Anda di halaman 1dari 7

Indonesian Journal of Paediatric Juli 2018, Volume 1, Number 2

E-ISSN.2615-7802

Penatalaksanaan fraktur Ellis kelas II pada gigi tetap muda

Rizky Fitri Haryuni, Eva Fauziah



Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia, Jakarta.

_____________________________________________________
ABSTRAK

Pendahuluan: Trauma gigi tetap muda merupakan adalah Glass Ionomer Cement pada 11 dan
kasus yang sering terjadi, terutama fraktur kalsium hidroksida pada 21. Kontrol dilakukan 2
sederhana yang disertai luksasi pada gigi anterior. pekan, 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 7 bulan pasca
Trauma ini dapat menyebabkan nekrosis pulpa trauma berdasarkan keluhan subyektif, obyektif,
pada gigi tetap muda dengan akar immatur serta dan pemeriksaan radiografis.
menghambat pembentukan akar. Oleh sebab itu, Pembahasan: Material pulp capping pada fraktur
penatalaksanaan dan pemilihan material yang dentin dipilih berdasarkan sifat antibakteri dan
tepat diperlukan pada kasus ini. kemampuan bahan untuk merangsang terjadinya
Kasus. Anak laki-laki usia 9 tahun datang ke klinik remineralisasi. Glass ionomer cement merupakan
Gigi Anak Rumah Sakit Kesehatan Gigi dan Mulut material yang tepat pada fraktur dentin, tetapi jika
Pendidikan Fakultas Kesehatan Gigi Universitas terdapat ketebalan dentin kurang dari 0,5 mm
Indonesia dengan keluhan gigi anterior atas patah dan tanpa perdarahan dapat digunakan kalsium
sejak 5 hari yang lalu dan terasa nyeri. Gigi #11 hidroksida. Evaluasi yang dilakukan menunjukkan
dan #21 didiagnosis pulpitis reversibel et causa gigi vital dan proses pembentukan akar tetap
Fraktur Ellis Kelas II disertai konkusi. Berdasarkan berlanjut.
klasifikasi Frankl, tingkat kooperatif anak negatif. Kesimpulan: dapat menggunakan perawatan
Penatalaksanaan Kasus: Gigi #11 dan #21 indirect pulp capping dan tumpatan resin komposit.
dilakukan perawatan indirect pulp capping dan Evaluasi dilakukan secara periodik berdasarkan
tumpatan resin komposit. Material yang digunakan pemeriksaan subyektif, obyektif, dan radiografis.
_____________________________________________________
Kata kunci: Fraktur Ellis Kelas II, indirect pulp capping, gigi tetap muda, pembentukan akar fisiologis
_____________________________________________________
PENDAHULUAN Fraktur mahkota pada gigi tetap muda dan
trauma luksasi dapat menyebabkan kematian
Trauma rongga mulut merupakan suatu kondisi pulpa. Hal ini disebabkan oleh masuknya toksin
dengan adanya cedera pada jaringan keras mikroorganisme melalui tubuli dentin sehingga
gigi, pulpa, tulang alveolar, jaringan periodontal, terjadi inflamasi pulpa dan terputusnya aliran
gingiva, dan mukosa oral.1 Sebuah studi di Swedia neurovaskular dari apikal. Regenerasi jaringan
menunjukkan sebanyak 30 % anak mengalami yang tidak terjadi dapat menyebabkan sel-sel pulpa
trauma pada gigi sulung dan 22 % anak mengalami mengalami iskemia dan proses pembentukan akar
trauma pada gigi tetap.2 Selain itu, Andreasen berhenti. Oleh sebab itu, diperlukan penanganan
melaporkan prevalensi trauma gigi yang paling trauma gigi tetap muda yang tepat agar proses
banyak terjadi di Denmark adalah yang mengalami fisiologis pembentukan akar gigi tetap terjadi dan
cedera luksasi yaitu sebanyak 30%-77% dan tidak terjadi inflamasi pulpa dan kelainan pada
Correspondence: fraktur mahkota pada gigi anterior yaitu sebanyak jaringan periodontal.1,6
Rizky Fitri Haryuni 78%.3,4 Insiden tertinggi anak yang mengalami Penatalaksanaan trauma rongga mulut
trauma gigi tetap yaitu terjadi pada usia delapan yang komprehensif diperlukan karena dapat
Departemen Ilmu Kedokteran hingga sebelas tahun dengan proporsi anak laki- mempengaruhi prognosis keberhasilan perawatan.
Gigi Anak, Fakultas laki dua kali lebih banyak dari anak perempuan dan Hal ini dimulai dari mendiagnosis trauma yang
Kedokteran Gigi, Universitas mengenai gigi anterior rahang atas. Etiologi trauma terjadi, penatalaksanaan trauma, hingga pemilihan
Indonesia, Jakarta. gigi tetap yaitu terjatuh, kecelakaan saat bermain, material yang digunakan dengan tepat.5,6,7
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan saat olahraga, Laporan kasus ini akan membahas mengenai
dan tindakan kekerasan.1,2,5 penatalaksanaan trauma pada gigi insisif tetap

