Disusun Oleh:
Fajar Megasari
20110310194
Pembimbing:
dr. Ardiansyah, Sp. S
Disusun oleh:
Telah dipresentasikan
Disahkan oleh:
Dosen Pembimbing,
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Perum Gunungsari
Pekerjaan : Swasta
Status PerniKahan : Menikah
ANAMNESA
Keluhan Utama
Tidak bisa bicara
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sulit bicara dan kaki kanan kiri terasa lemas dan nyeri sejak
3 hari yang lalu. Awalnya bicara hanya pelo sedikit sehingga tidak dibawa kerumah sakit tetapi
dihari ke 3 pasien merasa kemampuan bicaranya semakin berkurang dan semakin sulit. Tidak
ada riwayat terjatuh dan kepala terbentur sebelumnya. Keluhan pusing, mual dan muntah
disangkal. Sekarang pasien juga mengeluhkan hidung mampet, nyeri dada sampai ke punggung
serta perut bagian atas sehingga napas menjadi sesak. Kaki kanan dan kiri sekarang terasa
tebal-tebal. Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya . BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Anamnesis Sistem
Sistem Serebrospinal : Compos mentis, GCS : E4V- (disatria)M6
Sistem Kardiovaskular : Hipertensi (244/127 mmHg saat di UGD)
Sistem Respirasi : Hidung mampet, sesak nafas
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada keluhan.
Sistem Urinaria : Tidak ada keluhan.
Sistem Muskuloskeletal : Kaki kanan dan kiri terasa sakit dan terasa tebal
Sistem Hormonal : Tidak ada keluhan
Sistem Integumentum : Tidak ada keluhan
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6
Orientasi : Orang (baik), Waktu (baik), Tempat (baik)
Kemampuan bicara : Lancar, baik
Daya ingat : Lama (baik) baru (baik)
Tanda rangsang meningeal :
Kaku kuduk (-)
Brudzinsky I (-)
Brudzinsky II (-)
Brudzinsky III (-)
Brudzinsky IV (-)
Kernig(-)
Syaraf Kranialis
N. cranialis Kanan Kiri
N. I (Olfaktorius)
Daya penghidu N N
N. II ( Optikus )
Daya Penglihatan N N
Pengenalan warna N N
N. III ( Okulomotorius )
Ptosis (-) (-)
Gerak bola mata ke superior N N
Gerak bola mata ke medial N N
Gerak bola mata ke inferior N N
Reflek cahaya direct N, 2mm N, 2mm
N. IV ( Troklearis )
Gerak bola mata ke lateral bawah N N
Diplopia (-) (-)
N. V ( Trigeminus )
Menggigit N N
Membuka mulut N N
Sensibilitas wajah atas N N
Sensibilitas wajah tengah N N
Sensibilitas wajah bawah N N
Reflek zigomatik Tidak Tidak
Reflek masseter dilakukan dilakukan
Trismus - -
N. VI ( Abdusens )
Gerak mata ke lateral N N
Diplopia - -
N. VII ( Facialis )
Kerutan kulit dahi N N
Kedipan mata N N
Lipatan nasolabial N N
Sudut mulut N N
Mengerutkan dahi N N
Mengangkat alis N N
Menutup mata N N
Meringis N N
Menggembungkan pipi N N
N. VIII ( Akustikus )
Tes bisik N N
Dengan detik arloji N N
N. IX ( Glosofaringeus )
Sengau (-) (-)
Tersedak (-) (-)
N. X ( Vagus )
Denyut Nadi 76x/menit
Bersuara (+) tidak jelas
Menelan N
N. XI ( Assesorius )
Memalingkan muka N N
Sikap Bahu N N
Mengangkat Bahu N N
Trofi otot bahu (-) (-)
N. XII ( Hipoglossus )
Artikulasio Tidak jelas Tidak jelas
Sikap Lidah N N
Tremor Lidah (-) (-)
Menjulurkan Lidah N N
Trofi otot lidah Eutrofi Eutrofi
