Anda di halaman 1dari 20

Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

PENGUKURAN OVERBREAK GALIAN PADA PROYEK BENDUNGAN


LEUWIKERIS MENGGUNAKAN TERRESTRIAL LASER SCANNING
Poerwanto1, Taufiq Imam Hidayat2, dan Alfin Septya Nugroho3
1 Project Manajer Proyek Bendungan Leuwikeris, PT.Waskita Karya (persero) Tbk
2 BIM
Expert System and Technology Division, PT.Waskita Karya (persero) Tbk
3 Site Engineering Proyek Bendungan Leuwikeris, PT.Waskita Karya (persero) Tbk

poerwanto@waskita.co.id1, taufiq.imam@waskita.co.id2, alfin.septya@waskita.co.id3


Pemasukan: 19 September 2019 Perbaikan: - Diterima: -
Abstrak
Metodologi Building Informasi Modeling (BIM) dipandang sebagai solusi terkini bagi pengelolaan proyek di
lingkungan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Pengembangan BIM yang berkembang pesat tentunya
membutuhkan penerapan standar yang umum untuk memastikan masa depan kompatibilitas pertukaran
dan manajemen informasi. Bertujuan untuk peningkatan produktivitas dalam pembangunan, tingkat
integrasi serta kolaborasi antar berbagai disiplin, diatur dalam sebuah mata rantai proses konstruksi. Dalam
pengukuran overbreak pekerjaan galian tanah dan terowongan proyek Bendungan Leuwikeris di Jawa
Barat, PT. Waskita Karya (persero) Tbk memanfaatkan teknologi Terrestrial Laser Scanning (TLS) yang
diintegrasikan kedalam proses BIM, untuk meningkatkan akurasi perhitungan volume galian secara tepat,
dengan waktu pengambilan data yang sangat cepat. Pengukuran didalam studi kasus pada proyek ini akan
menggunakan pendekatan kualitatif dengan observasi, pencatatan data, foto dan video. Analisis data
dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Pengolahan data hasil
TLS dilakukan dengan menggunakan Autodesk Recap Pro, Autocad Civil3D, Trimble Bussiness Center.
Hasil studi kasus dapat menunjukkan meningkatnya akurasi perhitungan, dengan memanfaatkan teknologi
Terrestrial Laser Scanning (TLS).
Kata Kunci : Bendungan, Building Information Modeling, Terrestrial Laser Scanner, Overbreak,
LATAR BELAKANG
Proyek pembangunan Bendungan Leuwikeris meliputi 3 bangunan utama yaitu Bendungan,
Pelimpah Spillway, dan Bangunan Pengelak Tunnel. Dalam praktiknya untuk membuat Bendungan
dibutuhkan Bangunan Pengelak yang berfungsi sebagai pengalihan aliran sungai eksisting. Pengalihan
aliran sungai eksisting ini dimaksudkan memudahkan pembangunan konstruksi Bendungan Utama (Main
Dam) dalam suatu bendungan. Pada Bendungan Leuwikeris yang terletak di Kabupaten Ciamis memiliki
2 buah Bangunan Pengelak/Tunnel dengan panjang Tunnel TP1 (STA 00+000 s/d STA 01+074) dan
Tunnel TP2 (STA 00+000 s/d STA 01+046). Adapun struktur konstruksi pada dinding Tunnel
menggunakan beton K-300.
Kondisi geologi pada sturktur tanah dinding Tunnel yang tidak stabil membuat proses pekerjaan
pengeboran pengeboran dinding tidak sempurna, sehingga mengakibatkan adanya kelebihan volume
galian (pengeboran)/runtuhan yang disebut dengan kondisi overbreak. Kondisi overbreak pada dinding
Tunnel tersebut mengakibatkan pekerjaan Konstruksi Beton K-300 pada dinding Tunnel melebihi desain.
Maka diperlukan evaluasi pengukuran menggunakan Terrestrial Laser Scanner selain untuk menghitung
volume, juga dapat digunakan sebagai analisis pekerjaan grouting, pekerjaan struktur, maupun
diintegrasikan ke dalam proses BIM.
Pemanfaatan teknologi Terrestrial Laser Scanner merupakan salah satu teknik terbaru dalam
survey pemetaan 3D dan merupakan teknologi survey terkini dalam memperoleh informasi data spasial.
Metode survey ini memberikan ketelitian yang sangat tinggi untuk pendokumentasian tampak muka
bangunan, teknologi ini dinilai sangat efisien jika dibandingkan dengan teknologi pengukuran lainnya.
Jakarta, 19 September 2019
1
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

Metode pengukuran Terrestrial Laser Scanner mempunyai konsep yang hampir sama dengan
metode fotogrametri jarak dekat. Tentunya yang membedakan adalah proses scanning dalam Terrestrial
Laser Scanner. Untuk daya jangkauan alat, Terrestrial Laser Scanner mempunyai jangkauan maksimal
500 meter (tergantung alat) dan hasil pengukuran berupa point cloud dalam bentuk 3 dimensi. Untuk
pegolahan data, menggunakan software Trimble Business Center.
Oleh sebab itu, teknologi Terrestrial Laser Scanner saat ini telah berkembang di bidang
pemetaan dengan kelebihan yang ditawarkan oleh alat tersebut adalah kecepatan pengambilan data
yang tinggi, tingkat akurasi yang baik, ekonomis, dan kenampakan data hasil pengukuran yang mendekati
dengan objek aslinya (Pflipsen, 2006).
RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang muncul dari latar belakang makalah yang telah dijabarkan sebelumnya
adalah, sebagai berikut :
1. Apakah metode survey overbreak tunnel yang disertai runtuhan (Overbreak) dengan Terrestrial Laser
Scanner dapat menjadi solusi dalam pendokumentasian yang selanjutnya digunakan sebagai acuan
konstruksi, konservasi, dan analisis perhitungan volume?
2. Seberapa besar ketelitian metode dengan alat Terrestrial Laser Scanner jika dibandingkan dengan
alat Waterpass dan laser disto meter?
RUANG LINGKUP KEGIATAN
Ruang lingkup kegiatan dalam penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1. Lokasi Pengukuran pada Tunnel TP2 STA 00+000 s/d STA 00+204
2. Pengukuran volume galian/runtuhan (kondisi overbreak)Tunnel TP 02 Proyek Bendungan Leuwikeris
yang berlokasi di Ciamis, Jawa Barat.
3. Proses pengukuran menggunakan Terrestrial Laser Scanner Trimble SX 10.
4. Proses pengolahan data menggunakan software Trimble Business Center, Autodesk Recap Pro, dan
Autocad Civil 3D.
5. Perbandingan ketelitian data ukuran menggunakan data hasil pengukuran dengan Total Laser
Scanner (TLS) dan pengukuran Waterpass beserta laser disto meter.
TUJUAN
Tujuan kegiatan aplikatif ini adalah menghasilkan dan menyajikan model 3D Tunnel Bendungan
Leuwikeris, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat dalam format digital menggunakan data point clouds
hasil instrumen Terrestrial Laser Scanner (TLS).
MANFAAT
Dari kegiatan ini diharapkan pengukuran menggunakan Terrestrial Laser Scanner dapat
dijadikan referensi pembangunan 3D sehingga memiliki data akurat yang dapat menghasilkan output
berupa volume dan cross section.
METODOLOGI STUDI
Lokasi Penelitian
Pada penelitian kali ini dilakukan pengukuran volume tunnel pada proyek Bendungan Lewikeris
yang terletak pada koordinat Easting 212208.366 m dan Northing 9185674.169 m Elv 95.740 m. Dapat
dilihat dari Gambar 1 terdapat dua buah tunnel pada proyek bendungan tersebut yaitu tunnel TP1 dan TP2.

Jakarta, 19 September 2019


2
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

Gambar 1. Lokasi Tunnel Proyek Bendungan Leuwikeris, Ciamis, Jawa Barat

Proses pengukuran dan tingkat ketelitian pada lokasi Tunnel TP 2 akan di pengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah lokasi dinding yang memiliki Steelrip dan Non Steelrip. Adapun fungsi dari Steelrip
adalah sebagai bentuk perkuatan terhadap dinding Tunnel yang rentan runtuh terhadap getaran. Detail
gambar dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 2.Tampak pemukaan tunnel TP 02 (Non Steelrip)

Gambar 3.Tampak pemukaan tunnel TP 02 (Steelrip)

Jakarta, 19 September 2019


3
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

Data Umum
Data primer yang digunakan pada penelitian kali ini adalah data survei hasil pengukuran situasi
dinding tunnel TP2 dengan menggunakan alat Waterpass, Laser Distance Meter (LDM) dan Terrestrial
Lasser Scanner (TLS). Pengukuran dilakukan pada tanggal 4 Juli sampai dengan 6 Juli 2019. Pengukuran
dilakukan dengan terlebih dahulu membuat titik-titik kontrol pada tunnel setiap 50 m untuk berdiri alat.
Pengukuran menggunakan TLS dilakukan dengan metode scanning untuk pengambilan point clouds
dengan kerapatan 5mm. Pengambilan data TLS dilakukan dengan interval 50 m untuk menjaga kerapatan
data. Pengukuran cross-section dengan WP dan LDM dilakukan dengan mengambil elevasi lantai tunnel
menggunakan WP dan jarak dari lantai ke dinding tunnel menggunakan LDM. Pengambilan cross-section
dilakukan dengan interval 2 m, namun dalam pengolahan data akan disajikan dengan interval 6 m.
Proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 4, dimana akan dilakukan pembandingan hasil
pengukuran menggunakan TLS dengan pengukuran menggunakan Waterpass dan Laser Disto. Penelitian
ini akan berfokus pada total volume Tunnel TP 02 dari STA 00+000 s/d STA 00+204.

Gambar 4.Diagram Alir Penelitian


Jakarta, 19 September 2019
4
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

Peralatan Pengukuran
Berikut peralatan pengukuran yang digunakan untuk pengambulan data dilapangan.
a. Terrestrial Laser Scanner

Gambar 5.Trimble SX10

Gambar 5.Trimble SX10 merupakan TLS yang digunakan untuk mengambil data primer yaitu
Trimble SX10. Trimble SX10 memiliki ketelitian bacaan sudut sebesar 1”, jangkauan pengukuran
hingga 600 m dan dapat mengukur 26.600 titik per detik.
b. Total Station
Gambar 6.Total Station dengan spesifikasi Topcon GTS 232 digunakan untuk melakukan
pengukuran titik kontrol didalam tunnel. Titik kontrol dibuat dengan interval 50 m dengan posisi
menyilang antar titik.

Gambar 6.Total Station

c. Sipat Datar (Waterpass)

Gambar 7.Waterpass

Gambar 7.Waterpass dengan spesifikasi Topcon AT-B Series digunakan untuk mengambil elevasi
lantai tunnel pada saat pengukuran cross-section.
d. Laser Distance Meter (LDM)

Gambar 8.Laser Distance Meter

Jakarta, 19 September 2019


5
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

Gambar 8.Laser Distance Meter merupakan alat pengukur jarak dengan menggunakan laser. LDM
digunakan untuk mengukur jarak antara lantai dan dinding tunnel.
Perangkat Lunak

a. Trimbel Bussines Center


Digunakan untuk memproses RAW data hasil pengukuran TLS.

b. Autodesk Recap Pro


Digunakan untuk melakukan proses filtering noise untuk data TLS dan untuk penyajian data.

c. Autocad Civil 3D
Digunakan untuk melakukan perhitungan volume.

Metode Pengukuran Lapangan

Total Station dan Waterpass

Untuk pemetaan diperlukan adanya kerangka dasar. Kerangka dasar adalah sejumlah titik yang
diketahui koordinatnya dalam system tertentu yang mempunyai fungsi sebagai pengikat dan pengontrol
ukuran baru. Mengingat fungsinya, titik-titik kerangka dasar harus ditempatkan menyebar merata di seluruh
daerah yang akan dipetakan dnegan kerapatan tertentu. Mengingat pula pengukuran untuk pemetaan
memerlukan waktu yang cukup lama, maka titik-titik kerangka dasar harus ditanam cukup kuat dan terbuat
dari bahan yang tahan lama. Dalam pengukuran untuk pembuatan peta ada dua jenis kerangka dasar yaitu
kerangka dasar horizontal (X,Y) dan kerangka dasar vertical (Z). Pada praktiknya titik-titik kerangka dasar
baik horizontal maupun vertical dijadikan satu titik (Briker, 1986)

1. Plotting Center Line

Dalam praktik setiap pekerjaan baik jalan, jembatan, ataupun terowongan di perlukan titik
acuan yaitu center line atau CL. Dimana untuk mendapatkan CL di ambil dari desain perecanaan
yang telah di tuangkan dalam gambar kontrak atau DED. Sedangkan pada prinsipnya untuk
mengunci CL dengan ruang gerak terbatas digunakan metode pengukuran menggunakan Polygon
Terbuka sehingga pada ujung bagian diperlukan BM/Branch Mark yang tidak boleh hilang ataupun
bergeser (Purwohardjo, 1986)

λ
Reflektor
λ
Energi elektromagnetik
termodulasi λ λ
λ λ
λ λ
Instrumen EDM
λ
λ Energi kembali

Gambar 9.Konsep Kerja Alat Ukur Total Station

Jakarta, 19 September 2019


6
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

Pada Proyek Bendungan Leuwikeris Paket 2 lokasi pekerjaan Tunnel TP2, digunakan koordinat
BM X=212.208,366 m Y= 9.185.674,169 m Elv= 95,740 m. Adapun langkah dalam plotting CL
dilapangan adalah sebagai berikut :

a) Aplikasi Gambar DED pada saftware Autocad


b) Mengeluarkan sudut dalam dan jarak dari titik 1 ke-2
titik 3

Utara ? 00°00'00"
29°
6.0000

titik 2

54° 6.0000

titik 1

Gambar 10.Contoh output sudut dan jarak untuk aplikasi lapangan

Contoh Gambar 10.Contoh output sudut dan jarak untuk aplikasi lapangan :

a. Setting sudut utara 00°00’00” pada alat Total Station


b. Catat tinggi alat
c. Putar alat sejauh sudut 54°00’00”
d. Tembak alat dengan Laser Distance kemudian pastikan dengan menggunakan prisma lensa
Total Station
e. Tandai lokasi dengan patok ataupun paku
f. Lakukan secara bertahap sampai dengan titik terakhir
c) Tebak kembali menggunakan Total Station dan Prisma Lensa, kemudian catat Benang Atas,
Tengah, dan Bawah
d) Kemudian catat elevasi tinggi alat Total Station yang berdiri saat itu, olah hasil data tersebut
dengan data BM sehingga dihasilkan Table 1.Koordinat As’ (Center Line/CL).

Jakarta, 19 September 2019


7
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

Table 1.Koordinat As’ (Center Line/CL)

KOORDINAT CENTER LINE


LOKASI JARAK (m)
X Y
0+000 0.00 212286.46 9185716.42
0+00A 1.75 212288.17 9185716.78
STA 00+006 6.00 212294.05 9185718.01
STA 00+012 6.00 212299.92 9185719.24
STA 00+018 6.00 212305.79 9185720.48
STA 00+024 6.00 212311.66 9185721.71
STA 00+030 6.00 212317.53 9185722.95
STA 00+036 6.00 212323.4 9185724.18
STA 00+042 6.00 212329.28 9185725.41
STA 00+048 6.00 212335.15 9185726.65
STA 00+054 6.00 212341.02 9185727.88
STA 00+060 6.00 212346.89 9185729.11
STA 00+066 6.00 212352.76 9185730.35
STA 00+072 6.00 212358.64 9185731.58
STA 00+078 6.00 212364.51 9185732.81
STA 00+084 6.00 212370.38 9185734.05
STA 00+090 6.00 212376.25 9185735.28
STA 00+096 6.00 212382.12 9185736.52
STA 00+102 6.00 212387.99 9185737.75
STA 00+108 6.00 212393.87 9185738.98
STA 00+114 6.00 212399.74 9185740.22
STA 00+120 6.00 212405.61 9185741.45
STA 00+126 6.00 212411.48 9185742.68
STA 00+132 6.00 212417.35 9185743.92
STA 00+138 6.00 212423.22 9185745.15
STA 00+144 6.00 212429.1 9185746.39
STA 00+150 6.00 212434.97 9185747.62
STA 00+156 6.00 212440.84 9185748.85
STA 00+162 6.00 212446.71 9185750.09
STA 00+168 6.00 212452.58 9185751.32
STA 00+174 6.00 212458.46 9185752.55
STA 00+180 6.00 212464.33 9185753.79
STA 00+186 6.00 212470.2 9185755.02
STA 00+192 6.00 212476.07 9185756.25
STA 00+198 6.00 212481.94 9185757.49
STA 00+204 6.00 212487.81 9185758.72

Jakarta, 19 September 2019


8
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

2. Pengukuran Dinding Tunnel TP 02

Gambar 11.Konsep Kerja Alat Ukur Waterpass

Gambar 11 menunjukkan cara kerja dari pengukuran menggunakan alat ukur Wasterpass
sedangakan untuk penghitungan beda tinggi antara dua titik yang diukur dengan waterpass dapat
dihitung dengan rumus
∆𝐻 = 𝐵𝑇𝐵 − 𝐵𝑇𝑀 ……………………Equation 1

Keterangan :
BTB : Benang tengah belakang
BTM : Benang tengah muka
Istilah-istilah :
• 1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu belakang.
• 1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang ± 1-2 km yang terbagi dalam slag yang
genap dan diukur pulang pergi dalam waktu satu hari. (Nurjati, 2004)
Setelah mendapatkan data ukur serta plotting Center Line (CL) untuk as’ Tunnel gunakan
Alat ukur Waterpass dan Laser Distance untuk mendapatkan elevasi dinding lihat Gambar 12.
Penggunaan Wasterpass harus memperhatikan ketepatan pemakaian nivo dan garis bidik,
pengoperasian alat pun harus di dukung dengan pembacaan ketiga benang yang merujuk pada
rambu ukur (Wirshing J.R., 1985)Adapun langkahnya sangat sederhana, demikianpun
penggunaan Wasterpass sebagai kontroling dinding Tunnel lebih mudah di laksanakan
dibandingkan dengan menggunakan Total Station. Adapun prosesnya adalah sebagai berikur :
a. Dirikan alat pada CL yang telah di tentukan sebagai as’ awal Tunnel, catat ukur tinggi alat
b. Kemudian gunakan laser distance dan rambu ukur untuk menentukan bagian ujung sesuai
titik pada Gambar Pengukuran Waterpass pada titik R2, R3, dan R4 lihat pada Gambar 14.

Gambar 12.Pengukuran dinding Tunnel dengan menggunakan Waterpass dan Laser Distance

c. Catat ukuran Batas Atas, Batas Bawah, dan Tengah benang ukur kemudian catat
d. Pindah kan rambu ukur pada titik 10 dan 3 kemudian catat elevasi.

Jakarta, 19 September 2019


9
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

e. Sedangkan untuk mendapatkan data overbreak dari dinding tunnel gunakan laser distance
untuk mendapatkan jarak dari titik as’ ke titik overbreak dan menggunkaan rambu ukur untuk
mendapatkan pendekatan elevasi pada over break tsb pada ukuran 0,5 m dan 2 meter pada
rambu ukur lihat Gambar 14.

Gambar 13.Pengukuran Menggunakan Rambu Ukur

f. Adapun lembar untuk pencatatan data ukur dapat dilihat pada Gambar Lembar pencatanan
data ukur overbreak dan Lembar pencatatan cross section Tunnel Gambar 15.
g. Sedangkan pada daerah dengan overbreak khusus kita menggunakan pengukuran dengan
rambu terbalik sehingga tinggi alat ukur nantinya akan di tambahkan dengan bacaan rambu
ukur.

Gambar 14.Pengukuran dinding Tunnel dan over break

Gambar 15.Lembar Pencatatan Data Ukur Overbreak dan Cross Section Tunnel
Jakarta, 19 September 2019
10
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

3. Pengolahan Data
a. Perhitungan Luasan Area
Ada banyak cara untuk melakukan perhitungan luasan area salah satunnya adalah dengan
menggunakan metode luasan polygon
Sumbu X

(x4, y4) (x5, y5)

(x2, y2) (x7, y7)


(x3, y3 (x6, y6)
(x1, y1)
(x9, y9) (x8, y8) Sumbu Y

Gambar 16.Koordinat Perhitungan Luasan Area Metode Polygon

Untuk menghitung luas polygon seperti pada Gambar 16 diatas dapat dilakukan dengan
menjumlahkan luas trapezoid yang ada 12ca1, 23ec2, 34de3, 45bd4, dan 51ab5.
[𝑌1+𝑌2][𝑋2−𝑋1] [𝑌2+𝑌3][𝑋3−𝑋2] [𝑌3+𝑌4][𝑋4−𝑋3] [𝑌4+𝑌5][𝑋5−𝑋4]
𝐴 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = + + + +
2 2 2 2
[𝑌5+𝑌1][𝑋1−𝑋5]
𝑑𝑠𝑡 ……………………………………Equation 2
2

Diketahui :
Lokasi L2
HI = Tinggi alat = 87,5 m
Bacaan L2 rata-rata adalah 1,920 m maka elevasi L2 adalah (87,5 – 1,920)= 85,576 m

Table 2.Data Cross Section TP 02

Jakarta, 19 September 2019


11
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

Table 3.Hasil Perhitungan luasan area STA 00+006

b. Perhitungan Volume Galian Tunnel TP 02


Perhitungan Volume galian Tunnel TP 02 dilakukan dengan rumsan :
[𝐴 1+𝐴2]
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚3 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 (𝑚 )𝑥 (𝑚2) …………….Equation 3
2

Table 4.Perhitungan Volume Galian Tunnel dan Overbreak pada TP 02 STA 00+000 s/d STA
00+204
Volume Overbreak Vol Galian
No LOKASI Steelrip Non Steelrip
Jarak (m) Luas (m2) Luas Rata2 (m2) Volume (m3) Tunnel+Overbreak WP

1. STA 00+000 1.61


1.75 6.452 11.291 93.405 Yes
2. 0+00A 11.29
6.00 9.478 56.866 338.401 Yes
3. STA 00+006 7.67
6.00 6.647 39.880 321.415 Yes
4. STA 00+012 5.63
6.00 7.064 42.384 323.919 Yes
5. STA 00+018 8.50
6.00 10.713 64.279 345.814 Yes
6. STA 00+024 12.93
6.00 15.673 94.039 375.574 Yes
7. STA 00+030 18.42
6.00 18.580 111.482 393.017 Yes
8. STA 00+036 18.74
6.00 19.563 117.379 398.914 Yes
9. STA 00+042 20.39
6.00 13.096 78.577 360.112 Yes
10. STA 00+048 5.81
6.00 10.634 63.802 345.337 Yes
11. STA 00+054 15.46
6.00 10.336 62.014 343.549 Yes
12. STA 00+060 5.21
6.00 7.270 43.621 325.156 Yes
13. STA 00+066 9.33
6.00 8.166 48.998 330.533 Yes
14. STA 00+072 7.00
Jakarta, 19 September 2019 6.00 8.505 51.031 332.566 Yes
15. STA 00+078 10.01 12
6.00 15.393 92.358 373.893 Yes
16. STA 00+084 20.78
6.00 16.711 100.268 381.803 Yes
17. STA 00+090 12.64
6.00 13.532 81.189 362.724 Yes
18. STA 00+096 14.42
6.00 13.053 78.316 359.851 Yes
6.00 18.580 111.482 393.017 Yes
8. STA 00+036 18.74
6.00 19.563 117.379 398.914 Yes
9. STA 00+042 20.39
6.00 13.096 78.577 360.112 Yes
10. STA 00+048 5.81
6.00 10.634 63.802 345.337 Yes
11. STA 00+054 15.46
6.00 10.336 62.014 Seminar Nasional
343.549 Teknik
Yes Sumber Daya Air
12. STA 00+060 5.21
6.00 7.270 43.621 325.156 Yes
13. STA 00+066 9.33
6.00 8.166 48.998 330.533 Yes
14. STA 00+072 7.00
6.00 8.505 51.031 332.566 Yes
15. STA 00+078 10.01
6.00 15.393 92.358 373.893 Yes
16. STA 00+084 20.78
6.00 16.711 100.268 381.803 Yes
17. STA 00+090 12.64
6.00 13.532 81.189 362.724 Yes
18. STA 00+096 14.42
6.00 13.053 78.316 359.851 Yes
19. STA 00+102 11.69
6.00 13.172 79.034 360.569 Yes
20. STA 00+108 14.66
6.00 15.299 91.797 373.332 Yes
21. STA 00+114 15.94
6.00 12.122 72.730 354.265 Yes
22. STA 00+120 8.30
6.00 10.001 60.004 341.539 Yes
23. STA 00+126 11.70
6.00 12.193 73.156 354.691 Yes
24. STA 00+132 12.69
6.00 14.102 84.611 366.146 Yes
25. STA 00+138 15.52
6.00 13.337 80.022 361.557 Yes
26. STA 00+144 11.16
6.00 10.633 63.796 345.331 Yes
27. STA 00+150 10.11
6.00 11.390 68.338 349.873 Yes
28. STA 00+156 12.67
6.00 9.582 57.492 339.027 Yes
29. STA 00+162 6.49
6.00 6.757 40.544 322.079 Yes
30. STA 00+168 7.02
6.00 6.847 41.080 322.615 Yes
31. STA 00+174 6.67
6.00 8.134 48.806 330.341 Yes
32. STA 00+180 9.60
6.00 11.275 67.650 349.185 Yes
33. STA 00+186 12.95
6.00 13.333 79.999 361.534 Yes
34. STA 00+192 13.71
6.00 10.053 60.318 341.853 Yes
35. STA 00+198 6.39
6.00 5.589 33.535 315.070 Yes
36. STA 00+204 4.79
TOTAL 2340.684 m3 11994.988 m3 18 Segmen 17 Segmen

Dari perhitungan Table 4 ada 3 poin yang menjadi hasil dari pengolahan data yaitu :
1. Total Volume Overbreak pada Tunnel TP 02 STA 00+000 s/d STA 00+204 adalah sebesar
2340.648 m3
2. Total Volume Overbreak dan Galian Desain Tunnel TP 02 02 STA 00+000 s/d STA 00+204
adalah sebesar 11994.988 m3
3. Sedangkan tingkat ketelitian pada perhitungan dengan pengukuran TS dan Waterpass
bergantung pada human eror serta ada atau tidak nya perkuatan Steelrip pada
rongga/dinding Tunnel TP 02.

Terrestrial Laser Scanner


Prinsip kerja TLS dengan mengirimkan sinar laser ke seluruh bidang pandang Setiap kali sinar laser
menyentuh permukaan reflektif ,sinar dipantulkan kembali ke arah pemindai .Hasil data merupakan
kumpulan titik-titik (point clouds) setiap titik memiliki nilai koordinat yang dapat diikatkan ke titik control
sehingga memiliki keakuratan yang tinggi lihat Gambar 17.

Jakarta, 19 September 2019


13
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

Gambar 17. Konsep Kerja Terrestrial Laser Scanner

Proses pengukuran dan pengolahan data menggunakan TLS dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Studi Litelatur
Mencari referensi dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengukuran volume dan alat
TLS. Mencari informasi mengenai overbreak pada galian tunnel.
2. Survei Pendahuluan
Kegiatan survei pendahuluan bertujuan untuk orientasi lapangan, mengetahui medan dan
mempersiapkan kebutuhan dalam perencanaan kegiatan. Salah satu yang dipersiapkan adalah
desain persebaran titik kontrol yang akan digunakan dalam pengukuran.
3. Pembuatan Titik Kontrol
Sebelum melakukan pengukuran dilakukan pembuatan titik kontrol di sepanjang tunnel TP2 lihat
Gambar 18. Titik-titik kontrol dibuat dengan interval 50 m sepanjang tunnel dan diletakan secara
menyilang antar titik untuk memaksimalkan pertampalan data hasil pengukuran TLS dan
memudahkan pengukuran koordinat titik kontrol menggunakan TS. Lokasi titik control yang
digunakan untuk berdiri alat dapat dilihat pada gambar dibawah.

Titik 2 Titik 3

Titik 1

Titik 4
Gambar 18.Denah Titik Kontrol dan Posisi Berdiri Alat

4. Pengolahan Data Pengukuran


a. Terrestrial Laser Scanner, raw data dari hasil pengukuran TLS diolah untuk dijadikan data
point clouds. Data point clouds tersebut sebelum digunakan untuk perhitungan volume
dilakukan proses filtering. Proses filtering bertujuan untuk menghilangkan noise atau data
yang tidak dibutuhkan dalam proses perhitungan volume. Untuk hasil scanning object dapat
dilihat pada Gambar 19 , Gambar 20, Gambar 21, dan Gambar 22 dibawah ini.

Jakarta, 19 September 2019


14
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

Gambar 19.Hasil Scanning Object Titik 1

Gambar 20.Hasil Scanning Object Titik 2

Gambar 21.Hasil Scanning Object Titik 3

Jakarta, 19 September 2019


15
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

Gambar 22.Hasil Scanning Object Titik 4

b. Waterpass dan LDM, hasil pengukuran cross-section diplot di software Autocad Civil 3D.
5. Perhitungan Volume
Proses perhitungan volume untuk kedua data TLS maupun TS menggunakan pendekatan cross-
section. Dari data point clouds TLS diolah untuk dijadikan data mesh situasi tunnel TP2. Dari data
mesh tersebut dapat dihasilkan cross-section. Data ekstrasi cross-section tersebut kemudian
diolah di Autocad Civil 3D untuk perhitungan volume lihat Gambar 23. Dari data hasil pengukuran
TS koordinat cross-section dapat langsung diplot pada software Autocad Civil 3D untuk dilakukan
proses perhitungan volume. Contoh cross-section dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 23.Cross Section Menggunakan Waterpass

6. Analisa Hasil Perhitungan Volume


Dari kedua data cross-section dari kedua data tersebut kemudian dihasilkan volume dengan
interval 6 m. Hasil dari perhitungan volume data TLS dan TS, kemudian dibandingkan dan
dianalisis perbedaan hasil hitungan dan ketelitiannya.
7. Analisa Manajemen Survei
Dari kegiatan diatas di analisis dalam aspek biaya, mutu dan waktu yang diperlukan dalam proses
pengukuran volume overbreak dengan menggunakan alat TLS dan TS.
8. Kesimpulan dan Saran
Penrikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian diatas dan memberikan rekomendasi dari
penelitian diatas.

Jakarta, 19 September 2019


16
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN


Evaluasi 3D Model Tunnel
Pada tahap ini, kenampakan model hasil pengukuran menggunakan Terrestrial Laser Scanner,
hasil model mempunyai bentuk yang sama persis dengan aslinya, namun ada beberapa kenampakan noise
object pada scanning titik 1.
Noise pada hasil pengukuran Terrestrial Laser Scanner disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya peralatan yang menutupi objek, adanya penghalang seperti material, maupun pekerja yang
beraktifitas di area objek, dll.
Penempatan titik berdiri alat sangat mempengaruhi bentuk model. Untuk pengukuran pada
penelitian ini menggunakan 4 titik berdiri alat yang dapat mencakup kenampakan objek. Survey dengan
Terrestrial Laser Scanner memerlukan alat bantu berupa lampu sorot mengingat di dalam tunnel gelap dan
minim penerangan agar dapat mempengaruhi pencahayaan ke object lihat pada Gambar 24 dan Gambar
26.
Pengolahan data hasil dari Lasser Scanner menggunakan aplikasi Revit untuk mendapatkan
Luasan Area pada masing-masing croos section contoh dapat dilihat di Gambar 25. Pembuatan cross
section menggunakan polyline dan regional surface kemudian, memasukkan parameter seperti STA, Jenis
Galian, dan Luas Area, sedangkan untuk perhitungannya tetap menggunakan excel. Formula excel yang
digunakan untuk menghitung volume overbreak dinding tunnel TP02 ini adalah Luas Area dikalikan dengan
Panjang atau jarak dari STA awal dan akhir.

Gambar 24.Model Tampak Dalam Tunnel

Gambar 25. Permodelan pada Revit dengan data Laser Scanner


Jakarta, 19 September 2019
17
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

Evaluasi Perbandingan Volume


Analisis perbandingan volume dilakukan terhadap luas setiap cross-section dari STA 00+000 s.d
00+204 tunnel Bendungan Leuwikeris, pengambilan cross-section dilakukan dengan interval 6 meter.
Pengukuran tersebut menggunakan waterpass dan laser disto meter.

Informasi dari modelling

Gambar 26. Informasi data pada Revit berupa Luas Area, Cross Section, dan STA

Hasil pengolahan menggunakan Revit dapat dilihat pada Gambar 26, didapatkan Luas Area yang akan
digunakan dalam perhitungan volume pada excel. Pada Revit akan dimunculkan informasi model dari tiap
cross section yang dibuat, kemudian akan dibandingkan total volume overbreak antara metode pelaksanaan
menggunakan Waterpass dan menggunakan Lasser Scanner.
Perbandingan pengukuran volume setiap cross-section antara Terrestrial Laser Scanner dengan
Waterpass dapat dilihat pada Table 5 dibawah ini.
Table 5.Perbandingan Volume Terrestrial Laser Scanner dan Waterpass
Volume Overbreak Waterpass Volume Overbreak Laser Scanner
No LOKASI Jarak (m) Steelrip Non Steelrip Δlaser - Δwp
Luas (m2) Luas Rata2 (m2) Volume (m3) Luas (m2) Luas Rata2 (m2) Volume (m3)

1. STA 00+000 1.61 1.50


1.75 6.452 11.291 6.348 11.109 Yes -0.104
2. 0+00A 11.29 11.20
6.00 9.478 56.866 9.337 56.019 Yes -0.141
3. STA 00+006 7.67 7.48
6.00 6.647 39.880 6.588 39.525 Yes -0.059
4. STA 00+012 5.63 5.70
6.00 7.064 42.384 7.050 42.300 Yes -0.014
5. STA 00+018 8.50 8.40
6.00 10.713 64.279 10.679 64.074 Yes -0.034
6. STA 00+024 12.93 12.96
6.00 15.673 94.039 15.680 94.080 Yes 0.007
7. STA 00+030 18.42 18.40
6.00 18.580 111.482 18.360 110.160 Yes -0.220
8. STA 00+036 18.74 18.32
6.00 19.563 117.379 19.495 116.970 Yes -0.068
9. STA 00+042 20.39 20.67
6.00 13.096 78.577 13.094 78.561 Yes -0.003
10. STA 00+048 5.81 5.51
6.00 10.634 63.802 11.291 67.743 Yes 0.657
11. STA 00+054 15.46 17.07
6.00 10.336 62.014 11.031 66.183 Yes 0.695
12. STA 00+060 5.21 4.99
6.00 7.270 43.621 7.253 43.515 Yes -0.018

Jakarta, 19 September 2019


18
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

Volume Overbreak Waterpass Volume Overbreak Laser Scanner


No LOKASI Jarak (m) Steelrip Non Steelrip Δlaser - Δwp
Luas (m2) Luas Rata2 (m2) Volume (m3) Luas (m2) Luas Rata2 (m2) Volume (m3)

12. STA 00+060 5.21 4.99


6.00 7.270 43.621 7.253 43.515 Yes -0.018
13. STA 00+066 9.33 9.51
6.00 8.166 48.998 7.718 46.308 Yes -0.448
14. STA 00+072 7.00 5.92
6.00 8.505 51.031 7.969 47.814 Yes -0.536
15. STA 00+078 10.01 10.01
6.00 15.393 92.358 15.486 92.916 Yes 0.093
16. STA 00+084 20.78 20.96
6.00 16.711 100.268 16.934 101.601 Yes 0.222
17. STA 00+090 12.64 12.91
6.00 13.532 81.189 14.121 84.726 Yes 0.589
18. STA 00+096 14.42 15.33
6.00 13.053 78.316 13.313 79.878 Yes 0.260
19. STA 00+102 11.69 11.29
6.00 13.172 79.034 13.429 80.574 Yes 0.257
20. STA 00+108 14.66 15.57
6.00 15.299 91.797 15.516 93.096 Yes 0.217
21. STA 00+114 15.94 15.47
6.00 12.122 72.730 11.991 71.946 Yes -0.131
22. STA 00+120 8.30 8.52
6.00 10.001 60.004 10.090 60.540 Yes 0.089
23. STA 00+126 11.70 11.67
6.00 12.193 73.156 12.055 72.330 Yes -0.138
24. STA 00+132 12.69 12.45
6.00 14.102 84.611 14.065 84.390 Yes -0.037
25. STA 00+138 15.52 15.69
6.00 13.337 80.022 13.424 80.541 Yes 0.086
26. STA 00+144 11.16 11.16
6.00 10.633 63.796 10.644 63.864 Yes 0.011
27. STA 00+150 10.11 10.13
6.00 11.390 68.338 11.354 68.121 Yes -0.036
28. STA 00+156 12.67 12.58
6.00 9.582 57.492 9.549 57.294 Yes -0.033
29. STA 00+162 6.49 6.52
6.00 6.757 40.544 6.785 40.710 Yes 0.028
30. STA 00+168 7.02 7.05
6.00 6.847 41.080 6.770 40.617 Yes -0.077
31. STA 00+174 6.67 6.49
6.00 8.134 48.806 7.805 46.830 Yes -0.329
32. STA 00+180 9.60 9.12
6.00 11.275 67.650 10.905 65.430 Yes -0.370
33. STA 00+186 12.95 12.69
6.00 13.333 79.999 13.770 82.620 Yes 0.437
34. STA 00+192 13.71 14.85
6.00 10.053 60.318 10.565 63.390 Yes 0.512
35. STA 00+198 6.39 6.28
6.00 5.589 33.535 5.250 31.497 Yes -0.340
36. STA 00+204 4.79 4.22
TOTAL/RATA-RATA 2340.684 m3 2347.272 m3 18 Segmen 17 Segmen 0.0129

Dari data Table 5 dapat dilihat total volume dari 204 sampel STA yang digunakan didapatkan total
volume overbreak dengan metode Laser Scanner sebesar 2347.272 m3 dan total volume overbreak
menggunakan Waterpass sebesar 2340.684, sedangkan selisih Δlaser – Δwp = 6.588 m3 . Dari perhitungan
tersebutjuga didapatkan rata-rata selisih volume tiap STA sebesar 0.129 m3.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang pemodelan permukaan tunnel dengan menggunakan Terrestrial
Laser Scanner maka dapat diambil sebagai berikut.
1. Terrestrial Laser Scanner dapat digunakan untuk pemodelan permukaan tunnel Bendungan.
Pengukuran dengan metode ini sangat efisien karena data yang berupa point clouds dapat
membentuk suatu object secara 3 dimensi dengan cakupan pengukuran sampai 500 meter
(Trimble SX10). Penentuan titik berdiri alat Terrestrial Laser Scanner sangat mempengaruhi hasil
suatu object. Apabila terdapat halangan terhadap object, maka hasil pengukuran akan
menghasilkan beberapa noise yang harus di editing lebih lanjut. Dengan demikian pengukuran
menggunakan Terrestrial Laser Scanner merupakan solusi dalam pendokumentasian yang
digunakan sebagai acuan rekonstruksi dan analisis, serta dapat diintegrasikan ke dalam proses
BIM.

Jakarta, 19 September 2019


19
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air

2. Berdasarkan hasil analisis perbandingan volume overbreak yaitu antara Terrestrial Laser Scanner
dengan Waterpass antara dua nilai mempunyai rata-rata selisih volume tiap cross-section sebesar
0.129 m3, dan selisih total dari keseluruhan sebesar 6.588 m3.
Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang ingin penulis sampaikan untuk perkembangan survey dan
pengolahan data menggunakan Terrestrial Laser Scanner antara lain.
1. Pengukuran menggunakan TLS (Terrestrial Laser Scanner ) perlu diperhatikan lokasi sekeliling
pengukuran, bila terdapat penghalang maka diperlukan jarak yang lebih rapat agar mendapatkan
hasil yang akurat
2. Pengambilan data hasil pengukuran baiknya dilakukan dalam 1 kali dalam satu objek pengukuran
untuk mendapatan data yang akurat
3. Basic pengukuran menggunakan TLS adalah dengan pemetaan foto dan point cloud, sehingga
pencahayaan menjadi unsur utama dalam pengukuran.
4. Poin acuan (titik kontrol) dibuat dan didasarkan pada lokasi yang terbuka sehingga dapat direkam
oleh alat TLS
5. Pengolahan poin cloud dengan metode regional dan polyline harus dilakukan dengan teliti, karena
besar kecilnya luas area yang didapatkan bergantung pada pembuatan region area pada cross
section
UCAPAN TERIMA KASIH
Disadari bahwa penyusunan paper dengan judul “Pengukuran Overbreak Galian pada Proyek Bendungan
Leuwikeris Menggunakan Terrestrial Laser Scanning” ini tidak akan berhasil tanpa adanya keterlibatan
pihak membantu dalam penyusunan. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Tim BIM dan Engineering Pusat PT Waskita Karya (persero) , tbk
2. Tim BIM dan Engineering DIVISI Infrastruktur III PT. Waskita Karya
3. Tim Proyek beserta Perangkat Bendungan Leuwikeris Paket 2 Waskita-Adhi KSO
REFERENSI
Briker, R. C. (1986). Dasar-Dasar Pengukuran Tanah Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Nurjati. (2004). Ilmu Ukur Tanah 1. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Purwohardjo, U. U. (1986). Pengukuran Horizontal. Bandung: Jurusan Teknik Geodesi Institut Teknologi
Bandung.
Wirshing J.R., W. R. (1985). Pengantar Pemetaan. Jakarta: Erlangga.

Jakarta, 19 September 2019


20

Anda mungkin juga menyukai