Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TERAPI HIPERBARIK OKSIGEN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VI

NAMA KELOMPOK :

PUTRIANI RUMBAWA

DIANA TAYE

HAPSA SUNETH

ROSDIANA LATANGGELE

SITI NURLAILA LATURUA

AFRIANI WALI

YULIA SARI SOPALAUW

RAHMA F MAMANG

MATA KULIAH :

KEP. MATRA LAUT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES MALUKU HUSADA AMBON

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran menghasilkan sejumlah
metode-metode baru dalam upaya penyembuhan penyakit. Salah satu diantaranya adalah
terapi hiperbarik.
Sejarah awal terapi hiperbarik berkaitan dengan dunia penyelaman (diving), seperti
diketahui bahwa manusia telah mengenal aktivitas menyelam sejak jaman dahulu, oleh karena
itu konsep pemikiran terapi hiperbarik oksigen dapat dikatakan sudah memiliki usia yang tua.
Terapi hiperbarik mempunyai riwayat yang tidak tetap. Ruangan di Eropa pada abad
sembilan belas lebih digunakan sebagai spa oleh orang-orang kaya dan modis daripada
sebagai modalitas pengobatan medis untuk mendiagnosa penyakit tertentu.Dilanjutkan
penelitian Paul Bert, Al Behnke, dan Ite Boerma et al. yang mengembangkan dasar pemikiran
ilmiah pada manfaat klinis ilmu kedokteranhiperbarik. Terlepas dari eksploitasi, pasien-pasien
Midwest sebagai penggemarProfesor Orville J. Cunningham pada tahun 1920, oksigen
hiperbarik tidak lagi "sepertiobat untuk suatu penyakit" tetapi sebuah ilmu pengetahuan dasar
terapi hiperbarik. (Binta, 2012)
Di awal tahun 1962, komite dikejutkan oleh Divisi Ilmu Pengetahuan medis
dariAkademi Nasional Ilmu Penetahuan (National Academy of Science) menetapkanDewan
Penelitian Nasional yang merupakan sebuah komite untuk mengevaluasikemanjuran terapi
hiperbarik.Pada tahun 1967, Lembaga Kesehatan Hiperbarik dan bawah laut
didirikan.Merupakan lembaga oganisasi internasional yang mendorong pertukaran
intelektualinformasi mengenai fisiologi, penyelaman, dan pengobatan klinik hiperbarik.
Pertemuan ilmiah merangsang presentasi makalah untuk ulasan, dan hasilnya diterbitkan
dalam jurnal of undersea and hyperbaric medicine. (Binta, 2012)
Dengan desakan dari keduanya, komunitas penggalang dana dan rekan-rekanmedis
mereka, lembaga mempublikasikan laporan utama komite Terapi OksigenHiperbarik pada
tahun 1977. Tak bisa dipungkiri kenyataan ilmiah tentang kegunaandari oksigen hiperbarik
untuk diagnosa yang telah ditetapkan. Dalam hal ini komitemengulas diagnosa potensial
untuk 13 indikasi yang disetujui (Binta, 2012).
Hiperbarik berasal dari kata hyper berarti tinggi, bar berarti tekanan. Dengan kata lain
terapi hiperbarik adalah terapi dengan menggunakan tekanan yang tinggi. Pada awalnya terapi
hiperbarik hanya digunakan untuk mengobati decompression sickness, yaitu suatu penyakit
yang disebabkan oleh penurunan tekanan lingkungan secara mendadak sehingga
menimbulkan sejumlah gelembung nitrogen dalam cairan tubuh baik dalam sel maupun di
luar sel, dan hal ini dapat menimbulkan kerusakan di setiap organ dalam tubuh, dari derajat
ringan sampai berat bergantung pada jumlah dan ukuran gelembung yang terbentuk. Seiring
dengan berjalannya waktu, terapi hiperbarik berkembang fungsinya untuk terapi bermacam-
macam penyakit, beberapa diantaranya: stroke, multiple sclerosis, cerebral edema, keracunan
karbon monoksida dan sianida, trauma kepala tertutup, gas ganggrene, peripheral neuropathy,
osteomyelitis, sindroma kompartemen, diabetic neuropathy, migraine, myocardial infarction.
(Jain, 1990; Guyton dan Hall, 1997).
Di Indonesia terapi hiperbarik pertama kali dimanfaatkan pada tahun 1960 oleh
Lakesla yang bekerjasama dengan RSAL Dr. Ramelan, Surabaya. Sekarang ini banyak
rumah sakit yang mempunyai fasilitas terapi hiperbarik yaitu RSAL Mintohardjo Jakarta, RS
Pertamina Arun Aceh, RS Pertamina Cilacap, RSU Sanglah Denpasar dan masih banyak juga
rumah sakit milik swasta yang memiliki fasilitas tersebut.
Mengetahui besarnya manfaat terapi hiperbarik dalam penyembuhan penyakit di atas,
sudah selayaknya terapi hiperbarik dijadikan salah satu terapi pengobatan baru yang tidak
dapat dipandang sebelah mata. Mengigat Indonesia sendiri merupakan negara maritime dan
kepulauan dimana 65% adalah kepulauan, tidak dipungkiri kejadian masalah kesehatan yang
berhubungan dengan penyelaman yang merupakan salah satu manfaat terapi hiperbarik.
Ironisnya, masih banyak tenaga kesehatan khususnya di bidang kedokteran belum mengenal
dan mengerti manfaat 2 terapi hiperbarik, Sehingga hal ini yang menggugah hati penulis
untuk mengetahui lebih lanjut dan memberi informasi tentang cara kerja dan manfaat terapi
hiperbarik.

