Anda di halaman 1dari 8

Perancangan Ekstensometer Berbasis Potensiometer

Endah Ariyanti
Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi Terapan, Universitas Ahmad Dahlan
Jl. Jend. Ahmad Yani (Ringroad Selatan), Tamanan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta
*Email : endahariyanti182045@gmail.com

Abstrak
Tanah longsor dapat terjadi kapan dan dimana saja tergantung kemiringan lereng, kandungan
air dalam tanah, dan gempa bumi atau getaran. Maka perlu adanya alat monitoring pergeseran
tanah. Ekstensometer merupakan alat yang digunakan dalam sistem peringatan dini terhadap
bahaya tanah longsor. Penelitian ini melakukan perancangan desain ekstensometer berbasis
potensiometer. Desain yang dibuat berasal dari bahan lokal, terjangkau, dan desain yang
sederhana. Bahan yang digunakan adalah besi hollow dan kawat wire rope yang akan diuji
karakteristiknya. Dari uji berdasarkan SNI, hasil yang didapat untuk karakteristik besi hollow
yaitu besi dapat menahan beban dibawah tekanan 2700 kg. Sedangkan berdasarakan uji pada
kawat wire rope kawat yang berdiameter 2 mm lebih tinggi nilai kuat tariknya dibandingkan
dengan diameter 3 mm. Desain yang telah dibuat lebih sempurna dibandingkan dengan
desain yang dibuat oleh BPPTKG sebelumnya. Ditunjukkan dari nilai sensitivitas 51,82 Ω/cm
pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 dengan nilai sensitivitas 5,44 Ω/cm. Sensor ekstensometer
dapat dipasang di lapangan atau secara rill dengan jenis tanah regosol yang jenis
longsorannya adalah rotasi, diperoleh pergeseran ketika longsor 7 cm dan nilai
potensiometernya 0,96 KΩ. Jenis tanah latosol dengan longsoran translasi diperoleh
pergeseran ketika longsor 6,5 cm dan nilai potensiometernya 0,97 KΩ dan longsoran aliran
bahan rombakan diperoleh pergeseran ketika longsor 3 cm dan nilai potensiometernya 0,70
KΩ.
Kata kunci: Ekstensometer, Potensiometer, Besi hollow, dan Kawat wire rope.

1. PENDAHULUAN
Menurut BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Indonesia, selama 10 tahun
terakhir terjadi beragam bencana di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Bencana Alam di Indonesia Tahun 2009 s/d 2019

Sumber:(bnpb.cloud/dibi/tabel1a)
Gerakan tanah merupakan suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan massa
tanah atau batuan akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng
tersebut (Lisnawati, 2012). Ada beberapa jenis gerakan tanah seperti translasi, rotasi,
pergeseran blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran rombakan (Faisal, 2019). Alat
ekstensometer yang digunakan BPPTKG Yogyakarta adalah tipe Unimeasure HX-p510 yang
cenderung mahal dan harus diimpor dari luar negeri. Pada setiap kawat penghubung yang
digunakan pada pemasangan sensor masih berubah-ubah seperti tali nilon, kawat, dan kabel
telepon karena belum distandarkan.

Ekstensometer dalam penelitian ini di desain secara sederhana menggunakan bahan lokal dan
mudah dibuat. Sensor utama yang digunakan dalam desain ini adalah potensiometer
multiturn yang sering digunakan pada rangkaian elektronika karena tingkat ketelitian yang
tinggi dan memiliki maksimal 10x putaran. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan
ekstensometer ini antara lain Sprocket dan rantai yang sudah SNI untuk memutar sensor
potensiometer multiturn, besi hollow sebagai tiangnya, dan kawat seling atau wire rope untuk
tali penghubung yang sudah ada dilapisi dengan PVC (Poly Vinil Cholide).

Pada beberapa bahan yang digunakan perlu dilakukan uji awal seperti uji kekerasan untuk
menetahui ketahanan pada besi hollow dan uji tarik untuk mengetahui kuat tarikan pada
kawat seling. Setelah pengujian selesai, desain ekstensometer akan dibuat dengan
menyempurnakan performa dari desain yang pernah dibuat oleh BPPTKG. Sehingga dapat
diuji dalam skala laboratorium dengan grafik linear dan dibandingkan dengan hasil uji alat
BPPTKG. Perbandingan hasil uji ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa desain telah
disempurnakan sehingga dapat dipasang di lapangan atau dipasang secara riil di tanah dengan
beberapa jenis tanah longsor. Pemasangan secara riil ini dilakukan secara simulasi dengan
skema tanah yang dibuat oleh peneliti di lapangan.

