Metode pengukuran Terrestrial Laser Scanner mempunyai konsep yang hampir sama dengan
metode fotogrametri jarak dekat. Tentunya yang membedakan adalah proses scanning dalam Terrestrial
Laser Scanner. Untuk daya jangkauan alat, Terrestrial Laser Scanner mempunyai jangkauan maksimal
500 meter (tergantung alat) dan hasil pengukuran berupa point cloud dalam bentuk 3 dimensi. Untuk
pegolahan data, menggunakan software Trimble Business Center.
Oleh sebab itu, teknologi Terrestrial Laser Scanner saat ini telah berkembang di bidang
pemetaan dengan kelebihan yang ditawarkan oleh alat tersebut adalah kecepatan pengambilan data
yang tinggi, tingkat akurasi yang baik, ekonomis, dan kenampakan data hasil pengukuran yang mendekati
dengan objek aslinya (Pflipsen, 2006).
RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang muncul dari latar belakang makalah yang telah dijabarkan sebelumnya
adalah, sebagai berikut :
1. Apakah metode survey overbreak tunnel yang disertai runtuhan (Overbreak) dengan Terrestrial Laser
Scanner dapat menjadi solusi dalam pendokumentasian yang selanjutnya digunakan sebagai acuan
konstruksi, konservasi, dan analisis perhitungan volume?
2. Seberapa besar ketelitian metode dengan alat Terrestrial Laser Scanner jika dibandingkan dengan
alat Waterpass dan laser disto meter?
RUANG LINGKUP KEGIATAN
Ruang lingkup kegiatan dalam penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1. Lokasi Pengukuran pada Tunnel TP2 STA 00+000 s/d STA 00+204
2. Pengukuran volume galian/runtuhan (kondisi overbreak)Tunnel TP 02 Proyek Bendungan Leuwikeris
yang berlokasi di Ciamis, Jawa Barat.
3. Proses pengukuran menggunakan Terrestrial Laser Scanner Trimble SX 10.
4. Proses pengolahan data menggunakan software Trimble Business Center, Autodesk Recap Pro, dan
Autocad Civil 3D.
5. Perbandingan ketelitian data ukuran menggunakan data hasil pengukuran dengan Total Laser
Scanner (TLS) dan pengukuran Waterpass beserta laser disto meter.
TUJUAN
Tujuan kegiatan aplikatif ini adalah menghasilkan dan menyajikan model 3D Tunnel Bendungan
Leuwikeris, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat dalam format digital menggunakan data point clouds
hasil instrumen Terrestrial Laser Scanner (TLS).
MANFAAT
Dari kegiatan ini diharapkan pengukuran menggunakan Terrestrial Laser Scanner dapat
dijadikan referensi pembangunan 3D sehingga memiliki data akurat yang dapat menghasilkan output
berupa volume dan cross section.
METODOLOGI STUDI
Lokasi Penelitian
Pada penelitian kali ini dilakukan pengukuran volume tunnel pada proyek Bendungan Lewikeris
yang terletak pada koordinat Easting 212208.366 m dan Northing 9185674.169 m Elv 95.740 m. Dapat
dilihat dari Gambar 1 terdapat dua buah tunnel pada proyek bendungan tersebut yaitu tunnel TP1 dan TP2.
Proses pengukuran dan tingkat ketelitian pada lokasi Tunnel TP 2 akan di pengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah lokasi dinding yang memiliki Steelrip dan Non Steelrip. Adapun fungsi dari Steelrip
adalah sebagai bentuk perkuatan terhadap dinding Tunnel yang rentan runtuh terhadap getaran. Detail
gambar dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
Data Umum
Data primer yang digunakan pada penelitian kali ini adalah data survei hasil pengukuran situasi
dinding tunnel TP2 dengan menggunakan alat Waterpass, Laser Distance Meter (LDM) dan Terrestrial
Lasser Scanner (TLS). Pengukuran dilakukan pada tanggal 4 Juli sampai dengan 6 Juli 2019. Pengukuran
dilakukan dengan terlebih dahulu membuat titik-titik kontrol pada tunnel setiap 50 m untuk berdiri alat.
