Skripsi - Yusuf Haidar Ali - 2017
Skripsi - Yusuf Haidar Ali - 2017
13.12.2789
i
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Hidup di dunia hanya sekali, bukan soal materi tetapi soal berbagi.
“Kalau anda naik sepedah anda berhenti, anda jatuh. Jadi kalau
saya berhenti bekerja saya mati” B. J. Habibie
Maka teruslah mengayuh kehidupan di dunia ini. Agar hidup kita menjadi
bermanfaat bagi sesama.
iv
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Azza Wa Jalla yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadiratNya, karena atas
berkat rahmat dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Identifikasi Ketebalan Lapisan Kerak Bumi di Halmahera
Menggunakan Receiver function Gelombang P” dengan lancar. Sholawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Rasullullah Muhammad shallallaahu
‘alaihiwasallam.
Penyelesaian skripsi ini tak lepas dari do’a, bantuan, dan dukungan dari
seluruh pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Orang tua tercinta, Ibunda Lilik Sumarni dan Ayahanda Ahmad Khudori yang
telah mendo’akan dan memberi dukungan moral dalam penyelesaian skripsi
ini. Untaian do’a penulis haturkan semoga Allah tetap mempertemukan dan
mengumpulkan kita sebagai keluarga di surga-Nya kelak.
2. Seluruh pejabat dan staf BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi, dan
Geofisika), STMKG (Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika), dan Stasiun Geofisika Klas I Ambon yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk belajar dan menimba ilmu bidang Geofisika di
STMKG.
3. Bapak Dr. Suko Prayitno Adi, M.Si. selaku Ketua STMKG yang telah
memberikan semangat kepada seluruh tingkat IV untuk menyelesaikan
tugasnya dengan baik selama menjalani kuliah di STMKG, semoga beliau
selalu diberi keberkahan oleh Allah.
4. Bapak Dr. Iman Suardi, M.Sc. selaku Kaprodi geofisika dan dosen
pembimbing utama skripsi yang telah membimbing dengan sabar, semoga
Allah menghitung segala kebaikan beliau sebagai amal sholeh.
5. Bapak Dr. I Putu Pudja, MM. dan Bapak Drs. Ibnu Purwana, M.Sc. selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan yang teliti agar skripsi penulis
menjadi lebih baik, semoga selalu mendapat keberkahan umur dan ilmu dari
Allah.
6. Bu Ita Soegiarto selaku bintal kelas geofisika dari semester 5 hingga semester
8 yang telah memudahkan segala pengurusan berkas terkait tugas kuliah
termasuk skripsi, semoga urusannya selalu diperlancar Allah.
7. Herman Elias Fransisco Dala aka Bang Sisco dan Rezki Noviana Agus aka
Mba ki yang telah menemani bimbingan, semoga Allah mencatat kebaikan
kalian sebagai timbangan amal sholeh.
8. Seluruh temen ngaji, halaqoh, dan temen baik lainnya yang telah memberikan
semangat positif untuk menyelesaikan skripsi dengan baik. Semoga Allah
mempertemukan kita di surga kelak.
9. Seluruh Penghuni Kosan Bu Wariyo: muhlis, ilham, bu haji dkk. yang
memberikan dukungan moral maupun material untuk penyelesaikan skripsi
dengan cepat. Semoga senantiasa dalam lindungan rahmat Allah.
10. Semua tentang STMKG, Geofisika 48, Rohis, ITG, dan semuanya yang telah
memberikan pelajaran berharga dalam hidup, semoga Allah memberkahi
setiap langkah menuju kebaikan.
v
11. Semua pihak yang telah membantu dalam seluruh tugas selama masa kuliah
dan PKL yang tak mungkin disebutkan satu persatu. Semoga Allah memberi
kebaikan bagi semua.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih mempunyai banyak
kekurangan baik dalam pengolahan maupun tata cara penulisannya. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tulisan di masa yang akan datang. Penulis mengharapkan hasil
penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi dunia ilmu
pengetahuan di bidang geofisika dan semoga dapat dihitung sebagai bentuk amal
kebaikan di hadapan-Nya.