2. METODOLOGI
Prinsip kerja dari penelitian ini adalah melakukan monitoring pergeseran tanah dengan sensor
potensiometer yang diputar oleh Sprocket saat adanya tarikan atau pergeseran dari kawat
patok sehingga memutar gear yang dipasang sejajar dengan potensiometernya. Beban
digunakan untuk menahan peregangan kawat agar kawat yang kejatuhan ranting maupun
benda lainnya tidak mengakibatkan pergeseran atau tarikan. Tahap yang dilakukan untuk
merancang alat ekstensometer sampai pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 2.1
sebagai berikut,

Mulai

Desain Sensor
Ekstensometer

Persiapan Alat
dan Bahan

Uji Tekan Besi Uji Tarik Kawat

Merangkai Desain

Pengambilan dan
Pengolahan Data Skala
Laboratorium

Apakah Sudah Tidak


Sesuai Spesifikasi?

Ya

Pengolahan dan
Analisis Data Uji

Pemasangan di
lapangan

Pengambilan Data
Skala Lapangan

Pengolahan Data
Keseluruhan

Kesimpulan

Gambar 2.1 Skema Penelitian Perancangan Ekstensometer Berbasis Potensiometer

Alat dan bahan yang digunakan adalah besi hollow, kawat wire rope, potensiometer
multiturn, Sprocket dan rantai, bearing, meteran, multimeter, as poros, dan pemberat. Desain
alat ditunjukkan pada Gambar 2.2 dan panjang alat = 150 cm. Dibagi menjadi 3 bagian yaitu
bagian poros terdiri atas Sprocket, as poros, bearing, dan potensiometer, bagian tengah adalah
besi hollow dengan panjang = 100 cm. Bagian bawah yaitu besi hollow dengan panjang = 50
cm yang akan ditanam di dalam tanah dan diberi pembatas untuk meletakkan beban.
Kemudian dilakukanlah uji pada besi dan kawat sesuai dengan standar uji sebelum merangkai
desain. Pengambilan data skala laboratorium dilakukan untuk mengetahui spesifikasi yang
sudah diinginkan atau belum. Jika belum maka dalam proses merangkai desain harus diulang.
Spesifikasi yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah spesifikasi linier dan sensitivitas yang
lebih besar dibanding dengan desain yang sebelumnya dibuat oleh BPPTKG ditunjukkan
pada Gambar 3.1 dann 3.2. Spesifikasi linier yag dimaksud adalah linieritas pada
potensiometer multiturn yang digunakan sebagai sensor pada penelitian ini. Sedangkan
sensitifitas yang dimaksud adalah sensitifitas pada alat bagian poros yang terdapat Sprocket
dan bearing.

a) Bagian Poros b) Bagian Tengah c) Bagian Bawah


Gambar 2.2 Desain Sensor Ekstensometer

Cara pemasangan ekstensometer di lapangan dengan menanam sensor ekstensometer pada