Pengukuran menggunakan TLS dilakukan dengan metode scanning untuk pengambilan point clouds
dengan kerapatan 5mm. Pengambilan data TLS dilakukan dengan interval 50 m untuk menjaga kerapatan
data. Pengukuran cross-section dengan WP dan LDM dilakukan dengan mengambil elevasi lantai tunnel
menggunakan WP dan jarak dari lantai ke dinding tunnel menggunakan LDM. Pengambilan cross-section
dilakukan dengan interval 2 m, namun dalam pengolahan data akan disajikan dengan interval 6 m.
Proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 4, dimana akan dilakukan pembandingan hasil
pengukuran menggunakan TLS dengan pengukuran menggunakan Waterpass dan Laser Disto. Penelitian
ini akan berfokus pada total volume Tunnel TP 02 dari STA 00+000 s/d STA 00+204.
Peralatan Pengukuran
Berikut peralatan pengukuran yang digunakan untuk pengambulan data dilapangan.
a. Terrestrial Laser Scanner
Gambar 5.Trimble SX10 merupakan TLS yang digunakan untuk mengambil data primer yaitu
Trimble SX10. Trimble SX10 memiliki ketelitian bacaan sudut sebesar 1”, jangkauan pengukuran
hingga 600 m dan dapat mengukur 26.600 titik per detik.
b. Total Station
Gambar 6.Total Station dengan spesifikasi Topcon GTS 232 digunakan untuk melakukan
pengukuran titik kontrol didalam tunnel. Titik kontrol dibuat dengan interval 50 m dengan posisi
menyilang antar titik.
Gambar 7.Waterpass
Gambar 7.Waterpass dengan spesifikasi Topcon AT-B Series digunakan untuk mengambil elevasi
lantai tunnel pada saat pengukuran cross-section.
d. Laser Distance Meter (LDM)
Gambar 8.Laser Distance Meter merupakan alat pengukur jarak dengan menggunakan laser. LDM
digunakan untuk mengukur jarak antara lantai dan dinding tunnel.
Perangkat Lunak
c. Autocad Civil 3D
Digunakan untuk melakukan perhitungan volume.
Untuk pemetaan diperlukan adanya kerangka dasar. Kerangka dasar adalah sejumlah titik yang
diketahui koordinatnya dalam system tertentu yang mempunyai fungsi sebagai pengikat dan pengontrol
ukuran baru. Mengingat fungsinya, titik-titik kerangka dasar harus ditempatkan menyebar merata di seluruh
daerah yang akan dipetakan dnegan kerapatan tertentu. Mengingat pula pengukuran untuk pemetaan
memerlukan waktu yang cukup lama, maka titik-titik kerangka dasar harus ditanam cukup kuat dan terbuat
dari bahan yang tahan lama. Dalam pengukuran untuk pembuatan peta ada dua jenis kerangka dasar yaitu
kerangka dasar horizontal (X,Y) dan kerangka dasar vertical (Z). Pada praktiknya titik-titik kerangka dasar
baik horizontal maupun vertical dijadikan satu titik (Briker, 1986)
Dalam praktik setiap pekerjaan baik jalan, jembatan, ataupun terowongan di perlukan titik
acuan yaitu center line atau CL. Dimana untuk mendapatkan CL di ambil dari desain perecanaan
yang telah di tuangkan dalam gambar kontrak atau DED. Sedangkan pada prinsipnya untuk
mengunci CL dengan ruang gerak terbatas digunakan metode pengukuran menggunakan Polygon
Terbuka sehingga pada ujung bagian diperlukan BM/Branch Mark yang tidak boleh hilang ataupun
bergeser (Purwohardjo, 1986)
λ
Reflektor
λ
Energi elektromagnetik
termodulasi λ λ
λ λ
λ λ
Instrumen EDM
λ
λ Energi kembali
Pada Proyek Bendungan Leuwikeris Paket 2 lokasi pekerjaan Tunnel TP2, digunakan koordinat
BM X=212.208,366 m Y= 9.185.674,169 m Elv= 95,740 m. Adapun langkah dalam plotting CL
dilapangan adalah sebagai berikut :
Utara ? 00°00'00"
29°
6.0000
titik 2
54° 6.0000
titik 1
Contoh Gambar 10.Contoh output sudut dan jarak untuk aplikasi lapangan :
Gambar 11 menunjukkan cara kerja dari pengukuran menggunakan alat ukur Wasterpass
sedangakan untuk penghitungan beda tinggi antara dua titik yang diukur dengan waterpass dapat
dihitung dengan rumus
∆𝐻 = 𝐵𝑇𝐵 − 𝐵𝑇𝑀 ……………………Equation 1
Keterangan :
BTB : Benang tengah belakang
BTM : Benang tengah muka
Istilah-istilah :
• 1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu belakang.