B. Rumusan Masalah
Uraian ringkas dalam latar belakang masalah di atas memberikan dasar bagi peneliti untuk
merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran menghasilkan
metode baru salah satunya terapi hiperbarik. Berkaitan dengan penyelaman dan kelautan,
selain itu mempunyai banyak manfaat dalam terapi kesehatan. Indonesia merupakan negara
kepulauan 65% adalah pulau, sehingga pengetahuan tentang terapi hiperbarik sangat penting
dan penggunaan dalam kesehatan terkait dengan kesehatan yang berhubungan dengan
kesehatan penyelaman ataupun masalah kesehatan yang lain. Ironisnya, masih banyak tenaga
kesehatan khususnya di bidang kedokteran belum mengenal dan mengerti manfaat 2 terapi
hiperbarik, Sehingga hal ini yang menggugah hati penulis untuk mengetahui lebih lanjut dan
memberi informasi tentang cara kerja dan manfaat terapi hiperbarik.

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui dan mengenal terapi oksigen hiperbarik di RS. TNI AL dr. Mintohardjo.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui mekanisme kerja dari terapi oksigen hiperbarik.
2. Mengetahui alat yang diperlukan pada terapi oksigen hiperbarik.
3. Mengetahui indikasi yang tepat untuk dilakukan terapi oksigen hiperbarik.
4. Mengetahui kontraindikasi dilakukannya terapi oksigen hiperbarik.
5.Mengetahui protokol penggunaan terapi oksigen hiperbarik yang tepat.

