Anda di halaman 1dari 79

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TIDUNG

NOMOR 16 TAHUN 2012


TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANA TIDUNG
TAHUN 2012-2032

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI TANA TIDUNG,

Menimbans : a i:'ffiT#:lffi"'
3:lxi:fl3'T -n:?*3ffil''':T*t?FJ[Xf pengaturan
ruang Oi kanupaten' Tana. Tidung' diperlukan
berdayaguna'
penataan ruang J"a"t, serasi, selaras' seimbang'
meningkatkan
berhasilgunr, o"iuuJrv" dan berkelanjutan untuk
kesejahGraan masyarakat yang berkeaditan;
bahwa keberadaan ruang yang terbatas
dan pemahaman
b. penataan
masyarakrt yunJ-n.t["*6'n'g t6rhadap pentingnya
-*"*Lnrfan ruang yang
;;;d penyetengg.araan penataan
i;;;p#r, partisifiitit' agar terwujud ruans yang
etenit oah
aman, nyaman, produktif dan berkelaniutan;
C.bahwauntukmelaksanakanketentuanpasalTSayal(4)butirc
Undang - UnOang' f'f"*- Z6.Tahun
2OA7 tentang 1"11?:l
Daerah tentang Rencana
Ruang perlu me,iOent'k Peraturan
fata Fuing KabuPaten Tana Tidung;
d.bahwaberdasarkanpertimbangansebagaimanadimaksudpada
Peraturan Daerah tentang
huruf a, b, dan c perlu *"1"]-"Pkan
Rencana fata n;ig Witayan Kabupaten Tana Tidung'

Mengingat:1.Pasal18ayat(6)-Undang.UndangDasarNegaraRepublik
1945;
lndonesia Tahun
j:!
2.Undang-UndangNomor32Tahun2oa4tent,angPemerintahan
lndonesii. Tahun 2OO4
Daerah (t_emUlaran"'lG;;; n"prnfi*Negara'Republik lndonesta
Nomor tZS, fJm^nahan"Lemnaran
Nomor4437)sebagaimanatelanoi,o""nbeberapakali,terakhir
12 Tahun 2008 tentans
densan Uno,tiJ-iinO"ng. ,I?Tot Nornor' 32 Tahun 2OO4
-iG*6"'n
Perubahan fedrla-atas tlndang-UnOang N-egara Republik
tentanE p"*o'il'r'"n DaerJn Lembaran Negara
lndonesia frr'u"'ilOa no*ot -59''iambahan
ii"prnfif lndonesia Nomor 48a$;
3 ]'"ffi#
[**il;:r!:j:Hift'"Hr []i;ffi :T':in;[fl
- llru$+*#*,ru #'m*f*Nr'frB***
Kak
Ne(
Ler Pembentukan
12 tahun"zlt' tentang
5' Undang-Un{ang T-o*o'
t'Erri:l **;:l's'u:li:
m#;'m::
'"ffi*: ^'^T:[i;""-Zor
tndonesia
atlu* t"' '^'^;^r..-
I 1 Nomor 5234);
Republik lndonesta tentanq cf,ioR Rencana
6
rd*ffi,ffi,lf"T-imr Effi f'H [#3H,rftu:H
'*l:ilm'-I"::*,T"' l:';l; 1s rahun;'-H"Xlixft
..2919
tentans
7 ' Peraturan Pemen
,,."J#:r+xffxff#,ft:tfu :;Hil:ff H:T:
d;il''"-li k n

8' Peraturan
:::"^1 :,;;
Pemertn ffi'#'
t, n' n zo 1 otelta 1e- Be ntu da

tit^c^'^P"l?ly"v,';rt'tout"n'F"ti't"nRu'a'[9(Lembaran
NeqaraRepubrik';fi?i;il:ifnyiSbi6-uo*o'118'rambahan
LeirbaranNegaraR;;bliklndonesiaNomorSl60);

Bersama
Dengan Persetuiuan

DEWANPERWAKILANRAKYATDAERAHKABUPATENTANATIDUNG
dan

BUPATI TANA TIDUNG

MEMUTUSKAN

Menetapkan:PERATURANDAERAHTENTANGRENGANATATARUANG
A r DU NGTAH U N 2A1 2-2032
p
wt LAYAH xae u nil'i.i'inlu I

*=r=*?frinl ,MUM
Pasal I
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang d.arat, ruang
laut, dan ruang udara'
1. tempat manusia'
termasuk ,"urng Ji Jrrrtn olrri seoagai salu kesatuan wilayah,
kelangsungan
dan rnakhlur< iliJup-tain, melakukan kegiatan dan memelihara
hidupnya.
2,Tataruangadalahwujudstrukturruangdanpolaruang.
jaringan
3. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
prasarana dan sarana yang berrungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierirki memiliki hubungan fungsional'
4.PolaRuangadalahdistribusi,peruntukanyaydalamsuatuwilayahyang
lindung"o'n t"runtukan ruang untuk
p"ruii,[* ,r.ng untul-r irngsi
meliputi
fungsi budidaYa'
5'PenataanruangadalahP.o:":perencanaantataruang,pemanfaatanruang
ruang'
Am p"ng"ndalian pemanfaatan
6'Penyelenggaraanpenataanruangadalahkegiatanyangmeliputipengaturan,
o an
pe n atadn ruang'
pemb in aan, pJt'-r'Ln'"n' fetigawasan
-p","iintah d alam penataan
ruang'
T,Pengaturanpenataanruangadalahupayapembentukanlandasanhukumbagi
Pemeri ntan,
DaLrj;;;;'tyarakat
pJmerintarr Daerah' dan
8'Pembinaanpenataanruangadalahup?Yauntukmeningkatkankinerjapenataan
ruang y"ng'-i[Jl"nggrrikrn-;i;"];merintarr]
ruang'
*rtirtiraidalam Penataan
ruang' dan
g.Pelaksanaanpenataanrualg-adalahupayapencapaiantujuan.penataanruang
iata
melalui pelaksanaan p"r"n"rnrrn 'u'n!]'p"'anfaatan
ruang'
pengendalian Pemanfaatan

,".r1, ilffii;# pli,t'"t'n perundang-undangan'


l0.Pengawasanpenataan'iil.gadalahupayaagarpenyele-nggaraanpenataan
ruang dapat diwujudkan struktur ruang
ruang
proses untuk menentukan
11. peren canaantata .adarahsuatu dan penetapan rencana tata ruang.
dan pola ,,,ng yang meliputi il,;;";ff
pelaksanaan
ffi;
*"rrr,iip"nyusunan dan
12,Pemanfaatanruangadalahupayauntukmewujudkanstruktulluangdanpola
,un"r,.,lur1'r;
ruang sesuai dengan
piogim beserta pembiayaannya' tertib tata
ruang adalah upaya untuk mewu]u( lkan
13. pengendalian pemanfaatan
ruang'
hasil perencanaan tata ruang'
14. Rencana tata ruang adalah
Kabupaten.T.ana Tidung yalg selanjutnya disebut
15. Rencana Tata Ruang wlayahriJJrg' adarah ;h;;" keo'rjakan dan strategt
RTR* Kabupaten Tana n g'
pema nfa at1 t"I** g *ii uv'
rt Kab u piten Ta na Tid u
^
yang batas sistemnya i["nt"rr.L"n berdasarkan aspek
16.Wilayahadalahruangyangmeruos\ankesatuangeografisbesertaSegenap
dan
unsur terkait
administratif O'nl'ti' aspek fungsional'

lT.sistemwilayahadalahstrukturruangdanpolaruangyangmempunyal
pada tingkat wilayah'
jangkauan"pl'V'n'n kawasan
Wilavah valg t?1".11:l3v^1 disebut' P[(VV'adalah
18. Pusat Kegiatan
perkotaany,ngberfungsiuntur-metayanikegiatanskalaprovinsiataubeberapa
KabuPaten/Kota'
beberapa
untuk *"r"ilni'ilai;6 sxara Kabupaten/kota atau
lg.PusatKegiatanLokalyangselanjutnyadiseb-utPKLadalahkawasanperkotaan
yang berfungsi
kecamatan'
;t'; diajukan untuk ditetapkan
20.PusatKegiatanLokalPromosiyangselalr-ulnv,disebutlKlpadalahkawasan
perkotaan yang kedepann;;' a'p;;o.ifti''t'
sebagai PKL'

,ntr[ melayani'f"gi't'n skala kecamatan atau


2l.PusatPelayananKawasanyangselaniYly,disebutPP'Kadalahkawasan
perkotaan yang berfungsi
beberaPa desa'
22.PusalPelayananLingkunganYang.selanjutnyadis.eb.utPPLadalahpusat
m"elayani kegiatan skala antar
desa'
permukim an yangberfungsirntul
darat yang meliRuti bagian jalan,
23. Jalanadalah prasarana transportasi
diperuntukkan bagi
p"rlengi.rp;nnya yang-se;ala
termasuk bangunan p"r"ng'xJ5'Jrn
di atas permukaan tanah' di
lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, permukaan air' kecualiialan
serta di atas
bawah p"r*r[Jrn tanan dan/atau aii,
tereta api, jalan lori, dan jalan kabel'
kesatuan ruas jalan yang saling
24. sistem jaringan jalan adalah suatu pe.rumbuhan dengan wilayah yang
pusat-pusat
menghubung{rn dan mengikat
Oatim saiu hubungan hierarkis'
berada Oafam'pefirufr piayanan
utama lindung atau budidaya'
25. Kawasan adalah wilayah yang memilikifungsi
mempunyai kegiatan utama
26. Kawasan perdesaan adalah wilayah Y?ng atam, dengan susunan fungsi
pertanian, t";;;;k pengelolarn =r*b"r-daya pelayanan jasa
sebagai tempat. permukiman
kawasan 'O*::"n'
ekonomt'
pimerintahan, pelayanan sosial' dan kegiatan
adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
27. Kawasan perkotaan'rr"rnrn, 'f1wasa1 sebigai tempat permukiman
pertanian O"n6* fungsi
pelayanan jasa pemerintahan' pelayanan
perkotaan, pemusatan dan oistiio"usi
sosial, dan kegiatan ekonoml'
yang ditetapkan dengan fungsi utama
28. Kawasan lindung adalah kawasan alam dan
kelesiarian lingkungan hidup y"ng mencakup sumberdaya
melindungi
Oan 6uOaya bangsa' guna kepentingan
sumberda,, nrri*-serta nifrit"Jrt$
pembangunan berkelaniutan' .
L. rzarrraoan hr rtan fungsi pokok
29'Kawasanhutanlindungadalahkawasanhutanyangmempunyal untuk mengatur tata air'
sebagai perlindungan sistem ;il;;tt',*l'lio'i
mencegahbanjir,mengendalikanerosi,mencegahintrusiairlaut,dan
memelihara kesuburan tanah'
kars adalah kawasan batuan karbonat berupa batu gamping dan
30. Kawasan kars'
morfologi
dolomite yang memperlihatkan
wilayah pengelolaan sumber daya
air dalam
31. wilayah sungai adalah kesatuan
tr"g'i Oanlltau kecil yang luasnya
satu atau lebih daerah aliran lulau;nulau
persegl'
frrrng dari atau sama dengan 2'000 kilometer
satu
suatu wilayah daratan yang merupakan
32. Daerah aliran sungai adalah'Orn sungainya'. yang berfungsi
kesatuan dengan sungal 'nak-inak
air yang o-erasat dari curah hujan
ke
menampung, menyimpan, orn il"ngrtirrrn nat;- oI oarat pemisah
danau atau ke taut secar, ,ir*i,"vangdengan
T-"^!yuk'n
daerah perairan yang masih
topografis oan natas di tari
"rmpai
teiPengaruh aktivitas daratan'

yang mempunyai manfaat penting


33.sempadansungaiadalahkawasansepanjangkirikanan:.Yx,:t"rmasukpada
sungai nuriJniirnal/saluran/irigasi -pii*",
ngsi sun gai'
u ntuk r"*p"
Jrf'r'"nXan fetestaiian fu
wilayah yang dibatasi oleh batashidrogeologis'
34. cekungan air tanah adalah suatu pio"u" pengimbuhan' pengaliran'
tempat semua kejadian friOrofilfogil"upt.ti
dan pelepasan air tanah berlangsung'
mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang
35. Kawasan sekitar *",pertananran kelestarian fungsi mata
air.
mempunyai manfaat penting ,nt,k
tertentu sepanjang pantai yang
mempunyai
36. sempadan pantai adalah kawasan kelestarian fungsi pantai.
manfaat penting untuk,",p",t,r,ankan

lebih. u"r"ii.l-teinuk"," t"*-nat tumbuh tanaman' baik yang


3T,Ruangterbukahijauadalahareamemanjang/jalurdan/ataumengelompok,yang
penggunaannya
tumbuh maupun yang sengaja ditanam'
""""'alamiah
hujan, sehingga *"tr'prf'n [empat pengisian air bumi
3g.KawasanresapanairadalahkawasanyangmemPrnylikemampuantinggi
untuk meresapkan air
air'
(aquifer) yang'Oerguna sebagai sumber
Sebagailingkungantemo3!tinggalataulingk,ng?nhuniandantempatkegiatan
peng hid u pan'
;;;s;""d-rr, nE perikeirid upan dan
untuk
adalah kawasan yang digunakan
56. Kawasan Permukiman Perkotaanpada umumnya ditunjang oleh sarana dan
kegiatan ,tr*, non pertanian dan t"irit" peribadatan' pendidikan'
prasarana transportasi yrng,"I.,"#liri,
pemerintahan' Kawasan permukiman
perdagangr.tillr* p6r*Jntoran dantempat tinggal, berskala besar' sedang'
perkotaan terdiri atas bangrnan-ir*rrt
kecil, bangunan rumah campuran
i"rprilinggal/ ,*t1' dan
tempat usaha'
permukiman
-ioxr"i
Permukiman Perdesaan adalah suatu kawasan untuk pertanian'
-rrtir'
57. Kawasan didominasi oleh lahan
yang ada pro, seritalila
i"girn, dan Pemanfaatan lainnYa
yang ditetapkan secara nasional
5g. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah
"" pertahanan'
untuk ke[entingan
;;;;J[rnrrt'n
5g,Kawasanstrategisnasionaladalahwilayahyangpenataanruangnya
p"ngaruh,-sangit p'""niing se-cara nasional
diprioritaskan kaiena mempunvri dan lieamanan negara' ekonomt'
terhadap kedaulatan negara, i"rtrf,rirn wiiayarr yang telah ditetapkan
sosial, budaya, dan/atau ringkrl';ril,'i"irrtrt<
sebagaiwarisan dunia'
-penting dalam lingkup
60.Kawasanstrategisprovinsiadalahwilayahyangpenataanruangnya
diprioritaskan karena *"*prn1il- fi"ngrruh ,saniat
provinsiterhadapekonomi'sosial'budayi'dan/ataulingkungan'
t'ngit fienling. dalam tingkup
6l.KawasanstrategisKabupatenadalahkawasanyangpenataanruangnya
*"*plnyri-p"ngrt'l't -Uui'V',
"
diprioritaskan karena ' sisial,. tingXungan' serta
Kabupaten tof.rJrp "koi]o'*i, teknologi'
pendayag,n"n t"ber daya alam dan
sumber
62'lndikasiprogramutamajan.gkamenengahlimatahunanadalahpetunjukyang
lokasi U"t"'n, waktu pelaksanaan' yang
memuat usulan program u*unL, mewujudkan ruang Kabupaten
rangka
dana, dan instansi pelaksanr'Jri"*
ruang'
sesuai dengan rencana tata umum
peraturan zonasi sistem Kabupaten adalah ketentuan
63. KetentUan umum Kabupaten dan
yang mengatur ners,v3.9-tan-pu*gnfaatan "lng/p"nataan
t"ng untuk setiap
pengendalian pemanfaatan
unsur-unsur . Kabupaten'
'qry..gltytYl
klasifikasi peruntukan/fungsi I;; r"rrri dengan RTRW
64'lzinpemanfaatanruangadalahizinyangdipersyaratkan.dalamkegiatan
ra n peru nd a n g-u ndan
gan'
g ruir""i O"n g;n feteniuan pe ratu
pemanfaarrrl*L oleh
perizinan adarah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan setiap
65. Ketentuan v"ng hrt,;s d-ipenuhi oleh
pemerintah daerah sesuai kewenangannya yrng 'Jig"rnakan sebagai alat dalam
pihak sebelum pemanfaatan ruang,
melaksanakanpembangunankeruanganyang-tertibsesuaidenganrencana
ditetapkan'
dan
tata ruang^yang'telah diJusun
66'tnsentifadalahperangkatatauupayauntukmemberikanimbalanterhadap
rencana tata ruang'
pelaksanaan kegiatan yang ttiat"n'Otngan
adalah perangkat agy up_1y: untuk mencegah' membatasi
67. Disinsentif yang tidax dengan rencana tata
pertumbuhan atau *"ngorr'nii tegiatan ""1at"n
siapa saja vang
arahan untuk memberikan .11n,rs] ??.s^i
a, []1n sanksi adalah
melakukanpelanggaranpemanfaatanruangy"ngtidaksesuaidenganrencana
tata ruang Yang berlaku'
lain
kepentingln nonpemerintah
69'Masyarakatadalahorang.perseorangan,kelompokorangtermasukmasyarakat
duii;,j,-pE*ingx,
hukum adat, korporasi, ruang'
penataan
dalam penyelenggaraan
dalam perencanaan tata
70. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif..masyarakat
pemanfaatan ruang'
ruang, p"rrntrri,n ruang,' dan pengendalian
tertentu, baik di daratan
11. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas
maupundiperairanyang*",p,"vai-fungsipokoksebagaikawasan
pengawetankeanekaragamantumbuhandansatwasertaekosistemnyayang
kehidupan'
juga berfu^gti;;;g;i riitayan sistem penyangga

T2.KawasanCagarBudayadanilmupenge.tahuanadalahkawasanyanq
manlsiiAan benda alam yang mempunyar
merupaka, foflrri tinggaLn.nrirya p"ngetah.uan dan kebudayaan beserta
nilai penting bagi sejarah,. i[iu nrgi pelestarian, pengembangan dan
lingkungannya yang oiperturan
pemanfaatan.
manusia, bergerak atau tidak bergerak
73, Cagar budaya adalah benda buatan bagian-bigiannya atau sisa-sisanya'
yang berupa'fe"rtur" rta, f"fJipofCrtru tihun, atau mewakili masa
yang nerumui sekurang-kulqp;;;-50 lii* jr'-rnl
kurangnya 50 (lima puluh)
gaya yang r.r,r, orn m-ewakili"rl.rgaya ggrulano selarah, ilmu. pengetahuan
tahun, serta dianggap *"*punv"-inliii,"ntifo _nagl mempunyai nilai penting
serta nenOa'Jar-Ving diangglp
dan kebudayaan,
U"ti t"irtatr, itmu pengetahuan dan kebudayaan. wilayah
prasarana adalah kelengkapan dasar fisik yang memungkinkan
'
74. wilayah
dapat berfungsi sebagaimana mestinya'
unsur dan
dukung adalah.kemampuan lingkungan alam beserta segenap
75. Daya manusia serta mahluk hidup
pJtir"[idupan
sumberdayanya untuk *"nrnffig
lainnYa secara berkelanjutan'
T6.DayaTampungadala.h,kemampuanlingkpnganhidupuntukmenyerap
tiin Ving masuk atau dimasukan ke
penduduk, iri,'Bnogr, Oanlatau f"Lp"*n
dalamnYa- ke
adalah tempat sebelum sampah diangkut
77. Tempat penampungan sementara Ornlrtr, lempat pengolahan sampah
tempat pendauran ulang, p"riJrfr"",
terPadu'
TS.Tempatpemrosesanakhiradalahtempatuntukmemrosesdanmengembalikan
bagi manusia dan lingkungan'
sampah ke media lingkungan!""ri, "*"n
rOf'o.'il;i ;'P:grk uniuk mendukung pelaksanaan
Tg.BadanKoordinasiPenataanRuangD.aerah,.yangselaniutlyalisebutBKPRD
adatah badan bersifat Penataan Ruang di di
undang-undang Nomor zo- t'ah,ln 2OO7 t""i',"g tugas
Tidung Orn *"rpunyai {ungsi
mimnantu pelaksanaan
Kabupaten i;.;
penataan ruang di daerah'
Bupati Oatam loordinasi
B0.lzinlokasiadalahizinyangdiberikankepadaperusahaal,ll,kmemperolehberlaku pula
yang diperlukan da.lam rangka p"n"nrfrrn modal yang guna
tanah menggunakan tanah tersebut
sebagai izin pemindahan rrrx, orti untuk
modalnya'
kepelluan usaha penanaman Republik
Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
81. Pemerintah
lndonesiayang,n","gungkekuasa.anpemerintahanneoaraRepublik
UnO,ng-[ii;;;';;"r NJgara Republik
lndonesia sebagaimana drm-aksud
lndonesia Tahun 1945'
32.PemerintahProvinsiadalahPemerintahProvinsiKalimantanTimur.
S3.KabupatenadalahKabupatenTanaTidungdiProvinsiKalimantanTimur'
-
84.PemerintahDaerahadalahBupatidanPerangkatDaerahsebagaiunsur
p"ny"lenggarapemerintahDaerah'
85. Bupati adalah BupatiTana Tidung'
yang selanjutnya disebut DPRD adalah
86. Dewan penruakilan Rakyat Daerah Tana Tidung'
Dewan per*a[ihn Rakyit Daerah Kabupaten