Tangerang Selatan,
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................ii
PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................................iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................................iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................xi
INTISARI..............................................................................................................................xii
ABSTRACT..........................................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Batasan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan.............................................................................................3
vii
4.4 Analisa tiga dimensi kecepatan gelombang S..................................................38
BAB V PENUTUP.............................................................................................................43
5.1 Kesimpulan................................................................................................................43
5.2 Saran.............................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................44
LAMPIRAN..........................................................................................................................48
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
INTISARI
Oleh
xii
ABSTRACT
By
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
DASAR TEORI
Bumi terdiri dari beberapa lapisan dengan lapisan teratas ialah lapisan
kerak Bumi. Terdapat perbedaan yang cukup besar antara ketebalan kerak Bumi
di kerak samudera dan ketebalan kerak Bumi di kerak benua. Ketebalan lapisan
kerak benua lebih besar dibandingkan dengan kerak samudera. Sebagai contoh,
ketebalan kerak samudera di Pulau Hawaii yang diperlihatkan oleh Gambar 2.1
hanya sekitar 5 km dan ketebalan kerak samudera di daerah Sierra Nevada
berkisar antara 25 sampai 60 km (Robertson, 2011). Pada Gambar 2.1
diperlihatkan bahwa kerak bumi di Sierra Nevada paling tebal berada di bawah
Gunung Whitney. Hal ini merupakan akibat dari efek isostasi yang dijelaskan oleh
Airy (1855).
Gambar 2.1 Gambaran ketebalan kerak bumi antara Hawaii (representasi kerak
samudra) dan Sierra Nevada (representasi kerak benua) (Robertson, 2011).
5
6
Gambar 2.4 Citra tomografi di daerah Halmahera. Garis kuning pada peta
Indonesia merupakan garis cross section tomografi (Triarso dkk., 2012).
8
Gambar 2.6 Penampang lateral seismik profil subduksi lempeng Laut Maluku
(dimodifikasi dari Hamilton, 1979).
Gambar 2.7 Seismogram stasiun LON yang direkam dari 4 gempa teleseismik
berbeda. Seismogram komponen Z, U-S, T-B, Radial, Tangensial diperlihatkan
berturut turut dari atas sampai bawah (Langston, 1979).
waktu tiba fase gelombang yang diperhitungkan, nilai amplitudo dari masing
masing fase juga berpengaruh untuk mendapatkan nilai Vp/Vs dan kedalaman
lapisan Moho yang di bawah sensor seismik yang diteliti.
a b
c d
Gambar 2.10 Lapisan bumi dengan model kecepatannya. Gambar kanan, irisan
bumi dengan kecepatan gelombang P (Dziewonski dan Anderson, 1981). Gambar
kiri model kecepatan gelombang P dengan struktu kerak benua (atas) dan kerak
samudra (bawah) Jarchow dan Thompson (1989).
15
1. Gelombang P
2.2.4 Rotasi
Berbagai fase gelombang seismik (Pp,Ps, PpPs, PsPs, PpSs, PsSs) dapat
di lihat dengan jelas jika seismogram Z (vertikal), U-S (utara-selatan), T-B (timur-
barat) dirotasikan secara digital. Rotasi untuk mengamati gelombang seismik yang
dibutuhkan untuk perhitungan receiver function ada dua yaitu rotasi ke komponen
ZRT (vertikal, radial dan tangensial) dan komponen LQT, (komponen L
merupakan komponen dengan arah gelombang sama dengan gelombang Pp,
komponen Q merupakan komponen tegak lurus dengan komponen L dan
komponen T/ tangensial) (Gambar 2.14).
Clayton dan Wiggins (1976) menunjukkan persamaan umum untuk sebuah gelombang
seismik yang terakam di seismometer yang sudah terkoreksi instrumen.
()= ()∗ ()+ ()
(2.1)
Notasi (i) menunjukkan stasiun yang merekam gelombang seismik. xi(t)
merupakan time series dari gelombang seismik yang sampai seismometer. Untuk
time series sumber gempa bumi dan lintasannya masing – masing disimbolkan
dengan s(t) dan li(t). Sedangkan gi(t) merupakan gangguan atau noise seismik. (*)
merupakan operator konvolusi.
Time series receiver function biasanya digunakan simbol hi(t), tetapi dalam
penelitian ini digunakan simbol rfi(t) untuk time series receiver function agar
menghilangkan ambiguitas dengan simbol kedalaman (h). Dilakukan transformasi
fourier pada persamaan (2.1) untuk memperoleh persamaan (2.2). Time series dari
s(t) diwakilkan oleh komponen vertikal sedangkan time seriesx(t) diwakilkan oleh
komponen radial r(t). Sedangkan, time series li(t) diwakili oleh rf(t) (time series
dari receiver function). Nilai gangguan diasumsikan nol.