• 1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang ± 1-2 km yang terbagi dalam slag yang
genap dan diukur pulang pergi dalam waktu satu hari. (Nurjati, 2004)
Setelah mendapatkan data ukur serta plotting Center Line (CL) untuk as’ Tunnel gunakan
Alat ukur Waterpass dan Laser Distance untuk mendapatkan elevasi dinding lihat Gambar 12.
Penggunaan Wasterpass harus memperhatikan ketepatan pemakaian nivo dan garis bidik,
pengoperasian alat pun harus di dukung dengan pembacaan ketiga benang yang merujuk pada
rambu ukur (Wirshing J.R., 1985)Adapun langkahnya sangat sederhana, demikianpun
penggunaan Wasterpass sebagai kontroling dinding Tunnel lebih mudah di laksanakan
dibandingkan dengan menggunakan Total Station. Adapun prosesnya adalah sebagai berikur :
a. Dirikan alat pada CL yang telah di tentukan sebagai as’ awal Tunnel, catat ukur tinggi alat
b. Kemudian gunakan laser distance dan rambu ukur untuk menentukan bagian ujung sesuai
titik pada Gambar Pengukuran Waterpass pada titik R2, R3, dan R4 lihat pada Gambar 14.
Gambar 12.Pengukuran dinding Tunnel dengan menggunakan Waterpass dan Laser Distance
c. Catat ukuran Batas Atas, Batas Bawah, dan Tengah benang ukur kemudian catat
d. Pindah kan rambu ukur pada titik 10 dan 3 kemudian catat elevasi.
e. Sedangkan untuk mendapatkan data overbreak dari dinding tunnel gunakan laser distance
untuk mendapatkan jarak dari titik as’ ke titik overbreak dan menggunkaan rambu ukur untuk
mendapatkan pendekatan elevasi pada over break tsb pada ukuran 0,5 m dan 2 meter pada
rambu ukur lihat Gambar 14.
f. Adapun lembar untuk pencatatan data ukur dapat dilihat pada Gambar Lembar pencatanan
data ukur overbreak dan Lembar pencatatan cross section Tunnel Gambar 15.
g. Sedangkan pada daerah dengan overbreak khusus kita menggunakan pengukuran dengan
rambu terbalik sehingga tinggi alat ukur nantinya akan di tambahkan dengan bacaan rambu
ukur.
Gambar 15.Lembar Pencatatan Data Ukur Overbreak dan Cross Section Tunnel
Jakarta, 19 September 2019
10
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air
3. Pengolahan Data
a. Perhitungan Luasan Area
Ada banyak cara untuk melakukan perhitungan luasan area salah satunnya adalah dengan
menggunakan metode luasan polygon
Sumbu X
Untuk menghitung luas polygon seperti pada Gambar 16 diatas dapat dilakukan dengan
menjumlahkan luas trapezoid yang ada 12ca1, 23ec2, 34de3, 45bd4, dan 51ab5.