Pemeriksaan ekstremitas:
Anggota Gerak
Ekstremitas Ekstremitas
Pemeriksaan
Superior (D/S) Inferior (D/S)
Gerakan N/N N/N
Sensibilitas N/N N/N
Kekuatan 5/4 5/4
Tonus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Klonus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Trofi Eutrofi Eutrofi
Fungsi Otonom
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Sekresi keringat : Normal
Reflek fisiologis
Refleks Dextra/Sinistra
Biseps + N / +N
Triseps + N / +N
Brachioradialis + N / +N
Patella + N / +N
Achiles + N / +N
Reflek Patologis
Refleks Ekstremitas Dextra Ekstremitas Sinistra
Babinski - -
Chaddock - -
Openheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
DIAGNOSIS
Skor Siriraj ={ (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala)
+ (0,1 x tekanan diastolik) }– (3 x petanda ateroma) – 12
= {(2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0 ) + (0,1 x 127)}- (3 x 1) –12
= -2,3 Strok Non Hemoragik
PENATALAKSANAAN
Di IGD : Di Bangsal :
Inf Asering 20 tpm + drip NB 1 Inf Asering 20 tpm + drip NB 1
Inf Manitol 75 cc Inj Pirasetam 4 x 3 gr
Inj Pirasetam 4 x 3 gr Inj Citicolin 2 x 500 mg
Inj Citicolin 2 x 500 mg Inj Ranitidin 2 x 1 Amp
Inj Ketorolac 1 Amp PO. Nopres 2 x 1
Amlodipin 5mg 0-0-1/2
Atorvastain 20 mg 1 x 1
Gabapentin 2 x 150 mg
Clopidogrel 1 x 75 mg
PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
21 September 2015
S : Pasien datang dengan keluhan sulit bicara sejak 3 hari yang lalu. Riwayat HT (+).
KO : 5/5 4/4
P : Inf. Asering + NB, Inj. Citicolin 500mg x 2, Inj. Piracetam 12 gr (4x3gr), Inj Ketorolac 1
amp, Inf. Manitol
22 September 2015
S : hidung mampet, sesak 3 hari yang lalu, tidak bisa bicara. Kedua kaki terasa tebal, nyeri
dada (+) sampai ke punggung, perut bagian atas nyeri (+).
P : Terapi lanjut, ranitidin 2x1, PO : Nopres 1-0-0, Lisinopril 1-0-0, Amlodipin 0-0-1,
Atorvastatin 0-0-1, Gapbapentin 1-0-1
23 Septtember2015
S : Belum bisa bicara (+) keluhan masih sama dengan kemarin, nyeri dada (-), kaki kanan
nyeri (+)
S : Pusing (+)sesak (+), nyeri perut atas (+), mata kiri gatal (+), bicara (-)
A : SNH
P : Terapi Lanjut
26 September 2015
S : Pusing (-), sesak nafas (+), hidung tersumbat (+), tidak bisa bicara (+), BAK (+), BAB (-)
A : SNH
P : Inf. Asering 20 tpm + NB drip2 x 1 Amp, Inj. Piracetam 4x3 gr, Inj. Citicolin 2 x 500 mg,
Inj. Ranitidin 2x1 Amp, PO : Nopres 20 mg 1-0-0, Amlodipin 5mg 0-0-1, Atorvastatin 20 mg
0-0-1, Gapbapentin 150 mg 1-0-1, Clopidogrel 1 x 75 mg
28 September 2015
S : Pusing (+), Sesak (+), Hidung tersumbat (+), tidak bisa bicara (+), BAK (N), BAB (N)
A : SNH
P : Terapi lanjut
29 September 2015
S : Pusing (+), Sesak (+), Hidung tersumbat (+), tidak bisa bicara (+), BAK (N), BAB (N),
tangan kanan kemeng
A : SNH
P : Terapi lanjut
30 September 2015
S : Pusing (+), Sesak (+), Hidung tersumbat (+), tidak bisa bicara (+), BAK (N), BAB (N)
A : SNH
P : Terapi lanjut
1 Oktober 2015
S : Pusing (+), Sesak (+), Hidung tersumbat (+), tidak bisa bicara (+), BAK (N), BAB sulit,
telapak dan ujung jari kaki kaku dan kesemutan.