D. Manfaat
a. ManfaatTeoritis
Secara akademis kegiatan field study ini bermanfaat sebagai bahan kajian dalam
menambah ilmu pengetahuan terutama mengenai penggunaan alat hyperbaric chamber .
Pada kegiatan field study ini juga dapat mengetahui sejauh mana manfaat hyperbaric
chamber sebagai terapi.

b. Manfaat Praktis
1. Masyarakat Umum
Sebagai sumber informasi dan bahan ilmu pengetahuan tentang penggunaan alat
hyperbaric chamber.
2. Masyarakat Peneliti
Sebagai data informasi bacaan dan pelengkap bahan referensi untuk penelitian di
bidang Hiperbarik.
3. Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta
Menambah data dan referensi apabila dilakukan kegiatan field study selanjutnya
ataupun penelitian di bidang Hiperbarik.
4. Diri Sendiri
Menambah pengetahuan di bidang Hiperbarik dengan mengatahui alat-alat hyperbaric
chamber dan manfaat dari Hyperbaric Oxygen Therapy.
BAB II
TEORI HIPERBARIK

A. Sejarah Terapi Oksigen Hiperbarik


Terapi oksigen hiperbarik adalah pengobatan oksigenasi hiperbarik yang
dilaksanakan di sarana pelayanan kesehatan dengan menggunakan ruang udara bertekanan
tinggi (RUBT) dan pemberian pernapasan oksigen murni (O2 = 100 %) pada tekanan lebih
dari satu atmosfer dalam jangka waktu tertentu ( Kemenkes, 2008). Oksigen hiperbarik adalah
suatu cara pengobatan dimana pasien menghirup oksigen murni (100%) pada tekanan udara
lebih besar dari pada tekanan udara atmosfer normal (RS AL Mintohardjo).
Terapi oksigen bertekanan tinggi adalah suatu prosedur dimana pasien menempati
suatu ruangan yang disebut dengan ruangan udara bertekanan tinggi (RUBT) dan diberikan
oksigen dengan tekanan 100% dengan harapan untuk menstimulasi penyembuhan untuk
beberapa masalah kesehatan (Erick Supondha) Terapi ini awalnya digunakan untuk penyakit
dekompresi, yaitu suatu penyakit yang dialami oleh penyelam atau pekerja tambang bawah
tanah akibat penurunan tekanan saat naik ke permukaan secara mendadak. Dari berbagai
penelitian diketahui oksigen dengan tekanan tinggi memiliki manfaat lebih, tidak hanya pada
kasus-kasus penyelaman saja. Satu contoh terapi oksigen hiperbarik yang berhasil, digunakan
dalam mempercepat proses penyembuhan luka. Terapi oksigen hiperbarik sebenarnya
merupakan terapi penunjang pada proses penyembuhan luka. Sedangkan perawatan utamanya
sendiri adalah debridement dan penjahitan jika diperlukan. (Indo Diving)
Penggunaan tekanan atmosfer untuk menyembuhkan pasien tidaklah baru. Ternyata
sudah mulai dikenal pada tahun 1600an, sampai akhirnya oksigen yang bersaturasi dalam
darah dengan hemoglobin ditemukan dapat menyembuhkan luka dengan cepat pada tahun
1930an oleh seorang tentara angkatan laut bernama Behnke. Fisher pada tahun 1969 untuk
pertama kali menggunakan oksigen hiperbarik pada 32 pasiennya yang mengalami ulser pada
kaki. Penelitian serupa dilakukan pada tahun 1975 pada pasien lainnya. Oksigen dialirkan dan
dipertahankan selama 41 menit, terapi dilakukan dua kali sehari dan setiap sesi dilakukan
sedikitnya 2-3 jam. Hasil penelitiannya menunjukkan banyak ulkus yang sembuh dengan
baik, walau demikian oksigen bertekanan tinggi gagal pada kasus-kasus iskemia hebat.
Ignacio et.al pada 18 pasien denga jenis ulcer yang berbeda dan hasilnya cukup memuaskan.
Heng memberikan terapi oksigen hiperbarik secara topikal pada 6 pasien denga 27 ulser (5
dari 6 pasien Penyembuhan terjadi pada hari 6 sampai dengan 21 hari, sedangkan 10 ulser
tanpa terapi oksigen hiperbarik tidak terjadi proses penyembuhan pada periode waktu yang
sama. Di Indonesia, pemanfaatan HBOT pertama kali oleh Lakesla yang bekerja sama dengan
RS Angkatan Laut Dr. Ramelan, Surabaya, tahun 1960. Hingga saat ini fasilitas tersebut
masih merupakan yang paling besar di Indonesia. Sementara di tempat lain telah tersedia pula
fasilitas terapi oksigen hiperbarik, diantaranya adalah RSAL Dr RSAL Halong Ambarawa,
RSAL Midiato, RSP Balikpapan, RSP Cilacap, RSU Makasar, RSU Manado, RSU Sangla
Denpasar, RSAL Dr. Mintohardjo, dan Diskes Koarmabar. Terapi oksigen bertekanan tinggi
juga sudah diakui secara internasional maupun nasional sebagai salah satu cabang dari
kedokteran kelautan dan masuk ke dalam terapi ozon bukan sebagai terapi alternatif.
Dasar dari terapi hiperbarik sedikit banyak mengandung prinsip fisika. Teori Toricelli
yang mendasari terapi, digunakan untuk menentukan tekanan udara 1 atm adalah 760 mmHg.
Dalam tekanan udara tersebut komposisi unsur-unsur udara yang terkandung di dalamnya
mengandung Nitrogen (N2) 78 % dan Oksigen (O2) 21%. Dalam pernafasan kita pun
demikian. Pada terapi hiperbarik oksigen ruangan yang disediakan mengandung Oksigen (O2)
100%. Terapi hiperbarik juga berdasarkan teori fisika dasar dari hukum-hukum Dalton,
Boyle, Charles dan Henry. Sedangkan prinsip yang dianut secara fisiologis adalah bahwa
tidak adanya O2 pada tingkat seluler akan menyebabkan gangguan kehidupan pada semua
organisme. Oksigen yang berada di sekeliling tubuh manusia masuk ke dalam tubuh melalui
cara pertukaran gas. Fase-fase respirasi dari pertukaran gas terdiri dari fase ventilasi,
transportasi, utilisasi dan diffusi. Dengan kondisi tekanan oksigen yang tinggi, diharapkan
matriks seluler yang menopang kehidupan suatu organisme mendapatkan kondisi yang
optimal. (Indo Diving)