( )
()= ( )
(2.2)
(2.3)
( )( )
( )=
´
( )( )
(2.4)
( )( )
( )= ()
( )
dengan,
´ ´
(2.5)
()= [ ( ) ( ). { ( ) ( )}]
dan,
2
−
()= ( 4
2
)
(2.6)
20
a. Dekonvolusi Iteratif
2
(2.7)
−1
( )( ) ∗( ) ( ) ∗( ) ( )
⋆ + =ℱ ( ∗ )
=∫
− 1
dengan y adalah vektor berdimensi N dari poin – poin data, x adalah vektor
berdimensi M yang menggambarkan model dan F[ ] adalah operator non linier
yang menjadikan vektor model menjadi vektor dengan domain yang sama dengan
domain y. Untuk receiver function, x adalah vektor dari kecepatan gelombang S
pada beberapa kedalaman lapisan di litosfer. Persamaan non linier 2.8 dapat dilinierkan pada
persamaan 2.9 dan 2.10.
(2.9)
= | . n
(2.10)
+ = +
2.3 Hipotesis
METODE PENELITIAN
22
23
Gambar 3.2 Peta lokasi daerah penelitian dengan sebaran episenter gempa bumi.
Prosedur pengolahan data pada penelitian ini antara lain respon instrumen,
restitusi, rotasi, dekonvolusi iteratif, dan penentuan model kecepatan. Prosedur
pengolahan ini merupakan prosedur pengolahan yang dijelaskan secara umum.
Untuk pengolahan rinci dan hasilnya dijelaskan pada bab 4.
25
a. Restitusi
b. Rotasi
Ada satu kali rotasi yang dilakukan, yang pertama dua komponen
horizontal U-S dan T-B dirotasikan ke radial (R) dan tangensial (T). Komponen
vertikal (Z) dan komponen R dapat merekam gelombang Pp dan gelombang Ps.
Rotasi dilakukan dengan memanfaatkan azimuth dari stasiun dan gempa bumi
teleseismik.
26
c. Dekonvolusi Iteratif
3.5 Validasi
Validasi hasil penelitian akan dilakukan dengan dua referensi, antara lain
penelitian mengenai kerak bumi di daerah Halmahera dan sekitarnya dengan
berbagai metode, dan yang kedua dengan membandingkan hasil dari beberapa
pemodelan kerak bumi yang dibuat oleh Bassin dkk., (2000) dan Laske dkk.,
(2013) (Tabel 3.3).
Mulai
Model kecepatan 1 D
Rotasi (Z,R,T)
Water level
Filter gaussian (α = 0,5; 1,0; 2,5)
Dekonvolusi iteratif
Tidak
Bagus?
Ya
Struktur Kecepatan 1
1. Penentuan ketebalan
kerak bumi dan
ketebalan lapisan Moho
2. Analisa lateral
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data sinyal seismik diunduh dari halaman internet webdc.eu dengan kode
jaringan 7G+. Jaringan ini merupakan jaringan sensor yang dipasang oleh GFZ
dan BMKG yang dimulai pada pertengahan tahun 2016 sampai tahun 2018
(Passareli dkk., 2016). Data yang diunduh merupakan data sinyal gempa bumi dari
2 menit sebelum gelombang P dan 10 menit setelah gelombang P. Data ini
merupakan data restricted sehingga diperlukan kata sandi untuk membuka
datanya.
Pembahasan dalam subbab ini akan mengambil sampel sensor GLMI yang
merupakan sensor broadband permanen yang digunakan dalam penelitian ini.
Gempa bumi teleseismik yang dipakai ialah gempa bumi Fiji pada tanggal 3
Januari 2017 pukul 21:52:31, koordinat 19,31 LS dan 175,86 BT, kedalaman 17
km, dengan magnitudo 6,9. Sinyal seismik yang didapatkan dalam satuan count
digambarkan pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Sinyal teleseismik gempa Fiji 3 Januari 2017 pada stasiun GLMI.
29
30
2. IDORAWQC. Script ini berguna untuk memilih sinyal seismik mana yang akan
diproses dalam tahap selanjutnya, selain itu juga dapat melakukan picking
gelombang P manual dengan script ini, tetapi dalam penelitian ini picking tidak
dilakukan dengan script tersebut.
3. IDOEVT, script yang digunakan untuk mengubah header lovrok dan lcalda
menjadi true dan menghilangkan trend pada sinyal.
Gambar 4.4. Receiver function stasiun GLMI . Label pada bagian kanan masing
– masing receiver function menunjukkan komponen denominator, kode stasiun,
julian day, jam, menit, dan lebar jendela.
