Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Konsep


2.1.1 Kesiapan Tanggap Darurat
2.1.1.1 Pengertian Kesiapan Tanggap Darurat
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang dampak buruk yang ditimbulkan meliputi
kegiatan penyalamatan dan evaluasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar perlindungan, pengurusan pengunsi
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. (Menurut UU
No 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana).
Media center tanggap darurat bencana, selanjutnya di sebut
media center, adalah wahana pelayanan informasi kebijakan pos
komando tanggap darurat bencana berbasis teknologi informasi dan
komunikasi untuk menyediakan informasi yang diinginkan,
memberikan kemudahan, dan kecepatan dalam diseminasi
informasi yang actual, obyektif, dan faktual.( menurut ketentuan
pasal 47 ayat 5 peraturan pemerintah No 21 tahun 2008 tentang
penyelenggaraan penanggulangan bencana).
Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
tanggap darurat adalah serangkaian keadaan ketika ancaman
bencana terjadi dan telah mengganggu kehidupan dan penghidup
sekelompok orang /masyarakat.
2.1.1.2 Status Keadaan Darurat Bencana Untuk Covid-19
1. Jika ditetapkan status keadaan darurat, belum terdapat kasus yang
ditemukan di wilayah NKRI atau satu wilayah tertentu di
Indonesia;
2. Jika ditetapkan status keadaan darurat, dapat menimbulkan
kepanikan dan akan berdampak pada stabilitas keamanan, sosial,
dan perekonomian (contoh: saat erupsi Gn. Agung 2017)
3. COVID-19 merupakan ancaman yang unik karena belum terdapat
kasus, belum terjadi KLB, namun perlu dilakukan tindakan-
tindakan untuk mencegah agar hal-hal tersebut tidak terjadi.
(Rakerkesnas 2020 jakarta, 20 februari 2020)

2.1.1.3 Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel


Coronavirus (Kemkes)

1. Sangat informatif (alur deteksi dini dan respons di pintu masuk


dan wilayah, alur pelaporan, alur pemeriksaan specimen COVID-
19, contoh media promosi kesehatan COVID-19, perbedaan
kriteria pasien dalam pengawasan dan orang dalam pemantauan,
pencegahan komplikasi COVID-19, formulir- formulir, contoh
surat pengantar pemeriksaan lab, dsb)
2. Masih terdapat ”ruang” untuk melengkapi kesiapsiagaan/kesiapan
dalam melakukan pencegahan dan meminimalisir penyebaran
(terminology yang tepat?), sebagai contoh, hal-hal yang terkait:
a. Community preparedness
b. Community recovery
c. Emergency operations coordination
d. Emergency public information & warning
e. Information sharing
f. Responder safety & health
g. Volunteer Management
(Rakerkesnas 2020 jakarta, 20 februari 2020 )