@ 2018 IDGAI
166
KASUS

anak usia sembilan tahun yang mengalami fraktur mukosa labial rahang bawah robek. Fragmen gigi
Ellis Kelas II disertai konkusi. yang patah tidak ditemukan. Gusi, bibir, dan gigi
dibersihkan dengan air mineral. Gusi regio anterior
KASUS atas memerah selama dua hari dan terbentuk
sariawan pada mukosa labial rahang bawah. Gigi
Pada tanggal 5 Januari 2017, seorang pasien anterior rahang atas terasa nyeri saat makan dan
anak laki-laki berusia 9 tahun datang ke klinik minum serta ngilu saat minum air dingin, tetapi rasa
IKGA RSGMP FKG UI bersama ibunya untuk nyeri sekarang sudah berkurang. Sejak terjatuh,
memeriksakan gigi anterior atas yang patah anak tidak menyikat gigi.
sejak 5 hari yang lalu. Keadaan umum anak baik Pada pemeriksaan ekstraoral tidak ditemukan
dan dapat berkomunikasi dengan baik. Riwayat asimetri wajah. Kelenjar submandibular kiri
kehamilan ibu tidak ada kelainan dengan proses dan kanan teraba, lunak, dan tidak sakit. Pada
persalinan normal. Anak minum ASI sejak lahir pemeriksaan intraoral ditemukan hubungan vertikal
hingga usia dua tahun dan susu formula bubuk molar satu permanen kanan dan kiri kelas I Angle,
sejak lahir hingga sekarang. Anak mengkonsumsi susunan gigi anterior atas berjejal, dan gigitan silang
ASI dengan menyusu langsung dan susu formula regio 22 terhadap 42. Pada pemeriksaan jaringan
dengan menggunakan botol sejak lahir hingga dua lunak ditemukan ulserasi di mukosa labial regio
tahun dan gelas sejak dua tahun hingga sekarang. 31 diameter 4 mm dan hiperemi hampir seluruh
Anak tidak memiliki alergi makanan dan obat, tidak regio rahang atas dan rahang bawah. Pemeriksaan
pernah sakit berat, dan tidak pernah dirawat di kebersihan mulut berdasarkan metode Green-
rumah sakit. Anak mendapatkan imunisasi sesuai Vermillion menunjukkan status OH buruk dengan
jadwal. indeks plak 2,67. Pada pemeriksaan jaringan keras
Anak mulai menyikat gigi sejak usia dua tahun, ditemukan 11 mengalami fraktur oblique di 1/3
dua kali sehari pagi sebelum sarapan dan saat tengah mahkota dengan keterlibatan dentin, derajat
mandi sore. Anak dibantu menyikat gigi sejak usia kegoyangan 1, dan tes vitalitas termal positif; 21
dua tahun hingga tujuh tahun. Saat ini anak sudah fraktur horizontal di 1/3 tengah mahkota dengan
menyikat gigi sendiri. Dari anamnesis didapatkan keterlibatan dentin, derajat kegoyangan 1, dan
informasi anak terjatuh di air terjun dan gigi tes vitalitas termal positif. Pada perabaan tulang
anterior atas terbentur batu. Setelah terjatuh, anak alveolar regio 11 dan 21, tidak teraba permukaan
menangis dan ditemukan gigi anterior atas patah, yang tidak rata, tetapi terdapat keluhan nyeri pada
gusi regio anterior rahang atas berdarah, dan saat palpasi dan perkusi. Tidak terdapat perubahan