B. Tujuan dan Manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik


Menurut Kemenkes (2008) tujuan dan manfaat dari terapi oksigen hiperbarik ini
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pengobatan utama, yaitu penyakit-penyakit akibat penyelaman dan
kegiatan kelautan :
a. Penyakit dekompresi
b. Emboli udara
c. Luka bakar
d. Crush injury
e. Keracunan gas karbon monoksida (CO)
2. Sebagai pengobatan tambahan, yaitu untuk :
a. Gas gangrene
b. Komplikasi diabetes mellitus (gangrene diabeticum)
c. Eritema nodusum
d. Osteomielitis
e. Buerger’s disease
f. Morbus Hansen
g. Psoriasis vulgaris
h. Edema serebral
i. Kleroderma
j. Lupus eritematosus (SLE)
k. Rheumatoid artritis
3. Sebagai pilihan pengobatan lain, yaitu untuk :
a. Pelayanan kesehatan dan kebugaran
b. Pelayanan kesehatan olahraga
c. Pasien lanjut usia (geriatric)
d. Dermatologi dan kecantikan
4. Sebagai penunjang diagnostik, yaitu untuk pasien rawat inap dengan :
a. Penyakit dekompresi berat dengan kelumpuhan (parese dan
plegi)
b. Penyakit dekompresi berat dengan pneumonia
c. Penyakit dekompresi berat dengan disertai penyakit jantung
d. Penyakit dekompresi berat dengan inkontinensia urin dan
hematuria

C. Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik


Terapi oksigen hioperbarik telah dimanfaatkan oleh hamper semua orang di dunia.
Tahun 2011 di Amerika Serikat, Undersea and Hyperbaric Medical Society (UHMS) dan
Food and Drug Administration (FDA) mengakui adanya 13 indikasi klinis yang dapat diobati
oleh terapi ini. Indikasi klinis yang dimaksud adalah:
1. Emboli gas arteri
2. Keracunan karbon monokasida
3. Klostridial myositis dan myonecrosis (gas gangrene)
4. Cedera, sindrom kompartemen dan iskemia akut lain
5. Dekompresi
6. Penyumbatan arteri retina
7. Anemia yang parah
8. Abses kepala atau otak
9. Kematian karingan pada infeksi jaringan lunak
10. Osteomyelitis
11. Radiasi cedera jaringan lunak
12. Pencangkokan kulit
13. Luka bakar
Sedangkan menurut Kemenkes (2008), yang ditujukan untuk terapi oksigen
hiperbarik ini adalah:
1. Penyakit dekompresi (DCS)
2. Penyakit emboli udara (arterial gas emboli/AGE)
3. Keracunan gas : CO, sianida,hydrogen disulfide
4. Gas gengren, facitis akuta nekrotikans, osteomielitis refrakter
5. Morbus Hansen
6. Penyakit jamur sistemik
7. Luka bakar
8. Ulkus dan gangrene diabetikum
9. Pengobatan tambahan untuk penyembuhan pasca tindakan bedah plastic dan
rekonstruksi
10. Crush injury
11. Bedah ortopedi
12. Penyakit vaskuler
13. Penyakit neurologi
14. Hematologi (anemia sel sabit)
15. Oklusi arteri sentralis retina
16. Ileus paralitik, tukak lambung
17. Sudden deafnees, menier disease
18. Abses paru

D. Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik


1. Kontraindikasi mutlak
• Pneumothorax yang belum diobati
• Kehamilan
• Keganasan yang belum diradioterapi
2. Kontraindikasi relative
• ISPA
• Sinusitis kronik
• Kelainan kejang-kejang
• Emfisema
• Febris yang tidak terkontrol
• Riwayat pneumothoraks spontan
• Riwayat bedah thorax
• Riwayat operasi telinga
• Lesi paru asimtomatik
E. Efek Samping dan Komplikasi Terapi Oksigen Hiperbarik
Efek samping yang terjadi pada pasien setelah melakukan terapi dengan oksigen
bertekanan tinggi adalah:
1. Merangsang pembentukan pembuluh darah baru
2. Mengurangi pembengkakan dan peradangan
3. Menonaktifkan racun
4. Meningkatkan kemampuan sel darah putih untuk melawan infeksi, membantu
tubuh membangun jaringan ikat baru, dan membunuh beberapa jenis bakteri
berbahaya
5. Membersihkan racun dan produk sisa metabolism
6. Mempercepat proses penyembuhan.
7. Mual
8. Berkeringat
9. Batuk kering
10. Sakit dada
11. Kedutan
12. Tinnitus

Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada pasien setelah terapi adalah:


1. Barotrauma (telinga, sinus, paru, gigi)
2. Keracunan oksigen
3. Temporer myopia
4. Kejang

F. Peralatan
Agar pelayanan hiperbarik dapat dapat terselenggara dengan baik, maka diperlukan
peralatan – peralatan utama dan tambahan yang memadai dan memenuhi syarat di setiap
ruangan sesuai dengan fungsinya.
1) Ruang udara bertekanan tinggi (RUBT)
Ruang udara bertekanan tinggi merupakan fasilitas utama yang dibutuhkan
dalam pelayanan medic hiperbarik. Mekanisme yang terpenting dari RUBT adalah
adanya tekanan, maka oksigen didalamnya member tekanan yang lebih tinggi dari
permukaan air laut. Ukuran, bentuk dan kapasitas tekan dari RUBT sangat bervariasi.
Pembagian tipe RUBT adalah sebagai berikut :
a. RUBT ruang tunggal (Monoplace)
Merupakan tipe RUBT yang sering digunakan. Pasien dapat
dipindahkan kedalam RUBT dengan oksigen yang diisi sesuai dengan
tekanan, yaitu tidak lebih dari 3 ATA. Digunakan untuk penanganan pasien
individu, kasus infeksi dan perawatan intensif. Kelebihannya adalah mudah
dioperasikan, mudah untuk ditempatkan, tidak membutuhkan masker muka,
mudah untuk mengobservasi pasien, serta hanya membutuhkan sedikit tenaga
operator
b. RUBT ruang ganda (Multiplace atau “walk in chamber”)
Digunakan untuk pengobatan bersama beberapa pasien, dimana
pasien bernafas melalui masker yang menutup mulut dan hidung. Tekanan
yang digunakan dapat sampai 6 ATA (untuk indikasi emboli udara dan
penyakit dekompresi)
c. RUBT pengangkut (Mobile/portable)
RUBT yang dapat dipindahkan atau bergerak kemana saja
dibutuhkan, dapat langsung berfungsi di lokasi, bahkan di tempat parkir
Rumah Sakit. Tipe ini sangat ideal untuk mendukung operasi militer, dan
dapat difungsikan sebagai Rumah Sakit di medan tempur, serta dapat
digunakan untuk mendukung penelitian dan terapi
d. RUBT untuk testing dan latihan penyelam
Digunakan untuk melakukan uji coba terhadap penyelam, dimana
ruangan tersebut disimulasikan sesuai dengan kedalaman penyelaman
e. Small hyperbaric chamber
Digunakan untuk neonates dan hewan percobaan (Kemenkes, 2008)
2) Pemilihan tipe RUBT
Tipe tekanan Tipe
Sampai 1,5 ATA RUBT ruang tunggal dan RUBT ruang ganda
Indikasi:
• Iskemi cerebral
• Iskemi kardiak
• Iskemi peripheral vascular
• Pengobatan tambahan untuk kebugaran, kedokteran olahraga,
skin flaps, dan trauma akustik
Sampai 2,5 ATA Non portable dan portable
• Gas gangrene
• Luka bakar
• Crush injury pada ujung lengan / kaki
Sampai 3 ATA Non portable dan portable
• Penanganan darurat pada penyakit dekompresi
Sampai 6 ATA RUBT ruang ganda
• Emboli udara
• Dekompresi

3) Peralatan tambahan untuk RUBT


a. Masker oksigen
b. Respirator dan ventilator
c. Peralatan untuk terapi, yaitu :
1. Peralatan resusitasi jantung paru (RJP)
2. Tabung endotrakeal
3. Alat penghisap (suction)
4. Peralatan infus
d. Peralatan diagnostic :
1. Alat diagnostic kedokteran
2. Alat monitor transkutan oksigen (laser dopler)
3. EKG
4. EEG
5. Alat ukur gas darah
6. Alat monitor tekanan intrakranial
e. Alat neurologi, yaitu oftalmoskop dan dynamometer untuk mengukur
spastisitas
f. Alat latihan, yaitu treadmill
g. Alat terapi, yaitu traksi servikal untuk luka cervical spine
(Kemenkes, 2008)

