3.
3) Pemeriksa Ahli Muda, pemeriksa yang ditugaskan sebagai KT dalam pemantauan
kerugian negara/daerah diberikan angka kredit pada butir kegiatan JFP berikut:
a) memimpin pemantauan proses penyelesaian ganti Kerugian Negara/Daerah
sebesar 0,4; dan
b) menyusun konsep laporan pemantauan proses penyelesaian ganti Kerugian
Negara/Daerah sebesar 0,26.
4) Pemeriksa Ahli Pertama, pemeriksa yang ditugaskan sebagai AT dalam pemantauan
kerugian negara/daerah diberikan angka kredit pada butir kegiatan JFP berikut:
a) menyiapkan bahan pemantauan proses penyelesaian Ganti Kerugian
Negara/Daerah sebesar 0,21; dan
b) melaksanakan pemantauan proses penyelesaian Ganti Kerugian Negara/Daerah
sebesar 0,2.
c. Angka kredit atas kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pemantauan kerugian
negara/daerah seperti kegiatan rekonsiliasi data pemantauan kerugian negara/daerah
atas permintaan Direktorat EPP, kegiatan input pemantauan data pemantauan kerugian
negara/daerah pada Aplikasi SIKAD, dan kegiatan semisalnya diberikan untuk setiap
penugasan sesuai dengan butir kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan.
d. Bukti kegiatan berupa ST dan SKPP. Jika ST tersebut merupakan ST pemantauan kerugian
negara/daerah pada beberapa entitas, maka pembagian tugas bagi Pemeriksa untuk setiap
entitas harus dicantumkan dalam SKPP.

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 18/34


Seri 01 2020

13. Penyusunan bahan perumusan pendapat BPK


a. Pendapat BPK adalah penilaian dan kesimpulan BPK mengenai kebijakan dan/atau
peraturan di bidang pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, berdasarkan hasil
pemeriksaan dan/atau hasil kajian yang dilakukan oleh BPK sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku. (Referensi: PMPP Bab VIII paragraf 28)
b. Bahan Pendapat BPK adalah bahan yang digunakan untuk merumuskan pendapat BPK
yang merupakan pernyataan sikap, pertimbangan, dan/atau hasil konsultasi yang
disampaikan kepada pihak yang meminta dan/atau menerima pendapat terkait atas suatu
masalah atau kebijakan tertentu sehubungan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang
BPK terkait pengelolaan keuangan negara sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
c. Pemeriksa yang memperoleh penugasan untuk menyusun bahan perumusan pendapat
BPK diberikan angka kredit pada butir kegiatan JFP sebagai berikut:
1) me-review Bahan Perumusan Pendapat BPK pada lingkup tugasnya bagi Pemeriksa
Ahli Utama sebesar 0,4;
2) mengompilasi dan menyusun Bahan Perumusan Pendapat BPK pada lingkup tugasnya
bagi Pemeriksa Ahli Madya sebesar 0,36; dan
3) menyiapkan bahan pendukung Perumusan Pendapat BPK yang diperlukan
berdasarkan hasil pemeriksaan bagi Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,12.
Bagi Pemeriksa Ahli Pertama yang memperoleh penugasan dimaksud, dapat diberikan
angka kredit Tugas Limpah Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,096 (80% x 0,12).
d. Bukti kegiatan berupa ST/SP2P dan SKPP.

14. Penyusunan bahan penjelasan BPK


a. Bahan Penjelasan BPK adalah bahan yang digunakan untuk menjelaskan hasil
pemeriksaan BPK kepada Pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan
Daerah.
b. Pemeriksa yang memperoleh penugasan untuk menyusun bahan penjelasan BPK
diberikan angka kredit pada butir kegiatan JFP sebagai berikut:
1) me-review Bahan Penjelasan kepada Pemerintah, Lembaga Perwakilan, dan Aparat
Penegak Hukum tentang hasil pemeriksaan dari Pemeriksa Ahli Madya pada lingkup
tugasnya bagi Pemeriksa Ahli Utama sebesar 0,4;
2) mengompilasi hasil kajian dan menyusun Bahan Penjelasan kepada Pemerintah,
Lembaga Perwakilan, dan Aparat Penegak Hukum tentang hasil pemeriksaan pada
lingkup tugasnya bagi Pemeriksa Ahli Madya sebesar 0,36; dan
3) menyiapkan kajian hasil pemeriksaan yang mengandung unsur tindak pidana korupsi
dan/atau kerugian negara bagi Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,12.
Bagi Pemeriksa Ahli Pertama yang memperoleh penugasan dimaksud, dapat diberikan
angka kredit Tugas Limpah Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,096 (80% x 0,12).
c. Bukti kegiatan berupa ST/SP2P dan SKPP.

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 19/34


Seri 01 2020

15. Kegiatan Pemeriksaan pada Satker Penunjang


a. Sesuai Lampiran I Peraturan MenpanRB Nomor 49 Tahun 2018 tentang JFP, terdapat
butir-butir kegiatan tugas JFP yang berkaitan fungsi:
1) Perumusan Rencana Strategis Pemeriksaan (Romawi II);
2) Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan (Romawi VI);
3) Penelitian dan Pengembangan Pemeriksaan (Romawi VII);
4) Penguatan Aspek Hukum dalam Pemeriksaan (Romawi VIII);
5) Pemeriksaan dan Review Teknologi Informasi (Romawi IX); dan
6) Pengawasan/Penjaminan Mutu Seluruh Pelaksanaan Pemeriksaan (Romawi X).
b. Butir kegiatan JFP dimaksud merupakan uraian tugas JFP bagi Pemeriksa yang
berkedudukan pada Satker sebagai berikut:
1) Subdirektorat Perencanaan Strategis PSMK pada Ditama Revbang untuk kegiatan
perumusan rencana strategis pemeriksaan;
2) Direktorat Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan (EPP) pada Ditama Revbang untuk
kegiatan evaluasi dan pelaporan pemeriksaan;
3) Subdirektorat Litbang Pemeriksaan Keuangan, Kinerja, dan PDTT pada Ditama
Revbang untuk kegiatan penelitian dan pengembangan pemeriksaan;
4) Ditama Binbangkum untuk kegiatan penguatan aspek hukum dalam pemeriksaan;
5) Subbagian Dukungan Pemeriksaan pada Biro TI untuk kegiatan pemeriksaan dan
review teknologi informasi;
6) Inspektorat Utama untuk kegiatan pengawasan/penjaminan mutu seluruh
pelaksanaan pemeriksaan.
c. Pemeriksa yang berkedudukan pada Satker lainnya, seperti AKN, AUI, dan BPK Perwakilan,
dan telah memperoleh penugasan dari Pimpinan Satker Penunjang sebagaimana dimaksud
pada butir a, yaitu Kepala Ditama Revbang, Kepala Ditama Binbangkum, Kepala Biro TI,
dan Inspektur Utama, dapat diberikan angka kredit dengan mengacu pada butir kegiatan
JFP dimaksud.
d. Bukti kegiatan berupa ST/SP2P dan SKPP.