BAB II
LINGKUP WILAYAH PERENCANAAN
Pasal 2

(1) LingkupwilayahdalamRTRWKabupatenTana,Tidungadalah.wilayah
r.ut11g-lebih +'dZA'sg km2 (empat
administrasi Kabupaten Tana riOunilJJfirt
ribu delapan ,rt.,!- J6 puluh- Oetfpan
[oma liria puluh delapan kilometer
puluh tiga) desa'
persegi) yang a ttigai[ecamatan dan 23 (dua
teroJgik"dfi;
(2) Batas koordinat Kabupaten Tana.
Tidung terbentang mulai 116"42',50" Sampai
Lintang
dengan 117"4g'Sy;[fiui-iimurdan 3"i2'A2" sampai dengan 3"46'41"
Utara.
(3) Batas-batas wilayah kabupaten
terdiri atas :

sembakung Kabupaten
a. sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Nunukan;
b.sebelahselatanberbatasandenganKecamatanSekatakKabupaten
Bulungan;
berbatasan L,1{ Sulawesi'Kecamatan Bunyu
c. sebelah timur t"ng3n
Tarakan; dan
kaUupat"n Bulungan dan Kota
d.sebelahbaratberbatasandenganKematanMalinauKota,Kecamatan
Malinau Utara KabuPaten Malinau'

BAB III
DAIdiMTTCT PENATAAN RUANG
TUJUAN, KEBIJAKAN
Bagian Kesatu
Tuiuan Penataan Ruang
Pasal 3
untuk mewujudkan Kabupaten
penataan ruang wilayah Kabupaten bertujuan berbasis masyarakat'
sebagai sentra ,groi;dlriri,
pefiahia; ;; p;rikanan

Bagian Kedua
Keb'rjakan Penataan Ruang
Pasal 4
wilayah 9ep-agaimana dimaksud
(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang
i;i;;;r; penataan ruang wilavah Kabupaten'
renilaxan
daram pasar
Q\KebijakanpenataanruangwilayahKabupatensebagaimanadimaksudpada
aYat (1) meliPuti:
a.pengoptimalanpernanfaatanpotensiagroindustri'petaniandan
perdagangandalam,",ngk,mendorongperbaikankualitaskehidupan
masYarakat;
b,penataanlahanpertanianlahanbasahsertarneningkatkanproduktivitas
Pertanian;
c.pemantapanpemanfaatanruangkawasanlindungsesuaidenganfungsinya;
d.pengelolaanwilayahpesisirdanlautdenganpende.katanketerpaduan
*"g ;* pemban g u n an berkelanj
utan ;
d Jn'
ekosistem ; sumberdaya,
e. pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah;
f.pengoptimalanpotensilahanbudidayadansumberdayaalamyang
pada wilayah belum berkembang;
mendorongj p".tlmbuhan sosial ekonomi
dan
peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan
keamanan negara'
g.

Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang
Pasal 5
(1) Untuk mewuiudkan kebijakan penataan ruang
wilayah sebagaimana dimaksud
penitaan ruang wilayah Kabupaten'
dalam pasat ;;y;i (Z) oitetapkan strategi
(2) Pengoptim alan pemanfaatan potensi agroindustri, perdagangan dan pertanian
-p;rbri6n kehidupan masyarakat
dalam rangka mendorong p;;;i .kualitas
sebagaimana Jimat sud datam 4 ayat(2) huruf adengan strategi meliputi:
pendapatan . petani melalui
a. mengembangkan sentra agroindustri dan- jasa dan pariwisata;
revitalisasi;;kt", pertanian, ferdagangan,
besar terutama jenis
b. mengembangkan industri kecil, menengah.dan industri
perikanan dan kehutanan;
industri vrl.,g-*ngorirt hasil pertanian,
c. memantapkan usaha pemberdayaan petani dan nelayan'
perguruan tinggi' lembaga
d. mengembangkan kerjasama dan sinergitas antara
penJlitian, petani dan industri; dan
guna sektor pertanian dan
e. mengembangkan penelitian dan teknologi tepat
perikanan'
meningkatkan produktivitas
(3) Penataan lahan pertanian .lahan basah serta 4 ayal (2) huruf bdengan strategi
pertanian sebagaimana dimak.rJ Ortrtn Pasal
meliPuti:
a,menetapkankawasanlahanpanganpertanianberkelanjutan;
dan
b. merehabilitasi dan memelihara jaringan irigasi;
dan pertanian tanaman
c. meningkatkan produktivitas lahan sawah tadah hujan
pangan.
(4t Pemantapan peman faatan.ruang kawasan. ltndung sesuai dengan fungsinya
ayat (2) hurul cdengan strategi meliputi:
sebagaimana himat sud dalam-Pi"ri+
a.memulihkanfungsikawasanlindungSecarabertahap;
kawasan lindung;
b. pembangunan prasarana wilayah di sekitar
mengendalikan
c'mengoptimalkanpendayagunaankawasanlindunghutandannonhutan;
d.mengendalikanpemanfaatansumberdayaalamdansumberdayabuatan
Padi kawasan lindung; dan
e. merehabilitasi lahan kritis pada kawasan lindung'
(5)Pengelolaanwilayahpesisirdanlautdenganpendekatanketerpaduan
ekosistem,sumberdayadankegiatan--pemoangunan.berkelanjutan
aiyat(2) huruf ddengan strategi meliputi:
sebagaimrn" ai*"t suo oatam-Fr.ar
ekologi pesisir dan pulau kecil serta
a. merehabilitasi kawasan pelestarian
pesisir;
kawasan perlindurngan bencana
b. mengembangkan budidaya perikanan;
c. mengoptimalkan fungsi hutan bakau;
d. mengembangkan perikanan tangkap; dan
e. mengendalikan pencemaran di kawasan pesisir dan laut.
dimaksud
(6) Pengembangan sistem jaringan prasarana .wilayah sebagaimana
dalain pasaia ayat {2) huruf e dengan strategi meliputi:
a. meningkatkan akses jaringan ialan;
prasarana
b. mengembangkan dan meningkatkan ketersediaan dan kualitas
wilayah;
c. mengembangkan alokasi prasarana dan sarana fisik, sosial' dan ekonomi
sesuai fungsl dan terintegrasi dengan struktur ruang wilayah;
d. mengembangkan sistem energi;
e. meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana sumberdaya air berbasis
DAS;
regional dan lokal;
f. mengembangkan sistem pengelolaan persampahan skala
dan
g. mengembangkan sistem telekomunikasi yang merata'
yang mendorong
(7) Pengoptimalan potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam sebagaimana
pertumbuhan sosial ekonomi di wilayah belum berkembang
meliputi:
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf f dengan strategi
a. meningkatkan prasarana transportasi;
tertinggal;
b. mengembangkan perekonomian pada kawasan budidaya wilayah
dan jalan
c. meningkatkan akses kawasan budidaya ke jarin gan ialan arteri
kolektor;
dan
d. meningkatkan sarana dan prasarana pendukung di pusat kegiatan;
pengembangan
e. meningkatkan produktivitas dan komoditas unggulan serta
keterkaitan hulu dan hilir'
pertahanan dan keamanan
(8) Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan -untuk(2) huruf g meliputi :
pasal 4 ayal
negara seoagai;r;naloimrt sud ialam
pertahanan dan keamanan'
a. Mendukung penetapan kawasan peruntukan
dan di sekitar kawasan
b. Mengembangkan budidaya secara selektif di dalam peruntukannya'
pertahanan dln keamanan untuk menjaga fungsidan
c.Mengembangkanfungsikawasanlindungd?nlalaukawasantidak
keamanan negara sebagai
terbangun ii sekitar liawasan pertahanan dan
zona Penyangga; dan
pertahanan dan keamanan
d. Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset

BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG
Pasal 6
atas:
(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten terdiri
a. sistem Pusat kegiatan; dan
b. sistem jaringan Prasarana'
pada ayat (1) huruf a meliputi:
(2) Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud
a. sistem Perkotaan; dan
b. sistem Perdesaan.

1o
(3) Sistem jaringan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi.
a. sistem prasarana utama; dan
b. sistem prasarana lainnya.
(4) Rencana struktur ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1: 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kesatu
Sistem Pusat Kegiatan
Paragraf 1
Sistem Perkotaan
Pasal 7
(1) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a
meliputi:
a. PKWp;
b. PKL; dan
c. PPK.
tZ) pKWp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa perkotaan Tideng
Pale di Kecamatan SesaYaP;
(3) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. perkotaan Sesayap di Kecamatan Sesayap Hilir; dan
b. perkotaanTanah Merah di Kecamatan Tana Lia.
(4) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi :
a. perkotaan Buang Baru di Kecamatan Sesayap Hilir;
b. perkotaan Bebatu di Kecamatan Sesayap Hilir; dan'
c. Perkotaan Rian di Kecamatan Sesayap

Paragraf 2
Sistem Perdesaan
Pasal 8
(1) Sistem perdesaan sebagalmana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b
berupa PPL.
(2) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Kecamatan SesaYaP meliPuti :
1. Desa Tideng Pale Timur; dan
2. Desa Sedulun.
b. Kecamatan Sesayap Hilir meliputi '

1. Desa SesaYaP;
2. Desa Bandan Bikis;
3. Desa Menjelutung;
4. Desa Sengkong; dan
c. Kecamatan Tana Lia meliputi Desa Sambungan'
LL
Bagian Kedua
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Paragraf 1
Sistem Prasarana Utama
Pasal 9
Sistem prasarana utama Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6ayat (3)
huruf a meliputi:
a. sistem jaringan transportasi darat;
b- sistem jaringan perkeretaapian;
c. sistem jaringan transportasi laut; dan
d. sistem jaringan transportasi udara.

Sistem Jaringan Transportasi Darat


Pasal 't0
Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalarn Pasal t huruf a
terdiri atas:
a- Sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ); dan
b. Sistem jaringan lalu lintas angkutan sungai,danau dan penyeberangan
(LLASDP).

Pasal 11
(1) Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf a terdiri atas:
a. jaringan jalan dan jembatan;
b. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan
c. jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan-
(2) Jaringan jalan dan jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri atas:
a. jaringan jalan nasional;
b. jaringan jalan kabupaten; dan
c. jembatan.
(3) Jaringan jalan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berupa
pengembangan jalanarteri primer ruas jalan Sekatak Buji - Malinau'
(4) Jaringan jalan kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
meliputi:
a. rencana pembangunan dan pemeliharaanjalan kolektor primer 4;
b. rencana pembangunan dan pemeliharaanjalan kolektor sekunder;
c. Rencana pengembangan dan pemeliharaan ialan kolektor sekunder;dan
d. rencana peningkatan dan pemeliharaan jalan lokal'
(S) Rencana pembangunan danpemeliharaanjalan kolektor primer 4 sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf a meliputi:
a. ruas jalan Trans Kaltim - simpang seputuk - KapuaklRian;
b, ruas jalan Kapuak/Rian - TidengPale;

L2
c. ruas jalan Pusat Pemerintahan - Sebawang - Tideng Pale;
d. ruas jalan Trans Kaltim - Pelabuhan Sesayap;
e. ruas jalan Sesayap - Sengkong;
f. ruas jalan Sengkong - Bebatu;
g. ruas jalan Seputuk - Batas Malinau.
h. Ruas jalan KTT-Jalan Tembus Tarakan Sekatak
(6) Rencana pembangunan dan pemeliharaanjalan kolektor sekunder
sebagaimana dimaksud pada ayat 4) huruf b meliputi:
a. ruas jalan poros utara kabupaten;
b. ruas jalan Tana Merah - Tanjung Keramat - Tengku Dacing;
(7) Rencana peningkatan pemeliharaanjalan kolektor sekunder sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf c meliputi:
a. ruas jalan Trans Kaltim - Tideng Pale;
b. ruas jalan Trans Kaltim - KapuaklRian;dan
c. ruas jalan Tideng Pale - Sesayap
(8) Rencana peningkatan pemeliharaan jalan lokal sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf d tercantum dalam Lampiran Il dan merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(9) Jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:
a. rencana pembangunan jembatan kabupaten; dan
b. rencana pemeliharaan jembatan kabupaten.
(10) Rencana pembangunan jembatan kabupaten sebagaimana dimaksud pada
ayat (9) huruf a meliputi:
a. jembatan Buang Baru berada di desa Buang Baru Kecamatan Sesayap
Hilir;
b. jembatan Sungai Sesayap berada di Kecamatan Sesayap dan Kecamatan
Sesayap Hilir;
c. jembatan Sungai Berrgkawat berada di Kecamatan Sesayap Hilir;
d. jembatan Sungai Linuang Kayan berada di Kecamatan Sesayap Hilir;
e. jembatan sungai sembakung berada di Kecamatan Tana Lia;
f. jembatan Sungai Sebidai berada di Kecamatan Sesayap;
g. jembatan Sungai Sedulun berada di Kecamatan Sesayap;
h. jernbatan Sungai Rian berada di Kecamatan Sesayap; dan
i. jembatan sungai supa berada di Kecamatan sesayap Hilir.
(11) Rencana pemeliharaan jembatan kabupaten sebagaimana dimaksud pada
ayat (9) huruf b meliPuti:
a. jembatan Beally Sebidai berada didesa Sebidai Kecamatan Sesayap; dan
b. jembatan Gunawan berada di desa Gunawan Kecamatan Sesayap
c. jembatan Buang Baru berada di desa Buang Baru Kecamatan Sesayap
Hilir.
(12) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf bmeliPuti:

L3
a. pembangunan terminal penumpang tipe B di perkotaan Tideng pale
Kecamatan Sesayap; dan
b. pembangunan unit penguji kendaraan bermotor berada di Kecamatan
Sesayap.
(13) Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf cmeliputi:
a. penataan trayek angkutan penumpang dan angkutan barang meliputi:
1. Tideng Pale - Sesayap Hilir;
2. Tideng Pale - Bebakung;
3. Tideng Pale - Malinau; dan
4. Tideng Pale - Tanjung Selor - Berau;
b. rencana pengembangan trayek angkutan penumpang dan angkutan barang
meliputi:
1. Mensalong - Tideng Pale;
2. Tana Merah - Tideng Pale;
3. Seputuk - Bebatu;
4. Tideng Pale - Bebatu; dan
5. Tideng Pale - Poros Tarakan - Sekatak Buji,

Pasal 12
Jaringan lalu lintas angkutan sungai ,danaudan penyeberangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf b meliputi:
a. penataan jaringan trayek angkutan penumpang dan barang meliputi:
1. Tideng Pale - Tarakan;
2. Tideng Pale - Malinau;
3. Tideng Pale - Tanjung Selor;
4. Tideng Pale - Nunukan; dan
5. Tideng Pale - Tana Lia.
b. pembangunan pelabuhan penyeberangan di Desa Bebatu kecamatan Sesayap
Hilir;
c. pembangunan pelabuhan pengumpul di Kecamatan Sesayap Hilir;
d. pengembangan dermaga sungaidi Kecamatan Sesayap;dan
e. pengembangan dermaga sungaidi Kecamatan Sesayap Hilir;

Sistem Jaringan Perkeretaapian


Pasal 13
(1) Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal g huruf b
terdiri atas:
a- rencana pengembangan jaringan jalur perkeretaapian; dan
b. pengembangan stasiun kereta api.
(2) Rencana pengembangan jaringan jalur perkeretaapian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a berupa jaringan jalur kereta api umum antarkota.
(3) Jaringan jalur kereta api umum antarkota sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. pembangunan jaringan jalur kereta api nasional berupa jalur Provinsi
Kalimantan Selatan Kuaro * Long Kari penajam Balikpapan
Samarinda - Bontang - Sangatta - Muara Wahau - Muara Lesan Tanjung
-
Redeb - Tanjung Batu - Tanah Kuning - Tanjung seror, - Kerang Agung
-
sesayap - Tidung Pala - Malinau - Mensalong - pemberiangan - sarang -
Simanggaris - Batas Negara; dan
b. pembangunan jalur kereta api kabupaten berupa jalur Samarinda
Balikpapan, Bontang - samarinda, samarinda - Tenggarong - Kotabangun,
- -
Malinau sesayap Tanjung Redeb, Tanjung Redeb sangkulirang
- -
Bontang, Balikpapan - Tanah Grogot - Tanjung, Malinau - Tawau.
(4) Pembangunan stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berupa rencana pembangunan stasiun kereta api kelas kecil di Kecamatan
Sesayap.

Sistem Jaringan Transportasi Laut


Pasal 14
(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal g huruf c
meliputi:
a. tatanan kepelabuhanan; dan
b. alur pelayaran.
(2) Tatanan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan pengembangan pelabuhan lokal di Kecamatan Tana Lia.
(3) Pembangunan terminal khusus mendukung kegiatan usaha pokok.
(4) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa optimalisasi
alur pelayaran meliputi:
a. Tana Lia - Tideng Pale;
b. Tana Lia - Tarakan;
c. Tana Lia - Nunukan
d. Tana Lia - Sembakung; dan
e. Tana Lia * Tanjung Selor - Berau.

Sistem Jaringan Transportasi Udara


Pasal 15
(1) sistem jaringan transpoftasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal t huruf
d terdiri atas kebandar udaraan dan ruang udara untuk penerbangan.
(2\ rencana pembangunan bandar udara pengumpan di Sesayap dan Buang Baru
Kecamatan Sesayap Hilir seluas 200 (dua ratus) hektar.

Paragraf 2
Sistem Prasarana Lainnya
Pasal 16
(1) Sistem prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf
b terdiri atas:
a. sistem jaringan prasarana energi;

15
b. sistem jaringan telekomunikasi;
c. sistem jaringan sumber daya air;
d. sistem jaringan prasarana lingkungan; dan
e. sistem jalur dan ruang evakuasi bencana.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku

Sistem Jaringan Prasarana Energi


Pasal 17
(1) Sistem jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf
a terdiri atas:
a. pengembangan pembangkit tenaga listrik; dan
b. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik.
(2) Pengembangan pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a berupa pembangunan gardu induk terdiri atas:
a. Gardu induk (Gl) Sesayap;
b. GI Sesayap Hilir; dan
c. Gl Tana Lia.
(3) Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf b berupa pembangunan transmisi yang menghubungkan Gl Tanjund Seioi"
- PLTA Kayan - PLTA sesayap - PLTA sebakung, Gt ranjung selor - plrn
Sesayap.

Sistem Jaringan Telekomunikasi


Pasal 18
(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b
terdiri atas:
a. jaringan teresterial; dan
b. jaringan satelit.
(2) Jaringan teresterial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa
jaringan kabeltelepon berada di seluruh kecamatan;
(3) Jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. pengembanga telekomunikasi selular menggunakan menara telekomunikasi
bersama berada di pusat perkotaan;
b. pengembangan jaringan telekomunikasi internet pada setiap ibukota
kecamatan; dan
c. pengembangan perdesaan berbasis internet.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem jaringan telekomunikasi diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sistem Jaringan Sumberdaya Air


Pasal 19
(1) Sistem jaringan sumber daya air berbasis wilayah sungai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 huruf c yang berada di kabupaten Tana Tidung terdiri
atas:
a. wilayah sungai (WS);
L6
b. Cekungan Air Tanah (CAT);
c. Jaringan lrigasi;
d. sistem pengendalian banjir.
(2) Rencana pengembangan sistem jaringan sumberdaya air sebagai mana
dimaksud dalam ayat (1) meliputi aspek konservasi sumber Oaya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air -secara
terpadu dengan memperhatikan araha pola dan rencana pengelotaan sumber
daya air Wilayah Sungai WS) Sesayap.
(3) Wilayah Sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa WS lintas
negara sesayap rnencakup DAS sesayap, DAS sembakung, Dhs Linuang
Kayan, DAS Betayau, DAS Tanah Merah, DAS Bangkudulis , DAs simbawang
(4) Gekungan Air_Tanah (CAT) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adah
CAT Tanjung Selor
(5) Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :
b. Daerah irigasi Nasional sesayap, Dl ranah Lia dan Dl sesayap Hilir
c. Rehabilitasi, pemeliharaan, dan peningkatan jaringan irigasi eksisting yang
ada;
d. Pendayagunaan jaringan sumber daya air antar DAS untuk mendukung
ketersediaan air baku untuk jaringan irigasi.
(6) Rencana Sistem pengendalian banjir di wilayah Kabupaten sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. normalisasi dan rehabilitasi sungai-sungai;
b, pembangunan ,rehabilitasi serta operasi pemeliharaan bangunan pengendali
banjir diseluruh sungai rawan banjir;
c. rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan resapan air dan kawasan
sempadan sungai; dan
d. pengendalian dan pembatasan kegiatan budidaya pada kawasan resapan air
dan kawasan sempadan sungai.

Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan


Pasal 20
(1) Sistem jaringan prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16
huruf d terdiri atas:
a. sistem jaringan drainase;
b. sistem jaringan persampahan;
c. sistem jaringan afr minum;
d. sistem jaringan air bersih ke kelorhpok pengguna;dan
e. sistem jaringan pengelolaan limbah.
(2) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. jaringan drainase primer meliputi:
1. Sungai Sesayap;
2. Sungai Betayau;
3. Sungai Linuang Kayan;
4. Sungai Tanjung Keramat;
17
5. Sungai Sembakung;
6. Sungai Bikis; dan
7. Sungai Bebatu.
b. jaringan drainase sekunder meliputi:
1. anak-anak sungai; dan
2. saluran permanen yang dibuat secara khusus.
c. jaringan drainase tersier berupa jaringan drainase yang terdapat pada
kawasan permukiman.
(3) Sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas:
a. pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah terpadu dengan
menggunakan sistem sanitary landfill di Desa Gunawan Kecamatan
Sesayap;
b. pembangunan tempat penampungan sementara berada di seluruh
kecarnatan;
c. pengembangan sistem pengangkutan sampah kawasan permukiman
perkotaan dan pusat kegiatan masyarakat;
d, peningkatan sistem pengelolaan sampah dengan sanitary tandfittdan sistem
3 R meliputi:
1 . pengurangan (reduce);
2. penggunaan kembali (reuse); dan
3. daur ulang (recycle).
(4) Sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri
atas:
a- .laringan air baku untuk air bersih terdiri atas:
1. air sungai;
2. mata air; dan
3. air tanah.
b. Air sungai sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1 terdiri atas :

1. Sungai Sesayap; dan


2. Sungai Betayau.
c. Mata air sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2 berupa mata air
terjun Gunung Rian berada di Desa Rian Kecamatan Sesayap.
d. Air tanah sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 3 tersebar di seluruh
kecamatan.
(5) Jaringan air bersih ke kelompok pengguna sebagaimana dinraksud pada ayat (1)
huruf d terdiri atas:
a. pengembangan sistem jaringan air minum perpipaan di kawasan perkotaan;
b. peningkatan pelayanan dan pengelolaan air bersih;
c. pengembangan sistem penyediaan air bersih 'oleh masyarakat melalui
pembentukan kelembagaan pengelola air di perdesaan; dan
d- pengembangan kemitraan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih ke wilayah
yang belum terjangkau.

L8
(6) Pengembangan dan peningkatan pelayanan sumber air minum perkotaan
meliputi :
1. jaringan perpipaan Tideng pare di Kecamatan sesayap;
2. jaringan perpipaan sesayap di Kecamatan sesayap Hirir; dan
3. jaringan perpipaan Tanah Merah di KecamatanTana Lia.
4. peningkatan pelayanan sambungan langsung; dan
5. peningkatan pelayanan kran umum.
(7) Sistem jaringan pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hqruf
e meliputi:
a. rencana pengelolaan limbah domestik; dan
b. rencana pengelolaan limbah industri.
(8) Rencana pengelolaan limbah domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
huruf a meliputi :

a. pemenuhan prasarana jamban ber-septic tank pada setiap rumah di


kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan;
b. pengembangan jamban komunat (WC umum);dan
c. peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam
penyeleggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah,
(9) Rencana pengelolaan limbah industri sebagaimana dimaksud pad a ayat (Z)
huruf b meliputi:
a. Pembangunan prasarana pengolahan dan penyimpanan limbah industri,
limbah medis, limbah bahan berbahaya dan berac-un
igg) secara mandiri.
b. Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas bagi aparat pengelola
air limbah.

Sistem Jalur dan Ruang Evakuasi


Pasal 21
Sistem jalur dan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 16
huruf e terdiri atas:
a- penetapan jalur evakuasi bencana alam dengan mengoptimalkan jaringan jalan
yang ada;
b. pengembangan ruang evakuasi bencana meliputi:
1. lapangan olah raga setempat;
2. bangunan pemerintah setempat;
3. bangunan sekolah setempat; dan
4. bangunan lainnya yang memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan
perundangan.

BAB V
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN
Pasal 22
(1) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten terdiri atas:
a. kawasan lindung; dan
b. kawasan budidaya.

19
(2) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten digambarkan dalam peta dengan skala
ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran lll merupakan
bagian tidak terpisahkan dari peraturan Daerah ini.

Bagian Kesatu
Rencana Kawasan Lindung
Pasal 23
Rencana kawasan lindung Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat
(1) huruf a meliputi:
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
?
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; dan
d. kawasan rawan bencana alam.

Paragraf 1
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan
Terhadap Kawasan Bawahannya
Pasal 24
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a berupa kawasan bergambut dan
Tahura Gunung Rian.
(2) Tahura Gunung Rian sebagimana dimaksud pada ayat ('l) seluas kurang lebih
8.836 (delapan ribu delapan ratus tiga puluh enam) hektar di Kecamatan
Sesayap.
(3) Karylsan bergambut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seluas kurang lebih
1.1A2 (seribu seratus tujuh) hektar berada di Kecamatan Sesayap Hilir dan
kurang lebih 23 (dua puluh tiga) hektare di kecamatan sesayap

Paragral2
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 25
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf
b terdiri atas:
a. kawasan sempadan pantai;
b. kawasan sempadan sungai; dan
c. kawasanruang terbuka hijau perkotaan.
(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
befiarak minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke ke arah darat setuas kurang
lebih 1.140 (seribu seratus empat puluh) hektar meliputi:
a. Kecamatan Sesayap Hilir seluas kurang lebih 453 (empat ratus lima puluh
tiga) hektar; dan
b. Kecamatan Tana Lia seluas kurang lebih 687 (enam ratus delapan puluh
tujuh) hektar.
(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
minimal 100 m kanan kiri sungai besar dan 50 m kanan kiri sungai kecil di luar
pemukiman, dan 10-15 m dalam kawasan pemukiman, seluas kurang lebih
7.372 (tujuh ribu tiga ratus tujuh puluh dua) hektar meliputi:

20
a. Kecamatan Sesayap seluas kurang lebih 1.355 (seribu tiga ratus lima puluh
lima) hektar;
b. Kecamatan Sesayap Hilir seluas kurang lebih 4.3g8 (empat ribu tiga ratus
sembilan puluh delapan) hektar; dan
c. Kecamatan Tana Lia seluas kurang lebih 1.619 (seribu enam ratus sembilan
belas) hektar.
(4) Kawasan Ruang Terbuka HUaq (RTH) perkotaan eksisting sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c seluas kurang lebih 6.1og,7s
1eiam ribu seratus
enam puluh sembilan koma tujuh puluh lima) hektar atau 25 % (dua puluh lima
persen) dari luas kawasan perkotaan dan RTH yang direncanakan kurang
lebth7 -444,5 (tujuh ribu ernpat ratus empat puluh llmi t<o-ma lima) hektar
atau 30
% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan,yang meliputi:
a. ruang terbuka hrjau kawasan perkotaan pKWp;
b. ruang terbuka hijau kawasan perkotaan pKL;
c. ruang terbuka hijau kawasan perkotaan ppK;
d. ruang terbuka hijau kawasan kantor pemerintahan.

Paragraf 3
Kawasan suaka Alam, pelestarian Alam dan cagar Budaya
Pasal 26
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf c merupakan kawasan frutan bakau atau
manErove; dan
(2) Kawasan hutan bakau atau mangrove sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a seluas kurang lebih 1.617 (seribu enam ratus tujuh belas) -hekiar
meliputi:
a. Kecamatan Sesayap seluas kurang lebih 316 (tiga ratus enam belas) hektar;
b. Kecamatan Sesayap Hilir seluas kurang lebih 630 (enam ratus tiga puluh)
hektar; dan
c. Kecamatan Tana Lia seluas kurang lebih 67'1 (enam ratus tujuh pulr.lh satu)
hektar

Paragraf 4
Kawasan Rawan Bencana Alam
Pasal 27
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf d
terdiri atas:
a. kawasan rawan tanah longsor; dan
b. kawasan rawan banjir.
(2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huru,f a
berada di Kecamatan Sesayap.
(3) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas
kurang lebih 291 (dua ratus sembilan puluh satu) hektar berada di Kecamatan
Sesayap dan Kecamatan Sesayap Hilir.
(4) Penanganan dan pengelolaan kawasan rawan bencana banjir dapat dilakukan
melalui penambahan daerah resapan air.

2t
Bagian Kedua
Rencana Kawasan Budidaya
Pasal 28
Rencana pola ruang kawasan budidaya sebagaimana
dimaksud dalam pasal 20
ayat (1) huruf b terdiri atas:

?
b.
kawasan peruntukan hutan produksi;
kawasan peruntukan pertanian;
c kawasan peruntukan perikanan;
d. kawasan peruntukan pertambangan;
9.
f
kawasan peruntukan industri;
kawasan peruntukan pariwisata;
g kawasan peruntukan permukiman; dan
h. kawasan peruntukan lainnya.

Paragraf 1
Kawasan peruntukan Hutan produksi
Pasal 29
(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2g
huruf a terdiri atas:
a. hutan produksitetap; dan
b. hutan produksi terbatas.
(2) Hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas
kurang lebih 65.229(enam puluh lima ribu dua ratus dua puluh
sembilan) hektar
meliputi;
a' Kecamatan Sesayap seluas kur:ang lebih 36.546 (tiga puluh enam ribu
limaratus empat puluh enam) hektar; dan
b' Kecamatan Sesayap Hilir seluas kurang lebih 28.683 (dua puluh delapan ribu
enam ratus delapan puluh tiga) hektar.
(3) Hutan produksi. terbatas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b setuas
kurang lebih 9.421 (sembilan ribu empat ratus dua putuh latu)
iru[irr berada di
Kecamatan Tana Lia.

Paragraf 2
Kawasan peruntukan pertanian
Pasal 30
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam pasal
2g huruf b
terdiri atas:

? kawasan pertanian tanaman pangan;


b. kawasan pertanian hortikultura;
c. kawasan perkebunan; dan
d. kawasan peternakan.
(2) Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
huruf a meliputi:
a. pertanian lahan basah; dan
b. pertanian lahan kering.

(3) Pertanian lahan.


lgsah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a seluas
kurang lebih 25.409 (dua puluh lima ribu empat ratus sembilan) hektar
meliputi :
a. Kecamatan Sesayap seluas kurang lebih 12.916 (duabelas ribu sembilan
ratus enambelas) hektar;
b. Kecamatan sesayap Hilir seluas kurang lebih 1 1.412 (sebelas ribu empat
ratus dua belas) hektar; dan
Kecamatan Tanah Lia seluas kurang lebih 1.082 (seribu delapan puluh dua)
hektar.
(4) Pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan sebagai
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LF2B) seluas 6.400 (enam ribu emfiat
ratus hektar)
(5) Pertanian lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b setuas
kurang lebih 12.563 (dua belas ribu limaratus enampuluh tiga) hektar meliputi:
a. Kecamatan Sesayap seluas kurang lebih 6.989 (enam ribu sembilan ratus
delapan puluh sembilan) hektar;
b. Kecamatan Sesayap Hilir seluas kurang lebih 3.934 (tiga ribu sembilan ratus
tiga puluh empat) hektar; dan
c. Kecamatan Tanah Lia seluas kurang lebih 1.640 (ser,ibu enam ratus empat
puluh) hektar
(6) Kawasan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
seluas kurang lebih 3.702 (tiga ribu tujuh ratus dua) hektar meliputi:
a. Kecamatan Sesayap seluas kurang lebih 3.258 (tiga ribu dua ratus lima
puluh delapan) hektar;
b. Kecamatan Sesayap Hitir seluas kurang lebih 238 (dua ratus tiga puluh
delapan) hektar; dan
c. Kecamatan Tanah Lia seluas kurang lebih 206 (dua ratus enam) hektar.
(7) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c seluas
kurang lebih 81.469 (delapan puluh satu ribu empat ratus enam puluh sembilan )
hektar meliputi:
a. Kecamatan Sesayap seluas kurang lebih 19.857 (sembilan belas ribu
delapan ratus lima puluh tujuh) hektar;
b. Kecamatan Sesayap Hilir seluas kurang lebih 50456(lima puluh ribu empat
ratus lima puluh enam) hektar; dan
c. Kecamatan Tanah Lia seluas kurang lebih 1 1.156 (sebelas ribu seratus lima
puluh enam) hektar.
(8) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa
pengembangan ternak unggas di seluruh kecamatan dan sentra pengembangan
sapi terintegrasi dengan areal perkebunan di seluruh kecamatan.

Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pasal 31
(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 26 huruf c
terdiri atas:
a. kawasan peruntukan perikanan tangkap;
b. kawasan peruntukan perikanan budidaya; dan
c. pembangunan Tempat Pelelangan lkan (TPl).
(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. lokasi penyebaran perikanan tangkap; dan

23
b. jalur penangkapan perikanan laut.
(3) Lokasi penyebaran perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a berada pada bagiart wilayah kecamatan, meliputi:
a. Kecamatan Sesayap;
b. Kecamatan Sesayap Hilir; dan
c. Kecamatan Tana Lia.
(4) Jalur penangkapan perikanan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
meliputi:
a. Jalur penangkapan I terdiri dari:
1. Jalur penangkapan ikan I A berada pada perairan pantai sampai dengan
2 (dua) mil laut yang diukur dari permukaan oir laut pada surut
terendah;dan
2" Jalur penangkapan ikan I B berada pada perairan pantai di luar 2 (dua)
mil laut sampai dengan 4 (empat) mil laut.
b. Jalur penangkapan ll berada pada perairan di luar jalur penangkapan ikan I
sampai dengan 12 (dua belas) mil laut diukur dari permukaan air laut pada
surut terendah;
c. Jalur penangkapan lll berada meliputi ZEEI dan perairan di luar jalur
penangkapan ikan ll.
(5) Kawasan peruntukan perikanan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b seluas kurang lebih 77.242 (tujuh puluh tujuh ribu dua ratus empai puluh
dua) hektar berupa perikanan tambak meliputi:
a. Kecamatan Sesayap Hilir seluas kurang lebih 45.517 (empat puluh lima ribu
lima ratus tujuh belas) hektar; dan
b. Kecamatan Tanah Lia seluas kurang lebih 31 .702 (tiga puluh satu ribu tujuh
ratus dua) hektar.
(6) Pembangunan Tempat Pelelangan lkan (TPl) sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c seluas kurang lebihlO (sepuluh) hektar berada di Desa Bebatu
Kecamatan sesayap Hilir dan Desa Tanah Merah Kecamatan Tana Lia.

Paragral 4
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pasal 32
(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
huruf d terdiri atas:
a. kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara; dan
b. kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi.
(2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. pertambangan andesit berada di Kecamatan Sesayap dan tersebar di
seluruh wilayah kabupaten;
b. pertambangan emas berada di Desa Bandan Bikis Kecamatan Sesayap Hilir;
c. pertambangan pasir kuarsa tersebar di seluruh wilayah kabupaten;
d. pertambangan tanah lempung berada di Kecamatan Sesayap Hilir;
e. pertambangan batu gamping meliputi:
1. Kecamatan Sesayap Hilir; dan
2- Kecamatan Tana Lia.
f, pertambangan batubara meliputi:
1. Desa Bebatu di Kecamatan Sesqyap Hilir;
2. Desa Menjeletung di Kecamatan Sesayap Hilir; dan
3. Desa Tanah Merah di Kecamatan Tana Lia.
24
(3) Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas burni sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Pulau Mangkudulis di Kecamatan Sesayap Hilir; dan
b. Kecamatan Tana Lia.

Paragraf 5
Kawasan Peruntukan lndustri
Pasal 33
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud pada Pasal 26 huruf
e terdiri atas:
a. kawasan peruntukan industri menengah; dan
b, kawasan peruntukan industri kecil dan rumah tangga.
(2) Kawasan peruntukan industri menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b diarahkan pada pengembangan industri yang berbasis sumber daya
alam seluas kurang lebih 206 (dua ratus enam) hektar berada di Kecamatan
Sesayap Hilir.
(3) Kawasan peruntukan industri kecil dan rumah tangga sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas industri makanan berada di seluruh kecamatan.

Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 34
(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasat 28 huruf f
terdiri atas:
a. kawasan peruntukan pariwisata alam;
b. kawasan peruntukan pariwisata budaya; dan
c. kawasan peruntukan pariwisata buatan.
(2) Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a berupa Kawasan Obyek Wisata Gunung Rian berada di Kecamatan
Sesayap;
(3) Kawasan peruntukan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b berada di Tideng Pale Kecamatan Sesayap; dan
(4) Kawasan peruntukan pariwisata buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi:
a. pengembangan Kawasan Hutan Wisata di Kecamatan Sesayap seluas
kurang lebih 108 (seratus delapan) hektar; dan
b. pengembangan Kawasan Hutan Wisata di Kecamatan Sesayap Hilir seluas
kurang lebih 220 (dua ratus dua puluh) hektar.

Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 35
(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dimaksud dalam
Pasal 28 huruf g terdiri atas:
a. kawasan peruntukan permukiman perkotaan;
b. kawasan peruntukan permukiman perdesaan;dan
c. Kawasan peruntukan kantor pemerintahan.

25
(2) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a seluas kurang lebih 8.101 (delapan ribu seratus satu) hektar meliputi:
a. Kecamatan Sesayap seluas kurang lebih 4.276 (empat ribu dua ratus tujuh
puluh enam) hektar; dan
b. Kecamatan Sesayap Hilir seluas kurang lebih 2.051 (dua ribu lima puluh
satu) hektar.
c. Kecamatan Tana Lia seluas kurang lebih 1 .774 (seribu tujuh ratus tujuh
puluh empat) hektar
(3) Kawasan peruntukan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b seluas kurang lebih 28.233 (dua puluh delapan ribu dua ratus tiga
puluh tiga) hektar meliputi:
a. Kecamatan Sesayap seluas kurang lebih 15.293 (lima belas ribu dua ratus
sembilan puluh tiga) hektar;
b. Kecamatan Sesayap Hilir seluas kurang lebih 9.862 (sembilan ribu delapan
ratus enam puluh dua) hehkar; dan
c. Kecamatan Tanah Lia seluas kurang lebih 4.103 (empat ribu seratus tiga)
hektar.
(4) Kawasan peruntukan kantor pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c seluas kurang lebih 16.000 (enam belas ribu) hektar.

Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Lainnya
Pasal 36
(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf h
terdiri atas:
a. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa; dan
b. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan.
(2) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a terdiri atas:
a. pasar induk Sebidai berada di Kecamatan Sesayap; dan
b. pasar dan perkantoran kecamatan berada di setiap ibukota kecamatan.
(3) Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. Komando Distrik Militer (Kodim) berada diTideng Pale Kecamatan Sesayap;
b. Komando Rayon Militer (Koramil) berada di setiap ibukota kecamatan;
c. Kepolisian Resort berada di Kecamatan Sesayap; dan
d. Kepolisian Sektor berada di setiap ibukota kecamatan.

BAB VI
KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN
Pasal 37
(1) Kawasan strategis yang ditetapkan di Kabupaten terdiri atas:
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi' 7

b. kawasan strategis darisudut kepentingan sosial budaya; dan


c. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup.

26
(2) Rencana kawasan strategis digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1
: 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran lV merupakin bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3) Untuk operasionalisasi RTRW Kabupaten Tana Tidung disusun Rencana Tata
Ruang Kawasan Strategis Kabupaten.
(4) Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) ditetapkan dengan peraturan Daerah.

Bagian Kesatu
Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
Pasal 38
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf a meliputi:
a. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan di Kecamatan Sesayap Hilir
dan Kecamatan Tana Lia;
b. KSK Minapolitan di Kecamatan Sesayap Hilir;
c. KSK Pengembangan Kawasan di sekitar Jaran Trans Kalimantan;
d. KSK Perkotaan Sesayap; dan
e. KSK Perkotaan Tanah Merah.

