EDITORIAL
ADNAN M.BARALEMBA, Masalah yang diselidiki dalam penelitian ini adalah apakah terdapat
hubungan yang signifikan antara kinerja widyaiswara dan hasil belajar manajemen ASN peserta
diklat Latihan Dasar (Latsar) CPNS mata diklat manajemen ASN di Pusdiklat Pegawai Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan kinerja widyaiswara
dengan hasil belajar mata diklat manajemen ASN peserta latsar Pusdiklat Pegawai Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang peserta diklat diambil
secara random acak. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah angket, kemudian
diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan (0,58) antara kinerja widyaiswara dengan hasil belajar mata
diklat manajemen ASN di Pusdiklat Pegawai Kemendikbud. Semakin tinggi kinerja widyaiswara,
semakin tinggi pula hasil belajar peserta diklat.
R. Berlian Medi Pricilia, Cranberries (Vaccinium macrocarpon) merupakan buah golongan berry
yang telah digunakan selama bertahun – tahun untuk mencegah Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada
wanita (Chen, 2013). Komposisi kimiawi dari buah cranberry telah dianalisa dan beberapa
komposisinya diisolasi dan diidentifikasi dalam fraksi yang berbeda (Vasileiou, 2013). Di antaranya
adalah golongan anthocyanidin, plavonols, proanthocyanidins (PACs), derivate asam phenolic
(Vasileiou, 2013). Sobota et al adalah orang pertama yang melaporkan bahwa jus cranberry secara
ex vivo dapat mengurangi pertumbuhan bakteri E.Coli pada pasien dengan infeksi saluran kemih.
Dari hasil penelitiannya 15 dari 22 orang pasien yang diberikan jus buah 250 ml per hari selama 3
minggu, dapat menghambat pertumbuhan E.Coli sampai 45% dan jika dikonsumsi 750 ml per hari
dapat mengurangi pertumbuhan bakteri sampai 75% (Vasileiou, 2013).Efek dari cranberry lebih
terlihat pada wanita dengan infeksi saluran kemih berulang dan aman juga di berikan pada wanita
hamil, anak – anak dengan ISK. Type-A proanthocyanidins dari buah cranberry telah terbukti
menghambat pertumguhan bakteri pada dosis bebas yang telah teruji secara in – vitro (chen, 2013).
Caturto Priyo Nugroho, Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang pertumbuhannya sangat
cepat, sekitar 30 hari sudah bisa dipanen. Temperatur yang panas dan udara tercemar gas
menyebabkan performansi ayam broiler tidak optimal. Teknologi yang baru menggunakan kandang
sistem tertutup (Closed house) untuk mengontrol temperature dan udara dalam kandang . Kandang
closed house untuk broiler dibuat tertutup, dan pada kedua sisi dipasang inlet udara masuk, dan
pengeluaran udara (Outlet) dengan blower kipas angin. Intinya mengatur udara dan temperatur dalam
kandang dengan udara diluar kandang dengan bantuan kipas angin. Uji coba pemeliharaan 3000
broiler Cobb dilakanakan tanggal 9 September sd 9 Oktober 2017 di PPPPTK Pertanian pada
kandang cloosed house diperoleh data sbb. FCR (feed conversion Ratio) 1,38, kematian 2,4%, umur
rata-rata panen 29,4 hari, deplesi 3,16%, berat rata-rata 1.576 gram, index performance 370. Nilai
index performans >300 menunjukkan kriteria amat baik
Ruth Sihotang, Stroke diartikan sebagai suatu tanda klinis fokal atau global yang menyebabkan
gangguan fungsi serebral dimana gejalanya terjadi kurang dari 24 jam atau lebih, yang dapat
mengakibatkan kecacatan sampai kematian. Stroke Iskemik adalah penyumbatan di pembuluh darah
otak yang dapat menjadi penyebab utama kecacatan dan kematian pada pasien. Sampai saat ini satu
– satunya terapi yang disetujui untuk pasien stroke iskemik akut adalah pemberian recombinant
Tissue Plasminogen Activator (r-TPA). Tindakan ini dilakukan secara intravena yang efektif jika
diberikan dalam waktu kurang dari 4 jam. Keterlambatan dalam waktu pemberian akan berefek pada
kecacatan sampai kepada perdarahan otak bahkan kematian. Saat ini teknologi informasi terbaru
memperkenalkan layanan gawat darurat pra hospital berupa ambulance yang di setting sebagai unit
stroke mobile, bertindak sebagai partner rumah sakit untuk memudahkan dalam mengidentifikasi
pasien dengan stroke iskemik sehingga trombolisis yang akan diberikan bermanfaat bagi pasien.
Layanan ambulance ini memasukkan aplikasi stop stroke dan telestroke kedalamnya, dan dilengkapi
dengan peralatan persiapan trombolisis sehingga tindakan trombolisis dapat dilakukan secara mobile
tanpa harus menunggu pasien tiba di Rumah Sakit.
Sutarto, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi sinkronisasi berahi dengan
teknik pemberian PGF2 yang berbeda secara intra vagina spons (IVS) dan intra muskuler (IM)
terhadap onset berahi dan lama berahi, serta nonreturn rate (NR) pada domba lokal. Penelitian
dilakukan pada kelompok peternak domba Lestari berlokasi di Desa Sukaresmi, Kecamatan
Karangtengan, Cianjur, mulai tanggal 14 Juli 2016 sampai dengan 14 Februari 2017.
Menggunakan dua puluh (20) ekor domba betina lokal, yang berumur 12-15 bulan, dilakukan
secara acak dengan empat kelompok perlakuan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Domba dalam Kelompok Perlakuan 1 (P1) diberi hormon PGF2 dengan dosis 5 mg/ml/ekor
secara intra muskuler. Kelompok Perlakuan 2 (P2) diberi PGF2 5 mg/ml/ekor secara intra vagina
spons selama dua hari, Kelompok Perlakuan 3 (P3) diberi PGF2 5 mg/ml/ekor secara intra vagina
spons selama empat hari, Kelompok Perlakuan 4 (P4) diberi PGF2 5 mg/ml/ekor secara intra vagina
spons selama enam hari. Dua (2) ekor pejantan berumur 2-2.5 tahun digunakan sebagai pemacek
Masing-masing perlakuan diulang lima kali. Parameter yang diamati adalah onset berahi, lama
berahi dan non-return rate (NR) dalam 30 hari. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisa
dengan analisis varian, apabila berpengaruh dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).
Nilai rata-rata onset berahi untuk P1, P2, P3 dan P4 secara berturut-turut adalah 22,91; 23,16; 26,31;
dan 44,57 jam. Nilai rata-rata lama berahi untuk P1, P2, P3 dan P4 secara berturut-turut adalah
26,36; 48,36; 94,65 dan 146,56 jam. Analisis varian mengindikasikan bahwa teknik pemberian
PGF2 mempunyai pengaruh yang signifikan (P<0,01) pada onset dan lama berahi. Non-return rate
dalam 30 hari untuk P1, P2, P3 dan P4 secara berturut-turut adalah 100, 100, 20 dan 20 persen.
Adnan M. Baralemba dan Herdiana, Dengan berlandas pada poin keempat Nawacita terkait
reformasi sistem yang bebas korupsi dan terpercaya, studi ini berfokus pada peningkatan
akuntabilitas dan transparansi pengadaan barang dan jasa (PBJ) di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan melalui proyek pengembangan sistem layanan, fasilitasi, dan
pembinaan. Menggunakan pendekatan Teknik analisis manajemen dengan model analisis SWOT,
hasil analisis menunjukan bahwa permasalahan pengadaan barang dan jasa perlu diatasi pada
berbagai level: isu kelembagaan, integritas sumber daya manusia, serta kurang efektifnya tata kelola
Unit Layanan Pengadaan (ULP) itu sendiri. Proyek perubahan pada studi ini menggali solusi dari
pemetaan masalah di atas, di antaranya melalui perubahan struktur organisasi pengadaan di mana
ULP menjadi mandiri dan terpusat atau yang disebut dengan Center of Excellence (Brocke &
Rosemann, 2010) serta peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengadaan melalui implementasi
Sistem Informasi Manajemen Pengadaan Langsung (SIMPeL).
Oleh:
ADNAN M.BARALEMBA
(Widyaiswara Madya Pada Pusdiklat Pegawai Kemendikbud)
ABSTRAK
Masalah yang diselidiki dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan yang signifikan
antara kinerja widyaiswara dan hasil belajar manajemen ASN peserta diklat Latihan Dasar (Latsar)
CPNS mata diklat manajemen ASN di Pusdiklat Pegawai Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan kinerja widyaiswara dengan hasil
belajar mata diklat manajemen ASN peserta latsar Pusdiklat Pegawai Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang peserta diklat diambil secara random
acak. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah angket, kemudian diolah dan
dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan (0,58) antara kinerja widyaiswara dengan hasil belajar mata
diklat manajemen ASN di Pusdiklat Pegawai Kemendikbud. Semakin tinggi kinerja widyaiswara,
semakin tinggi pula hasil belajar peserta diklat.
Kata Kunci: Persepsi, Kinerja Widyaiswara, Hasil Belajar.
juga manfaatkan serta ciptakan situasi yang hasil yang memuaskan, guna tercapainya
ada dilingkungan pusdiklat sesuai dengan tujuan organisasi kelompok dalam suatu unit
aturan yang berlaku. kerja.
Anwar Prabu Mangkunegara (2000) Jadi, kinerja widyaiswara dalam proses belajar
mendefinisikan kinerja (prestasi kerja) sebagai mengajar adalah kemampuan widyaiswara
.hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dalam melaksanakan tugasnya sebagai
dicapai oleh seorang pegawai dalam pengajar yang memiliki keahlian mendidik
melaksanakan tugasnya sesuai dengan anak didik dalam rangka pembinaan peserta
tanggung jawab yang diberikan. Dalam kamus diklat untuk tercapainya institusi pendidikan.
bahasa Indonesia (1999). Kinerja berarti
sesuatu yang dicapai, prestasi diperlihatkan, Hasil Belajar Siswa
kemampuan kerja. Seseorang untuk Menurut Sujana (2004), bahwa hasil
melaksanakan tugasnya yang baik untuk belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
menghasilkan hasil yang memuaskan, guna dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
tercapainya tujuan sebuah organisasi atau belajarnya. Sedangkan menurut Horwart
kelompok dalam suatu unit kerja. Jadi, Kingsley dalam bukunya Sudjana (2004)
Kinerja karyawan merupakan hasil kerja di membagi tiga macam hasil belajar mengajar :
mana para widyaiswara mencapai (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2).
persyaratan-persyaratan pekerjaan. Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan
Menurut Ivor K. Davies (1987) cita-cita. Oleh karena itu hasil belajar yang
mengatakan bahwa seorang mempunyai dimaksud disini adalah kemampuan yang
empat fungsi umum yang merupakan ciri dimiliki seorang peserta diklat setelah ia
pekerja seorang guru, adalah sebagai berikut: menerima perlakuan pembelajaran oleh
a. Merencanakan, yaitu pekerjaan seorang widyaiswara seperti yang telah dikemukakan
guru menyusun tujuan belajar. oleh Sudjana. Jadi, meningkatkan hasil belajar
b. Mengorgasisasikan, yaitu pekerjaan adalah menaikkan kemampuan dari kondisi
seorang guru untuk mengatur dan awal yang masih relative rendah ke kondisi
menghubungkan sumber-sumber belajar ideal tentang kepemilikan pengetahuan yang
sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar dimiliki peserta diklat terkait dengan materi
dengan cara yang paling efektif, efesien, diklat yang diberikan.
dan ekonomis mungkin.
c. Memimpin, yaitu pekerjaan seorang guru METODE PENELITIAN
untuk memotivasikan, mendorong, dan Penelitian ini dilaksanakan di Pusdiklat
menstimulasikan murid-muridnya, Pegawai Kementerian Pendidikan dan
sehingga mereka siap mewujudkan tujuan Kebudayaan, Sawangan Depok. mulai Agustus
belajar. 2017 sampai Oktober 2017.
d. Mengawasi, yaitu pekerjaan seorang guru Populasi dalam penelitian ini adalah
untuk menentukan apakah fungsinya seluruh peserta Latihan Dasar (Latsar) CPNS
dalam mengorganisasikan dan memimpin Angkatan 3 berjumlah 40 orang Dosen, dengan
di atas telah berhasil dalam mewujudkan jumlah sampel adalah 30 orang. Teknik
tujuan yang telah dirumuskan. Jika tujuan penarikan sampel menggunakan teknik
belum dapat diwujudkan, maka guru harus purposive sampling yaitu
menilai dan mengatur kembali situasinya pengambilan sampel berdasarkan
dan bukunya mengubah tujuan. pertimbangan peneliti sesuai dengan kebutuhan
Dengan demikian, penulis peneliti. Data dikumpulkan dengan
menyimpulkan dari pengertian di atas, bahwa menggunakan angket dan dokumentasi. Sesuai
kinerja adalah kemampuan seseorang untuk dengan variabel yang diteliti maka dibuat
melaksanakan tugasnya yang menghasilkan angket dalam bentuk pilihan ganda untuk
instrumen persepsi siswa terhadap kinerja guru. dalam penelitian ini bagi menjadi dua variabel
Sedangkan instrumen hasil belajar diambil dari yaitu variabel X dan Variabel Y.
hasil ujian (Post Test) mata diklat Manajemen Seperti yang tampak pada paradigma
ASN. gambar di bawah iniyakni:
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survey X Y
penjelasan ( Explanatory Survei Method)
dengan pendekatan kuantitatif melalui korelasi. Gambar 1. Rancangan Penelitian
Penelitian survei yang dimaksud adalah Dimana: X = Persepsi peserta latihan dasar
bersifat menjelaskan hubungan kausal (sebab- CPNS terhadap kinerja Widyaiswara
akibat) dan pengujian hipotesis. Rancangan Y = Hasil Belajar Peserta Latihan Dasar CPNS.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Prabu Mangkunegara, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Rosda Karya, Bandung.
Arikunto, Suharsimi. (2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta,
Jakarta.
Balai Pustaka, (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua. Balai Pustaka, Jakarta.
Ivor K. Devies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 1987), h. 35-36.
Masnur.(2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Alfabeta, Bandung.
Nasir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.
Siggih Santoso (2011) Panduan Lengkap Menguasai SPSS 20. Eles Media Komputindo, Jakarta.
Slameto, (2003).Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.
ABSTRAK
Cranberries (Vaccinium macrocarpon) merupakan buah golongan berry yang telah digunakan selama
bertahun – tahun untuk mencegah Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada wanita (Chen, 2013).
Komposisi kimiawi dari buah cranberry telah dianalisa dan beberapa komposisinya diisolasi dan
diidentifikasi dalam fraksi yang berbeda (Vasileiou, 2013). Di antaranya adalah golongan
anthocyanidin, plavonols, proanthocyanidins (PACs), derivate asam phenolic(Vasileiou, 2013).
Sobota et al adalah orang pertama yang melaporkan bahwa jus cranberry secara ex vivo dapat
mengurangi pertumbuhan bakteri E.Coli pada pasien dengan infeksi saluran kemih. Dari hasil
penelitiannya 15 dari 22 orang pasien yang diberikan jus buah 250 ml per hari selama 3 minggu,
dapat menghambat pertumbuhan E.Coli sampai 45% dan jika dikonsumsi 750 ml per hari dapat
mengurangi pertumbuhan bakteri sampai 75% (Vasileiou, 2013).Efek dari cranberry lebih terlihat
pada wanita dengan infeksi saluran kemih berulang dan aman juga di berikan pada wanita hamil,
anak – anak dengan ISK. Type A proanthocyanidins dari buah cranberry telah terbukti menghambat
pertumguhan bakteri pada dosis bebas yang telah teruji secara in – vitro (chen, 2013).
Hasil penelitian didapat pada group wanita yang berusia 50 tahun atau lebih terdapat perbedaan yang
signifikan angka kejadian infeksi saluran kemih berulang antara group intervensi dengan group
kontrol (Log-rank test; p = 0,0425). Pada analisa group dengan analisa multivariat ditemukan, angka
kejadian infeksi saluran kemih berulang pada group intervensi sebesar 16 dari 55 (29,1%) dan group
kontrol sebesar 31 dari 63 (49, 2%).
Hasil penelitian ini tidak dapat sepenuhnya bisa digeneralisasikan dalam penggunaannya pada
program EBN sehubungan dengan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi
saluran kemih yang berulang baik yang dari dalam diri pasien maupun dari luar diri pasien tersebut.
Walaupun efek dari jus cranberry telah dibuktikan mampu mengurangi resiko dari kedian infeksi
saluran kemih berulang pada pasien, namun masih perlu pembuktian lainnya seperti efek dari jus
cranberry pada pasien wanita yang berusia kurang dari 50 tahun.
Penerapan pemberian jus buah cranberry ini mempunyai nilai aplikabilitas yang tinggi dalam
penerapannya di ruang penyakit dalam atau bedah wanita. Saat ini jus buah cranberry sudah tersedia
dalam bentuk jus kemasan juga seperti yang terdapat dalam buavita maupun tipco cranberry yang
dapat dijangkau oleh individu. Buah cranberry juga adalah golongan buah berry yang tumbuh
didaerah dingin. Ketersediaan buah ini bisa dijamin, biasanya dikemas dalam bentuk buah kering
dan banyak dipasarkat di market khusus buah.
Menggunakan 4 kata kunci dan beberapa sinonimnya dari analisa PICO, peneliti memasukkannya ke
dalam search engine jurnal sebagai berikut:
a. http://search.proquest.com
b. http://search.ebscohost.com
c. http://www.sciencedirect.com
d. http://www.scopus.com
Sumber Penelusuran
No Kata Kunci
Proquest Ebscohost Science Direct Scopus
2.4 Temuan Artikel Pilihan dari Kata Kunci PICO yang digunakan untuk digunakan
sebagai rujukan
Hasil penelurusan jurnal ditemukan 5 jurnal yang relevan, berikut merupakan uraian jurnal
relevan tersebut:
BAB III
METODOLOGI
Jurnal 1
Peneliti Kong-Sang Wan, MD,PhD; Chih – Kuang Liu, MD, MPH; Wen-Kai Lee, MD;
(Tahun) Ming – Chung Ko, MD; Che-Sheng Huang, MD (2016)
Judul Cranberries For Preventing Recurrent Urinary Tract Infections in Uncircumcised
Penelitian Boys
Metode Metode Penelitian menggunakan Randomized Controlled Trial(RCT)
Penelitian
Jumlah dan Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 55 anak yang tidak
Kriteria disirkumsisi dan 12 anak yang disirkumsisi. Total sampel 67 orang.
Sampel Kriteria inklusi :
Pasien berasal dari Renai and Zhonxing Hospital dari ruang pediatrik dan poli
urology; pasien anak yang berjenis kelamin laki – laki baik yang disirkumsisi dan
yang tidak disirkumsisi yang berusia 6 – 18 tahun; pasien dengan infeksi saluran
kemih tapi tidak disertai komplikasi lainnya.
Kriteria esklusi :
Pasien yang keluarganya menolak untuk dilakukan percobaan; pasien anak yang
berjenis kelamin wanita.
Intervensi • Responden dibagi menjadi 3 group.
• Setiap anak meminum jus cranberry ataupun placebo dirumah masing-masing
dibawah supervisi orangtua.
• Semua orangtua responden diberi inform consent
Group 1(n=28)adalah anak yang tidak disirkumsisi, diberi 120 ml/hari jus
cranberry selama 6 bulan.
Group 2(n=27) adalah anak yang tidak disirkumsisi, diberi placebo jus (jus
dicampur dengan jus tomat dan gula) selama 6 bulan.
Group 3(n=12) adalah anak yang disirkumsisi perlakuan yang dierikan sama
dengan group 2 yaitu diberi placebo jus.
Hasil Penelitian dilakukan selama 6 bulan.Setiap bulan dilakukan pengecekan urine
culture. Setelah 6 bulan perlakuan dengan treatment jus cranberry dilakukan
pengecekan urine cultur terhadap group 1,2 dan 3 untuk mengukur pertumbuhan
bakteri E.Coli ≥
Didapatkan hasil bahwa infeksi saluran kemih berulang pada group 1 sebesar
25% atau 7 dari 28 responden; group 2 sebesar 37% atau 10 dari 27 responden;
group 3 33,3% atau 4 dari 12 responden.
Kesimpulan : hasil penelitian menunjukkann jus cranberry secara signifikan
dapat mengurangi infeksi saluran kemih berulang pada anak yang tidak
disirkumsisi (pvalue <0,05).
Kekuatan dan Kekuatan : Penelitian ini menggunakan Randomisasi untuk menentukan group
Kelemahan intervensi dan group kontrol. Randomisasi di lakukan dengan menggunakan
komputer. Responden terdiri dari 2 kriteria yaitu yang tidak disirkumsisi dan
yang disirkumsisi. Peneliti membagi secara acak peserta yang tidak disirkumsisi
ke dalam 2 group, dimana 1 sebagai group intervensi dan 1 sebagai group kontrol.
Group kontrol dibagi batas 2 group yaitu peserta yang tidak disirkumsisi
dimasukkan ke group kontrol negatif dan peserta yang disirkumsisi dimasukkan
ke dalam group kontrol positif. Disini terlihat usaha si peneliti untuk mengurangi
faktor perancu, dimana kelompok group yang disirkumsisi tanpa intervensi jus
cranberry ternyata angka terjadinya infeksi saluran kemih masih lebih tinggi
dibanding group intervensi yang tidak disirkumsisi. Penelitian ini juga
menggunakan blinded dimana peserta tidak tahu dia sebagai group intervensi atau
kontrol, sehingga bisa mengurangi bias pada penelitian ini.
Kelemahan : Pada penelitian ini menggunakan sampel yang sedikit, sehingga
akan menurunkan validitas maupun reliabilitas hasil yang didapatkan. Pada
penelitian juga tidak ditampilkan hasil urine kultur dari waktu ke waktu sewaktu
intervensi dilakukan selama 6 bulan, sehingga tidak terlihat jelas efek
penggunaan jus cranberry mulai bekerja pada bulan keberapa.
Jurnal 2
Jurnal 3
Peneliti Betsy foxman, PhD; Anna E. W. Cronenwett, BA; Cathie Spino, DSc; Mitchell
(Tahun) B Berger, MD, PhD; Daniel M. Morgan, MD (2015)
Judul Cranberry Juice extract and Urinary Tract Infection after Surgery : Results of a
Penelitian Randomized Trial
Jurnal 4
Peneliti C.C. Cowan, C. Hutchison, T.Cole, S.J.E. Barry, J.Paul, N.S. Reed, J.M. Russell
(Tahun) (2012)
Judul A Randomized Double-Blind Placebo-Controlled Trial to Determine the Effect
Penelitian of Cranberry Juice on Decreasing the Incidence of Urinary Symptoms and
Urinary Tract Infections in Patients Undergoing Radiotherapy for Cancer of the
Bladder or Cervix
Metode Penelitia ini menggunakan metode Randomized Double-Blind Placebo-
Penelitian Controlled Trial
Jumlah dan Pengambilan sampel dilakukan dari bulan maret 2003 sampai bulan juni 2006.
Kriteria Total sampel ada sebanyak 212 yang di ambil secara random untuk menjadi
Sampel
kelompok intervensi dan kelompok control setelah dikaji kriteria inklusi dan
esklusinya.
Kriteria Inklusi :
Pasien dengan kanker serviks dengan perlakuan standar kemoterapi atau pasien
kanker bladder dengan radiasi; berusia ≥18 tahun; menandatangi inform consent
dan setuju untuk mengikuti penelitian.
Kriteria Esklusi:
Wanita Hamil ataupun menyusui; pasien yang mempunyai alergi terhadap buah
cranberry; pasien diabetes; pasien dengan rheumatoid Artritis; pasien yang
menggunakan kateter urin; pasien yang menggunakan terapi warfarin
Intervensi Pasien pada kelompok intervensi menerima jus cranberry 2 x sehari (Pagi dan
malam) selama fase radioterapi maupun kemoterapi dan dilanjutkan 2 minggu
setelah fase radioterapi atau kemoterapi berhenti. Sementara perlakuan yang
sama dilakukan pada kelompok control tapi dengan menggunakan placebo.
Pasien diperiksa sampel urinnya sekali dalam seminggu.
Hasil Kejadian infeksi saluran kemih pada kelompok intervensi sebesar 82,5% dan
pada kelompok kontrol sebesar 89,3% (p = 0,240; odd ratio 0,48 dengan CI
95%; 0,14 – 1,63).
Kekuatan dan Kekuatan: Penelitian ini menggunakan Randomized Double-Blind Placebo-
Kelemahan Controlled Trial. Dimana pada penelitian ini dilakukan Double – blinded.
Kelemahan: Desain dan pelaksanaan RCT kompleks dan mahal, RCT
dilakukan dengan seleksi tertentu hingga tidak representative thd pupolasi
terjangkau, sering dihadapkan dengan masalah etika, penelitian kadang tidak
praktis.
Jurnal 5
test =24; p =0,016;n=10). Pada hasil kultur juga menunjukkan ada perbedaan
yang signifikan hasil urin kultur antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol p <0,001 (SD = 51688, df=34, t= -10, 27). Ditemukan bahwa ekstrak
cranberry dapat mengurangi resiko infeksi saluran kemih.