16. Kegiatan pemeriksaan pada Satker Auditorat Pengelolaan Pemeriksaan (APP)


a. Sesuai Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2019 tentang Organisasi & Tata Kerja Pelaksana
BPK, APP mempunyai tugas mengoordinasikan pelaksanaan pengelolaan pemeriksaan.
APP menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1) Pengoordinasian dan pengompilasian usulan kebijakan dan strategi pemeriksaan;
2) Pemantauan dan pengevaluasian pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan strategi, dan
pelaksanaan kegiatan pemeriksaan;
3) Pengoordinasian pelaksanaan kegiatan pemeriksaan;
4) Penganalisisan isu-isu strategis berdasarkan hasil pemeriksaan;
5) Pemantauan dan pengevaluasian hasil pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan;

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 20/34


Seri 01 2020

6) Penjaminan mutu pelaksanaan kegiatan dukungan pemeriksaan.


b. Pemangku JFP pada APP yang melaksanakan kegiatan terkait pemeriksaan dapat diberikan
angka kredit dengan pengaturan sebagai berikut:
1) Butir kegiatan tugas jabatan tetap mengacu pada Lampiran I Peraturan MenpanRB
Nomor 49 Tahun 2018 tentang JFP;
2) Apabila ada kegiatan yang dilakukan oleh PFP tetapi tidak ada dalam butir kegiatan JFP
(butir 1), sepanjang kegiatan tersebut berkaitan dengan pemeriksaan, maka dapat
diberikan angka kredit sebesar butir kegiatan dengan karakteristik yang setara.

D. Pengembangan Profesi

1. Pembuatan karya tulis/karya ilmiah dan penerjemahan/penyaduran buku, karya


ilmiah, dan/atau peraturan di bidang pemeriksaan
a. Kegiatan pembuatan karya tulis/karya ilmiah dan penerjemahan/penyaduran buku, karya
ilmiah, dan/atau peraturan di bidang pemeriksaan dapat diberikan angka kredit untuk
setiap karya yang dihasilkan.
b. Pemeriksa yang mengusulkan angka kredit kegiatan dimaksud dalam DUPAK JFP harus
melampirkan bukti berupa keputusan/hasil penilaian karya yang telah ditandatangani
oleh Ketua Tim Penilai Karya Tulis Ilmiah, Terjemahan, dan Saduran Buku dan Bahan
Lainnya di bidang Pemeriksaan.
c. Ketentuan penyusunan dan pengajuan penilaian karya tulis/karya ilmiah, terjemahan, dan
saduran mengacu pada Keputusan Sekjen Nomor 685/K/X-XIII.2/12/2013 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penilaian Karya Tulis Ilmiah, Terjemahan, dan Saduran Buku
dan Bahan Lainnya di bidang Pemeriksaan.

2. Penyusunan pedoman/ketentuan pelaksanaan/ketentuan teknis di bidang


pemeriksaan
a. Pemeriksa yang berpartisipasi dalam penyusunan pedoman/ketentuan
pelaksanaan/ketentuan teknis di bidang pemeriksaan dapat diberikan angka kredit
dengan butir kegiatan sebagai berikut:
1) Menyiapkan bahan penyusunan konsep pedoman dan atau sistem yang berkaitan
dengan tugas pemeriksaan atau kelembagaan dengan angka kredit 0,2;
2) Menyiapkan bahan penyempurnaan pedoman dan atau sistem yang berkaitan dengan
tugas pemeriksaan atau kelembagaan dengan angka kredit 0,2;
3) Menyiapkan bahan penyusunan konsep juklak dan atau juknis pemeriksaan atau
kelembagaan dengan angka kredit 0,2;
4) Menyiapkan bahan penyempurnaan juklak dan atau juknis atau kelembagaan dengan
angka kredit 0,15.
b. Masing-masing butir kegiatan dimaksud merupakan kegiatan tersendiri dan bukan satu
rangkaian kegiatan, sehingga pemberian angka kreditnya harus didukung bukti tersendiri.
Angka kredit diberikan untuk setiap laporan kegiatan.

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 21/34


Seri 01 2020

c. Kegiatan tersebut dapat dilaksanakan dalam bentuk tim sesuai penugasan dari Pimpinan
Satker. Setiap pemeriksa yang terlibat dapat diberikan angka kredit sebagaimana
dimaksud pada butir a.
d. Pemberian penugasan merupakan kewenangan dan tanggung jawab dari Pimpinan Satker
dengan tetap memperhatikan aspek kewajaran dan beban kerjanya.
e. Pengajuan angka kredit harus didukung:
1) ST/SP2 dari Pimpinan Satker.
2) Laporan kegiatan dapat berupa bukti permintaan masukan dan bukti/dokumen
pemberian masukan, dan/atau bukti pendukung lainnya yang relevan.