Bagian Kedua
Kawasan Strategis dari sudut Kepentingan sosial Budaya
Pasal 39
Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (1) huruf b berupa KSK Pengembangan Budaya Lokal di
Tideng Pale.

Bagian Ketiga
Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Fungsi dan
Daya Dukung Lingkungan Hidup
Pasal 40
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf c meliputi:
a. KSK Kawasan Lindung Gunung Rian berada di Kecamatan sesayap; dan
b. KSK Suaka Alam dan Mangrove dan Sempadan Pantai berada di Kecamatan
Sesayap Hilir.

BAB VII
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
Pasal 41
(1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten berisi indikasi program utama
penataan ruang yang terdiri atas:
a. indikasi program penuujudan struktur ruang;
b. indikasi program penrujudan pola ruang; dan
c. indikasi program perwujudan kawasan strategis.

27
(2) lndikasi program utama memuat uraian tentang prograrn, kegiatan, sumber
pendanaan, instansi pelaksana, serta waktu dalam tahapan pelaksanaan
RTRW.
(3) Pelaksanaan RTRW Kabupaten terbagi dalam 4 (empat) tahapan meliputi:
a. tahap I (Tahun 2012-2016);
b. tahap ll (Tahun 2017-2021),
c. tahap lll (Tahun 2A22-2026), dan
d. tahap lV (Tahun 2027-2032);
(4) Dalam setiap tahapan pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah dilaksanakan
penyelanggaraan penataan ruang secara berkesinambungan yang meliputi:
a. sosialisasi RTRW;
b. perencanaan rinci;
c. pemanfaatan ruang;
d. pengawasan dan pengendalian; dan
e. evaluasi dan peninjauan kembali.
(5) Matrik indikasi program utama sebagaimana tercantum dalam Lampiran V
merupakan bagian dari arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi
swasta dan kerja sama pendanaan.
(7) Keriasama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB VIII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 42
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang digunakan sebagai acuan
pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang;
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas;
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.

Bagian Kesatu
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 43
Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2)
huruf a terdiri atas:
a- ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang;
b. ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis.

28
Paragraf I
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Struktur Ruang
Pasal M
Ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang sebagaimana dimaksud datam
Pasal 43 huruf a terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem pusat kegiatan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana.

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Pusat Kegiatan


Pasal 45
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem pusat kegiatan sebagairnana dimaksud
dalam Pasal 44 huruf a terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasisistem perkotaan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem perdesaan.

Pasal 46
Ketentuan peraturan zonasi sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 huruf a disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang disekitar jaringan prasarana mendukung
berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan prasarana;
b. diperbolehkan penyediaan fasilitas dan infrastruktur kegiatan perkotaan;
c. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang perkotaan dan jaringan
prasarana; dan
d. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang mengganggu berfungsinya sistem
perkotaan dan jaringan prasarana.

Pasal 47
Ketentuan peraturan zonasi sistem perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 huruf b disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang disekitar jaringan prasarana mendukung
berfungsinya sistem perdesaan dan jaringan prasarana;
b. diperbolehkan penyediaan fasilitas dan infrastruktur untuk peningkatan kegiatan
perdesaan;
c. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang agar tidak mengganggu fungsi sistem
perdesaan dan jaringan prasarana; dan
d. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap
berfungsinya sistem perdesaan dan jaringan prasarana.

Ketentuan Urnurn Peraturan Zonasi Sistem Jaringan Prasarana


Pasal 48
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 huruf b terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana utama; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana lainnya.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana utama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan
transportasi darat;

29
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan
perkeretaapian;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan
transportasi laut; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan
transportasi udara.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem
jaringan energi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem
jaringan telekomunikasi;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem
jaringan sumber daya air; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan
prasarana lainnya.

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Jaringan Transportasi Darat


Pasal 49
('l) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem
transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2) huruf a
berupa ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana jaringan
lalu lintas dan angkutan jalan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana jaringan lalu
lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana jaringan jalan
dan jembatan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan prasarana lalu
lintas dan angkutan jalan; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan pelayanan lalu
lintas dan angkutan jalan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana jaringan jalan dan
jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat {2) huruf a disusun dengan
ketentuan.
a. diperbolehkan prasarana pergerakan menghubungkan antar pusat kegiatan
utama;
b. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang disepanjang sisijalan;
c. tidak diperbolehkan akses langsung dari bangunan ke jalan;
d. diperbolehkan dengan syarat mendirikan bangunan ditepi jaringan jalan
a(eri primer dan kolektor primer;
e. tidak diperbolehkan alih fungsi lahan berfungsi lindung disepanjang sisijalan;
.
f diperbolehkan dengan syarat pengembangan kawasan budidaya;
g. diperbolehkan dengan syarat pergerakan lokal pada jaringan jalan arteri
primer dan kolektor primer; dan
h. diperbolehkan dengan syarat pembangunan prasarana pelengkap jalan.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan prasarana lalu
lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b disusun
dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pembangunan prasarana terminal bagi pergerakan orang,
barang, dan kendaraan; dan
b. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang di dalam lingkungan kerja terminal.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan pelayanan lalu
lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c disusun
dengan ketentuan:
a. diperbolehkan melaluitrayek sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan;
b. diperbolehkan dengan syarat beberapa trayek dalam satu ruas jalan;
c. tidak diperbolehkan angkutan kota antar provinsi melaluijalan kota; dan
d. diperbolehkan dengan syarat penyediaan halte.

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi sistem Jaringan perkeretaapian


Pasal 50
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan perkeretaapian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2) huruf b disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang disepanjang sisijaringan jalur
kereta api dengan tingkat intensitas rendah;
b. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang pengawasan jalur kereta api yang dapat
mengganggu kepentingan operasi dan keselamatan transportasi;
c. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan
akibat lalu lintas kereta api;
d. diperbolehkan dengan syarat mengadakan pembatasan jumlah pelintasan
sebidang antara jaringan kereta api dan jalan;
e. diperbolehkan dengan syarat menetapkan garis sempadan bangunan di sisi
jaringan jalur kereta api;
f. diperbolehkan mengupayakan peningkatan petayanan sarana dan prasarana
stasiun kereta api; dan
g. tidak diperbolehkan memanfaatkan ruang di area lingkungan kerja stasiun
kereta api.

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Jaringan Transportasi Laut


Pasal 51
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi laut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal4S ayat (2) huruf c disusun dengan ketentuan;
a. penetapan daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan
pelabuhan;
b. diperbolehkan kegiatan budi daya yang tidak mengganggu kegiatan pelabuhan;
dan
c. tidak diperbolehkan dilakukan pemanfaatan lahan yang dapat mengganggu
kegiatan pelabuhan.

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Jaringan Transportasi Udara


Pasal 52
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi udara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2) huruf d disusun dengan ketentuan:
a. pengendalian pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional dan
pengembangan kawasan bandara;
b. perlindungan terhadap fungsi kawasan lindung;
c. perlindungan terhadap lahan pertanian pangan berkelanjutan;
d. pemanfaatan ruang di sekitar bandara sesuai dengan kebutuhan penger.nbangan
bandara berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
e. penetapan batas-batas kawasan keselamatan operasi penerbangan dan
kebisingan.

31
Ketentuan Umum peraturan Zonasi sistem Jaringan Energi
Pasal 53
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem jaringan
energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (i; huruf a disusun -den[an
ketentuan:
a. diperbolehkan kegiatan RTH;
b. diperbolehkan dengan syarat memanfaatkan ruang di sekitar area pembangkit
tenaga listrik;
c. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang sekitar jaringan panas bumi
dan/atau pipa.minyak dan gas bumi dengan memfierhitung[an ispet keamanan
dan keselamatan kawasan sekitarnya;
d' tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di atas jaringan pipa gas negara;
e. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di bawah -Saturan Udarra-Tegangan
Tinggi (SUTT) dengan sempadan berjarak minimal 25 meter pada kanan dan kiri
tiang listrik transformasi; dan
f' tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di sekitar pembangkit listrik.

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Jaringan Telekomunikasi


Pasal 54
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem jaringan
telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4b ayat (3) huruf b disusun
dengan ketentuan:
a. diperbolehkan menempatkan stasiun bumi dan menara pemancar telekomunikasi
secara terpadu dengan syarat mernperhitungkan aspek keamanan dan
keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya;
b. diperbolehkan jaringan melintasi tanah milik atau dikuasai pemerintah;
c. diperbolehkan dengan syarat membangun tower telekomunikasi pada kawasan
perkotaan; dan
d. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di sekitar pemanffir dan/atau tower
dalam radius bahaya keamanan dan keselamatan.

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Jaringan Sumberdaya Air


Pasal 55
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem jaringan
sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,8 ayat (3) huruf c disuiun
dengan ketentuan:
a. diperbolehkan dengan syarat mendirikan bangunan sarana dengan menjaga
kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;
b. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di atas jaringan pipa induk;
c. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di sempadln sumber air, sempadan
sungai, waduk, embung, dan/atau jaringan irigasi; dan
d. tidak diperbolehkan membangun instalasi pengolahan air minum langsung pada
sumber air baku.

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Jaringan Prasarana Lainnya


Pasal 56
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan prasarana
lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasat 4g ayat (3) huruf d meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem
jaringan persampahan;

32
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem
jaringan air limbah;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem
jaringan drainase; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasijalur dan ruang evakuasi bencana.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem jaringan
persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun denEan
ketentuan:
a. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan yang menghalangi atau berpotensi
menghambat jaringan persampahan;
b. tidak diperbolehkan bangunan tegakan tinggi pada kawasan tempat
pemrosesan akhir; dan
c. diperbolehkan dengan syarat pembangunan permukiman pada kawasan
sekitar tempat pemrosesan akhir.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem jaringan air
limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun dengan ketentuan:
a. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan diatas jaringan air limbah;
b. diperbolehkan dengan syarat penetapan batas kawasan pengelolaan limbah
dengan kawasan permukiman; dan
c. diperbolehkan membangun fasilitas pengolahan dan pemanfaatan energi
limbah.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana drainase


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan kegiatan pembangunan dan pemeriharaan jaringan;
b. tidak diperbolehkan kegiatan yang menimbulkan pencemaran saluran; dan
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang menutup dan merusak jaringan drainase.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi jalur dan ruang evakuasi bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a- pemanfaatan ruang yang diperbolehkan adalah ruang terbuka hijau;
b. diperbolehkan kegiatan perhubungan dan komunikasi; dan
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang menghambat kelancaran akses jalur
evakuasi.

Paragral2
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang
Pasal 57
Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang wilayah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43 huruf b terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budidaya.

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Lindung


Pasal 58
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 57 huruf a terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang memberikan per.lindungan
terhadap kawasan bawahnya;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat;

33
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan suaka alam, pelestarian alarn dan
cagar budaya; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam.

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan


Yang Mem beri kanPerlind un gan Terhadap Kawasan Bawahnya
Pasal 59
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 hurui a
disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan penyediaan sumur resapan atau waduk pada lahan terbangun;
b. diperbolehkan kegiatan hutan rakyat;
c, diperbolehkan dengan syarat kegiatan budidaya tidak terbangun dengan
kemampuan tinggi menahan limpasan air hujan;
d. diperbolehkan dengan syarat wisata alam dengan tidak mengubah bentang
alam;
e. diperbolehkan dengan syarat mengadakan kegiatan pendidikan dan penelitian
dengan tidak mengubah bentang alam; dan
f. tidak diperbolehkan seluruh jenis kegiatan yang mengganggu fungsi resapan air.

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Perlindungan Setempat


Pasal 60
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 huruf b disusun dengan ketentuan:
a. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat menurunkan fungsi ekologis dan
estetika kawasan dengan mengubah dan/atau merusak bentang- alam,
kelestarian fungsi pantai dan akses terhadap kawasan sempadan pantai;
b. diperbolehkan dengan syarat aktivftas wisata alam petualangan dengan tidak
mengganggu kualitas air sungai;
c. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
d. tidak diperbolehkan pendirian bangunan selain bangunan pengelolaan badan air
atau pemanfaatan air;
e. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan datam menunjang fungsi
taman rekreasi;
f. diperbolehkan membuat penetapan ketentuan lebar sempadan sungai sesuai
dengan ketentuan berlaku meliputi:
1. sekurang-kurangnya 5 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di luar
kawasan perkotaan dan 3 meter di sebelah Iuar sepanjang kaki tanggul di
dalam kawasan perkotaan;
2. sekurang-kurangnya 100 meter di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di
kanan kiri sungai kecilyang tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;
3. sekurang-kurangnya 10 meter dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai
kedalaman tidak lebih dari 3 meter;
4. sekurang-kurangnya 15 meter dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dari 3 meter sampai dengan 20 meter;
5. sekurang-kurangnya 30 meter dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dari 20 meter'
6. sekurang-kurangnya 100 meter dari tepi sungai untuk sungai yang
terpengaruh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagaijarur hijau.
g. tidak diperbolehkan pendirian bangunan dan pengadaankegiatan pada kawasan
sempadan sungai; dan
h. tidak diperbolehkan pendirian bangunan dan pengadaan kegiatan yang
mengancam kerusakan dan menurunkan kualitas sungai.
Ketentuan Umum peraturan Zonasi Kawasan suaka Alam,
Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Pasal 6{
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan suaka alam, pelestarian alam dan
cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasat 58 huruf c disusun dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan pengendalian pemanfaatan ruang pendidikan, penelitian, dan
pariwisata;
b. tidak diperbolehkan mengadakan kegiatan dan mendirikan bangunan di
kawasan;
c. tidak diperbolehkan kegiatan merusak cagar budaya;
d. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat merubah bentuk geologi tertentu yang
mempunyai manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan; dan
e. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang mengganggu kelestarian lingkungan di
sekitar cagar budayadan ilmu pengetahuan, meliputi peninggalan sejlrahl serta
wilayah dengan bentuk geologi tertentu.
f. tidak diperbolehkan kegiatan mengganggu atau merusak kekayaan budaya;
g. tidak diperbolehkan kegiatan mengubah bentukan geologi tertentu;
h. tidak diperbolehkan kegiatan yang rhengganggu kelestarian lingkungan di sekitar
peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen nasional, serta wilayah
dengan bentukan geologi tertentu; dan
tidak diperbolehkan kegiatan mengganggu upaya pelestarian budaya masyarakat
setempat.

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Bencana Alam


Pasal 62
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan bencana alam sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 huruf d disusun dengan ketentuan:
a- diperbolehkan pengendalian pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan
tipologi dan tingkat kawasan atau risiko bencana;
b. diwajibkan penyediaan ruang dan jalur evakuasi untuk kawasan rawan longsor;
dan
c. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan yang berfungsi dalam
memantau ancaman bencana.

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya


Pasal 63
Ketentuan umurn peraturan zonasi kawasan budidaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 57 huruf b terdiri atas:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan hutan produksi;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertanian;
c. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan perikanan;
d. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertambangan;
e. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan industri;
f . Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pariwisata;
g. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan permukiman ;dan
h. Ketentuan umum peraturan zona$i kawasan peruntukan lainnnya.

35
Pasal 64
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan hutan produksi
sebasaimana dimaksud pasatOg
datam hurur a Olurr-in Ogngf,n
t6t611tui1n:
a' diperbolehkan pengendatian pemanfaatan hasil hutan
neraca sumberdaya kehutanan; untuk menjaga kestabilan
b' diperbolehkan dengan syarat pendirian
bangunan
men u nja n g keg iata n pemanfaaia - yang memiliki fungsi dalam
n has t fr rirr-:
c' diperborehkan. dengan syarat menetaptrn
i

hutan produksi dengan ketentuan: rr,,L penebangan pohon kawasan


1. rebih besar o.ari 500 (rima ratus)
meter dari tepi waduk;
ratus) meter oariiepi mata air dan kiri
' fiJ: :::ilf:j;'r?'ioua kanan sunsai
3. lebih besar dari 100 (seratus) meter dari
tepi kiri kanan sungai;
4. lima puluh meter dari kiri kanan tepi anak
sungai;
5. tebih besar dari 2 (dua) kari kedara#I;ft
6' lebih besar dari 130 (seratus tiga pr'irnJ dari tepijurang;
iati setisih pasang tertinggi dan
. .. pasang terendah dari tepi pantai;
d' diperbolehkan penebangan pohon'di kawasan hutan
tetap memperhatikan fungsi lindung f.r*rrrr; rakyat dengan ketentuan
e' diperbolehkan konversi liutan.proiuksi oengan ketentuan
124 (seratus dua puluh empat) di luar r,utan"suaka skor lebih kecil dari
serta secara ruang dicadangkan untuk p"ng"*b"ngan atam orn r,ri"n konservasi,
dan perkebunan; dan intiastrur<tur, pertanian
f' diperbolehkan..menetapkan ketentuan luas
kawasan hutan datam setiap DAS
atau pulau meliputi:
1. paling rendah 30.(tiga quluh) persen
dari luas daratan;
2 luas hutan lebih keCil oari s0'1tiga puiur,l p"i."n pertu menambah tuas hutan;
3' luas hutan lebih besar dari 30 (tiga_ puluh) persen
tidak boleh secara bebas
mengurangi luas kawasan hutan di Kabupaien.

Pasal 65
(1) Ketentuan umum peraturan Zonasi kawasan
peruntukan pertanian sebagaimana
dimaksud dalam pasat 63 huruf b meliputi.- r -'-
a'ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan
tanaman pangan;
b'ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan
pertanian
holtikultura;
c' ketentuan umum peraturan zonasi. kawasan peruntukan perkebunan; dan
d. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan'peruntukan
peternakan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan tanaman pangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a'
ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan
pertanian lahan
basah; dan
b'
ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertanian
lahan
kering.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasikawasan peruntukan


pertanian lahan basah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disusun
dengan ketentuan:
a' tidak diperbolehkan alih fungsi LP2B selain ,ntrt kepentingan
- umum dengan
berpedoman peraturan perundang_undangan;
b. tidak diperbolehkan tumbuhnyJ k"g;t;n 'pe_rkotaan di sepanjang jarur
transportasi yang menggunakan raha n- sawah d ikonversi;

36
c' diperbolehkan dengan syarat per:mukiman perdesaan di kawasan pertanian
lahan basah non irigasi teknis khususnya bagi penduduk yang
bekerja
disektor pertanian;
d' tidak diperbolehkan menggunakan lahan yang dikelola dengan
mengabaikan
kelestarian lingkungan;
9
t-
tidak diperborehkan pemborosan penggunaan sumber aiq
diperbolehkan bangunan prasarani wilayah dan bangunan pendukung
kegiatan pertanian; dan
g. diperbolehkan kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian, dan
pendidikan.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasiJ<awasan peruntukan pertanian
lahan kering
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan alih fungsi lahan pertanian tahan keringiidak produktif menjadi
peruntukan lain secara selektif;
b. diperbolehkan melakukan konservasi lahan;
c' tidak diperbolehkan menggunakan lahan mengabaikan kelestarian
lingkungan;
d. diperbolehkan melakukan alih fungsi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e- diperbolehkan dengan syarat membangun permukiman perdesaan bagi
penduduk yang bekerja disektor pertanian;
f. diperbolehkan dengan syarat mendirikan bangunan prasarana wilayah dan
bangunan pendukung kegiatan pertanian; dan
g. diperbolehkan dengan syarat mengadakan kegiatan wisata alam secara
terbatas, penelitian, dan pendidikan.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertanian hortikultura


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun dengan ketentuan:
a. tidak diperbolehkan menggunakan lahan mengabaikan kelestarian
lingkungan;
b. diperbolehkan dialihfungsikan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
c. diperbolehkan permukiman perdesaan khususnya bagi penduduk yang
bekerja disekor pertanian;
d. diperbolehkan
.bangunan prasarana wilayah dan bangunan pendukung
kegiatan pertanian; dan
e. diperbolehkan kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian, dan
pendidikan.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan perkebunan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan melakukan konservasi lahan;
b. diperbolehkan alih fungsi lahan perkebunan besar swasta terlantar untuk
kegiatan non perkebunan;
c. diperbolehkan permukiman perdesaan bagi penduduk yang bekerja disektor
perkebunan;
d' tidak diperbolehkan merubah jenis tanaman perkebunan bagi kawasan
perkebunan besar yang tidak sesuai dengan perizinan;
e' diperbolehkan bangunan pendukung kLgiatan perkebunan dan jaringan
prasarana wilayah; dan
f. diperbolehkan alih fungsi kawasan perkebunan menjadi fungsi lainnya
dengan syarat sesuai ketentuan peraturan perundang-rndangan.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan peternakan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d disusun dengan ketentuan:
a- diperbolehkan bangunan prasarana wilayah dan 6angunan pendukung
kegiatan peternakan;
c. diperbolehkan kegiatan industri yang hemat dalam penggunaan air dan non-
polutif;
d. diperbolehkan kegiatan industri yang tidak mengakibatkan kerusakan atau alih
fungsi kawasan lindung;
e. tidak diperbolehkan rnengadakan segala bentuk kegiatan yang memberikan
dampak merusak dan menurunkan kualitas lingkungan;
f. diperbolehkan memiliki sistem pengolahan limbah yang tidak mengganggu
kelestarian lingkungan ;
g. diperbolehkan pengaturan pengelolaan limbah 83;
h. diperbolehkan pengelolaan limbah terpadu sesuai standar keselamatan
internasional bagi industri yang lokasinya berdekatan;
i. diperbolehkan kegiatan industri yang memiliki surnber air baku memadai dan
menjaga kelestarian nya ;
j. diperbolehkan kegiatan industri yang memiliki sarana prasarana pengelolaan
sampah;
k. diperbolekan kegiatan industri yang memiliki sistem drainase memadai;
L diperbolehkan kegiatan industri yang memiliki sumber energi untuk memenuhi
kebutuhan industri.
m. diperbolehkan pengembangan zona industri pada sepanjang jalan arteri atau
kolektor dengan syarat dilengkapi frontage road; dan
n. diperbolehkan dengan syarat pembangunan perumahan baru sekitar kawasan
peruntukan industri.