Kekuatan dan Kekuatan: Pada penelitian ini terbukti bahwa buah cranberry dalam bentuk
Kelemahan ekstrak bisa menurunkan kejadian infeksi saluran kemih, baik pada laki – laki
maupun pada wanita. Selama penelitian responden dilarang untuk
menggunakan antibiotik, ini dapat menjadi kekuatan pada hasil penelitian yang
mengurangi factor perancu
Kelemahan: Walaupun penelitian ini menunjukkan adanya efektifitas dari
ekstrak buah cranberry terhadap angka kejadian infeksi saluran kemih,
penelitian ini mempunyai kelemahan yaitu bahwa buah cranberry masih
termasuk buah yang mahal. Pada penelitian ini juga tidak dilakukan randomisasi
sehingga kurang akurat karena bisa saja terjadi pengaruh baik pada kelompok
intervensi maupun terhadap kelompok kontrol.
group. Intervensi/pengukuran juga dilakukan kedian infeksi saluran kemih berulang pada
secara tersamar (blind). Untuk menjaga kondisi pasien, namun masih perlu pembuktian lainnya
blind, peneliti menyesuaikan rasa dan warna seperti efek dari jus cranberry pada pasien
dari jus cranberry dengan jus placebo. Untuk wanita yang berusia kurang dari 50 tahun.
menghindari faktor perancu responden diminta Penelitian ini juga menguntungkan bagi
mengunjungi klinik tiap 4 minggu dan dikaji pasien yang mengalami kejadian infeksi saluran
apakag ada tanda dan gejala atau kejadian yang kemih berulang, karena pada pasien dengan
diluar dugaan terkait penelitian. Peneliti juga infeksi saluran kemih berulang pemberian
memastikan jus cranberry dikonsumsi setiap antibiotik memerlukan jangka waktu yang
hari. Jika terjadi infeksi saluran kemih berulang panjang. Hal ini dapat merugikan pasien dalam
pada pasien dimasa penelitian maka penelitian hal biaya dan pasien juga harus terpapar terus
dihentikan. Analisa statistic dilakukan dengan menerus dengan antibiotik yang bisa
menggunakan Log-rank test; (α=0,05). menimbulkan dampak atau resistensi bagi
pasien sendiri. Dengan adanya penemuan
3.3 Kebermaknaan (Significancy) terbaru berdasarkan evidence based maka
Pada awalnya sebanyak 237 responden pemberian jus buah cranberry untuk menurnkan
dilakukan skrining, setelah itu didapatkan angka kejadian infeksi saluran kemih berulang
sebanyak 213 orang responden yang bias masuk bisa membawa berbagai keuntungan kepada
kedalam kriteria penelitian. Lalu responden pasien seperti efikasi dari jus cranberry dan
dibagi secara randome kedalam kelompok pasien tidak akan mengalami resistensi dari
intervensi dan kontrol. 107 orang kelompok penggunaan jus buah ini.
intervensi dan 106 orang kelompok kontrol.
Lalu peneliti membuat batasan usia 50 tahun B. SARAN
keatas. Didapatkan 55 orang pada kelompok Penerapan pemberian jus buah cranberry
intervensi dan 63 orang pada kelompok kontrol. ini mempunyai nilai aplikabilitas yang tinggi
Pada Group diatas 50 tahun atau lebih, terdapat dalam penerapannya di ruang penyakit dalam
perbedaan yang signifikan antara angka atau bedah wanita. Saat ini jus buah cranberry
kejadian infeksi saluran kemih berulang pada sudah tersedia dalam bentuk jus kemasan juga
group intervensi yang mendapat perlakuan jus seperti yang terdapat dalam buavita maupun
cranberry dengan angka kejadian infeksi pada tipco cranberry yang dapat dijangkau oleh
group kontrol (Log-rank test; p = 0,0425; CI individu. Buah cranberry juga adalah golongan
95%; 0,297- 1,00). Pada analisa group buah berry yang tumbuh didaerah dingin.
ditemukan, angka kejadian infeksi saluran Ketersediaan buah ini bisa dijamin, biasanya
kemih berulang pada group intervensi sebesar dikemas dalam bentuk buah kering dan banyak
16 dari 55 (29,1%) dan group kontrol sebesar 31 dipasarkat di market khusus buah.
dari 63 (49,2%). Sumber daya yang dibutuhkan dalam
program EBN ini tidak terlalu susah, karena
pemberian jus buah cranberry dapat dilakukan
BAB V oleh perawat bekerjasama dengan bagian gizi
KESIMPULAN DAN SARAN rumah sakit, atau bila keluarga sudah pulang
bisa membuat sendiri jusnya dengan
A. KESIMPULAN sebelumnya di edukasi saat perawat melakukan
Hasil penelitian ini tidak dapat discharge planning kepada pasien dengan
sepenuhnya bisa digeneralisasikan dalam resiko infeksi saluran kemih.
penggunaannya pada program EBN Tidak diperlukan waktu khusus karena
sehubungan dengan banyaknya faktor-faktor aplikasi EBN ini dilakukan dari mulai pasien
yang mempengaruhi terjadinya infeksi saluran masuk sampai pasien direncanakan untuk
kemih yang berulang baik yang dari dalam diri pulang, bahkan ketika pasien sudah berada
pasien maupun dari luar diri pasien tersebut. dirumah dimana intervensinya tidak
Walaupun efek dari jus cranberry telah mengganggu kenyamanan dan istirahat pasien.
dibuktikan mampu mengurangi resiko dari
DAFTAR PUSTAKA
Caretto, et.al (2017). Cranberry Capsules to Prevent Nosocomial Urinary Tract Bacteriuria After
Pelvic Surgery: a Randomized Controlled Trial. An international Journal Of Obsgyn.DOI;
10.1111/1471-0528.
Foxman, et.al (2015). Cranberry Juice Capsules and Urinary Tract Infection After Surgery: Results
of a randomized Trial. Am J Obstet Gynecol 2015; 213:194.e1-8.
Kong-Sang Wan, MD, PhD, et.al (2016). CranberriesfFor Preventing Recurrent Urinary Tract
Infections In Uncircumcised Boys. Alternative therapies, Nov/Dec 2016 Vol. 22 No 6.
Liska, et.al (2016). Cranberries and Urinary Tract Infections: How can The Same Evidence lead to
Conflicting Advice?. American Society for Nutrition. Adv Nutr 2016; 7:498-506;
doi:10.3945/an.115.
Montorsi, F, et.al (2016). Effectiveness Of a Combination Of Cranberries, Lactobacillus,
Rhamnosus, And Vitamin C For The Management Of Recurrent Urinary Tract Infections In
Women: Results of a Pilot Study. Journal Homepage: www.europianurology.com available at
www.sciencedirect.com http://dx.doi.org/10.1016/j.eururo.2016.05.042
Occhipinti, et.al (2016). Prevention Of Urinary Tract Infection With Oximacro, A Cranberry Extract
with A High Content of A-Type Proanthocyanidins: A Pre-Clinical Double-Blind Controlled
Study. Vol 13 No 02, March – April 2016.
Singh, et.al (2016). Effect of Oral Cranberry Extract (Standardized proanthocyanidin-A) in Patients
with Recurrent UTI by Pathogenic E.Coli: A Randomized Placebo- Controlled Clinical
Research Study. International Urology Journal. DOI: 10.1007/s11255-016-1342-8. Published
Online 17 June 2016.
Takashasi, et.al (2013). A Randomized Clinical Trial to Evaluate the Preventive Effect of Cranberry
Juice (UR 65) For Patient with Recurrent Urinary Tract Infection. J Infect Chemometer (2013)
19: 112-117. DOI 10.1007/s10156-012-0467-7.
Vasileiou, I, et.al (2013). Current Clinical Status on the Preventive Effects of Cranberry
Consumption against Urinary Tract Infections. Nutrition Research 33 (2013) 595 – 607.
http://dx.doi.org/10.1016/j.nutres.2013.05.
ABSTRAK
Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang pertumbuhannya sangat cepat, sekitar 30 hari sudah
bisa dipanen. Temperatur yang panas dan udara tercemar gas menyebabkan performansi ayam
broiler tidak optimal. Teknologi yang baru menggunakan kandang sistem tertutup (Closed
house)untuk mengontrol temperature dan udara dalam kandang . Kandang closed house untuk
broiler dibuat tertutup, dan pada kedua sisi dipasang inlet udara masuk, dan pengeluaran udara
(Outlet) dengan blower kipas angin. Intinya mengatur udara dan temperatur dalam kandang dengan
udara diluar kandang dengan bantuan kipas angin. Uji coba pemeliharaan 3000 broiler Cobb
dilakanakan tanggal 9 September sd 9 Oktober 2017 di PPPPTK Pertanian pada kandang cloosed
house diperoleh data sbb. FCR (feed conversion Ratio) 1,38, kematian 2,4%, umur rata-rata panen
29,4 hari, deplesi 3,16%, berat rata-rata 1.576 gram, index performance 370. Nilai index
performans >300 menunjukkan kriteria amat baik
Kata kunci: Closed House, Rasio Konversi Pakan, Deplesi, Berat Rata-Rata, Umur Rata-
Rata Dan Index Performans
ABSTRACT
Broiler is a kind of very fast growth chickens, at the 30 days could be harvested. Hot temperature
and polluted air cause broiler performance decrease. New technology called closed house system
use to control temperature and air in the houses. Closed house for broiler was design closed, at the
both side of houses completed with cooling pad air inlet and outlet equipped with exhaust fan.
Basically control the air and temperature using exhaust fan and cooling system. Cobb Broiler trial
using closed house was conducted from 9 September to 9 October 2017 at PPPPTK Pertanian. The
Trial result shown: Feed Conversion Ratio (FCR) 1,38, mortality 2,4%, average age 29,4 days,
average weight 1.576 gram, depletion 3,1% and index performance 370. Index performance score
>300 classified very good grade.
Keyword: Closed House, Feed Conversion Ratio, Depletion, Average Age, Average Weight,
Index Performance
let) dan temperature bisa diatur sesuai dengan memberi suplai oksigen yang banyak, dan
kebutuhan ayam. Inlet terbuat dari bahan mengurangi kadar amoniak dalam kandang.
khusus yang disebut celldeck atau colling pad C. TUJUAN UJI COBA
yang bersifat sebagai penguap air, colling pad Tujuan uji coba adalah mengkaji
ini dialiri air, dan uap air dari colling pad efisiensi penggunaan kandang closed house
dihisap oleh kipas sehingga bisa menurunkan untuk ayam broiler. Disamping itu juga
suhu kandang. mencari referensi untuk bahan mengajar diklat
yang relevan. Para meter yang diukur
Menurut Industri bisnis.com, 2017, adalah rata-rata waktu panen, rata-rata
closed house mulai diperkenalkan dan berat badan, rasio konversi pakan (FCR) dan
digunakan di industri peternakan broiler di angka kematian, jumlah ayam afkir dan
USA kurang lebih 20-23 tahun yang lalu, sejak meningkatnya efisiensi melalui pengukuran
itu penggunaanya meluas ke seluruh dunia. index performance (IP).
Saat ini, di negara Thailand sudah lebih dari
98% kandang broiler menggunakan BAB II
sistem closed house , sedangkan di Indonesia KAJIAN LITERATUR
hanya kurang dari 20% saja.
P4TK Pertanian mengadakan kandang A. KANDANG CLOSED HOUSE
ayam closed house tahun 2016, untuk itu perlu Kandang sistem closed house adalah
pengkajian yang mendalam terhadap kandang kandang tertutup yang menjamin keamanan
closed house. Para widyaiswara juga belum secara biologi (kontak dengan organisme lain)
mempunyai pengalaman lapangan dengan pengaturan ventilasi yang baik
menggunakan kandang closed house. Untuk itu sehingga lebih sedikit stress yang terjadi pada
dilakukan uji coba pemeliharaan ayam broiler ternak.
dengan kandang closed house yang sudah 1. Tujuan Membangun Kandang Closed
dilakukan tanggal 9 September sd 9 Oktober House
2017. a. Menyediakan Udara Yang Sehat
Menyediakan udara yang banyak
B. IDENTIFIKASI MASALAH mengandung oksigen, dan mengeluarkan
Keberhasilan budidaya ayam broiler sesegera mungkin gas-gas berbahaya seperti
ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: karbondioksida, amonia dan H2S.
bibit, pakan, penanganan kesehatan, kandang Rekomendasi umum untuk kandungan amonia
dan pengelolaan ayam. Bibit yang dihasilkan yang aman dan belum menimbulkan gangguan
dari broiler breeder kebanyakan sudah baik, pada ayam ialah di bawah 20 ppm (info
pakan kualitasnya juga baik. Temperatur udara Medion Edisi Februari 2015). Konsentrasi
terutama dalam kandang yang panas maksimum CO2 yang masih direkomendasikan
menyebabkan konsumsi pakan yang menurun untuk kandang ayam adalah 2500 ppm. Ayam
dan minum lebih banyak. Kondisi ini tentu yang menghirup hidrogen sulfida dengan
mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler. konsentrasi 2.000-3.000 ppm selama 30 menit
Target sesuai kapasitas bibit ayam menjadi akan mengalami gangguan pernapasan. Selain
tidak tercapai. Beberapa peternak menurunkan itu, ayam juga bisa mati saat menghirup H2S
kepadatan ayam agar temperatur mikro dengan kadar 4.000 ppm selama 15 menit.
kandang turun. Tetapi akibatnya perlu ruang (Info Medion Edisi Juni 2013).
yang lebih luas untuk kegiatan budidaya. Salah b. Menyediakan Iklim Yang Nyaman Bagi
satu solusi adalah dengan memelihara ayam Ternak
broiler dalam kandang closed house. Untuk menyediakan iklim yang kondusif
Diharapkan dengan kandang closed house bagi ternak dapat dilakukan dengan cara:
iklim mikro lebih terkontrol yang ditanda mengeluarkan panas dari kandang yang
dengan : temperatur lebih rendah, kepadatan dihasilkan dari tubuh ayam dan lingkungan
bisa ditingkatkan, menurunkan kematian ayam luar, menurunkan suhu udara yang masuk serta
serta ayam afkir, dan menaikan pertumbuhan mengatur kelembaban yang sesuai. Untuk
broiler. Hal ini bisa dicapai karena dengan menciptakan iklim yang sejuk yang nyaman
penambahan uap air dalam kandang akan maka bagi ayam harus dikondisikan chilling
menurunkan temperatur kandang, dan dengan effect (angin berembus), alat yang digunakan
bergantinya udara dalam kandang maka akan seperti kipas angin (blower). Bila chilling
effect tidak mampu mencapai iklim yang e. Lighting system, terdiri dari lampu
diiginkan terutama pada daerah yang terlampau Flouresence sebanyak 18 unit masing-
panas maka dapat digunakan cooling system. masing 16 watt.
Yaitu sistem pendingin dengan mengalirkan air f. Alat Pengatur System Otomatis Closed
pada alat-alat yang berupa cooling pad, atau House
cell deck.
c. Meminimumkan Tingkat Stress Pada Pengatur sistem otomatis berfungsi
Ternak mengatur kipas mana yang harus jalan dan
Agar tingkat stress pada ayam lebih kapan colling pad dialiri air untuk mencapai
minimun maka dapat dilakukan dengan cara suhu yang dikehendaki. Merek yang
mengurangi stimulasi yang dapat menyebabkan digunakan adalah temtron.
stress, dengan cara mengurangi kontak dengan
manusia misalnya dengan tempat pakan dan B. TATA LAKSANA PEMELIHARAAN
minum otomatis, vaksinasi dengan spray, 1. Pakan dan Air Minum
meminimumkan cahaya dan lain-lain. Pakan merupakan 70% biaya
pemeliharaan. Pakan yang diberikan harus
d. Meningkatkan Efisiensi Produksi memberikan zat pakan (nutrisi) yang
Kepadatan ayam pada kandang terbuka dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein,
maksimal 10 ekor/m², sementara kandang lemak, vitamin dan mineral, sehingga
tertutup mampu 15 ekor/m². Efisiensi pakan pertambahan berat badan perhari tinggi.
yang lebih baik, produktivitas tinggi, kematian Pemberian pakan dan air minum dengan sistem
dan deplesi rendah, dan berat badan saat panen ad libitum (tidak dibatasi). Jenis pakan Pakan
bagus. Pengaruh perubahan cuaca dapat dari pabrik disesuaikan dengan tingkat
dikendalikan oleh peralatan dan sistem yang pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi 2
telah dipasang. Sedangkan pada Open House tahap. Tahap pertama disebut tahap
dibutuhkan usaha yang tinggi untuk mengatasi pembesaran (starter) umur 1 sampai 10 hari,
ketidak teraturan cuaca yang ada. Bila tidak yang harus mengandung kadar protein minimal
terkendali, fisiologi ayam akan terganggu, lalu 23%. Tahap kedua disebut penggemukan
stress dan terserang penyakit. Imbasnya (grower) umur 11 sd 22 hari, yang memakai
efisiensi tak akan tercapai. (Danang Closed pakan berkadar protein 20 % dan tahap finisher
house web maret 2015) umur 23 hari sd panen menggunakan pakan
dengan protein 18%. (Marten de Gussem,
2. Struktur Kandang Closed House 2017). Efisiensi pakan dinyatakan dalam
PPPPTK Pertnaian perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio).
Closed house dapat bervariasi Cara menghitungnya adalah, jumlah pakan
tergantung pada lingkungan dan kemampuan selama pemeliharaan dibagi total bobot ayam
finansial peternak. Kandang closed house milik yang dipanen. Semakin rendah angka FCR,
PPPPTK Pertanian dibangun tahun 2016 semakin baik kualitas pakan, karena lebih
merupakan tipe Full Otomatic, dengan efisien, dengan pakan sedikit menghasilkan
spesifikasi sbb: bobot badan yang tinggi.
a. Bagunan kandang: bagunan baru ukuran
panjang 20 meter dan lebar 10 meter atau 2. Vaksinasi
luas 200 M2. Vaksinasi adalah pemasukan bibit
b. Kipas/fan: dapat terdiri dari exhaust fan 2 penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam
unit dimensi 38 Inch, blower fan 2 unit untuk menimbulkan kekebalan alami.
dengan dimensi 50 Inch. Pemasangan Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND (New
kipas pada posisi udara keluar (outlet) castle diseases), avian influenza (AI), IB
c. Dinding kandang: berupa tembok dengan (Infectious Bronchitis) dan gumboro.
sisi terbuka yang dilengkapi dengan, tirai Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode
plastic yang bisa dibuka dan tutup jika tetes mata unuk vaksin ND-IB dan suntik
terjadi gangguan listrik. subcutan untuk vaksin ND-AI. Pada hari ke 14
d. Udara masuk (inlet), melalui dari cooling dilakukan vaksin gumboro melalui air minum.
pad yang dipasang pada ujung sisi kanan
dan kiri bangunan kandang.
Deplesi = 3,17%, Rata-rata berat badan ayam = 1,576 kg, Rata-rata umur panen 29,68 hari, FCR
= 1,38. Maka Index Performance =370. Index broiler 370 termasuk sangat baik, menurut
standar manual cobb umur 5 minggu index broilernya 323. Jadi hasil uji coba menunjukkan
bahwa IP nya lebih tinggi dari standar.
I. Perhitungan Keuangan
Perhitungan keuangan dilakukan terhadap penjualan dan biaya operasional. Adapun perhitungan
keuangan diuraikan pada Tabel 6. sebagai berikut:
Pada saat panen harga ayam murah yaitu selama periode pemeliharaan lebih rendah
Rp15.000 per kilogram berat hidup, dari standar yaitu sebesar 2,4% dari
sehingga margin bruto yang diperoleh juga populasi ayam.
kecil Rp4.232.730,-. Hal ini tertolong oleh
perfomansi broiler yang tinggi 370, dan 3. Pertumbuhan Ayam
mortalitas yang rendah 2,4%. Biaya listrik Pada uji coba diperoleh berat badan ayam
penyusutan kandang, peralatan dan air pada umur 29 hari 1.410 gram, berat ini
belum bisa dihitung karena tidak dipasang diatas berat standar referensi dari
meteran listrik dan air. perusahaan Cobb seberat 1.387 gram. Hasil
uji coba penulis pada bulan Juni, 2016, pada
umur 28 hari diperoleh berat broiler 1.310
BAB V gram pada pemeliharan dengan system
KESIMPULAN DAN SARAN kandang terbuka. Dapat disimpulkan pada
kandang tertutup ayam lebih besar
Dari kajian pemeliharaan ayam broiler dengan dibanding pada kandang terbuka.
kandang Closed House dapat disimpulkan
bahwa sbb: 4. FCR
1. Tingkat Kepadatan FCR kecil yaitu 1,38 dibanding FCR pada
Tingkat kepadatan atau stock density ayam pemeliharaan kandang terbuka diatas 1,5.
broiler pada kandang closed house Hasil uji coba pemeliharaan yang dilakukan
kapasitasnya lebih banyak dibanding penulis pada bulan juni 2016 pada kandang
kandang terbuka. Closed house dapat terbuka diperoleh FCR 1,54 (Nugroho C.P,
menampung 15 ekor ayam broiler sampai 2016). Dapat disimpulkan bahwa FCR
berat badan ayam 1,5 kg. Ada referensi kandang tertutup lebih baik dari kandang
menyarankan kepadatan 20 ekor per meter terbuka.
persegi, sehingga perlu dilakukan uji coba
di lain waktu untuk kepadatan tersebut. 5. Deplesi
Kematian 75 ekor ayam, sedangkan ayam
2. Kesehatan Ayam Lebih Baik yang diafkir 22 ekor. Sehingga deplesi
Pada kandang tertutup kesehatan ayam sebanyak 97 ekor, jika dipersentase 3,16%,
lebih baik, karena tidak ada hewan skor ini lebih rendah dari standar deplesi
pengganggu yang masuk kedalam kandang, maksimum sebesar 5% dari total populasi
dan biosekurity lebih baik. Kematian ayam ayam broiler. (Dokterternak.com, 2012)
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2012. Teknologi Kandang Tertutup (Closed House) terhadap Berat Badan, Mortalitas
dan Waktu Panen Ayam Pedaging Closed House Method To Influence of Body Weight,
Mortality Rate and Crop Periode in Broiler, VETERINARIA Vol. 5 No. 3 Nopember 2012,
Anonimus, 2012. Perhitungan Keberhasilan Ternak Broiler. Dokterternak.com
Anonimus, 2013. Waspadai Gas Berbahaya Dalam Kandang,Info Medion Edisi Juni 2013, down
load tanggal 27 Oktober 2017
Anonimus, 2015, “Menyelesaikan Masalah Amonia Di Kandang “info Medion Edisi Februari 2015
diunduh tanggal selasa 27 oktober 2017,
Anonimus, 2015. Modernisasi efisiensi dan produksi closed house.Danang Closed house web
Maret 2015. Down load 27 Oktober 2017
Anonimus, 2015. Tanggap Flu Burung Dimusim Hujan, Info medion, down load 27 Oktober 2017
Anonimus, 2016. Manual Charoen Pophand Indonesia download 27 Oktober 2017.
Anonimus, 2016. Cobb Management Guide. Down load 27 Oktober 2017
AnonimuS, 2017. CPIN Hibahkan Kandang Closed House ke 4 PTN, Industri Bisnis.com. down
Load tanggas 27 Oktober 2017.
Marteen De Gussem, 2017. Broiler Signals. Roodbont Publisher Bv, Netherland
Nugroho CP, 2016. Memacu Pertumbuhan Ayam Broiler Dengan Pakan Prestarter Dan Starter,
Penerbit: PT Azza Grafika, Yogyakarta
Ali Sadikin
Widyaiswara Ahli Madya Pusdiklat Pegawai Kemendikbud
e-mail: alisadikin.bdg68@yahoo.com
ABSTRAK
Proyek perubahan merupakan suatu kegiatan pendekatan dari manajemen perubahan yang
meliputi sebuah proses sistematis yang menerapkan pengetahuan, sarana, dan sumberdaya yang
diperlukan organisasi untuk bergeser dari kondisi sekarang menuju kondisi yang diinginkan , yaitu
menuju kinerja yang lebih baik dan untuk mengelola individu yang terkena dampak perubahan
tersebut. Sesuai tujuan Diklat Kepemimpinan Tingkat IV yang menyiapkan para Eselon IV atau
kepala seksi pada ruang lingkup perencaanan dan pelaksanaan , maka proyek perubahan yang
dilakukan sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi kepala seksi perawatan Museum Nasional .
Tujuan kegiatan restorasi koleksi museum ini adalah untuk memperbaiki koleksi ke kondisi semula,
atau mendekati kondisi awalnya sehingga segala informasi yang terkandung dalam koleksi tersebut
dapat dinikmati dan dipahami seutuhnya oleh masyarakat luas hingga generasi yang akan datang.
Pelestarian tidak berhenti pada terpeliharanya suatu koleksi, namun juga diharapkan dapat memberi
pengetahuan dan pendidikan dalam hal pelestarian kepada masyarakat mengenai salah satu tugas dan
fungsi museum yaitu restorasi koleksi. Pemodelan restorasi koleksi museum yang dihasilkan terdiri
, a) penyusunan petunjuk teknis dan POS restorasi koleksi, b) penyusunan instrument pengumpulan
dan pengolahan data restorasi koleksi, c) identifikasi kebutuhan data/material untuk pelaksanaan
restorasi secara spesifik, d) pelaksanaan kerja restorasi koleksi sesuai POS dan petunjuk teknis, e)
pembuatan model restorasi untuk memberikan pemahaman ke publik mengenai tindakan restorasi.
Kata Kunci : Proyek Perubahan, Restorasi Koleksi , Pemodelan Restorasi Koleksi Museum
ABSTRACT
The change project is an approach to change management that includes a systematic process that
applies the knowledge, tools, and resources needed by the organization to shift from the present to
the desired conditions, to better performance and to manage the individuals affected by the change .