3. Bimbingan bagi pemeriksa di bawah jenjang jabatannya/ tutorial profesi


a. Bimbingan bagi Pemeriksa di bawah jenjang jabatannya/tutorial profesi terdiri atas:
1) kegiatan bimbingan dan konsultasi yang merupakan bagian siklus Penilaian Kinerja
Pelaksanaan Pemeriksaan (PKPP) sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Sekjen
Nomor 139/K/X-XIII.2/4/2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan PKPP.
2) kegiatan bimbingan bagi CPNS pada saat masa pemagangan sebagaimana dimaksud
dalam Keputusan Sekjen Nomor 507/K/X-XIII.2/12/2015 tentang Pedoman Magang
CPNS pada BPK.
b. Kegiatan bimbingan pada saat pelaksanaan pemeriksaan terinci (PKPP) dilaksanakan
dengan jumlah jam maksimal per orang yang dibimbing adalah 2 (dua) jam. Pemberian
angka kredit adalah setiap penugasan per individu bagi Pemeriksa yang memberikan
bimbingan (mentor). Sedangkan bagi Pemeriksa yang memperoleh bimbingan (mentee),
tidak dapat diberikan angka kredit dari kegiatan bimbingan tersebut. Sebagai ilustrasi,
seorang KT dengan tiga AT dapat memperoleh angka kredit dari kegiatan bimbingan
sebesar 0,315 dengan rincian sebagai berikut:
1) merencanakan bimbingan 0,06 (3 x 0,02);
2) melaksanakan bimbingan 0,105 (3 x 0,035);
3) mengevaluasi dan memperoleh hasil bimbingan 0,15 (3 x 0,05).
c. Kegiatan bimbingan bagi CPNS diberikan angka kredit untuk setiap CPNS yang dibimbing
sebesar 0,105 dengan rincian sebagai berikut:
1) merencanakan bimbingan 0,02;
2) melaksanakan bimbingan 0,035;
3) mengevaluasi dan memperoleh hasil bimbingan 0,05.
d. Bukti kegiatan berupa ST/SP2 dari Pimpinan Satker dan laporan bimbingan sesuai dengan
format yang diatur dalam Keputusan Sekjen Nomor 139/K/X-XIII.2/4/2014 tentang
Petunjuk Pelaksanaan PKPP dan Keputusan Sekjen Nomor 507/K/X-XIII.2/12/2015
tentang Pedoman Magang CPNS pada BPK.

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 22/34


Seri 01 2020

4. Mengikuti program magang/ job attachment di lembaga pemeriksaan setingkat BPK di


negara lain
a. Magang/job attachment/secondment merupakan penugasan pegawai BPK untuk bekerja
sementara di tempat lain dalam periode tertentu untuk berbagi pengalaman dan keahlian.
b. Pemberian angka kredit untuk kegiatan mengikuti program magang/job attachment adalah
setiap penugasan per individu dan diberikan proporsional sesuai dengan lama pelaksanaan
program (bulan) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan MenpanRB Nomor
49 Tahun 2018 tentang JFP Romawi XI butir E.1.
c. Kegiatan penugasan PNS pada Instansi Pemerintah dan di luar Instansi Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan manajemen PNS dapat diberikan angka kredit
setara dengan program magang dimaksud.
d. Bukti kegiatan berupa laporan magang dan instruksi dinas/surat tugas/surat keputusan
dari Pejabat yang Berwenang, dhi. Ketua/Wakil Ketua/Sekjen.

5. Mengikuti pelatihan internal (inhouse training), pemaparan (expose) perangkat lunak


pemeriksaan, dan knowledge transfer forum
a. Pelatihan internal (inhouse training), pemaparan (expose) perangkat lunak pemeriksaan,
dan knowledge transfer forum merupakan kegiatan pengembangan kompetensi di bidang
pemeriksaan yang diselenggarakan oleh internal unit/satuan kerja, baik teknis maupun
penunjang dan pendukung, dengan peserta dan pemateri dari internal satuan kerja.
b. Materi kegiatan dimaksud harus berkaitan dengan bidang pemeriksaan. Materi yang
disampaikan dapat berupa peraturan/pedoman/perangkat lunak lainnya, hasil diklat,
hasil seminar/workshop, hasil studi banding, hasil sosialisasi, dan materi lainnya di bidang
pemeriksaan yang bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi para
pemangku JFP. Materi yang disampaikan harus relevan dan sesuai dengan kondisi terkini
(update) di bidang pemeriksaan. Materi harus disajikan dalam bentuk tampilan/slide
paparan sebagaimana mestinya. Materi paparan yang tidak dapat diberikan angka kredit
antara lain berkaitan dengan materi:
1) Profil entitas/bussines process/pengenalan SPI entitas;
2) P2, KKP, Temuan Pemeriksaan, dan LHP; dan
3) Ekspose/gelar perkara dihadapan Aparat Penegak Hukum (APH).
c. Kegiatan ini diikuti oleh paling kurang 10 orang peserta dengan jumlah
pemateri/narasumber paling banyak dua orang yang memaparkan materi yang berbeda.
d. Pelaksanaan kegiatan harus melibatkan Subbagian Administrasi SDM pada AKN/AUI atau
Subbagian SDM pada BPK Perwakilan atau unit kerja yang menangani SDM di lingkup
Satker terkait pemantauan kehadiran peserta.
e. Angka kredit diberikan untuk setiap penugasan per individu, sesuai dengan
keikutsertaannya dalam kegiatan yaitu sebagai berikut:
1) peserta sebesar 0,1;
2) pemapar/narasumber sebesar 0,5.