Pasal 69
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 63 huruf f disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan kegiatan wisata, sarana dan prasarana dengan syarat tidak
mengganggu fungsi kawasan lindung,
b. diperbolehkan pemanfaatan kawasan fungsi lindung untuk kegiatan wisata
sesuai azas konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya,
perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau;
c. diperbolehkan penerapan ciri khas arsitektur daerah setempat pada setiap
bangunan hotel dan fasilitas penunjang pariwisata;
d. diperbolehkan penyediaan fasilitas parkir;
e. diperbolehkan penggunaan tata busana adat daerah pada petugas jasa
pariwisata sesuai dengan jenis jasa yang disediakan;
f. diperbolehkan dilakukan penelitian dan pendidikan; dan
g. diperbolehkan optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan tidur yang sementara tidak
diusahakan.

Pasal 70
(1) Ketentuan umum petraturan zonasi kawasan peruntukan permukiman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 huruf g terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman perkotaan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman perdesaan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman perkotaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan penyediaan kelengkapan, keselamatan bangunan dan
lingkungan;
b. diperbolehkan penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan;
c. diperbolehkan penyediaan drainase, sumur resapan dan tendon air hujan
yang memadai;
d. diperbolehkan penyediaan fasilitas parkir;
e. diperbolehkan peruntukan kawasan permukiman dialihfungsikan sesuai
denga n ketentuan peraturan perundang-undangan ;
f. diperbolehkan dibangun prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku;
g. diperbolehkan adanya kegiatan industri skala rumah tangga dan fasilitas
sosial ekonomi lainnya dengan skala pelayanan lingkungan; dan
h. tidak diperbolehkan kegiatan yang menganggu fungsi permukiman dan
kelangsungan kehidupan sosial masyarakat.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman perdesaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun dengan ketentuan.
a. diperbolehkan penyediaan kelengkapan, keselamatan bangunan dan
lingkungan;
b. diperbolehkan penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan;
c. diperbolehkan penyedlaan drainase, sumur resapan dan tendon air hujan
yang memadai;
d. diperbolehkan peruntukan kawasan permukiman dialihfungsikan sesuai
denga n ketentuan peratu ran peru ndang-u ndan gan ;
e. diperbolehkan dibangun prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku,
f. diperbolehkan adanya kegiatan industri skala rumah tangga dan fasilitas
sosial ekonomi lainnya dengan skala pelayanan lingkungan; dan
g. tidak diperbolehkan kegiatan yang menganggu fungsi permukiman dan
kelangsungan kehidupan sosial masyarakat.

Pasal 7l
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal63 huruf h meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertahanan dan keamanan
negara; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perdagangan dan jasa.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertahanan dan keamanan negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan penetapan kawasan pertahanan dan keamanan negara
sesuai ketentuan peratu ran peru ndan g-undangan ;
di
b. diperbolehkan dengan syarat kegiatan budidaya sekitar kawasan
pertahanan dan keamanan negara; dan
c. diperbolehkan penyediaan infrastruktur pendukung kawasan pertahanan dan
keamanan negara ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perdagangan dan jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun dengan ketentuan:
a. tidak diperbolehkan pembangunan sarana dan prasarana perdagangan dan
jasa pada kawasan lindung;
b. diperbolehkan kegiatan perdagangan perkulakan pada akses sistem jaringan
jalan arteri atau kolektor primer atau arteri sekunder;
c. diperbolehkan pembangunan hypermarkef dan pusat perbelanjaan pada
akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor'
d. tidak diperbolehkan pembangunan hypermarket, supermarket dan atau
department store pada lahan pelayanan lokal atau lingkungan di dalam
kota/perkotaan dan berlokasi di kawasan pelayanan lingkungan permukiman;
e. diperbolehkan dengan syarat pendirian pasar modern atau toko modern
terhadap pasar tradisional dengan ketentuan jarak tempuh lokasi paling
sedikit 2 (dua) kilometer;
f. diperbolehkan dengan syarat pembangunan toko modern dengan
memperhitungkan kepadatan penduduk, sarana jalanltransportasi dan jarak
pasar tradisional;
g. diperbolehkan pembangunan pusat perbelanjaan atau depaftmenf sfore di
pusat perkotaan; dan
h. diperbolehkan dengan syarat pembangunan pasar induk atau perkulakan
atau grosir di kawasan permukiman dan dekat pasar tradisional.

Paragraf 3
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Strategis
Pasal 72
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43 huruf c berupa ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan strategis kabuPaten.
(2) Ketentuan u*-r, peiaturan zonasi untuk kawasan strategis Kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan ketentuan:.
a. dlperbolehkan dilakukan pengembangan untuk mendukung kegiatan
kawasan;
b. tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi
dasarnya; dan
c. diperbolehkan untuk penyediaan fasilitas dan prasarana.

Bagian Kedua
Ketentuan Perizinan
Pasal 73
(1) Dalam pemanfaatan ruang setiap orang wajib memiliki izin pemanfataan ruang
dan wajib melaksanakan setiap ketentuan perizinan dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang.
(2) Arahan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang benrvenang dalam
pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan peta rencana struktur, pola
,rrng wilayah dan peraturan zonasi witayah Kabupaten Tana Tidung sebagai
bagiin tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini'
(3) Arahan perizinan berfungsi untuk:
a. alat pengendalian dalam penggunaan lahan untuk mencaPai kesesuaian
pemanfaatan ruang;
b. rujukan dalam Pembangunan' peraturan
c. m-enjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang,
zonasi, dan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang;
d. mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; dan
e. melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas'
(4) Ketentuan perizinan disusun berdasarkan:
a. ketentuan umum peraturan zonasi yang sudah ditetapkan; dan sektor terkait
b. ketentuan teknis'berdasarkan periturin perundang-undangan
lainnya.
(S) Jenis-jenis perizinan terkait dengan pemanfaatan ruang antara lain rneliputi:
a. izin prinsiP;
b. izin lokasi;
c. izin penggunaan pemanfaatan tanah (IPPT);
d. izin mendirikan bangunan (lMB);
e. izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan'
(6) Mekanisme perizinan terkait pemanfaatan ruang yang menjadi wewenang
pemerintah kabupaten mencakup pengaturan keterlibatan masing-masing
instansi perangkat daerah dalam setiap perizinan yang diterbitkan'
(7) Ketentuan teknis prosedural dalam pengajuan izin pemanfaatan ruangmaupun
forum pengambilan keputusan atas izin yang akan dikeluarkan, yang akan
perizinan.
menjadi daiar pengembangan standar operasional prosedur (SOP)
dengan peraturan
(8) Ketentuan lebih ta-n.1ut mengenai perizinan akan ditetapkan
bupati.

4t
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin ditetapkan dengan
Peraturan Bupati sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan'

Bagian Ketiga
Ketentuan lnsentif dan Disinsentif
Paragraf t
Ketentuan Pemberian lnsentif
Pasal 74
(1) Ketentuan insentif merupakan perangkat. untuk memberikan imbalan kepada
-kegiatan yang sesuai dengan RTRW
masyarakat terhadap pelaksanaan
Kabupaten.
(2) Pemberian insentif diberlakukan dengan cara
"'

a. pengurangan retribusi dan pemberian kompensasi;


b. pemnangunan serta pengadaan infrastruktur; dan
c. kemudahan Prosedur Perizinan'
desa dalam lingkup
'silangpemerintah
(3) Ketentuan insentif yang diberikan kepada sarana dan
wilayah Kabupaten' m6tiputi subsidi dan penyediaan
prasarana.
(4) Ketentuan insentif diberikan kepada masyarakat umum dalam
bentuk
penyedia
pengurangan retribusi; imbalan; sewa ruang dan urun saham;
perizinan bagi
prasarana dan sarana; penghargaan; dan aiau kemudahan
kegiatan Pemanfaatan ruang-
orang yang telah
\-/ lnsentif dapai diberikan kdpada pemerintah d.esa dan/atau
(5)
berjasa membantu penruujudan penataan ruang Kabupaten.

Paragraf 2
Ketentuan Pemberian Disinsentif
Pasal 75
membatasi
(1) Ketentuan disinsentif merupakan perangkat .-untuk mencegah' Desa'
pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang. dilakukan oleh Pemerintah
tata ruang
usaha, Oan mas/arakai yang tidak sejalan dengan rencana
dunia
wilayah KabuPaten' perizinan, tidak
(2) pemberian disinsentif berupa retribusi yang tinggi, pembatasan
kompensasi dan/atau
diberikan dukungan prasarana dan sarana, pengenaan
penalti.
(3) Disinsentif diberikan kepada dunia usaha dan masyarakat dalamretribusi
bentuk
penyediaan infrastruktur secara terbatas, pengenaan pajak dan/atau
danlatau sanksi
yang tinggi, pembatalan insentif, rekomendasi [encabutan izin,
administratif.
pemerintah. desa/kelurahan dan/atau orang
t+) oisinsentif dapat diberikan kepada konservasi'
yang mengganggu dan/atau menghambat terwujudnya Kabupaten
dan disinsentif
(5) Ketentuan lebi6 lanjut menge_nai tata cara pemberian insentif
akan diatur dengan Peraturan Bupati'

Bagian KeemPat
Arahan Sanksi
Pasal 76
berakibat Pada
(1)Sanksidikenakanataspetanggaranrencanatataruangyang yang dilakukan
terhambatnyapelaksanaanprogrampemanfaatanruang,baik
oleh penerima izin maupun pember:i izin'
(2) Pengenaan sanksi administratif berfungsi sebagai:

42
a. perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangl
dan
kegiatan yang tidak sejalin dengan rencana tata ruang;
sesuai dengan rencana tata
b, penertiban pemanfaatan ruang yang tidak
ruang,
(3) Jenis pelanggatan rencana tata ruang terdiri atas :
a. pelanggaran fungsi ruang;
b. pelanggaran intensitas pemanfaatan ruang;
c. petanggaran tata massa bangunan; dan
d. petanggaran kelengkapan p-rasarana bangunan'
F" nb"nri,i san ks i ad m n istratif d itetap kan berdasarkan
:
(4) i

a. hasil pengawasan penataan ruang;


b. tingkat simpangan implementasi rencana tata ruang;
c. kelepakatan antar instansi yang benrvenang; da1
d. peraiuran perundang-undangan sektor terkait lainnya.
(5) pengenaan sanrsi aOmiiistratif Jitakut<an secara berjenjang dalam bentuk:
a. peringatan tertulis;
b. penghentiansementarakegiatan;
c. penghentian semerltara pelayanan umum;
d. penutuPan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. dendaadministratif.

BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 77
rencana tata ruang Yang telah
Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap
ditetapkan Oapat- dikenakan sanksi pidana sesual
dengan ketentuan Peraturan
perundang-undangan bidang penataan ruang'

Pasal 78
peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (5) huruf
a
(1) penertiban.. pelanggaran
diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam tertulis sebanyak-
pemanfaatrn rrin6 melaiui lenertiban surat peringatan
7 (tujuh) hari.
[anyat<nya a ttigal fali pating lambat maksimal

(2) Penghentian sementara kegiatan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 76 ayat
\-/
(5) h"uruf b dilakukan melalui langkah-langkah.: .
a. penertiban surat pindah penihentian kegiatan sementara dari pejabat yang
pemanfaatan ruang;
benrenang melakukan penertiban pelanggaran
kegiatan sementara'
b. apabila pelanggar mengabaikan perintah pengrrentiandengan menertibakan
pejabatan yang benrrrenang m.r.krLan .penertiban
secara paksa
surat keputusan pengenaai sanksi penghentian semmentara
terhadap kegiatan pemanfaatan ruang;
melaknian tindakan penertiban dengan
c. pejabat yang berwenangpelangar mengenai pengenaan sanksi
memberitahukan kepad segera dilakukan
pemberhentian kegiatan pemanfaatan ruang dan akan
tiandakan penertiban oleh aparat peneftiban;
pejabat Yang benrenang
d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, penertiban melakukan
metakut<an G.rtiUrn dengan 6antuan aparat
penghentiankegiatanpemar,faatanruangSecarapaksa;dan
e. setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang berwenang
melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang dihentikan
tidak beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya kewajiban
pelanggar untuk menesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana
tata ruang dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

(3) Penghentian sementara pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam


pasat 76 ayal (5) huruf c dilakukan melalui langkah-langkah:
a. penerti-ban'surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum
dari pejabat yang benruenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan iuang (membuat surat pemberitahuan penghentian
b ]fi:|]ilffi,Hffiiii"xuJ#,lrn .r,,t pemberitahuan yans disampaikan,
pejabat yang berwenang melakukan penertiban surat keputusan
p.ng.n.un slnksi penghentian sementara pelayanan umum kepada
pelanggar dengan memuat rinoian jenis-jenis pelayanan umum yang akan
diputuskan;
c. pejabat yang berweang melakukan tindakan penertiban memberitahukan
ke'pada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pemberhentian sementara
pelryanan umum yang akan segera dilaksanakan, disertai penjelasan
umum yang akan diPutus;
d. pejabai ylng benrvenang menyampaikan perintah kepada penyedia
p"iayrn"n 1-im6 untuk menghentikan pelayanan kepada pelanggar,
disertai Penjelasan secukuPnYa;
e, penyedia j6" pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada
pelanggar; dan
f. pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara
pelayanan umum dilakukan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan
umum kepada pelanggar sampai dengan pelanggar memenuhi
kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan
rencana tati ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

(4) Penutupan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (5) huruf d
dilakukan melalui langkah-langkah:
a. penertiban surat perintah penutupan lokasi dari peiabat yang benrenang
melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
b. apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan, pejabat
yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi
penutupan lokasi kepada pelanggar;
c. pejabai yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan
memberitihu[an kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan;
d. berdasarkan surai keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang benrenang
denga bantun aparal penertiban melakukan penutupan lokasi secara
paksa; dan
e. pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk
memastikan lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan
pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan
ruangnya dengan rencanatata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan
ruang yang berlaku.

(5) pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (5) huruf e
dilakukan melalui langkah-langkah:
a. menerbitkan srrit pemberitahuan sekaligus pencabutan izin oleh pejabat
yang berurenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

44
yang disampaikan'
c. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan surat
pejabat yang benivenang melakukan penertiban rnengeluarkan
ruang;
keputusan pJngun,un sanksi pemulihan.fungsi
penertiban., memberitahukan
d. pejabat yang benrvenang melakukan tindakan
pemulihan fungsi ruang
kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
yang harus dill[sanakan pelanggar O"!3T jangka wakty tertentu;
pejabat yang benruenang metak-ukan tinoaran penertiban dan
melakukan
e.
pengawasan-pelaksanaankegiatanpemulihanfungsiruang;
pelanggar belum
f. apabila sampai jangka ur7rm, yang ditentukan
yang bertanggung jawa!
melaksanakan pemulifian fungsi ruang, pejabat paksa untuk
melakukan tindakan p"n"rtinln Oapai meiakukan tindakan
melakukan pemulihan fungsi ruang; dan .
membiayai kegiatan
g. apabila p"lrngg* pada saat itu iinilai tidak mampu
pemulihanfungsiruang,pemerintahdapatmengajukanpenetapan
atas beban
pengadilan agar pemulihan dilakukan oleh pemerintah
pelanggar dikemudian hari'
berjenjang maksimal 90
(9) Batas waktu pengenaan sanksi administratif secara
(sembilan Puluh) hari'
77 ayat (5) huruf i
(10) Denda administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasaldengan pengenaan
dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-samaPajak (NJOP)'
sanksi administratif sebesar 10 kali nilai Nilai Jual
obyek

BAB X
HAK,KEWAJIBAN,PERANDANTATAGARAPERANMASYARAKAT
Bagian Kesatu
Hak MasYarakat
Pasal 79

Dalam penataan ruang setaip orang berhak untuk '


a. mengetahui rencana tata ruang;
penataan ruang;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari
c.memperolehpenggantianyanglayakatas^.kerugianyangtimbulakibat
dengan rencana tata ruang;
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai
terhadap pembangunan yang
d. mengajukn keberatan kepada pe.iabat be-rwenang
tidalisesuai dengan rencana tata ruang diwilayahnya;
peng.hentian pembangunan yang tidak
e. mengajukan tuntutan pembatalan ijin dan
pejabat berwenang; dan
sesuai dengan rencana tata ruang kepada
pemerintah danlatau pemegang ijin
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kenSd.a
iidrk se",ai dengan rencana tata ruang
apabila t<egiaiai pembangunrn"yrng
menimbulkan kerugian'

Bagian Kedua
Kewajiban MasYarakat
Pasal 80
wajib untuk:
(1) Dalam kegiatan pemanfaatan ruang' masyarakat
dan pengendalian
a. mentaati perencanaan tata ruang' pemanfaatan ruang'
Pemanfaatan ruang;
dari Pejabat
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
yang benrenang;
pengenaan sanksi
b.apabilapelanggarmengTlkansuratpemberitahuanyangdisampaikan,
pejabat yang 65n ,#iiitkrn surat t
"putut"t
"nrng mensenai
peranssar
c lir* ef Hffii:tff1il#3:flianuran kepada an ngai
kan
;? " [',*:1""1["*'"",1;'r"^ t1q*"n
u
ene rtib
; [:HrT'i:
permohonanpencabutanrll'jg.Flpejabatyangmemilikikewenangan
p
.me

merakukan pencabutan izin


e ;:ul;11:lfT#li?tx:*"iHgT,ynruk
menerbitkan"t<eputusan
pencabutan izin ;

'.'G;i,h un1{x m6ngrrentikan kegiatan


f'memberitahukankepadapemanfaatanruangmengenaistatusizinyang
telah dicabut, sekaligus izinnya; dan
secara.pe;;;;;; y?19 telah dicabut
pemanfaatan ruang menghentikan kegiatan
p"'int"r't
g. apabila ["r'ngg'i ynq3d'ir'n 'ni'rt
pejabat' Y'ng berw-enang melakukan
yang telah dicabut l'l;;;;; peraturan
-peru '
ndang-u ndangan yang
penertiban kegiatan tanpa irini."trri'
berlaku'

\v''
(6)PembatalanizinsebagaimanadimaksuddalamPasalT6ayal(S)huruff
n
pe rbed aa n a nta ra pem a nraata
:il; *:il.T;] i*fi,s [?:-JTY !XT' !:l'lli:
pdtuinin de.ngan arahan pola
pemanfaatan ruang
ruang menurut dokumen
dalam rencana tata ruang yang berlak-!'^-^- perihal rencana
yang memanfaatkan ruang
b. memberitahukan kepada riir,rt dapat t'9ng?Tbil langkah-
pembataran izin, rg", y"ni" 6.i""rngkutrn akiat pembatalan
yang diperlukan un-tuk menagntisipasi hal-hal
langkah
izin;
c.menerbitkansuratkeputusanpembatalanizinolehejabatyangberwenang
pemanfaatan ruang;
metaruxai'p"tl'tiu'n pelanggaran Zin t"nt'ng ke[utusan pembatalan
d. memberitahukan kepadaH;;gr.!
izin;
e'menertibkansuratkeputusanpembatalan.izindaripejabatyangmemiliki
pembatalan izin; dan
x"*"n#Ll; ;;i;k *"r'x'r'n
f.memberiiihukankepadapemanfaatruangmengenaistatusizinyang
dibatalkan'

