Anda di halaman 1dari 9

METODE GEOLISTRIK IMAGING KONFIGURASI DI-

POLE-DIPOLE DIGUNAKAN UNTUK PENELUSURAN


SISTEM SUNGAI BAWAH TANAH PADA KAWASAN
KARST DI PACITAN, JAWA TIMUR

Satuti Andriyani1), Ari Handono Ramelan2), dan Sutarno 3)


1) Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas
Maret Surakarta
2)Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta
3)Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta
E-mail : satuti@ymail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai penelusuran sistem sungai bawah tanah


dengan menggunakan metode geolistrik imaging di kawasan karst Pacitan, Jawa Timur.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : Hasil pengolahan data mapping menunjukkan
pola kontur adanya sistem sungai bawah tanah. Sistem tersebut adalah berupa kantong-
kantong air (water pocket) maupun adanya rongga sungai bawah tanah.. Hasil pengo-
lahan data Imaging menunjukkan penampang lintasan 1,2, dan 3 dapat diduga bahwa
lapisan batuan karbonat yang bersifat pembawa air ini membentuk seperti lorong merupa-
kan rongga dari luweng yang merupakan jalur dari sungai bawah tanah luweng Dawung.
Batuan karbonat yang kedap air ini mulai terlihat pada kedalaman 21.8 meter dengan nilai
resistivitas berkisar antara 1887 Ohm meter.

Kata kunci : kawasan karst, batuan karbonat, sistem sungai bawah tanah, geolistrik.

A. PENDAHULUAN penelitian merupakan daerah batu gamping


Pada kawasan karst masalah yang paling dengan ciri-ciri berupa perbukitan dengan
utama adalah masalah kekeringan dan krisis puncak-puncak kecil membulat (conical
air bersih. Pemanfaatan air oleh penduduk hill) yang mempunyai aliran sungai berupa
sekitar hanya dapat dilakukan pada telaga sungai bawah tanah dan banyak dijumpai
yang pada umumnya berlokasi jauh dari gua dan luweng. Luweng yang terdapat di
pemukiman dan sulit dicapai. Pada musim daerah tersebut adalah luweng Dawung.
penghujan ketersediaan air di telaga cukup Keterdapatan kawasan karst yang umum-
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat nya berbatuan gamping dengan sifat mudah
sekitar, sedangkan pada musim kemarau larut, terutama dalam air yang banyak men-
telaga mengering. Hal inilah yang menjadi gandung karbon dioksida. Pelarutan terse-
permasalahan yang sangat kompleks yang but yang mengakibatkan struktur kekarnya
terjadi pada kawasan karst. merupakan tempat terkonsentrasinya air.
Pada penelitian ini akan mengambil lokasi Adanya gerakan airtanah pada celah-celah
di daerah Gedompol, kecamatan Donoro- di berbagai tempat tersebut menyebabkan
jo, kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Daerah airtanah akan muncul di permukaan sebagai