Gambar 1. a. fraktur mahkota dengan keterlibatan dentin gigi 11 dan 21, b. dentin yang terlibat pada fraktur
11 terlihat ketebalan dentin > 0,5 mm dan pada 21 terlihat berbayang kemerahan, tanpa perdarahan, c. oklusi
rahang atas dan rahang bawah kanan normal, d. oklusi rahang atas dan rahang bawah kiri normal, e. ulserasi
mukosa labial regio 31 pasca trauma 5 hari, f. gambaran radiografis gigi 11 dan 21 kunjungan pertama terlihat
apeks masih terbuka, terdapat radiolusensi di apikal 11.

167 Indonesian Journal of Paediatric Juli 2018;1(1):166-172.


KASUS

lengkung rahang. Karies email ditemukan pada pemeriksaan lengkap dilakukan komunikasi,
54, 85, dan karies dentin pada 16, 55, 64, 65, 26, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan gigi mulut
36, 75, 85, dan 46. Radiografis dental pada gigi 11 dan profilaksis oral. Saat KIE, anak diberikan sejelas
menunjukkan adanya gambaran fraktur mencapai mungkin tentang perawatan yang akan diberikan,
dentin, pembentukan akar mencapai 1/3 apikal, waktu dan prosedur perawatan, dan pentingnya
apeks akar masih terbuka, dan pelebaran di ujung bekerja sama selama perawatan. Selanjutnya
apeks. Radiografis dental pada gigi 21 menunjukkan gigi 11 dan 21 diisolasi, serta diirigasi dengan
adanya adanya gambaran fraktur mencapai dentin, menggunakan larutan salin. Gigi 21 diaplikasikan
pembentukan akar mencapai 1/3 apikal, dan apeks kalsium hidroksida dan gigi 11 diaplikasikan
akar masih terbuka. Gambar 1 menunjukkan GIC pada dentin yang terbuka. Setelah kalsium
kondisi intraoral anak dan gambaran radiografis hiroksida dan GIC setting, dilakukan aplikasi
gigi anterior atas pada kunjungan pertama. etsa pada bagian email selama 10 detik, diikuti
Selama pemeriksaan, pasien merasa enggan, dengan pembilasan dengan larutan salin. Kavitas
sering menolak dan merengek, sehingga dapat dikeringkan dengan cotton pellet dan bonding
diklasifikasikan sebagai anak negatif berdasarkan diaplikasikan selama 20 detik dan dipolimerisasi
skala Frankl. Diagnosis keluhan utama adalah dengan menggunakan light cure. Pemilihan
11 dan 21 pulpitis reversibel et causa fraktur Ellis warna resin komposit dilakukan dan bagian email
Kelas II disertai konkusi dan maloklusi Kelas I tipe sepanjang garis fraktur yang mengelilingi gigi
1, 2, dan 3. 11 dan 21 dipreparasi dengan akhiran shoulder.
Selanjutnya dilakukan penumpatan resin komposit.
TATALAKSANA KASUS Selama prosedur penumpatan digunakan Mylar
seluloid strip. Resin komposit diaplikasikan pada
Rencana perawatan untuk pasien ini adalah kavitas dan dipoles dengan menggunakan bur
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan enhance. Pasien diinstruksikan untuk kontrol
gigi mulut dan profilaksis oral; 21 pulp capping setelah 2 pekan, 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan,
indirect dengan menggunakan kalsium hidroksida serta tidak menggigit makanan keras dengan gigi
dan restorasi resin komposit; 11 pulp capping depan selama 1 pekan. Perawatan gigi 11 dan 21
indirect dengan menggunakan GIC dan restorasi pada kunjungan pertama ditunjukkan oleh gambar
resin komposit; dilakukan kontrol periodik gigi 11 2.
dan 21 pada 2 pekan, 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, Pada kunjungan kedua, 20 Januari 2017 (dua
6 bulan, 1 tahun, dan 1,5 tahun pasca trauma; pekan pasca trauma), pasien tidak mengeluhkan
perawatan lanjutan untuk gigi 11 dan 21 pulpektomi sakit jika gigi terkena makanan atau minuman
dan dowel crown; serta orthodontik interseptif. dingin tetapi gigi depan belum digunakan untuk
Penatalaksanaan 11 dan 21 dilakukan menggigit karena pasien merasa takut sakit
saat kunjungan pertama dan untuk gigi yang jika digunakan. Pada kunjungan ini dilakukan
lain dilakukan sesuai dengan indikasi. Setelah pemeriksaan tes vitalitas gigi, perkusi, dan palpasi.