[𝑌1+𝑌2][𝑋2−𝑋1] [𝑌2+𝑌3][𝑋3−𝑋2] [𝑌3+𝑌4][𝑋4−𝑋3] [𝑌4+𝑌5][𝑋5−𝑋4]
𝐴 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = + + + +
2 2 2 2
[𝑌5+𝑌1][𝑋1−𝑋5]
𝑑𝑠𝑡 ……………………………………Equation 2
2
Diketahui :
Lokasi L2
HI = Tinggi alat = 87,5 m
Bacaan L2 rata-rata adalah 1,920 m maka elevasi L2 adalah (87,5 – 1,920)= 85,576 m
Table 4.Perhitungan Volume Galian Tunnel dan Overbreak pada TP 02 STA 00+000 s/d STA
00+204
Volume Overbreak Vol Galian
No LOKASI Steelrip Non Steelrip
Jarak (m) Luas (m2) Luas Rata2 (m2) Volume (m3) Tunnel+Overbreak WP
Dari perhitungan Table 4 ada 3 poin yang menjadi hasil dari pengolahan data yaitu :
1. Total Volume Overbreak pada Tunnel TP 02 STA 00+000 s/d STA 00+204 adalah sebesar
2340.648 m3
2. Total Volume Overbreak dan Galian Desain Tunnel TP 02 02 STA 00+000 s/d STA 00+204
adalah sebesar 11994.988 m3
3. Sedangkan tingkat ketelitian pada perhitungan dengan pengukuran TS dan Waterpass
bergantung pada human eror serta ada atau tidak nya perkuatan Steelrip pada
rongga/dinding Tunnel TP 02.
Proses pengukuran dan pengolahan data menggunakan TLS dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Studi Litelatur
Mencari referensi dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengukuran volume dan alat
TLS. Mencari informasi mengenai overbreak pada galian tunnel.
2. Survei Pendahuluan
Kegiatan survei pendahuluan bertujuan untuk orientasi lapangan, mengetahui medan dan
mempersiapkan kebutuhan dalam perencanaan kegiatan. Salah satu yang dipersiapkan adalah
desain persebaran titik kontrol yang akan digunakan dalam pengukuran.
3. Pembuatan Titik Kontrol
Sebelum melakukan pengukuran dilakukan pembuatan titik kontrol di sepanjang tunnel TP2 lihat
Gambar 18. Titik-titik kontrol dibuat dengan interval 50 m sepanjang tunnel dan diletakan secara
menyilang antar titik untuk memaksimalkan pertampalan data hasil pengukuran TLS dan
memudahkan pengukuran koordinat titik kontrol menggunakan TS. Lokasi titik control yang
digunakan untuk berdiri alat dapat dilihat pada gambar dibawah.
Titik 2 Titik 3
Titik 1
Titik 4
Gambar 18.Denah Titik Kontrol dan Posisi Berdiri Alat
b. Waterpass dan LDM, hasil pengukuran cross-section diplot di software Autocad Civil 3D.
5. Perhitungan Volume
Proses perhitungan volume untuk kedua data TLS maupun TS menggunakan pendekatan cross-
section. Dari data point clouds TLS diolah untuk dijadikan data mesh situasi tunnel TP2. Dari data
mesh tersebut dapat dihasilkan cross-section. Data ekstrasi cross-section tersebut kemudian
diolah di Autocad Civil 3D untuk perhitungan volume lihat Gambar 23. Dari data hasil pengukuran
TS koordinat cross-section dapat langsung diplot pada software Autocad Civil 3D untuk dilakukan
proses perhitungan volume. Contoh cross-section dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 26. Informasi data pada Revit berupa Luas Area, Cross Section, dan STA
Hasil pengolahan menggunakan Revit dapat dilihat pada Gambar 26, didapatkan Luas Area yang akan
digunakan dalam perhitungan volume pada excel. Pada Revit akan dimunculkan informasi model dari tiap
cross section yang dibuat, kemudian akan dibandingkan total volume overbreak antara metode pelaksanaan
menggunakan Waterpass dan menggunakan Lasser Scanner.
Perbandingan pengukuran volume setiap cross-section antara Terrestrial Laser Scanner dengan
Waterpass dapat dilihat pada Table 5 dibawah ini.