46 Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 1 | Maret 2010


Metode Geolistrik Imaging Konfigurasi Dipole-Dipole Satuti, Ari dan Sutarno

mata air (spring) atau rembesan (seepage). potensialnya diukur melalui dua elektroda
Untuk kawasan ini pemunculan airtanah potensial, sehingga nilai resistivitasnya da-
mempunyai debit yang bervariasi. Debit pat dihitung. Resistivitas (tahanan jenis)
yang relatif besar disebabkan oleh adanya merupakan suatu besaran yang menunjuk-
rongga-rongga yang saling berhubungan kan tingkat hambatan terhadap arus listrik
membentuk saluran sungai bawah tanah dari suatu bahan.
pada tempat-tempat tertentu. Sifat khas dari suatu material adalah memi-
Seiring meningkatnya kebutuhan akan air liki resistivitas yaitu besaran yang menun-
bersih di kawasan karst, maka dapat di- jukkan tingkat hambatan material terhadap
lakukan upaya untuk pencarian sumberda- arus listrik. Pendekatan yang digunakan
ya air baru untuk memenuhi ketersediaan untuk mendapatkan resistivitas setiap
sumberdaya air. Penelusuran sungai bawah medium di bawah bumi permukaan bumi
tanah secara langsung dengan menelusuri yaitu dengan mengasumsikan bahwa bumi
gua/luweng ternyata banyak mengalami merupakan suatu medium yang homogen
kesulitan. Untuk itu dilakukan penelitian isotropis.
secara tidak langsung, yaitu penelusuran Dari hasil pengukuran arus dan beda po-
sungai bawah tanah dengan metode ge- tensial untuk setiap jarak elektroda ter-
olistrik. Metode geolistrik yang akan di- tentu, dapat ditentukan variasi harga ham-
gunakan menggunakan metode geolistrik batan jenis masing-masin lapisan di bawah
konfigurasi dipole-dipole. Metode ini di- titik ukur (Lilik Hendrajaya dan Idam Arif,
dasarkan pada keadaan yang ditimbulkan 1990). Untuk penjabaran rumus secara rin-
jika arus listrik dialirkan ke dalam tanah ci dapat dilihat pada telford 1976.
melalui elektroda-elektroda, dimana pada
setiap perubahan konduktivitas di bawah
permukaan akan mengubah aliran arus da-
lam bumi yang akan mempengaruhi distri-
busi potensial listrik. Besarnya pengaruh
ini terhadap potensial di permukaan dipen-
garuhi oleh ukuran, lokasi, bentuk, dan
konduktivitas materi yang ada di bawah
permukaan bumi. Dengan cara ini maka
akan diperoleh informasi tentang distribusi
bawah permukaan dengan mengukur po-
tensial listrik di permukaan. Harga faktor geometri berdasarkan kon-
figurasi yang dipakai.
B. METODE RESISTIVITAS
Metode tahanan jenis (resistivitas) adalah
salah satu dari kelompok metode geofisika
yaitu metode geolistrik yang digunakan Metode Pengukuran Resistivitas Konfigu-
untuk mempelajari keadaan bawah permu- rasi Elektroda Dipole-dipole
kaan dengan cara mempelajari sifat aliran Pada konfigurasi dipole-dipole, kedua elek-
listrik di dalam batuan di bawah permu- troda arus dan elektroda potensial terpisah
kaan bumi berdasarkan perbedaan resis- dengan jarak a. Sedangkan elektroda arus
tivitas batuan. dan elektroda potensial bagian dalam ter-
Prinsip kerja dari metode resistivitas ada- pisah sejauh na, dengan n adalah bilangan
lah mengalirkan arus listrik ke dalam bumi bulat (Waluyo, 2005). Variasi n digunakan
melalui dua elektroda arus, kemudian beda untuk mendapatkan berbagai kedalaman

Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 1 | Maret 2010 47


Metode Geolistrik Imaging Konfigurasi Dipole-Dipole Satuti, Ari dan Sutarno

tertentu, semakin besar n maka kedalaman a dan variasi n (Loke, 1999). Skema kon-
yang diperoleh juga semakin besar. Ting- figurasi dipole-dipole dapat dilihat pada
kat sensitivitas jangkauan pada konfigurasi gambar 2.4 :
dipole-dipole dipengaruhi oleh besarnya

B A M N
a na a

Gambar 1 Konfigurasi dipole-dipole

Faktor geometri pada konfigurasi elektroda dipole-dipole :

pelarutan air yang mengalir pada batu


gamping, dolomit, atau batuan lain yang
mudah mengalami pelarutan.
Kars merupakan salah satu jenis morfologi
atau bentuklahan (landform). Pada mor-
fologi tersebut hidup dan berkembang ber-
bagai jenis flora maupun fauna, sehingga
kars dipandang sebagai ekosistem. Eko-
sistem kawasan kars merupakan gabungan
dari ekosistem endokars dan ekosistem
eksokars. Endokars merupakan semua
fenomena yang dijumpai di bawah permu-
kaan tanah kawasan kars, yang paling ser-
Tujuan dari penelitian ini adalah metode ing dijumpai adalah gua, saluran terowon-
resistivitas imaging juga biasa dikenal se- gan, dan sungai bawah tanah. Eksokars
bagai resistivitas mapping-sounding. Hal adalah semua fenomena yang dijumpai
ini terjadi karena pada metode ini bertu- di atas permukaan tanah kars, antara lain
juan untuk mempelajari variasi resistivitas kubah-kubah dengan berbagai bentuk do-
di bawah permukaan bumi secara vertikal line, uvala, dan polje.
maupun secara horizontal. Metode resis- Kawasan kars bisa diartikan sebagai ka-
tivitas imaging yang terkenal adalah me- wasan yang mempunyai bentang alam
tode resistivitas konfigurasi Dipole-dipole, khas yang dibentuk oleh proses pelarutan
Wenner, Pole-dipole, dan Pole-pole. batuan. Batuan tersebut umumnya adalah
batu gamping dan dolomit. Di Indonesia
C. KAWASAN KARST yang umum dijumpai adalah batu gamping
Istilah kars diambil dari bahasa Slovenia ataupun metamorfosanya yaitu marmer.
Krs yang berarti batuan. Daerah dengan Pembentukan kars ditentukan oleh proses
ciri bebatuan tersebut selanjutnya disebut pelarutan batuan, sehingga ditemukan
Carso yang terletak di perbatasan antara oleh derajat kelarutan dari batuan atau
Italia dan Yugoslavia. Kars didefinisikan batu gamping yang ada (jenis batu gamp-
sebagai bentang alam yang terbentuk oleh ing), iklim (curah hujan), dan umur batu