/
(7)Pembongkaranbangunansebagaimana.dimaksuddalamPasalT6ayat(5)
\'
bang unan dari pejabat
F*ii:Efffi ::'#'r'3*t:?li]fr l3l'X"*o'ngkaran g
ara n pem a nfaatan ru a n ;
J;;;'n g ;"i'x'[i'' t t"'tiu'n n9r'nss
vans b surat pemneritahuan yang disampaikan'
b. apabila pelanggar ,"ng;rixan mengeluarkan surat
pejabat yang n"*"na,ig--melakukan penertiban
pembongkaran bangunan;
keputusan pengenaan sariksl
c.pejabatyangbenruenang*"1,k,1."n-n"n",tinan"member:itahukankepada
'n"nstn3'n pembongkaran bangunan
pelanggar mengenar :?lkti
dan
nanguian yang a-kan segera dilaksanakan;sanksi pembongkaran bangunan
pengenaan
d. berdasarkan surat keputusan
secara Paksa'
(5) huruf
(8\ fungsi ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat
\v, Pemulihan
i''Iiirrrk,n me]alui langrah-langkah:
plrxriirrrl fulg:l ruang yang berisi bagian-bagian
a. menetapkan ketentu"nttjngtinv3 d.an cara pemulihannva;
vans hfi;';illih['n pemnfaatan
b. pejabat yang berw"nrng-*6k..1k,rn g"nSrtiurn pelanggaran ngsi ruang ;
rat'pemOeritah uan perintah pemulihan fu
ruang meneinifrn su

45
pemanfaatan
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
ruang;
d. berperan dalam memelihara kualitas ruang; dan
e. memberikan akses terhadap kawasan y?ry oleh ketentuan
peraturan
perundang-undangandinyatakansebagaimilikumum.
(2) Pelaksanaan kewajiban m.asyarakat dalam penataan ruang sebagaimana
dimaksud paOa ,V'ri tfl dila-ksanakan dengan mematuhi
dan menerapkan
ruang yang ditetapkan sesuai
kriteria, kaidah dan aiuran-aturan penataan
dengan peraturan perundang-undangan'

Bagian Ketiga
Peran MasYarakat
Pasal 8{
pada tahap:
(1) Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan
a. perencanaan tata ruang;
b. Pemanfaatan ruang; dan
c. pengendalian pemanfataan ruang'
sebagaimana dimaksud
(2) Partisipasi dalam penyusunan perencanaan tata ruang
pada ayat (1) huruf a dapat berbentuk:
dan keberatan yang
a. pemberian informasi berupa data, bantuan pemikiran, lainya baik langsung
disampaikan dalam bentuk dialog, angket, dan media
maupun tidak langsung;
pertimbangan atau pendapat
b. pemberian informasi berupa saran, masukan, perencan aan tata ruang; dan
dalam perumusan dan penyusunan strategi
berbagai potensi dan permasalahan
c. pemberian informasi berupa identifikasi perencanaan
pembangunan dalam kaitannya dengan
tata ruang,

(3) Partisipasi dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b daPat berbentuk:
berdasarkan ketentuan
a. pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara
atau kebiasaan yang berlaku;
peraturan perundang-unOrnlrn, agama, alat,
dengan pelaksanaan
b. bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan lebih dari satu
pemanfaa'trn ,rrng wilayah dan kawasan yang mencakup
wilayah;
dan
c.penyelenggaraankegiatanpembangunanberdasarkanRTRWK
lebih dari satu wilayah;
Rencana Tata Ruang [a*asan yang meliputi
RTRWK yang
d. perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan
telah ditetaPkan; dan
ruang dan/atau
e. bantuan teknik dan pengelolaan dalam pemanfaatan ketestarian fungsi
kegiatan menjaga, memetirrarr, s"tta meningkatkan
lingkungan hiduP'
dirnaksud
(4) Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana
pada ayat (1) huruf c dapat berbentuk:
a. pengawasan dalam bentuk pemantauan terhadap pemanfaatan ruang dan
pemanfaatan ruang; dan
pemberian informasi atau laporan pelaksanaan
b. bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban
pemanfaatan ruang.

47
Bagian KeemPat

Illlffiiltlil illilillntlfifi
Pasal 82
m p roses
(1 ) Pe ra n m a sya ra kat d ala
' ryf : :il'-11 l::T:',, 1t" *',*::Tf iri""'ffiJ
":i.,
ffi ilfr tffi
['jiff,;:,Jn"*r,l*;;;ffi:
plTifii n iir un n idnln
lflrruff 1;:
potensl ban maialah, serta rancansan
ffi
rencana ffil:
tata ruang-
ruang dilakukan sesuai ketentuan
(2) Peran masyarakat dalam pemanfaatan
peraturan Perundang-undangan'
pemanfaatan ruang disampaikan secara
(3) Peran masyarakat dalam pengendalian
lisan atau tertutis kepada Bupati'

BAB Xt
KELEMBAGAAN
Pasal 83

(1)Dalamrangkakoordinasipenyelenggaraanpenataanruangdankerjasamaantar
sektor atau antar daerah bidang
p"iltrrn ruang dibentuk BKPRD'
pada ayat (1) ditetapkan dengan
(2) Pembentukan BKPRD sebagaimana dimaksud
KePutusan BuPati'
(3)BKPRDsebagaimanadimaksudpadaayat(2)mempunyaitugasmelaksanakan
pu*ninr"n penataan ruang, pelaksanaan
koordinasi penataan ruang, ,,urii"ii
penataanruangdanpengawasanpenataanruangdiKabupaten'
Bupati'
lebih lanjut mengenai BKPRD ditetapkan dengan Peraturan
(4) Ketentuan

BAB XII
KETENTUAN LAIN.LAIN
Pasal 84
buku
dilengkapi dengan lampiran berupa
RTRW Kabupaten sebagaimana.dimaksud irni tioung -Tahun 2012 - 2032 dan
Rencana Tata Ruang wilayah dbupat",
album Peta skala 1:50'000'

Pasal 85
menjadi pedoman untuk:
Rencana tata ruang wilayah Kabupaten
jangka panjang daerah;
(1) penyusunan rencana pembangunan
jangka menengah daerah;
(2) penyusunan rencana pembangunan
pemanfaatan ruang diwilayah kabupaten;
(3) pemanfaatan ruang dan pengendalian
(4)mewujudkanketerpaduan,keterkaitan,dankeseimbanganantarsektor;
untuk investasi; dan
(5) penetapan lokasi dan fungsi ruang
Kabupaten'
(6) penataan ruang kawasan strategis

Pasal 86
Tidunq adalah 20 (dua puluh) tahun
(1) Jangka waktu RTRW Kabupaten Tana
sejak tanggal ditetapkan Oan ffiau
r"'u'ri 1 ("satu) kali dalam 5 (lima) tahun'
(2)DalamkondisilingkunganstrategisteTetl-yangberkaitandenganbencana
p|rundang-undangan dan/atau
alam skala besar yang Oitetapian dengan
perubahan Oatas teriioriil ;ilayah [rovinsi' dan/atau wilayah kabupaten
"d;A
yang ditetapkan dengan Undang-Undang, RTRW Kabupaten Tana Tidung dapat
ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten Tana Tidung dilengkapi dengan
Rencana dan Album Peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(4) Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan terhadap
bagian wilayah Kabupaten Tana Tidung yang kawasan hutannya belum
disepakati pada saat peraturan daerah ini ditetapkan, rencana dan album peta
disesuaikan dengan peruntukan kawasan hutan berdasarkan hasil penetapan
Menteri Kehutanan.
(5) Pengintegrasian peruntukan kawasan hutan berdasarkan penetapan Menteri
Kehutanan ke dalam RTRW Kabupaten Tana Tidung diatur dengan peraturan
bupati.
(6) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang
mengenai teknis pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah, diatur lebih lanjut
dengan Peraturan BuPati.

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 87
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan pelaksanaan
yang berkaitan dengan penataan ruang daerah yang telah ada dinyatakan
bertat<u sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini'
(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan
ketentuan peraturan daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa
berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan daerah ini berlaku ketentuan sebagai berikut:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut
disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan peraturan daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, pemanfaatan ruang
dilakulian lampai izin terkait habis masa berlakunya dan dilakukan
penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;
dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinlian untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan
berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat
dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan
izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak;
c. pemanfaatan ruang di daerah yang diselenggarakan tanpa ijin dan
bertentangan dengJn ketentuan Paraturan Daerah ini, akan ditertibkan dan
disesuaikan dengan Peraturan Daerah lni.
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini,
agar dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan'

49
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 88
paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya Peraturan Daerah ini,
perat"uran Bupati 'tentang petuniuk pelakianaan PeraturanDaerah harus telah
ditetapkan.
Pasal 89
Peraturan Daerah ini mulai berlaku seiak tanggal diundangkan'
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengu nEan Peraturan
-dalam
Dierah ini Oengan penempitannya Kabupaten Tana
Tidung.
Ditetapkan di : Tideng Pale
pada tanggal : 3 Oktober 2012

BUPATI TANA TIDUNG

TTd

H. UNDUNSYAH
8

Diundangkan di Tideng Pale


pada tanggal 3 Oktober 2412
TANA TIDUNG,

TTd

16
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANA TIDUNG TAHUN 2012 NOMOR

50
PENJELASAN

ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TIDUNG
NOMOR 16 TAHUN 2012

TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANA TIDUNG
TAHUN 2012 -2032

UMUM

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2OAT tentang Penataan Ruang telah mengamanatkan


dan
,"r" p6nyelenggaraan penataan ruang, yaitu keterpaduan, keserasian, keselarasan
keseimbangan, t<eOerlanjutan, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, keterbukaan,
kebersamaan dan kemitraan, perlindungan kepentingan umum, kepastian hukum dan
keadilan, serta akuntabilitas. Penetapan asas tersebut dipandang perlu untuk
dilaksanakan dalam rangka mencapai dan mewujudkan keharmonisan antara lingkungan
alam dan buatan, keter[aduan daiam penggunaan sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan dengan mempeihatikan sumberdaya manusia, serta perlindungan fungsi ruang
dan pencegltran dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang, sesuai
dengan tujuan penyelenggaraan penataan ruang, yaitu mewujudkan ruang wilayah
-t6kal yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
nasi-onal, regional dan
berlandaskan Wewasan Nusantara dan ketahanan nasional.
untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, serta sejalan
dengan l<ebijakan otonomi daerah yang nyata, luas, dan bertanggung
jawab, Undang-
Unding Nomor 26 Tahun 2oa7 tenting Penataan Ruang menuntut kejelasan pendekatan
dalam proses perencanaannya demi menjaga keselarasan, keserasian, keseimbangan,
dan keterpaduan antar daerah, antara pusat dan daerah, antar sektor, dan antar
pemangku kepentingan. Penataan ruang tersebut didasarkan pada pendekatan sistem,
-rt.rnr' kawa-san, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis
iungsi
kawasan.
peraturan pemerintah Republik lndonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
keterpaduan
Ruang Wilayah Nasional tnfnWru) memiliki kedudukan untuk mewujudkan
p"r"nirnran tata ruang witayafr nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. RTRWN menjadi
pedoman penataan ruang wilayah provinsi . 9rn kabupaten/kota dalam upaya
mewujudkan keterpaduan, lieterkaiian, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah
provinsi dan Kabupaten serta keserasian antar sektor'
Sedangkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) menjadi pedoman
penataan ruang wilayah dalam upaya mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan
keseimbangan perkembangan antar wilayah pengembangan serta keserasian antar
sektor. Adipun fungsi nfnWX adalah sebagai Acuan dalam penyusunan RPJPD dan
RpJMD; Acuan dalJm pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten; Acuan untuk mewujudkan
keseimbangan pembangunan dalam wilayah Kabupaten; Acuan lokasi investasi dalam
wilayah faOupaten yrng-OilrLukan pemerintah, masyarakat, dan swasta; Pedoman untuk
penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis Kabupaten; Dasar pengendalian
pemanfaatan ruang diwilayah Kalbupaten yang meliputi indikasi arahan peraturan zonasi,
arahan perizinan, Irahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi; dan Acuan dalam
administrasi Pertanahan.
Ruang wilayah Kabupaten Tana Tidung sebagai unsur lingkungan hidup, terdiri atas
berba-gai ruang wilayah yang masing-mising sebagai sub sistem yang meliputi aspek
alamiah (fisik), ekonomi, sosial budaya dengan corak ragam dan daya dukung yang
berbeda satu dengan lainnya. Pengaturan pemanfaatan ruang wilayah yang didasarkan
pada corak dan diya dukungnya akan meningkatkan keselarasan, keseimbangan sub
sistem, yang berartijuga meningkatkan daya tampungnya. Pengelolaan sub-sistem yang
satu akin nLrpengaiuh kepada kepada sub-sistem yang lain, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi sistem ruang secara keseluruhan. Oleh karena itu, pengaturan ruang
menuntuidikembangkan suatu sistem dengan keterpaduan sebagai ciri utamanya.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tana Tidung yang selanjutnya disebut RTRW
Kabupaten Tana Tid'ung idrlan rencana tata ruang yang bersifat umum, yang berisi
tujuan, kebijakan, strat6gi penataan ruang wilayah, rencana struktur ruang wilayah,
rencana poli ruang wilayah, penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang
wilayah, ketentuan pengenOalian pemanfaatan ruang wilayah, serta hak, kewajiban, dan
peran masyarakat.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tana Tidung tahun 2011-2031 disusun untuk
-keadaan yang diakibatkan oleh perubahan faktor internal, yaitu
memenuhi tuntutan
berkembangnya berbagai kegiatan di wilayah Kabupaten Tana Tidung yang harus
ditampung lah Oifendalikan dan faktor eksternal yang berupa peraturan dan kebijakan
yang terkait dengan penataan ruang.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun Peraturan Daerah baru yang akan
menjadi acuan dalam pelaksanaan program-program pembangunan di daerah serta
mendorong- percepatan perkembangan masyarakat secara tertib, teratur dan berencana.
peraturan Daerah sendiri merupakan bagian tak terpisahkan dari kesatuan sistem
perundang-undangan secara nasional, oleh karena itu peratu.ran daerah tidak boleh
bertentanlan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau
bertentanlan dengin kepentingan umum. Kepentingan umum yang harus diperhatikan
bukan ri;, kep6ntingan raliyat banyak Daerah yang bersangkutan, melainkan
kepentingan Daerah trin dan kepeniingan seluruh rakyat lndonesia. lni berarti,
pembuatln peraturan peraturan perundang-undangan tingkat daerah, bukan sekedar
melihat batas kompetensi formal atau kepentingan Daerah yang bersangkutan, tetapi
harus dilihat pula kemungkinan dampaknya terhadap daerah lain atau kepentingan
nasional secara keseluruhan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

pengertian yang dirumuskan dalam pasal ini, dimaksudkan untuk menghindari


pemihaman yang multitafsir dalam penyelenggaraan pemanfaatan tata ruang.

Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Tujuan pentaan ruang wilayah Kabupaten merupakan arahan penruujudan ruang
willyah Kabupaten ying diinginkan pada masa yang akan datang, disesuaikan
dengan visi, misi, din rencana pembangunan jangka panjang daerah,
karakteristik tata ruang wilayah Kabupaten, isu strategis tata ruang wilayah
Kabupaten, dan kondisi obyektif yang diinginkan'

Pasal 4
Kebijakan penataan ruang wilayah merupakan arah tindakan yang harus
ditetipkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah. Kebijakan penataan
ruang wilayah Kabupaten berfungsi sebagai:
a. dasar untuf memformulasikan strategi penataan ruang wilayah;
b. dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah;
c. memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama; dan
d. dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.

Pasal 5
Strategi penataan ruang wilayah Kabupaten merupakan penjabaran kebijakan
penataan ruang wilayah Kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk
mencapai tujuin yang telah ditetapkan. Strategi penataan ruang wilayah
Kabupaten berfungsi:
a. sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang,
dan penetapan kawasan strategis;
b. memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama; dan
c. sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah.

Pasal 6
yang dimaksud dengan "rencana struktur ruang" adalah gambaran struktutt ruang
yand dikehendaki untuk dicapai pada akhir tahun rencana, yang mencakup
struktur ruang yang ada dan yang akan dikembangkan.
Dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten digambarkan sistem pusat kegiatan
wilayah kabupaten dan perletakan jaringan prasafana wilayah yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan pengembangan dan pengelolaannya
merupakan kewenangan pemerintah kabupaten.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten memuat rencana struktur ruang yang
ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang
wilayah provinsi yang terkait dengan wilayah kabupaten.

Pasal 7
Rencana sistem pusat kegiatan merupakan pengembangan pusat-pusat kegiatan
berupa sistem perkotaan dan sistem perdesaan yang disusun secara berhierarki
menurut fungsi dan besarannya atau merupakan penetapan fungsi kota dan
hubungan hierar:kisnya berdasarkan penilaian kondisi sekarang dan antisipasi
perkembangan
'prasarana di masa yang akan datang sehingga terwujud pelayanan
dan sarana wilayah yang efektif dan efisien, yang persebarannya
disesuaikan dengan jenis dan tingkat kebutuhan yang ada.
pengembangan sistem pusat kegiatan dilakukan secara selaras, saling
meliperkuat] dan serasi dalam ruang wilayah kabupaten sehingga membentuk
satu sistem yang menunjang pertumbuhan dan penyebaran berbagai usaha
dan/atau fegiatan dalam ruang wilayah kabupaten yang mendukung sistem pusat
kegiatan nasional dan Provinsi.

Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Ayat (1)

3
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Sistem jaringan jalan nasional ditetapkan berdasarkan Keputusaan Menteri
pekerjaan Umum Nomor : 630/KPTS/M/2009 tentang penetapan ruas-ruas
jalan dalam jaringan jalan primer menurut fungsinya sebagaijalan arteri dan
jalan kolektor i serta Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
-OgtXpfS
:
,i[/lt2}Og
tentang penetapan ruas-ruas jalan menurut statusnya
sebagai jalan nasional.

Ayat (a)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Ayat (11)
Cukup jelas.
Ayat (12)
Cukup jelas.
Ayat (13)
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
pengembangan sistem jaringan perkeretaapian merupakan bagian dari
pendemban[rn Kementerian Perhubungan dalam pengembangan sistem
perkeretaaPian nasional
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
CukuP jelas.
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
4
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (a)
Cukup jelas.

Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Huruf a
Sistem sanitary tandfitt adalah suatu proses menebarkan sarnpah pada
lahan TPA secara merata kemudian memadatkan sampah tersebut, dan
menutupnya dengan tanah atau diurug yang dilakukan setiap hari
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas,
Huruf d
Konsep pengelolaan sampah pengurangan (reduce), pen$$unaon
kembali (reuse) dan pendaurulangan (recycle) atau 3R dikembangkan

?:l.,H:,?:ffif ',:ffii":::l,, konsep yans bertujuan untuk


mengurangi volume sampah sebelum dan sesudah diproduksi
dengan cara pencegahan produksi kemasan yang berlebihan atau
dengan meningkatkan teknik pengisian ulang (refill).
2. penggunaan kembali (rease), prinsipnya adalah mendaur ulang
samplh melalui proses fisik, kimiawi, dan bioloEi. Misalnya, pecahan
gelas atau sampah yang berasal dari bahan kaca diproses kembali
menjadi, gelas atau piring dll; atau pecahan plastik diproses menjadi
ember, gayung dll.
pendaurulangan (recycle), prinsipnya mernakai kembali sampah secara
iangsung tanpa proses mengolahnya terlebih dahulu, misalnya tong
sampahhenjadi pot kembang, dan botol plastik menjaditempat bumbu, dll
Ayat (a)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Ayat (8)
Cukup jelas
Ayat (9)
Cukup jelas

Pasal 21
Huruf a
Jalur evakuasi bencana akan didetailkan kembali dalam muatan rencana rinci
dalam bentuk Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kawasan,
Huruf b
Cukup jelas.

Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 25
Ayat (1)
CukuP jelas.
Ayat (2)
CukuP jelas.
Ayat (3)
pola ruang kawasan lindung sempadan sungai dengan kriteria:
a. sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang'
kuaignya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
-bertanggul
srngll di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-
kurangnya 3 (tiga) meter di sebalah luar sepanjang kakitanggut;
Sungiitidak bertanggul di luar kawasan perkotaan meliputi:
L singai besar yiitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran
sunjai seluas SbO ltima ratus) kilometer persegi atau lebih dilakukan
ruas per ruas dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran
sungai pada ruas yang bersangkutan;
2. sun[ai besar ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter
dihitung dari tePi sungai;
3. sungai kecil ditetaptian sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter
dihitung dari tePi sungai.
d. Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan :
1. pada sungai yang mempunyai kedalaman tidak
lebih dari 3 (tiga)
10 (sepuluh)
meter garis semp"rorn ditetapkan sekurang-kurangnya
meter iinitrng dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;
2. Pada sungai yrnj ,n"rpu-nyai kedalaman lebih dari 3 sekurang-
(tiga) meter
sampai oengan I0 ,"i"r, garis sempadan. ditetapkan
f.rr*gny" iS (lima belas) meter dari tepi sungai pada waktu
ditetapkan;
3.Padasungaiyangmempunyaikedalamanmaksimumlebihdari20
(dua pulu[; metel, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya
aO ttid, putuh) *"i"i dihitung dari tepi sungai
p3d? waktu ditetapkan;
e. Garis sempadan sungai tidak b6rtanggul yang berbatasan dengan jalan
-
adalafr mengikuti fetentuan gariJ sempadan bangunan, dengan
ketentuan konstruksi dan penggunaan jalan harus menjamin
bagi
kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai'
garis sempadan
f, Untuk Sungai yang terp.ngaru-h pasang suiut air laut,
ditetapkan set<urang--ku-rrniny, 50 (limi puluh) meter
dari tepi sungai
dan berfungsi sebagaijalur hijau;
gKepemilikanlahany,ngberbatasandengansungaidiwajibkan
menyediakan ruang terOJt<a publik minimal 3 (tiga)
meter sepanjang
sungai untuk ialan insPeksi'
AYat (a)
RTH kawasan perkotaan dengan kriteria:
a.Rencanapengelolaanruangterbukahijausep.anjangperbatasan dari kiri
wilayah kabupaten adalah minimum S0 (lima puluh) meter yang
perbatasan
tanan garis batas wilayah, kecuali pada kawasan pola ruang'.
sudah p-rort bangunan-bangunan mengacu padS rencana
b. nln"an, p"ngeiotr"n rua-ng terbuki/ruang bebas sepanjang .jalur
instalasilistriktegangantinggi-mengacupadaketentuanyangberlaku;
Pemanfaatanruangterbukanonhijaudiprioritaskanpadafungsiutamakawasan
tempat evakuasi
dan ketes tarian tingkungan yang "et aligus berfungsi sebagai
bencana

Pasal 26
AYat (1)
CukuP jelas.
Ayat (2)
CukuP jelas.

Pasal2T
Ayat (1)
CukuP jelas.
Ayat (2)
Arahan pengelolaan kawasan rawan bencana tanah longsor meliputi:
a. Menciptakan infrastruktur yang khusus di daerah rawan
bencana
sehingga nilai investasi yang ielah ditanam tidak terlalu sia-siayang
dan
oaeraln'tersebut dapat uert<emoang sesuai dengan sumber daya
dimiliki.
b. Menciptakan Peraturan zonasi, peraturan bangunan,
membatasi
kebebasan membangun pada daerah-daerah yang dianggap rawan
bencana secara oPtimal.
perancangan,
c.Mempertimbangkankestabilanler:engdalamperencanaan,
dan pengembangan lokasi bangunan'
7
d.Pengendalianpemanfaatanlahangarapanpadadaerah.daerah
Perbukitan dan Pegunungan' / bakau sebagai
e. Mempertahankan dan mlr,evitalisasi kawasan mangrove
barier area untuk mitigasi'
hijau
f. Menyediakan turni untuk evakuasi berupa ruang terbuka
terjal'
g. Tidak mencetak perta"nian lahan basah (sawah) pada kawasan
h. Menyusun rencana zonasi yang meiiputi peraturan zonasi dan peta
zonasi.
Ayat (3)
Arahan pengelolaan kawasan rawan bencana banjir meliputi:
masyarakat
a. Penyebaran informasi kepada intansi yang terkalt maupun
serta penanggulangannya'
- gerakan tanah
luas mengenai daerah bahaya .

b. Pembuatan Peta zona Kerentanan Gerakan Tanah' Peta ini


,"ngg,,barkandaerahpenyebaran.gerakant"!?!,sehinggadiketahui
maupun yang.tidak'
daerah mana y"ng ,"rpunyai gerakin tanah aktif
,"f ingg, Oapit dilakukan tindakan sedini mungkin dalam melakukan
upaya Prevetif.
p#Uenahan fungsi lahan dan tatanan air terutama sebelum musim
". penghujan, karena curah hujan merupakan pemicu terjadinya gerakan
tanah Yang cukuP signifikan'
gerakan tanah dilakukan
O. eenye6arin infoirnr"ri p"nrnggulangan bahaya
dengancarapenyebaranmetaluiposterdanmediacetak/elektronik,
PenYuluhan dan sebagainYa'
AYat 4)
CukuP jelas

Pasal 28
CukuP Jelas

Pasal 29
Kriteria kawasan peruntukan hutan produksi adalah:
a. memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan
jumlah skor Paling besar 174; dan
b. merupakan kawasan yang' apabila dikonversi mampu mempertahankan
dayadukung dan dayatampung lingkungan'

produksi
Kriteria umum dan kaidah perencanaan kawasan peruntukan hutan
meliPuti :

a. penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan


berikut:
pemoangunan di luar kehutanan harus memenuhi ketentuan sebagai
1. Tidalimengubah fungsi pokok kawasan peruntukan hutan produksi;
Z. Penggunain kawasln peruntukan hutan produksi untuk kepentingan
pertiiOangan dilakukan melalui pemberian ijin pinjam pakai oleh Menteri
serta
terkait dengan memperhatikan batasan luas dan jangka waktu tertentu
kelestarian hutanllingkungan; dan
"per:untukan produksi untuk kepentingan
3. penggunaan kawaian .hutan
p"rtifrnrngrn terbuka harus dilakukan dengan ketentuan khusus dan
secara selektif.
b. ketentuan pokok tentang status dan fungsi hutan; pengurusan
kepada
hutan;
peraturan
perencanaan hutan; dan- pengelolaan hutan mengacu
perundang-undangan tentang Kehutanan;
tentang
c. kegiatan 6"rrrt"itan kawaian peruntukan hutan produksi mencakup
kegiatanpemanfaatankawasan,kegiatanpemanfaatanjasalingkungan'
kegiatan pemanfaatan hasil kayu OLn atau bukan kayu, dan
kegiatan
pemungutan hasil kayu dan atau bukan kayu;
harus terlebih
d. kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan . hutan prodtlksi
Lingkungan (AMDAL)
dahulu memiti[i r.riirn studi Analisis Mengenai Dampak
yangdiselenggarakanoleh-pemrakarsayangdilengkapidenganRencana
pemantaur" ringkrngrn (RPL) dan Rencana e-engelolaan Lingkungan (RKL);
rencana
e. cara pengetotaai proluksi huian yang diterapkan harus didasarkan
Kehutanan' dan
kerja yang Oiseluiui Dinas Kehutanan-6tn atau kementerian
pelaksana"nn,r-irrus Oitaport<an Secara berkala. Rencana kerja tersebut
hutan yang sudah
harus *"rnrri-luga rencana kegiatan reboisasi di lokasi
ditebang;
untuk tetap
f. kegiatan di kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan
sedimentasi ke aliran
mempertahankan bentuk tebing sungai dan mencegah
sungai akibat erosi dan longsor;
produksi harus diupayakan
g. kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan
untuk ,"ny"rrp t.O"trt mungkin tenaga kerja yang berasal dari masyarakat
lokal;
h. kawasan peruntukan hutan produksi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembangunan
pembangunan di luar sektor kehutanan seperti pertambangan,
jaringan listrik, i"f"pon dan instalasi air, kepentingan religi, serta kepentingan
pertahanan dan keamanan;
produksi wajib memenuhi
i. kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan
yang mencakup aspek
kriteria oan inoirator pengelolaan hutan secara lestari
ekonomi, sosial, dan ekologi; dan peruntukan
j. pemanfaatan ruang beserta sumber daya hasil hutan di kawasan
bagi kepentingan
hutan produksi traius diperuntukan untuk sebesar-besarnya
sumber daya
negara dan kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara dan tetap
tersebut sebagai cadangan fembangunan yang berkelanjutanhujan serta
menjaga fetesiarian funisi hutan seSagai daerah resapan
air
lingkungan up'
memp6rhatikan kaidan-faiO afr pelestarian fungsi
hid

untuk :
Pengelolaan kawasan peruntukan hutan produksi,. d.iarahkan serta
a. meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan subsektor,
kegiatan ekonomi sekitarnYa;
b. meningkatkan fungsi lindung;
; menin[katkan upiya pelestarian kemampuan sumberdaya hutan;
setempat;
d. menin[katkan pendapatan masyarakat terutama di daerah dan
; meninlkatkan iiesempatan kerji terutama masyarakat setempat;
terutama di
f. mendorong perkembangan usaha dan peran serta maSyarakat
daerah setemPat-
untuk menunjang
Pengembangan kawasan peruntukan hutan produksi diarahkan
fungsinya
fungsi lindung sehingga d'atam pengelolaann.ya harus memperhatikan
daya dukung lingkungan'
seb-agai kawasan t"J-prn air dan memperhatikan

Pasal 30
dan memenuhi
Kawasan peruntukan pertanian adalah kawasan yang dialokasikan
budidaya tanaman pangan, hortikultura' perkebunan dan
kritenia untuk
peternakan.
Ayat (1)
CukuP jelas.
Ayat (2)
CukuP jelas.
AYat (3)
CukuP jelas.
AYat (a)
CukuP jelas.
Ayat (5)
CukuP jelas.
Ayat (6)
CukuP jelas.
Ayat (7)
Kriteria umum kawasan peruntukan peternakan, meliputi
:

a. pemakaian tanah dan air untuk usaha peternakan dan penertiban


serta
keseimbangan tanah untuk ternak;
ternak' kulit ternak'
b. penanganai', tlmn"f, peternakan (kototrn te-rnak, bangkaiyang dihasilkan harus
bulu unggas, dsb) dan polusi (udara-bau, limbah cair)
disusun dalam UKL dan UPL;
perikanan)' baik
c. kegiatan pertanian skala nlsar (termasuk peternakan.-g'n dahulu
yang menggunakan lahan rrr" atj,rpun teknologi intensif harus terlebih
memiliki kajian studiAmdal; dan
d. penangan", tirU"tl peternakan (kotoran ternak, bangkai ternak' kulit ternak'
yang dihasilkan harus
bulu unggas, dsb) dan polusi (udara-bau, limbah cair)
Amdal'
disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan datam dokumen
Kawasan peruntukan peternakan dapat dibedakan berdasarkan
:

a. komoditas yang -.y4terdiri atas kawasan sapi perah, sapi potong,


buras, dan ayam ras petelur dan pedaging'
b. sistem
'rirr,,
kamOingTJor'br,
pe:ternakan yang meliputi sistem ekstensifikasi (kawasan
(kawasan usBha
pastura/ padang p.ngg"*oataai; dan sistem intensifikasi
Peternakan)'
peternakan
Lahan yang memenuhi persyaratan teknis untuk pengembangan
ternak, antara
adalah hamr"paran tanah yang'sesuai dengan keperluan budidaya
dari bakteri patogen
lain tersedianya sumber iir, iopografi, agroklimat, dan bebas
yang mem bahaYakan ternak'
bangunan atau
Yang dimaksud dengan rumah potong hewan adalah suatuyang memenuhi
kompleks bangunan beserta peralatannya dengan desain. instalasi
persyaratan sebagai tempat menyembelih fiewan, termasuk kelengkapan
dan
pengolahan limbih, sehingga memenuhi kaidah kesehatan masyarakat
setelah
sanitasi tingk;ngan. numafr potong hewSn dapat diselenggarakan
mendapat izin usitra dan ijin lingkungan dari Bupati.

Pasal 31
Kriteria kawasan peruntukan perikanan adalah:
budidaya'
a. wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan'
dan-industripengolahanhasilperikanan;dan/atau
b. tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup'

Ayat (1)
CukuP jelas.
Ayat (2)
CukuP jelas-
Ayat (3)
CukuP jelas.
Ayat (4)
CukuP jelas.
Ayat (5)
CukuP jelas.
10
Ayat (6)
CukuP jelas.

Pasal 32
CukuP jelas
Pasal 33
CukuP jelas
Pasal 34
Kriteria pengembangan kawasan peruntukan pariwisata adalah
:

a,Pengembanganpariwisataharusdidasarkanpadahasilmusyawarahdan
mufakat setu-ruh stakehotder (pemerintah-swasta-masyarakat);
b.Pengembanganpariwisatah"trtmemberikanmanfaatbagirakyat'baik
manfaat mai-erial, spiritual, kualitas maupun intelektualitas;
c. pengembangan pariwisata hendaknya diarahkan atas dasar balance of life
dengan
yang berintilian lrubungan manusia d-engan tuhan, hubungan manusia
manusia, hubungan manusia dengan lingkungan - atgs yang dianut
prinsip tidak
bertent#gan den[an nilai-nilai agama, sosial, budaya dan tradisi
martabatnya
oleh penduduk setempat pada pLsisi yang dapat merendahkan
sebagai manusia;
d. pengembangan pariwisata hendaknya dikendalikan sedemikian rupa sehingga
menjadi kendala
tidak melamf,aui'ambang batas dayi dukung lingkungan.dan
bagi peningkatan kualitas hubungan manusia yang berdasarkan
kepada
keadilan dan kesetaraan; dan
e.rengemuanganpariwisatahendaknyamelaluipendekatankewilayahanagar
masyarakat'
terdapat keseimbangan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pariwisata
kehidupan sosial dai kemampuan inteb(tual masyarakat di
mana
dikembangkan. Dengan meialui pendekatan kewilayahan
akan terwujud
dan
pertumbuf,an usaha pariwisata, pertumbuhan ekonomi masyarakat
Lemampurnrrryrrakatdalammenangkalefeknegatifdaripengembangan
Pariwisata.

Pasal 35
Kawasanperuntukanpermukimanadalahkawasanyangdiperuntukanuntuk
yang mendukung bagi
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
peri kehiduPan dan PenghiduPan'
Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria:
rawan bencana,
a. berada di luar.kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan
di luar kawasan; dan/atau
b. memiliki akses menuju pu"rt kegiatan masyarakat pendukung'
c.
memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas

dengan ketentuan :
Pengembangan kawasan permukiman perkotaan, ditetapkan
luar kawasan;
a. memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di pendukung;
b. memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas
'kriteria teknis kawasan peruntukan permukiman yang
c. sesuai Oenga'n
d itetapkan berdasarkan ketentuan
peratu ran peru ndang-undangan ; dan
d. pengendalian perkembangan permukiman perkotaan, melalui :
1. pengembangan Kasiba/ Lisiba;
2. penyediaan"lingkungan siap brngrn (lisiba) untuk pembangunarl hunian
vertikal dengan peran serta swasta dan masyarakat; dan
3. revitalisasi kawasan permukiman kumuh' untuk :
e. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan perkotaan
1. mengembangkan kawasan permukiman vertikal pada kawasan tinggi; dan
deng-an inten"sitas pemanfaaian luang menengah hingga

11
perkotaan
z. mengendalikan kawasan permukirnan horizontal pada kawasan
dengln intensitas pemanfaatan ruang menengah'

dengan ketentuan
Pengembangan kawasan permukiman perdesaan, ditetapkan
sebagai berikut:
a. optimalisasi potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam setempat guna
-ekonomi
menooron! pertumbuhan sosial di wilayah-wilayah yang belum
berkembang;
ttiman narr{acaan konservasi dan
b.menatakawasanpermukimanperdesaandenganprlnslp
penanggulangan bencana,
meningkatkai sarana dan prasarana .dasar permukiman di desa
tertinggal/
c. kota, pemr'rkiman kunruh dan
terpencil, desa perbatasan dengan kabupaten/
kawasan rawan bencana; dan
d. mengembangkan ruang permukiman horisontal dengan mempertimbangkan
pertanian'
keserasian i"ngrn kegiatan perdesaan, mencakup kegiatan
perkebunan, kehutanan, peternakan,. perikanan, pengelolaan sumberdaya
alam,pelayananjasapemerintahan,pelayananSosialdankegiatanekonomi.

Pasal 36
yang dimaksud "pemanfaatan kawasan peruntukan lain" misalnya pemanfaatan
kawasanuntukkepentinganpertahanandankeamanan
Pasal 37
CukuP jelas.
Pasal 38
CukuP jelas.
Pasal 39
CukuP jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
CukuP jelas.
Pasal 42
CukuP jelas.
Pasal 43
CukuP jelas-

Pasal 44
CukuP jelas.
Pasal 45
CukuP jelas.
Pasal 46
CukuP jelas.
Pasal4T
CukuP jelas.
Pasal 48
CukuP jelas-
Pasal 49
CukuP jelas.
Pasal 50
CukuP jelas.
Pasal 51

12
CukuP jelas.
Pasal 52
CukuP jelas.
Pasal 53
CukuP.ielas.
Pasal 54
CukuP ielas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
CukuP jelas.
Pasal 57
CukuP jelas.
Pasal 58
CukuP jelas.
Pasal 59
CukuP ielas.
Pasal 60
CukuP jelas'
Pasal 61
CukuP jelas.
Pasal 62
CukuP jelas.
Pasal 63
CukuP jelas.
Pasal 64
CukuP jelas.
Pasat 65
CukuP jelas.
Pasal 66
CukuP jelas.
Pasal 67
CukuP jelas.

Pasal 68
CukuP ielas.
Pasat 69
CukuP jelas.
Pasal 70
CukuP jelas.

Pasal 71
Ayat (1)
CukuP jelas'
Ayat (2)
CukuP jelas-
Ayat (3)
CukuP jelas.

13
PasalT2
CukuP jelas.
PasalT3
AYat (1)
CukuP jelas.
AYat (2)
CukuP jelas.
AYat (3)
CukuP jelas'
Ayat (a)
CukuP jelas.
AYat (5)
Huruf a
lzin prinsip merupakan persetujuan pendahuluan yang diberikan
kepada orang atau badan hukum untuk menanamkan modal
atau
kabupaten
mengembangkrn kegiatan atau pembangunan di wilayah
alokasl penataan ruang
Vrng"sesuailengan arahan kebijakan dan
wilayah.
lzin prinsip digunakan sebagai kelengkapan persyaratan teknis
p-"rrbhonrn iiin lainnya, yaitu izin lokasi, izin penggunaan
pemanfaatan tanah, izin mendirikan bangunan, dan izin lainnya'
Huruf b
lzin lokasi merupakan izin yang diberikan kepada orang atau
badan
hukum untuk mempeioleh tanah/pemindahan hak atas
tanah/menggunakantanahyangdiperlukandalamrangka
penanaman modal.
Huruf c
lzin penggunaan pemanfaatan tanah merupakan izin yang diberikan
-fengusaha untuk kegiatan pemanfaatan ruang dengan
kepada
per
kriteria batasan luasan tanah lebih dari 5.000 (lima ribu) meter
segi.
Huruf d
lzin mendirikan bangunan merupakan izin yang diberikan kepada
pemilik bangunan unluk membangun baru, mengubah, memperluas,
mengurangil dan/atau merawat bangunan sesuai dengan
persyaratan administratif dan persyaratan teknis'
Ayat (6)
CukuP jelas.
AYat (7)
CukuP jelas'
Ayat (8)
CukuP jelas.
Ayat (9)
CukuP jelas'

PasalT4
CukuP jelas.
Pasal T5
CukuP jelas.
14
Pasal 76
CukuP jelas.
Pasal 77
CukuP jelas.
Pasal 78
CukuP jelas.