A : SNH
P : Terapi lanjut
2 Oktober 2015
S : Pusing (+), Sesak (+), bicara celat (+), susah tidur, telapak dan ujung jari kaki kaku
O : KU : CM , GCS : E4V(disatria)M6, TD : 160/90, Lidah : deviasi ke kanan, KO : 5-/5 5-
/5-, RF : ++/++ ++/++, RP : -/- -/-
A : SNH
a. Stroke hemoragik
2) Emboli serebri
3) Hipoperfusi sistemik
2. Berdasarkan waktu terjadinya
4) Completed stroke
1) Sistem karotis
2) Sistem vertebrobasiler
Stroke Hemoragik
Merupakan stroke karena perdarahan. Pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis
disekitar otak atau kombinasi keduanya. Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan
serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh hematom yang
menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan intrakranial pada
gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang otak.2
berdasarkan etiologinya stroke hemoragik dibagi menjadi :
a. Perdarahan intraserebral ( PIS )
Perdarahan intraserebral disebut juga perdarahan intraparenkim atau hematoma
intrakranial yang bukan disebabkan oleh trauma. Stroke jenis ini terjadi karena
pecahnya arteri otak. Hal ini menyebabkan darah bocor ke otak dan menekan
bangunan-bangunan di otak. Peningkatan tekanan secara tiba-tiba menyebabkan
kerusakan sel-sel otak di sekitar genangan darah. Jika jumlah darah yang bocor
meningkat dengan cepat, maka tekanan otak meningkat drastis. Hal ini
menyebabkan hilangnya kesadaran bahkan dapat menyebabkan kematian. Penyebab
perdarahan intraserebral yang paling sering adalah hipertensi dan aterosklerosis
serebral karena perubahan degeneratif yang disebabkan oleh penyakit ini biasanya
dapat menyebabkan ruptur pembuluh darah.
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri
dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.
Gejala klinis :
• Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas
dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah
yaitu nyeri kepala, mual, muntah, gangguan memori, bingung, perdarhan
retina, dan epistaksis.
• Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai
hemiplegia/hemiparese dan dapat disertai kejang fokal / umum.
• Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks
pergerakan bola mata menghilang dan deserebrasi
• Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya
papiledema dan perdarahan subhialoid.
E. Faktor Resiko
Secara garis besar faktor risiko stroke dibagi atas faktor risiko yang dapat dimodifikasi
(modifiable) dan yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor risiko stroke yang
dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung (fibrilasi atrium),
diabetes melitus, merokok, konsumsi alkohol, hiperlipidemia, kurang aktifitas, dan stenosis
arteri karotis. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis
kelamin, ras/suku, dan faktor genetik.
F. Gambaran Klinis
Gejala neurologi yang timbul tergantung berat ringannya gangguan pembuluh darah dan
lokasinya. Hal ini dapat terjadi pada :
1. Sistem karotis
Gangguan penglihatan (Amaurosis fugaks / buta mendadak)
Gangguan bicara (afasia atau disfasia)
Gangguan motorik (hemiparese / hemiplegi kontralateral)
Gangguan sensorik pada tungkai yang lumpuh
2. Sistem vertebrobasiler
Gangguan penglihatan (hemianopsia / pandangan kabur)
Gangguan nervi kraniales
Gangguan motorik
Gangguan sensorik
Koordinasi
Gangguan kesadaran
G. Diagnosis
1. Anamnesa, dapat memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal
2. Melakukan pemeriksaan fisik neurologik
3. Skoring untuk membedakan jenis stroke :
Skor Siriraj :
( 2,5 x derajat kesadaran ) + ( 2 x vomitus ) + ( 2 x nyeri kepala ) + ( 0,1 x tekanan
diastolik ) – ( 3 x petanda ateroma ) – 12 = ...