48 Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 1 | Maret 2010


Metode Geolistrik Imaging Konfigurasi Dipole-Dipole Satuti, Ari dan Sutarno

gamping atau lamanya proses pelarutan. rekahan dan atau depresi-depresi. Depresi
Proses pelarutan batu gamping yang meru- tersebut menstransfer sejumlah besar air
pakan proses terpenting pembentukan kars permukaan menjadi air bawah tanah. Air
bisa dijelaskan menurut reaksi kimia batu bawah tanah merembes melalui celah-
gamping dengan air dan kandungan gas celah (crack) menurut kemiringan lapisan
CO2 terlarut sebagai berikut (Samodra, batuan (dip) hingga menjadi aliran air
2001): bawah tanah. Aliran air akan berfluktuasi
CaCO3+ CO2+H2OCa2-+2HCO3- menurut musim dan mengalir melalui ses-
Kandungan gas CO2 terlarut yang mem- ar, retakan,kekar, dan celah antar bidang
pengaruhi proses pelarutan batu gamping perlapisan. Selanjutnya akan membentuk
tersebut terutama bersumber dari CO2 di saluran bawah tanah (lorong gua) yang
atmosfer yang dapat diperkaa oleh faktor dialiri air selama kurun waktu tertentu.
biologis dan kegiatan gunung api. Selan- Lorong gua dengan aliran air dapat disebut
jutnya variasi faktor jenis batu gamping, dengan sungai bawah tanah. Sungai bawah
struktur geologi, faktor biologi (vegetasi), tanah dapat dijumpai di kawasan karst den-
suhu udara, angin, curah hujan, menghasil- gan adanya gua dan sistem perguaan.
kan berbagai variasi bentang alam kars di
alam. E. METODOLOGI PENELITIAN

D. SISTEM SUNGAI BAWAH TA-


NAH
Sungai bawah tanah daerah karst
tropik berasal dari aliran permukaan pada
waktu musim hujan yang masuk melalui
celah-celah batu gamping, kadang-kadang
sungai tersebut hilang sebagian atau selu-
ruhnya ke dalam tanah melalui rekahan-
rekahan dan atau depresi-depresi. Depresi
tersebut menstransfer sejumlah besar air
permukaan menjadi air bawah tanah. Air Gambar 2 Peralatan Pengambilan
bawah tanah merembes melalui celah- Data
celah (crack) menurut kemiringan lapisan
batuan (dip) hingga menjadi aliran air Peralatan yang digunakan dalam peneli-
bawah tanah. Aliran air akan berfluktuasi tian ini adalah resistivitimeter OYO model
menurut musim dan mengalir melalui ses- 2119 C. Alat ini merupakan alat portabel
ar, retakan,kekar, dan celah antar bidang dengan sistem pengoperasian yang cukup
perlapisan. Selanjutnya akan membentuk sederhana. Resistivitimeter model 2119 C
saluran bawah tanah (lorong gua) yang ini terdiri dari 2 unit yaitu unit komutatore
dialiri air selama kurun waktu tertentu. sebagai pemancar sekaligus penerima dan
Lorong gua dengan aliran air dapat disebut unit potensiometer untuk mengukur beda
dengan sungai bawah tanah. Sungai bawah potensial. Unit komutator berfungsi seba-
tanah dapat dijumpai di kawasan karst den- gai sebagai pengubah arus searah menjadi
gan adanya gua dan sistem perguaan. arus bolak-balik dengan bantuan dua buah
transistor bertegangan tinggi dan sebagai
waktu musim hujan yang masuk melalui penyearah mekanis dari arus bolak-balik
celah-celah batu gamping, kadang-kadang yang diterima oleh elektroda potensial.
sungai tersebut hilang sebagian atau selu- Unit potensiometer berfungsi sebagai pen-
ruhnya ke dalam tanah melalui rekahan- gatur tegangan searah dengan sistem po-
Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 1 | Maret 2010 49
Metode Geolistrik Imaging Konfigurasi Dipole-Dipole Satuti, Ari dan Sutarno

tensiometer. Unit ini dilengkapi dengan


galvanometer yang sangat peka dan poten-
siometer tegangan searah.
F. WILAYAH PENGAMBILAN
DATA