bagian bawah sedalam 50 cm. Patok yang terhubung dengan kawat wire rope juga ditanam
sedalam 30 cm dan jarak antara sensor dengan patok adalah 3 ˗ 4 m. Kawat wire rope
dihubungkan dengan rantai yangakan memutarkan Sprocket juga terhubung dengan beban.
Proses pengambilan data di lapangan menggunakan getaran dan air yang dapat
menggerakkan patok. Getaran yang dihasilkan dari papan yang ditanam dibawah patok yang
dipukul dengan palu. Sedangkan pengambilan data dengan air yaitu air dituangkan dengan
mencatat banyaknya air yang dibutuhkan sampai patok bisa menggerakkan sensor.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Berdasarkan uji tekan pada besi hollow diperoleh hasil bahwa besi hollow menjadi
bengkok pada tekanan = 2700 kg dengan panjang besi sesudah uji adalah 32,7 cm dan
panjang besi sebelum uji adalah 35 cm yang dilakukan dengan 3 kali pengulangan uji.
Sehingga besi dapat menahan beban dibawah tekanan = 2700 kg. Karena besi hollow
akan bengkok jika mendapat tekanan = 2700 kg bahkan bisa patah jika mendapat
tekanan lebih dari 2700 kg.
b. Sesuai dengan perhitungan nilai kuat tarik wire rope diperoleh data dengan diameter
kawat = 1 mm, 2 mm, dan 3 mm secara berurutan adalah 2262,63 N/mm 2, 1351,79
N/mm2, dan 1048,13 N/mm2. Sehingga kawat wire rope berdiameter = 2 mm dapat
menggantikan tali penghubung sensor ekstensometer dengan patok. Karena nilai kuat
tarik yang dihasilkan berdasarkan uji tarik kawat yang berdiameter = 2 mm lebih
tinggi dibanding diameter kawat = 3 mm.
c. Dilihat dari nilai R2 desain peneliti lebih bagus dibandingkan desain yang telah dibuat
oleh BPPTKG. Dibuktikan dengan Gambar 3.1 yang menunjukkan hasil data skala
laboratorium oleh peneliti dan Gambar 3.2 menunjukkan hasil data oleh BPPTKG.
Gambar 3.1 menunjukkan bahwa nilai R2 = 1 dengan persamaan fungsi liniernya y =
51,85X + 515,2 yang memiliki sensitivitas 51.85 Ω/cm. Pembacaan resolusi dari
meteran adalah 0,5 cm dengan pergeseran maksimal 105 cm, ditunjukkan pada Tabel
4.4 pada Lampiran 2. Sedangkan Gambar 4.11 menunjukkan hubungan antara
panjang geser terhadap resistansi untuk penelitian sebelumnya dengan nilai R 2 =
0,9998 dan persamaan fungsi liniernya y = 5,4419X ˗ 1,6819. Memiliki sensitivitas
5,44 Ω/cm dengan resolusi dari meteran = 1 cm dengan panjang ergeseran maksimal
100 cm. Dilihat dari sensitivitas tersebut maka desain yang dibuat lebih baik
dibandingkan dengan desain sebelumnya.

8000
6000
Resistor (Ω)

f(x) = 51.85 x + 515.2


4000 R² = 1
2000
0
0 20 40 60 80 100 120
Panjang Pergeseran (cm)

Gambar 3.1 Grafik Hubungan Antara Perubahan Panjang Terhadap Resistansi


600
Resistor (Ω)

400 f(x) = 5.44 x − 1.68


R² = 1
200
0
0 20 40 60 80 100 120
Panjang Geser (cm)

Gambar 3.2 Grafik Hubungan Antara Perubahan Panjang Terhadap Resistansi


Tabel 3.1 menunjukkan kelebihan, kekurangan, dan persamaan alat ekstensometer
yang telah dibuat oleh BPPTKG dan peneliti.

Tabel 3.1 Alat Ekstensometer


No BPPTKG Peneliti
1 Ekstensometer tipe unimesure HX-P510. Ekstensometer berbasis Potensiometer.
Ulasan
Kedua ekstensometer ini merupakan tranduser dan idealnya ada hubungan linear terhadap
variabel. Kekurangan ekstensometer yang dipakai oleh BPPTKG lebih mahal karena harus
ekspor dari luar negeri. Sedangkan ekstensometer yang di gunakan oleh peneliti berbasis
potensiometr multiturn yang lebih terjangkau dan mudah didapat. HX-P510 dan
potensiometer multitrun tidak dapat diperbaiki lagi setelah mengalami kerusakan.
2 Tali yang digunakan seperti tali nilon, Tali yang digunakan kawat wire rope
senar, kabel telepon, dan kawat seling. berdiameter 2 mm.
Ulasan
Tali yang digunakan oleh BPPTKG berbeda-beda karena tergantung jenis sensornya.
Sedangkan peneliti telah melakukan uji sesuai dengan standar uji bahwa kawat wire rope
berdiameter 2mm memiliki nilai kuat tarik yang lebih tinggi dibanding diameter 1-3 mm.
Selain itu kawat wire rope sudah terlindungi oleh PVC sehingga tidak perlu perlindungan
lagi saat digunakan di lapangan.
3 Sensor dipasang di bawah beban, Sensor berada diatas beban dan diberi
kemudian dihubungkan dengan tali. pembatas.
Ulasan
Karena sensor yang dipasang oleh BPPTKG dibawah beban lebih rawan rusak dibandingkan
dengan sensor yang didesain oleh peneliti. Karena jika beban yang terhubung oleh tali tiba-
tiba terputus karena longsoran yang besar maka beban akan langsung menimpa sensor.
Sedangkan desain yang dibuat peneliti, sensor berada di atas beban dan diberi pembatas
supaya sewaktu terjadi longsoran besar sensor tidak langsung terkena beban. Walaupun
terkena beban bagian porosnya tetapi masih bisa diperbaiki kecuali sensor
potensiometernya.
4 Dominannya ekstensometer ini untuk Digunakan pada longsoran rotasi dengan jenis
longsoran rayapan dan jenis tanah tanah latosol dan longsoran aliran rombakan
lempung. Akan tetapi bisa digunakan dan translasi pada jenis tanah regosol.
untuk longsoran aliran bahan rombakan
dan longsoran sliding yaitu longsoran
rotasi, translasi, dan pergeseran blok.
Pada berbagai jenis tanah lempung dan
batu pasir.
Ulasan
Jadi jenis longsoran yang dilakukan oleh peneliti termasuk kedalam jenis longsoran yang
dilakukan oleh BPPTKG. Perbedaanya di jenis tanah karena BPPTKG belum maksimal
dalam penggunaan alat monitoring pergeseran tanah di Indonesia.
d. Pengambilan data pada skala lapangan secara simulasi dilakukan di dua tempat yang

