Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Anak adalah pribadi yang unik. Ia bukanlah seorang dewasa yang bertubuh kecil.
Namun ia adalah sosok pribadi yang berada dalam masa pertumbuhan, baik secara fisik,
mental dan intelektual. Sehat merupakan sebuah hasil yang memerlukan proses atau
usaha. Memahami arti pentingnya kesehatan diri harus dimulai sejak dini, agar hasil itu
bisa dirasakan di kemudian hari. Pendidikan kesehatan harus diajarkan sejak dini pada
anak, karena anak sehat menjadi cerminan keluarga yang juga sehat.
Dalam memberikan pendidikan kesehatan pada anak, seringkali orang tua dan guru
hanya membatasi pada kesehatan tubuh saja. Padahal, ini tidak hanya membahas pada
fisik tubuh, tetapi juga berkaitan dengan kesehatan mental, perubahan sikap, perubahan
kebiasaan dan perubahan cara pandang agar anak memiliki paradigma sehat.
Paradigma sehat tersebut dijabarkan dan dioperasionalkan dalam bentuk Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yaitu dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan
masyarakat yang berorientasi sehat, serta bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan
melindungi kesehatannya baik fisik, mental maupun sosial.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah adalah kebiasaan/ perilaku positif yang
dilakukan oleh setiap komponen lingkungan sekolah yaitu oleh setiap siswa, guru,
penjaga sekolah, petugas kantin sekolah, orang tua siswa, dan lain-lain yang dengan
kesadarannya untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya serta aktif dalam
menjaga lingkungan sehat di sekolah. Perilaku hidup bersih dan sehat perlu dilakukan
sekolah dengan tujuan agar siswa, guru, penjaga sekolah, petugas kantin sekolah, orang
tua siswa dan lain-lain terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit,
sekolah menjadi bersih dan sehat sehingga meningkatkan semangat proses belajar-
mengajar dan akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah merupakan kebutuhan mutlak
seiring dengan banyaknya penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 10
tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Oleh
karena itu penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah harus menjadi program
wajib puskemas dalam rangka meningkatkan promosi kesehatan dan menumbuhkan
kesadaran anak berperilaku sehat sejak dini.
1.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat suatu perumusan masalah, yaitu bagaimana
tingkat pengetahuan anak usia sekolah dasar tentang Prilaku Hidup Bersih dan Sehat
khususnya tentang cara mencuci tangan, mengosok gigi, dan jamban sehat?

1.2. Tujuan Kegiatan


1. Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Bumijawa
mengenai Prilaku Hidup Bersih dan Sehat.
2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan pengetahuan anak usia sekolah dasar tentang pengertian Prilaku
Hidup Bersih dan Sehat.
b. Meningkatkan pengetahuan anak usia sekolah dasar tentang hal-hal yang termasuk
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat.
c. Meningkatkan pengetahuan anak usia sekolah dasar tentang penyakit yang bisa di
sebabkan karena tidak melakukan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat.
d. Meningkatkan kunjungan petugas kesehatan ke sekolah-sekolah dalam melakukan
kegiatan penyuluhan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat.

1.3. Manfaat Kegiatan


1. Bagi Puskesmas Bumijawa, sebagai bahan acuan atau tinjauan pustaka mengenai
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat pada anak usia sekolah bagi tenaga kesehatan
Puskesmas Bumijawa.
2. Bagi Dokter Internsip, mengetahui cakupan penyuluhan prilaku Hidup Bersih dan
Sehat pada anak usia sekolah di wilayah Puskesmas Bumijawa dan sebagai bentuk
evaluasi untuk perbaikan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bumijawa.
3. Bagi ilmu pengetahuan, memberikan sumbangan informasi mengenai Prilaku Hidup
Bersih dan Sehat khususnya pengertian, hal-hal yang termasuk dalam PHBS, dampak
PHBS terhadap lingkungan dan penerapan PHBS pada anak usia sekolah.
4. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai Prilaku Hidup Bersih dan Sehat
khususnya pada anak usia sekolah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PHBS
2.1.1 Pengertian PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat
dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk
meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual,
maupun sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok,
keluarga, dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy),
bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan
demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri terutama pada
tatanannya masing-masing (Depkes RI, 2002).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat (Dinkes Jabar, 2010).

2.1.2 Tujuan PHBS


Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat,
serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

2.1.3 Strategi PHBS


Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS.
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi
kesehatan dan PHBS yaitu:
1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar
sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau(aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok
masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu melaksanakan boleh jadi
akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat
diberikan bantuan langsung, tetapi yang sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya
ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan
masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau dihimpun
dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak
jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah
atau dari dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS
dengan program kesehatan yang didukungnya.