1. Tahap pertama ialah menentukan awal dan akhir jendela waktu receiver
function yang digunakan. Waktu awal -5 dan waktu akhir 20 digunakan
untuk receiver function dengan lebar jendela filter gaussian 1,0 detik dan
2,5 detik. Sedangkan untuk receiver function dengan filter gaussian 0,5
detik digunakan waktu awal -10 dan waktu akhir 20.
33
Keterangan angka di bawah kode stasiun pada Gambar 4.5 berturut – turut
ialah lebar jendela filter gaussian, prosentase kecocokan receiver function
sintetis dengan receiver function masukan, dan nilai slowness. Jumlah iterasi
yang digunakan ialah sebanyak 50 kali. Terlihat zona kecepatan rendah
pertama berada di kedalaman 14 km sampai 20 km dan zona kecepatan rendah
kedua berada di kedalaman 70 km sampai 80 km. Ketebalan kerak buminya
adalah 44 km, dengan ketebalan lapisan Moho 6 km. Struktur kecepatan
34
gelombang S dan inversi receiver function dari ketujuh stasiun lain dapat
dilihat pada Lampiran 1. Analisa lengkap struktur kecepatan gelombang
kedelapan stasiun diperlihatkan pada tabel 4.1
1 BB01 36 4 0,5435
2 BB02 36 8 0,6853
3 BB03 32 8 0,6808
4 BB04 40 8 0,9537
5 BB05 36 8 0,7692
6 BB06 42 8 0,9364
7 GLMI 44 6 0,7081
8 TNTI 36 - -
Daerah dengan ketebalan kerak bumi yang paling tipis terdapat di daerah
sekitar stasiun BB03, daerah Akelamo Kao distrik Kao Teluk. Sedangkan
daerah dengan ketebalan kerak bumi paling dalam yaitu pada daerah di sekitar
stasiun GLMI. Kemungkinan hal ini dikarenakan efek isostasi karena stasiun
GLMI mempunyai elevasi sensor yang paling tinggi yaitu 130 m.
Pada stasiun TNTI, ketebalan lapisan Moho sulit ditentukan secara
spesifik. Hal ini dikarenakan tidak adanya kenaikan kecepatan gelombang S
yang signifikan di kedalaman tertentu. Hanya ada kenaikan bertahap dari
kedalaman 36 km sampai 65 km (gambar 4.6).
Salah satu hasil dari inversi ini adalah kecepatan gelombang P. Steinhard
(1967) mendefinisikan lapisan Moho adalah lapisan dimana terjadi kenaikan
kecepatan gelombang P secara signifikan antara 7,6 dan 8,6 km/s. Pada
kedalaman 36 ke kedalaman 38 terjadi kenaikan nilai kecepatan gelombang P
35
-100
-400
-500
-600
Gambar 4.9 Kontur ketebalan kerak bumi. Gambar kiri hasil penelitian dan
gambar kanan model ketebalan kerak bumi 1 derajat (Laske dkk., 2013).
Kontur ketebalan kerak bumi Gambar 4.9 kiri merupakan kontur ketebalan
kerak bumi berdasarkan tabel 4.1. Dengan menggunakan receiver function yang
lebih akurat dalam pemetaan struktur kecepatan lokal di bawah stasiun, maka
penelitian ini memperbarui ketebalan kerak bumi yang dibuat oleh Laske dkk.,
(2013). Penelitian ini juga menggunakan jaringan sensor yang rapat sehingga
38
Gambar 4.10 Daerah penelitian untuk model kecepatan tiga dimensi. Kontur
kecepatan gelombang S di atas merupakan kontur kecepatan gelombang S di
kedalaman 2 km.
39
Gambar 4.12 Peta irisan AB dengan Google Earth. Segitiga kuning menunjukkan
letang Gunung Jailolo dan Gunung Gamalama
41
Gambar 4.13 Kontur kecepatan gelombang S irisan CD. Daerah kontur yang di
batasi garis putus – putus warna kuning diidentifikasi terdapat lapisan Moho.
Gambar 4.14 Kontur kecepatan gelombang S irisan EF. daerah diantara garis
putus – putus hitam diidentifikasi terdapat lapisan Moho.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Telah berhasil dipetakan ketebalan kerak bumi dan model kecepatan pada
8 stasiun seismik dengan receiver function di daerah Halmahera. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Terdapat 2 poin hal penting antara lain :
5.2 Saran
Struktur kecepatan lokal ini perlu diuji dan dibandingkan dengan struktur
kecepatan lokal dari metode penentuan struktur kecepatan lainnya. Untuk
memperbaiki hasil yang telah ada diperlukan tambahan pencatatan gempa
teleseismik yang lebih banyak, penggunaan joint inversion dengan surface wave
dispersion, dan penambahan stasiun dengan penelitian receiver function
menggunakan stasiun short period di dalam projek penelitian Jailolo.