G. Mekanisme Pengobatan
Mekanisme pengobatan hiperbarik antara lain sebagai berikut :
1. Hiperoksigenasi, memberikan pertolongan segera terhadap jaringan yang miskin
perfusi di daerah yang aliran darahnya buruk
2. Neovaskularisasi, efek teurapetiknya meliputi peningkatan pemecahan fibroblast,
pembentukan kolagen baru dan angiogenesis kapiler di daerah yang sulit terbentuk
neovaskularisasi seperti pada kerusakan jaringan akibat radiasi, osteomielitis refrakter
dan ulkus kronik
3. Hiperoksia akan meningkatkan aktifitas antimikroba, oksigen hiperbarik
menyebabkan terhambatnya toksin dan inaktivasi toksin pada infeksi kuman
Clostridium perfringens (gas gangrene), dan meningkatkan fagositosis serta
membunuh sel darah putih yang teroksidasi, serta meningkatkan aktivitas
aminoglikosida
4. Efek penekanan langsung menggunakan konsep hokum boyle untuk mengurangi
volume intravascular atau gas bebas lainnya
5. Hiperoksia mengakibatkan timbulnya vasokontriksi. Dan terjadi tanpa disertai
komponen hipoksia dan sangat menolong mengurangi timbulnya edema interstitial
pada jaringan yang dicangkok (graft). Penelitian pada aplikasi OHB terhadap
penanganan luka bakar telah mengindikasikan suatu penurunan yang bermakna pada
kebutuhan cairan untuk resusitasi (RS AL Mintohardjo)

H. Protocol Pengobatan
Pengobatan ini dapat berupa pengobatan tunggal maupun pengobatan kombinasi
dengan prosedur medis konvensional, maupun prosedur bedah lainnya. Setelah menjalani
pengobatan OHB, konsultan hiperbarik akan merujuk kembali ke dokter yang merawat (RS
AL Mintohardjo)
BAB III
PERALATAN KOMPONEN RUBT

A. Komponen
1. Pintu
Pintu RUBT dalam keadaan tertutup mampu menahan tekanan yang besar,
baik dari satu sisi maupun dua sisi. Pada umumnya, pintu ini berbentuk bulat dan
pipih tetapi dapat dimodifikasikan sesuai kegunaannya. Sekeliling pintu diberi lapisan
karet agar kedap udara. Karet pelapis ini harus tergolong high elastic rubber dan tahan
terhadap minyak maupun ozon. Untuk meringankan waktu membuka pintu, engsel
dipasang di bagian samping. Terdapat 2 pintu pada RUBT :
• Main Lock : Pintu utama yang umumnya dijadikan pintu masuk
• Emergency Lock : Pintu darurat
2. Jendela
Jendela untuk mengamati kegiatan di dalam RUBT, pada dindingnya
dipasang semacam jendela permanen yang ditutup dengan kaca tebal. Kaca ini terbuat
dari gelas acrylic atau gelas mineral yang tidak mudah pecah bila mendapatkan
tekanan. Jika pecah akan sangat berbahaya bagi orang yang berada di dalam RUBT
karena akan mengalami penurunan tekanan secara mendadak.
3. Kompressor
Kompressor berguna untuk menghasilkan udara yang sudah dimampatkan
kedalam RUBT. Setelah dimampatkan di dalam kompressor, udara di filtrasi
kemudian masuk ke dalam bank persediaan kemudian baru dialirkan ke RUBT.
4. Ventilasi udara segar
Udara luar dan udara masuk biasanya diletakkan secara diagonal agar
pengaliran udara tetap terjamin. Pada pengobatan oksigen tekanan tinggi, biasanya
penderita menghisap O2 100% dengan masker. Kadar O2 tidak boleh >25% karena
dapat menyebabkan kebakaran. Karena itu RUBT juga dilengkapi dengan sarana-
sarana pemadam kebakaran.
5. Penyinaran
Sinar alami yang masuk ke dalam RUBT tidak mencukupi untuk penerangan
di dalamnya. Untuk itu diberikan sinar tambahan dengan tegangan rendah yaitu <42
volt. Biasanya dipakai lampu 2 x 100 watt untuk RUBT dengan diameter 1,8 m dan
panjang 2,4 m.
6. Pendinginan dan Pemanasan
RUBT dilengkapi dengan alat pendingin dan pemanas, karena jika tekanan
udara dalam RUBT dinaikkan, suhu udara didalamnya juga akan naik dan jika
tekanan udara RUBT dikurangi, maka suhu udara di dalam akan turun.
7. Pengatur kelembaban Udara
Kelembaban udara di dalam RUBT diatur dengan menempatkan absorbent
seperti silica gel sebagai penyerap uap air.
8. Peredam suara
Untuk mengurangi kebisingan pada saat kompresi. Mengurangi kebisingan
sampai dibawah 50 dB.
9. Komunikasi
Digunakan untuk melakukan komunikasi antara operator dengan orang yang
berada di dalam RUBT. Biasanya komunikasi dengan voltase rendah dan Sound
Power Telephone.
10. Kamera televisi
Digunakan untuk mengawasi kegiatan yang dilakukan di dalam RUBT.