2.1.1.4 Triage: Deteksi Dini Pasien dalam Pengawasan 2019-nCoV


Infeksi 2019-nCoV dapat menyebabkan gejala ISPA ringan
sampai berat bahkan sampai terjadi Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik. Deteksi dini
manifestasi klinis akan menentukan waktu yang tepat penerapan
tatalaksana dan PPI. Pasien dengan gejala ringan, rawat inap tidak
diperlukan kecuali ada kekhawatiran untuk perburukan yang cepat.
Deteksi 2019-nCoV sesuai dengan definisi operasional surveilans
2019- nCoV. Pertimbangkan 2019-nCoV sebagai etiologi ISPA
berat. Semua pasien yang pulang ke rumah harus memeriksakan
diri ke rumah sakit jika mengalami perburukan. Berikut
manifestasi klinis yang berhubungan dengan infeksi 2019-nCoV.
(Kemenkes RI 28 Junuari 2020).
2.1.1.5 Pencegahan Komplikasi
Terapkan tindakan berikut untuk mencegah komplikasi pada
pasien kritis/berat:
Tabel pencegahan komplikasi
Tindakan
Mengurangi lamanya hari - Protokol penyapihan meliputi penilaian harian kesiapan untuk
penggunaan ventilasi bernapas spontan
mekanik invasive (IMV) - Lakukan pemberian sedasi berkala atau kontinyu yang minimal,
titrasi untuk mencapai target khusus (walaupun begitu sedasi
ringan merupakan kontraindikasi) atau dengan interupsi harian
dari pemberian infus sedasi kontinyu
Mengurangi terjadinya - Intubasi oral adalah lebih baik daripada intubasi nasal pada
ventilator-associated remaja dan dewasa
pneumonia (VAP) - Pertahankan pasien dalam posisi semi-recumbent (naikkan
posisi kepala pasien sehingga membentuk 0 sudut 30-45 )
- Gunakan sistem closed suctioning, kuras dan buang kondensat
dalam pipa secara periodic
- Setiap pasien menggunakan sirkuit ventilator yang baru;
pergantian sirkuit dilakukan hanya jika kotor atau rusak
- Ganti alat heat moisture exchanger (HME) jika tidak berfungsi,
ketika kotor atau setiap 5-7 hari
Mengurangi terjadinya - Gunakan obat profilaksis (low molecular-weight
tromboemboli vena heparin, bila tersedia atau heparin 5000 unit subkutan dua kali
sehari) pada pasien remaja dan dewasa bila tidak ada
kontraindikasi.
- Bila terdapat kontraindikasi, gunakan perangkat
profilaksis mekanik seperti intermiten pneumatic
compression device.
Mengurangi terjadinya Gunakan checklist sederhana pada pemasangan kateter IV sebagai
infeksi terkait catheter- pengingat untuk setiap langkah yang diperlukan agar pemasangan
related bloodstream tetap steril dan adanya pengingat setiap harinya untuk melepas
kateter jika tidak diperlukan.
Mengurangi terjadinya Posisi pasien miring ke kiri-kanan bergantian setiap dua jam.
ulkus karena tekanan
Mengurangi terjadinya - Berikan nutrisi enteral dini (dalam waktu 24-48 jam pertama)
stres ulcer dan pendarahan - Berikan histamin-2 receptor blocker atau proton-pump
saluran inhibitors. Faktor risiko yang perlu diperhatikan untuk
pencernaan terjadinya perdarahan saluran pencernaan termasuk pemakaian
ventilasi mekanik ≥48 jam, koagulopati, terapi sulih ginjal,
penyakit hati, komorbid ganda, dan skor gagal organ yang tinggi
Mengurangi terjadinya Mobilisasi dini apabila aman untuk dilakukan.
kelemahan akibat
perawatan di ICU
2.1.1.6. Pengobatan spesifik anti-2019-nCoV
Tidak ada pengobatan spesifik anti-2019-nCoV untuk pasien
dalam pengawasan atau konfirmasi 2019-nCoV.(Kemenkes RI 28
Junuari 2020)

2.1.1.7. Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


Ketika Merawat Pasien dalam Pengawasan dan Kasus
Konfirmasi 2019-nCoV
Batasi jumlah petugas kesehatan, anggota keluarga dan
pengunjung yang melakukan kontak dengan pasien dalam
pengawasan atau konfirmasi terinfeksi 2019-nCoV. (Kemenkes RI
28 Junuari 2020)