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 23/34


Seri 01 2020

Pemberian angka kredit untuk kegiatan ini dibatasi paling banyak dua kali kegiatan dalam
sehari dan tidak boleh bersamaan dengan kegiatan pengembangan kompetensi lainnya,
seperti diklat, seminar, workshop, studi banding, dsb.
f. Bukti kegiatan berupa:
1) ST dari Pemberi Tugas/Surat Perintah Penugasan (SP2) dari Pimpinan Satker/Surat
Penugasan lainnya yang relevan;
2) Daftar hadir peserta yang dibubuhi pengesahan/tanda tangan dari Kepala Subbagian
Administrasi SDM pada AKN/AUI atau Kepala Subbagian SDM pada BPK Perwakilan
atau Pejabat yang menangani SDM di lingkup Satker; dan
3) Materi pelatihan internal (inhouse training), pemaparan (expose) perangkat lunak
pemeriksaan, dan knowledge transfer forum dalam bentuk tampilan/slide paparan
sebagaimana mestinya.
g. Kegiatan pelatihan internal (inhouse training), pemaparan (expose) perangkat lunak
pemeriksaan, dan knowledge transfer forum tidak dapat dilaksanakan bersamaan dengan
Pemeriksaan Terinci dan Pemeriksaan Pendahuluan baik pada Pemeriksaan Laporan
Keuangan, Kinerja, PDTT Investigasi, maupun PDTT Noninvestigasi, serta Penugasan
pemeriksaan lainnya yang angka kreditnya diberikan/dihitung setiap jam pelaksanaan
kegiatan. Dalam kondisi tertentu, Pemberi Tugas dapat memberikan persetujuan untuk
mengikuti kegiatan bersamaan dengan pelaksanaan pemeriksaan dimaksud dengan tetap
memperhatikan kewajaran penugasan dan beban kerjanya. Persetujuan tersebut
dibuktikan dengan Surat Tugas (ST)/Instruksi Dinas (ID) dari Pemberi Tugas.
h. Kegiatan pelatihan internal (inhouse training), pemaparan (expose) perangkat lunak
pemeriksaan, dan knowledge transfer forum yang dilaksanakan pada hari libur tidak
diberikan angka kredit.
i. Pemberian penugasan merupakan tanggung jawab dan wewenang Pemberi
Tugas/Pimpinan Satker dengan tetap memperhatikan aspek kewajaran dan beban
kerjanya.

6. Mengikuti seminar/ lokakarya di bidang pemeriksaan


a. Sesuai Peraturan MenpanRB Nomor 49 Tahun 2018 tentang JFP, kegiatan seminar di
bidang pemeriksaan adalah bentuk pengajaran yang diberikan secara khusus untuk
membahas suatu topik tertentu di bidang pemeriksaan yang pelaksanaannya dapat
dilakukan oleh suatu lembaga profesional atau organisasi komersial lainnya. Sementara
Peraturan Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 10 Tahun 2018 tentang
Pengembangan Kompetensi PNS mendeskripsikan seminar/konferensi/sarasehan sebagai
pertemuan ilmiah untuk meningkatkan kompetensi terkait peningkatan kinerja dan karier
yang diberikan oleh Pakar/Praktisi untuk memperoleh pendapat Para Ahli mengenai suatu
permasalahan di bidang aktual tertentu yang relevan dengan bidang tugas atau kebutuhan
pengembangan karier PNS. Fokus kegiatan seminar untuk memperbarui pengetahuan
terkini.

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 24/34


Seri 01 2020

b. Sesuai Peraturan MenpanRB Nomor 49 Tahun 2018 tentang JFP, kegiatan


lokakarya/workshop di bidang pemeriksaan adalah suatu acara atau pertemuan yang
dilakukan oleh para ahli di bidang pemeriksaan yang bertujuan untuk membahas suatu
masalah tertentu di bidang pemeriksaan, sekaligus mencari solusi atas permasalahan
tersebut. Sementara Peraturan LAN Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pengembangan
Kompetensi PNS mendeskripsikan workshop/lokakarya sebagai pertemuan ilmiah untuk
meningkatkan kompetensi terkait peningkatan kinerja dan karier yang diberikan oleh
Pakar/Praktisi. Fokus kegiatan workshop untuk meningkatkan pengetahuan tertentu yang
relevan dengan bidang tugas atau kebutuhan pengembangan karier dengan memberikan
penugasan kepada peserta untuk menghasilkan produk tertentu selama kegiatan
berlangsung dengan petunjuk praktis dalam penyelesaian produk.
c. Kegiatan seminar/lokakarya bersifat massal dengan cakupan peserta luas atau melibatkan
banyak kalangan, lintas satuan kerja, atau lintas institusi dengan menghadirkan Para
Ahli/Pakar/Praktisi di bidangnya.
d. Lingkup kegiatan seminar/lokakarya terbagi menjadi 3 tingkatan:
1) Lokal/internal BPK
Peserta yang terlibat adalah Para Pejabat/Pemeriksa/Pegawai dari seluruh/beberapa
Satker di lingkup internal BPK. Contohnya workshop persiapan pemeriksaan LKKL atau
pemeriksaan Tematik yang diselenggarakan Badiklat PKN dengan mengundang
perwakilan dari Satker-satker di BPK.
2) Regional dan Nasional
Peserta yang terlibat adalah Para Ahli/Pakar/Praktisi dari berbagai lembaga/institusi
dalam lingkup regional/nasional. Contohnya Seminar Nasional yang diselenggarakan
oleh IAI membahas mengenai Penerapan PSAK 71, 72, dan 73 terkait Risiko Salah Saji,
Opini Laporan Keuangan, dan Dampaknya dari Sisi Perpajakan.
3) Internasional
Peserta yang terlibat adalah Para Ahli/Pakar/Praktisi dari berbagai lembaga/institusi
baik dari Dalam Negeri maupun Luar Negeri. Contohnya Seminar Improving Governance
Trough Culture: Building Transparency and Resilience in The Public Sector yang
diselenggarakan oleh CPA Australia dan BPK.
e. Materi kegiatan seminar/lokakarya harus berkaitan dengan bidang pemeriksaan.
f. Angka kredit diberikan untuk setiap penugasan per individu, sesuai dengan
keikutsertaannya dalam kegiatan yaitu sebagai berikut:
1) Peserta sebesar 0,3;
2) Moderator sebesar 0,35; dan
3) Pembicara/narasumber sebesar 1.
Pemberian angka kredit untuk kegiatan ini dibatasi paling banyak satu kali kegiatan dalam
sehari dan tidak boleh bersamaan dengan kegiatan pengembangan kompetensi lainnya,
seperti diklat, inhouse training, pemaparan, studi banding, dsb.
g. Bukti kegiatan berupa:

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 25/34


Seri 01 2020

1) ST dari Pemberi Tugas/SP2 dari Pimpinan Satker/Surat Penugasan lainnya yang


relevan;
2) Sertifikat/bukti keikutsertaan kegiatan dari Penyelenggara atau Surat
penunjukan/sertifikat sebagai moderator/narasumber dari Penyelenggara; dan
3) Materi seminar/lokakarya.
h. Kegiatan seminar/lokakarya tidak dapat dilaksanakan bersamaan dengan Pemeriksaan
Terinci dan Pemeriksaan Pendahuluan baik pada Pemeriksaan Laporan Keuangan, Kinerja,
PDTT Investigasi, maupun PDTT Noninvestigasi, serta Penugasan pemeriksaan lainnya
yang angka kreditnya diberikan/dihitung setiap jam pelaksanaan kegiatan. Dalam kondisi
tertentu, Pemberi Tugas dapat memberikan persetujuan untuk mengikuti kegiatan
seminar/lokakarya bersamaan dengan pelaksanaan pemeriksaan dimaksud dengan tetap
memperhatikan kewajaran penugasan dan beban kerjanya. Persetujuan tersebut
dibuktikan dengan ST dari Pemberi Tugas. Kegiatan seminar yang dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan pemeriksaan berkonsekuensi mengurangi perolehan angka kredit
pemeriksaan.
i. Kegiatan seminar/lokakarya yang dilaksanakan pada hari libur tidak diberikan angka
kredit kecuali terdapat ST dari Pimpinan Satker.
j. Pemberian penugasan merupakan tanggung jawab dan wewenang Pemberi
Tugas/Pimpinan Satker dengan tetap memperhatikan aspek kewajaran dan beban
kerjanya.

7. Bentuk kegiatan pengembangan kompetensi di bidang pemeriksaan lainnya


a. Kegiatan pengembangan kompetensi di bidang pemeriksaan dapat dilaksanakan dalam
berbagai bentuk/format kegiatan, yang meliputi namun tidak terbatas pada kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
1) komunitas litbang;
2) KTF dari Biro SDM;
3) Sharing session;
4) Bedah buku;
5) Focus Group Discussion (FGD);
6) Round Table Discussion (RTD);
7) Diskusi Panel;
8) Sosialisasi;
9) Diseminasi;
10) Bimbingan Teknis;
11) Peradilan Semu;
12) Konferensi/conference;
13) Simposium;
14) Sarasehan;
15) Kongres suatu organisasi profesi di bidang pemeriksaan;

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 26/34


Seri 01 2020

16) Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) bagi pemegang sertifikasi/keanggotaan


organisasi profesi di bidang pemeriksaan;
17) Delegasi Ilmiah;
18) Webinar.
b. Keikutsertaan dalam kegiatan pengembangan kompetensi sebagaimana diuraikan pada
butir a dapat diberikan angka kredit setara dengan angka kredit kegiatan seminar/
lokakarya/workshop di bidang pemeriksaan, sepanjang memenuhi kriteria/ketentuan
seminar/lokakarya di bidang pemeriksaan sebagaimana diuraikan pada butir 6.
c. Jika tidak memenuhi kriteria/ketentuan sebagaimana diuraikan pada butir 6. dapat
diberikan angka kredit setara dengan kegiatan pelatihan internal (inhouse training),
pemaparan (expose) perangkat lunak pemeriksaan, dan knowledge transfer forum
sebagaimana diuraikan pada butir 5.

8. Kegiatan pengembangan kompetensi di bidang pemeriksaan secara daring


a. Kegiatan pengembangan kompetensi di bidang pemeriksaan berupa inhouse training,
ekspose, knowledge transfer forum, seminar, workshop/lokakarya, dan kegiatan sejenis
lainnya, yang dilakukan secara daring/online dapat diberikan angka kredit sepanjang
memenuhi kriteria/ketentuan sebagaimana diatur pada butir 5 dan 6.
b. Bukti kegiatan yang tidak dapat dipenuhi karena sifat kegiatan yang dilakukan secara
daring, seperti daftar hadir fisik dapat digantikan dengan join invitation, hasil tangkapan
layar (screen capture) kegiatan daring tersebut, dan bukti keikutsertaan lainnya dari
Penyelenggara kegiatan.

9. Melaksanakan studi banding di bidang pemeriksaan


a. Studi banding adalah sebuah konsep belajar yang dilakukan di lokasi dan lingkungan
berbeda yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk peningkatan dan perbaikan
sistem, kebijakan, peraturan perundangan, dan lain-lain di bidang pemeriksaan.
b. Objek studi banding tidak dapat dilaksanakan pada:
1) Kantor Pusat BPK, baik pada AKN, AUI, maupun Satker lainnya;
2) Kantor BPK Perwakilan;
3) Entitas/objek pemeriksaan di lingkungan Satker setingkat Eselon I pada Kantor Pusat
BPK atau setingkat Eselon II pada Kantor BPK Perwakilan.
c. Jumlah peserta studi banding paling banyak tujuh orang.
d. Kegiatan studi banding tidak dapat dilaksanakan bersamaan dengan Pemeriksaan Terinci
dan Pemeriksaan Pendahuluan baik pada Pemeriksaan Laporan Keuangan, Kinerja, PDTT
Investigasi, maupun PDTT Noninvestigasi, serta Penugasan pemeriksaan lainnya yang
angka kreditnya diberikan/dihitung setiap jam pelaksanaan kegiatan.
e. Kegiatan studi banding tidak dapat dilaksanakan pada hari libur.
f. Angka kredit diberikan untuk setiap penugasan per individu sebesar 1.

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 27/34


Seri 01 2020

Pemberian angka kredit kegiatan ini dibatasi paling banyak satu kali kegiatan dalam sehari
dan tidak boleh bersamaan dengan kegiatan pengembangan kompetensi lainnya.
g. Kegiatan studi banding pada suatu objek/institusi hanya diberikan angka kredit satu kali,
meskipun didukung lebih dari satu laporan studi banding.
h. Pemberian penugasan merupakan tanggung jawab dan wewenang Pemberi
Tugas/Pimpinan Satker dengan tetap memperhatikan aspek kewajaran dan beban
kerjanya.
i. Bukti kegiatan berupa:
1) ST dari Pimpinan Satker; dan
2) Laporan hasil studi banding, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) telah disahkan oleh Pemberi Tugas;
b) paling sedikit memuat latar belakang, maksud dan tujuan, analisis, dan simpulan
hasil studi banding; dan
c) dilengkapi dengan foto/dokumentasi kegiatan, daftar hadir, dan bukti kunjungan
yang ditandatangani oleh Pejabat berwenang di instansi/objek studi banding.

