Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
MEDIK DAN KEPERAWATAN

A. Skizofrenia
1. Pengertian
a. Suatu bentuk psikos yang sering dijumpai di mana-mana sejak dahulu kala,
namun sebab musabab patogenesisnya sangat kurang
(W.E Meramis)
b. Umumnya di tandai dengan penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi serta efek yang tidak wajar
(marproriate) atau tumpul (blundeo).

2. Etiologi
a. Keturunan
Potensi untuk mendapatkan skizofrenia diperkirakan diturunkan (bukan
penyakit itu sendiri) melalui gen yang resesif. Potensi ini kemungkinan kuat
dan lemah tetapi selanjutnya tergantung pada lingkungan pada individu,
apakah akan terjadi skizofrenia atau tidak.
b. Endokrine
Hal ini berhubungan dengan sering timbulnya skizofrenia pada usia
pubertas, waktu kilmaks sterium, tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan.
c. Metabolisme
Klien dengan skizofrenia sering tampak pucat, tidak sehat, nafsu makan
berkurang dan berat badan berkurang sehingga ada yang menduga bahwa
skizofrenia disebabkan gangguan metobolisme saat lahir.
d. Susunan saraf pusat
Adanya kelainan susunan saraf pusat yaitu pada diencepalon/korteks otak.
Tetapi ini dapat dimasukkan dalam kelompok teori somatogenik yang
mencari penyebab skizofrenia dalam kelainan badaniah.
e. Teori Adolf Meyer
Skizofrenia tidak disebabkan oleh suatu penyakit.
f. Teori Sigmund Freud.
Skizofrenia termasuk psikogenik yang terdapat kelainan ego, super ego dan
kehilangan kapasitas untuk pemindahan.
g. Skizofrenia merupakan suatu sindrom yang disebabkan oleh bermacam-
macam sebab antara lain.
1) Pendidikan yang salah
2) Keturunan
3) Maladopsi
4) Tekanan Jiwa
5) Penyakit jiwa seperti luas arterosklerosis otak.
h. Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikosomatik dengan etiologi yang
belum jelas.

3. Tanda dan Gejala


a. Tanda dan gejala primer
1). Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan sisi) kadang sebuah ide
belum selesai dibicarakan sudah muncul ide lain, bloking prestasi,
flights of ideas.
2). Gangguan afeks dan emosi yang meliputi
a). Afeks dan emosi kadang kala, misalnya acuh tak acuh terhadap hal-
hal yang penting bagi diri sendiri.
b). Parathini adalah apa yang seharusnya menimbulkan senang dan
gembira, pada penderita timbul rasa sedih dan marah.
c). Parathimi adalah penderita seharusnya menimbulkan senang dan
gembira akan tetapi ia menangis.
d). Kadang-kadang emosi afeks serta ekspresinya tidak mempunyai
kesamaan.
e). Emosi berlainan sehingga terlihat seperti dibuat-buat.
f). Kehilangan kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang
baik.
g). Akibat kepribadian yang terpecah-pecah maka timbul dua hal yang
berlawanan yang terjadi secara bersamaan, contoh membenci dan
mencintai.
3). Gangguan kemauan
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu
keadaan, selalu memberikan alasan walaupun tidak dapat tepat dan jelas.
4). Gejala psikomotor / gejala katatonik / gangguan perbuatan.
5). Melakukan kegiatan beulang-ulang, kalalepsi yaitu : suatu posisi badan
dipertahankan dalam waktu lama. Negativitas yaitu menentang/justru
melakukan hal-hal yang berlawanan dengan apa yng disusun. Fleksibel
bila suatu anggota badan digerakkan/dibengkokkan terasa suatu
tahanan.
b. Gejala sekunder
1). Waham
Pada skizofrenia, waham seringkali tidak logis sama sekali dan sangat
gila
2). Halusinasi
Pada skizofrenia halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran
3). Menarik diri
Sebagai contoh, penderita skizofrenia mengidentifikasi dirinya adalah
suatu objek yang tidak ada artinya.

4. Jenis-jenis skizofrenia
Skizofrenia dibedakan menjadi bebarapa jenis, yaitu :
a). Skizofrenia Simplek
b). Skizofrenia Heberfrenik
c). Skizofrenia Atatonik
d). Skizofrenia Paranoid
e). Skizofrenia Residu
f). Skizofrenia ak terinci / tak tergolongkan

5. Pengobatan
Pengobatan pada penderita skizofrenia harus secepat mungkin. Karena keadaan
psikotik yang lama menimbulkan kemungkinan yang lebih besar bahwa
penderita menuju kemunduran mental. Pengobatan dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu :
a. Farmakoterapis
Neleptika dengan dosis efektif rendah bermanfaat pada penderita denan
skizofrenia yang menahun. Sedangkan dosis bermanfaat pada penderita
skizofrenia dengan psikomotorik yang meningkat. Dengan fenotiozin ikut
serta dalam kegiatan lingkungan dan terapi kerja. Sesudah gejala-gejala
menghilang maka dosis dipertahankan selama beberapa bulan. Apabila
serangan itu merupakan yang pertama kali. Jika sesudahnya berkurang maka
setelah gejala mereda obat diberikan terus sampai satu hingga dua tahun.
b. Terapi elektro konkulsif (ECT)
Terapi ini dapat memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah
kontak dengan penderita yang lebih banyak diberikan pada serangan
berulang.
c. Terapi koma insulin
Hsail kerja baik untuk mendorong penderita bergaul dengan orang lain
d. Laborami Prefontal
Apabila terapi secara intensif tidak berhasil dan penderita sangat menganggu
lingkungan maka dapat dilakukan cara ini