Keterangan :
Derajat kesadaran : sadar penuh (0), somnolen (1), koma (2)
Nyeri kepala : tidak ada (0), ada (1)
Vomitus : tidak ada (0), ada(1)
Ateroma : DM, angina, penyakit pembuluh darah perifer
Hasil :
SS > 1 = Stroke Hemoragik
1 > SS > 1 = perlu pemeriksaan penunjang ( Ct- Scan )
SS < -1 = Stroke Non Hemoragik
Diagnosis banding PIS, PSA, dan SNH
SH
Gejala Klinis SNH
PIS PSA
1. Gejala defisit fokal Berat Ringan Berat/ringan
2. Permulaan (onset) Menit/jam 1-2 menit Pelan (jam/hari)
3. Nyeri Kepala Hebat Sangat hebat Ringan/tidak ada
4. Muntah pada awalnya Sering Sering Tidak,kecuali lesi
di batang otak
5. Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Selalu
6. Kesadaran Bisa hilang Bisa hilang sebentar Bisa hilang/ tidak
7. Hemiparesis Sering sejak Permulaan tidak ada Sering dari awal
awal
Area Broca
Bahasa merupakan salah satu hal penting dan aktifitas komplek dari otak manusia. Pada
sebahagian besar individu (95%), area yang berhubungan dengan ber-bahasa berlokasi di
korteks asosiasi frontal dan temporoparietal dari hemisfer kiri, yang mana biasanya
kontralateral dengan tangan yang dominan (kanan). Pusat utama berbecara terletak pada region
basal dari lobus frontalis kiri (area Broca / area 44) dan bagian posterior dari lobus temporal
(pada daerah yang berhubungan dengan lobus parietal) (area Wernicke / area 22).
Temuan klinis yang penting paling penting pada afasia Broca adalah berkurangnya
ataupun tidak dapat sama sekali untuk memproduksi bahasa. Pasien masih dapat mengerti
katakata, namun memproduksi kalimat yang salah dan mengganti atau menukar bunyi dari
kata-kata, seperti “apple” menjadi “ackle” dan “carpet” menjadi “parket”.6
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Scan tomografik, sangat membantu diagnosis dan membedakannya dengan
perdarahan terutama pada fase akut.
2. Angiografi serebral ( karotis atau vertebral ) untuk membantu membedakan
gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila scan tidak
jelas.
3. Laboratorium : Bila curiga perdarahan tes koagulasi ( HT, HB, PTT, Protrombin
Time), Trombosit, Fibrinogen, GDS, Cholesterol, Ureum dan Kreatinin.
4. EKG (Elektrokardiogram ) : Untuk menegakkan adanya miokard infark, disritmia
(terutama atrium fibrilasi) yang berpotensi menimbulkan stroke iskemik atau TIA.
5. Foto Rongten Thorax
I. Prognosis
Sebanyak 75% penderita stroke tidak dapat bekerja kembali akibat ketidakmampuan
tubuhnya. 30-50% penderita stoke mengalami depresi post-stroke yang ditandai oleh
letargi, sulit tidur, rendah diri, dan menarik diri dari masyarakat.
Emosi yang labil dapat terjadi sebanyak 20% pada penderita stroke.
J. Penatalaksanaan
a) Terapi Umum
Dengan 5 B
Breath : Oksigenasi, pemberian oksigen dari luar
Blood : Usahakan aliran darah ke otak semaksimal mungkin dan
pengontrolan tekanan darah pasien.
Brain : Menurunkan tekanan intra kranial dan menurunkan udema
serebri.
Bladder : Dengan pemasangan DC
Bowel : Saluran pencernaan dan pembuangan
b) Terapi Khusus
- Stroke Non Hemoragik
Memperbaiki perfusi jaringan : Pentoxyfilin : Reotal
Sebagai anti koagulansia : Heparin, Warfarin
Melindungi jaringan otak iskemik : Nimodipin
Anti udema otak : Deksametason, Manitol
Anti agregasi platelet : golongan asam asetil salisilat (aspirin).
- Stroke Hemoragik
Anti udema otak : Deksametason, Manitol
Melindungi jaringan otak : Neuroprotektan : piracetam
Obat hemostatikum : Kalnex
Neurotropik : Neurodex
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesa pasien mengeluh datang ke IGD dengan keluhan utam tidak
dapat bicara sejak 3 hari yang lalu disertai kelemahan anggota gerak bawah yang diakui pasien
terasa tebal-tebal dan sakit. Keluhan nyeri kepala, pingsan, mual dan muntah disangkal. BAK
dan BAB tidak ada keluhan. Riwayat DM (+) HT (+). Dari pemeriksaan fisik didapatkan vital
sign pasien menunjukkan angka tekanan darah yang tinggi yaitu 244/127, suhu, nadi dan
frekuensi napas dalam batas normal. Kepala, leher, cor, pulmo dan absomen dalam batas
normal. Pada ekstremitas ditemukan kelemahan anggota gerak bawah, sedangkan untuk reflek
fisiologis DBN dan reflek patologis (-) dalam batas normal.