In accordance with the purpose of Leadership Training Level IV preparing the Echelon IV or head
section on the scope of planning and implementation, the project changes made on the scope of duties
and functions of section head of the National Museum care. The purpose of this museum collection
restoration activities is to improve the collection to the original condition, or near the initial
conditions so that all information contained in the collection can be enjoyed and understood
completely by the wider community until the next generation. Preservation does not stop at
maintaining a collection, but it is also expected to provide knowledge and education in terms of
preservation to the community regarding one of the tasks and functions of the museum is the
restoration of the collection. Modeling restoration of museum collections resulted in comprising, a)
preparation of technical guidelines and standard operating procedures (SOP) for collection
restoration, b) preparation of collection instruments and data collection restoration, c) identification
of data / material requirements for specific restoration implementation, d) implementation of
collection restoration work according to SOP and instructions technical, e) modeling of restorations
to provide public understanding of restoration measures.
terlibat aktif dalam pembangunan kebudayaan hancur yang dapat berakibat fatal yaitu
terutama meningkatkan kecintaan masyarakat hilangnya bukti penting warisan budaya
terhadap museum. manusia. Oleh karena itu poin ke-6 dalam
Sebagai bagian dari pelaksanaan misi rincian tugas seksi perawatan yaitu restorasi
pengelolaan koleksi sesuai standar koleksi merupakan hal yang harus dibenahi
internasional, maka Seksi Perawatan khususnya untuk mencegah hal lebih buruk terjadi pada
merupakan seksi yang bertanggung jawab koleksi museum yang tidak terganti. Untuk
terhadap pengelolaan koleksi berupa perawatan mengatasi hal tersebut, maka diperlukan
koleksi benda budaya berskala nasional di kegiatan restorasi koleksi yang rutin dan
Museum Nasional Indonesia yang secara berkesinambungan. Tujuan dari kegiatan
spesifik pada Permendikbud No. 37 Tahun 2016 restorasi koleksi museum ini adalah untuk
dijabarkan rincian tugas seksi perawatan yaitu, memperbaiki koleksi ke kondisi semula, atau
a) melakukan penyusunan program kerja Seksi, mendekati kondisi awalnya sehingga segala
b) melakukan pengkajian perawatan koleksi informasi yang terkandung dalam koleksi
Museum Nasional;, c) melakukan pembersihan tersebut dapat dinikmati dan dipahami
koleksi Museum Nasional, d) melakukan seutuhnya oleh masyarakat luas hingga generasi
perbaikan koleksi Museum Nasional, e) yang akan datang.
melakukan rekonstruksi koleksi Museum Selanjutnya, perubahan mendasar dari
Nasional, f) melakukan restorasi koleksi object-oriented ke people-oriented ikut
Museum Nasional, g) melakukan penyusunan berpengaruh juga pada konsep pelestarian
bahan layanan teknis di bidang perawatan koleksi. Pelestarian tidak berhenti pada
koleksi benda bernilai budaya berskala terpeliharanya suatu koleksi, namun juga
nasional, h) melakukan evaluasi pelaksanaan diharapkan dapat memberi pengetahuan dan
perawatan koleksi Museum Nasional, i) pendidikan dalam hal pelestarian kepada
melakukan penyimpanan dan pemeliharaan masyarakat. Sehingga pada proyek perubahan
dokumen Seksi; dan, j) melakukan penyusunan ini akan memanfaatkan kegiatan restorasi
laporan Seksi. koleksi untuk memberikan pemahaman dan
Jumlah koleksi Museum Nasional yang pengetahuan kepada masyarakat mengenai
mencapai 143.789 koleksi, membuat salah satu tugas dan fungsi museum yaitu
mendesaknya optimalisasi pelaksanaan restorasi koleksi.
kegiatan restorasi. Untuk melakukan kegiatan Di bawah naungan Kementerian
restorasi diperlukan waktu yang lebih lama, Pendidikan dan Kebudayaan, idealnya museum
proses yang lebih kompleks, pengetahuan yang ditempatkan sebagai pusat ilmu pengetahuan
lebih spesifik, anggaran yang lebih besar, dan edukasi publik. Sudah selayaknya
dibandingkan dengan kegiatan konservasi atau menjadikan museum sebagai kebutuhan
pembersihan harian sehingga saat ini kegiatan masyarakat untuk mencerdaskan bangsa,
restorasi belum menjadi prioritas kegiatan di membentuk kepribadian bangsa, mewujudkan
Museum Nasional Indonesia. Pada tahun 2016, ketahanan nasional, dan memberikan wawasan
jumlah koleksi yang di restorasi berjumlah 13 Nusantara. Dengan perubahan orientasi kepada
koleksi dari total 20.000 koleksi yang dilakukan masyarakat, maka museum akan memiliki
konservasi pada tahun yang sama, hal ini keterbukaan terhadap publik dan bukan lagi
menunjukan bahwa kegiatan restorasi belum sebagai lembaga yang eksklusif.
menjadi prioritas di Museum Nasional. Padahal Berdasarkan analisis APKL (Aktual,
melihat signifikansi dari kegiatan ini dalam Problematik, Kekhalayakan, Layak) dan USG
mempertahankan kelestarian koleksi museum (Urgency, Seriousness, Growth) yang dilakukan
yang tidak terganti, hal ini dapat menjadi pada beberapa isu utama yang dihadapi terkait
indikator yang buruk bagi nasib koleksi dengan tugas dan fungsi seksi perawatan, maka
museum kedepannya. diperoleh masalah utama yaitu masih sedikitnya
Kerusakan koleksi berupa hilangnya koleksi museum yang dapat direstorasi setiap
bagian koleksi menjadikan koleksi tersebut tahunnya. Kemudian dari masalah utama
tidak dapat menjalankan fungsinya untuk tersebut dilakukan analisis USG kembali
menyampaikan informasi kepada masyarakat sehingga diperoleh masalah pokok yaitu belum
secara utuh. Lebih jauh lagi, koleksi yang rusak optimalnya pelaksanaan kegiatan restorasi yang
dan tidak ditangani dengan baik akan dilakukan.
memperparah kondisinya menjadi semakin
Tujuan dan Manfaat Perubahan pemanfaatannya saat ini dan di masa depan.
Tujuan umum yang ingin dicapai oleh Setiap intervensi yang dilakukan harus
penulis dalam proyek perubahan ini adalah menghormati integritas, estetika sejarah dan
teredukasinya masyarakat mengenai kegiatan kekayaan fisik budaya. Ini prinsip yang
dibalik layar restorasi koleksi museum melalui mendasari praktek kerja restorasi. Dalam
penyampaian model restorasi koleksi dengan pelaksanaannya harus menggunakan teknik dan
metode yang tepat, efisien, dan efektif. Proyek bahan yang terbaik, intervensi yang dilakukan
perubahan ini diharapkan dapat bermanfaat baik harus minimal, reversible dan tidak
secara internal maupun eksternal. Manfaat yang membahayakan sifat sejati obyek, dan tidak
diperoleh dari proyek ini adalah: akan menghalangi perbaikan pada masa depan.
a. Internal Pada proyek perubahan ini, optimalisasi
• Mewujudkan sistem pengelolaan koleksi kegiatan restorasi berupa penyusunan metode
khususnya restorasi koleksi yang tepat dan kerja yang mencakup Penyusunan Petunjuk
dapat dipertanggungjawabkan, Teknis, Prosedur Operasional Standar (POS),
• Melestarikan koleksi museum dari dan Lembar intrumen pengumpulan dan
kerusakan lebih lanjut, pengolah data. Selanjutnya metode kerja
• Membantu memberikan kejelasan akan tersebut digunakan sebagai acuan dalam
informasi koleksi yang ingin digali dan pelaksanaan tindakan restorasi. Dengan metode
disampaikan oleh kurator dan edukator, kerja yang terarah dan terstruktur diharapkan
• Membantu museum untuk memberikan kegiatan restorasi dapat berjalan optimal.
kesadaran kepada masyarakat akan Dalam jangka panjang, kegiatan
pentingnya pelestarian warisan budaya restorasi ini juga akan memasukan unsur
bangsa sehingga mendorong masyarakat pelibatan publik pada prosesnya. Ini juga sesuai
untuk berkontribusi pada museum. dengan misi Museum Nasional yaitu
mewujudkan tata kelola yang baik dengan
b. Eksternal pelibatan publik. Sehingga nantinya kegiatan
• Tersampaikannya informasi koleksi restorasi tidak hanya memberikan pemahaman
museum secara utuh sehingga pengetahuan terhadap arti penting warisan budaya namun
yang tersedia dari artefak tersebut dapat juga memberikan pengalaman kepada
dipahami dan dinikmati semua orang hingga pengunjung, menyentuh sendi-sendi kehidupan
generasi yang akan datang, masyarakat dengan memberikan manfaat dalam
• Meningkatkan pemahaman masyarakat kehidupan sehari-hari masyarakat, serta
terhadap standar kerja museum dan mengembangkan hobi/kesukaan.
menghadirkan kepedulian masyarakat akan Mengingat keterbatasan waktu dalam
koleksi museum, proyek perubahan ini (2 bulan), maka ruang
lingkup penulisan ini penulis batasi hanya
• Menjadi rujukan untuk institusi/museum lain
sampai pada mewujudkan pemodelan restorasi
baik mengenai metode restorasi yang tepat
koleksi museum dengan menampilkan kegiatan
maupun mengenai penggunaan model
restorasi untuk memberikan pemahaman restorasi sesuai metode yang tepat, efisien, dan
terhadap tugas dan fungsi museum. efektif. Untuk mencapai hal itu tahapan-tahapan
atau milestone yang dilakukan adalah:
a. Penyusunan petunjuk teknis dan POS
Ruang Lingkup Perubahan
restorasi koleksi,
Sesuai tujuan Diklat Kepemimpinan
Tingkat IV yang menyiapkan para Eselon IV b. Penyusunan instrument pengumpulan dan
atau kepala seksi pada ruang lingkup pengolahan data restorasi koleksi,
perencaanan dan pelaksanaan, maka proyek c. Identifikasi kebutuhan data/material untuk
perubahan yang dilakukan pada lingkup tugas pelaksanaan restorasi secara spesifik,
dan fungsi kepala seksi perawatan Museum d. Pelaksanaan kerja restorasi koleksi sesuai
Nasional. Proyek perubahan yang POS dan petunjuk teknis
diimplementasikan pada pengoptimalisasian e. Pembuatan model restorasi untuk
memberikan pemahaman ke publik
kegiatan restorasi koleksi melalui
mengenai tindakan restorasi.
penyempurnaan metode yang digunakan.
Restorasi merupakan proses perpanjangan
kehidupan kekayaan budaya untuk
B. KAJIAN LITERATUR DAN akan dibuat. Oleh karena itu pada awalnya akan
PEMBAHASAN KAJIAN dibutuhkan peran dari project leader untuk
LITERATUR melakukan koordinasi dan komunikasi serta
memberikan penjelasan mengenai proyek ini
Proyek Perubahan secara lengkap kepada stakeholder untuk
memperoleh respon positif. Dengan komunikasi
Proyek perubahan merupakan suatu yang baik dan pemahaman akan pengaruh dan
bagian kegiatan dari sebuah manajemen kepentingan terkait tugas dan fungsi masing-
perubahan yang dilandasi oleh tuntutan masing maka tanggapan pemangku kepentingan
perubahan pada organisasi, yang harus di lingkungan Museum Nasional mayoritas
didukung oleh pemimpin sebagai dukungan diharapkan dapat mendukung proyek perubahan
nyata dari perubahan. Menurut Lembaga ini. Dukungan tersebut karena kegiatan ini
Adminstrasi Negara dalam Nugroho, R (2013) selain akan memberikan manfaat dalam
pada bukunya “ Change Management untuk pekerjaan pengelolaan koleksi tetapi juga akan
Birokrasi “bahwa manajemen perubahan adalah memberikan perbedaan dalam cara-cara
sebuah pendekatan proaktif untuk memahami memanfaatkan pekerjaan dalam pengelolaan
bagaimana seharusnya perubahan dilaksanakan koleksi menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi
dalam sebuah organisasi. Pendekatan atau masyarakat.
metode, atau strategi tersebut tidak berkenan Selain itu yang menjadi titik inovasi
dengan langkah adaptif, tetapi lebih jauh pada proyek perubahan ini adalah pemanfataan
menemukan kebutuhan-kebutuhan dalam hasil dokumentasi kegiatan restorasi koleksi
organisasi. Berdasarkan Permenpan RB nomor sebagai sarana edukasi pengunjung mengenai
10 tahun 2011, manajemen perubahan adalah restorasi koleksi melalui Pemodelan Restorasi
sebuah proses sistematis yang menerapkan Koleksi Museum dalam bentuk video. Proses
pengetahuan, sarana, dan sumberdaya yang kerja pengelola koleksi museum yang
diperlukan organisasi untuk bergeser dari sebelumnya hanya pekerjaan di balik layar
kondisi sekarang menuju kondisi yang tampaknya perlu juga untuk diketahui
diinginkan, yaitu menuju kinerja yang lebih masyarakat. Banyak tahapan kegiatan
baik dan untuk mengelola individu yang terkena pelestarian koleksi dapat menjadi pengalaman
dampak perubahan tersebut.“ unik bagi masyarakat misalnya pembersihan
Dari segi skala perubahan menurut artefak, penelitian dengan mikroskop, proses
Kasali (2005) dalam Hora Tjitra, Hana restorasi artefak dan sebagainya. Tindakan
Panggabean, Julian Murniati (2013 : 35) , konservasi terhadap objek dapat dijadikan
perubahan biasanya dibedakan atas perubahan pengalaman dan pengetahuan untuk
strategis dan perubahan operasional, sedangkan pengunjung, hal ini diharapkan dapat membuat
jenis-jenis perubahan berdasarkan antipasi pengunjung peduli dan menghargai koleksi
waktunya Black&Gregersen membagi jenis museum. Dengan keterbukaan museum untuk
perubahan kedalam tiga jenis, yakni perubahan publik diharapkan akan menghadirkan perasaan
antisipatif (anticipatory change), perubahan memiliki dan memahami museum dan
reaktif (reactive change) , perubahan krisis ( selanjutnya akan memacu masyarakat untuk
crisis change). dapat ikut serta memberikan kontribusinya
Dari berbagai kajian tersebut, maka dalam segala kegiatan museum terutama dalam
proyek perubahan merupakan suatu kegiatan pelestarian warisan budaya.
sebagai pendekatan dari manajemen perubahan
yang meliputi sebuah proses sistematis yang
menerapkan pengetahuan, sarana, dan Restorasi Koleksi Museum
sumberdaya yang diperlukan organisasi untuk
bergeser dari kondisi sekarang menuju kondisi Berbicara restorasi koleksi, tentunya
yang diinginkan , yaitu menuju kinerja yang lebih mudah diawali dengan pemahaman
lebih baik dan untuk mengelola individu yang mengenai istilah yang lebih umum yaitu
terkena dampak perubahan tersebut. konservasi. Konservasi dapat didefinisikan
Proyek perubahan pemodelan restorasi secara umum sebagai semua cara yang
merupakan suatu inovasi baru yang belum dilakukan untuk mempertahankan keaslian dan
pernah dilakukan sebelumnya khususnya kodrat sejati suatu obyek. Yang dimaksud dari
mengenai pemodelan restorasi koleksi yang kodrat sejati adalah bukti asalnya, konstitusi
penambahan bahan baru. Banyak hal yang terbaru, dan mungkin yang dapat
dapat dihapus tanpa merubah sifat asli dihilangkan menurut restorator.
objek. Kotoran, akumulasi lilin (sering g) Mode dalam Etika (Fashion in Ethics)
disebut patina), bekas restorasi yang rusak, Jika tujuan restorasi adalah
tidak sesuai aslinya atau spekulatif, dapat mengembalikan suatu benda sehingga bisa
dihapus dilihat, atau bahkan digunakan dalam
d) Bukti sebagai petunjuk restorasi konsep aslinya dan keindahan asli dengan
(Evidence to Guide Restoration) akurasi sejarah yang lengkap maka proses
Kunci dari restorasi adalah kualitas restorasi tidak disarankan untuk mengikuti
bukti. Bukti yang terbaik berasal dari mode. Konservasi tidak dapat menjadi
koleksi itu sendiri; kesimetrisan dan subjek mode. Mode menyarankan fluktuasi,
pengulangan yang jelas, dengan pengujian siklus, nilai suatu masa akan kembali lagi ke
ilmiah dari fragmen cat, analisis cat, dan periode yang sangat berbeda. Mode dapat
pernis dapat menjadi bukti primer. Opini menjauhkan konservasi dari nilai-nilai
kurator dan sejarawan seni sebaiknya tidak pelestarian yang akan menghilangkan bukti
begitu saja diterima hanya dikarenakan sifat asli benda-benda bersejarah Ini adalah
kemasyuran ahli. Restorator adalah orang proses ireversibel yang membuat tidak
yang mengubah fisik koleksi dan sebaiknya adanya kesempatan kembali ke keadaan
menilai kualitas bukti yang diberikan semula.
kepadanya.
e) Penggunaan bahan asli (Use of Original
Materials) HASIL PROYEK PERUBAHAN
Penggantian dapat menggunakan
bahan asli atau pengganti modern. Menyusun Petunjuk Teknis dan POS
Contohnya untuk bahan pengganti seperti Restorasi Koleksi
gading dapat digantikan dengan plastik a. Mengumpulkan Referensi
putih; ukiran yang hilang dapat diukir ulang Tahapan ini merupakan tahapan penting
atau digantikan dengan cetakan atau yang harus dilalui agar petunjuk teknis yang
dekorasi utuh. Penggantian bagian yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan.
hilang seharusnya tidak membuang bahan Tidak cukup hanya berbekal pengalaman
asli atau secara realistis hanya sedikit sekali dan pengetahuan yang dimiliki project
membuang bahan asli. Penggantian leader atau tim, namun juga keberadaan
dekorasi yang hilang seharusnya tidak referensi yang lebih lengkap dapat
mengaburkan yang asli, begitu juga semua memperkaya petunjuk teknis yang
retouch di lukisan tidak akan mengubah cat dihasilkan. Referensi yang dipilih oleh
yang asli. Yang asli seharusnya tidak project leader berasal dari artikel, buku,
digabung untuk menyamakan dengan website yang berkaitan dengan konservasi.
perbaikan. Dalam tahapan ini project leader
f) Dokumentasi (Documentation) menugaskan anggota tim perancang metode
Dokumentasi baik mengenai kerja untuk mempelajari, membuat
metode maupun bahan yang digunakan rangkuman dari referensi yang telah dipilih.
dalam konservasi sangat penting untuk Hal ini bertujuan untuk menambah
dilakukan. Dokumentasi ini dapat pengetahuan anggota tim dalam menyusun
digunakan sebagai bahan pembelajaran dan petunjuk teknis. Untuk anggota tim yang
informasi seorang konservator. Dengan memiliki keterbatasan dalam membaca
dokumentasi konservator dapat menilai referensi berbahasa Inggris juga tetap dapat
efisiensi sebuah bahan dan dapat menuangkan pengetahuannya untuk
membedakan bahan yang asli dan hasil menyusun petunjuk teknis.
restorasi. Restorator tidak dapat menilai Untuk menyusun POS Restorasi
efisiensi jangka panjang bahan baru jika koleksi, referensi berupa format POS
tidak ada rekaman kapan bahan pertama standar yang berlaku di Museum Nasional.
kali digunakan. Tidak ada bukti yang lebih Untuk hal ini, project leader berkoordinasi
baik dari yang benda aslinya, sehingga dengan Bagian Tata Usaha khususnya Sub
perlunya dokumentasi mengenai apa saja Bagian Tata Laksana.
perubahan yang ada, apa saja tambahan
b. Membuat draft petunjuk teknis dan POS yang dibutuhkan (detail peralatan dan bahan
Tahapan selanjutnya adalah membuat yang digunakan selama proses restorasi
draft petunjuk teknis dan POS berdasarkan koleksi), 3) Tindakan restorasi Tahapan-
hasil diskusi antara tim perancang metode tahapan pelaksanaan restorasi koleksi
kerja dan project leader. Berbekal disertai ilustrasi gambar bila perlu untuk
pemahaman mengenai literature dan juga memperjelas langkah yang dilakukan), 4)
pengalaman yang dimiliki, tersusunlah draft Foto (Sebelum restorasi, selamaproses
petunjuk teknis dan POS yang sesuai restorasi, dan setelah restorasi sehingga
dengan yang dibutuhkan sebagai pedoman dapat terlihat perubahan akibat tindakan ini,
dalam pelaksanaan kegiatan restorasi 5) Pegawai yang bertugas. Informasi ini
koleksi. diperlukan jika terjadi kemungkinan
ketidakjelasan informasi yang ada
c. Review dan revisi petunjuk teknis sebelumnya sehingga dapat diklarifikasi
Draft petunjuk teknis dan POS yang kepada petugas yang melakukan restorasi.
telah dibuat oleh tim perancang metode b. Mencetak format instrumen
kerja di review oleh mentor. Mentor Setelah format instrument pengolah
memberikan masukan mengenai beberapa data tersusun selanjutnya dilakukan
hal terkait penulisan dan juga substansi. pencetakan. Untuk lembar rencana restorasi
koleksi, dalam 1 lembar dapat memuat
d. Mencetak petunjuk teknis dan POS restorasi beberapa koleksi, namun untuk lembar
koleksi restorasi koleksi dalam 1 form hanya dapat
Buku petunjuk teknis dan POS koleksi diisi oleh 1 koleksi. Misalkan terdapat 30
ini di cetak untuk digunakan sebagai acuan koleksi yang direstorasi, berarti
kerja Restorasi Koleksi. Buku petunjuk menghasilkan 30 lembar restorasi koleksi
teknis ini sah digunakan setelah mendapat yang terpisah.
persetujuan dari Kepala Bidang Perawatan
dan Pengawetan dan juga Kepala Museum Menyiapkan Kebutuhan data/material
Nasional. Bukti persetujuan ini terdapat untuk Pelaksanaan Restorasi Secara Spesifik
pada BAB Penutup untuk Petunjuk Teknis a. Meminta daftar koleksi yang
dan pada BAB II untuk POS. direkomendasikan untuk di restorasi
Kegiatan ini berisi koordinasi dengan
Menyusun Instrumen Pengumpulan dan Seksi Observasi di Bidang Perawatan dan
Pengolahan Data Restorasi Koleksi Pengawetan. Koordinasi telah dilakukan
a. Menyusun format instrument pada saat rapat tim kerja dimana dengan
Setelah diadakan diskusi dengan pihak pertimbangan tertentu koleksi yang akan
terkait dan melakukan mengidentifikasi dilakukan restorasi pada proyek perubahan
kebutuhan format instrument untuk ini adalah koleksi wayang golek. Data yang
Restorasi Koleksi, selanjutnya disusunlah ada berupa daftar observasi awal kondisi
draft instrument tersebut yaitu: 1) Lembar koleksi wayang golek dengan dilengkapi
Rencana Restorasi Koleksi berisi antara foto. Setelah mendapatkan data kondisi
lain: a) lokasi asal koleksi, b) tanggal koleksi, kemudian data tersebut dikirimkan
pelaksanaan, c) nama koleksi, d) nomor ke narasumber melalui email sebagai
inventaris, e) bahan koleksi, f) deskripsi gambaran awal bagi narasumber.
fisik koleksi, g) kondisi koleksi, dan h) b. Memilih koleksi dari daftar prioritas
rencana metode restorasi yang akan Sebanyak 100 koleksi wayang golek
dilakukan mencakup metode, alat dan direncanakan akan direstorasi tahun 2017
bahan. 2) Lembar Restorasi Koleksi berisi ini, namun untuk jangka waktu 2 bulan ini
antara lain: a) informasi umum koleksi: akan ditargetkan koleksi yang direstorasi
tanggal pelaksanaan, nama koleksi, no sebanyak 30 koleksi terlebih dahulu.
inventaris, bahan, lokasi simpan koleksi, Pemilihan ini dilakukan secara random
ukuran, b) deskripsi koleksi (uraian fisik karena secara merata kondisi koleksi hampir
koleksi secara mendetail, kondisi koleksi sama, dan 100 koleksi tetap menjadi target
saat akan dilakukan restorasi, informasi koleksi yang akan direstorasi tahun ini.
tindakan perawatan atau restorasi yang c. Membahas kebutuhan data/material yang
dilakukan sebelumnya), c) alat dan bahan spesifik dengan narasumber
Pada kegiatan ini diawali dengan sama. Dan untuk kostum lama akan tetap
mendengarkan penjelasan narasumber disimpan oleh museum.
mengenai kondisi fisik wayang golek yang e. Menyusun hasil identifikasi
akan di restorasi. Berdasarkan bentuk fisik Dalam melakukan identifikasi bahan
wayang (ukiran dan anatominya), restorasi yang dibutuhkan, tim kerja
narasumber berpendapat bahwa wayang menuangkannya kedalam isian Lembar
tersebut adalah berjenis wayang golek Rencana Restorasi Koleksi. Pada lembar
cepak yang berasal dari Cirebon. tersebut, nama wayang, nomor inventaris,
Narasumber juga menjelaskan bahan-bahan bahan koleksi, deskripsi fisik koleksi,
yang digunakan untuk pembuatan wayang kerusakan yang ada, hingga rencana metode
tersebut. Pada tahapan ini Project leader restorasi yang akan dilakukan serta foto
memberikan penjelasan mengenai prinsip koleksi tertulis secara lengkap. Nantinya
restorasi yang harus dipenuhi untuk menjadi Lembar Rencana Restorasi ini akan menjadi
batasan dalam melakukan tindakan acuan dalam pelaksanaan restorasi dan
restorasi. Berdasarkan hasil pengamatan mempermudah dalam menginventarisir
secara umum dapat dilihat bahwa kerusakan bahan restorasi yang dibutuhkan.
terparah pada koleksi wayang ini adalah f. Menyiapkan data/material yang dibutuhkan
pada bagian kostum dan tali pengikat Dokumen yang dibutuhkan mencakup
wayang. Kemudian selanjutnya project Lembar rencana restorasi koleksi yang
leader mengarahkan tim kerja untuk sudah terisi, Referensi terkait koleksi yang
mengidentifikasi bahan restorasi yang spesifik, Lembar restorasi koleksi yang
dibutuhkan dengan melakukan dokumentasi belum terisi. Sedangkan material yang
terhadap detail kostum berupa warna, motif, diperlukan yaitu bahan restorasi koleksi.
ukuran, dan aksesoris yang menghiasinya. Project leader memutuskan agar
Tim kerja bekerja dengan bimbingan narasumber yang mencari bahan restorasi
narasumber dan konsultasi dengan project karena latar belakang narasumber yang
leader serta mentor selama proses restorasi merupakan pengrajin wayang sehingga akan
berlangsung. lebih tepat dan sesuai jika narasumber yang
d. Mencari referensi/literratur terkait koleksi menyediakan bahan tersebut.
spesifik
Sebelum melakukan restorasi, Melaksanakan Kerja Restorasi Koleksi
informasi mengenai apakah terdapat makna sesuai POS dan Petunjuk Teknis
dari motif atau bentuk pakaian yang a. Mendengar arahan dari narasumber
digunakan pada setiap wayang sangat Pada tahapan ini narasumber
diperlukan. Hal ini bermanfaat karena menjelaskan tentang proses pencarian bahan
mayoritas kerusakan terdapat pada bagian yang dilakukan dan bahan yang diperoleh.
kostum wayang. Menurut narasumber, Kemudian Project leader bersama mentor
bagian kostum wayang tersebut tidak terkait dan tim kerja melakukan pengecekan
dengan tokoh wayang yang terhadap bahan restorasi terutama mengenai
menggunakannya, dan pada wayang- kecocokan motif dan warna kain batik.
wayang cepak bisa berbeda-beda motifnya, Mayoritas kain yang disediakan oleh
sehingga penggantian terhadap kostum narasumber memiliki kesesuaian dengan
wayang tidak menjadi masalah. Dalam kain asal, namun terdapat 3 kain yang dirasa
pencarian informasi mengenai wayang kurang cocok dengan kain semula. Untuk
golek ini project leader melakukan hal ini, mentor dan project leader
koordinasi dengan Bidang Pengkajian dan memutuskan untuk menunda melakukan
Pengumpulan, namun masih sangat restorasi terhadap 3 koleksi hingga
terbatasnya informasi yang diperoleh. menemukan motif dan warna yang mirip
Dalam diskusi antara mentor, project leader aslinya. Hal ini bertujuan untuk
serta Bidang Pengkajian dan Pengumpulan, mempertahankan prinsip restorasi yang
pada akhirnya diputuskan bahwa dalam dilakukan.
restorasi kostum wayang akan tetap mencari b. Melakukan dokumentasi sebelum, proses,
motif dan warna yang mirip dengan kostum dan selama restorasi koleksi
awalnya meskipun tidak akan bisa persis Dokumentasi berupa laporan tertulis,
foto dan video. Hasil dokumentasi menjadi
informasi tentang kondisi objek, seperti telah dibuat. Pengawasan ini dilakukan
bagaimana keadaan aslinya, apakah bahan setiap harinya, karena hasil restorasi
aslinya, manakah yang merupakan restorasi tidak hanya dapat dinilai dari hasil yang
lama, bagaimana proses restorasi yang diperoleh namun juga dari sejak
dilakukan, serta bahan dan metode yang perencanaan dan prosesnya. Setiap
digunakan. Hasil dokumentasi berfungsi koleksi bersifat spesifik baik bahannya,
sebagai catatan permanen prosedur tingkat kerusakannya, oleh karena itu
perawatan yang dilakukan, serta bahan dan tidak dapat dilakukan generalisasi untuk
metode yang digunakan. semua koleksi. Ketika dalam
c. Melakukan restorasi koleksi pelaksanaan terdapat permasalahan atau
Selanjutnya project leader pertanyaan dari tim pelaksana teknis,
mengarahkan tim untuk melakukan kerja maka dapat diajukan kepada project
restorasi sesuai dengan metode kerja yang leader atau langsung dapat ditanyakan
telah ditentukan. Mendokumentasikan ke narasumber dengan persetujuan
proses, bekerja dengan kehati-hatian dan project leader.
ketelitian, dan menanyakan kepada 2) Melakukan pengecekan kelengkapan
narasumber jika terdapat hal-hal yang hasil dokumentasi yang diperoleh,
meragukan. Koleksi yang berhasil di kesesuaian laporan tertulis dengan
restorasi selama 5 hari sebanyak 27 koleksi. proses yang dilakukan dan hasil yang
Pada awalnya direncanakan akan diperoleh, dan melakukan perbaikan jika
melakukan restorasi sebanyak 30 koleksi, masih terdapat ketidaksesuaian.
namun seperti yang telah diutarakan Laporan tertulis disini berupa lembar
sebelumnya bahwa ternyata 3 motif kain restorasi koleksi. Dalam pengisian,
yang ada tidak sesuai atau tidak terlalu mirip ternyata terdapat 1 koleksi yang terdapat
dengan motif kain awalnya sehingga mentor kesalahan penulisan nomor ketika
dan project leader memutuskan tidak akan proses dokumentasi. Ketika hal ini
melakukan restorasi untuk ketiga koleksi terjadi, project leader meminta tim
tersebut. Keputusan ini diambil berdasarkan untuk melakukan pengecekan ke koleksi
prinsip restorasi koleksi, bahwa dalam langsung, dan akhirnya diperoleh nomor
melaksanakan restorasi koleksi harus yang sesuai. Label nomor inventaris
sedekat mungkin dengan kondisi awal yang sesuai sangat penting karena
benda sehingga tidak merubah makna yang sebagai identitas dari koleksi, jangan
sudah terkandung pada benda tersebut. Dari sampai tertukar antara satu koleksi
hasil dokumentasi kemudian diolah menjadi dengan koleksi lainnya yang bisa
lembar restorasi koleksi yang dibuat mengakibatkan kesalahan informasi dari
perkoleksi. Sehingga untuk 27 koleksi koleksi yang dimaksud.
menghasilkan 27 Lembar Rencana 3) Menunjukan hasil pekerjaan dan
Restorasi. Dengan hasil dokumentasi yang memberikan informasi kepada Bidang
telah diolah menjadi menjadi lembar Pengkajian dan Pengumpulan (kurator)
restorasi maka akan: 1) Memudahkan mengenai tindakan yang telah
pencarian data perawatan koleksi yang telah dilakukan. Pada awal sebelum restorasi
dilakukan, dan 2) Memudahkan dalam dilakukan, sudah dijelaskan bahwa
penilaian keberhasilan atau kegagalan sudah dilakukan koordinasi dengan
metode dan bahan pengobatan dalam jangka Bidang Pengkajian dan Pengumpulan
waktu yang lama dan memberikan mengenai tingkat restorasi yang akan
informasi yang akan membantu konservator dilakukan. Pada saat itu Bidang
di masa yang akan datang untuk menilai Pengkajian dan Pengumpulan telah
kondisi objek dan merancang perawatan menyetujui bahwa bagian yang rusak
lebih lanjut, parah seperti kostum pada wayang dapat
d. Melakukan evaluasi hasil kegiatan restorasi diganti dengan yang baru namun dicari
Untuk evaluasi hasil kegiatan restorasi motif yang paling mirip. Pada
dilakukan melalui tahapan sesuai petunjuk pelaksanaan restorasi, hal ini telah dapat
teknis yang telah dibuat, yaitu: diwujudkan. Untuk memastikannya
1) Melakukan pengawasan proses restorasi kembali, setelah proses restorasi selesai,
agar sesuai dengan rencana kerja yang Bidang Pengkajian dan Pengumpulan
kami ajak untuk melihat langsung hasil d. Melakukan editing dan evaluasi hasil
restorasi yang diperoleh. perekaman
Kumpulan foto dan video mentah yang
Menyusun Pemodelan Restorasi Koleksi berjumlah puluhan ribu dari hasil
a. Melakukan latihan kegiatan perekaman perekaman selama 5 hari kemudian disusun
restorasi koleksi menjadi video berdurasi lima menit.
Kegiatan ini merupakan tahap Pengeditan video menggunakan aplikasi
pendahuluan untuk memperkenalkan proses adobe premiere pro cc oleh tim
pembuatan video untuk membuat dokumentasi dengan bimbingan narasumber
pemodelan restorasi koleksi. Kami dan arahan dari project leader. Tidak semua
mengundang Staf dari Bagian Data dan data mentah digunakan dalam video, tetapi
Informasi, Setditjen Kemdikbud untuk dilakukan pemilahan yang sesuai dengan
berdiskusi dan memberikan masukan awal outline yang telah dibuat. Hasil akhir video
terutama mengenai kebutuhan peralatan menggunakan sekitar 10.000 foto sehingga
yang akan digunakan. Untuk tahapan menghasilkan video berdurasi 5 menit. Hasil
kegiatan selanjutnya, staf subbag Data dan video yang telah disusun dilakukan review
Informasi ini akan diundang kembali oleh Mentor, Kepala Bidang Regitrasi dan
menjadi narasumber dalam proses Dokumentasi, Kepala Bidang Penyajian dan
dokumentasi pemodelan restorasi koleksi. Publikasi, serta Kepala Seksi Promosi
b. Membuat outline video restorasi koleksi karena akan ditampilkan ke publik dengan
Pada pembuatan video restorasi, dipasang di sarana promosi seperti di digital
Project leader berperan sebagai sutradara signage dan beberapa media sosial milik
yang mengarahkan apa yang ingin museum.
disampaikan secara substansi, serta e. Memasang pemodelan restorasi koleksi
bagaimana cara penyampaian yang akan pada sarana promosi
dilakukan dengan masukan dari Setelah semua pihak menyetujui video
narasumber, mentor, dan tim. Hal-hal yang yang telah direvisi, selanjutnya video siap
ingin disampaikan tersebut dituangkan untuk dipasang pada sarana promosi dan
dalam outline video restorasi. disebarluaskan. Dalam melakukan input
c. Melakukan perekaman kegiatan restorasi data ke sarana promosi, melibatkan tim kerja
koleksi dokumentasi yang berasal dari Seksi
Dalam melakukan kegiatan perekaman Promosi. Sarana promosi yang dipasang
video restorasi, melibatkan narasumber video restorasi yaitu digital signage yang
untuk memberikan arahan karena terdapat di depan ruang pamer Manusia dan
keterbatasan pengetahuan SDM mengenai Lingkungan Gedung B Museum Nasional
proses perekaman. Narasumber Indonesia. Selain itu juga video diupload ke
memberikan arahan dari penggunaan alat, beberapa media social sepeti twitter,
pencahayaan yang ideal untuk proses Facebook, Youtube Museum Nasional. Pada
perekaman, dan teknik-teknik perekaman Youtube Museum Nasional dapat dipantau
kepada tim kerja. Kegiatan perekaman jumlah tayangan sebanyak 116 kali,
berlangsung selama 5 hari bersamaan sedangkan jumlah tayangan di halaman
dengan Kegiatan Restorasi Koleksi. Dari 27 Facebook Museum Nasional sebanyak 663
koleksi yang di restorasi, diambil 2 contoh tayangan pertanggal 31 Juli 2017 atau dalam
koleksi yang akan didokumentasikan proses jangka 1 minggu setelah video terpasang.
restorasinya. Setiap adegan perekaman yang Dengan peran media social ini diharapkan
diambil sesuai dengan outline video yang bukan hanya pengunjung museum saja yang
telah dibuat dan project leader tetap bisa melihat hasil video restorasi namun
melakukan pengawasan dan pengarahan juga masyarakat lainnya yang diharapkan
selama berjalannya perekaman. juga bisa menarik mereka untuk
mengunjungi museum.
tercipta kerjasama yang saling jangka panjang (sampai akhir tahun 2018)
menguntungkan. Hal ini akan menjadi target proyek perubahan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ashley-Smith. “The Ethics of Conservation” dalam Care of Collection. London and New York:
Routledge, 2005. 12-21.
“Chapter 3: Museum Objects Preservation: Getting Strated” dalam The Museum Handbook
Part I. Washington DC: National Park Service Museum Management Program, 1999.
Keene, Suzanne. Managing Conservation in Museums, second edition. London: Linacre House,
Jordan Hill. 2002.
Knell, Simon. “Introduction: The Context of Collection Care” dalam Care of Collection. London and
New York: Routledge, 2005. 1-11.
Lembaga Andiminstrasi Negara (LAN), (2015). Peraturan Kepala LAN Nomor 22 Tahun 2015
tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat III dan IV . Jakarta.
Lembaga Andiminstrasi Negara (LAN), (2015). Bahan Ajar Diklat Kepemimpinan Tingkat IV
Agenda Proyek Perubahan . Jakarta.
Mensch, Peter van. “Museology and Management: Enemies or Friends. Current Tendencies in
Theoretical Museology and Museum Management in Europe”, disampaikan sebagai keynote
speech dalam konferensi tahunan ke-4 Japanese Museum Management Academy, Tokyo, 7
Desember 2003.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 37 Tahun 2016 tentang
Rincian Tugas Museum Nasional.
Rentsra Museum Nasional tahun 2015-2019
Tjitra, Hora., Panggabea, Hana., Murniati, Julian, 2013. Pemimpin dan Perubahan Lagam Terobosan
Profesional Bisnis Indonesia. Jakarta : PT Gramedia.
ABSTRAK
Stroke diartikan sebagai suatu tanda klinis fokal atau global yang menyebabkan gangguan fungsi
serebral dimana gejalanya terjadi kurang dari 24 jam atau lebih, yang dapat mengakibatkan kecacatan
sampai kematian. Stroke Iskemik adalah penyumbatan di pembuluh darah otak yang dapat menjadi
penyebab utama kecacatan dan kematian pada pasien. Sampai saat ini satu – satunya terapi yang
disetujui untuk pasien stroke iskemik akut adalah pemberian recombinant Tissue Plasminogen
Activator (r-TPA). Tindakan ini dilakukan secara intravena yang efektif jika diberikan dalam waktu
kurang dari 4 jam. Keterlambatan dalam waktu pemberian akan berefek pada kecacatan sampai
kepada perdarahan otak bahkan kematian. Saat ini teknologi informasi terbaru memperkenalkan
layanan gawat darurat pra hospital berupa ambulance yang di setting sebagai unit stroke mobile,
bertindak sebagai partner rumah sakit untuk memudahkan dalam mengidentifikasi pasien dengan
stroke iskemik sehingga trombolisis yang akan diberikan bermanfaat bagi pasien. Layanan
ambulance ini memasukkan aplikasi stop stroke dan telestroke kedalamnya, dan dilengkapi dengan
peralatan persiapan trombolisis sehingga tindakan trombolisis dapat dilakukan secara mobile tanpa
harus menunggu pasien tiba di Rumah Sakit.
7 hari pertama setelah tindakan dilakukan. Dari meningkatkan pelayanan dan koordinasi antar
sebuah studi meta analisis yang dilakukan tenaga kesehatan dan tenaga medis, untuk
terhadap pasien stroke iskemik yang dilakukan melakukan penilaian yang cepat dalam
tindakan trombolisis dalam waktu lebih dari 6 pemberian r-TPA dan melakukan perawatan
jam, ada sebanyak 7,7% pasien yang mengalami yang efektif terhadap pasien yang menderita
perdarahan intrakranial (Mandavia et al, 2014). stroke iskemik akut. Aplikasi ini terpasang pada
Hal tersebut menggerakkan para penyedia perangkat IOS dan android semua tim
layanan kesehatan untuk lebih mengoptimalkan perawatan stroke. Saat petugas layanan
cara untuk meminimalkan waktu pengelolaan menemukan pasien dengan stroke iskemik akut
pemberian r-TPA pada pasien stroke iskemik maka petugas akan mengaktifkan aplikasi ini.
akut (Andrew et al, 2017). Gambaran diambil dari penampilan klinis
pasien dan bersama dengan data pasien dikirim
KAJIAN LITERATUR ke semua tim perawatan stroke (Dickson, 2016).
Stroke iskemik akut adalah sumbatan di
pembuluh darah otak yang terjadi secara tiba –
tiba dan paling banyak menyebabkan defisit
neurologis fokal. Lebih dari 750.000 kasus
stroke terjadi setiap tahun di Amerika Serikat
dan menjadikannya penyebab kelima kematian
serta penyebab utama kecacatan. Sampai saat
ini satu – satunya terapi yang disetujui untuk
pasien stroke iskemik akut adalah pemberian
recombinant Tissue Plasminogen Activator (r- Gambar 1. Aplikasi Stop Stroke
TPA). Tindakan ini dilakukan secara intravena Stop Stroke (Pulsara, Inc., Bozeman, MT)
yang efektif jika diberikan dalam waktu kurang merupakan salah satu aplikasi mobile yang
dari 4 jam. Keterlambatan dalam waktu digunakan oleh penyedia layanan pra-hospital
pemberian akan berefek pada kecacatan sampai sebagai sarana untuk melakukan kerjasama
kepada perdarahan otak bahkan sampai terhadap tim stroke rumah sakit dalam
kematian (Dickson, 2016). Strategi lain yang perawatan pasien stroke akut, sehingga waktu
dilakukan seperti mengubah reologik darah dari mulai onset awal kejadian stroke sampai
akan dapat mempengaruhi perfusi atau aliran pasien tiba di rumah sakit dapat diketahui. Data
darah ke otak. Cara tersebut tidak menunjukkan terjadi peningkatan sebesar 46%
direkomendasikan pada kasus stroke iskemik terhadap efektivitas waktu yang diperlukan dari
(Perdossi, 2011). mulai onset kejadian stroke sampai tindakan rt-
PA diberikan ke pasien setelah memakai
Saat ini teknologi terbaru memperkenalkan aplikasi stop stroke (Andrew et al, 2017).
layanan gawat darurat pra hospital.layanan
tersebut berupa ambulance yang di setting Ketika ada pasien serangan stroke maka aplikasi
sebagai unit stroke mobile, bertindak sebagai stop stroke akan diaktifkan oleh petugas layanan
partner rumah sakit untuk memudahkan dalam pra-hospital. Kemudian pasien dijemput dan
mengidentifikasi pasien dengan stroke iskemik dibawa ke rumah sakit menggunakan
sehingga trombolisis yang akan diberikan ambulance unit stroke mobile. Selama di
bermanfaat bagi pasien. Ketika ada pasien ambulance pasien dilakukan tindakan yaitu
dengan stroke akut maka penyedia layanan pemeriksaan fisik, laboratorium, CT-Scan,
gawat darurat pra-hospital akan mengaktifkan pengkajian waktu serangan stroke, skor NIHSS,
notifikasi pra-hospital, menjemput pasien sampai kepada tindakan pemberian rt-PA, dan
dengan menggunakan ambulance yang di lain sebagainya. Semua tindakan di
setting sebagai unit stroke mobile, dan segera koordinasikan dengan dokter spesialis saraf
melakukan tindakan serta penilaian yang yang berada di rumah sakit melalui telestroke
diperlukan untuk persiapan pemberian rt-PA berupa video conference. Semua data pasien
sampai pasien tiba di Unit Gawat Darurat dan waktu tindakan dari awal pemeriksaan
Rumah Sakit (Andrew et al, 2017). sampai pemberian rt-PA didokumentasikan ke
dalam aplikasi stop stroke (Andrew et al, 2017).
Aplikasi stop stroke adalah sebuah aplikasi baru
yang dikembangkan oleh tenaga medis untuk
Studi mengatakan bahwa pemberian aktivator masyarakat atau tim kesehatan yang tidak
plasminogen (TPA) serta perawatan pasien memiliki perangkat tersebut tidak bisa
dengan akut stroke iskemik yang tepat waktu mendownload aplikasi ini.
akan memberikan hasil yang lebih baik. Dalam 2. Oleh karena aplikasi ini berhubungan
hal ini kerjasama yang baik antar tim kesehatan dengan konektivitas 4G maka untuk area
sangat diperlukan akan memberikan hasil yang atau ponsel yang belum memiliki
terbaik. American Stroke Association sambungan 4G akan mengalami kesulitan
mengemukakan 3 prinsip utama yaitu : untuk menerapkan layanan ini
komunikasi yang efektif antar tenaga kesehatan,
Layanan dan penyedia layanan; standar KESIMPULAN
operasional prosedur yang jelas; dan umpan
balik untuk perbaikan berkelanjutan (Dickson, Mobile Stroke merupakan ambulans layanan
2016). pra-hospital yang memasukkan aplikasi stop
stroke dan telestroke ke dalamnya, untuk
membantu petugas medis melakukan
IMPLIKASI PENGGUNAAN DALAM tatalaksana pasien dengan stroke iskemik akut.
KEPERAWATAN Layanan ini dimulai dari penilaian sampai
Tatalaksana pemberian r-TPA merupakan tindakan pemberian r-TPA. Hal ini akan sangat
kerjasama dari beberapa tim kesehatan yang mempengaruhi keberhasilan dan mencegah
didalamnya ada dokter spesialis, dokter umum, kecacatan lebih lanjut pada pasien dengan
Perawat, Radiografer, dan tenaga penunjang stroke iskemik.
lainnya. Perawat memiliki peranan yang Sebagaimana diketahui selama ini kegagalan
penting dalam memberikan asuhan keperawatan dalam pemberian r-TPA adalah karena waktu
pada pasien dengan stroke iskemik akut. kejadian stroke sampai pasien tiba di UGD
Perawat melakukan pengkajian awal, sudah lebih dari 6 jam. Dengan adanya Mobile
pemeriksaan tanda – tanda vital, memasang stroke dan aplikasi yang terpasang didalamnya
akses intravena dan melakukan observasi. akan sangat bermanfaat dalam penanganan
Dengan adanya aplikasi ini maka perawat pasien stroke iskemik, terutama dalam hal
dituntut untuk lebih profesional dan kompeten meminimalkan waktu dari mulai onset kejadian
dalam melakukan tugasnya. Perawat juga bisa stroke sampai dilakukannya tindakan
menggunakan aplikasi ini sebagai dasar untuk pemberian trombolisis intravena. Sehingga
melakukan asuhan keperawatan pada pasien tindakan pemberian r-TPA dapat dilakukan
stroke iskemik akut. dalam waktu kurang dari 4 jam. Tentu saja
KELEBIHAN penanganan yang cepat pada pasien dengan
1. Memudahkan koordinasi antara tim stroke iskemik yang akan diberi tindakan r-
kesehatan sehingga dapat melakukan TPA, merupakan langkah penting untuk
penilaian yang cepat dalam pemberian r- menghindari komplikasi selanjutnya.
TPA.
2. Tim kesehatan dapat melakukan perawatan Ketika ada pasien stroke iskemik yang dijemput
yang efektif terhadap pasien stroke iskemik dari suatu area, maka dapat langsung dilakukan
akut. tindakan berupa pemeriksaan fisik, pemeriksaan
3. Tim kesehatan dapat melakukan penunjang dan diagnostik di ambulans yang
pengelolaan yang cepat dan tepat berbasis telah ditata sebagai stroke unit ini. Waktu
geografis dan waktu. pelaksanaan semua tindakan sebelum
4. Dengan aplikasi mobile stroke maka waktu pemberian trombolisis juga terdokumentasi di
yang dibutuhkan untuk melakukan dalam aplikasi stop stroke. Hal ini
tindakan r-TPA pada pasien stroke iskemik memudahkan tenaga medis ambulans
akut dapat dilakukan dalam waktu kurang berkoordinasi dengan tenaga medis rumah sakit.
dari 24 jam.
5.
KEKURANGAN REKOMENDASI
1. Aplikasi stop stroke dipasang pada Jika teknologi ini diterapkan di Indonesia maka
perangkat IOS dan Android, sehingga bagi akan sangat bermanfaat karena pasien dapat
DAFTAR PUSTAKA
Andrew, et al. (2017). mStroke:”Mobile Stroke”- Improving Acute Stroke Care With Smartphone
Technology. Journal Of Stroke and Cerebrovascular Disease. National Stroke Association :
Elsevier. http://dx.doi.org/10.1016/j.jstrokecerebrovasdis.2017.03.016
Black, Joice M., Hawks, Jane H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah:Manajemen Klinis Untuk
Hasil Yang Diharapkan. (Mulyanto et al, Penerjemah). Edisi 8. Buku 3. Jakarta : PT Salemba
Emban Patria.
Dickson, et al. (2016). Stop Stroke@ Acute Care Coordination Medical Application : A Brief Report
on PostImplementation Performance At A Primary Stroke Center. Journal Of Stroke And
Cerebrovascular Disease, Vol, 25(5); 1275-1279.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jstrokecerebrovasdis.2015.12.001
Dumitrascu, et al. (2017). Telestroke. Curr Cardiol Rep (2017) 19 :85. http://remote-
lib.ui.ac.id:4611/10.1007/s11886-017-0895-1
Gan, R., Ramani V. (2008). The Stroke Clinician’s Handbook. A Practical Guide To The Care of
Stroke Patient. World scientific Publishing.
Howard RS. ( 2016). The Management Of Ischaemic Stroke (Neurointensive Care). Anaesteshia and
Intensive Care Medicine. Vol 17, Issue 12, Pages 591-595.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1472029916301527
https://doi.org/10.1016/j.mpaic.2016.09.009
Khandelwal P, MD., et al. (2016). Acute Ischaemic Stroke Intervention. The Present and Future.
Journal of The American College of Cardiology. 67 (22), ISSN 0735/1097/$36. Elsevier.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jacc.2016.03.555
Mandavia R, et al. (2014). Safety Of Carotid Intervention Following Thrombolysis In Acute
Ischaemic Stroke. Europian Society For Vascular Surgery. Publised by Elsevier Ltd.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ejvs.2014.08.012
Misbach Jusuf. (2011). Stroke. Askep Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Badan Penerbit FK UI.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi).
Perdossi. (2011). Guideline Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia.
Oleh : Sutarto
Widyaiswara Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Pertanian
e-mail: tarttoet2008@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi sinkronisasi berahi dengan teknik
pemberian PGF2 yang berbeda secara intra vagina spons (IVS) dan intra muskuler (IM)
terhadap onset berahi dan lama berahi, serta nonreturn rate (NR) pada domba lokal. Penelitian
dilakukan pada kelompok peternak domba Lestari berlokasi di Desa Sukaresmi, Kecamatan
Karangtengan, Cianjur, mulai tanggal 14 Juli 2016 sampai dengan 14 Februari 2017.
Menggunakan dua puluh (20) ekor domba betina lokal, yang berumur 12-15 bulan, dilakukan
secara acak dengan empat kelompok perlakuan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Domba dalam Kelompok Perlakuan 1 (P1) diberi hormon PGF2 dengan dosis 5 mg/ml/ekor
secara intra muskuler. Kelompok Perlakuan 2 (P2) diberi PGF2 5 mg/ml/ekor secara intra vagina
spons selama dua hari, Kelompok Perlakuan 3 (P3) diberi PGF2 5 mg/ml/ekor secara intra vagina
spons selama empat hari, Kelompok Perlakuan 4 (P4) diberi PGF2 5 mg/ml/ekor secara intra
vagina spons selama enam hari. Dua (2) ekor pejantan berumur 2-2.5 tahun digunakan sebagai
pemacek Masing-masing perlakuan diulang lima kali. Parameter yang diamati adalah onset
berahi, lama berahi dan non-return rate (NR) dalam 30 hari. Data yang dikumpulkan kemudian
dianalisa dengan analisis varian, apabila berpengaruh dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil
(BNT).
Nilai rata-rata onset berahi untuk P1, P2, P3 dan P4 secara berturut-turut adalah 22,91; 23,16; 26,31;
dan 44,57 jam. Nilai rata-rata lama berahi untuk P1, P2, P3 dan P4 secara berturut-turut adalah
26,36; 48,36; 94,65 dan 146,56 jam. Analisis varian mengindikasikan bahwa teknik pemberian
PGF2 mempunyai pengaruh yang signifikan (P<0,01) pada onset dan lama berahi. Non-return
rate dalam 30 hari untuk P1, P2, P3 dan P4 secara berturut-turut adalah 100, 100, 20 dan 20 persen.
Kesimpulannya, aplikasi sinkronisasi berahi dengan PGF2 secara intra vagina spons (IVS)
selama dua hari dan secara intra muskuler (IM) dapat meningkatkan kinerja reproduksi pada domba
lokal.
Kata kunci : Estrus, PGF2 , onset dan lama berahi, non-return rate (NR), dan kinerja
reproduksi.
ABSTRACT
The purpose of the experiment was to investigate the effect of different administration method of
PGF2 , i.e. intra vaginal sponges (IVS) and intra muscular (IM) on the onset and the duration of
estrous, and Non-return Rate (NR) in local ewe lambs. The study was conducted in the sheep
farmer of Lestari Group located at Desa Sukaresmi, Kecamatan Karangtengan, Cianjur from
Juli 14th, 2016 to Februari 14th, 2017.
A total of 20 local ewe lambs, aged 12-15 months, were at random assigned to one of four
treatment groups in Completely Randomized Designed (CRD) Animals in Treatment group 1
(P1) received PGF2 of 5 mg/ml/head intra muscularly ; Treatment group 2 (P2) received PGF2
of 5 mg/ml/head by intra vaginal sponges for two days; Treatment group 3 (P3) received
PGF2 of 5 mg/ml/head by intra vaginal sponges for four days; Treatment group 4 (P4)
received PGF2 of 5 mg/ml/head by intra vaginal sponges for six days. Two rams, aged 2-
2.5 years used as a mated. Each treatment was repeated five times. Variables measured were
onset and duration of estrous, and Non-return Rate (NR) in 30 days. Collected data were
analyzed using analysis of variance followed by Post-hoc of Least Significant Difference (LSD).
Average values of onset of estrous for P1, P2, P3 and P4 were 22.91, 23.16, 26.31 and 44.57
hours, respectively. Average values of duration of estrous for P1, P2, P3 and P4 were 26.36,
48.36, 94.65 and 146.56 hours, respectively. Analysis of variance indicated that the
administration methods of PGF2 affected significantly (P<0.01) on the onset and the duration of
estrous. Non-return Rate (NR) in 30 days for P1, P2, P3 and P4 was 100,100, 20 and 20 percent,
respectively. In conclusion, the application of estrous induction methods using PGF2 by intra
vaginal sponges (IVS) for two days and intra muscular (IM) can improve reproductive
parameters of local ewe lambs.
Key words : estrous, PGF2 , onset and duration of estrous, Non-return Rate (NR) and Reproductive
Performance.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu (minyak non kolestrol), kapas, kertas
kiranya diteliti bagaimana aplikasi lakmus pH 6.0-7.0, tissue
Sinkronisasi berahi dengan teknik c. Holder untuk memasukkan spons dan
pemberian PGF2 secara IVS dan IM pada alat suntik serta pengukur waktu,
domba lokal terhadap onset berahi, lama mikroskop, gelas obyek, gelas penutup,
berahi dan NR. pipet pasteur, ose, tabung sperma.
dilakukan pengamatan onset berahi dan jam. Hasil pengamatan menunjukan tanda--
lama berahi. tanda berakhirnya berahi adalah tidak
g. Melakukan pengamatan berahi setiap jam mengeluarkan lendir lagi di vulva, tidak
setelah penyuntikan PGF2 dan gelisah, vulva tidak membengkak dan mulai
pencabutan spons sampai domba kuncup tidak mau dinaiki pejantan. (Ditjenak,
percobaan menunjukkan tanda-tanda 1983).
berahi.
h. Melakukan perkawinan alam domba- c. Non Return Rate (NR) 30 hari
domba yang berahi dengan pejantan yang Menentukan kebuntingan seekor ternak
telah dipersiapkan dengan rasio 1:10. dengan NR adalah mengamati berahi ternak
i. Pengamatan non return rate (NR) 30 dari yang bersangkutan mulai dari dikawinkan
masing-masing perlakuan sampai dengan hari ke 30. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Hunter (1980),
3.4. Peubah yang diamati bahwa setelah perkawinan domba percobaan
a. Onset Berahi diamati lagi kondisi berahinya. Jika ternak
Cara menentukan onset berahi adalah domba tidak menunjukkan berahi kembali
dengan mengamati domba yang berahi setelah selama 30 hari maka dianggap bunting,
diberi perlakuan PGF2 secara IVS dan IM. sebaliknya jika terjadi kembali berahi maka
Waktu onset berahi dihitung dari mulai dianggap tidak bunting.
disuntik hormon PGF2 sebanyak 5
mg/ml/ekor atau pemasukan spons yang 3.5. Analisis Staistik
mengandung hormon PGF2 sebanyak 5 Data onset dan lama berahi dianalisis
mg/ml/ekor sampai munculnya awal berahi menggunakan analisis sidik ragam, jika
dalam satuan jam. Hasil pengamatan terjadi perbedaan antar perlakuan dilanjutkan
menunjukan tanda-tanda berahi dalam setiap dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
jam terlihat, sering mengembik-embik, sering
kencing sedikit seolah terputus putus, 3.6. Waktu dan Tempat
mengangkat atau menggerakgerakkan ekor Penelitian dilakukan pada kelompok
sehingga vulvanya terlihat jelas, peternak domba Lestari berlokasi di Desa
pembengkakan pada bibir vulva dan vagina Sukaresmi, Kecamatan Karangtengan,
berwarna kemerah-merahan dan saat diraba terasa Cianjur, mulai tanggal 14 Juli 2016 sampai
hangat, kadang-kadang keluar lendir bening dengan 14 Februari 2016.
dari vulva dan menggantung hingga jatuh di
lantai kandang, menggosokkan pantat ke
dinding kandang, terjadi penurunan nafsu BAB III
makan, kalau didekati dan dinaiki pejantan HASIL DAN PEMBAHASAN
diam. Hal tersebut diatas sesuai dengan
pendapat (McDonald; 1975; Toelihere, 1981; 3.1. Onset Berahi
dan Tomaszewskas et al., 1991).
Rata-rata onset berahi domba lokal
b. Lama berahi yang diberi PGF2 secara IM dan IVS
Lama berahi pada domba ditentukan dengan durasi yang berbeda secara rinci
dengan pengamatan domba yang mengalami tertera pada Tabel 1
berahi sejak awal timbulnya berahi sampai
dengan gejala berahi hilang dalam satuan
.
Ulangan
Rata
Perlakuan Total -rata Stdev
1 2 3 4 5
P1 (IM) 23,55 23,29 23,03 23,12 21,58 114,57 22,91 0,771576
P2 (IVS 2 hari) 24,00 21,15 22,43 23,08 25,12 115,78 23,16 1,510507
P3 (IVS 4 hari) 26,32 26,36 26,37 26,32 26,18 131,55 26,31 0,076158
P4 (IVS 6 hari) 43,27 43,50 45,49 45,38 45,22 222,86 44,57 1,090857
Onset berahi
(jam) 44,57
45
40
35 26,31
30 22,91 23,16 P1
25 P2
20 P3
15 P4
10
5
0
Perlakuan
Hasil penelitian ini relatif lebih cepat al., 1997), dan 2-6 hari pada domba yang
jika dibandingkan dengan domba Priangan diberi Medroxy Progesterone Acetate (Sutama
yang diberi CIDR (Control Internal Drug dan Dharsana, 1994). Sebagian besar onset
Realising), onset berahi berkisar antara 24 - 58 berahi pada ternak antara 29 dan 48 jam
jam dengan rataan 37.07 jam (Hastono et al., (Trounson et al., 1976) atau pada rata-rata 44
2000) atau 36.33 jam pada domba St. Croix jam (Acritopoulou et al., 1977). Perbedaan
yang diberi flugeston asetat IVS (Hastono et onset berahi ini dapat diakibatkan oleh
perbedaan preparat hormon dan dosis 5-7,5 secara IM tidak berbeda nyata (P>0.05)
mg/ml yang diberikan, di samping faktor dengan secara IVS yang diberikan selama 2
pengamatan, kondisi ternak, dan pakan yang hari dalam vagina, namun keduanya berbeda
diberikan (Toelihere, 2003). sangat nyata (P<0.01) dengan secara IV S
yang diberikan selama 4 dan 6 hari (Tabel
Hasil sidik ragam menunjukan
2.). Hal tersebut menunjukan bahwa
bahwa perbedaan teknik pemberian PGF2
pemberian PGF2 secara IVS selama dua
berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap
hari cukup efektif dalam memacu
onset berahi pada domba. Uji lanjut dengan
munculnya awal tanda-tanda berahi.
Beda Nyata Terkecil (BNT) (Lampiran 1.)
menunjukkan bahwa pemberian PGF2
22,91 a
P1 (IM)
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata
berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil pada Taraf Nyata 1%.
Perbedaan onset berahi diduga akibat adanya regresi CL, maka tidak ada lagi
adanya perbedaan kondisi fungsional CL, sesuai suplai progesteron. Tidak adanya
dengan pendapat Partodihardjo (1992), progesteron, maka FSH dan LH disekresikan
bahwa PGF2 sangat efektif untuk oleh kelenjar hipofise dan folikel sebagai
meregresikan CL yang sedang berfungsi, sumber estrogen akan berkembang sehingga
tetapi kurang efektif terhadap CL yang terjadi berahi. Regresi korpora lutea dapat
sedang tumbuh. Hal yang sama dinyatakan ditimbulkan dengan injeksi tunggal PGF2
Hansel dan Schechter (1972) ; serta Rowson IM (Douglas dan Ginther, 1973; Hawk,
et al. (1972), bahwa sebelum stadium ini, 1973) atau dengan injeksi analog PGF2
CL yang sedang berkembang pada domba yang cocok (Heamshaw et al., 1974) ketika
tampaknya tidak peka terhadap pengaruh korpora lutea paling sedikit berumur tiga hari
luteolisis PGF2. Selanjutnya dinyatakan, (yaitu pada hari keempat siklus berahi).
bahwa penggunaan PGF2 pada ternak berahi
sampai hari kelima setelah berahi, CL masih 3.2. Lama Berahi
dalam keadaan tumbuh. Fase luteal dengan Rata-rata lama berahi domba
kondisi CL fungsional, pemberian PGF2 lokalyang diberi PGF2 secara IM dan IVS
sangat efektif dalam meregresi CL sebagai dengan durasi yang berbeda secara rinci
sumber penghasil progesteron. Akibat tertera pada Tabel 3.
Berdasarkan data Tabel 3. menunjukan domba St. Croix yang diberi flugeston asetat
bahwa lama berahi pada domba lokal berkisar IVS 38.58 jam (Hastono et al., 1997); pada
antara 25,30 - 148,24 jam dengan rata-rata domba Priangan 42.87 jam (Tambayong,
78,98 jam, sejak awal munculnya tanda-tanda 1993); pada siklus pertama domba dewasa
berahi sampai berahi berakhir. Rata-rata lama 31.5 jam (Sutama, 1987); dan pada domba
berahi paling pendek terjadi pada kelompok jawa local 33.1 jam (Bradford et. al., 1986).
domba yang diberi hormon PGF2 secara Adanya variasi lama berahi tersebut
IM, yaitu 26,36 ± 0,75 jam. Sedangkan kemungkinan disebabkan oleh beberapa
pemberian PGF2 secara IVS selama 6 hari faktor, di antaranya variasi dalam
menunjukkan lama berahi yang paling pengamatan berahi, umur ternak, kesehatan
lama, yaitu 146,56 ± 2,19 jam seperti terlihat temak dan berat badan ternak (Toelihere,
pada Tabel 3. dan Gambar 2. 2003)
Umumnya hasil penelitian lama berahi
ini relatif lebih lama jika dibandingkan dengan
.
Lama Berahi
(jam) 146,56
160
140
120 94,65
P1
100
P2
80 48,36 P3
60 26,36
P4
40
20
0
Perlakuan
Hasil sidik ragam menunjukan secara IVS berbeda sangat nyata (P<0.01)
bahwa perbedaan teknik pemberian PGF2 (Tabel 4.). Hal tersebut menunjukan bahwa
berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap lama berahi meningkat sejalan dengan lama
lama berahi pada domba. Uji lanjut dengan pemberian PGF2 secara IVS. Mungkin
Beda Nyata Terkecil menunjukan bahwa dalam pengamatan berahi berdasarkan pada
pemberian PGF2 secara IM berbeda sangat lendir vagina, ini kurang tepat karena
nyata (P<0.01) dengan teknik pemberian dengan pencabutan spons 4 dan 6 hari
secara IVS baik yang diberikan selama 2, 4, domba masih mengeluarkan lendir jadi
maupun 6 hari. Lama berahi antar perlakuan seolah-olah domba masih dalam keadaan
berahi yang sebetulnya hal tersebut hanya lendir Adanya spons yang mengandung PGF2 di
vagina akibat adanya spons di dalamnya. dalam vagina meningkatkan sekresi cairan
(lendir) dan terjadi oedema sehingga tanda--
Perbedaan lama berahi ini diduga erat tanda berahi seolah tampak terus, yang pada
kaitannya dengan sifat farmakologis dan akhirnya akan memperpanjang waktu
biokimia PGF2 yang dapat mengiritasi otot pengamatan lama berahi. Dengan demikian
polos vagina, sesuai dengan pendapat Harper indikasi lama berahi yang diberi PGF2 4
et al. (1979), bahwa PGF2 sangat efektif dan 6 hari tidak dijadikan indikator yang
dalam mengaktivasi otot polos, di samping baik untuk lama berahi.
mempunyai efek inflamatori, vasodilatasi
pembuluh darah, dan mengelusidasi cairan
(McDonald, 1980; Felig et al., 1987).
Tabe1 5. Jumlah ternak bunting dan tidak bunting dari masing-masing perlakuan
Perlakuan Ternak bunting Ternak tidak bunting
(ekor) (%) (ekor) (%)
P1 (IM) 5 100 0 0
P2 (IVS 2 hari) 5 100 0 0
P3 (IVS 4 hari) 1 20 4 80
P4 (IVS 6 hari) 1 20 4 80
Jumlah 12 60 8 40
DAFTAR PUSTAKA
Acritopoulou, S., W. Haresign, J.P Foster and G.E. Lamming, 1977. Plasma Progesterone and L.H.
Concentrations in ewes after injection of an analogue of prostaglandin F2a J. Reprod.
Fert. 49, 337-340.
Bradford, G.E., J.F. Quirke, P. Sitorus, L Inouner, B. Tiesnamurti, F.L. Bell, I.C. Fletcher and
D.T. Torell. 1986. Reproduction in Javanese Sheep Evidence for a Gene with Large
Effect on Ovulation Rate and Litter size. J. Anim. Sci. 63 : 418-431
Ditjenak, 1983. Buku Harian PPS PPL sub Sektor Peternakan. Direktorat Bina
Produksi Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Deptan.
Douglas, R.H and O.J. Ginther, 1973. Luteolysis Following a single injection of Prostaglandin
F2a in sheep. J. Anim. Sci. 37, 990-993.
Evans,G and W.M.C. Maxwell, 1987. Salomon's Artificial insemination of Sheep and Goats.
Butter worths. England.
Felig, P., J.D. Baxter, A.E. Broadus and L.A. Frehman., 1987. Endocrinology and Metabolism. 2 °d
McGraw-HillBook Company. New York Hal: 1768 - 1779.
Hansel,W and R.J Schechter 1972. Biotechnical Procedures For Control of the Estrous cycles of
Domestic Animals. Proc. 7`h Int. Congr. Anim. Reprod. And Artif. Insem., Munich, 1, 78-
96.
Hastono, I. Inounu, dan N. Hidayati, 1997. Penyerentakan Berahi pada Domba St. Croix,
Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid II. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan Bogor. Ha1457-461.
Hafez, E.S.E. 1987. Folliculogenesis, Egg Maturation and Ovulation Rate. In Reproduction in
Farm Animals. Lea & Febiger, Philadelphia.
Harper, H.A., V.W. Rodwell, and P.A. Mayes, 1979. Review of Physiological Chemistry. 17"'
Lange Medical Publications. Los Altos, California. Hal: 113
Hawk, H. W. 1973. Uterine Motility and sperm Transport In the Estrous Ewe After Prostaglandin
Induced Regression of Corpora Lutea.J. Anim. Sci 37, 1380-1385.
Hearnshaw, H., B.J., Restall, C.D. Nancarrow, and P.E. Mattner. 1974. Synchronisation of
Oestrous in Cattle, Sheep and Goats using Prostaglandin Analogue. Proc. Aust. Soc.
Anim. Prod. 10, 242-245.
Hunter, R.H.F. 1980. Physiology and Technology of Reproduction in Female Domestic
Animals. Academic Press San Fransisco.
McDonald, L.E. 1975. Veterinery Endocrinology and Reproduction. 2nd. Ed. Lea and Febiger.
Philladelphia
McDonald, L.E., 1980. Veterinary Endocrinology and Reproduction. Lea and Febiger Philadelphia.
Hal: 304-329
Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara, Jakarta.
Rowson, L.E.A., R Tervit, and A.Brand, 1972. The Use of Prostaglandins for Synchronisation of
Oestrus in Cattle. J Reprod. Fert. 29, 145 (Abstrac).
Sianturi, R.S.G., Umi Adiati, Hastono, IGM Budiarsana, dan I.K. Sutama., 1997. Sinkronisasi
Berahi Secara Hormonal pads Kambing Etawah Prosiding Seminar Nasional
Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak. Bogor. Hal 379 - 384.
Sutama, I.K. 1987, Pubertal Development and Early Reproductive Performance of Javanese Thin-
Tail (JTT) Sheep. Disertation. Univ. of New England. Australia.
Sutama, I.K dan R. Dharsana. 1994. Sinkronisasi birahi dan super ovulasi pada domba. Proc.
Seminar wins dan Teknologi Peternakan. Ha1463-467.
Sumaryadi, M.Y. dan W. Manalu, 1996. Hubungan antara jumlah folikel yang mengalami
ovulasi terhadap keberhasilan kebuntingan domba pada berahi pertama setelah
penyuntikan PGF2. Media Veteriner Vol. III (1): 2 5 - 3 3
Sumaryadi, M.Y. 2003. Perkembangan Bioteknologi Reproduksi Pada Ternak. Program Studi
Sumber Daya Ternak. Program Pasca Sarjana. UNSOED
Tambayong. 1993. Pengaruh Penggunaan Gonadotrophin (PMSG+HCG) terhadap Penampilan
Reproduksi Domba Periangan Betina pada Tingkat Prolifikasi dan Kondisi Tubuh yang
Berbeda. Tesis Untuk Gelar Magister Pertanian. Program Pendidikan Magister. Program
Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung.
Toelihere, M. R., 1981. Fisiologi Reproduksi pads Ternak. Angkatan Bandung
Tomaszewska, M.W., I K.Sutama, I.G. Putu, dan T.D. Chaniago. 1991. Reproduksi tingkah Laku
dan Produksi ternak di Indonesia. Gramedia Pustaka utama. Jakarta
Toelihere, M.R., 2003. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit PT. Angkasa. Bandung.
Oleh: Herdiana
Biro Umum – Sekretariat Jenderal Kemendikbud
Disusun sebagai Laporan Proyek Perubahan pada Diklat Kepemimpinan Tingkat IV/3
Pembimbing (Coach) Adnan M. Baralemba, S.Pd., M.Si.
ABSTRAK
Dengan berlandas pada poin keempat Nawacita terkait reformasi sistem yang bebas korupsi dan
terpercaya, studi ini berfokus pada peningkatan akuntabilitas dan transparansi pengadaan barang dan
jasa (PBJ) di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui proyek pengembangan
sistem layanan, fasilitasi, dan pembinaan. Menggunakan pendekatan Teknik analisis manajemen
dengan model analisis SWOT, hasil analisis menunjukan bahwa permasalahan pengadaan barang
dan jasa perlu diatasi pada berbagai level: isu kelembagaan, integritas sumber daya manusia, serta
kurang efektifnya tata kelola Unit Layanan Pengadaan (ULP) itu sendiri. Proyek perubahan pada
studi ini menggali solusi dari pemetaan masalah di atas, di antaranya melalui perubahan struktur
organisasi pengadaan di mana ULP menjadi mandiri dan terpusat atau yang disebut dengan Center
of Excellence (Brocke & Rosemann, 2010) serta peningkatan transparansi dan akuntabilitas
pengadaan melalui implementasi Sistem Informasi Manajemen Pengadaan Langsung (SIMPeL).
Sub Bagian PBJ - Bagian Barang Milik Negara. Dari Indikator-indikator yang
Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri mendukung dengan kondisi saat ini seperti yang
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) terdapat pada tabel 1 di atas, diperlukan
nomor 11 tahun 2015 tentang Organisasi dan langkah-langkah perubahan yang nyata pada
Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan setiap indikator untuk dapat mencapai tujuan
Kebudayaan, dan Permendikbud nomor 46 yang diharapkan. Birokrasi Pemerintahan
tahun 2015 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Kemendikbud yang lebih transparan dan
Lingkungan Sekretariat Jenderal. akuntabel dapat terwujud ketika tercapainya
perubahan pada indikator Pengembangan
Permasalahan Sistem Layanan, Fasilitasi, dan Pembinaan:
Kelembagaan, Sumber Daya Manusia, dan Tata
Berdasarkan hasil kajian KPK faktor
Kelola PBJ Kemendikbud menuju ULP
utama penyebab korupsi diantaranya karena
Tunggal dan Mandiri.
pegawai yang ditempatkan di ULP masih belum
independen dari sisi tugas, mereka masih Tujuan
mengerjakan pekerjaan pada unit kerja asalnya.
KPK juga melihat jenjang karir dan ‘rumah’ Proyek Perubahan dalam studi ini
fungsional pengadaan belum ada sehingga memiliki beberapa tujuan yang terbagi menjadi
pegawai fungsional pengadaan tersebut masih tiga jangka Panjang, menengah, dan pendek
melekat di unit kerja asal, dari sisi penggajian, yang meliputi:
penilain kerja, dan unsur-unsur terkait
kepegawaian lainnya. 1. Jangka Pendek
a. Terbentuknya tim proyek perubahan
Hal ini berpotensi menimbulkan pengembangan sistem layanan, fasilitasi,
masalah profesionalitas karena tidak ada dan pembinaan: kelembagaan, sumber
kepastian karir, sifatnya temporer (tiap tahun daya manusia, dan tata kelola PBJ
berganti), tidak independen karena Pokja ULP Kemendikbud menuju ULP tunggal dan
masih menjadi bawahan dari PPK, dan rentan mandiri;
diintervensi. Di samping itu, timbulnya rangkap b. Tersusun Rumusan Materi dan usulan
pekerjaan membuat pelaksana pengadaan kelembagaan, SDM dan tata kelola PBJ
rentan melakukan fraud atau kecurangan. KPK Kemendikbud menuju ULP Tunggal dan
merekomendasikan mendorong independensi mandiri;
pelaksana pengadaan (melepaskan diri dari unit c. Terwujudnya kesepahaman stakeholder
kerja asal), perlu ada konsep peningkatan (pimpinan & pelaksana) PBJ di
jenjang karir bagi pelaksana pengadaan. Kemendikbud akan pentingnya ULP
Tunggal dan Mandiri Kemendikbud;
Berdasarkan Permendikbud nomor 1 d. Terbentuknya Kesiapan stakeholder di
tahun 2014 tentang ULP di lingkungan Biro Umum apabila menjadi tempat ULP
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ULP Tunggal dan Mandiri Kemendikbud;
masih terdapat di setiap satker unit utama dan e. Tersosialisasikannya rumusan materi
pada implementasinya beberapa unit utama dan usulan kelembagaan, SDM dan tata
membentuk ULP di satker tingka eselon II. kelola PBJ Kemendikbud menuju ULP
Kondisi pengembangan kelembagaan, sumber Tunggal dan mandiri kepada satker di
daya manusia dan tata kelola ULP di Kemendikbud.
Kemendikbud tersebut kurang sesuai dengan
Semangat Inpres tersebut di atas dan
Rekomendasi Kajian LKPP. 2. Jangka Menengah
Untuk mewujudkan cita-cita dalam a. Diperoleh hasil studi banding ke
Perpres dimaksud, penulis sebagai Kepala beberapa Kementerian/ Lembaga/
Subbagian PBJ mempunyai tugas dan fungsi Daerah/ Instansi yang dapat menjadi
utama terkait pelayanan, fasilitasi, dan referensi pengembangan PBJ di
pembinaan kelembagaan dan sumber daya Kemendikbud untuk mendukung;
manusia PBJ di seluruh satker Kemendikbud, b. Terbentuk kerjasama dengan
berkeinginan melakukan proyek perubahan Kementerian/ Lembaga/ Daerah/
tentang Pengembangan Kelembagaan, Sumber Instansi terkait dalam pengembangan
Daya Manusia dan Tata Kelola ULP. PBJ di Kemendikbud;
Tabel 1. Kondisi Masalah Utama Tentang Tata Kelola ULP Kemendikbud, Sebelum dilkksanakan Proyek
Perubahan, 2017
Menyikapi paparan di atas, salah satu dirancang. Identifikasi ini diperlukan untuk
langkah awal dari pelaksanaan proyek menyusun strategi dalam mencapai tujuan
perubahan ini, penulis (Project Leader) juga perubahan: restrukturasi kelembagaan ULP di
melakukan identifikasi dan analisis stakeholder, lingkungan Kemendikbud, hasilnya seperti
yaitu suatu proses memetakan posisi digambarkan pada gambar 2 di bawah ini.
stakeholder terhadap rangkaian kegiatan yang
PROMOTERS
LATENS
PENGARUH KEPENTINGAN
(INFLUENCE) DEFENDERS
(INTEREST)
APATHETICS
ULP Dikdasmen, ULP
Kasubbag PP, Kasubbag Balitbang, ULP Itjen, ULP
PBMN GTK, ULP Bahasa, ULP
Kebudayaan, ULP Paud
Dikmas, 223 Satker
Kemdikbud, Penyedia
Gambar 2
Hasil Identifikasi Peta Pemangku Kepentingan dalam Mengembangkan, Sistem Layanan, Fasilitasi, dan
Pembinaan: Kelembagaan, Sumber daya Manusia, dan Tata Kelola PBJ Kemendikbud Menuju ULP
Tunggal dan Mandiri Biro Umum – Sekretariat Jenderal Kemendikbud, 2017
Tabel 2.