B. Peralatan tambahan RUBT


a. Masker oksigen
b. Respirator dan ventilator
c. Peralatan untuk terapi, yaitu:
• Peralatan resusitasi jantung dan paru (RJP)
• Tabung endotrakeal
• Alat penghisap (suction)
• Peralatan infus
d. Peralatan diagnostik
• Alat diagnostik kedokteran
• Alat monitor transkutan oksigen
• EKG
• EEG
• Alat ukur gas darah
• Alat monitor tekanan intracranial
e. Alat neurologi
Optalmoskop dan dynamometer untuk mengukur spastisitas
f. Alat latihan
Treadmill
g. Alat terapi
Traksi servikal untul luka cervical spine

C. Mekasnisme kerja pada RUBT/ Hyperbaric Chamber


Tekanan udara yang dihasilkan pada RUBT berasal dari kompresor. Untuk
Hyperbaric chamber digunakan kompresor medical untuk menghasilkan udara dan
digerakan oleh listrik. Menghisap udara bebas kemudian melalui filter catrid udara
disaring, lalu dikumpulkan pada Bufferbank (Airbank). Kemudian melalui filter catrid
lagi, udara tekan yang bersih dialirkan ke Hyperbaric chamber. Oksigen yang digunakan
yaitu oksigen murni 100% yang dialirkan melalui beberapa tabung oksigen dan
dihubungkan pada face mask sehingga dapat dihirup oleh pasien di dalam Hyperbaric
chamber.
Kompresor yang digunakan ada dua jenis yaitu kompresor tekanan tinggi yang dapat
menghasilkan tekanan 200 atmosfer dan kopresor tekanan rendah yang dapat
menghasilkan tekanan sekitar 15 atmosfer. Untuk RUBT digunakan kompresor tekanan
rendah. Selain itu, kompresor juga menggunakan oli nabati atau berasal dari tumbuh-
tumbuhan, ada dua jenis yaitu oli mineral yang dapat digunakan untuk 1000 jam putaran
dan oli sintetik yang dapat digunakan untuk 2000 jam putaran.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Mahasiswa sudah dapat mengenali alat-alat yang dipergunakan dalam pemeriksaan terapi
Hiperbarik.
2. Mahasiswa sudah dapat memahami cara kerja dari alat-alat yang digunakan untuk
pemeriksaan pada Ruang Hiperbarik.
3. Mahasiswa sudah dapat memahami prosedur pemeriksaan pada Ruang Hiperbarik.

Saran

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://intand14kiiroi.blogspot.com/2012/07/hiperbarik.html

http://health.kompas.com/read/2013/03/12/19195876/Sehat.dan.Bugar.Berkat.Terapi.Oksigen.Hip
erbarik.

http://hiperbarikterapi.wordpress.com/2009/01/26/tentang-hiperbarik/
MAKALAH

TREND DAN ISSU PADA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUANG ICCU

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

NAMA KELOMPOK :

DIANA TAYE

HAPSA SUNETH

NURUL AINI OLLONG

ASMA RADA

AMINA LATUKAU

YULIA SARI SOPALAUW

RAHMA F MAMANG

SURYANI RUMIDA

EKA S SONATU

MATA KULIAH :

KEP. KRITIS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES MALUKU HUSADA AMBON

2020

Anda mungkin juga menyukai