10. Memperoleh sertifikat profesi yang berkaitan dengan bidang pemeriksaan


a. Sertifikat profesi adalah dokumen yang diterbitkan oleh organisasi profesi di bidang
pemeriksaan, yang menunjukkan bahwa nama yang tercantum telah memenuhi
persyaratan untuk menyandang gelar/sertifikasi profesi tertentu.
b. Sertifikat profesi harus berkaitan dengan bidang pemeriksaan.
c. Angka kredit diberikan untuk setiap sertifikat profesi yang diperoleh yaitu sebesar:
1) 3,5 bagi sertifikat profesi Luar Negeri.
2) 2 bagi sertifikat profesi Dalam Negeri.
d. Pendidikan/diklat/review/kursus yang dilakukan dalam rangka memperoleh sertifikat
profesi dapat diakui angka kreditnya sesuai dengan jumlah jam diklat/kursus yang diikuti.
Kegiatan dimaksud diberikan angka kredit setara dengan kegiatan diklat fungsional/teknis
yang mendukung tugas Pemeriksa sebagaimana diuraikan pada butir B.2. Bukti kegiatan
berupa sertikat/surat tanda mengikuti diklat/review/kursus tersebut yang telah
memperoleh pengesahan dan penyetaraan jam diklat dari Badiklat PKN.
e. Kegiatan perolehan sertifikat Associate yang merupakan satu rangkaian/tahapan kegiatan
dalam rangka memperoleh sertifikasi profesi tertentu tidak diberikan angka kredit
tersendiri.
f. Kegiatan perolehan sertifikasi profesi yang diterbitkan oleh Badan Diklat PKN/BPK
diberikan angka kredit setara sertifikat profesi Dalam Negeri.
g. Bukti kegiatan berupa Sertifikat Profesi.

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 28/34


Seri 01 2020

E. Penunjang

1. Pengajar/ instruktur/ narasumber pada unit diklat di BPK atau Instansi lain
a. Pengajar/Instruktur/Narasumber adalah orang yang ditugaskan untuk memberikan
pengajaran sekaligus memberikan latihan atau bimbingan dan memberikan informasi
yang bermanfaat kepada peserta yang diajarkan di Badiklat atau lembaga lain di luar
Badiklat PKN. Kegiatan menjadi coach/mentor/penguji dalam diklat dapat disetarakan
dengan pengajar/instruktur/narasumber diklat.
b. Angka kredit diberikan sebesar 0,04 per jam mengajar untuk setiap individu yang
memperoleh penugasan mengajar diklat.
c. Bukti kegiatan berupa:
1) ST/SP2 dari Pimpinan Satker
2) Surat keterangan mengajar dari Penyelenggara dan jadwal mengajar yang salah
satunya berisi keterangan jumlah jam mengajar diklat.
d. Standar jam mengajar diklat mengacu pada ketentuan di bidang penyelenggaraan diklat.
Penilaian angka kredit atas mengajar diklat yang diselenggarakan oleh penyelenggara di
luar Badan Diklat PKN harus terlebih dahulu memperoleh pengesahan dan penyetaraan
jam mengajar diklat dari Badan Diklat PKN.
e. Kegiatan tugas perbantuan mengajar/mengampu perkuliahan di bidang pemeriksaan
pada Perguruan Tinggi/Universitas dapat disetarakan dengan kegiatan mengajar diklat
sepanjang didukung dengan bukti-bukti sebagai berikut:
1) Surat Permintaan Perbantuan Mengajar dari Perguruan Tinggi/Universitas;
2) Surat Rekomendasi dari atasan setingkat Pejabat Pimpinan Tinggi Madya; dan
3) Surat Penunjukan Mengajar dari Perguruan Tinggi/Universitas.
Pemberian angka kredit didasarkan pada jumlah konversi Satuan Kredit Semester (SKS)
ke dalam jam mengajar diklat.

2. Menyusun modul yang berkaitan dengan bidang pemeriksaan


a. Penyusun modul diklat adalah orang yang ditugaskan untuk mengembangkan bahan
pengajaran dalam bentuk modul dan mengikuti ketentuan Badiklat dan disebarkan kepada
peserta diklat di Badiklat PKN.
b. Angka kredit diberikan sebesar 1 per modul diklat yang disusun oleh setiap individu yang
ditunjuk sebagai penyusun modul diklat.
c. Kegiatan penyusunan modul diklat bukan merupakan satu rangkaian kegiatan mengajar
diklat, sehingga kegiatan penyiapan materi/slide paparan mengajar diklat tidak dapat
diberikan angka kredit penyusunan modul diklat.
d. Bukti kegiatan berupa:
1) Surat Keputusan Penunjukan/Surat Tugas sebagai penyusun modul diklat yang
diterbitkan oleh Badan Diklat PKN; dan
2) Modul diklat yang telah disetujui Badiklat PKN.

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 29/34


Seri 01 2020

3. Peran serta dalam seminar/lokakarya/ konferensi di bidang pemeriksaan

Kegiatan peran serta dalam seminar/lokakarya/konferensi di bidang pemeriksaan diberikan


angka kredit pada subunsur pengembangan profesi sebagaimana diuraikan pada butir D.6.

4. Berperan aktif sebagai anggota organisasi profesi


a. Kegiatan berperan aktif sebagai anggota organisasi profesi setiap tahunnya diberikan
angka kredit sebesar:
1) 1 untuk organisasi profesi internasional;
2) 0,75 untuk organisasi profesi nasional; dan
3) 0,5 untuk organisasi profesi provinsi.
b. Angka kredit dapat diberikan setelah Pemeriksa menjadi anggota organisasi profesi paling
kurang satu tahun.
c. Organisasi profesi harus berkaitan dengan bidang pemeriksaan atau sesuai latar belakang
pendidikan.
d. Bukti kegiatan berupa kartu/tanda anggota organisasi profesi yang mencantumkan masa
berlaku/keanggotaan. Jika kartu/tanda anggota tersebut tidak mencantumkan masa
keanggotaan, maka perlu didukung bukti lainnya yang relevan.