Lokasi Penelitian

50 Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 1 | Maret 2010


Metode Geolistrik Imaging Konfigurasi Dipole-Dipole Satuti, Ari dan Sutarno

G. HASIL DAN PEMBAH ASAN


Pengolahan data resistivitas imaging yang diperoleh dari hasil pengukuran dilakukan
dengan menggunakan software Res2Dinv. Korelasi nilai resistivitas batuan adalah seba-
gai berikut :

Tabel Korelasi Nilai Resistivitas Batuan dan Litologi

Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 1 | Maret 2010 51


Metode Geolistrik Imaging Konfigurasi Dipole-Dipole Satuti, Ari dan Sutarno

A. Lintasan 1

Gambar 3 Penampang model inversi 2 dimensi data lintasan 1

Batuan karbonat mulai dijumpai pada Hasil penampang tersebut dapat diasum-
kedalaman dangkal sekitar 15 meter dari sikan bahwa lapisan batuan karbonat ini
permukaan tanah, yang berjarak 40-50 me- membentuk anomali batuan yang kedap air
ter dari pusat bentangan. Batuan karbonat yang berbentuk seperti lorong. Hal ini di-
yang sifatnya pambawa air pada hasil pe- duga batuan ini adalah sebagai batuan pe-
nampang kedua dijumpai pada kedalaman nudung atau batuan capsrock dari struktur
40 meter. Lapisan batuan karbonat ini ber- sungai bawah tanah. Sehingga pendugaan
jarak 150 – 240 meter dari pusat bentan- lapisan di bawah ini merupakan rongga
gan. Anomali batuan karbonat ini mempu- dari luweng yang merupakan jalur dari
nyai nilai resistivitas berkisar antara 4495 sungai bawah tanah luweng Dawung.
Ohm meter.
B. Lintasan 2

Gambar 4 Penampang model inversi 2 dimensi data lintasan 2

52 Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 1 | Maret 2010


Metode Geolistrik Imaging Konfigurasi Dipole-Dipole Satuti, Ari dan Sutarno

Pada penampang 2 dimensi lintasan 2 Batuan dolomit ini mulai dijumpai pada ja-
dengan masukan arus 120 mA ini lapisan rak 150 meter dari pusat lintasan, dengan
batuan lempungan juga mendominasi per- ketebalan lapisan antara 30 meter sampai
mukaan keseluruhan panjangnya lintasan kedalam 62.3 meter. Lapisan batuan kar-
sampai pada kedalaman sekitar 20 meter. bonat yang ditunjukkan warna ungu pada
Lapisan batuan pasiran melapisi di bawah- penampang dijumpai pada jarak 160 meter
nya lapisan batuan lempungan. Lapisan sampai 300 meter dari pusat lintasan. Kete-
batuan pasiran ini dijumpai pada keda- balan lapisan ini mulai pada kedalaman
laman mulai sekitar 20 meter sampai ke 32.8 meter sampai 62.3 meter. Lapisan bat-
bawah. Tetapi pada jarak 150 meter dari uan karbonat ini nilai resistivitasnya adalah
pusat lintasan batuan pasiran ini menjadi sekitar 9848 Ohm meter.
peralihan batuan menjadi batuan dolomit.
C. Lintasan 3

Gambar 5 Penampang model inversi 2 dimensi data lintasan 3


Lapisan batuan lempungan juga mendomi- Lapisan batuan karbonat yang ditunjuk-
nasi permukaan keseluruhan panjangnya kan warna ungu pada penampang terdapat
lintasan sampai pada kedalaman sekitar 2 anomali batuan karbonat. Anomali per-
12.7 meter. Lapisan batuan pasiran melapi- tama dijumpai pada jarak 40 meter sampai
si di bawahnya lapisan batuan lempungan. 150 meter dari pusat lintasan, dengan ked-
Lapisan batuan pasiran ini dijumpai pada alaman anomali mulai 18.3 meter sampai
kedalaman mulai sekitar 12.7 meter dengan 62.3 meter kebawah. Anomali yang kedua
ketebalan antara 1 meter. Batuan pasiran dijumpai pada jarak 210 meter sampai
dijumpai lagi pada jarak 150 meter sampai pangkal lintasan 3 ini. Kedalaman anom-
200 meter, mulai terlihat pada kedalaman ali lapisan batuan karbonat yang kedua ini
53.9-62.3 meter. Di bawah lapisan batuan mulai 21.8 meter sampai 62.3 meter ke-
pasiran ini diduga merupakan batuan lem- bawah. Nilai resistivitasnya adalah sekitar
pungan. Lapisan batuan dolomit melapisi 1887 Ohm meter. Sehingga dimungkinkan
batuan pasiran di bawahnya sampai keda- pada perlapisan ini merupakan anomali
laman 62.3 meter. Batuan dolomit ini mu- batuan karbonat yang bersifat sebagai pem-
lai dijumpai di sepanjang lintasan 3 dengan bawa air. Lapisan ini diindikasikan adanya
ketebalan lapisan antara 13.7 meter. Pada sistem sungai bawah tanah berupa rongga/
jarak 170-200 meter lapisan batuan dolo- lorong sungai bawah tanah. Pendugaan
mit ini menyuram lapisannya hingga sam- lain dari anomali ini adalah sebuah water
pai kedalam 62.3 meter.
Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 1 | Maret 2010 53
Metode Geolistrik Imaging Konfigurasi Dipole-Dipole Satuti, Ari dan Sutarno