Gambar 2. Perawatan kunjungan pertama. a. Bentuk preparasi kavitas. b. Aplikasi kalsium hidroksida pada 21
dan GIC pada 11. c. Hasil tumpatan komposit dilihat dari labial. d. Hasil tumpatan komposit dilihat dari oklusal.

Indonesian Journal of Paediatric Juli 2018;1(1):166-172. 168


KASUS

Gambar 3. Gambaran klinis tiap kunjungan.a kunjungan kedua, b. kunjungan ketiga, c. kunjungan keempat, d.
kunjungan keenam

Gambar 4. Gambaran radiografis tiap kunjungan. a. kunjungan pertama pada 5 Januari 2015, b. kunjungan
kedua 20 Januari 2017, c. kunjungan ketiga pada 10 Februari 2017, d. kunjungan keempat pada15 Maret 2017,
e. kunjungan kelima pada 14 Mei 2017, f. kunjungan keenam pada 7 Agustus 2017.

Pada pemeriksaan vitalitas gigi dengan tes termal Gigi 21 terlihat 1 mm lebih panjang dibandingkan
dingin dan perkusi ditunjukkan hasil positif, dan dengan 11.(Gambar 3.b). Pemeriksaan vitalitas
pemeriksaan palpasi menunjukkan hasil negatif. pulpa dengan tes termal dingin menunjukkan hasil
Radiograf gigi 21 dan 11 menunjukkan tidak ada positif dan tes palpasi negatif. Akan tetapi, pada
gambaran radiolusensi di apikal gigi dan akar pemeriksaan perkusi ditemukan hasil positif. Oleh
masih terbuka.(Gambar 4.b) Ulserasi pada mukosa karena itu, pasien disarankan untuk kontrol 1 pekan
labial sudah hilang. Gigi mengalami rehidrasi kemudian. Radiograf gigi 11 dan 21 menunjukkan
sehingga tumpatan terlihat lebih menyatu dengan tidak ada gambaran radiolusensi di apikal gigi
gigi.(Gambar 3.a) dan akar masih terbuka.(Gambar 4.c) Satu pekan
Pada kunjungan ketiga, 10 Februari 2017 (satu setelah kunjungan ketiga pasien berhalangan
bulan pasca trauma), pasien sudah menggunakan datang karena sakit dan kegiatan sekolah, maka
gigi anterior untuk menggigit dan tidak ada keluhan. kunjungan selanjutnya dilakukan 1 bulan kemudian.