Skor Sriraj :
{ (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x tekanan
diastolik) }– (3 x petanda ateroma) – 12
{(2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0 ) + (0,1 x 127)}- (3 x 1) –12 = -2,3
Strok Non Hemoragik ( SS<-1)
Berdasarkan skor stroke, pasien ini mengalami stroke non hemoragik (SNH). Dari geja
klinis pasien, defisit neurologis berupa tidak bisa bicara, anggota gerak bawah terasa tebal-tebal
dialami pasien lebih dari 24 jam. Maka stroke ini bukan termasuk TIA.dan perlu evaluasi lebih
lanjut untuk menentukan aakah stroke ini termasuk Stroke in Evolution, Reversible Ischemic
Neurology Deficit (RIND) atau kah complete stroke.
Pemeriksaan penunjang didapatkan hasil pasien mengalami dislipidemia dimana profil
lipid basien nilainya diatas normal (tinggi). Serta pasien juga asam uratnya tinggi. Akumulasi
lemak yang tinggi didalam darah dapat menimbulkan plak berlemak di pembuluh darah
sehingga terjadi arterosklerosis. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada tunika
intima arteri besar. Plak cenderung terbentuk pada percabangan dan tempat yang melengkung.
Pembuluh darah yang mempunyai resiko adalah arteri karotis interna dan arteri vertebralis
bagian atas. Hilangnya tunika intima membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit akan
menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding menjadi kasar.
Trombosit akan melepaskan enzim adenosin difosfat yang mengawali proses koagulasi maka
terjadilah trombosis. Trombosis ini menybabkan oklusi pada pembuluh darah sehingga suplai
oksigen dan glukosa menjadi turun hal ini dapat menyebabkan hipoksia jadingan hingga
anoksia pada salah satu pembuluh darah otak. Hal tersebut menguatkan diagnosa pasien ini
mengarah pada stroke non hemoragik et causa trombosis.
Pemeriksaan CT scan menunjukkan infark di thalamus dextra dengan gambaran
ventrikulomegali ringan. Pemeriksaan ini menunjukan terjadinya infark di bagian otak. Infark
terjadi karena oklusi pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah terganggu dengan kata
lain suplai oksigen dan glukosa serta nutrisi otak terganggu atau turun yang lama-kelamaan
akan berdampak pada kematian sel jaringan diotak (infark).
Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu dengan 5B Breath (oksigenasi) Blood
(memasksimalkan aliran darah keotak), Brain (menurunkan tekanan intrakranial/mengurangi
udem), Bladder (pemasangan DC), Bowel (Saluran pencetnaan dan pembuangan), serta terapi
khusus baik dengan farmakologik ataupun non farmakologik sesuai dengan keadaan pasien.
BAB IV
KESIMPULAN
Ny. M mengalami Stroke Non Hemoragik, diaman terjadi defisit neurologis yang
timbulnya mendadak, progresif dan cepat yang berlangsung lebih dari 24 jam yang disebabkan
oleh ganggguan peredarahan darah di otak. Hal ini tampak pada anamnesa pasien mengeluh
tidak bisa bicara serta kedua kaki terasa tebal-tebal. Anamnesa tersebutt juga ditunjang oleh
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium dan CT scan yang menunjukkan ada
peningkatan profil lipid pasien yang dapat menjadi faktor resiko terjadinya SNH serta didapatka
hasil gambaran CT scan yang mengarah pada gambaran infark ditalamus dextra disertai dengan
ventrikulomegali ringan.
Penatalaksanaannya dengan 5B Breath , Blood, Brain, Bladder, Bowel. Dan juga
penatalaksanaan khusus pada stroke non hemoragik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD Arifin
Achmad/FK UNRI. Pekanbaru. 2007.
2. Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical
Neurology, 3rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007.
3. Rumantir CU. Pola Penderita Stroke Di Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode
1984-1985. Laporan Penelitian Pengalaman Belajar Riset Dokter Spesialis Bidang
Ilmu Penyakit Saraf. 1986.
4. Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victor’s Priciples
of Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005.
5. Widiastuti P, dan Nuartha AABN. 2015. Sistem Skoring Diagnostik untuk Stroke :
Skor Sriraj. Bali. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar. Kalbe Med.
6. Setyopranoto I. 2011. Stroke Gejala dan Penatalaksanaan. Yogyakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Kalbe Med