43
44
Daftar Pustaka
Airy, G.B., 1855. On the computation of the effect of the attraction of mountain
masses, as disturbing the apparent astronomical latitude of stations in
geodetic surveys. Phil. Trans. R. Soc., Lond., Ser. B, 145: 101-104
Ammon, C.J., Randall, G.E., dan Zandt, G., 1990, On The Nonuniqueness of
Receiver function Inversion, J. geopys. Res.,95, pp. 15303-15318.
Ammon, C.J., 1991, The Isolation of Receiver Effects From Teleseismic P
Waveforms, Bull. Seismol. Soc. Am., 81, 2504-2510.
Ammon, C.J., 1997, An Overview of Receiver-Function Analysis [online]
http://eqseis.geosc.psu.edu/~cammon/HTML/RftnDocs/rftn01.html,
diakses 31 Agustus 2017.
Amukti, R., Suryanto, W., dan Suharno, 2015, Subsurface Structure Model of
Merapi Using Receiver function, Proceeding World Geothermal
Congress.
Amukti, R., dan Suryanto, W., 2016, Analisa Receiver function Teleseismic untuk
Mendeteksi Moho pada Stasiun Bkb Data MERAMEX, Indonesian Journal
of Applied Physics, 3 No. 2.
Bassin, C., Laske G., dan Masters, G., 2000, The Current Limits of Resolution for
Surface Wave Tomography in North America, EOS Trans AGU, 81, F897.
Bath, M., dan Steffanson, R., 1966, S-P conversion from the base of the crust,
Ann. Geophys., 19, 119-130.
Bohm, M., Asch, G., Fauzi, P., Flueh, E., Brotopuspito, K., Kopp, H., Luehr,
B.G., Puspito, N.T., Rabbel, W., Wagner, D., dan MERAMEX Group,
2005. The MERAMEX project – a seismological network in Central Java,
Indonesia, In: Sonderkolloquium ‘‘Geotechnologien”. GFZ, Potsdam, pp.
6–9.
Clayton, R., dan Wiggins, R., 1976, Source Shape Estimation and Deconvolution
of Teleseimic Body Waves, Geophys. JR Astron. Soc.,47, 151-177.
Dziewonski, A. M., Anderson, D. L., 1981, Preliminary reference earth model.
Phys. Earth Planet. Inter. 25: 297-356
Hall, R. dan Wilson, M.E.J., 2000, Neogene Sutures in eastern Indonesia, Journal
of Asian Earth Sciences, 18, pp. 787–814.
Hall, R., dan Spakman, W., 2002, Subducted slabs beneath the eastern Indonesia-
Tonga region: insights from tomography, Earth and Planetary Science
Letters,201, 321-336,
45
Hatherton, T., dan Dickinson, W. R., 1969, The Relationship between Andesitic
Volcanism and Seismicity in Indonesia, the Lessen Antilles, and Other
Island Arcs, J. Geophys. Res., 74, No. 22.
Herrmann, R. B., 2013, Computer programs in seismology: An evolving tool for
instruction and research, Seism. Res. Lettr. 84, 1081-1088,
Ibrahim, G., Subardjo, dan Sendjaja, P., 2010, Tektonik dan Mineral di Indonesia,
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta.
Jeffreys, H., 1926, On near earthquakes, Monthly Not. Roy. Ast. Soc. Geophys.
Suppl., 1, 385
Julia, J., Ammon, C. J., Herrman, R. B., dan Correig, A. M., 2000, Joint inversion
of receiver function and surface wave dispersion onservations, Geophys. J.
Int. 143, 99-112.
Kennett B.L.N., Engdahl E.R. dan Buland R., 1995, Constraints on seismic
velocities in the earth from travel times, Geophys. J. Int, 122, 108-124.
Kieling, K., Roessler, D., Krueger, F., 2010, Receiver function Study in Northern
Sumatra and The Malaysian Peninsula, J. Seismol.,15,235-259.
Kikuchi, M., dan Kanamori, H., 1982, Inversion of Complex Body Waves, Bull.
Seism. Soc. Am.,72, 491-506.