169 Indonesian Journal of Paediatric Juli 2018;1(1):166-172.


KASUS

Pada kunjungan keempat, 15 Maret 2017 (dua pemeriksaan tersebut dapat diketahui perluasan
bulan pasca trauma), kelima, 14 Mei 2017 (tiga fraktur pada jaringan keras dan lunak sekitar
bulan pasca trauma), dan keenam, 7 Agustus 2017 rongga mulut.2,9
(tujuh bulan pasca trauma), gigi anterior sudah Pemeriksaan klinis pada kasus menunjukkan
digunakan secara aktif untuk makan dan tidak ada gigi sensitif terhadap pengunyahan, sentuhan
keluhan. Pemeriksaan vitalitas pulpa dengan tes dan dingin. Gambaran radiografis menunjukkan
termal dingin menunjukkan hasil positif, palpasi gigi 11 dan 21 tampak fraktur mencapai dentin
dan perkusi negatif. Secara klinis, gigi 21 lebih dengan tes vitalitas positif. Selain itu, terdapat
panjang 2 mm dari 11 dan inklinasi 11 lebih ke gambaran apeks terbentuk 1/3 apikal dan masih
labial pada kunjungan keempat (gambar 3.c) dan terbuka serta adanya radiolusensi di ujung apikal
11 dan 21 lebih protusif pada kunjungan keenam gigi 11. Radiolusensi berupa pelebaran ligamen
(gambar 3.d). Selain itu, pada gambaran radiograf periodontal ini menunjukkan kondisi patologis
gigi 11 dan 21 menunjukkan tidak ada gambaran pada jaringan periapikal. Gigi 21 dan 11 berada
radiolusensi di apikal gigi, akar masih terbuka, dan pada posisi normal dengan derajat kegoyangan
terlihat pemanjangan akar.(Gambar 4 d-f). Pada normal (goyang derajat 1). Tes vitalitas pulpa
kunjungan keempat dilakukan aplikasi fluoride positif menunjukkan gigi masih vital. Berman
topikal. Pada kunjungan kelima dilakukan occlusal menyatakan dentin yang terbuka menyebabkan
adjustment pada 21. iritasi pulpa akibat pergerakan cairan tubuli dentin
yang bergerak bebas terhadap perubahan suhu,
PEMBAHASAN tekanan, dan rangsang taktil sehingga odontoblas,
ujung saraf, fibroblas, dan pembuluh darah
Pasien adalah anak laki-laki berusia 9 tahun yang tertekan.3 Kondisi tersebut menunjukkan diagnosis
mengalami fraktur mahkota disertai konkusi pada 11 dan 21 pulpitis reversibel et causa fraktur Ellis
gigi 11 dan 21 akibat terjatuh. Kondisi yang dialami Kelas II disertai konkusi.
pasien sesuai dengan penelitian Andreasen di Berdasarkan anamnesis didapatkan informasi
Denmark yang menyatakan bahwa insiden tertinggi 5 hari yang lalu anak terjatuh di air terjun, gigi
anak yang mengalami trauma gigi tetap terjadi pada anterior atas terbentur batu dan gigi patah. Gusi
usia 8-11 tahun dengan proporsi anak laki-laki 2 kali di sekitar gigi berdarah, tetapi gigi tidak berdarah.
lebih banyak dari anak perempuan dan disebabkan Setelah terjatuh, gigi dicuci dengan air mineral