 Tunjuk tim petugas kesehatan terampil khusus yang akan


memberi perawatan kepada pasien terutama kasus probabel dan
konfirmasi untuk menjaga kesinambungan pencegahan dan
pengendalian serta mengurangi peluang ketidakpatuhan
menjalankannya yang dapat mengakibatkan tidak adekuatnya
perlindungan terhadap pajanan. Selain kewaspadaan standar,
semua petugas kesehatan, ketika melakukan kontak dekat
(dalam jarak kurang dari 1 meter) dengan pasien atau setelah
memasuki ruangan pasien probabel atau konfirmasi terinfeksi
harus selalu:
1) Memakai masker N95
2) Memakai pelindung mata (yaitu kacamata atau pelindung
wajah)
3) Memakai gaun lengan panjang, dan sarung tangan bersih,
tidak steril, (beberapa prosedur mungkin memerlukan
sarung tangan steril)
4) Membersihkan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungannya dan segera setelah melepas
APD.
Jika memungkinkan, gunakan peralatan sekali pakai atau yang
dikhususkan untuk pasien tertentu (misalnya stetoskop, manset
tekanan darah dan termometer). Jika peralatan harus digunakan
untuk lebih dari satu pasien, maka sebelum dan sesudah
digunakan peralatan harus dibersihkan dan disinfeksi. Petugas
kesehatan harus menahan diri agar tidak menyentuh/menggosok–
gosok mata, hidung atau mulut dengan sarung tangan yang
berpotensi tercemar atau dengan tangan telanjang. Tempatkan
pasien dalam pengawasan, probabel atau konfirmasi terinfeksi
2019- nCoV di ruangan/kamar dengan ventilasi yang memadai
dengan kewaspadaan penularan airborne, jika mungkin kamar
yang digunakan untuk isolasi (yaitu satu kamar per pasien)
terletak di area yang terpisah dari tempat perawatan pasien
lainnya. Bila tidak tersedia kamar untuk satu orang, tempatkan
pasien-pasien dengan diagnosis yang sama di kamar yang sama.
Jika hal ini tidak mungkin dilakukan, tempatkan tempat tidur
pasien terpisah jarak minimal 1 meter. Selain itu, untuk pasien
dalam pengawasan, probabel atau konfirmasi terinfeksi 2019-
nCoV perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
 Hindari membawa dan memindahkan pasien keluar dari
ruangan atau daerah isolasi kecuali diperlukan secara medis.
Hal ini dapat dilakukan dengan mudah bila menggunakan
peralatan X-ray dan peralatan diagnostik portabel penting
lainnya. Jika diperlukan membawa pasien, gunakan rute yang
dapat meminimalisir pajanan terhadap petugas, pasien lain
dan pengunjung.
 Memberi tahu daerah/unit penerima agar dapat menyiapkan
kewaspadaan pengendalian infeksi sebelum kedatangan
pasien.
 Bersihkan dan disinfeksi permukaan peralatan (misalnya
tempat tidur) yang bersentuhan dengan pasien setelah
digunakan.
 Pastikan bahwa petugas kesehatan yang
membawa/mengangkut pasien harus memakai APD yang
sesuai dengan antisipasi potensi pajanan dan membersihkan
tangan sesudah melakukannya.

2.1.1.8. Durasi Tindakan Isolasi untuk Pasien dalam Pengawasan


dan Kasus Konfirmasi 2019-nCoV
Lamanya masa infeksius 2019-nCoV masih belum diketahui.
Disamping kewaspadaan standar yang harus senantiasa dilakukan,
kewaspadaan isolasi juga harus dilakukan terhadap pasien dalam
pengawasan dan konfirmasi 2019-nCoV sampai hasil pemeriksaan
laboratorium rujukan negative. (Kemenkes RI 28 Junuari 2020)

2.1.1.9. Perawatan di Rumah (Isolasi Diri) Orang dalam


Pemantauan
Mengingat bukti saat ini yang masih sangat terbatas
mengenai infeksi 2019-nCoV dan pola penularannya maka dalam
pengawasan 2019-nCoV dilakukan dan dipantau di rumah sakit.
Namun, untuk kasus dalam pemantauan diberikan perawatan di
rumah (isolasi diri) dengan tetap memperhatikan kemungkinan
terjadinya perburukan. Bila gejala klinis mengalami perburukan
maka segera memeriksakan diri ke fasyankes.
Pemantauan kasus dalam pemantauan ini dilakukan oleh
petugas kesehatan layanan primer dengan berkoordinasi dengan
dinas kesehatan setempat. Petugas melakukan pemantauan
kesehatan terkini melalui telepon namun idealnya dengan
melakukan kunjungan secara berkala (harian). Pasien diberikan
edukasi untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
meliputi:
 Melakukan kebersihan tangan rutin, terutama sebelum
memegang mulut, hidung dan mata; serta setelah memegang
instalasi publik.
 Mencuci tangan dengan air dan sabun cair serta bilas
setidaknya 20 detik. Cuci dengan air dan keringkan dengan
handuk atau kertas sekali pakai. Jika tidak ada fasilitas cuci
tangan, dapat menggunakan alkohol 70-80% handrub.
 Menutup mulut dan hidung dengan tissue ketika bersin atau
batuk.
 Ketika memiliki gejala saluran napas, gunakan masker dan
berobat ke fasyankes. (Kemenkes RI 28 Junuari 2020)