Strategi Komunikasi Yang Dibangun dalam Mengembangkan, Sistem Layanan, Fasilitasi, dan
Pembinaan: Kelembagaan, Sumber daya Manusia, dan Tata Kelola PBJ Kemendikbud Menuju
ULP Tunggal dan Mandiri Biro Umum – Sekretariat Jenderal Kemendikbud
2. Tahapan Pemecahan (Milestone) dan pendek namun proyek perubahan akan terus
Realisasi Proyek Perubahan dilanjutkan ke jangka menengah dan jangka
panjang. Pada implementasinya, ternyata
Pada dasarnya tahapan yang beberapa milestone pada jangka menengah
dilaksanakan pada laporan proyek perubahan sudah dilakukan pada masa jangka pendek ini.
pada tahap ini adalah terfokus pada jangka Artinya, tahapan dan proyek berjalan lebih
cepat dari yang seharusnya. Secara lebih rinci perubahan ini seperti disajikan pada table 3 di
rencana milestone dan kegiatan proyek bawah ini.
Tabel 3.
Tahapan Pemecahan Masalah Utama Melalui Pengembangan, Sistem Layanan, Fasilitasi, dan
Pembinaan: Kelembagaan, Sumber daya Manusia, dan Tata Kelola PBJ Kemendikbud Menuju ULP
Tunggal dan Mandiri Biro Umum – Sekretariat Jenderal Kemendikbud, 2017
a. Membuat draft surat tugas tim Minggu Draft Surat Tugas Tim
Ke - 2,3 Persetujuan, Foto
b. Koordinasi dengan pimpiman
September 2017
c. Pembentukan tim Surat Tugas Tim
Rekomendasi Kajian LKPP. Menyikapi hal DIPA. Implementasi tersebut akan dilakukan
tersebut, pemetaan stakeholder juga telah secara bertahap dengan dimulai pada tahun
dilakukan untuk menyusun strategi persuasi dan 2018 di 43 satuan kerja Kemendikbud yang
komunikasi dalam restrukturisasi Lembaga. berada di kantor pusat Kemendikbud. Seluruh
Sementara itu, Proyek Perubahan berupa satuan kerja daerah yang berjumlah 152 satuan
persiapan implementasi aplikasi SIMPeL di kerja akan mengikuti implementasi aplikasi
lingkungan Kemendikbud telah sampai pada tersebut pada tahun 2019 dan tahap
tahap final. SIMPeL akan diimplementasikan di implementasi terakhir dilaksanakan pada 19
214 satuan kerja yang ada di lingkungan satuan kerja luar negeri pada tahun 2020.
Kemendikbud dengan total DIPA sebanyak 365
DAFTAR PUSTAKA
Adebiyi, A. A., Ayo, C. K., & Adebiyi, M. O. (2010). Development of electronic government
procurement (e-GP) system for Nigeria public sector. International Journal of Electrical &
Computer Sciences IJECS-IJENS, 10(6), 69-76.
Avery, S. (2000). E-procurement: A wealth of information for buyers. Purchasing, September, 21,
111.
Vom Brocke, J., & Rosemann, M. (2010). Handbook on business process management. Heidelberg:
Springer.
Coulthard, D., & Castleman, T. (2001). Electronic procurement in government: More complicated
than just good business. ECIS 2001 Proceedings, 34.
Church, A. C. (1998). Electronic Commerce and the Procurement Process. Office of Electronic
Commerce, USA, URL: http://ec. fed. gov/IIBT98/sld001. htm.
Hollensen, S. (2015). Marketing management: A relationship approach. Pearson Education.
Indonesia Corruption Watch. (2013). Darurat Pengadaan Barang dan Jasa. Jakarta: ICW.
Jackson, S. E., Joshi, A., & Erhardt, N. L. (2003). Recent research on team and organizational
diversity: SWOT analysis and implications. Journal of management, 29(6), 801-830.
Kaufmann, D., Kraay, A., & Mastruzzi, M. (2007). Measuring corruption: myths and realities.
Komisi Pemberantasan Korupsi. (2013). Kajian Pencegahan Korupsi pada Pengadaan Barang dan
Jasa Pemerintah. Jakarta: KPK.
Lembaga Administrasi Negara. (2008). Teknik-Teknik Analisi Manajemen. Jakarta: LAN.
Padhi, S. S., & Mohapatra, P. K. (2009). Adoption of e-procurement in the government
departments. Electronic Government, an International Journal, 7(1), 41-59.
ABSTRACT
Lake Toba is the largest volcanic lake in the world and currently destroyed by human
activities such as fish cage aquaculture. Aquafarm Nusantara is the largest company having
cage fish culture in Lake Toba which does not have any unit treatments of its waste even
though it uses 200 tones of feed per day. Therefore it generates question whether Aquafarm
Nusantara in Lake Toba has sustainable cage fish culture or not. Due to water resident time of
Lake Toba around 77 years, study revealed that activities of Aquafarm Nusantara for cage
fish culture has high potency in deterioration of Lake Toba environment because cage fish
culture produced 6.9 and 2.4 tones of nitrogen and phosphor every day respectively.
Aquafarm Nusantara, hence, does not have sustainable cage fish culture in Lake Toba waters.
--------------
KeyWords : sustainable cage fish culture, deterioration, nitrogen, phosphor, Lake Toba.
analisis di laboratorium tentang kadar nitrogen, nitrogen, fosfor dan air tubuh ikan maka sekitar
fosfor dan air dari ikan yang dipanen serta pakan 10 ekor contoh ikan hasil budidaya diambil dari
yang dipergunakan selama pemeliharaan. Data KJA P.T. Aquafarm Nusantara.
sekunder berupa data-data proses produksi KJA
diperoleh dari P.T. Aquafarm antara lain jumlah 2.3. Analisis Data
dan konversi pakan yang digunakan setiap hari. Hasil kajian beban pencemaran nitrogen
Penelitian ini merupakan kerjasama dengan dan fosfor berasal dari KJA PT.Aquafarm
Pemerintah Kabupaten Samosir. Nusantara dianalisis dan interpretasi dengan
menggunakan data skunder terutama karateristik
2.2. Kajian Beban Pencemaran Nitrogen dan fisika ekosistem perairan Danau Toba.
Fosfor
Penentuan produksi limbah nitrogen dan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
posfor menggunakan metode pendekatan 3.1. Hasil
keseimbangan massa dengan mengukur Hasil analisis laboratorium tentang
parameter kunci antara lain: prosentasi nitrogen, posfor dan air pada pakan
1. Prosentasi nitrogen pakan yang digunakan dan daging ikan terpapar pada Tabel 1 dan 2.
2. Prosentasi nitrogen pada tubuh ikan Selanjutnya Tabel 1 dan 2 juga menunjukkan
3. Kadar air tubuh ikan jumlah limbah nitrogen dan posfor yang
4. Konversi pakan ikan yang digunakan dihasilkan KJA setiap hari, yaitu dengan
5. Jumlah pakan yang tidak terkonsumsi ikan menggunakan data analisis laboratorium
6. Jumlah pakan yang diberikan tersebut, konversi pakan ikan yang digunakan
Jumlah nitrogen dan fosfor mencemari perairan sebesar 1.8 (berdasarkan data lapangan) dan
oleh KJA dapat ditentukan berdasarkan data jumlah makanan yang diberikan setiap hari 200
primer tentang pengukuran total nitrogen dan ton per hari (berdasarkan data lapangan) dengan
fosfor pada daging ikan hasil produksi KJA serta assumsi 5 % pakan yang diberikan tidak
kandungan nitrogen dan fosfor pakan yang dikonsumsi ikan.
digunakan. Untuk menghitung kandungan
Tabel 1. Jumlah Limbah Nitrogen yang Dihasilkan Dengan Penggunaaan Pakan 200 ton per Hari
(Asumsi 5 % Pakan tidak Dikonsumsi oleh Ikan)
Tabel 2. Jumlah Limbah Posfor yang Dihasilkan Dengan Penggunaaan Pakan 200 ton per Hari
(Asumsi 5 % Pakan tidak Dikonsumsi oleh Ikan)
No Komponen Pakan 1 Pakan 2 Ikan
1 Posfor (berat kering) 0,0148 0,0135 0,0139
2 Kadar air 0,1083 0,1061 0,7523
Prosentasi posfor pakan yang
3 0,0132 0,0121
digunakan
4 Prosentasi posfor (1 kg ikan berat basa) 0,0034
Prosentasi posfor pakan yang dipakai
5 0,0238 0,0217
untuk 1 kg ikan
Prosentasi posfor pakan tersimpan
6 0,1449 0,1585
dalam tubuh ikan
Prosentasi posfor pakan terbuang
7 0,8551 0,8415
dalam perairan
Jumlah limbah posfor pemakaian 1 kg
8 0,0113 0,0102
pakan
Jumlah limbah posfor pemakaian 200
9 2.256,8731 2.030,9711
ton pakan per hari
Jumlah limbah posfor pemakaian 200
10
ton kg pakan (Pakan yang tidak 131,9716 120,6765
dikonsumsi (5 %)
Total limbah posfor pemakaian 200 ton
11 2.388,8447 2.151,6476
pakan per hari
potensi yang besar untuk menurunkan kualitas untuk jenis pakan 2. Limbah padatan ini juga
perairan Danau Toba mengingat Danau Toba merupakan potensi bagi perairan Danau Toba
mempunyai resident time air 77 tahun untuk meningkatkan padatan tersuspensi,
(Lehmusluoto dan Machbub, 1995) sehingga terkoloid dan terlarut serta pendangkalan danau
6.89 ton limbah nitrogen dan 2.39 ton limbah mengingat pengeluaran utama Danau Toba
fosfor masuk ke perairan Danau Toba dari hanya Sungai Asahan. Partikel padatan yang
PT.Aquafarm Nusantara akan keluar dari danau selalu mengendap di dasar danau tidak mungkin
setelah 77 tahun dan hal ini diperparah oleh 6dikeluarkan dari Sungai Asahan karena air yang
belum adanya Unit Pengelolaan Limbah di KJA keluar dari danau bukan dari bawah tetapi dari
Aquafarm Nusantara. Dengan demikian jika atas.
usaha pengelolaaan lingkungan tidak dilakukan Limbah organik KJA yang berupa bahan
maka peningkatan konsentrasi nitrogen dan organik; yang biasanya tersusun oleh karbon,
posfor oleh KJA Aquafarm Nusantara akan hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, sulfur dan
terjadi setiap hari dan akhirnya kualitas mineral lainnya (Polprasert, 1989). Limbah
ekosistem perairan Danau Toba menurun setiap organik yang masuk ke dalam perairan dalam
hari. bentuk padatan yang terendap, koloid,
Belum adanya informasi ilmiah tentang tersuspensi dan terlarut. Dengan demikian KJA
pola arus perairan Danau Toba dapat P.T. Aquafarm Nusantara dengan menggunakan
menerangkan bahwa ada kemungkinan limbah limbah 200 ton per hari telah mempunyai potensi
limbah KJA P.T. Aquafarm Nusantara terbawa yang besar untuk menurunkan kualitas air seperti
arus ke daerah lain yang mengakibatkan di jelaskan lebih mendetail di bawah ini
parameter kualitas air di sekitar KJA Aqufarm Pada umumnya, yang dalam bentuk
masih level toleransi walaupun konsentrasi padatan akan langsung mengendap menuju dasar
limbah nitrogen dan fosfor yang dihasilkan KJA perairan. Sumbangan partikel padatan sekitar
Aquafarm sudah tinggi setiap hari. 169 ton per hari oleh KJA PT.Aquafarm dapat
Hasil kajian ilmiah sebelumnya di bidang mempercepat pendangkalan perairan Danau
budidaya ikan (Beveridge and Philips, 1993) Toba sebab pengeluaran utama danau adalah
menemukan bahwa sebesar 74. 59 % produk Sungai Asahan yang airnya dikeluarkan dari atas
nitrogen hasil metabolisme ikan tilapia dibuang danau dimana semua padatan selalu tertinggal di
melalui urine dan hanya 25.41 % produk dasar danau.
nitrogen ikan tilapia diekskresikan dalam bentuk Sisa pakan dan feses ikan KJA P.T.
feses. Dengan demikian total jumlah nitrogen Aquafarm Nusantara yang mengandung bahan
yang dibuang dalam bentuk urine ikan tilapia organik dapat berupa padatan tersuspensi,
pada KJA P.T. Akuafarm sebanyak 5,14 ton terkoloid dan terlarut yang sangat berpengaruh
untuk pakan jenis 1 dan 5,16 ton untuk pakan kecerahan dan kekeruhan selanjutnya berkaitan
jenis 2, dengan asusmsi sebesar 5 % pakan erat dengan proses fotosintesis dan respirasi
tidak terkonsumsi oleh ikan. Sedangkan total organisme perairan. Tingginya padatan
jumlah nitrogen yang diekresikan melalui feses tersuspensi, terlarut dan terkoloid dapat merusak
ikan tilapia pada KJA PT. Akuafarm sebanyak sistem pernapasan ikan dan larva ikan yang
1,75 ton untuk pakan jenis 1 dan 1,76 ton untuk hidup di danau
pakan jenis 2. Sisa pakan dan hasil metabolisme ikan
Berdasarkan pendekatan biomas pakan KJA P.T. Aqufarm Nusantara sebagai limbah di
yang digunakan dengan menggunakan hasil badan air Danau Toba jika tidak dimanfaatkan
analisis kadar air pakan dan ikan yang dipakai oleh fauna perairan lain, seperti ikan, kepiting,
serta konversi pakan 1,8 maka jumah limbah bentos dan lainnya; maka akan segera
padatan yang dihasilkan oleh KJA P.T. dimanfaatkan oleh mikroba; baik mikroba
Aquafarm adalah sebesar 168,72 ton per hari aerobik (mikroba yang hidupnya memerlukan
untuk jenis pakan 1 dan 169,220 ton per hari oksigen); mikroba anaerobik (mikroba yang
hidupnya tidak memerlukan oksigen) dan bau menyengat yang tidak sedap, misalnya H2S
mikroba .fakultatif (mikroba yang dapat hidup berbau busuk dan amin berbau anyir. Selain itu
pada perairan aerobik dan anaerobik). telah disinyalir bahwa NH3 dan H2S hasil
Semakin banyak limbah organik yang dekomposisi anaerob pada tingkat konsentrasi
masuk dan tinggal pada lapisan aerobik akan tertentu adalah beracun dan dapat
makin besar pula kebutuhan oksigen bagi membahayakan organisme lain, termasuk ikan.
mikroba yang mendekomposisi, bahkan jika batak
keperluan oksigen bagi mikroba yang ada Selain menyebabkan penurunan
melebihi konsentrasi oksigen terlarut maka konsentrasi oksigen terlarut dan menghasilkan
oksigen terlarut bisa menjadi nol dan mikroba senyawa beracun yang selalu merugikan dan
aerobpun akan musnah digantikan oleh mikroba dapat menyebabkan kematian fauna;
anaerob dan fakultatif yang untuk aktifitas dekomposisi juga dapat menghasilkan kondisi
hidupnya tidak memerlukan oksigen. Walaupun perairan yang cocok bagi kehidupan mikroba
hasil pengukuran oksigen terlarut di lokasi fatogen yang terdiri dari mikroba, virus dan
penelitian tetapi KJA P.T. Aquafarm Nusantara protozoa (Polprasert, 1989), yang setelah
sudah berpotensi untuk menurunkan kadar berkembang-biak, setiap saat dapat menyerang
oksigen di perairan mengingat jumlah limbah dan menjadi penyakit yang mematikan ikan
yang dihasilkan besar dan belum adanya batak, udang dan fauna lainnya
informasi mengenai pola arus. Hal ini didukung Selain menurunkan konsentrasi oksigen
oleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa terlarut, menghasilkan senyawa beracun dan
KJA telah menimbulkan penurunan oksigen menjadi tempat hidup mikroba patogen yang
terlarut di perairan Danau Maninjau, yaitu dari menyengsarakan fauna air; dekomposisi juga
hasil pengukuran oksigen terlarut , BOD5 dan menghasilkan senyawa nutrien (nitrogen dan
COD fosfor) yang menyuburkan perairan. Nutrien
Pengaruh pertama proses dekomposisi merupakan unsur kimia yang diperlukan alga
limbah organik di badan air aerobik adalah (fitoplankton) untuk hidup dan pertumbuhannya.
terjadinya penurunan oksigen terlarut dalam Sampai pada tingkat konsentrasi tertentu,
badan air. Fenomena ini akan mengganggu peningkatan konsentrasi nutrien dalam badan air
pernafasan fauna air seperti ikan batak dan akan meningkatkan produktivitas perairan
udang-udangan; dengan tingkat gangguan (Garno, 2002); karena nutrien yang larut dalam
tergantung pada tingkat penurunan konsentrasi badan air langsung dimanfaatkan oleh
oksigen terlarut dan jenis serta fase fauna. fitoplankton untuk pertumbuhannya sehingga
Dengan demikian maka dalam kondisi populasi dan kelimpahannya meningkat (Garno,
konsentrasi oksigen terlarut menurun akibat 2002). Peningkatan kelimpahan fitoplankton
dekomposisi; larva ikan batak dan jenis akan diikuti dengan peningkatan kelimpahan
organisme lain akan lebih menderita ataupun zooplankton, yang makanan utamanya adalah
mati. fitoplankton (Garno, 2002).
Selanjutnya sisa pakan dan hasil Sangat disayangkan bahwa jika
metabolisme ikan berupa urine dan feses berupa peningkatan nutrien terus berlanjut maka dampak
limbah organik dari KJA P.T. Aquafarm positif seperti itu hanya bersifat sementara
Nusantara yang masuk ke badan air yang bahkan akan terjadi proses yang berdampak
anaerob akan dimanfaatkan dan diurai negatif bagi kualitas badan air . Peningkatan
(dekomposisi) oleh mikroba anaerobik atau konsentrasi nutrien yang berkelanjutan dalam
fakultatif yang menghasilkan sel-sel mikroba badan air, apalagi dalam jumlah yang cukup
baru juga menghasilkan senyawa-senyawa CO2, besar akan menyebabkan badan air menjadi
NH3, H2S, dan CH4 serta senyawa lainnya seperti sangat subur atau eutrofik (Henderson, 1987).
amin dan komponen fosfor. Asam sulfide (H2S) Proses peningkatan kesuburan air yang
dan amin adalah senyawa yang mengeluarkan berlebihan yang disebabkan oleh masuknya
nutrien dalam badan air, terutama fosfat inilah pemanfaatan oksigen yang ber lebihan untuk de-
yang disebut eutrofikasi. Peningkatan komposisi biomasa (organik) yang mati. Seperti
kesuburan perairan Danau Toba telah terjadi pada analisis dampak langsung tersebut diatas
yang salah satu penyebabnya adalah limbah maka rendahnya konsentrasi oksigen terlarut
PT.Aquafarm Nusantara apalagi jika sampai batas nol akan menyebabkan
Sesungguhnya eutrofikasi adalah sebuah ikan batak dan fauna lainnya tidak bisa hidup
proses alamiah yang terjadi dengan pelahan- dengan baik dan mati. Selain menekan oksigen
lahan dan memakan waktu berabad-abad bahkan terlarut proses dekomposisi tersebut juga
ribuan tahun; di mana badan air yang relatif menghasilkan gas beracun seperti NH3 dan H2S
tergenang seperti danau dan pantai tertutup yang pada konsentrasi tertentu dapat
mengalami perubahan produktifitas secara membahayakan fauna air, termasuk ikan.
bertahap. Namun demikian, sejalan dengan Selain badan air didominasi oleh
besarnya limbah nitrogen dan posfor dari KJA fitoplankton yang tidak ramah lingkungan seperti
P.T. Aquafarm Nusantara fenomena ini telah tersebut diatas, eutrofikasi juga merangsang
dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa pertumbuhan tanaman air lainnya, baik yang
dekade seperti yang umum terjadi pada berbagai hidup di tepian (eceng gondok) maupun dalam
danau dan pantai (Goldman dan Horne,1983); badan air (hydrilla). Oleh karena itulah maka di
bahkan beberapa tahun saja seperti eutrofikasi rawa-rawa dan danau-danau yang telah
yang terjadi pada perairan waduk kaskade mengalami eutrofikasi tepiannya ditumbuhi
Citarum (Garno, 2002) dan beberapa minggu dengan subur oleh tanaman air seperti eceng
seperti eutrofikasi yang terjadi pada perairan gondok (Eichhornia crassipes), Hydrilla dan
tambak (Garno, 2004). Fenomena tersebut rumput air lainnya. Hal ini sudah terjadi di
menunjukkan bahwa eutrofikasi memang telah Perairan Danau Toba.
menjadi masalah perairan umum di seluruh di Akhirnya, yang harus dimengerti dan
dunia.. disadari adalah bahwa karena Indonesia
Interaksi kompleks antara nutrien, merupakan negara tropis yang mendapatkan
fitoplankton dan zooplankton tersebut cahaya matahari sepanjang tahun; maka
menyebabkan massa air yang mengalami blooming (dalam arti biomasa alga tinggi) dapat
eutrofikasi pada akhirnya akan didominasi oleh terjadi sepanjang tahun. Fenomena itulah yang
sejenis fitoplankton tertentu yang pada umumnya menyebabkan badan-badan air (waduk, danau
tidak bisa dimakan oleh fauna air terutama dan pantai) di Indonesia termasuk di Danau Toba
zooplankton dan ikan; termasuk karena beracun. yang telah menjadi hijau warnanya tidak pernah
Sebagai contoh yang nyata dari fenomena ini atau jarang sekali menjadi jernih kembali; tidak
adalah dominasi Mycrocistis sp di waduk-waduk seperti di negeri 4 musim seperti Kanada dan
Saguling, Cirata dan Jatiluhur (Garno, 2002, Jepang yang blooming hanya terjadi di akhir
2004); dan dominasi Pyrodinium bahamense, musim semi dan panas. Dengan demikian
lexandrium spp. dan Gymnodinium spp. di
perairan pantai/pesisir waktu terjadi "red-tide. 3.2.2. Strategi Mitigasi Dampak KJA
Suatu saat kasus ini kemungkinan akan terjadi Mengingat besarnya limbah nitrogen dan
jika KJA di perairan Danau Toba tidak memiliki fosfor yang dihasilkan KJA maka P.T.
usaha pngolahan lingkungan Aquafarm Nusantara harus menyisihkan
Selain merugikan dan mengancam sebagian keuntungannya untuk pengolahaan
keberlanjutan fauna akibat dominasi fito- limbah agar kegiatan budidaya KJA
plankton yang tidak dapat dimakan dan beracun; berkelanjutan (Sustainable Aquaculture).
blooming yang menghasilkan biomasa (organik) Walaupun ada masyarakat pada saat ini
tinggi juga merugikan fauna; karena fenomena merasakan peningkatan pendapatannya dengan
blooming selalu diikuti dengan penurunan adanya KJA P.T. Aquafarm Nusantara tetapi
oksigen terlarut secara drastis akibat sudah seharusnya kegiatan KJA tersebut ramah
5. DAFTAR PUSTAKA
American Public Health Association (APHA), American Water Works Association AWWA. 1995.
Standard Methods for the Examination of Water and Waste Water. 17th Ed. Washington.
Beveridge, M.C.M.1996. Environmental impacts and environmental capacity. Cage Aquaculture.
Second Edition. Fishing News Book. Pages 153 –186.
Cho, C.Y., Heynes, J.D., Wood, K.R., and Yoshida, H.K. 1994. Development of high-nutrient-dense,
low-pollution diets and prediction of aquaculture wastes using biological parameters.
Aquaculture, 124:293 –305.
Coasyta-Pierce, B.A. 1996. Environmental impacts of nutrients discharged from aquaculture;
Towards the evolution of sustainable, ecological aquaculture systems. In: Aquaculture and
Water Resource Management Baird, D.J., Beveridge, M.C.M., Kelly, L.A., and Muir, J.F. (Ed.).
Blackwell, Oxford.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius. Yogyakarta.
Ervik, A., Samuelsen, O.B., Juell, J.E., and Sveier, H. 1994. Reduced environmental impact of
antibacterial agents applied in fish farms using liftup feed collector system or a hydroacoustic
feed detector. Diseases of Aquatic Organisms, 19:101 – 104.
Ferichs, G.N., and Millar, S.D. 1993. Manual for the Isolation and Identification of Fish Bacterial
Pathogens. Pisces Press, Strilling.
Garno, Y.S. 2002. Beban pencemaran limbah perikanan budidaya dan eutrofikasi di perairan waduk
pada DAS Citarum. J. Tek. Ling. P3TL-BBPT 3 : 112-120.
________. 2004. Biomanipulasi, paradigma baru dalam pengendalian limbah organik budidaya
perikanan di waduk dan tambak
Golmand, C.R., dan A.J. Horne. 1989. Limnology. McGraw Hill Company. New York.
Gowen, R.J. 1990. An assessment of the impact of fish farming on the water column and sediment
ecosystems of Irish coastal waters. Report prepared for Departement of the marine, Ireland.
Departement of the Marine, Dublin.
Graindorge, V.A. 2000. The white spot syndrome virus is not new in Ecuator. Global Aquaculture
Alliance.
Hall, P.O.J., Holby, O., Kollenberg, S and Samuelsson, M.O. 1992. Chemical fluxes and mass
balances in a marine fish cage farm.IV. Nitrogen. Marine Ecology Progress Series, 89: 81 – 91.
Hendersend-Seller, B., and H.R. Markland. 1987. Decaying Lakes, The Origin and Control of Cultural
Eutrophication. John wiley & Sons. Britain.
Lehmusluoto, P., and Machbub, B. 1995. National inventory of the major lakes and reservoirs in
Indonesia. General Limnology. Expedition Indodanau Technical Report.
Holby, O., and Hall, P.O.J. 1992. Chemical fluxes and mass balances in a marine fish cage farm. II.
Phosphorous. Marine Ecology Progress Series, 70 : 263 – 272.
Kelly, L.A. (1992). Dissolved reactive phosphorous release from sediments beneath a freshwater cage
aquaculture development in West Scotland. Hydrobiologia, 235/236:569 – 572.