terjatuh karena adanya peningkatan aktivitas fisik. dan saat ini, gigi rahang atas terasa nyeri dan
Gigi insisif rahang atas merupakan gigi yang paling ngilu saat makan dan minum air dingin dan
banyak mengalami trauma karena letaknya yang secara klinis ditunjukkan gigi trauma mencapai
paling menonjol di rongga mulut. Sebanyak 30-77 dentin. Andreasen menyatakan trauma gigi yang
% trauma yang terjadi mengalami cedera luksasi mengenai dentin dapat menyebabkan gigi nekrosis
dan konkusi dan fraktur mahkota merupakan fraktur sehingga pertumbuhan akar berhenti.1 Akan
dental yang paling banyak terjadi.1,2,5 tetapi, Lundy dan Stanley menemukan kecepatan
Diagnosis trauma rongga mulut ditegakkan penetrasi toksin bakteri pada dentin yang terekspos
dengan melakukan anamnesis yang lengkap, berdasarkan penelitian in vivo yaitu 0,03-0,36 mm
meliputi riwayat terjadinya trauma yang mencakup selama 6-11 hari dan rata-rata 0,52 mm dalam 84
waktu, tempat, dan kronologis terjadinya trauma, hari. Gigi insisif rahang atas erupsi pada usia 7
periode hilangnya kesadaran, ada atau tidaknya tahun dan penutupan apeks terjadi pada usia 10
gangguan saat menggigit ataupun keterbatasan tahun. Risiko nekrosis pulpa meningkat sejalan
pergerakan maxilla dan mandibula, serta riwayat dengan meningkatnya tahapan pembentukan
medis secara umum dan riwayat imunisasi. Koch, akar dan derajat luksasi.1 Welbury melaporkan
Andreasen, Berman, dan Welbury menyatakan terjadinya nekrosis pulpa pada gigi dengan trauma
bahwa mengetahui waktu, tempat, dan kronologis konkusi yaitu sebanyak 0 % pada apeks terbuka
terjadinya trauma berhubungan dengan prognosis dan konkusi akan membaik dalam 2 pekan.9
keberhasilan perawatan proteksi pulpa. Periode Pada gigi tetap muda, sensitivitas pada gigi tetap
hilangnya kesadaran berhubungan dengan anak lebih besar terjadi karena diameter tubuli
kemungkinan adanya tanda konkusi otak, dentin yang lebih besar.3 Maka dapat disimpulkan
sedangkan keterbatasan pergerakan rahang dan kemungkinan toksin bakteri belum mencapai pulpa
gangguan saat pengunyahan berhubungan dengan pada kasus ini karena dentin terekspos selama 5
fraktur pada tulang alveolar atau rahang. Imunisasi hari. Pasien tidak mengalami keluhan nyeri yang
tetanus berhubungan dengan pencegahan berlangsung terus-menerus dan pemeriksaan
terjadinya infeksi C.tetanii saat terjadinya trauma. obyektif menunjukkan reversibel pulpitis, maka
Setelah dilakukan anamnesis yang lengkap, perawatan yang tepat adalah indirect pulp capping.
dilakukan pemeriksaan ekstraoral dan intraoral Pada kasus ditemukan adanya ulserasi di
karena berdasarkan literatur dengan melakukan mukosa labial pada hari kelima dan hilang pada hari