2.1.1.10. Perawatan Terhadap Tatalaksana Kontak


Penularan 2019-nCoV dari manusia ke manusia saat ini
sudah terkonfirmasi oleh WHO namun bukti epidemiologinya
masih terbatas maka dilakukan pemantauan kontak untuk
mewaspadai munculnya gejala yang sama. Orang-orang termasuk
petugas kesehatan yang mungkin terpajan dengan pasien dalam
pengawasan atau konfirmasi infeksi 2019-nCoV harus disarankan
untuk memantau kesehatannya selama 14 hari sejak pajanan
terakhir dan segera mencari pengobatan bila timbul gejala
terutama demam,batuk diserta gejala gangguan pernapasan
lainnya. (Kemenkes RI 28 Junuari 2020)
Selama proses 14 hari pemantauan, harus selalu proaktif
berkomunikasi dengan petugas kesehatan. Petugas kesehatan
melakukan pemantauan kesehatan terkini melalui telepon namun
idealnya dengan melakukan kunjungan secara berkala (harian).
Bila selama dalam masa pemantauan, petugas kesehatan
menemukan kasus kontak mengalami sesuai definisi dalam
pengawasan 2019-nCoV maka disarankan untuk mengunjungi
fasyankes terdekat. (Kemenkes RI 28 Junuari 2020)
Petugas sebaiknya memberi saran-saran mengenai kemana
mencari pertolongan bila kontak mengalami sakit, moda
transportasi apa yang sebaiknya digunakan, kapan dan kemana
unit tujuan di sarana kesehatan yang telah ditunjuk serta
kewaspadaan apa yang dilakukan dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi. (Kemenkes RI 28 Junuari 2020)
Fasyankes yang akan menerima harus diberitahu bahwa
akan datang kontak yang mempunyai gejala infeksi 2019-nCoV.
Ketika melakukan perjalanan menuju sarana pelayanan rujukan,
pasien harus menggunakan APD lengkap. Sebaiknya menghindari
menggunakan transportasi umum. Jika kontak yang sakit
menggunakan mobil sendiri, bila mungkin bukalah jendelanya.
Kontak sakit disarankan untuk melakukan kebersihan pernapasan
serta sedapat mungkin berdiri atau duduk jauh (> 1 meter) dari
orang lain ketika sedang transit dan berada di sarana kesehatan.
Kontak sakit dan petugas yang merawat harus melakukan
kebersihan tangan secara benar. Setiap permukaan peralatan yang
menjadi kotor oleh sekret pernapasan atau cairan tubuh ketika
dibawa, harus dibersihkan dengan menggunakan pembersih
rumah tangga atau larutan pembersih. (Kemenkes RI 28 Junuari
2020).
2.1.1.11. Pemulasaran Jenazah

Langkah-langkah pemulasaran jenazah pasien terinfeksi 2019-


nCoV dilakukan sebagai berikut:
1) Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar
ketika menangani pasien yang meninggal akibat penyakit
menular.
2) APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani
jenazah jika pasien tersebut meninggal dalam masa
penularan.
3) Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah
yang tidak mudah tembus sebelum dipindahkan ke kamar
jenazah.
4) Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian
luar kantong jenazah.
5) Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah
meninggal dunia.
6) Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk
melakukannya sebelum jenazah dimasukkan ke dalam
kantong jenazah dengan menggunakan APD.
7) Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga
tentang penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal
dengan penyakit menular. Sensitivitas agama, adat istiadat
dan budaya harus diperhatikan ketika seorang pasien dengan
penyakit menular meninggal dunia.
8) Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet.
9) Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika
diijinkan oleh keluarga dan Direktur Rumah Sakit.
10) Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
11) Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus.
12) Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 (empat) jam
disemayamkan di pemulasaraan jenazah. (Kemenkes RI 28
Junuari 2020)

2.1.1. Coronavirus
2.1.2.1. Pengertian Coronavirus
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada
setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan
penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS-CoV). (Kemenkes RI 28 Junuari
2020).
Novel coronavirus (2019- nCoV) adalah virus jenis baru
yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus
corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari
kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS-CoV dari unta ke
manusia. Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada hewan
namun belum terbukti menginfeksi manusia. (Kemenkes RI 28
Junuari 2020).