pocket yang merupakan satuan dari sistem Geologi Lingkungan Untuk Pengkelasan
sungai bawah tanah. Air yang terdapat pada Kars Dan Pengembangan Wilayah Daerah
sistem bawah tanah ini melalui jalur atau Gunung Sewu, Kabupaten Gunung Kidul,
rekahan-rekahan kemudian menuju tempat DIY, Yogyakarta : Jurusan Teknik Geologi
yang kosong dan kemudian terbentuk kan- Fakultas Geologi UGM
tong-kantong air (water pocket). Pendug- 3. Kusumayudha, Sari.B. 2005.
aan adanya kantong air ini lebih besar dari Hidrogeologi Karst Dan Geometri Fraktal
pada yang terdapat pada lintasan 2, dilihat Di Daerah Gunung Sewu, Yogyakarta :
dari besarnya lapisan penudungnya. Secara Adicita.
keseluruhan hasil pengolahan data imag- 4. Lilik Hendrajaya, Idam Arif.
ing lintasan 1, 2 dan 3 kontur sistem sungai 1990. Geolistrik Tahanan Jenis, Bandung :
bawah tanah saling berhubungan. Laboratorium Fisika Bumi ITB.
5. Sehat, Sukman. 2005. Pendug-
H. KESIMPULAN aan Struktur Bawah Permukaan Daerah
Dari hasil pengolahan data resistivitas im- Perbukitan Jiwo, Bayat, Klaten Dengan
aging, dapat disimpulkan bahwa : Metode Resistivitas Mapping dan Sound-
1. Di daerah penelitian tersebut di- ing. Yogyakarta : Tesis Jurusan Geofisika
indikasikan/diduga terdapat sistem sungai UGM.
bawah tanah di bawah permukaan tanah. 6. Suherman. 2000. Penyelidi-
2. Secara imaging menunjukkan kan Sungai Bawah Tanah dan Penentuan
kedalaman anomali lapisan batuan karbon- Kedalaman Titik Bor Dengan Menggu-
at mulai 21.8 meter sampai 62.3 meter ke- nakan Metode Mise-Ala-Masse, di Desa
bawah. Nilai resistivitasnya adalah sekitar balok, Kecamatan Kujang, Barat Kupang
1887 Ohm meter. Sehingga dimungkinkan NTT. Yogyakarta : Skripsi, Jurusan Fisika
pada perlapisan ini merupakan anomali UGM.
batuan karbonat yang bersifat sebagai pem- 7. Samodra, Hanang. 2001. Nilai
bawa air. Lapisan ini diindikasikan adanya Strategis Kawasan Kars Di Indonesia.
sistem sungai bawah tanah berupa rongga/ Bandung : Pusat Penelitian Dan Pengem-
lorong sungai bawah tanah. bangan Geologi.
8. Telford, W.M., Geldart, L.P.,
Sheriff, R.E., Keys, D.A.. 1976. Applied
DAFTAR PUSTAKA
Geophisics, Edisi I, Cambridge : Cam-
1. Bahargiarti, Sari.K. 2004. Menge-
bridge University Press.
nal Hidrogeologi Karst, Yogyakarta : Pusat
9. Waluyo dan Edy Hartantyo. 2000.
Studi Karst Lembaga Penelitian dan Peng-
Teori Dan Aplikasi Metode Resistivitas,
abdian kepada Masyarakat, UPN VETER-
Yogyakarta : Laboratorium Geofisika, Pro-
AN YOGYAKARTA.
gram Studi Geofisika, Jurusan Fisika FMI-
2. Hexa Sevana, Mareta. 2003. Studi
PA UGM.

54 Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 1 | Maret 2010

Anda mungkin juga menyukai