Indonesian Journal of Paediatric Juli 2018;1(1):166-172. 170


KASUS

ke-14 pasca trauma. Penyembuhan lesi ulserasi dan penampilan anak dapat kembali baik dalam
pada mukosa dapat terjadi dalam 5-10 hari pasca waktu yang singkat. Setelah dilakukan penjelasan
trauma dengan adanya suplai pembuluh darah dan dental health education, anak dapat lebih
yang baik dan dipengaruhi oleh tingkat kebersihan tenang dan dapat mengikuti mekanisme prosedur
rongga mulut.1,3,9 Selain itu, ditemukan kondisi gigi perawatan. Anak usia 9 tahun dapat mengerti
21 fraktur dentin dengan sisa ketebalan 0,5 mm dari penjelasan yang sistematis dan mampu berpikir
pulpa, tampak bayangan kemerahan tanpa adanya konkrit, tetapi masih membutuhkan dukungan dari
perdarahan pulpa sehingga digunakan basis orangtuanya.3,7
kalsium hidroksida dan kavitas ditutup dengan Setelah dilakukan pulp capping, gigi dibuatkan
material berupa GIC atau resin komposit. American restorasi dari resin komposit dengan kontak minimal
Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) di dalam yang menggunakan teknik inkremental. Berman
panduan manajemen gigi yang mengalami trauma dan Cohen menyatakan resin komposit memiliki
menyatakan bahwa pada kasus fraktur dentin kelebihan antara lain compressive strength yang
dengan sisa ketebalan 0,5 mm dari pulpa, tampak tinggi dan warna yang sesuai dengan gigi. Akan
bayangan kemerahan tanpa adanya perdarahan tetapi, memiliki kekurangan yaitu teknik restorasi
pulpa perlu digunakan kalsium hidroksida yang sensitif dan perlu adanya isolasi yang baik.
karena memiliki kemampuan untuk menstimulasi Isolasi yang baik dapat dicapai pada kasus ini,
pembentukan barrier jaringan keras gigi dan alkali Tepi preparasi dibentuk shoulder mengelilingi gigi
sehingga bakteri yang tertinggal dalam kavitas agar gigi dan resin komposit berkontak dengan
tidak dapat berkembang. Namun pada gigi 11 baik dan ketebalan resin komposit cukup (2 mm)
digunakan material GIC karena berdasarkan AAPD, sehingga tidak terjadi kebocoran. Kontak minimal
kavitas dentin yang terbuka dapat ditumpat secara pada tumpatan dapat mengurangi lesi di apikal
langsung dengan menggunakan GIC ataupun akibat konkusi pada gigi. Gigi terlihat mengalami
material berbasis resin. GIC menjaga kelembaban dehidrasi pasca penumpatan. Berman dan Mount
permukaan dasar kavitas sehingga terjadi menyatakan adanya eksposur pada sebagian
remineralisasi pada pulpa.10 pH asam polialkenoik dentin menyebabkan cairan pada tubuli dentin
adalah 2,0 sehingga ion mineral yang tersisa di hilang.3,16
dentin akan dilepaskan oleh asam polialkenoik dan Evaluasi gigi dengan fraktur Ellis Kelas II
bebas berikatan dengan glass ionomer. Setelah pH dilakukan pada dua pekan, satu bulan, dua bulan,
meningkat, semen akan mengeras dan pertukaran tiga bulan, dan tujuh bulan pasca trauma. Pada
ion akan menurun. pH GIC yang sangat rendah gambaran radiologis, terlihat pembentukan apeks
menyebabkan koloni bakteri gagal menempel pada secara fisiologis terjadi dan hilangnya kelainan
permukaan.16 di periapikal. Selain itu, masih terdapat keluhan
Resin komposit digunakan sebagai restorasi subyektif dan obyektif pada kontrol kedua,
permanen sementara hingga pembentukan sementara pada kontrol ketiga hingga keempat
akar sempurna sebelum dilakukan orthodontik sudah tidak terdapat keluhan. Berdasarkan
interseptif pada kasus ini. Tindakan pulpektomi AAPD, evaluasi terhadap fraktur Ellis Kelas II
ditunda hingga pembentukan akar selesai karena dilakukan 6-8 pekan dan 1 tahun pasca trauma.
saat tindakan orthodontik diperlukan retensi yang Akan tetapi, jika saat evaluasi ditemukan kondisi
cukup dari sisa jaringan gigi. Resin komposit dapat patologis, dapat dilakukan evaluasi lebih cepat
digunakan sebagai tumpatan permanen sementara untuk mencegah terjadinya kondisi patologis
pasca fraktur mahkota dan digantikan dengan yang lebih parah. Evaluasi terhadap gigi fraktur
crown atau dowel crown sebagai restorasi definitif. meliputi ada tidaknya keluhan, respon terhadap
Selain itu, setelah pembentukan akar selesai, vitalitas pulpa, ada tidaknya periodontitis apikalis,
dentin saluran akar menebal dan tahan terhadap dan keberlangsungan pertumbuhan akar secara
fraktur akar.6,10 fisiologis. Tes vitalitas pulpa dilakukan secara teratur
Pasien merasa sangat takut menyentuh dan pada setiap periode kontrol karena Andreasen
menggunakan gigi insisif untuk makan sehingga menyatakan kondisi pulpa dapat berubah seiring
membuat pasien tidak menyikat gigi setelah berjalannya waktu, akibat toksin bakteri yang
terjadinya fraktur dan menolak dilakukan perawatan masuk sebelum dilakukan perawatan.1,3,5,10
oleh operator. Trauma rongga mulut pada anak
dapat menyebabkan reaksi berupa penolakan KESIMPULAN
dan rasa takut, terutama pada daerah yang
mengalami trauma. Oleh karena itu, perlu adanya Penatalaksanaan fraktur Ellis Kelas II harus
dukungan emosional terhadap anak dan orangtua dilakukan secara holistik dan sistematis mencakup
dengan memberikan penjelasan bahwa trauma kondisi psikologis anak, kondisi umum, kondisi
gigi sering terjadi saat bermain dan dapat terjadi jaringan lunak dan keras yang mengalami trauma.
pada semua anak, serta masalah gigi dapat diatasi Waktu, tempat dan kronologis terjadinya trauma