5. Berpartisipasi dalam kepanitiaan organisasi profesi atau sesuai latar belakang


pendidikan
a. Kegiatan berpartisipasi dalam kepanitiaan organisasi profesi atau sesuai latar belakang
pendidikan diberikan angka kredit per kegiatan sebesar:
1) 0,5 untuk organisasi profesi internasional;
2) 0,375 untuk organisasi profesi nasional; dan
3) 0,25 untuk organisasi profesi provinsi.
b. Organisasi profesi harus berkaitan dengan bidang pemeriksaan atau sesuai latar belakang
pendidikan.
c. Angka kredit diberikan untuk setiap kegiatan/kepanitiaan/kepengurusan. Untuk
kepengurusan organisasi profesi hanya diakui sekali pada periode DUPAK sesuai tanggal
penetapan bukti kepengurusan.
d. Bukti kegiatan berupa salinan surat keputusan/penunjukan/keterangan/bukti lain yang
relevan yang menyatakan bahwa ybs berpartisipasi sebagai panitia/pengurus organisasi
profesi.

6. Kepanitiaan pengembangan pemeriksaan dan/atau kelembagaan


a. Kepanitiaan pengembangan pemeriksaan dan atau kelembagaan adalah keikutsertaan
sebagai Panitia/Tim Pelaksana Kegiatan yang dibentuk oleh Ketua/Wakil
Ketua/Anggota/Pejabat Eselon I/Kuasa Pengguna Anggaran di lingkungan BPK untuk

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 30/34


Seri 01 2020

melaksanakan kegiatan-kegiatan/tugas-tugas tertentu berkaitan pengembangan


pemeriksaan dan atau kelembagaan BPK.
b. Kepanitian yang bersifat seremonial/perayaan tidak dapat diberikan angka kredit.
c. Angka kredit diberikan secara proporsional pertahun sesuai masa kerja Panitia/Tim
Pelaksana Kegiatan dan berdasarkan peran/tanggung jawabnya pada setiap kepanitiaan
yaitu sebagai berikut:
1) Pengarah/PJ/WPJ/Narasumber sebesar 0,5 pertahun atau 0,0417 perbulan;
2) Ketua/Wakil Ketua/Koordinator sebesar 0,4 pertahun atau 0,0333 perbulan;
3) Sekretaris/Anggota sebesar 0,25 pertahun atau 0,0208 perbulan.
Jika terdapat kepanitiaan dengan masa kerja kurang dari satu bulan, maka diberikan angka
kredit satu bulan.
d. Bukti kegiatan berupa Surat Keputusan Kepanitiaan/Tim Pelaksana Kegiatan Ketua/Wakil
Ketua/Anggota/Pejabat Eselon I/Kuasa Pengguna Anggaran. Bentuk bukti lain yang dapat
diakui adalah berupa Instruksi Dinas/Surat Tugas.

7. Keanggotaan dalam Tim Penilai


a. Keanggotaan dalam Tim Penilai merupakan keanggotaan dalam Tim Penilai Pusat Angka
Kredit JFP yang ditetapkan oleh Sekjen BPK dan Tim Penilai Angka Kredit Perwakilan yang
ditetapkan oleh Kepala BPK Perwakilan untuk melaksanakan penilaian atas Daftar Usulan
Penetapan Angka Kredit (DUPAK) Para Pemangku JFP.
b. Angka kredit diberikan sebesar 0,04 untuk setiap DUPAK JFP yang dinilai pada setiap
semester.
c. Bukti kegiatan berupa SK Tim Penilai dan Surat Keterangan dari Sekretariat Tim Penilai
mengenai jumlah DUPAK yang dinilai.
d. Kegiatan menjadi Tim Penilai/Penguji Kompetensi JFP disetarakan dengan kegiatan
menjadi Tim Penilai DUPAK JFP. Angka kredit diberikan sebesar 0,04 untuk setiap
pemeriksa yang diuji/dinilai kompetensinya. Bukti kegiatan berupa Surat Penugasan untuk
menilai/menguji kompetensi JFP dan Surat Keterangan dari Subbagian Penilaian
Kompetensi mengenai jumlah pemeriksa yang diuji/dinilai kompetensinya.

8. Memperoleh tanda penghargaan/tanda jasa


a. Satya Lencana Karya Satya (SLKS), merupakan tanda jasa bagi individu pemeriksa
berdasarkan lamanya pengabdian/masa kerja sebagai PNS yaitu sebagai berikut:
1) 30 tahun diberikan angka kredit sebesar 3.
2) 20 tahun diberikan angka kredit sebesar 2.
3) 10 tahun diberikan angka kredit sebesar 1.
b. Tanda penghargaan/tanda jasa lainnya merupakan penghargaan atas prestasi kerja yang
terdiri atas:

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 31/34


Seri 01 2020

1) Penghargaan Tingkat I, penghargaan tingkat Nasional yang diterbitkan oleh


Pemerintah Pusat/Presiden/Kementerian/Lembaga tingkat nasional. Penghargaan
dimaksud diberikan angka kredit sebesar 3.
2) Penghargaan Tingkat II, penghargaan tingkat Provinsi yang diterbitkan oleh
Pemerintah Provinsi/Gubernur/Perwakilan institusi/lembaga Tingkat Provinsi.
Penghargaan dimaksud diberikan angka kredit sebesar 2.
3) Penghargaan Tingkat III, penghargaan tingkat Kota/Kabupaten yang diterbitkan oleh
Pemerintah Kota/Kabupaten/Walikota/Bupati/Perwakilan Institusi/Lembaga
tingkat Kota/Kabupaten. Penghargaan tersebut diberikan angka kredit sebesar 1.
Penghargaan/tanda jasa dapat diberikan secara individu atau secara kelompok/tim.
c. Setiap Pemeriksa yang memperoleh penghargaan/tanda jasa baik secara individu maupun
kelompok/tim diberikan angka kredit sebagaimana dimaksud pada butir b di atas.
d. Bukti kegiatan berupa piagam/sertifikat penghargaan/tanda jasa.

