Anda di halaman 1dari 11

C.

HALUSINASI
1. Pengertian
Halusinasi merupakan persepsi sensorik dari berbagai modalitas sensorik yang
timbul tanpa adanya rangsang eksternal yang sesuai (Stuart dan Sudeen,1995). Selain
terjadi dalam modalitas sensorik, halusinasi juga dapat dibagi menurut intensitas,
kompleksitas, kejelasan persepsi, dan derajad proyeksinya terhadap lingkungan
eksternal. Halusinasi dapat terjadi pada individu normal dalam keadaan setengah tidur
(nipnogagik) atau setengal, bangun (hipnopompik), sebagai fenomena morbid,
halusinasi bisa merupakan gejala penyakit serebral, psikosis fungsional dan efek toksik
obat-obatan, masing-masing fenomena tersebut memiliki gambaran khusus.
Sedangkan halusinosis merupakan keadaan halusinasi yang menetap atau
berulang yang akut atau kronik, terjadi dalam keadaan kesadaran penuh dan merupakan
gambaran klinis yang dominan, namun relatif jarang terjadi. Pada prinsipnya,
halusinasi ini terjadi akibat penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan yang bekerja
secara sentral lainnya, walaupun jarang, halusinasi dapat juga terjadi akibat bentuk lain
dari gangguan serebral, dan akibat psikosis fungsional (Stuart dan Sudeen,1995).

Rentang Respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptive individu yang berada
dalam rentang respon neurobiology (Stuart dan Lavala, 2001). Ini merupakan respon
persepsi paling maladaplive. Iika klien yang schat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterprelasikan stimulius berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, pengindung, pengecap, dan
perata). Klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra walau
sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon
individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah
mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien
mengalami ilusi jika interpretasi dilakukannya terhadap stimulus panca indera tidak
akurat sesuai stimulus yang diterima rentang respon tersebut digambarkan seperti di
bawah ini :
Respon Adaptif Respon Maladaftivc

- Pikiran logis
- Distorsi pikiran
- Gangguan pikir/delusi
- Persepsi akurat
- Ilusi
- Emosi konsisten
- Reaksi emosi berlebihan
- Halusinasi
- Dengan pengalaman atau kurang
- Sulit berespon emosi
- Perilaku sesuai
- Perilaku aneh/tidak biasa
- Perilaku disorganisasi
- Berhubungan sosial tidak biasa nisasi
- Menarik diri
- Perilaku disorganisasi isolasi sosial
(Stuart dan Sundeen, 2001, hal 302)

Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Stuart dan Sundcn, 1995, hal 306 mcmbagi halusinasi mcnjadi 6 jenis
halusinasi, yaitu :
1) Halusinasi Pendengaran / Audiotori
 Karakteristik
Mendengar suara, paling sering suara orang. Suara dapat berkisar dari suara
yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai pasien, untuk
meyelesaikan percakapan antara dua orang atau lebih tentang orang yang
sedang berhalusinasi. Kadang-kadang melakukan hal yang berbahaya.
 Perilaku pasien yang teramati
- Melirikan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang
sedang berbicara.
- Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang yang sedang
berbicara atau kepada benda mati seperti mebel.
- Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengar seseorang yang tidak
tampak.
- Mengerak-gerakkan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab
suara.
2) Halusinasi Visual/Penglihatan
 Karakteristik
Simulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar geometric, gambar
karton. Dan atau panorama yang luas dan komplek. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan atau yang menakutkan.
 Perilaku pasien yang teramati
Tiba-tiba tampak tergagap ketakutan atau ditakuti oleh orang lain, benda mati
atau oleh stimulus yang tidak terlihat. Tiba-tiba berlari ke ruang lain
3) Halusinasi Penghidung/Orlifaktori
 Karakteristik
Bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti darah, urin, atau feses.
Kadang-kadang terhidung bau harum. Halusinasi penghidung khususnya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan demcnsia.
 Perilaku pasien yang teramati
- Hidung yang dikerutkan seperti menghidung bau yang sangat tidak enak.
- Berespon terhadap bau dengan panik, seperti menghidung api atau darah.
- Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
4) Halusinasi Pengecap/Gustotorik
 Karakteristik
- Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan seperti rasa darah
atau feses.
- Perilaku pasien yang teramati
- Melempar diri sendiri seakan sedang memadamkan api
- Melompat-lompat di lantai seperti sedang menghindari nyeri atau simulus
lain di kaki.
5) Halusinasi Senestetik
 Memverbalisasi dan atau obsesi terhadap proses tubuh
 Menolak untuk menyelesaikan tugas yang memalukan tubuh pasien yang
diyakini pasien tidak berfungsi.
6) Peraba/Taktil
Fase-fase Halusinasi
Ada 4 fase proses terjadinya halusinasi :
a) Fase pertama : Conforting (menyenangkan)
Pada fase ini mengalami kecemasan, stress, perasaan yang terpisah, kesepian. Klien
mulai melamun dan memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong sementara. Klien masih
dapat mengontrol kesadarannya yang mengenal pikirannya tapi persepsi
meningkat.
b) Fase kedua : Condemning (hukuman)
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman pada internal dan
eksternal. Klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi pada pemikiran
internal menjadi menonjol. Gambaran suara dan sensasi halusinasinya dapat berupa
bisikan yang tidak jelas. Klien takut apabila mendengar klien merasa tidak mampu
mengontrolnya. Klien membuat jarak antara halusinasi dan dirinya dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasinya dengan memproyeksikan halusinasinya
datang dari orang lain atau tempat lain.
c) Fase ketiga : Controlling (Pengawasan)
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrolnya. Klien menjadi terbiasa
dan tidak berdaya pada halusinasinya. Klien mungkin mengatasi kesepian jika
sensori halusinasi berhenti.
d) Fase keempat: Conguering (Kekalahan)
Klien terpalu dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasi. Halusinasi
yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi memerintah dan memarahi.
Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya. Klien mungkin berada di dunia yang menakutkan dalam waktu
singkat beberapa jam atau selamanya.
2. Etiologi
Penyebab terjadinya halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Teori ini mengemukakan bahwa halusinasi terjadi karena respon
metabolic terhadap stress yang mengakibatkan terlepasnya zat halusinogen
neurokin dan dimetil transference.
b. Teori Psikoanalisa
Teori ini mengemukakan bahwa halusinasi merupakan pertahanan ego untuk
melawan rangsangan dan luar yang ditekan tetapi mengancam dalam alam dasar.
Selain penyebab di atas halusinasi dapat muncul karena penyebab sebagai berikut :
a. Gejala yang meningkatkan kccemasan, kemampuan untuk
memisahkan, dan mengatur persepsi, mengenal perbedaan antara apa yang
dipikirkan dan perasaanya sehingga segala sesuatu diartikan berbeda dengan
perasaan rasionalisasi tidak efektif lagi, hal ini mengakibatkan lebih sukar lagi
membedakan mana rangsangan yang bersal dari pikirannya sendiri dan mana yang
dari lingkungannya.
b. Panik
c. Menarik diri
d. Stress berat (mengancam ego yang lemah)
Rangsangan primer yang muncul sebagai penyebab adalah kebutuhan perlindungi
secara psikologis terhadap kejadian traumatic, rasa bersalah, rasa gembira, rasa
takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan
ego pikiran dan perasaan sendiri. Hal-hal yang juga mempengaruhi halusinasi
sebagai berikut : Keadaan efek seseorang waham, indera kurang dirangsang adanya
kerusakan pada otak
A) Faktor Predisposisi
a. Faktor Genetik
Secara genetis skizofrenia diturunkan melalui kromosom tertentu. Diduga letak
gen skizofrenia ada di kromosom nomor 6 dengan kontribusi tambahan. Anak
kembar identik memiliki kemungkinan 50% kembar dizigotik peluangnya
sebesar 15%, seorang anak dengan orang tua karier 15%, anak dengar orang tua
dengan skizofrenia peluangnya 35%.
b. Faktor Neurobiologis
Ditemukan bahwa korteks prefrontal dan korteks limbics pada klien skizofrenia
tidak pernah berkembang penuh, ditemukan juga penurunan volume dan fungsi
otak yang abnormal, neurotransmitter misal dopamine berlebihan tidak
seimbang dengan kadar serotonin.
c. Studi Neurotransmitter
Skizotrenia diduga juga disebabkan oleh adanya kehendak seimbang
neurotransmitter. Misal dopamin berlebihan tidak seimbang dengan kadar
serotonin.
d. Teori Virus
Paparan virus influenza pada trisemester ke 3 kehamilan dapat menjadi Faktor
predisposisi skizofrenia.
e. Psikologis
Beberapa kondisi patologis yang dapat menjadi faktor predoposisi skizofrenia
antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi.