Pasal 79
CukuP jelas'
Pasal 80
Lembaran Negara atau
Masyarakat dapat mengetahui rencana tata ruang melalui
Lembaran Daerah, pengumuman dan atau penyebarluasan
oleh pemerintah'
pengumuman atau penyebar luasan tersebut dapat diketahui masyarakat, antara
yang besangkutan
lain adalah dari pemasangan peta rencana tata ruang wilayah
padatempatumum,kantorkelurahandanataukantoryangsecarafungsional
menangani rencana tata ruang terebut-

Pasal 81
CukuP jelas.
Pasal 82
CukuP ielas.
Pasal 83
CukuP jelas.
Pasal 84
CukuP jelas.
Pasat 85
CukuP jelas.
Pasal 86
CukuP jelas'
Pasal 87
CukuP ielas.
Pasal 88
CukuP jelas'
Pasal 89
CukuP jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAHKABUPATENTANATIDUNGTAHUN2aI2


NOMOR 16

15
LAMPIRAN : PERATuRAN DAERAH KABUPATEN TANA TIDUNG
NOMOR : 16 TAHUN 2012
TANGGAL:2OKTOBER2012

DAFTAR LAMPIRAN

PETA RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN


TANATIDUNG
LAMPIRAN I,
LAMPIRANII.RENCANAPEMELIHARAANJALANKOLEKTORSEKUNDER'I'OKAL
LAMPIRAN III. PETA RENCANA POLA RUANG KABUPATEN TANA TIDUNG
LAMPIRAN IV. PETA KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN TANA TIDUNG
TANATIDUNG
LAMPIRAN V. MATRIKS INDIKASI PROGRAM UTAMA RTRVII KABUPATEN
I
./\.,r"-'-:3.
tm 7
m
2 E'o )
,
n
n
o
7Z
D>
E#
!,
,(,i

( t
zo tEn
CD r*Z
IE
.')+
rz E
io- :>
2
o
HHX ?ir
Y>E
'
{n T=E
pDf ?2e
..

c Et'U' {!t
Em> \.
T sEd l-:t r\
c :tr
trE
50m
tZz
Fq
ri
v g; 'Ei t6 t\.
a:n 2z
li
a rE .E
c DD
z4 m
2 a H
tll -l
o s f;E z
7z
+o
f,
m
2
o
i ! '.
I
FI
"@ H E \ 2
E$gE$gF
x:dtE
\: o
8r- ns =
E {
I
-,> fr
EE -z -'l cx
I I +,.rl(+@+g C
{
aEpIalPB vr
EEEHggE{ n>
q=
B';iirEE >r
EEEB'tsE
3ino
OE'
t,-

Gt;,
a6 xz
tE

Il*e,li lllt C
.tr
-l
iliisEl$E*
EEr l-s m
z
E {

"i
o':,u gg f z
r EE'6 EE
!(,
I
I G
, 2
,
tfr .Q o
tg I
2 I
6
6 ,
e ,
c ,
* I
s

trP N66!
!
^@a E. rigt
8re3 "!
EEE a znt{
*;) aE

iEs
EzE I
B
+qE
:al
Fs1
60-
lllr+.
3I og '*B
a*
I
o
eq : q
I
LAMPIRAN II RENCANA PEMELIHARAAN JALAN KOLEKTOR SEKUNDER/LOKAL

Panjang Ruas Lebar Ruas


KM) (M) Status Fungsi
No. Nama Ruas
3 4 5 6
I 2
Trans Kaltim - SimPang SePutuk - K4
Kapuak/Rian 14,9 50 K
1
K4
9,4 50 K
2 Kapuak/Rian - TidengPale
K4
Pusat Pemerintahan f ideng Pale)-
3 Sebawang 8,9 50 K
K4
ro,8 50 K
4 Trans Kaltim - Pelabuhan SesaYaP
K4
12,2 50 K
5 Sesavap - Sengkong
K4
't1,7 50 K
6 Senskonq - Bebatu
K4
s.9 50 K
7 Seputuk - Batas Malinau
K4
23 t1 K
I Kfi-Jalan Tembus Tarakan Sekatak
124 1t K K5
9 poros utara kabuPaten
Tana Merah - Tanjung Keramat - 50 K KS
lo Teneku Dacing 24,5
5,3 23 K K5
1l Tideng Pale - Sebawang (Padat Karya)
7.1 14 K KS
12 Sebawanq - Seludau
3,19 t4 K K5
13 Seludau - Dermaga SesaYaP
14 Trans Kaltim - Tideng Pale (A.Iqry)- 11,18 23 K KS

15 Trans Kaltim - Transmigrasi 2 ll K L


L
1,2 l1 K
16 Trans Kaltim - Kuiau
L
17 Trans Kaltim - Buong Baru 2,2 ll K
L
o.917 l1 K
t8 Trans Kaltim - Bebakung
L
2,7 11 K
't9 Trans Kaltim - MenduPo
L
20 Trans Kaltim - Safari o,55 II K
L
Trans Kaltim - KaPuak/Rian 7.15 II K
21
L
5.791 11 K
22 Trans Kaltim - SePutuk
L
1,2 11 K
23 Sesavap - Sepala Dalung I
L
Sesavap - SePala Dalung Il 1,2 II K
24
L
l1 K
25 Sesavap - Sepala Dalung lll 1,5
L
1,15 K
Jalan Jendral Sudirman (Jl. Manunggal)
11
26
L
a.92 11 K
27 Jl.Gunawan I
L
1,25 l1 K
28 JI. TMD
L
29 Jl. Wisma (Desa Sedulun) t,25 ll K
L
o.64 11 K
30 Jl. Tana Abang
L
o,26 1l K
31 Jl. Aman Tawa
L
1,12 11 K
32 Jl. RT lMusholla
L
o,75 l1 K
33 Jl. Kebun SaYur RT. ll
L
34 JI. BPU 0.r5 ll K
L
0,r5 t1 K
35 il. Slamet RYadi
L
0,18 11 K
36 Jl. Gereia
L
0.18 11 K
37 Jl. Ks.Tubun
L
o,14 l1 K
38 Jl. Rumah Dinas
L
1,2 11 K
39 Jl. lnhutani (Jl. SMU)
L
2,1 11 K
40 Jl. Perintis
L
1,2 11 K
41 Jl. Mulawarman
L
0.75 11 K
42 Jl. lr. Salmon
L
o,65 1t K
43 Jl. Bhavangkara
L
o.65 11 K
44 Jl. Beringin
L
t.5 11 K
45 Jl.Kml-Sedulun L
2 l1 K
46 Jl. Km lll - Sebawang
L
6-8 11 K
47 Dermaga Tana Lia - 5P I
L
o.69 11 K
48 Dermaga Hulu - Dermaga
L
1,19 11 K
49 Kantor Camat - Sambungan
L
11 K
50 SPI-5P2Cl'anaLia) 1

L
T rdra(l 2,1 1I K
5l L
B 11 K
52 SP2-TaniungKramat
L
53 PDAM - Kantor Camat 5 ll K
L
a-7 11 K
54 JI. Jang Buhari
L
I t1 K
55 Jl. Jane Suling
L
tl A Li hzl a nii 0,7 II K
56
L
1.3 11 K
57 Jl. Jans Mala
L
1 II K
58 Jl. Menielutung I
L
4.7 1I K
59 Jl. Menielutung ll
L
9 K
50 Senskong-Si mpang Bebatul!919ygp-- 11
L
I l1 K
61 Gunawan ll
L
t1 K
Sesavap lV
1
62
0,9 11 K L
63 Jl. Sapari
!
llt
J
D
,
m
2
o
2
!
o
F
cT
a
CI

!
m
-l
f,
m
=
o
z
'o
o
r
v,
L=
2!
OT
r=
E=
'r
{m
z,
{
z
Jt
cz,
G)
!
Iil a
m
Cli
il -cl
EE I" ..(*___::a.
n D -fir
m
2 IZ !E
I
D> I

o Er **21
=
TD r4t
to- I
I

x HHE
NieB FTE
3 i,t=
ct*t
I

o
z
o
sE=
=r ET= li i*t i2
{ EB "E=
I
.l'ra r\ \
a o:f, D> : trt r:
Iil I
,:}
I .v2 t\.
, zr
I
!tr
ts
ll
I
m
CI
tt E ;g
f,zt
I
Jtl
I '", {
Io I
vilI
I
: zo
+: il unlf il E
I

z
I
s[i3;EE[[i
I
ii ' \
I
x
ifir -I
a
I

'Ji-: - -. =
ut
E9
z
ilE E q5
;=
iiEaeiEiiilg >J
{E
EEEEE lIiiiEE tsE
67
i! s!:*iiE
I'iE
r
iSiE
ilr=
I e
x
II: *e
flI rt
4 @A J A
g tr
B C
xp I p t
E
EE
E'
?
{
m
z
g {
>
2
!
E
tt ttr
c
2
6 cz
o
e
6
Z
o
'
&

isf{
cFpi
2tEr

iitr
a!
agt
-Ei
5ol
88f .[*
3E 898
3E *g
d
ul
=8
o3
fi :lI
3
L
-t
(D

=
C
N
=
1'
1'
x

v-{ =-{
f, v
x
x q,
=
z.
tE Er
E x>
>=
{FT g!
z rF
{ t2
xx z o<
v
or@
_63
u,
s,'O
'tt o
Cc
= =
zo {
-
o
o-g
qr ;'
x
iu 1, =
cf-
9s
1r-<
c
-u)
6'9
iTo g)
F'

x1, x1,
oo B dF
o(D
o-3 6'= q-6-r
9
-5
F5
6o, 6P sli==6
(n9 -(o oE g,
(D= !,
F6 Jo)
oll gd
-=
s
f-
o E .io-
o-^
q6 o)
oo
f
T'
3
'o Bfl:
56(D
(D o f
3 ^(O
3
q" g *r e.3
gt
g) j,E.
!=
)
o)
=
g,
!,
qr3
3(o
3A
r
sf _.
= et:s,
-.!r:
o, E
9' 3E
!)
3
E}
= f

P lrg !D - gtoq)o
=9-!D i'o, oOo
1=@UtA
trgrE$E
.< <-,.X J o o
$ 40 q,
E-rtso
a,

sdo):s6-6'
-.= P ;= =
eEEEEgEE;E+E$ (o
=lrif o
= _=
q) o J-@
E=
AJB
3s3 l=+d<
Eq qD 6
ge EEF iE€g d#t6€€si
#a-a6 Ak g+a:
=(D f
xd (o j.
(D

li;
l li; =o-s
io r CL(D
q CC
*! 4d q_ I:IY* (DC
iE
or" *:34ilx
o o
aq#- i.4:
=o-s 4$ 9l-
orE U6
3^
Lrg
3o e'E'E
d='!lo
=
Ha=* e Bc is qs
-=
ErE.= q g r-e e .3
(n>
€1'
o)tI,
9a
s!
o
-t,
(p
g
xg,
-tt

@a
=='
A'O
A@
g)
3
c
1l
o
q
3
o,
@
-B
C
xs
6
o= o= E= 6o G'= =1=
C c cEc
ooo
cc CE CEE
s!) !)E oss EEE= ut= EE
6) 3,
LE E6 BEO6 =x $6#6#fi$fi B= soD
c@ @=@
n,!)
a a
eoD
@aa
DOt
0@ oaa a@ 0a @00 .o E_o. gr6 -Erdq coc@ .@z q orD
so E-o
o B sDs
osor
g9) i,sB
o9 o otr'
eg e!L!l 9t!1e
o)!) 0,
sF$
083) G=o
oo,
DE
=!. 6b
-9
6o6p
-i) l
-{ EE?q a;"EE E E-*q
E !)
a === == =6
-r
-$
=3{/, -a (t ut =V -{ E- rJsJ-J-{--{ -{ JOJ
o LL L L LL
3E oo B5 s D-..6-'-'D
x7r> {=
(D
(D
x5 ===
= x@@ == -= === ==
xo
rr=f,, agt O Jtr=== -{o oo @ o0
s !, El a *g=BHaHB o uo
f =5
3 o =+c @o 6i.E y <C xs xx
!)
@
=o5
- =-N a':
r{oq, 9E 6'=
3c
o -o
<=.
=o
$3 oa Lo3 Es 'oE oo 7
I gg gE$49 E
eo
==
= -=<
{ U'o @='E
o)
(D*-
lo =rd =g
o=
5:o
;s = 1 =
r^C
ra a
-v-r o B)
2
s} o {rt agt
s. {D EE oo
E
3 J j a =aa
3 33
!,
o)
lr
5 +6
s
€ =n f,
a3gl -o
{t, @
= o)
o Ed5
n'o
-{
f{D
(oa
o,
@
E
!,
g F o9 Eoc
C o)_ g. (r, i,q g= FE =(, g!rx
TD

aE_ ca E
lq! I =
C 3 o c2
5
@ _ s c
F E=
od
=
!D

E.E
==
EB
o=
=(oc
3
s3
o
q)
f
E
o
3
(l)
5
q,
ts
!,
3

.-t ' xb'e-o gr= OF


o6' ccc cEc
c glD!, cg ECE Dil o6
frE$
oo= 6E O a
oo
6E'EE-=
-f
qIHE-- a*"+a* $ il*8 s*
(D=

gs'
sos
a@6
q. 6r_ !;
!'a aa@ 99
@@
9. !L s_ s, g- !L
E'ES
@a@
EEE
:JG
gE BO,
=-.
{@

KB d B acqq gB slso,
3:r3 = D sstt og) gg3 f& Ego- f
ict
+3 {o ,o
oJ
E; Q 6=A E
= o9oa (f, x. (n 3
@cII' 8P8 ? E -E'B o
-o!t g
=== ==
<, r'- o (oI0)
.^E O C o9 @=l LL )rc- =
o FqE s9t
;EE HE 8A
g gt :c EaSp Xco9o
trE tr€ A€ 3s.3e. agaBe*gE q6 =
cE tF
xsl o
6=G
<,27 =
gE3
o
J-@ z @@ , JU,
ozfr (,8
f
{D
CC -DEN
o'11
o
!,
0,
3 a
it _r@
Eo<X o! <= cE
&Ea EqfiE l)-'=ion}9T 3E
=o0)o
-Yq:13 3C- c
fla?$g
o-
oL
$lt
3o
fo
=@c (oa
s,
c qdes
-E Bd E.TBg E q! si so =
rcl @a
o56
gf,E =5 8"F 60E
(D

s8. gE'
-f $g *s =g 9stL s.B

6
5{c
f, ae)
ot
3 o.: o

s3
o
a
E
C
xc)
-5
(r,
t,
=
0
sl
t,
o
I
I$ I

s)I o
f\)
'1, r' 't
=l I -l
o{D l

__l o= o-
$o
-E EI
ol
6E
(D'o (D <,
{D
s ol Jf ol 3 :o
@ f
6a=' I {xi tL (O <t 3 (D
e€l
q, $,D
C(D 0)I
5l
:a
o=
o! $ 3
{t
!
a
O=ll
U E'e.
o]cr
f$
DI
f,l -@ c
l
ro
(D 0]
3
o
o
A' )@ a-? 6l =
E (o
=
G} :o
(o (D
Ets 7 f 3'
s) 3
(Da 3
C
f,
o33) a
(D
g, v :f =
d
c iG :.
o) li(D (o
f :{E
!ro .D :5
o
3
o a 3'
g
g lo) (o=
=C B) (o E=1
o ?
B
i( t* B' o) = C >
q)
=x tr (}
o lo,
o lfl@
f,=
afl
c
=
(o
ir o -
C
q) lo f C = 3
Io (o
s g, E
E ar
l+
lql
lc.
q
o
-s 6l
s
0,
f,
(c,
9'
= 6
=
!(D lE s q
a a a.'oTI
*----Qd (B
Io- (nth'ob'
lgrq*-: 6ddddEd (}
ET
3 (o
o 9[B3=3
Xi$oiio
PEEEE*g o, 1'
it?s** +E*EflEtEBB?EB$ TTTT
I-E -Olr,I =
soO$;oi
o,
f
{t)
o
s)
(D
x I.BEr9
=gBCB
I mO ii f
E E 5
i q*o d
"'i-.A (,) (D
sfsq,
4Zttr@ o;io o
q)
3
q) o
B'
f,
F@ f €
l(Iroq
x
!) z\o rtr
#E+3
(C)

Iflf,o)
H
g$;i;glisF*E$ ;EqE = --6a
>-sO X
E
o 0)
g)
qFag
IA

=s8q
ErBo
: E oo'3q.l o6,
Aa@-"'
o o =
=
@
(D
qts*
si*1(D
5il
c=
r : ftg,f;,E
E== g
3.q
or-'
;-.
a
o,
n)
?t
oEo
-'.
_i
g
,s
ll g o,

o> gt>
€!
a>
€!
@>
€!
r+ n)G!
=! q)ID!) TI' NTD
gE
s-o 9s
(D
-oO 9E
sT 9"a s! D-o e
a?
€r
o)a o o o o =
E
!);
! .Ii .E Im
T @ E e,
@
g
@
(f U g lr.
z
H
H xg) xq) x
OT
xq)
5 c'
-6 -o

xgx !'t cl oq6' !1ro


!1rg n-gg
o(D;' EE6'
o o)q6"
='O
!2oJ acc ct aie -a-
--E <cC
o cte.o a'6 0 6'.' 6
z,
a
-Loo
q) -u+ 6'6
n)C- $C- 0C- -t
<o= 9IE
$6 a s,6 6 fr3 s' It
S-=
o f u
il,E d
xs) < xq x$ < x!)< < z$
s:Jo tr),Jiu,f o o)-ro
o
;gH
-C
-u.: 5 "r9 o_s 5-g) o-G)
o- 6\f ()r t
EI
oE oE (' LJ 6E
EE F c=' F
E'i -o o-i x
ge
o)o
ea
g)
g,
e'#
$
!)
e'#
or
,)
e'g
o)
$
5
Q
il
xs) f =
9o
=
9o Ao
>
oJ ao
o
tit
(t
xl
trl
It
(,
N t!
a, L
$
I
tr,
€,
{!
(h 7:
l\r
o ;
o fr
r
!
tsq L
uT =
ir

(-
HH (=ra

ta;
$$ =$
c-o
o-o
e]>
!,E
a
='
E}
=
0

g,
=,
f
(o
g,
=
s)
=
an
E
o
$)
(,

I .I] I 3q (AE E rJ)-o<>74:


;'o {D g gE 8s
3i3q 5 aaf.) tu(o(o s= 3= = 5
= O;
'r >'J(o
>rn>7*
cr --l
ooFcn: {cC(D
o== ;g$g$r.a ts5:;t;
=Hq@,E(';r.'
a@- I
6H rn--r-
*e ra ii
eE ct
oPxEe sq=' To o) :.E
fl +gE;
L_S
?E EMsg F
a<
Prd
f, X=
= r I +
PE =
=
.'=o
=-@
-=
F
A 3a +E ri"qE,EE
Y- - O
APQ; =o
nA
o(D
did e;
$ L.$
ar D 5
OF
o,^gE@-
SHE ISEfi
P
t-

d; E';
.5 (nc. -
=ao)
3=A: -'*
6A , P? i ?
g'
Es
9)
E f = 93 ='-{-.r
@ X ql'o'
6g.o.A
="6 5sdg
h q3
rO 3l
d il gIE,
-E
EEE
6to fE

xgx
(D
qd ='o3
ko(D

-E
;EB
3Bt
!D

o-E E E(D
o(D o
f a
({} (l:
6=', (D {D
gd: 3 3
@p o
o)
o
!)
(,o) 5 f
{(l {o
fo !, 0,
-o) 3 f
tra $ (,
9o = 3
B'
=o
<o
K(D s=)
d3
:d
6S

_ox-i(x
0)
30,
+=!
-s-=E
P
'rf
(D
f
o
si
1(,
s)
@
(D

o3o)
(I
g)
f
o
c

1c,1.
so-
50-l
o!)a
L-.s
OIE@ =
r, 9' P 9'

EE Ero
(Do CEE
o$o o(D
0lo fl
q)o
(oo =f 0,e,e
sd ol3
6(o is)o
o=:I ,e -s
JE cx 9H:
6 lI)
Or
-S
$ 6 =9 di
*cr
iri
=-z +.(o
::r
:x
_s
o!) xgt $<
o)0, 9f <s)
e.a
CX =o -<o
lNs
dP or=
=@
-6 tD-
50.
-- o)
a Eq -s
o,
=
xa
&r s9
L]
Y(D
=s
Of ci(o
o-'
-s E
orf
$ x@
1

-- lE

xP xxP
o(D-
o-o oo-I, cr}-{(l)g
ooJ(Df;
de rsF
:.4--t a@-*
Po o$in
a-a2-
DQ)q'-
<_<w
s l,.o O
ro $E
b E ge *r TC=
3 rg -5
tlT
Y

ts
(,rI

@o-o
s ='lD
X Xj
5(,E
oio)
-$ =3
o, --'

r;f,
o-q
X-
o=
oq!
cf
:9)
g-=
P
P
6E
o)=o !ro
rof
=o
:*o
*#E
o=:I
sI
r6
ii -.6
fO E^ os,
A)3
PT
@J pg
=(o
g)<
('=-
@a
XJ
(D0
S-ro _3
:E
:'o d@_
ir. 6;
Eg
:1
o]
=)
q
.?

i{=o(n0;
I49 !B q+ 1(i, a
3E e:ts
f o
$(Do
=a{,
o0r3)
3il qE-5
=

!)
==.

- *0)(,
l os
szrE
f
3 s=9
-
xo
!, a0

A tr63
q e{E
c ir5O-
5 ES)Or

=9;
--'

-1'
!a: (D
-='
-o
sa
=.
9)
l

Anda mungkin juga menyukai