Kind, R. dan Vinnik, L. P., 1988, The upper mantle discontinuities underneath the
GRF array from P-to-S converted phases, J. Geophys., 62,138-147.
Langston, C. A., 1977, Corvallis, Oregon, crustal and upper mantle receiver
structure from teleseismic P and S waves, Bull. Seismol. Soc. Am., 67, 713-
724.
Langston, C., 1979, Structure Under Mount Rainier, Washington, Inferred From
Teleseismic Body Waves,J. Geophys. Res., 84, 4749- 4762.
Ligorria, J., dan Ammon, C., 1999, Iterative Deconvolution and Receiver-
Function Estimation, Bull. Seism. Soc. Am.,89, 1395- 1400.
Laske, G., Masters., G., Ma, Z., dan Pasyanos, M., 2013, Update on CRUST1.0-A
1- degree Global Model of Earth’s Crust, Geophys. Res. Abstracts, 15,
Abstract EGU2013-2658.
46
Macpherson, K. A., Hidayat, D., dan Goh, S. H., 2012, Receiver function structure
beneath four seismic stations in Sumatra region, Journal of Asian Earth
Science, 46, 161-176.
Milsom, J., Hall, R., dan Padmawidjaja, T., 1996, Gravity fields in eastern
Halmahera and the Bonin Arc: Implication for ophiolite origin and
emplacement, Tectonics, 15, 84-93.
Mooney, W. D., Laske, G., dan Masters, G., 1998, CRUST 5.1: A global crustal
model at 5ox5o, J. Geophys. Res.,103, 727-747.
Özakin, Y., 2008, Crustal Structure of Southwestern Anatolia Using P-Receiver
Function Analysis, Thesis, Boğaziçi University.
Passarelli, L., Heryandoko, N., Rasmid, Zimmer, M., Cesca, S., Rivalta, E.,
Rohadi, S., Merdianto, U., Dahm, T., Milkereit, C., 2016, Jailolo network,
West Halmahera - Indonesia 2016/2018. GFZ Data Services.
Other/Seismic Network.
Puspito, N. T., Yamanaka, Y., Miyake, T., Shimazaki, K., dan Hirahara, K., 1999,
Three-dimensional P-wave velocity structure beneath the Indonesian
region, Tectonophysics, 220, 175-192.
Robertson, E. C., 1966, The Interior of The Earth, Geological Survey Circular
532.
Saita, T., Suetsugu, D., Ohtaki, T., Takenaka, H., Kanjo, K., dan Purwana, I.,
2002, Transition zone thickness beneath Indonesia as inferred using the
receiver function method for data from JISNET regional broadband
seismic network,Geophysical Research Letters, 29, No. 7, 1115.
Sodoudi, F., 2005, Lithospheric structure of the Aegean obtained from P and S
receiver functions, Disertasi, Universitat Berlin.
Steinhard, J. S., 1967, Mohorovicic discontinuity. In International Dictionary of
Geophysics, ed. S. K. Runcorn, 2: 991-94 Oxford: Pergamon
Suryanto, W., Nurdiyanto, B., dan Pakpahan, S., 2010. Implementasi Perhitungan
Receiver function Untuk Gempa Jauh (Teleseismic) Menggunakan
Matlab, Jurnal Meteorologi Dan Geofisika, 11, 67-73.
Syuhada, S., Hananto, N.D., Puspito, N.T., Anggono, T., Handayani, L., dan
Yudistira, T., 2015, Crustal structure beneath two seismic stations in the
47
Syuhada dan Anggono, T., 2016, Crustal Structure in the Southern Part of West
Java Based on Analysis of Teleseismic Receiver function, AIP Conf.
Proc.,1711, 070001.
Syuhada, Hananto, N. D., Abdullah, C. I., Puspito, N. T., Anggono, T., dan
Yudistira, T., 2016, Crustal Structure Along Sunda-Banda Arc Transition
Zone from Teleseismic Receiver function, Acta Geophysica, 64, 2020-
2050.
Triarso, E., Permana, H., Troa, R. A., dan Prihantono., 2012, Analisis
morfostruktur dan tomografi untuk identifikasi keterdapatan aktivitas
hidrotermal bawah laut di kawasan perairan Halmahera, J. Segara, 8: 89-
96.
Widiyantoro, S., dan Hilst, R. V. D., 1997, Mantle structure beneath Indonesia
inferred from high-resolution tomographic imaging, Geophys. J. Int.,130,
167-182.