Moullac, G.L. 2000. Environmental factors affect immune response and resistance in crustaceans.
Global Aquaculture Alliance.
Peavy, H.S., D.R. Rowe, and G. Tchobanoglous. 1986. Environmental Engineering. McGrow-Hill
Book Company. Singapore.
Porpraset, C. 1989. Organic Water Recycling. Jhon Wiley & Sons. Chicester.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH 1. Apa arti kebudayaan?
2. Bagaimana makna pendidikan berdasarkan
Manusia dan kebudayaan merupakan satu kebudayaan?
kesatuan yang tidak terpisahkan, sementara itu 3. Bagaimana hubungan antara pendidikan dan
pendukung kebudayaan adalah makhluk manusia kebudayaan?
itu sendiri. Sekalipun makhluk manusia akan 4. Seperti apa fungsi pendidikan bagi
mati, tetapi kebudayaan yang dimilikinya akan kebudayaan?
diwariskan pada keturunannya, demikian
seterusnya. Pewarisan kebudayaan makhluk
manusia, tidak selalu terjadi secara vertikal atau PEMBAHASAN
kepada anak-cucu mereka; melainkan dapat pula A. ARTI KEBUDAYAAN
secara horisontal yaitu manusia yang satu dapat Selo Soemardjan dan Soelaman Soemardi (1964:
belajar kebudayaan dari manusia lainnya. 113) menjelaskan bahwa kebudayaaan adalah
Berbagai pengalaman makhluk manusia dalam semua hasil karya. rasa, dan cipta masyarakat.
rangka kebudayaannya, diteruskan dan Karya masyarakat menghasilkan tekhnologi dan
dikomunikasikan kepada generasi berikutnya oleh kebudayaan kebendaan (material culture) yang
indiividu lain. Berbagai gagasannya dapat diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam
dikomunikasikannya kepada orang lain karena ia sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat
mampu mengembangkan gagasan-gagasannya itu diabdikan untuk keperluan masyarakat.
dalam bentuk lambang-lambang vokal berupa
bahasa, baik lisan maupun tertulis. Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan
Dapat dikatakan, sistem persekolahan adalah segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai social yang
salah satu pilar penting yang menjadi riang perlu untuk mengatur masalah-masalah
penyangga sistem sosial yang lebih besar dalam kemasyarakatan yang luas. Agama, ideology,
suatu tatanan kehidupan masyarakat, untuk kebatinan dan kesenian yang merupakan hasil
mewujudkan cita-cita kolektif. Maka, pendidikan ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai
yang diselenggarakan melalui-meskipun tidak anggota masyarakat termasuk di dalamnya. Cipta
hanya terbatas pada-sistem persekolahan merupakan kemampuan mental, kemampuan
semestinya dimaknai sebagai sebuah strategi berfikir orang-orang yang hidup bermasyarakat
kebudayaan (lihat artikel Media Indonesia, yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu
9/11/2009). Dalam hal ini, pendidikan merupakan pengetahuan. Rasa dan cinta dinamakan pula
medium transformasi nilai-nilai budaya, kebudayaan rohaniah (spiritual atau immaterial
penguatan ikatan-ikatan sosial antarwarga culture). Semua karya, rasa, dan cipta, dikuasai
masyarakat, dan pengembangan ilmu oleh karsa orang-orang yang menentukan
pengetahuan untuk mengukuhkan peradaban kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan
umat manusia. sebagian besar atau seluruh masyarakat,
sedangkan karsa yaitu mengasilkan kaidah
B. RUMUSAN MASALAH kepercayaan, kesusilaan, kesopanan dan hukum
Dalam mengidentifikasi fungsi pendidikan dalam (Soerjono Soekanto, 1993: 189-90).
kebudayaan muncul beberapa pertanyaan terkait,
yaitu:
yang sadar maupun tidak sadar ini ditentukan g. Kepribadian mempunyai keterarahan dalam
antara lain oleh kebudayaan dimana pribadi itu perkembangan untuk mencapai suatu misi
hidup. John Gillin dalam Tilaar (1999) tertentu. Keterarahan perkembangan tersebut
menyatukan pandangan behaviorisme dan tentunya tidak terjadi di dalam ruang kosong
psikoanalis mengenai perkembangan kepribadian tetapi dalam suatu masyarakat manusia yang
manusia sebagai berikut: berbudaya.
a. Kebudayaan memberikan kondisi yang h. Dalam perkembangan kepribadian salah satu
disadari dan yang tidak disadari untuk belajar. faktor penting ialah imajinasi. Imajinasi
b. Kebudayaan mendorong secara sadar ataupun seseorang akan dapat diperolehnya secara
tidak sadar akan reaksi-reaksi perilaku langsung dari lingkungan kebudayaannya.
tertentu. Jadi selain kebudayaan meletakkan Manusia tanpa imajinasi tidak mungkin
kondisi, yang terakhir ini kebudayaan mengembangkan kepribadiannya. Hal ini
merupakan perangsang-perangsang untuk berarti apabila seseorang hidup terasing
terbentuknya perilaku-perilaku tertentu. seorang diri dari nol di dalam perkembangan
c. Kebudayaan mempunyai sistem “reward and kepribadiannya. Bayangkan bagaimana
punishment” terhadap perilaku-perilaku kehidupan kebudayaan manusia apabila
tertentu. Setiap kebudayaan akan mendorong setiap kali harus dimulai dari nol.
suatu bentuk perilaku yang sesuai dengan i. Kepribadian mengadopsi secara harmonis
system nilai dalam kebudayaan tersebut dan tujuan hidup dalam masyarakat agar ia dapat
sebaliknya memberikan hukuman terhadap hidup dan berkembang. Tentunya manusia itu
perilaku-perilaku yang bertentangan atau dapat saja menentang tujuan hidup yang ada
mengusik ketentraman hidup suatu di dalam masyarakatnya, namun demikian itu
masyarakat budaya tertentu. berarti seseorang akan melawan arus di dalam
d. Kebudayaan cenderung mengulang bentuk- perkembangan hidupnya. Yang paling efisien
bentuk kelakuan tertentu melalui proses adalah dia secara harmonis mencari
belajar. keseimbangan antara tujuan hidupnya dengan
e. Apabila analisis Gillin di atas kita cermati, tujuan hidup dalam masyarakatnya.
tampak betapa peranan kebudayaan dalam j. Di dalam pencapaian tujuan oleh pribadi yang
pembentukan kepribadian manusia, maka sedang berkembang itu dapat dibedakan
pengaruh antropologi terhadap konsep antara tujuan dalam waktu yang dekat
pembentukan kepribadian juga akan tampak maupun tujuan dalam waktu yang panjang.
dengan jelas. Terutama bagi para pakar aliran Baik waktu yang dekat maupun tujuan dalam
behaviorisme, melihat adanya suatu jangka waktu yang panjang, sangat
rangsangan kebudayaan terhadap dipengaruhi oleh nilai-nilai hidup di dalam
pengembangan kepribadian manusia. Pada suatu masyarakat.
dasarnya pengaruh kebudayaan terhadap k. Berkaitan dengan keberadaan tujuan di dalam
pembentukan kepribadian tersebut pengembangan kepribadian manusia,
sebagaimana dikutip Tilaar (1999) dapat dapatlah disimpulkan bahwa proses belajar
dilukiskan sebagai berikut. adalah proses yang ditujukan untuk mencapai
f. Kepribadian adalah suatu proses. Seperti yang tujuan. Learning is agoal teaching behavior.
telah kita lihat kebudayaan juga merupakan l. Dalam psikoanalisis juga dikemukakan
suatu proses. Hal ini berarti antara pribadi dan mengenai peranan super-ego dalam
kebudayaan terdapat suatu dinamika. perkembangan kepribadian. Super-ego
Tentunya dinamika tersebut bukanlah suatu tersebut tidak lain adalah dunia masa depan
dinamika yang otomatis tetapi yang muncul yang ideal. Dan seperti yang telah diuraikan,
dari aktor dan manipulator dari interaksi dunia masa depan yang ideal merupakan
tersebut ialah manusia. kemampuan imajinasi yang dikondisikan
serta diarahkan oleh nilai-nilai budaya yang perilaku-perilaku tersebut harus mendapatkan
hidup di dalam suatu masyarakat. pengakuan sosial yang berarti bahwa perilaku-
m. Kepribadian juga ditentukan oleh bawah perilaku yang dimiliki tersebut adalah yang sesuai
sadar manusia. Bersama-sama dengan ego, atau yang seimbang dengan nilai-nilai yang ada di
beserta ide, keduanya merupakan energi yang dalam lingkungannya.
ada di dalam diri pribadi seseorang. Rangkaian transmisi berangkat dari imitasi,
identifikasi, dan sosialisasi, berkaitan dengan
2. 2. Penerusan Kebudayaan bagaimana cara. Pada saatnya proses transmisi
kebudayaan di dalam masyarakat modern akan
Satu proses yang dikenal luas tentang kebudayaan menghadapi tantangan-tantangan yang berat. Di
adalah transmisi kebudayaan. Proses tersebut sinilah letak peranan pendidikan untuk
menunjukkan bahwa kebudayaan itu mengembangkan kepribadian yang kreatif dan
ditransmisikan dari satu generasi kepada generasi dapat memilih nilai-nilai dari berbagai
berikutnya. Bahkan banyak ahli pendidikan yang lingkungan. Dalam hal ini kita berbicara
merumuskan proses pendidikan tidak lebih dari mengenai keberadaan kebudayaan dunia yang
proses transmisi kebudayaan. Mengenai masalah meminta suatu proses pendidikan yang lain yaitu
ini marilah kita cermati lebih jauh oleh karena kepribadian yang kokoh yang tetap berakar
seperti yang telah dijelaskan, kepribadian kepada budaya lokal. Hanya dengan kesadaran
bukanlah semata-mata hasil tempaan dari terhadap nilai-nilai budaya lokal akan dapat
kebudayaan. Manusia atau pribadi adalah aktor memberikan sumbangan bagi terwujudnya nilai-
dan sekaligus manipulator kebudayaannya. nilai global.
Dengan demikian, kebudayaan bukanlah
sesuatu entity yang statis tetapi sesuatu yang 3. Transmisi Kebudayaan
terus-menerus berubah. Untuk membuktikan hal Kebudayaan ditaransmisikan dari satu generasi ke
tersebut marilah kita lihat variabel-variabel generasi yang berikutnya. Manusia atau pribadi
transmisi kebudayaan yang dikemukakan oleh adalah actor dan sekaligus manipulator
Fortes dalam Koentjoroningrat (1991). Di dalam kebudayaannya. Dengan demikian kebudayaan
transmisi tersebut kita lihat tiga unsur utama yaitu, bukanlah sesuatu “entity” yang statis tetapi
(1) unsur-unsur yang ditransmisi, (2) proses sesuatu yang terus-menerus berubah. Variabel-
transmisi, dan (3) cara transmisi. Unsur-unsur variabel transmisi kebudayaan yang dikemukakan
kebudayaan manakah yang ditransmisi? Pertama- oleh Fortes terdapat 3 unsur utama, yaitu:
tama tentunya unsur-unsur tesebut ialah nilai-nilai a. Unsur-unsur yang ditransmisi
budaya, adat-istiadat masyarakat, pandangan b. Proses transmisi
mengenai hidup serta berbagai konsep hidup c. Cara transmisi
lainnya yang ada di dalam masyarakat. Unsur-unsur kebudayaan yang ditransmisi, yaitu:
Selanjutnya berbagai kebiasaan sosial yang a. Nilai-nilai budaya, adat istiadat masyarakat,
digunakan dalam interaksi atau pergaulan para pandangan mengenai hidup serta berbagai
anggota di dalam masyarakat tersebut. konsep hidup lainnya yang ada di dalam
masyarakat.
Transmisi unsur-unsur tidak dapat berjalan b. Kebiasaan sosial yang digunakan dalam
dengan sendirinya. Seperti telah dikemukakan interaksi atau pergaulan para anggota di
manusia adalah aktor dan manipulator dalam dalam masyarakat tersebut. Berbagai sikap
kebudayaannya. Oleh sebab itu, unsur-unsur serta peranan yang diperlukan dalam dunia
tersebut harus diidentifikasi. Proses identifikasi pergaulan.
itu berjalan sepanjang hayat sesuai dengan tingkat c. Proses transmisi meliputi proses-proses
kemampuan manusia itu sendiri. Nilai-nilai yang imitasi, identifikasi, dan sosialisasi. Imitasi
dimiliki oleh seseorang harus mendapatkan adalah meniru tingkah laku dari sekitar.
pengakuan lingkungan sekitarnya. Artinya Manusia adalah actor dan manipulator
pendidikan, pengajaran dan pelatihan yang telah keraton misalnya sasono sunu, sasono putra,
tersistem dengan baik. Namun data tentang sistem sasono putri. Dari kancah inilah lahir alumni
pendidikan saat itu belum ditemukan orang selain bangsawan-negarawan Sultan Agung
prasasti dan buah hasil pemahatan. Pendidikan Hanyakrakusuma, Pangeran Diponegoro,
pelatihan tenaga pematung pasti diikuti disiplin Pangeran Antasari, Sultan Hasanuddin, Sultan
tertentu hingga dapat membuat batu tersusun rapi Ternate, Pangeran Mangkubumi.
geometris. Patung-patung dari ujung atas hingga Berkat pendidikan tradisi beliau-beliau terbuka
bawah di Borobudur seragam bentuk dan mata batinnya, merdeka pikirannya, merdeka
tekniknya, padahal masa pembuatannya memakan jiwanya dan merdeka tenaganya. Demikian pula
waktu 3 generasi dan tetap tidak ada deviasi apa yang dialami Ki Hajar Dewantara sejak
interpretasi seni pemahatan. pendidikan keluarga, sekolah di Puro
Teknologi pembuatan candi kala itu pasti Pakualaman, Pondok Pesantren Kalasan dan
merupakan teknologi garda depan di dunia. interaksi dengan elite pemuda Nusantara.
Bahkan hingga saat inipun orang masih Literatur pendidikan tradisi menghasilkan karya
menobatkan sebagai keajaiban di dunia. Andai agung berupa serat Pararaton, Negara Kertagama,
candi-candi dibangun pada era sekarangpun tidak Sastra gending, Wulang Reh, Wedotomo.
mudah direalisasikan dan dengan biaya sangat
besar. Pantaslah Bung Karno selalu mengagung-
agungkan betapa perkasanya bangsa di Nusantara 1. Pendidikan sebagai Sosialisasi Kebudayaan
kala itu. Telah kita ketahui bersama bahwasanya
Sesuai apa yang terpahat dalam relief candi, maka pendidikan lahir seiring dengan keberadaan
pendidikan selain diberikan secara tertulis ada manusia, bahkan dalam proses pembentukan
juga secara lisan. Pendidikan lisan baik Hindu masyarakat pendidikan ikut andil untuk
maupun Budha bisa berupa dakwah pengajian menyumbangkan proses-proses perwujudan pilar-
pimpinan agama atau melalui dongeng, mythos, pilar penyangga masya rakat. Dalam hal ini, kita
cerita, legenda secara turun temurun. Indonesia bisa mengingat salah satu ungkapan para tokoh
pada tahun 1825 sudah dikenal prajurit putri yang antropologi seperti Goodenough, 1971; Spradley,
terdidik dan terlatih bernama Nyai Ageng Serang 1972; dan Geertz, 1973 mendefinisikan arti
yang gagah berani memimpin pasukan Pangeran kebudayaan di mana kebudayaan merupakan
Diponegoro. Materi pelajaran dalam pendidikan suatu sistem pengetahuan, gagasan dan ide yang
tradisi di Nusantara umumnya secara lisan dan dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat yang
bersifat umum meliputi antara lain perihal berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman
kejiwaan, kefilsafahan, kesusasteraan, kanuragan, bagi masyarakat itu dalam bersikap dan
kaprajuritan, pertanian, titi mongso, pananggalan, berperilaku dalam lingkungan alam dan sosial di
adat-istiadat, tata krama, perbintangan (misal tempat mereka berada (Sairin , 2002).
gubug penceng, panjer sore). Siswa diharuskan Sebagai sistem pengetahuan dan gagasan,
mondok/ngenger dalam padepokan, sedang cara kebudayaan yang dimiliki suatu masyarakat
pemberian pelajaran kebanyakan dengan bahasa merupakan kekuatan yang tidak tampak (invisble
tutur dimana 1 siswa diasuh 1 guru. power), yang mampu menggiring dan
Padepokan, perguruan, pawiyatan, pesantren mengarahkan manusia pendukung kebudayaan itu
secara kontinyu telah melaksanakan pendidikan untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan
dan menghasilkan putra terbaik. Sebut saja pengetahuan dan gagasan yang menjadi milik
misalnya Ken Arok, Trunojoyo, Untung Suropati, masyarakat tersebut, baik di bidang ekonomi,
Sutowijoyo (Panembahan Senopati). Dalam sosial, politik, kesenian dan sebagainya. Sebagai
Kerajaan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, suatu sistem, kebudayaan tidak diperoleh manusia
Sulawesi dan lainnya juga terdapat pendidikan dengan begitu saja secara ascribed, tetapi melalui
yang secara sistematis diselenggarakan khusus proses belajar yang berlangsung tanpa henti, sejak
kerabat sentana kraton. Tingkatan pendidikan di
dari manusia itu dilahirkan sampai dengan ajal dan pemikiran yang menimbulkan penafsiran
menjemputnya. bermacam-macam. Masing-masing pemikir atau
Proses belajar dalam konteks kebudayaan bukan asumsi umum silih berganti mengajak masyarakat
hanya dalam bentuk internalisasi dari system menjadi penganut perspektif tersebut.
“pengetahuan” yang diperoleh manusia melalui Diantaranya adalah tiga asumsi besar yang hadir
pewarisan atau transmisi dalam keluarga, lewat pada masyarakat awam sebelum jaman
sistem pendidikan formal di sekolah atau lembaga pencerahan.
pendidikan formal lainnya, melainkan juga Pertama, ada yang berpendapat bahwa pada
diperoleh melalui proses belajar dari berinteraksi dasarnya makhluk manusia memang diciptakan
dengan lingkungan alam dan sosialnya. beraneka macam atau poligenesis; dan
Melalui pewarisan kebudayaan dan internalisasi menganggap bahwa orang-orang di Eropa yang
pada setiap individu, pendidikan hadir dalam berkulit putih merupakan makhluk manusia yang
bentuk sosialisasi kebudayaan, berinteraksi paling baik dan kuat. Oleh karena itu, kebudayaan
dengan nilai-nilai masyarakat setempat dan yang dimilikinya juga paling sempurna dan paling
memelihara hubungan timbal balik yang tinggi. Cara berpikir yang kedua adalah yang
menentukan proses-proses perubahan tatanan meyakini bahwa sebenarnya makhluk manusia itu
sosio-kultur masyarakat dalam rangka hanya pernah diciptakan sekali saja atau
mengembangkan kemajuan peradabannya. monogenesis; yaitu dari satu makhluk induk dan
Dalam hal ini, pendidikan menjadi instrumen bahwa semua makhluk manusia di dunia ini
kekuatan social masyarakat untuk merupakan keturunan Adam.
mengembangkan suatu sistem pembinaan anggota Sebagian dari mereka yang punya pandangan ini
masyarakat yang relevan dengan tuntutan berpendapat bahwa keanekaragaman makhluk
perubahan zaman. Abad globalisasi telah manusia dan kebudayaannya, dari tinggi sampai
menyajikan nilai-nilai baru, pengertian- rendah; sebagai akibat proses kemunduran yang
pengertian baru serta perubahan-perubahan di disebabkan oleh dosa abadi yang pernah
seluruh ruang lingkup kehidupan manusia yang dilakukan oleh Nabi Adam. Sebaliknya, sebagian
waktu kedatangannya tidak bisa diduga-duga. lain berpendapat bahwa sebenarnya makhluk
Sehingga dunia pendidikan merasa perlu untuk manusia dan kebudayaan tidak mengalami proses
membekali diri dengan perangkat pembelajaran degenerasi. Akan tetapi apabila pada masa kini
yang dapat memproduk manusia zaman sesuai terdapat perbedaan, lebih disebabkan oleh tingkat
dengan atmosfir tuntutan global. kemajuan mereka yang berbeda.
Sebagai salah satu perangkat kebudayaan, Berbagai bidang kajian banyak dilakukan,
pendidikan akan melakukan tugas-tugas termasuk upaya untuk meneliti tentang
kelembagaan sesuai dengan hukum keanekaragaman makhluk manusia dan
perkembangan masyarakat. Dari sini dapat kita kebudayaannya di berbagai tempat di muka bumi.
amati bersama sebuah alur pembahasan hubungan Beraneka macam kajian anatomi komparatif yang
dialektik antara pendidikan dengan realitas dilakukan, lebih ditekan-kan atas dasar
perkembangan sosial faktual yang saat ini tengah keanekaragaman ciri-ciri fisik manusia. Selain itu,
menggejala pada hampir seluruh masyarakat ada sebagai para ahli filsafat sosial di
dunia. masa Aufklarung, mulai mengkaji berbagai
bentuk-bentuk masyarakat dan tingkah laku
2. Pergulatan Manusia dalam makhluk manusia. Berbagai gejala dan tingkah
Keanekaragaman Budaya laku manusia, dicoba untuk dipahami dengan
Semenjak awal dunia telah melakukan mendasarkan pada kaidah-kaidah alam.
penelusuran hakikat asal usul dari manusia. Selama perjalanan waktu yang lama, dengan akal
Seperti mengungkap kotak hitam misteri yang tak yang dimilikinya, makhluk manusia semakin
pernah ditemukan kunci pembukanya, pemecahan memiliki kemampuan menyempurnakan
seluk beluk sejarah manusia telah menyita waktu kebudayaan yang dimilikinya. Setiap kali mereka
berupaya menyempurnakan dirinya, maka akan diturunkan kepada generasi penerusnya lewat
menyebabkan perubahan kebudayaannya. Suatu proses pendidikan.
perubahan kebudayaan dapat berasal dari luar 3. Di dalam proses pembudayaan terdapat unsur-
lingkungan pendukung kebudayaan tersebut. unsur pendidikan seperti inovasi dan
Gerak kebudayaan yang telah menimbulkan penemuan, difusi kebudayaan, akulturasi,
perubahan dan perkembangan, akhirnya juga asimilasi, inovasi, dan prediksi masa depan
menyebabkan terjadinya pertumbuhan; sementara atas kebudayaan yang lahir dari proses
itu tidak tertutup kemungkinan hilangnya unsur- pendidikan.
unsur kebudayaan lama sebagai akibat 4. Pendidikan menjadi instrumen kekuatan social
ditemukannya unsur-unsur kebudayaan baru. masyarakat untuk mengembangkan suatu
Sehingga keberadaan pendidikan sangat penting sistem pembinaan anggota masyarakat dalan
sebagai mediator dalam dialektika kebudayaan kebudayaan yang relevan dengan tuntutan
lama dengan kebudayaan baru yang melahirkan perubahan zaman.
system kebudayaan yang memang berguna untuk 5. Pendidikan hadir dalam bentuk sosialisasi
masyarakat. kebudayaan, berinteraksi dengan nilai-nilai
masyarakat setempat dan memelihara
hubungan timbal balik yang menentukan
KESIMPULAN proses-proses perubahan tatanan sosio-kultur
masyarakat dalam rangka mengembangkan
Dari uraian makalah di atas dapat ditarik beberapa kemajuan peradabannya.
kesimpulan, yaitu:
DAFTAR PUSTAKA
Prof. H.A.R. Tilaar .2000. ”Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia”, Jakarta:
PT. Rosda Karya
S. Nasution. 2001. “Sejarah Pendidikan Indonesia” Jakarta: Bumi Aksara
Poerwanto. 2000. “Periodesasi Kebudayaan dan Peradaban Umat Manusia” Jakarta: Graha Ilmu.
http://tamansiswa.org/magazine/pijar/menelusuri--sejarah--pendidikan-di-indonesia.html
http://istpi.wordpress.com/2008/06/01/paradigma-pendidikan-masa-depan/
http://www.untag-sby.ac.id/index.php?mod=berita&id=38
http://www.docstoc.com/docs/22044099/Bab-VIII-Pendidikan-Dan-Perubahan-Sosial-budaya/
http://giuslay.wordpress.com/2009/01/30/sejarah-pendidikan-dari-yunani-kuno-sd-4-abad-pertama-
kekristenan/
permainan, bermain peran dan metode belajar menciptakan hubungan yang saling percaya dan
aktif lainnya. nyaman, hubungan dialogis yang memberdayakan
5. Guru yang peduli, penuh perhatian, dan siswa untuk mencapai aktualisasi diri. Pengajaran
menerima siswa sesuai dengan tertinggi yang baik adalah “proses yang mengundang siswa
setiap insan. untuk melihat dirinya sebagai orang yang mampu,
6. Mengembangkan sistem penilaian yang bernilai, dan mengarahkan diri sendiri, dan
memungkinkan keterlibatan siswa misalnya pemberian semangat kepada mereka untuk
dengan penilaian teman sebaya, dan siswa berbuat sesuai dengan persepsi dirinya tersebut”
menilai kemajuan yang telah dicapai sendiri (Purkey & Novak, dalam Eggen & Kauchak,
melalui evaluasi diri. 1997).