B. Skizofrenia Tak Terinci


Skizofrenia tak terinci umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari persepsi serta efek yang tak wajar, kesadaran yang jernih dan
kemauan yang intetelektual biasanya tetap terpilihara walaupun kemunduran
kongitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Klien dengan skizofrenia paling sedikit dua gejala dibawah ini yang terus ada secara
jelas yaitu :
1). Halusinasi yang menetap yang disertai dengan waham yang mengembang.
2). Arus pikir yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
3). Perilaku katatonik seperti gaduh dan gelisah
4). Gejala-gejala seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan cenderung menarik
diri.
C. Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam
jumlah pola dari stimulus yang mendekati (yang diprakarsai secara internal
ataau ekstrenal) disertai dengan satu pengukurang yang berlebih-lebihan, distorsi
atau kelainan berespon terhadap stimulus
(Townsend, MC (1998:156))
2. Jenis-jenis halusinasi
1) Halusinasi pendengaran
Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
2) Halusinasi penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samara-samar tanpa stimulus nyata
dan orang lain tidak melihatnya.
3) Halusinasi pengidu atau penciuman
Klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus dan
orang lain tidak menciumnya.
4) Halusinasi pengecapan
Klien merasakan akan sesuatu yang tidak nyata. Biasanya merasakan rasa
makanan yang tidak enak.
5) Halusinasi perubahan
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.
3. Tanda-tanda halusinasi
1) Berbicara sendiri
2) Menarik diri dan menghindar dari orang lain
3) Tidak dapat membedakan antara yang nyata dan tidak
nyata
4) Tidak dapat memusatkan konsentrasi atau perhatian
5) Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain,
lingkungan), takut.
6) Ekspresi muka tegang dan mudah tersinggung
Stuart dan Sudden (1998) menuliskan bahwa halusinasi terdiri dari empat
tahapan yaitu :
a. Tahapan I
1. Menerapkan ansietas tingkat sedang
2. Secara umum halusinasi bersifat menyenangkan, memberi rasa aman
3. Tingkat kecemasan sedang, karakteristik :
1) Mengalami ansietas, kesepian, merasa bersalah dan takut.
2) Mencoba memusatkan perhatian
3) Pikiran dan diri sensori dapat dikendalikan jika ansietasnya dapat
diatasi
4) Nonpsikotik
b. Tahapan II
1. Menyalahkan, ansietas tingkat berat
2. Secara umum, halusinasi menyebabkan rasa antipati
3. Karakteristik :
1) Pengalaman sensori yang menakutkan
2) Mulai kehilangan rasa kendali dan berusaha untuk menjauhkan
dirinya dari sumber yang persepsikan.
3) Menarik diri dari orang lain
4) Persaan malu dan nonpsikotik
c. Tahapan III
1. Mengendalikan ansietas tingkat berat
2. Tingkat kecemasan berat
3. Pengalaman sensori tidak dapat ditolak lagi
4. Karakteristik :
1) Membiarkan halusinasi menguasai dirinya
2) Isi halusinasi dapat berupa permohonan
3) Psikotik
d. Tahapan IV
1. Menguasai tingkat kecemasan panik
2. Secara umum halusinasi menjadi
lebih rumit dan saling terakit dengan delusi
3. Karakteristik :
1) Pengalaman sensori
menakutkan jika mengikuti perintah
2) Berlangsung dalam beberapa
jam atau beberapa hari
3) Psikotik

4. Tanda-tanda halusinasi
Gejala-gejala halusinasi menurut MC Forland dan MC Farlane (1993) adalah
sebagai berikut :
1) Perubahan sensori
Perubahan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan pengecapan,
aktivitas motorik tidak terkoordinasi postur dan gerakan.
2) Perubahan proses pikir
Disorientasi waktu, tempat, orang atau suasana, perubahan konseptual
abstrak, pemikiran bizar, penurunan kemampuan pemecahan masalah,
perubahan proses pikir.
3) Perubahan emosi
Respon emosi berlebihan, emosi berubah dengan cepat, kecemasan,
ketakutan, apatis, afek datar, marah, iritabilitas.
4) Penurunan perhatian
Gelisah, bosan, kurang konsentrasi, melamun, merasa lelah.
5) Perubahan pola perilaku
Penurunan respon terhadap stimulus, perubahan pola komunikasi, perubahan
pola tidur.

5. Prinsip tindakan keperawatan halusinasi


1) Tetapkan hubungan saling percaya
2) Kaji gejala halusinasi
3) Fokus pada gejala klien, menjelaskan apa yang terjadi
4) Identifikasi apakah sebelumnya minum obat atau minum
alkohol.
5) Jika klien bertanya nyatakan secara : “anda mendengar
suara itu, tetapi saya, suster lain dan ….tidak mendengar suara itu.
6) Bantu klien membandingkan halusinasi saat ini dan yang
baru saja dialami.
7) Dorong klien mengobservasi dan menjelaskan pikiran,
perasaan dan tindakan yang berhubungan dengan halusinasi.
8) Saranakan dan kuatkan pengguna hubungan interpersonal
dalam memenuhi kebutuhan.
9) Identifikasi gejala psikosis lainnya yang mempengaruhi
aktivitas sehari-hari klien.
6. Masalah keperawatan yang mungkin muncul
1) Harga diri rendah
2) Kerusakan interaksi sosial = menarik diri
3) Perubahan persepsi sensosi = halusinasi
4) Resiko mencederai diri, orang lain, lingkungan
7. Pohon masalah

Resiko mencederai diri, orang lain, lingkungan

Perubahan sensori persepsi = halusinasi

Kerusakan interaksi sosial = menarik diri

Gangguan konsep diri = harga diri rendah

8. Diagnosa keperawatan
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan berhubungan dengan
halusinasi
b. PSP : Halusinasi….berhubungan dengan menarik diri
c. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah

Anda mungkin juga menyukai