2. Bina Suasana  (Social Support)


Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan
terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada
(keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis
agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh
karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya
meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana.
Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan
kelompok, dan pendekatan masyarakat umum.

3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy)
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang
terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu
kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh
masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan yang lain yang umumnya
dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai
penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang
diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran
advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu: a) mengetahui atau menyadari
adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, c) peduli terhadap pemecahan
masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk
memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan e)
memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

2.1.4 Tatanan PHBS


Ada lima tatanan PHBS yakni: tatanan rumah tangga, tatanan pendidikan, tempat umum,
tempat kerja, dan institusi kesehatan.

2.2 PHBS di Tatanan Pendidikan (Sekolah)

2.2.1 Pengertian PHBS di Sekolah


PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif
dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya , serta berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).
2.2.2 Tujuan PHBS di Sekolah
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah mempunyai tujuan yakni:\\
1. Tujuan Umum:
Memperdayakan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tau, mau,
dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan
berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.

2. Tujuan Khusus:
a.       Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah.
b.      Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah
ber PHBS di sekolah.
c.       Memandirikan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber PHBS.

2.2.3 Manfaat PHBS di Sekolah


1. Manfaat bagi siswa:
a.       Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit
b.      Meningkatkan semangat belajar
c.       Meningkatkan produktivitas belajar
d.      Menurunkan angka absensi karena sakit
2. Manfaat bagi warga sekolah:
a.       Meningkatnya semangat belajar siswa berdampak positif terhadap pencapaian target
dan tujuan
b.      Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orangtua
c.       Meningkatnya citra sekolah yang positif
3. Manfaat bagi sekolah:
a.       Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah
b.      Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di sekolah
4. Manfaat bagi masyarakat
a.       Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat
b.      Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh sekolah
5. Manfaat bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota
a.       Sekolah yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah
provinsi/kabupaten/kota yang baik
b.      Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di
sekolah

2.2.4 Sasaran PHBS di Sekolah


a.  Siswa Peserta Didik
b. Warga Sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Karyawan Sekolah, Komite Sekolah, dan
Orangtua Siswa)
c.  Masyarakat Lingkungan Sekolah (penjaga kantin, satpam, dll)
  
2.2.5 Strata PHBS di Sekolah
Tabel Strata PHBS di Sekolah
Strata Pratama Strata Madya Strata Utama
1.     1. Memelihara rambut Perilaku di strata pertama Perilaku di strata
agar bersih dan rapih ditambah: madya ditambah:
2.      Memakai pakaian bersih 5. memberantas jentik 10. mengkonsumsi
dan rapih nyamuk jajanan sehat di
kantin sekolah
3.      2. Memelihara kuku 6. menggunakan jamban
agar selalu pendek dan yang bersih dan sehat 11. menimbang berat
bersih badan dan mengukur
4.      Memakai sepatu bersih 7. menggunakan air bersih tinggi badan setiap
dan rapih bulan
5.      Berolahraga teratur dan 8. mencuci tangan dengan
terukur air mengalir dan memakai
sabun
6.      3.Tidak merokok di
sekolah 9. membuang sampah ke
7.      4.Tidak menggunakan tempat sampah yang
NAPZA terpilah (sampah basah,
sampah kering, sampah
berbahaya)

2.2.5 Indikator PHBS di Sekolah


a. Memelihara Rambut Agar Bersih dan Rapih
Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapih. Rambut yang
bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau, dan tidak berkutu. Memeriksa
kebersihan dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru
UKS minimal seminggu sekali.

b. Memakai Pakaian Bersih dan Rapih


Memakai baju yang tidak ada kotorannya, tidak berbau, dan rapih. Pakaian yang
bersih dan rapih diperoleh dengan mencuci baju setelah dipakai dan dirapikan dengan
disetrika. Memeriksa baju yang dipakai dapat dilakukan  oleh dokter kecil/kader
kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali

c. Memelihara Kuku Agar Selalu Pendek dan Bersih


Memotong kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur dan membersihkannya
sehingga tidak hitam/kotor. Memeriksa kuku secra rutin dapat dilakukan oleh dokter
kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

d. Memakai Sepatu Bersih dan Rapih


Memakai sepatu yang tidak ada kotoran menempel pada sepatu, rapih misalnya
ditalikan bagi sepatu yang bertali. Sepatu bersih diperoleh bila sepatu dibersihkan setiap kali
sepatu kotor. Memeriksa sepatu yang dipakai siswa dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader
kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

e. Berolahraga Teratur dan Terukur


Siswa/Guru/Masyarakat sekolah lainnya melakukan olahraga/aktivitas fisik secara
teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga teratur dapat memelihara
kesehatan fisik dan mental serta meningkatkan kebugaran tubuh sehingga tubuh tetap sehat
dan tidak mudah jatuh sakit. Olahraga dapat dilakukan di halaman secara bersama-sama, di
ruangan olahraga khusus (bila tersedia), dan juga di ruangan kerja bagi guru/ karayawan
sekolah berupa senam ringan dikala istirahat sejenak dari kesibukan kerja. Sekolah
diharapkan membuat jadwal teratur untuk berolahraga bersama serta menyediakan alat/sarana
untuk berolahraga.
Manfaat olah raga
1. Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah yang ditandai
dengan denyut nadi istirahat menurun, isi sekuncup bertambah, kapasitas bertambah,
penumpukan asam laktat berkurang, meningkatkan pembuluh darah kolateral,
meningkatkan HDL kolesterol, mengurangi aterosklerosis.
2. Meningkatkan otot dan kepadatan tulang.
3. Meningkatkan kelenturan pada tubuh sehingga dapat mengurangi cedera.
4. Meningkatkan metabolism tubuh untuk mencegah kegemukan dan mempertahankan
berat badan ideal.
5. Mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit.
6. Meningkatkan system hormonal melalui peningkatan sensitifitas hormone terhadap
jaringan tubuh.
7. Meningkatkan aktifitas system kekebalan tubuh terhadap penyakit.

f. Tidak Merokok di Sekolah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak merokok di lingkungan sekolah.
Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok.
Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya
diantaranya: Nikotin (menyebabkan ketagihan dan kerusakan jantung serta pembuluh darah);
Tar (menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker) dan CO (menyebabkan berkurangnya
kemampuan darah membawa oksigen sehingga sel-sel tubuh akan mati). Tidak merokok di
sekolah dapat menghindarkan anak sekolah/guru/masyarkat sekolah dari kemungkinan
terkena penyakit-penyakit tersebut diatas. Sekolah diharapkan membuat peraturan dilarang
merokok di lingkungan sekolah. Siswa/guru/masyarakat sekolah bisa saling mengawasi
diantara mereka untuk tidak merokok di lingkungan sekolah dan diharapkan mengembangkan
kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap rokok.

g. Tidak Menggunakan NAPZA


Anak sekolah/guru/masyarkat sekolah tidak menggunakan NAPZA (Narkotika
Psikotropika Zat Adiktif). Penggunaan NAPZA membahayakan kesehatan fisik maupun
psikis pemakainya

h. Memberantas Jentik Nyamuk


Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang dibuktikan dengan tidak
ditemukan jentik nyamuk pada: tempat-tempat penampungan air, bak mandi, gentong air, vas
bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air dispenser, wadah pembuangan air
kulkas, dan barang-barang bekas/tempat yang bisa menampung air yang ada di sekolah.
Memberantas jentik di lingkungan sekolah dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) melalui kegiatan: menguras dan menutup tempat-tempat penampungan air, mengubur
barang-barang bekas, dan menghindari gigitan nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik
diharapkan dapat mencegah terkena penyakit akibat gigitan nyamuk seperti demam berdarah,
cikungunya, malaria, dan kaki gajah. Sekolah diharapkan dapat membuat pengaturan untuk
melaksanakan PSN minimal satu minggu sekali.

i. Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan jamban/WC/kakus leher angsa
dengan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir saat
buang air besar dan buang air kecil. Menggunakan jamban yang bersih setiap buang air kecil
ataupun buang air besar dapat menjaga lingkungan di sekitar sekolah menjadi bersih, sehat,
dan tidak berbau. Disamping itu tidak mencemari sumber air yang ada disekitar lingkungan
sekolah serta menghindari datangnya lalat atau serangga yang dapat menularkan penyakit
seperti: diare, disentri, tipus, kecacingan, dan penyakit lainnya. Sekolah diharapkan
menyediakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah yang cukup untuk
seluruh siswa serta terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan. Perbandingan jamban
dengan pemakai adalah 1:30 untuk laki-laki dan 1:20 untuk perempuan.
Syarat jamban sehat :
1. Tidak mencemari sumber air bersih. Untuk ini letak lubang penampungan
kotoran paling sedikti berjarak 10 m dari sumber air minum.
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, untuk ini
tinja harus tertutup rapat.
3. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk ini makan harus dibuat dari bahan-
bahan yang kuat dan tahan lama dan agar lebih irit hendaknya dibuat dari bahan-
bahan yang ada di daerah setempat.
4. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang.
5. Cukup penerangan.
6. Lantai kedap air.
7. Luas ruangan cukup, atap tidak terlalu rendah.
8. Ventilasi cukup baik.
9. Tersedia air dan alat pembersih.

j. Menggunakan Air Bersih


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan air bersih untuk kebutuhan
sehari-hari di lingkungan sekolah. Sekolah diharapkan menyediakan sumber air yang bisa
berasal dari air sumur terlindung, air pompa, mata air terlindung, penampungan air hujan, air
ledeng, dan air dalam kemasan (sumber air berasal dari smur pompa, sumur, mata air
terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah/WC).
Air diharapkan tersedia dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan dan tersedia setiap saat.

k. Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Memakai Sabun


Mencuci tangan merupakan langkah yang cukup penting untuk mencegah penyebaran
penyakit. Tangan merupakan salah satu jalur penularan berbagai penyakit menular seperti
penyakit gangguan usus dan pencernaan ( diare, muntah) dan berbagai penyakit lainnya yang
dapat berpotensi membawa kepada arah kematian.Mencuci tangan dengan air saja lebih
umum dilakukan,namun hal ini terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan
dengan mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan
sebenarnya menyebabkan seseorang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak saat
mencuci tangan, namun penggunaan sabun menjadi lebih efektif karena lemak dan kotoran
yang menempel akan terlepas saat tangan di gosok dan bergesek dalam upaya lepasnya. Di
dalam lemak dan kotoran yang menempel inilah kuman penyakit hidup. Efek lainnya adalah
tangan menjadi harum setelah dicuci dengan menggunakan sabun dan dalam beberapa kasus,
tangan yang menjadi wangilah yang membuat mencuci tangan dengan sabun menjadi
menarik untuk dilakukan.
Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun adalah salah satu tindakan dengna
membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk
menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Sekolah/guru/masyarakat sekolah selalu
mencuci tangan sebelum makan, sesudah buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah
beraktivitas, dan atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang
mengalir. Air bersih yang mengalir akan membuang kuman-kuman yang ada pada tangan
yang kotor, sedangkan sabun selain membersihkan kotoran juga dapat membunuh kuman
yang ada di tangan. Diharapkan tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman serta dapat
mencegah terjadinya penularan penyakit seperti: diare, disentri, kolera, tipus, kecacingan,
penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan flu burung.

l. Membuang Sampah ke Tempat Sampah yang Terpilah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah membuang sampah ke tempat sampah yang
tersedia. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara sampah organik, non-
organik, dan sampah bahan berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak sedap dipandang juga
mengandung berbagai kuman penyakit. Membiasakan membuang sampah pada tempat
sampah yang tersedia akan sangat membantu anak sekolah/guru/masyarakat sekolah terhindar
dari berbagai kuman penyakit.

m. Mengkonsumsi Jajanan Sehat dari Kantin Sekolah


Jajanan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan dan hal lain ini dapat
membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak sehat. Makanan jajanan dapat
menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29%, dan zat besi
52%. Oleh karena itu, makanan jajanan memiliki peranan penting pada pertumbuhan dan
prestasi belajar anak di sekolah. Jadi, untuk mengurangi paparan anak sekolah terhadap
makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak aman, perlu di lakukan usaha promosi keamanan
pangan baik kepada pihak sekolah, guru, orang tua, murid, serta pedagang.
. Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah mengkonsumsi jajanan sehat dari
kantin/warung sekolah atau bekal yang dibawa dari rumah. Sebaiknya sekolah menyediakan
warung sekolah sehat dengan makanan yang mengandung gizi seimbang dan bervariasi,
sehingga membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi anak sekolah menurun, dan proses
belajar berjalan dengan baik.Makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak bermutu
mengakibatkan timbulnya resiko bagi kesehatan dan memiliki dampak negatif jangka panjang
terhadap pembentukan generasi bangsa

n. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap Bulan


Mengukur berat badan dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan diketahuinya tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak dapat memberikan masukan untuk peningkatan
konsumsi makanan yang bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan untuk mengetahui
pertumbuhan seorang anak normal atau tidak bisa diketahui melalui cara membandingkan
ukuran tubuh anak yang bersangkutan dengan ukuran tubuha anak seusia pada umumnya.
Apabila anak memiliki ukuran tubuh yang melebihi ukuran rata-rata anak yang seusianya
maka pertumbuhnannya bisa dikatakan maju. Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil berarti
pertumbuhannya lambat.

Tanda-tanda siswa dengan gizi kurang :


1. Siswa tampak kurus
2. Tidak segar, tidak ceria
3. Tidak bergairah atau malas melakukan aktifitas
4. Cenderung sering sakit

Tanda-tanda siswa dengan gizi lebih :


1. Siswa tampak gemuk
2. Bentuk tubuh terlihat tidak seimbang
3. Tidak dapat bergerak bebas
4. Nafas mudah tersengal-sengal jika melakukan kegiatan
5. Mudah lelah
6. Malas melakukan kegiatan

Tanda-tanda siswa dengan gizi baik:


1. Tumbuh normal
2. Segar, kuat, giat dan ceria
3. Mata bersih dan bersinar
4. Nafsu makan baik

Anda mungkin juga menyukai