Beberapa aktivitas mengajar yang
C. Perilaku mengajar yang humanis berkaitan dengan pendekatan mengajar yang
Sebaik apapun konsep pendidikan, yang humanis adalah mengakui, menghargai dan
paling menentukan adalah bagaimana menerima siswa apa adanya, tidak membodoh-
implementasi di lapangan. Sikap dan tindakan bodohkan siswa, terbuka menerima pendapat dan
guru sebagai pelaksana pendidikan adalah tema pandangan siswa tanpa menilai atau mencela,
yang perlu diperhatikan secara serius. terbuka untuk komunikasi dengan siswa, dan
Perilaku mengajar yang humanis terkait tidak hanya menghargai potensi akademik,
dengan aliran Humanism, yaitu sebuah memberi keamanan psikologis, memberi
pendekatan psikologis yang menitikberatkan pada pengalaman sukses kepada siswa; untuk aktivitas-
masalah-masalah kepentingan manusia, nilai- aktivitas kreatif guru tidak banyak memberikan
nilai, dan martabat manusia (Kartono & Gulo, aturan, menceritakan pengalaman, menulis cerita,
2000) menghargai usaha, imaginasi, fantasi dan inovasi
Berdasarkan uraian Prof. Dr. Djohar siswa, stimulasi banyak buku bacaan, dan
(dalam Alimi dan Zaidie, 1996), penulis memberikan aktivitas brainstorming.
menyimpulkan bahwa Perilaku yang humanis
adalah perilaku yang memanusiakan siswa D. Cara mengembangkan perilaku mengajar
dengan menghargai martabat dan memperlakukan yang humanis
sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Perilaku yang humanis adalah tindakan
Menurut Rogers (dalam Palmer, 2003) yang dapat teramati, dilakukan guru di dalam
dalam proses pendidikan dibutuhkan rasa hormat kelas ketika berhadapan dengan siswanya.
yang positif, empati, dan suasana yang Perilaku adalah hasil interaksi antara komponen
harmonis/tulus, untuk mencapai perkembangan pikiran, emosi, dan lingkungan.
yang sehat sehingga tercapai aktualisasi diri Burns (1988) menyatakan bahwa terdapat
Berdasarkan beberapa pengertian di atas hubungan yang kuat antara emosi, pikiran dan
maka perilaku mengajar yang humanis, adalah perilaku. Emosi yang terbentuk oleh suatu
tindakan guru baik bahasa verbal dan non verbal peristiwa disebabkan oleh penilaian/pikiran
yang menghargai kapasitas siswa dan terhadap peristiwa. Sebelum seseorang bertindak
memperlakukan siswa dengan rasa hormat dan tehadap suatu peristiwa apapun maka individu
empati sesuai karakteristik masing-masing. harus memprosesnya dengan pikiran serta
Carl Rogers menyatakan pentingnya memberikan arti. Individu harus memahami apa
penerimaan tanpa syarat, penghargaan dan yang sedang terjadi, sebelum dapat merasakan
hubungan yang nyaman antara terapis dan klien, dan menentukan tindakan. Dengan demikian,
hubungan dialogis yang memberdayakan klien kunci pertama dari emosi dan perilaku adalah
untuk mencapai aktualisasi diri siswa (dalam bagaimana pikiran individu terhadap situasi.
Palmer, 2003). Implikasi ajaran tersebut dalam
bidang pendidikan adalah perlunya perilaku guru
yang menerima siswa sesuai potensinya,
Sebuah penelitian (dalam De Potter dkk., namun mungkin ia perlu waktu untuk
2000) menunjukkan bahwa sikap dan memahaminya”
perlakuan guru terhadap siswa cenderung c. Pernyatan tidak menilai
dipengaruhi oleh pandangan guru terhadap Teknik ini dilakukan dengan cara
siswa. Sebagai contoh ketika siswa meembuat pernyataan yang bersifat
memandang siswa bodoh maka siswa kurang deskriptif, apa adanya, dan menghindari
diberi pengalaman yang menantang, kurang kata sifat seperti malas dan nakal.
dihargai jawabannya, dan cenderung kurang Contoh: ketika ada siswa yang kita cap
diberi kesempatan untuk menjawab atau kita pikiran sebagai anak yang tidak
pertanyaan yang sulit. tahu aturan. Pikiran atau pernyataan tidak
Oleh karena itu, tidak berlebihan kalau Caine tahu aturan adalah cap yang negatif
& Caine (dalam DePorter, Reardon, & Singer- tentang siswa. Hal ini akan menimbulkan
Nourie, 2000) menyatakan bahwa keyakinan asosiasi dengan sifat negatif lainnya, dan
guru akan potensi manusia dan kemampuan menimbulkan emosi negatif kita kepada
semua anak untuk belajar dan berprestasi siswa. Pernyataan yang lebih netral perlu
merupakan suatu hal yang harus diperhatikan. dikembangkan, misalnya yang kita sebut
2. Mengatasi distorsi dalam penilaian “tidak tahu aturan” ternyata lewat di
Ketika seorang guru menyadari dirinya telah depan guru sambil lari. Lebih baik kita
mengalami distorsi atau kesalahan dalam menyebutkan perilakunya yaitu “kok di
menilai siswa maka langkah pertama yang depan guru lari”. Sebutan ini lebih netral
harus dilakukan adalah meyakinkan diri daripada menyebutnya tidak tahu aturan.
bahwa ia mampu mengendalikan hal tersebut. d. Mencari sisi positif
Kemampuan menilai secara tepat dapat Manusia bersifat kompleks. Tidak ada
dikembangkan dengan latihan. Beberapa manusia yang 100% buruk atau 100%
teknik yang dapat dilakukan adalah sebagai baik. Oleh karena itu ketika terjadi
berikut: penilaian yang negatif misalnya anak ini
a. Mencari bukti telat mikir maka kita dapat mencari sisi
Teknik ini bertujuan memberikan positif yang lain misalnya usaha kerasnya
pandangan lain tentang kejadian atau untuk memahami, kerapiannya, atau sisi
siswa dengan cara mencari bukti bahwa positif yang lain.
penilaian kita yang negatif adalah tidak 3. Mengembangkan cara pandang yang positif
benar. Misalnya, ketika kita memberikan terhadap siswa
label pada siswa sebagai pemalas maka Setiap siswa mempunyai potensi yang kadang
dengan cepat kita perlu mengembangkan tidak dapat terungkap, tidak diterima dan
bukti-bukti yang dapat menunjukkan tidak dihargai dalam proses pendidikan. Cara
bahwa ia bukan pemalas. pandang yang positif dapat dikembangkan
b. Pernyataan yang direvisi jika guru 1) tetap mempertahankan harapan
Teknik ini bertujuan untuk meminimalisir positif terhadap siswa, yaitu seperti apapun
kecenderungan kita mengharuskan keadaan siswa hari ini tidak berarti selamanya
sesuatu terjadi pada siswa kita. Caranya akan seperti itu dan tugas kita adalah
adalah dengan memberikan argumen lain berusaha untuk membantunya, 2) melihat
yang dapat menurunkan derajat potensi siswa dari berbagai sisi misalnya
keharusannya. Misalnya: “saya sudah dapat menggunakan pandangan kecerdasan
mengajarnya dengan baik, seharusnya ia majemuk (Gardner dalam Amstrong, 2005), 3
paham. meyakini prinsip perkembangan bahwa setiap
Ketika banyak siswa yang belum paham siswa dapat berbeda dan bersifat unik
maka kita perlu merevisi menjadi “saya sehingga mungkin belum optimal saat ini, dan
memang sudah mengajar dengan baik 3) berusaha mencari sisi positif siswa.
Perbandingan komunikasi yang apresiatif dan tidak apresiatif dipaparkan pada tabel di bawah ini.
Komunikasi yang memfasilitasi siswa pendidikan berbasis kelas. Tujuah belas model
berpikir tentang keadaan dirinya yang tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat
sekarang, berusaha mencari sisi positif yaitu 1) model pembelajaran pengembangan diri,
dirinya, menyadarkan tentang tujuan siswa, 2) model pembelajaran konsep diri, 3) model
dan menyadarkan siswa tentang tindakan apa pembelajaran kepekaan sosial, dan 4) model
saja yang akan dilakukannya untuk mencapai perluasan kesadaran.
cita-cita akan membangun hubungan yang Semua model yang dibahas dalam buku
saling menguatkan antar siswa dan guru. tersebut berusaha mengembangkan manusia
seutuhnya yaitu dari dimensi kognitif, afektif dan
5. Mengembangkan model pembelajaran kepribadian, dan psikomotorik (tertentu). Guru
yang tepat dapat memilih model yang tepat untuk dapat
Begitu banyak metode pembelajaran yang diterapkan di kelasnya masing-masing.
dapat dipertimbangkan untuk mencapai kelas
yang lebih humanis. Mulkan (2002) telah E. Penutup
menyadur buku “Humanizing The Class Room; Di akhir tulisan ini, penulis kembali
Models of Teching in Affective Education yang menekankan bahwa: ruang kelas dapat menjadi
ditulis oleh John P. Miller. Dalam buku saduran humanis atau tidak humanis bukanlah
tersebut, Mulkan menjelaskan tentang 17 model berdasarkan label yang diberikan oleh
pembelajaran pengembangan kepribadian dalam pemerintah atau siapa saja, melainkan dapat
dilihat dari proses yang terjadi di kelas sebagai melainkan dilihat dari: 1) usaha yang dilakukan
hasil dari interaksi antara guru siswa dan antar guru untuk mengarahkan dirinya memenuhi
siswa. Penulis telah memaparkan tentang konsep karakteristik guru yang humanis, 2) kemampuan
pendidikan humanistik dan cara mengembangkan guru mengembangkan kelas yang humanis
diri menjadi guru yang humanis. Guru menjadi melalui hubungan yang apresiatif, tindakan guru
humanis atau tidak humanis bukanlah yang humanis, dan proses pembelajaran yang
berdasarkan label yang diberikan oleh pihak luar, menerapkan model pembelajaran yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Alimi, A.S. dan Zaidie, M.F. 1999. Reformasi Dan Masa Depan Pendidikan Di Indonesia. Sebuah
Rekonstruksi Pemikiran Prof. Dr. Djohar, MS. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta
Armstrong T. 2003. Sekolah Para Juara. Menerapkan Multiple Intelligences di Dunia Pendidikan
(diterjemahkan oleh Yudi Murtanto). Bandung: Penerbit Kaifa.
Burns, D.D., 1988. Terapi Kognitif. Pendekatan Baru Bagi Penanganan depresi. Penerbit Erlangga.
Jakarta
DePorter, B., Reardon M., & Singer-Nourie, S. 2000. Quantum Teaching. Mempraktikkan Quantum
Learning di Ruang-Ruang Kelas (terjemahan : Ary Nilandari). Bandung : Penerbit Kaifa
Eggen, P. & Kauchak, D. 1997. Educational Psychology, Windows on Classroom. Third Edition. New
Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Kartono, K. dan Gulo, D. 2000. Kamus Psikologi. Bandung : CV. Pioner Jaya
Palmer, J.A. (editor). 2003. 50 Pemikir Pendidikan. Dari Piaget Sampai Masa Sekarang. (terjemahan
: Farid Assifa). Yogyakarta : Penerbit Jendela
Miller, J.P. 2002. Cerdas di Kelas Sekolah Kepribadian. Rangkuman Model Pengembagan Kepribadian
dalam Pendidikan Berbasis Kelas (disadur oleh Abdul Munir Mulkhan dari Humanizing the class
Room oleh John. P. Miller). Yogyakarta : Kreasi Wacana
Roberts, T.B. 1975. Four Psychologies Applied to Education. New York : Schenkman Publishing
Company Halsted Press Division John Wiley and Sons
Susetyo, Y.F. 2004. Efektivitas Pelatihan Berpikir Positif untuk Mengembangkan Perilaku Mengajar
yang Humanis pada Guru sekolah dasar di Yogyakarta. Laporan penelitian. Tidak diterbitkan.
Jaringan penelitian pemerintah daerah Kota Yogyakarta.
Suwarno, Suparno P., dan Rahmanto B. (editor). 1998. Pendidikan Sains Yang Humanistis.Yogyakarta :
Penerbit Kanisius
BUDAYA MUTU
MENUJU SEKOLAH UNGGUL
Muhammad Muhajir
Widyaiswara PPPPTK PKn dan IPS Batu Malang
E-mail: mmuhajir71@gmail.com
ABSTRACT:
Quality Culture to professional teachers and the exellent school. This study examines several theories,
opinions and research findings. The results of this study are expected to be used (a) as an input to develop
school programs, particularly with respect to values or culture what exemplary student or teacher. from
this study found that the quality culture is a characteristic or personality picture of an organization that
can be the values, attitudes, assumptions, beliefs, expectations, traditions, and shared norms that produce
an environment conducive to the establishment and improvement of quality on an ongoing basis. Quality
culture in schools are the values, activities and symbols are being committed all the elements of the
school in improving the quality of education.
baik, tidak kondusif akan membuat kinerja guru dan pemikiran manusia yang menjadi ciri suatu
rendah. masyarakat atau penduduk yang ditransmisikan
Studi ini mengkaji beberapa teori, pendapat bersama.
dan hasil temuan penelitian. Hasil kajian ini Menurut Pidarta (2004) budaya adalah
diharapkan dapat digunakan (a) Sebagai bahan segala hasil pikiran, perasaan, kemauan dan karya
masukan untuk menyusun program sekolah, manusia untuk meningkatkan hidup dan
khususnya terkait dengan nilai-nilai atau culture kehidupannya. Mencermati tentang pengertian-
apa yang patut dicontoh oleh siswa atau guru. (b) pengertian dari budaya tersebut, terlihat bahwa
Hasil kajian yang terkait dengan nilai-nilai, sikap budaya merupakan cara hidup atau pandangan
dan perilaku budaya mutu bisa dijadikan suatu hidup yang dapat berupa nilai-nilai, asumsi-
nilai asli Indonesia yang bisa digunakan sebagai asumsi, keyakinan-keyakinan, harapan, sikap, dan
landasan berperilaku pada semua bidang profesi. norma-norma bersama menjadi karakteristik
(c) Memberikan inspirasi pada sekolah-sekolah suatu masyarakat untuk meningkatkan
lain dalam melaksanakan proses pendidikan kehidupannya. Budaya sebagaimana yang telah
menuju sekolah yang bermutu. diuraikan di atas, seringkali dikaitkan atau
digunakan dalam organisasi.
B. KAJIAN LITERATUR DAN Menurut Dopson dan McNay (dalam
PEMBAHASAN Warner & Palfreyman, 1996) budaya organisasi
Budaya organisasi merupakan kepribadian terdiri atas gabungan pekerjaan ritual, rutin,
organisasi yang mempengaruhi cara bertindak cerita, mitos dan simbol yang menyampaikan
individu dalam organisasi (Gibson, Ivanichevich, pesan yang sangat jelas tentang apa yang tampak
dan Donally, 1991). Menurut Dobson dan McNay sebagai perilaku yang bisa diterima dan yang
(dalam Warner & Palfreyman,1996) budaya sangat tidak bisa diterima. Menurut Creemers,
merupakan kata yang sering digunakan dalam B.P.M. & Reynold, D. (Eds) 1993 menyatakan
organisasi. Kata ini berarti cara yang kita tempuh bahwa ”organizational culture is a pattern of
untuk melakukan sesuatu di sekitar sini. belief and expectation shared by the
Sementara Robbins (2003) menyatakan bahwa organizational member” sementara Bounds
budaya merupakan sistem makna bersama yang (1994) budaya organisasi adalah perwujudan
dianut oleh anggota-anggota yang membedakan sehari-hari, dari nilai-nilai dan tradisi yang
organisasi itu dengan organisasi yang lain. mendasari organisasi tersebut. Hal ini terlihat
lstilah budaya (Culture) berasal dari kata bagaimana karyawan berperilaku, harapan
"Colere" yang artinya segala daya dan upaya karyawan terhadap organisasi dan sebaliknya.
manusia untuk mengubah alam (Koentjaraningrat, Budaya organisasi memiliki banyak
1994). Secara umum konsep tentang budaya definisi dan konotasi. Robbins (2003)
dipahami secara berbeda-beda dan sampai saat ini memberikan definisi budaya organisasi sebagai
belum ada kesepakatan dalam memahaminya, hal pemberian makna tentang sistem. setiap
ini disebabkan oleh adanya kompleksitas dari organisasi mempunyai bentuk kepercayaan,
budaya itu sendiri. Indrajit & Djokopranoto lambang, ritual, mitos dan praktik-praktik yang
(2006) menyatakan bahwa para ahli sosiologi, terjadi sepanjang waktu. Menurut Jones (1995)
menyatakan budaya dapat digunakan untuk budaya organisasi adalah seperangkat nilai yang
menjelaskan keseluruhan cara hidup, yaitu cara mengontrol anggota organisasi dalam
bertingkah laku, cara berpikir, dan berperasaan berinteraksi, baik dengan sesamanya naupun
yang dipelajari dan dialami oleh sekelompok dengan orang-orang di luar organisasinya.
orang. Menurut Philip (1998) bahwa budaya sekolah
Menurut Owens (1995) budaya merupakan dinyatakan sebagai nilai, kepercayaan, sikap,
filsafat-filsafat, idiologi-idiologi, nilai-nilai, perilaku yang merupakan karakteristik suatu
asumsi-asumsi, keyakinan-keyakinan, harapan, sekolah.
sikap, dan norma-norma bersama yang Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan
mempersatukan komunitas. Shein (1995) diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
mendefinisikan budaya sebagai pola pemecahan budaya organisasi adalah karkateristik atau
masalah eksternal dan internal yang diterapkan gambaran kepribadian organisasi yang dapat
secara konsisten bagi suatu kelompok. Kotter dan berupa nilai-nilai, sikap, asumsi-asumsi,
Hesket (1997) mendefinisikan budaya sebagai keyakinan, harapan, tradisi, norma bersama untuk
totalitas pola perilaku, kesenian, kepercayaan, mengontrol dan mengarahkan perilaku organisasi.
kelembagaan dan semua produk lain dari karya Dengan demikian budaya atau kultur organisasi
dapat didefinisikan sebagai kualitas kehidupan Sedangkan Peter dan Waterman (Hanson,
(the quality of life) dalam sebuah organisasi, 1995) menemukan nilai-nilai budaya yang secara
termanifestasikan dalam aturan-aturan atau konsisten dilaksanakan di sekolah yang baik,
norma, tatakerja, kebiasaan kerja (work habits), yaitu mutu dan pelayanan merupakan hal yang
gaya kepemimpinan (operating styles of harus diutamakan, selalu berupaya menjadi yang
principals) seorang atasan maupun bawahan terbaik, memberikan perhatian penuh pada hal-hal
(Hodge & Anthony, 1988). Kualitas kehidupan yang nampak kecil, tidak membuat jarak dengan
organisasi, baik yang terwujud dalam kebiasaan klien, melakukan sesuatu sebaik mungkin, bekerja
kerja maupun kepemimpinan dan hubungan melalui orang (bukan sekedar bekerjasama atau
tersebut tumbuh dan berkembang berdasarkan memerintahnya), memacu inovasi, dan toleransi
spirit dan keyakinan tertentu yang dianut terhadap usaha yang berhasil.
organisasi. Karena itu, budaya organisasi banyak Goetsch & Davis (1994) menyatakan
didefinisikan juga sebagai spirit dan keyakinan bahwa budaya mutu adalah sistem nilai organisasi
sebuah organisasi yang mendasari lahirnya yang mengahasilkan suatu lingkungan yang
aturan-aturan, norma-narma dan nilai-nilai yang konduktif bagi pembentukan dan perbaikan mutu
mengatur bagaimana seseorang harus bekerja, secara terus-menerus. Budaya mutu terdiri dari
struktur yang mengatur bagaimana seorang filosofi, keyakinan, sikap, norma, nilai, tradisi,
anggota organisasi berhubungan secara formal prosedur dan harapan yang meningkatkan mutu.
maupun informal dengan orang lain, sistem dan
prosedur kerja yang mengatur bagaimana C. SIMPULAN DAN SARAN
kebiasaan kerja seharusnya dimiliki seorang Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah
pemimpin maupun anggota organisasi diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
(Torrington & Weightman, dalam Preedy, 1993). budaya mutu adalah karakteristik atau gambaran
kepribadian organisasi yang dapat berupa nilai-
Budaya Mutu nilai, sikap, asumsi-asumsi, keyakinan, harapan,
Sejauh ini pemahaman dasar tentang tradisi, dan norma bersama yang menghasilkan
budaya mutu di sekolah merupakan terobosan lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan
baru dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa perbaikan mutu secara terus-menerus. Budaya
pendidikan secara terorganisir dan profesional. mutu di sekolah merupakan nilai-nilai, aktivitas-
Ditengah tuntutan masyarakat, orang tua, dan aktivitas dan simbol-simbol yang menjadi
stakeholder terhadap mutu pendidikan yang komitmen semua elemen sekolah dalam
semakin tinggi dan bervariasi, maka sekolah harus meningkatkan mutu pendidikan. Pengembangan
mampu membangun tradisi mutu (tradition of budaya mutu sekolah merupakan tugas dan
quality) yang tinggi dan berkesinambungan. tanggung jawab kepala sekolah, selaku pemimpin
budaya sekolah dapat dikatakan bermutu pendidikan. Namun demikian, pengembangan
bilamana memungkinkan bertumbuhkembangnya budaya mutu sekolah mempersyaratkan adanya
sekolah dalam mencapai suatu keberhasilan partisipasi seluruh personil sekolah dan
pendidikan. Budaya mutu sekolah adalah stakeholder, termasuk orang tua siswa, dan oleh
keseluruhan latar fisik, lingkungan, suasana, rasa, karena itu, secara manajerial pengembangan
sifat, dan iklim sekolah secara produktif mampu budaya mutu sekolah menjadi tanggung jawab
memeberikan pengalaman dan kepala sekolah, sedangkan secara operasional
bertumbuhkembangnya sekolah untuk mencapai sehari-hari menjadi tugas seluruh personil sekolah
keberhasilan pendidikan berdasarkan spirit dan dan stakeholder terkait. Hasil kajian ini
nilai-nilai yang dianut oleh sekolah. Dalam hal disimpulkan bahwa mutu merupakan milik
ini, Depdiknas (2000) telah merumuskan pelanggan, hal ini dapat diartikan bahwa sekolah-
beberapa elemen budaya mutu sekolah sebagai sekolah yang dinilai masyarakat memiliki visi
berikut: (1) informasi kualitas untuk perbaikan, misi yang jelas dan dapat dilaksanakan dengan
bukan untuk mengontrol, (2) kewenangan harus baik dan tepat oleh seluruh warga sekolah, maka
sebatas tanggungjawab, (3) hasil diikuti rewards dapat dipastikan bahwa sekolah tersebut telah
atau punishment, (4) kolaborasi, sinergi, bukan menerapkan budaya mutu yang baik. Sekolah
persaingan sebagai dasar kerjasama, (5) warga yang bermutu baik, dapat dipastikan bahwa
sekolah merasa aman terhadap pekerjaannya, (6) sekolah tersebut akan diperebutkan oleh banyak
atmorfir keadilan, (7) imbal jasa sepadan dengan calon siswa dan orang tua murid. Dalam rangka
nilai pekerjaan, dan (8) warga sekolah merasa pengembangan budaya mutu sekolah ada tiga
memiliki sekolah. langkah yang harus ditempuh, yaitu: (1)
Identifikasi spirit dan nilai-nilai sebagai sumber pedoman untuk melihat apakah sekolah itu efektif
budaya mutu sekolah, yang dilakukan bersama atau tidak, sekolah itu unggul atau tidak. Sekolah
dengan seluruh stakholder, dan ditetapkan sebagai unggul (the exellent school) memiliki ciri-ciri
sebuah kebijakan resmi sekolah dalam bentuk tertentu, yaitu: (1) memiliki budaya akademik
surat keputusan kepala sekolah. (2) Sosialisasi yang kuat, (2) memiliki kurikulum yang selalu
secara kontinyu spirit dan nilai-nilai kepada relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
seluruh stakholder, baik melalui pertemuan- dan teknologi, (3) memiliki SDM kependidikan
pertemuan, majalah sekolah, buku penghubung yang professional (4) berorientasi pada
sekolah, majalah dinding sekolah, diperagakan pengembangan hard knowlegde dan soft
pada dinding kelas, maupun dalam bentuk surat knowlegde secara seimbang, (5) proses belajar
edaran, (3) Kepala sekolah selalu menumbuhkan untuk mengembangkan potensi siswa secara
komitmen seluruh stakeholder agar memegang holistik, (6) mengembangkan proses
teguh spirit dan nilai-nilai yang telah ditetapkan pengembangan kemampuan dan kompetensi
bersama. berkomunikasi siswa secara global. dan (7)
sekolah unggul (the exellent school) mampu membangun kepercayaan kepada
memiliki kriteria, ciri-ciri atau karakteristik masyarakat.
tertentu. Ukuran dasar yang dapat dijadikan
DAFTAR PUSTAKA
Boan, D.M. 2004. The Era of Culture in Quality Improvement. Diunduh dari:
www.dboan@dfmc.org.pp.1-17. Januari 2006.
Creemers, B.P.M. & Reynold,D. (Eds) 1993. School Effectiveness and School Improvement, An
International Journal of Research, Policy and Practice Lisse, New Jersey: Swets & Zeitlinger.
Depdiknas. 2006-b. Rencana strategis Depdiknas 2005-2025, Jakarta : Balitbang Depdiknas (download
from: www.depdiknas.go.id)
Gibson, J.L.; Ivanichevich, J.M. dan Donelly, J.H. 1991. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Edisi
Kesembilan. Alih Bahasa oleh Zarkasih & Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.
Goetsch, D.L. & Davis, S. 1994. Introduction to Total Quality: Quality, Productivity, Competitiveness.
Engleood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Hanson, E. M. 1995. Educational Administration and Organizational Behaviour. Boston: Allyn and
Bacon, Inc.
Hodge, B.J. & Anthony, W.P. 1988. Organizational Theory (3rd ed). Boston Massa-Chusetts: Allyn and
Bacon, Inc.
Indrajid, R. & Djokopranoto, 2006. Manajemen Perguruan Tinggi Modern. Yogyakarta: Andi
Jones, G.R. 1995. Organizational Theory Text and Cases. New York: Addision-Wesley Publishing
Company
Kotter, P. & Heskett, I. 1997. Dampak Budaya Perusahaan terhadap Kinerja. Terjemahan oleh
Benjamin Molan. Jakarta: PT. Gramedia
Owens, R.G. 1987. Organizational Behavior in Education. (4th ed). Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Philip, H.R. 1998. The New Work Culture. Amherst: HRD Press
Pidarta, M. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Preedy, M. 1993. Managing The Effective School. London: The Open University Press.
Robbins, S.P. 2003. Organizational Behavior, Tenth Edition, Singapore: Prentice-Hall
Shein, E.H. 1995. Organizational Culture and Leadership, Second Edition. San Fransisco: Jossey-Bass
Publisher
Suyanto, 2000. Wajah dan Dinamika Pendidikan Anak Bangsa. Yogyakarta. Adicita Karya Nusa.
Warner, D. & Palfreyman, D. 1996. Higher Education Management. The Key Element. Buckingham:
SRHE and Open University Press.