171 Indonesian Journal of Paediatric Juli 2018;1(1):166-172.


KASUS

penting untuk diketahui. Selain itu, perlu diketahui through Adolescence. 5th ed. Missouri:
perluasan jaringan yang terkena trauma, kondisi Elsevier; 2013. p. 412-510.
gigi dan pertumbuhan akar gigi. Penanganan yang 8. Pagadala S, Tadikonda DC. an Overview of
sistematis mencakup penanganan psikologis anak Classification of Dental Trauma. International
dan orangtua, lesi jaringan lunak, serta proteksi Arch Integr Med 2015; 2(9): 157-64.
dan rehabilitasi jaringan keras. Hal-hal tersebut 9. Wellbury R, Duggal MS, Hosey MT. Paediatric
berkaitan dengan prognosis keberhasilan dalam Dentistry. 4th ed. Hampshire: Oxford University
perawatan gigi dengan trauma. Penatalaksanaan Press; 2012. p. 219-52.
fraktur Ellis Kelas II disertai konkusi dapat 10. American Academy of Pediatric Dentistry.
menggunakan pulp capping indirect dan tumpatan Guidelines for the Management of Traumatic
resin komposit sebagai restorasi permanen Dental Injuries : 1 . Fractures and Luxations of
sementara dengan mengevaluasi keluhan subyektif Permanent Teeth. Reference Manual 2012; 37
dan obyektif, serta gambaran radiografis secara (6): 322-32.
periodik. 11. Benko KR. Emergency Dental Procedure.
www.clinicalgate.com. Diakses pada 30
DAFTAR PUSTAKA Agustus 2017.
12. Arandi NZ. Calcium Hydroxide: a Literature
1. Andreasen JO, Andreasen FM, Bakland LK, Review. Clin Cosmet Investig Dent 2017; 9:
Flores MT. Traumatic Dental Injuries. 3rd ed. 67-72.
Copenhagen: Munksgaard; 2000. p. 62-94, 13. Estrela Carlos, Holand Roberto. Calcium
280-304, 615-8. Hidroxide: Study Based on Scientific
2. Koch G, Poulsen S. Pediatric Dentistry - Evidences. J Appl Oral Sci 2003; 11(4): 269-
a Clinical Approach. 1st ed. Copenhagen: 82.
Blackwell Munksgaard; 2001. p. 43-5, 220-1, 14. Miles JP, Gluskin AH, Chambers D, Peters OA.
351-97. Pulp Capping with Mineral Trioxide Aggregrate
3. Berman LH, Blanco L, Cohen S. A Clinical (MTA): a Retrospective Analysis of Carious
Guide to Dental Traumatology. 1st ed. Missouri: Pulp Exposures Treated by Undergraguated
Mosby Elsevier; 2007. p. 29-31, 73-80, 90-6, Dental Students. Oper Dent 2010; 35(1): 20-8.
190-4. 15. Mathur VP, Dhillon JK, Logani A, Kalra G.
4. Tsukibashi M. Treatment Plannin G for Evaluation of Indirect Pulp Capping Using
Traumatized Teeth. 2nd ed. China: Quintessence Three Different Materials: a Randomixed
Publishing Co, Inc; 2012. p. 25-48, 89-108. Control Trial using Cone-Beam Computed
5. Cameron AC, Widmer RP. Handbook of Tomography. Indian J Dent Res 2017: 623-70.
Pediatric Dentistry. 4th ed. China: Mosby 16. Mount GJ, Hume WR, Ngo HC, Wolf MS.
Elsevier; 2013. p. 149-207. Preservation and Restoration of Tooth
6. Cohen S, Burns RC. Pathways of The Pulp. 9th Structure. 3rd ed. New Delhi: John Wiley &
ed. Missouri: Mosby; 2006. p. 822-81. Sons Limited; 2016. p. 11-20, 163-98, 289-97,
7. Casamassimo PS. Pediatric Dentistry Infancy 299-315.

Indonesian Journal of Paediatric Juli 2018;1(1):166-172. 172

Anda mungkin juga menyukai