Table 5.Perbandingan Volume Terrestrial Laser Scanner dan Waterpass
Volume Overbreak Waterpass Volume Overbreak Laser Scanner
No LOKASI Jarak (m) Steelrip Non Steelrip Δlaser - Δwp
Luas (m2) Luas Rata2 (m2) Volume (m3) Luas (m2) Luas Rata2 (m2) Volume (m3)
Dari data Table 5 dapat dilihat total volume dari 204 sampel STA yang digunakan didapatkan total
volume overbreak dengan metode Laser Scanner sebesar 2347.272 m3 dan total volume overbreak
menggunakan Waterpass sebesar 2340.684, sedangkan selisih Δlaser – Δwp = 6.588 m3 . Dari perhitungan
tersebutjuga didapatkan rata-rata selisih volume tiap STA sebesar 0.129 m3.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang pemodelan permukaan tunnel dengan menggunakan Terrestrial
Laser Scanner maka dapat diambil sebagai berikut.
1. Terrestrial Laser Scanner dapat digunakan untuk pemodelan permukaan tunnel Bendungan.
Pengukuran dengan metode ini sangat efisien karena data yang berupa point clouds dapat
membentuk suatu object secara 3 dimensi dengan cakupan pengukuran sampai 500 meter
(Trimble SX10). Penentuan titik berdiri alat Terrestrial Laser Scanner sangat mempengaruhi hasil
suatu object. Apabila terdapat halangan terhadap object, maka hasil pengukuran akan
menghasilkan beberapa noise yang harus di editing lebih lanjut. Dengan demikian pengukuran
menggunakan Terrestrial Laser Scanner merupakan solusi dalam pendokumentasian yang
digunakan sebagai acuan rekonstruksi dan analisis, serta dapat diintegrasikan ke dalam proses
BIM.
2. Berdasarkan hasil analisis perbandingan volume overbreak yaitu antara Terrestrial Laser Scanner
dengan Waterpass antara dua nilai mempunyai rata-rata selisih volume tiap cross-section sebesar
0.129 m3, dan selisih total dari keseluruhan sebesar 6.588 m3.
Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang ingin penulis sampaikan untuk perkembangan survey dan
pengolahan data menggunakan Terrestrial Laser Scanner antara lain.
1. Pengukuran menggunakan TLS (Terrestrial Laser Scanner ) perlu diperhatikan lokasi sekeliling
pengukuran, bila terdapat penghalang maka diperlukan jarak yang lebih rapat agar mendapatkan
hasil yang akurat
2. Pengambilan data hasil pengukuran baiknya dilakukan dalam 1 kali dalam satu objek pengukuran
untuk mendapatan data yang akurat
3. Basic pengukuran menggunakan TLS adalah dengan pemetaan foto dan point cloud, sehingga
pencahayaan menjadi unsur utama dalam pengukuran.
4. Poin acuan (titik kontrol) dibuat dan didasarkan pada lokasi yang terbuka sehingga dapat direkam
oleh alat TLS
5. Pengolahan poin cloud dengan metode regional dan polyline harus dilakukan dengan teliti, karena
besar kecilnya luas area yang didapatkan bergantung pada pembuatan region area pada cross
section
UCAPAN TERIMA KASIH
Disadari bahwa penyusunan paper dengan judul “Pengukuran Overbreak Galian pada Proyek Bendungan
Leuwikeris Menggunakan Terrestrial Laser Scanning” ini tidak akan berhasil tanpa adanya keterlibatan
pihak membantu dalam penyusunan. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Tim BIM dan Engineering Pusat PT Waskita Karya (persero) , tbk
2. Tim BIM dan Engineering DIVISI Infrastruktur III PT. Waskita Karya
3. Tim Proyek beserta Perangkat Bendungan Leuwikeris Paket 2 Waskita-Adhi KSO
REFERENSI
Briker, R. C. (1986). Dasar-Dasar Pengukuran Tanah Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Nurjati. (2004). Ilmu Ukur Tanah 1. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Purwohardjo, U. U. (1986). Pengukuran Horizontal. Bandung: Jurusan Teknik Geodesi Institut Teknologi
Bandung.
Wirshing J.R., W. R. (1985). Pengantar Pemetaan. Jakarta: Erlangga.