berbeda yaitu di daerah Srumbung RT 05 Segoroyoso, Pleret, Bantul dan Sidorejo RT

05/RW 04 Girikerto, Turi, Sleman, Yogyakarta dengan beberapa jenis simulasi

longsoran dan jenis tanah yang berbeda. Jenis tanah yang digunakan di daerah Bantul

adalah tanah latosol yang merupakan tanah dengan lapisan solum. Jenis longsorannya

adalah rotasi dengan data pergeseran yang diperoleh ketika longsor 7 cm dan nilai

potensiometernya 0,96 KΩ. Pemasangan sensor ekstensometer kedua dan ketiga

dilakukan di daerah Turi dengan jenis tanah regosol dan jenis longsoran translasi serta

longsoran aliran bahan rombakan. Pada jenis tanah latosol dengan longsoran translasi

diperoleh pergeseran ketika longsor 6,5 cm dan nilai potensiometernya 0,97 KΩ dan

longsoran aliran bahan rombakan diperoleh pergeseran ketika longsor 3 cm dan nilai

potensiometernya 0,70 KΩ.

4. KESIMPULAN
1. Dari uji berdasarkan SNI, hasil yang didapat untuk karakteristik besi hollow
yaitu besi dapat menahan beban di bawah tekanan 2700 kg. Sedangkan
berdasarakan uji pada kawat wire rope kawat yang berdiameter 2 mm lebih
tinggi nilai kuat tariknya dibandingkan dengan diameter 3 mm.
2. Dilihat dari nilai sensitivitas 51,82 Ω/cm pada Gambar 4.10 desain yang dibuat
lebih baik dibandingkan dengan desain sebelumnya pada Gambar 4.11 dengan
nilai sensitivitas 5,44 Ω/cm. Tabel 3.1 adalah perbedaan dan persamaan alat
ekstensometer yang dibuat oleh peneliti dengan BPPTKG Yogyakarta.
3. Sensor ekstensometer dapat dipasang di lapangan atau secara rill dengan jenis
tanah regosol dengan jenis longsoran rotasi diperoleh pergeseran ketika longsor 7
cm dan nilai potensiometernya 0,96 KΩ. Jenis tanah latosol dengan longsoran
translasi diperoleh pergeseran ketika longsor 6,5 cm dan nilai potensiometernya
0,97 KΩ dan longsoran aliran bahan rombakan diperoleh pergeseran ketika
longsor 3 cm dan nilai potensiometer 0,7 KΩ.
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. 2019. Kejadian Bencana 10 Tahun Terakhir. Ditemukenali 1 Agustus 2019 dari,
bnpb.could/dibi/tabel1a

Faisal, R. 2019. Analisis Penempatan Sensor Terhadap Efektifitas Jarak Pengiriman Data
Sistem Pendeteksi Dini Tanah Longsor. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.

Lisnawati. 2012. Rancang Bangun Sensor Ekstesometer Elektris Sebagai Pendeteksi


Pergeseran Permukaan Tanah dan Sistem Akuisisi Data Pada Komputer.
Lampung:Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai