Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

a. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN: RESIKO


PERILAKU KEKERASAN (RPK)
1) Konsep Dasar
a) Pengertian
Prilaku Kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada
diri sendiri maupun orang lain. Sering juga di sebut gaduh gelisah atau
amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan
gerakan motorik yang tidak terkontrol ( Yosep, 2010 ).
Pengertian marah adalah perasaan jengkel yang timbul karena
adanya kecemasan seseorang yang dianggapnya sebagai ancaman yang
akan datang (Stuart & Sundeen, 2005), sedangkan menurut Patricia
(dalam Yosep, 2010) perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi
yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah.
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim
dari marah atau ketakutan (panik). Perilaku agresif dan perilaku
kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu rentang, dimana
agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan di sisi yang lain.

b) Rentang Respon
Menurut Yosep (2010), rentang respon dari marah, seperti pada
gambar 1 berikut:

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


Keterangan:
1. Asertif, adalah perilaku yang bisa menyatakan perasaan dengan jelas
dan langsung, jarak bicara tepat, kontak mata tapi tidak mengancam,
sikap serius tapi tidak mengancam, tubuh lurus dan santai,
pembicaraan penuh percaya diri, bebas untuk menolak permintaan,
bebas mengungkapkan alasan pribadi kepada orang lain, bisa
menerima penolakan orang lain, mampu menyatakan perasaan pada
orang lain, mampu menyatakan cinta orang terdekat, mampu
menerima masukan/kritik dari orang lain. Jadi bila orang asertif
marah, dia akan menyatakan rasa marah dengan cara dan situasi yang
tepat, menyatakan ketidakpuasannya dengan memberi alasan yang
tepat.
2. Frustasi, merupakan respon yang terjadi akibat gagal mencapai
tujuan yang tidak realistis atau hambatan dalam pencapaian tujuan.
3. Perilaku Pasif, orang yang pasif merasa haknya di bawah hak orang
lain. Bila marah, orang ini akan menyembunyikan marahnya
sehingga menimbulkan ketegangan bagi dirinya. Bila ada orang
mulai memperhatikan non verbal marahnya, orang ini akan menolak
dikonfrontasi sehingga semakin menimbulkan ketegangan bagi
dirinya. Sering berperilaku seperti memperhatikan, tertarik, dan
simpati walau dalam dirinya sangat berbeda. Kadang-kadang
bersuara pelan, lemah, seperti anak kecil, menghindar kontak mata,
jarak bicara jauh dan mengingkari kenyataan. Ucapan sering
menyindir atau bercanda yang keterlaluan.
4. Agresif, merupakan perilaku yang menyertai marah dan merupakan
dorongan untuk bertindak destruktif tapi masih terkontrol. Perilaku
yang tampak berupa muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar.
5. Amuk (perilaku kekerasan), yaitu perasaan marah dan bermusuhan
yang kuat disertai kehilangan kontrol diri, sehingga individu dapat
merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Menurut Fitria (2006), adapun perbedaan perilaku pasif, asertif dan
agresif, seperti pada tabel 1, berikut:
Tabel 1 Perbandingan Antara Perilaku Pasif, Asertif, Dan Agresif
Pasif Asertif Agresif
Isi pembicaraan Negatif dan Positif dan Menyombongkan diri,
merendahkan menawarkan merendahkan orang
diri,contohnya diri,contohnya lain,contohnya
perkataan:”Dapatkah perkataan: “Saya perkataan:Kamu
saya” dapat….” selalu…”
“Dapatkah kamu” “Saya akan…” “Kamu tidak pernah….”
Tekanan suara Cepat, lambat, Sedang Keras dan ngotot
mengeluh
Posisi badan Menundukkan kepala Tegap dan santai Kaku, condong ke depan
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan jarak Siap dengan jarak yang
dengan sikap yang nyaman akan menyerang
mengabaikan
Penampilan Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam, posisi
tenang menyerang
Kontak mata Sedikit/sama sekali Mempertahankan Mata melotot dan
tidak kontak mata sesuai dipertahankan
dengan hubungan

c) Etiologi/Psikodinamika
Gangguan jiwa pada perilaku kekerasan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti faktor predisposisi dan faktor presipitasi (Yosep,
2010).
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku
kekerasan.
 Faktor Psikologi
a. Psychoanalytical Theory; Teori ini mendukung bahwa
perilaku agresif merupakan naluri. Freud berpendapat bahwa
perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama
insting hidup yang diekpresikan dengan seksualitas, Dan
kedua insting kematian yang diekpresikan dengan agresivitas.
b. Frustation-aggresion theory; Teori yang dikembangkan
pengikut Freud ini ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha
seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan
maka akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya
akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai
orang atau obyek yang menyebabkan frustasi.
 Faktor Sosial Budaya
a. Social-Learning Theory; Teori yang dikembangkan oleh
Bandura (1977) ini memgemukakan bahwa agresi tidak
berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat dapat
dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan
untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap
keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan
respon yang dipelajari.
b. Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan.
Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekpresi
agresif mana yang dapat diterima atau tidak dapat diterima,
sehingga dapat membantu individu untuk mengekpresikan
marah dengan cara yang asertif.
 Faktor Biologis
Neorobilogical Faktor (Montague, 1979) bahwa dalam
susunan persyarafan ada juga yang berubah pada saat orang
agresif. Sistem limbik berperan penting dalam meningkatkan dan
menurunkan agresifitas. Neurotransmitter yang sering dikaitkan
dengan perilaku agresif yaitu; serotonin, dopamim,
norepinephrin, acetikolin, dan asam amino GABA (gamma
aminobutiric acid). GABA dapat menurunkan agresifitas,
norepinephrin dapat meningkatkan agresifitas, serotonin dapat
menurunkan agresifitas dan orang yang epilepsi.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum, sesorang akan berespon dengan marah apabila
merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury
secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap
konsep diri seseorang. Ketika seseorang marasa terancam, mungkin
dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber
kemarahanya. Ancaman dapat berupa internal ataupun eksternal.
Contoh stressor internal adalah tidak berprestasi kerja, kehilangan
orang yang dicintai, respon terhadap penyakit kronis. Contoh stressor
ekternal adalah serangan fisik, putus hubungan, dikritik orang lain.
Marah juga bisa disebabkan perasaan jengkel yang menumpuk di hati
atau kehilangan kontrol terhadap situasi. Marah juga bisa timbul pada
orang yang dirawat inap.

d) Tanda & Gejala


Menurut Fitria, (2006), tanda dan gejala dari perilaku kekerasan,
adalah sebagai berikut:
a. Fisik: pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, bicara
dengan nada keras dan kasar, sikap ketus.
c. Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain,
merusak lingkungan, sikap menentang, dan amuk/agresif.
d. Emosi: jengkel, selalu menyalahkan, menuntut, perasaan terganggu,
dan ingin berkelahi.
e. Intelektual: mendominasi, cerewet atau bawel, meremehkan, suka
berdebat, dan mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
f. Sosial: penolakan untuk didekati, mengasingkan diri, melakukan
kekerasan, suka mengejek, dan mengkritik.
g. Spiritual: merasa diri berkuasa, tidak realistik, kreatifitas terlambat,
ingin orang lain memenuhi keinginannya, dan merasa diri tidak
berdosa.

e) Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan gangguan jiwa dengan dengan perilaku
kekerasan (Yosep, 2010) adalah sebagai berikut:
1. Psikofarmakologi
Obat-obatan yang diberikan adalah antiaanxiety dan sedative-
hipnotics. Obat ini dapat mengendalikan agitasi yang akut.
Benzodiazepines seperti lorazepam dan clonazepam, sering
digunakan dalam kedaruratan psikiatri untuk menenangkan
perlawanan pasien.
2. Terapi Kejang Listrik atau Elektro Compulsive Therapy (ECT)
ECT merupakan suatu tindakan terapi dengan menggunakan
aliran listrik dan menimbulkan kejang pada pasien baik tonik maupun
klonik.

f) Penatalaksanaan Keperawatan
Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan
agitasi pasien, hirarki perilaku agresif dan kekerasan. Disamping itu,
perawat harus mengkaji pula afek pasien yang berhubungan dengan
perilaku agresif. Kelengkapan pengkajian dapat membantu perawat
dalam membina hubungan terapeutik dengan pasien, mengkaji perilaku
yang berpontensi kekerasan, mengembangkan suatu perencanaan,
mengimplementasikan perencanaan, dan mencegah perilaku kekerasan.
(Yosep, 2010).
Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk
mencegah dan mengelola perilaku agresif. Intervensi dapat melalui
rentang intervensi keperawatan.
1. Kesadaran Diri
Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapi dapat
mempengaruhi komunikasinya dengan pasien. Bila perawat tersebut
merasa letih, cemas, marah, atau apatis maka akan sulit baginya
membuat pasien tertarik. Untuk mencegah semua itu, maka perawat
harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan
supervise dengan memisahkan antara masalah pribadi dan masalah
pasien.
2. Pendidikan Pasien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikai dan cara
mengekpresikan marah yang tepat. Banyak pasien yang mengalami
kesulitan mengekpresikan perasaan, kebutuhan, hasrat, dan bahkan
kesulitan mengkomunikasikan semua ini pada orang lain. Jadi
dengan perawat berkomunikasi yang terapeutik diharapkan agar
pasien mau mengekpresikan perasaannya, lalu perawat menilai
apakah respon yang diberikan pasien adaptif atau maladaptif.
3. Latihan Asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat
yaitu mampu berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang,
mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan, sanggup
melakukan komplain, dan mengekpresikan penghargaan dengan
tepat.
4. Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan pasien agresif adalah bersikap
tenang, bicara lembut, bicara tidak dengan menghakimi, bicara netral
dengan cara yang kongkrit, tunjukkan sikap respek, hindari kontak
mata langsung, fasilitasi pembicaraan, dengarkan pembicaraan,
jangan terburu-buru menginterpretasikan, dan jangan membuat janji
yang tidak dapat ditepati.
5. Perubahan Lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas
seperti: membaca, kelompok program yang dapat mengurangi
perilaku pasien yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi
sosialnya seperti terapi aktivitas kelompok. Terapi aktivitas
kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai
masalah yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi sedangkan
kelompok digunakan sebagai target sasaran (Keliat dan Akemat,
2005). TAK yang sesuai dengan perilaku kekerasan adalah terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi: perilaku kekerasan.
6. Tindakan Perilaku
Tindakan perilaku pada dasarnya membuat kontrak dengan
pasien mengenai perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima, konsekuensi yang didapat bila kontrak dilanggar.

2) Konsep Dasar Keperawatan


a) Masalah Keperawatan
1. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


Klien mengatakan: “benci atau kesal pada a. Terlihat mata merah, wajah agak
seseorang. Suka membentak dan merah.
menyerang orang yang mengusik jika b. Terdengar nada suara tinggi dan
sedang kesal/marah.” keras, bicara menguasai: berteriak,
menjepit, memukul diri
sendiri/orang lain.
c. Terlihat ekspresi marah saat
membicarakan orang, pandangan
tajam.
d. Terlihat merusak dan melempar
barang-barang.

2. Perilaku kekerasan/amuk

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


Klien mengatakan: “benci atau kesal pada a. Terlihat mata merah, wajah agak
seseorang. Suka membentak dan merah.
menyerang orang yang mengusik jika b. Terdengar nada suara tinggi dan
sedang kesal/marah.” keras, bicara menguasai: berteriak,
menjepit, memukul diri
sendiri/orang lain.
c. Terlihat ekspresi marah saat
membicarakan orang, pandangan
tajam.
d. Terlihat merusak dan melempar
barang-barang.

3. Harga diri rendah kronik

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


Klien mengatakan: “saya tidak mampu, a. Tampak lebih suka sendiri.
tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, b. Terlihat bingung bila disuruh
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan memilih alternatif tindakan
perasaan malu terhadap diri sendiri. c. Terlihat ingin mencederai diri/ingin
mengakhiri hidup.
.

b) Pohon Masalah
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan/ Amuk

Harga Diri Rendah Kronik

c) Diagnosa yang Muncul


1. Perilaku kekerasan/ amuk.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
3. Risiko menceedarai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

d) Rencana Tindakan

Tg No.D Dx. Perencanaan


Tujuan Kriteria hasil Intervensi
l x Keperawata
n
Risiko TUM :
perilaku Klien tidak
kekerasan melakukan
tindakan
kekerasan
1.   Setelah …x
1.      Bina
TUK 1 : pertemuan klien hubungan
Klien dapat menunjukkan tanda – saling
membina tanda percaya pada percaya
hubungan saling perawat : dengan :
percaya          Wajah          Beri salam
cerah,
tersenyum setiap
         Mau berkenalan berinteraksi
         Ada kontak mata         
         Bersedia Perkenalkan
menceritakan nama, nama
perasaan panggilan
perawat, dan
tujuan
perawat
berinteraksi.
         Tanyakan
dan panggil
nama
kesukaan
klien,
tunjukkan
sikap
empati, jujur
dan
menepati
janji setiap
kali
berinteraksi.
         Tanyakan
perasaan
klien dan
masalah
yang
dihadapi
klien
         Buat
kontrak
interaksi
yang jelas
         Dengarkan
dengan
penuh
perhatian,
ungkapan
perasaan
klien.

TUK 2 : 2.      Setelah …x


2.      Bantu klien
Klien dapat pertemuan, klien mengungkap
mengidentifikasi menceritakan kan perasaan
penyebab perilaku penyebab perilaku marahnya:
kekerasan yang kekerasan         
yang Motivasi
dilakukannya. dilakukannya: klien untuk
         Menceritakan menceritaka
penyebab perasaan n penyebab
jengkel atau kesal rasa kesal
baik dari diri sendiri atau
maupun jengkelnya
lingkungannya.          Dengarkan
tanpa
menyela atau
member
penilaian
setiap
ungkapan
perasaan
klien
TUK 3 : 3.      Setelah … 3.
x       Bantu klien
Klien dapat pertemuan, klien mengungkap
mengidentifikasi menceritakan tanda – kan tanda –
tanda – tanda tanda saat terjadi tanda
perilaku kekerasan perilaku kekerasan : perilaku
         Tanda fisik : mata kekerasan
merah, tangan yang
mengepal, ekspresi dialaminya:
tegang, dll          Motivasi
         Tanda emosional : klien
perasaan marah, menceritaka
jengkel, bicara kasar. n kondisi
         Tanda sosial : fisik (tanda –
bermusuhan yang tanda fisik)
dialami saat terjadi saat perilaku
perilaku kekerasan kekerasan
terjadi
         Motivasi
klien
menceritaka
n kondisi
emosinya
(tanda –
tanda
emosional)
saat terjadi
perilaku
kekerasan.
         Motivasi
klien
menceritaka
n kondisi
hubungan
dengan
orang lain
(tanda –
tanda social)
saat terjadi
perilaku
kekerasan.

TUK 4 : 4.      Setelah … 4.


x       Diskusikan
Klien dapat pertemuan, klien dengan klien
mengidentifikasi menjelaskan : perilaku
jenis         
perilaku Jenis - jenis kekerasan
kekerasan yang ekspresi kemarahan yang
pernah yang dilakukanny
dilakukannya. selama ini telah a selama ini :
dilakukannya          Motivasi
         Perasaannya saat klien
melakukan kekerasan menceritaka
         Efektifitas cara n jenis-jenis
yang dipakai dalam tindak
menyelesaikan kekerasan
masalah yang selama
ini pernah
dilakukanny
a.
         Motivasi
klien
menceritaka
n perasaan
klien setelah
tindak
kekerasan
tersebut
terjadi
         Diskusikan
apakah
dengan
tindak
kekerasan
yang
dilakukanny
a, masalah
yang dialami
teratasi.
TUK 5 : 5.      Setelah … 5.
x       Diskusikan
Klien dapat pertemuan klien dengan klien
mengidentifikasi menjelaskan akibat akibat
akibat perilaku tindak kekerasan yang negative
kekerasan dilakukannya : (kerugian)
         Diri sendiri : luka, cara yang
dijauhi teman, dll dilakukan
         Orang pada :
        
lain/keluarga : luka, Diri
tersinggung, sendiri
ketakutan, dll          Orang
         Lingkungan : lain/
barang atau benda lingkungan
rusak, dll         
Lingkungan
TUK 6 : 6.      Setelah … 6.
x       Diskusikan
Klien dapat pertemuan klien : dengan
mengidentifikasi          Menjelaskan cara – klien:
cara cara sehat          Apakah
konstruktif dalam mengungkapkan klien mau
mengungkapkan marah mempelajari
kemarahan cara baru
mengungkap
kan marah
yang sehat
         Jelaskan
berbagai
alternative
pilihan untuk
mengungkap
kan marah
selain
perilaku
kekerasan
yang
diketahui
klien.
         Jelaskan
cara – cara
sehat untuk
mengungkap
kan marah :
-       Cara fisik :
nafas dalam,.
Pukul bantal/
kasur, olah
raga
-       Verbal :
mengungkap
kan bahwa
dirinya
sedang kesal
kepada
orang lain
-       Social :
latihan
asertif
dengan
orang lain
-       Spiritual
:sembahyang
/ doa, zikir,
meditasi, dsb
sesuai
keyakinan
agamanya
masing –
masing.
TUK 7 : 7.      Setelah … 7.1
x      Diskusikan
Klien dapat pertemuan klien cara yang
mendemonstrasika memperagakan cara mungkin
n cara mengontrol mengontrol perilaku dipilih dan
perilaku kekerasan kekerasan : anjurkan
         Fisik : nafas dalam,. klien
Pukul bantal/ kasur, memilih cara
olah raga yang
         Verbal: mungkin
mengungkapkan untuk
bahwa dirinya sedang mengungkap
kesal kepada orang kan
lain kemarahan.
         Social : latihan
7.2     Latih klien
asertif dengan orang memperagak
lain an cara yang
         dipilih :
Spiritual:sembahyang         Peragakan
/ doa, zikir, meditasi, cara
dsb sesuai keyakinan melaksanaka
agamanya masing – n cara yang
masing. dipilih
         Jelaskan
manfaat cara
tersebut
         Anjurkan
klien
menirukan
peragaan
yang sudah
dilakukan
         Beri
penguatan
pada klien,
perbaiki cara
yang masih
belum
sempurna
7.3     Anjurkan
klien
menggunaka
n cara yang
sudah dilatih
saat marah /
jengkel
TUK 8 : 8.      Setelah … 8.1
x      Diskusikan
Klien pertemuan keluarga : pentingnya
         Menjelaskan cara peran serta
merawat klien dengan keluarga
perilaku kekerasan. sebagai
         Mengungkapkan pendukung
rasa puas dalam klien untuk
merawat klien. mengatasi
perilaku
kekerasan.
8.2     Diskusikan
potensi
keluarga
untuk
membantu
klien
mengatasi
perilaku
kekerasan
8.3     Jelaskan
pengertian,
penyebab,
akibat, dan
cara
merawat
klien
perilaku
kekerasan
yang dapat
dilaksanakan
oleh
keluarga
8.4     Peragakan
cara
merawat
klien
(menangani
petilaku
kekerasan)
8.5     Beri
kesempatan
keluarga
untuk
memperagak
an ulang.
8.6     Beri pujian
kepada
keluarga
setelah
peragaan
8.7     Tanyakan
perasaan
keluarga
setelah
mencoba
cara yang
dilatihkan
TUK 9 : 9.1 Setelah … 9.1
x Jelaskan
Klien pertemuan klien manfaat
menggunakan obat menjelaskan : menggunaka
sesuai         
program Manfaat minum n obat secara
yang telah obat teratur dan
ditetapkan :          Kerugian tidak kerugian jika
minum obat tidak
         Nama obat menggunaka
         Bentuk dan warna n obat
obat 9.2 Jelaskan
         Dosis yang kepada
diberikan kepadanya klien:
         Waktu pemakaian          Jenis obat
         Cara pemakaian (nama,
         Efek yang warna, dan
dirasakan bentuk obat)
         Dosis yang
9.2 Setelah … x tepat untuk
pertemuan klien klien
menggunakan         
obat Waktu
sesuai program pemakaian
         Cara
pemakaian
         Efek yang
akan
dirasakan
klien

9.3 Anjurkan
klien :
         Minta dan
menggunaka
n obat tepat
waktu
         Lapor ke
perawat atau
dokter jika
mengalami
efek yang
tidak biasa
         Beri pujian
terhadap
kedisiplinan
klien
menggunaka
n obat
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

PERTEMUAN KE : 1 (SATU)

DIAGNOSA KEP : RESIKO PERILAKU KEKERASAN

(RPK)

SP :1

HARI/TANGGAL :

PROSES KEPERAWATAN

A. KONDISI KLIEN

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

Klien mengatakan: “kesal dengan a. Terlihat mata merah, wajah


seseorang.” agak merah.
b. Terdengar nada suara tinggi
dan keras, bicara menguasai:
berteriak, menjepit, memukul
diri sendiri/orang lain.
c. Terlihat ekspresi marah saat
membicarakan orang,
pandangan tajam.
d. Terlihat merusak dan
melempar barang-barang.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko Prilaku Kekerasan
C. TUJUAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Pasien dapat mengidentifikasi PK


2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
3. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya
4. Pasien dapat menyebautkan akibat dari PK yang dilakukannya.
5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah / mengendalikanPKnya

D. TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Membina hubungan saling percaya,


2. Mengidentifikasi penyebab marah,
3. Tanda dan gejala yang dirasakan,
4. Perilaku kekerasan yang dilakukan,
5. Akibat dan cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fsik pertama
(latihan nafas dalam)

PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN

I. FASE ORIENTASI
A. SALAM TERAPEUTIK
“Assalamualaikum, selamat pagi bu, perkenalkan nama saya,....boleh
dipanggil… saya perawat yang bertugas pagi ini dari pukul 08.00 sampai 14.00
WIB, kalua boleh saya tau nama ibu siapa?
B. EVALUASI/VALIDASI
“ bagaimana perasaan ibu hari ini ? masih ada perasaaan kesal atau marah?
C. KONTRAK
Topik : “Baiklah sekarang kita bercakap-cakap tentang perasaan marah
yg ibu rasakan?”
Waktu : “Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? bagaimana jika 10
menit?”
Tempat : “Dimana kita akan berbincang-bincang? bagaimana jika diruang
tamu?”

II. FASE KERJA


“ ibu apa yang menyebabkan ibu  marah? Apakah sebelumnya ibu pernah marah
seperti ini? Terus penyebabnya apa? Apa samakah dengan yang sekarang?” 
“Pada saat penyebab marah itu ada seperti rumah yang rusak ,makanan yang tidak
tersedia, udara tak tersedia (misalnya ini penyebab marah klien), apa yang ibu
rasakan?'pakah ibu merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar,mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal? Dan apa yang ibu lakukan
selanjutnya“
“apakah dengan ibu marah-marah, keadaan jadi lebih baik?”
“menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?”
“maukah ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?”
“ada beberapa cara fsik untuk mengendalikan rasa marah, hariini kita belajar satu
cara dulu”
“begini bu, kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu berdiri lalu tarik nafas
dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secaraperlahan-lahan dari mulut
seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan lakukan sebanyak 3 kali. Bagus
sekali ibu sudah dapat melakukan nya.”
“Nah berharap latihan ini ibu lakukan secara rutin, apabila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul ibu  sudah terbiasamelakukannya.”

III. FASE TERMINASI


A. EVALUASI
Subjektif : “ Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan yang ibu rasakan?”
Objektif : “ Coba ibu sebutkan penyebab penyebab ibu marah dan
penyebab yang ibu rasakan dan apa yang ibu lakukan jika ibu
marah, juga akibatnya ?”
B. TINDAK LANJUT
“Baiklah bapak/ibu saya harap bapak/ibu selalu ingat penyebab marah dan ingat
apa yang harus dilakukan ketika marah.”
C. KONTRAK YANG AKAN DATANG
Topik : “baik bu, bagaimana kalau besok kita latihan cara lain untuk
mencegah dan mengendalikan marah ibu ?”
Tempat : “dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini
saja bu?”
Waktu : “Berapa lama kita akan lakukan, bagaimana jika 10 menit
saja?“saya pamit dulu yah ibu a'ssalamu’alaikum.”
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Nurjannah, I. 2008. Penangan Klien Dengan Masalah Psikiatri
Kekerasan. Yogyakarta: MocoMedika.
Maramis, W.F. 2005 Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa. Surabaya:
Airlangga Universitas Press.
Stuart, G.W. and Laraia. 2005. Principles and Praktice of Psychiatric
Nursing, St. Louis: Mosby Year B
Stuart dan Sundeen, 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Videbeck, S. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Bandung: PT Refika
Aditama.

Anda mungkin juga menyukai