9. Memperoleh ijazah/gelar pendidikan lainnya


a. Perolehan ijazah/gelar pendidikan lain adalah perolehan ijazah/gelar pada jenjang/level
pendidikan tertentu selain yang telah diperhitungkan angka kreditnya pada subunsur
pendidikan sekolah (dhi. ijazah/gelar pendidikan formal kedua, ketiga, dst).
b. Perolehan ijazah/gelar pendidikan lainnya diberikan angka kredit untuk setiap perolehan
ijazah/gelar pada tingkat/jenjang pendidikan tertentu, yaitu sebagai berikut:
1) S3 diberikan angka kredit 15;
2) S2 diberikan angka kredit 10; dan
3) S1/D4 diberikan angka kredit 5.
c. Pengusulan penilaian angka kredit perolehan ijazah/gelar pendidikan lainnya harus
didukung bukti sebagaimana diatur pada kegiatan pendidikan sekolah (kriteria/ketentuan
butir A.1). Perolehan ijazah/gelar pendidikan formal lainnya yang tidak memenuhi
kriteria/ketentuan dimaksud tidak dapat diberikan angka kredit.

10. Penyusunan/pemutakhiran dan review Database Entitas Pemeriksaan (DEP)


a. DEP adalah sekumpulan data dan informasi yang berisi penjelasan mengenai
profil/gambaran suatu entitas/objek pemeriksaan BPK yang dapat digunakan pada saat
pemeriksaan.
b. Angka kredit diberikan untuk setiap individu secara proporsional pertahun maksimal
sebesar:
1) 0,5 untuk kegiatan menyusun/memutakhirkan DEP atau 0,25 per semester;
2) 0,3 untuk kegiatan review DEP atau 0,15 per semester.
c. Angka kredit tidak dihitung untuk setiap penugasan/ kegiatan/entitas.
d. Kedua butir kegiatan dimaksud dapat dilaksanakan oleh seluruh jenjang JFP.
e. Bukti pengajuan DUPAK berupa ST/SP2 Pemutakhiran DEP tahunan atau semesteran dari
Pimpinan Satker.

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 32/34


Seri 01 2020

11. Penelaahan hasil pengaduan masyarakat


a. Penelahaan hasil pengaduan masyarakat adalah kegiatan melakukan kajian/penelaahan
atas pengaduan masyarakat atau isu-isu terkini baik di media cetak, elektronik, dan media
lainnya yang berisi informasi mengenai adanya indikasi penyimpangan/penyalahgunaan
wewenang oleh Penyelenggara Negara, kasus/isu berkaitan entitas pemeriksaan BPK, hasil
pemeriksaan BPK, serta isu/topik-topik lainnya yang relevan.
b. Angka kredit diberikan sebesar 0,3 per output/hasil telaahan untuk setiap pemeriksa yang
terlibat dalam penugasan penelaahan.
c. Bukti kegiatan berupa ST/SP2 dari Pimpinan Satker dan Laporan hasil telaah/kajian yang
telah disetujui atasan langsung.

12. Pendamping konsultan dan/atau pimpinan, pejabat BPK terkait dengan pengembangan
pemeriksaan dan/atau kelembagaan
a. Pendamping konsultan dan/atau Pimpinan, Pejabat BPK terkait dengan pengembangan
pemeriksaan adalah kegiatan mendampingi konsultan dan/atau Pimpinan, Pejabat BPK
terkait dengan pengembangan pemeriksaan, termasuk kegiatan menyiapkan materi-
materi/bahan-bahan yang dibutuhkan oleh konsultan dan/atau Pimpinan, Pejabat BPK.
b. Angka kredit diberikan sebesar 0,02 untuk setiap penugasan/kegiatan
pendampingan/penyiapan bahan per individu.
c. Kegiatan menghadiri Raker, Rakor, Rakornis, dan kegiatan semisalnya dapat diberikan
angka kredit setara dengan kegiatan pendampingan.
d. Bukti kegiatan berupa ST/SP2 dari Pimpinan Satker dan laporan kegiatan.

13. Pembuatan laporan berkala satuan kerja


a. Pembuatan laporan berkala adalah kegiatan penyiapan laporan dengan jangka waktu
tertentu (mingguan/bulanan) secara periodik atas realisasi anggaran berdasarkan RKP
yang disusun oleh Satker Pemeriksaan atau laporan kegiatan di lingkup Satker
Pemeriksaan.
b. Angka kredit diberikan sebesar 0,004 per penugasan penyusunan laporan berkala untuk
setiap pemeriksa.
c. Bukti kegiatan berupa ST/SP2 dari Pimpinan Satker dan laporan berkala yang disahkan
atasan langsung.

F. Lain-Lain

1. Penilaian angka kredit sebelum diangkat menjadi PNS


Seluruh kegiatan Pemeriksa sebelum diangkat menjadi PNS tidak diberikan angka kredit,
kecuali kegiatan sebagai berikut:
a. pendidikan sekolah dengan ketentuan sebagaimana diuraikan pada butir A.1;

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 33/34


Seri 01 2020

b. diklat JFP dengan ketentuan sebagaimana diuraikan pada butir B.1;


c. diklat fungsional/teknis yang mendukung tugas pemeriksa dengan ketentuan sebagaimana
diuraikan pada butir B.2; dan
d. diklat prajabatan dengan ketentuan sebagaimana diuraikan pada butir B.4.

2. Penilaian angka kredit untuk pengangkatan JFP


Penilaian angka kredit untuk pengangkatan dalam JFP melalui Perpindahan dari Jabatan Lain
dan Pengangkatan Kembali dalam JFP mengacu pada butir kegiatan/uraian tugas JFP
sebagaimana diatur dalam Peraturan MenpanRB Nomor 49 Tahun 2018 tentang JFP beserta
Peraturan Pelaksanaannya.

Seri Panduan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFP 34/34

Anda mungkin juga menyukai