B) Faktor Presipitasi
Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :
1. Berlebihan proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan memproses
informasi dari thalamus dan frontal otak
2. Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu
3. Gejala-gejala pemicu, seperti kondisi kesehatan lingkungan, sikap, gejala
perilaku.
Gejala-gejala pencetus respon neurobiologis
Kesehatan :
- Nutrisi kurang
- Kurang tidur
- Ketidak seimbangan irama siradian
- Kelelahan
- Infeksi
- Obat-obatan sistem saraf pusat
- Kurangnya latihan
- Hambatan untuk menjangkau yankes
Lingkungan :
- Lingkungan yang memusuhi klien
- Masalah di rumah tangga
- Kehilangan kebebasan hidup
- Perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari
- Kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain
- Isolasi sosial
- Kurangnya dukungan sosial
- Tekanan kerja
- Kurangnya alat transportasi
- Ketidakmampuan mendapat kerja
Sikap / Perilaku
- Merasa tidak mampu (harga diri rendah)
- Putus asa / tidak percaya diri
- Merasa gagal
- Rendahnya kemampuan sosialisasi
- Perilaku agresif
- Perilaku kekerasan
- Ketidak adekuatan pengobatan
- Ketidak adekuatan penanganan gejala

3. Gejala
1. Gejala halusinasi pendengaran adalah memutarkan mata ke kiri dan ke kanan
seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara.
2. Perubahan sensorik
3. Perubahan proses pikir
Gangguan orientasi waktu, tempat, orang dan suasana perubahan besar, penurunan
kemampuan memecahkan masalah.
4. Perubahan emosi
Respon emosi yang berlebihan, cemas, takut, apatis, efek datar, marah.
5. Penurunan perhatian
Gelisah, kurang konsentrasi dan melamun terus
6. Perubahan pola lingkah laku
Penurunan terhadap respon, perubahan pola tidur dan komunikasi.
4) Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi meliputi :
1. Regresi, menjadi malas beraktivitas sehari-hari
2. Proyeksi mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.
3. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien

5) Prognosis
Klien dengan halusinasi bisa menjadi baik atau semakin buruk. Klien dikatakan berat
atau ringan yaitu halusinasi klien sedang bekerja atau bicara untuk penetapan diagnosis
kita harus mempertimbangkan semua faktor ini:
1) Kepribadian prepsikotik, bila skizoid hubungan antara manusia
kurang memuaskan berarti prognosis jelek.
2) Bila skizofemia timbul secara akut, maka prognosis lebih dari pada
penyakit itu muncul secara pelan-pelan.
3) Jika prognosis katatonik adalah yang paling baik disemua jenis.
4) Umur semakin muda umur permulaannya maka semakin jelek
prognosisnya
5) Dikatakan bahwa bila terdapat faktor pencetus seperti penyakit
bawaan, prognosa lebih baik.
6) Faktor keturunan lebih di keluarga ada yang menderita skizotrenia 1-2
orang.
6) Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Jenis obat psikofarma antara lain :
1) Chlopromazin
2) Halloperidol
3) Trihexylphenidil
4) Arr itriptilin
b. Psikoterapi
c. Therapi Ocupasi
d. Terapi Kelompok.

Asuhan keperawatan

a. Pengkajian
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis sosial dan kultural. Yang
ditemukan pada klien perubahan sensori persepsi antara lain :
1. Bicara, senyum, dan tertawa sendiri.
2. Mengatakan, mendengar suara.
3. Merusak diri sendiri, orang lain/lingkungan.
4. Tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata. .
5. Tidak dapat memusatkan perhatian / konsentrasi.
6. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
7. Sikap curiga dan bermusuhan.
8. Menarik diri, menghindar dari orang lain.
9. Sulit membuat keputusan.
10. Ketakutan
11. Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri, mandi, sikat gigi, ganti
pakaian, berhias yang rapi
12. Mudah tersinggung, jengkel, marah.
13. Menyalahkan diri sendiri/orang lain.
14. Muka merah, kadang pucat.
15. Ekspresi wajah tegang.
16. Tekanan darah meningkat.
17. Nafas terengah-engah
18. Nadi cepat
19. Keringat banyak
b. Perumusan masalah
Untuk merumuskan masalah, klien dapat mertgacu pada pohon masalah :
1) Daftar masalah yang ada
a) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
b) Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran.
c) Kerusakan interaksi sosial.
d) Harga diri rendah.
e) Intoleransi aktivitas
f) Sindrom defisit perawatan diri : mandi, kebersihan, berpakaian, berhias.

2) Pohon Masalah

Akibat Resiko tinggi Sindrom defisit


Mencegah diri, orang perawatan dari :
lain, dan lingkungan mandi/kebersihan/
berpakaian, berhias
Perubahan sensori
Masalah Utama persepsi : halusinasi
Intoleransi aktivitas
pendengaran

Penyebab
Menarik diri

Harga diri rendah

7. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa dari pohon masalah yang ada adalah sebagai berikut:
a. Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan halusinasi pendengaran
b. Perubahan persepsi : halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri.
c. Kerusakan interaksi sosial manarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

Anda mungkin juga menyukai