2.1.2.2. Manifestasi Klinis


Muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan.
Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak
napas.
Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia,
sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office
melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020,
Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (novel
coronavirus, 2019-nCoV). Penambahan jumlah kasus 2019-
nCoV berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran ke
luar wilayah Wuhan dan negara lain. Sampai dengan 26 Januari
2020, secara global 1.320 kasus konfim di 10 negara dg 41
kematian (CFR 3,1%). Rincian China 1297 kasus konfirmasi
(termasuk Hongkong, Taiwan, dan Macau) dengan 41 kematian
(39 kematian di Provinsi Hubei, 1 kematian di Provinsi Hebei, 1
kematian di Provinsi Heilongjiang), Jepang (3 kasus), Thailand
(4 kasus), Korea Selatan (2 kasus), Vietnam (2 kasus), Singapura
(3 kasus), USA (2 kasus), Nepal (1 kasus), Perancis (3 kasus),
Australia (3 kasus). Diantara kasus tersebut, sudah ada beberapa
tenaga kesehatan yang dilaporkan terinfeksi. Sampai dengan 24
Januari 2020, WHO melaporkan bahwa penularan dari manusia
ke manusia terbatas (pada kontak keluarga) telah dikonfirmasi di
sebagian besar Kota Wuhan, China dan negara lain. (Kemenkes
RI 28 Junuari 2020).

2.1.2.3. Tanda-tanda dan gejala klinis


Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan sebagian
besar adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami
kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat
pneumonia luas di kedua paru-paru. Menurut hasil penyelidikan
epidemiologi awal, sebagian besar kasus di Wuhan memiliki
riwayat bekerja, menangani, atau pengunjung yang sering
berkunjung ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan. Sampai saat
ini, penyebab penularan masih belum diketahui secara pasti.
Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi
dengan mencuci tangan secara teratur, menerapkan etika batuk
dan bersin, memasak daging dan telur sampai matang. Hindari
kontak dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala
penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin. (Kemenkes RI 28
Junuari 2020).

2.1.2.4. Mekanisme penularan


COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol penderita dan
melalui kontak langsung. Aerosol kemungkinan ditransmisikan ketika
orang memiliki kontak langsung dengan penderita dalam jangka waktu
yang terlalu lama. Konsentrasi aerosol di ruang yang relatif tertutup akan
semakin tinggi sehingga penularan akan semakin mudah.( Pedoman
umum menghadapi Pandemi covid-19 2020)

2.2. Riset pendukung


No Judul Peneliti Nama Tahun Desain Populasi Hasil Peneliti
Peneliti Penelitian

1 Evaluasi Della 2018 Observasi non Staf Penelitian ini


Pelaksanaan Safera reaktif yang subdirektorat menunjukkan
Formal Risk Pradanti disajikan secara Penyakit Infeksi bahwa terdapat
Assessment deskriptif Emerging tiga subkategori
Middle East dengan metode Kementerian ancaman dan dua
Respiratory study literature Kesehatan subkategori
Syndrome Republik kerentanan yang
Coronavirus Indonesia. mendapat nilai
Tahun 2018 indeks yang tinggi
serta delapan
subkategori
kapasitas yang
mendapat nilai
yang rendah.

2 Analisis Yusri, 2015 Penelitian ini Populasi - Deskripsi


Kesiap Imran dan menggunakan penelitian ini Informan
Siagaan Mudatsir pendekatan adalah pegawai - Sumber Daya
Kantor kualitatif dan KKP Kelas III Manusia
Kesehatan menggunakan Banda Aceh 12 - Sarana dan
Pelabuhan metode orang dan 6 Prasarana
Kelas Iii triangulasi. intansi lain yang - Pendanaan
Banda Aceh diwakili oleh 1 - Koordinasi
Menghadapi orang pegawai. Lintas Sektoral
Risiko dan Program
Bencana
Infeksi Virus
Mers-Cov Di
Bandara
Sultan
Iskandar
Mudatahun
2015

DAFTAR PUSTAKA
(Menurut UU No 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana).
(Rakerkesnas 2020 jakarta, 20 februari 2020 ) kesiapan menghadapi bencana: siaga
covid 19.
(Kemenkes RI Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus
2019-nCoV 28 Junuari 2020 ).
(Pedoman umum menghadapi Pandemi covid-19 2020 )van Doremalen N,
Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A, Williamson BN, et al. (March
2020). “Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-CoV-
1”. The New England Journal of Medicine. Massachusetts Medical Society.
doi:10.1056/nejmc2004973. PMID

Anda mungkin juga menyukai