Wolbern, I., dan Rumpker, G., 2016, Crustal thickness beneath Central and East
Java (Indonesia) inferred from P receiver functions. Journal of Asian
Earth Sciences,115, 69-79.
Zhu, L., dan Kanamori, H., 2000, Moho depth variation in southern California
from teleseismic receiver functions, Journal of Geophysical Research,
105, B2, pp. 2969-2980.
48
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Kecepatan gelombang S dan receiver function.
BB01 BB02
H(KM) VP(KM/S) VS(KM/S) H(KM) VP(KM/S) VS(KM/S)
2 7,0648 3,9407 2 3,425 1,9105
2 8,1963 4,5716 2 4,5273 2,5251
2 8,6046 4,7994 2 5,7774 3,2226
2 9,1132 5,0829 2 6,0783 3,3903
2 9,4679 5,2811 2 6,99 3,8987
2 8,9987 5,0191 2 7,5535 4,2133
2 8,4929 4,7371 2 8,3867 4,6782
2 7,7437 4,3194 2 8,3033 4,6315
2 8,4801 4,7298 2 8,0559 4,4935
2 8,6801 4,8412 2 7,9217 4,4186
2 8,7893 4,9024 2 8,1899 4,5682
2 8,6529 4,8262 2 8,5715 4,7811
2 8,6494 4,8246 2 8,3467 4,6557
2 9,0075 5,0244 2 8,2085 4,5785
2 9,0514 5,048 2 8,4061 4,6887
2 8,9777 5,0075 2 8,2238 4,5872
2 9,0553 5,0505 2 7,7493 4,3222
2 8,7567 4,8846 2 7,5639 4,2188
2 8,9696 5,0029 2 7,7305 4,312
2 9,7318 5,4281 2 8,0639 4,4977
2 9,5962 5,3526 2 8,6508 4,8254
2 9,2294 5,1476 2 8,792 4,9041
2 9,1491 5,1033 2 8,5019 4,742
2 9,3514 5,2158 2 8,2625 4,6087
2 9,5636 5,3346 2 8,3826 4,6757
5 10,0829 5,624 5 8,0002 4,4621
5 9,9378 5,5441 5 7,9099 4,4132
5 9,615 5,3652 5 8,1349 4,5395
5 9,2738 5,1755 5 7,394 4,1267
5 9,2449 5,1609 5 7,4052 4,1334
5 9,5059 5,2964 5 7,8659 4,3828
5 9,7436 5,441 5 8,2824 4,6258
5 9,8257 5,488 5 8,5443 4,7719
5 9,8305 5,4893 5 8,6068 4,8063
5 9,8271 5,4904 5 8,6305 4,8228
53
BB03 BB04
H(KM) VP(KM/S) VS(KM/S) H(KM) VP(KM/S) VS(KM/S)
2 5,6794 3,1678 2 3,2189 1,7954
2 7,2119 4,0226 2 5,6762 3,166
2 7,7059 4,2981 2 6,4132 3,5768
2 7,5147 4,1919 2 7,5943 4,2357
2 7,9063 4,4098 2 7,7755 4,3369
2 8,0135 4,4696 2 8,1823 4,5635
2 8,2081 4,5787 2 8,032 4,48
2 8,1844 4,5651 2 7,5647 4,2193
2 8,149 4,545 2 6,6039 3,6834
2 8,105 4,5208 2 6,0198 3,3575
2 8,3637 4,665 2 6,1745 3,444
2 8,0757 4,5043 2 6,1159 3,4109
2 8,2327 4,5921 2 6,1021 3,4033
2 8,7848 4,9 2 6,7453 3,7624
2 8,0466 4,4882 2 7,3558 4,1031
2 7,5978 4,2378 2 7,6857 4,2867
2 8,0082 4,4674 2 8,0099 4,4679
2 8,4048 4,6883 2 8,1766 4,5608
2 8,296 4,6274 2 8,1323 4,5361
2 8,8181 4,9186 2 8,0299 4,4784
2 8,5841 4,788 2 8,5533 4,771
2 8,5103 4,7471 2 9,2994 5,1871
2 8,7211 4,8645 2 9,5662 5,3361
2 8,8014 4,9089 2 9,7389 5,4321
2 8,9618 4,9989 2 9,5044 5,3015
5 8,9734 5,0053 5 9,2009 5,132
5 8,9223 4,9775 5 9,4048 5,2464
5 8,009 4,4692 5 9,3693 5,2279
55
BB05 BB06
H(KM) VP(KM/S) VS(KM/S) H(KM) VP(KM/S) VS(KM/S)
2 2,7225 1,5184 2 7,6204 4,2504
2 4,2186 2,3534 2 8,1317 4,5355
2 6,3157 3,5227 2 8,1176 4,5276
2 7,4687 4,1657 2 8,4362 4,7056
2 7,4111 4,1337 2 8,9308 4,9815
2 7,3455 4,0973 2 8,4702 4,7245
2 8,1747 4,5596 2 8,262 4,6084
2 9,2313 5,149 2 7,9862 4,4545
2 10,1259 5,6477 2 8,4081 4,6897
2 10,634 5,9311 2 7,7493 4,3229
2 10,7737 6,0093 2 8,2936 4,6259
2 10,3993 5,8008 2 9,1991 5,1309
2 9,7368 5,4311 2 8,6465 4,8227
2 9,0005 5,02 2 9,0063 5,0234
2 8,527 4,756 2 9,0758 5,0624
2 8,432 4,7029 2 9,374 5,2288
2 8,2636 4,6089 2 9,666 5,3915
2 8,1467 4,5441 2 9,25 5,1599
2 8,3977 4,6838 2 9,5908 5,3497
2 8,8951 4,9613 2 9,7269 5,4254
2 9,3185 5,1975 2 8,8404 4,9305
57
GLMI TNTI
H(KM) VP(KM/S) VS(KM/S) H(KM) VP(KM/S) VS(KM/S)
2 3,6523 2,0373 2 4,4782 2,4977
2 6,1157 3,4111 2 5,9238 3,3038
2 7,4632 4,1626 2 6,8964 3,8465
2 8,5582 4,7732 2 7,5246 4,1968
2 8,4979 4,7399 2 8,6676 4,8344
2 8,2104 4,58 2 10,0737 5,6191
2 8,0717 4,502 2 11,4872 6,4071
2 7,4615 4,1615 2 12,403 6,918
2 6,7406 3,7599 2 12,6049 7,0305
2 6,4974 3,6241 2 11,9899 6,6872
2 6,5404 3,6481 2 10,0132 5,5851
2 6,876 3,8348 2 7,7675 4,3328
2 7,1741 4,0014 2 6,354 3,5445
2 7,7095 4,3002 2 6,7458 3,7629
59
2 8,609763 4,802288
2 8,64605 4,822438
2 8,44965 4,712925
2 8,392288 4,681
2 8,207238 4,577725
2 7,905288 4,409425
2 8,151025 4,546475
2 8,277563 4,617013
2 8,2965 4,62755
2 8,307313 4,633588
2 8,23385 4,592713
2 8,463363 4,720688
2 8,85075 4,9366
2 8,947888 4,990925
2 9,155838 5,10695
2 9,406775 5,24685
2 9,52755 5,314263
2 9,506288 5,302538
5 9,360588 5,221075
5 9,457738 5,276213
5 9,44015 5,26765
5 9,219525 5,145475
5 8,988463 5,0174
5 8,9924 5,010388
5 9,003988 5,028288
5 9,014238 5,034863
5 9,023675 5,038788
5 9,043025 5,052838
10 9,0642 5,061913
10 9,023688 5,044325
10 9,010663 5,029563
10 9,032963 5,0266
10 9,042525 5,016188
10 9,035188 4,998325
10 9,032188 4,982338
10 9,069188 4,987188
10 9,122125 5,001975
10 9,11545 4,983525
10 9,104725 4,963
10 9,0944 4,94955
10 9,085775 4,9433
62
10 9,078625 4,937788
10 9,072425 4,932563
10 9,066375 4,927575
10 9,061175 4,922725
10 9,055763 4,917388
10 9,04965 4,911138
10 9,043238 4,905325
10 9,036575 4,899013
10 9,030013 4,892838
10 9,02325 4,886813
10 9,01675 4,880888
10 9,01015 4,874725
10 9,00305 4,868713
10 8,996388 4,862213
10 8,989413 4,85645
10 8,981988 4,850113
10 8,9754 4,8442
10 9,0119 4,8615
10 9,3769 5,0911
10 9,4105 5,1123
10 9,4438 5,1336
10 9,4777 5,1546
10 9,5112 5,1758
10 9,5449 5,197
10 9,5785 5,2181
10 9,6119 5,2394
10 9,6458 5,2604
10 9,6794 5,2816
10 9,713 5,3029
10 9,7466 5,3242
10 9,7799 5,3454
10 9,8137 5,3669
10 9,8473 5,3883
10 9,8808 5,4094