09 SEPTEMBER 2013
Disusun Oleh :
Tingkat : III B
Semester :V
NIM : 1101033
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Partus Lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu dan
bayi baru lahir. Partus Lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 12 jam
yang dimulai dari tanda-tanda persalinan. Partus lama akan menyebabkan infeksi,
kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi pendarahan post partum
yang dapat menyebabkan kematian ibu. Pada janin akan terjadi infeksi, cedera dan
asfiksia yang dapat meningkatkan kematian bayi. Para ibu baru yang menjalani
persalinan pertamanya dengan sulit dan lama mengatakan bahwa pengalaman
tersebut akan mempengaruhi mereka untuk selamanya.
Secara keseluruhan, 60 persen wanita yang menjalani persalinan sulit
mengatakan bahwa pengalaman tersebut akan meninggalkan kesan pada mereka
sepanjang hidupnya. Persalinan yang lama biasa terjadi terutama pada wanita yang
baru menjalani persalinan anak pertama.
Persalinan lama didefinisikan sebagai persalinan dengan kemajuan yang
lama, yaitu ibu mengalami kontraksi teratur lebih lama dari 12 jam misalnya, atau
persalinan yang membutuhkan operasi cesar darurat, bantuan forseps, atau vakum.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui konsep persalinan lama
b. Mengetahui penatalaksanaan Ibu dengan persalinan lama
c. Mengetahui asuhan keperawatan Ibu dengan persalinan lama
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui secara spesifik mengenai persalinan lama, kemudian bagaimana
tindakan medis selanjutnya untuk mengatasi masalah tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Medis
1. Partus lama
a. Pengertian Partus Lama
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah
berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di
kanan garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin, 2002).
b. Anatomi dan Fisiologi
Uterus beruterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang
sedikit gepeng kea rah muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam
dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran
panjang uterus adalah 7 – 7,5 cm, lebar di atas 5, 25 cm, tebal 2,5 cm
dan tebel dinding uterus adalah 1,25 cm. Bentuk dan ukuran uterus
sangat berbeda-beda, tergantung pada usia dan pernah melahirkan anak
atau belumnya. Terletak di rongga pelvis antara kandung kemih dan
rectum. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio
( serviks ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri ).
Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998) gejala klinik partus
lama terjadi pada ibu dan juga pada janin.
1) Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,
pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering
dijumpai: Ring v/d Bandle, oedema serviks, cairan ketuban
berbau, terdapat mekonium.
2) Pada janin
Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan
negarif, air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan,
berbau.
a) Kaput succedaneum yang besar
b) Moulage kepala yang hebat
c) Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK)
d) Kematian Janin Intra Parental (KJIP)
Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG (1998), gejala utama
yang perlu diperhatikan pada partus lama antara lain :
1) Dehidrasi
2) Tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen
meteorismus
3) Pemeriksaan abdomen : meteorismus, lingkaran bandle tinggi,
nyeri segmen bawah Rahim
4) Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban
berbau, cairan ketuban bercampur meconium
5) Pemeriksaan dalam : edema servikalis, bagian terendah sulit di
dorong ke atas, terdapat kaput pada bagian terendah
6) Keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian
7) Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai
ruptura uteri, kematian karena perdarahan atau infeksi.
f. Komplikasi Partus Lama
1) Infeksi Intrapartum
Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya
pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di
dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta
pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan
janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang
terinfeksi, adalah konsekuensi serius lainnya.
2) Ruptura Uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius
selama partus lama, terutama pada ibu dengan parietas tinggi dan pada
mereka dengan riwayat SC. Apabila disproporsi antara kepala janin dan
panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap (engaged) dan
tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat teregang
kemudian dapat menyebabkan ruptura.
3) Cincin Retraksi Patologis
Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu
pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering
timbul akibat persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan
penipisan berlebihan segmen bawah uterus.
4) Pembentukan Fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke PAP, tetapi tidak maju
untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di
antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang
berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan
jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula
vesikovaginal, vesikoservikal, atau retrovaginal.
5) Cidera Otot-otot Dasar Panggul
Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari
kepala janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-
gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi
perubahan fungsional dan anatomik otot, saraf, dan jaringan ikat.
6) Kaput Suksedaneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput
suksedaneum yang besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini
dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostic
yang serius..
7) Molase kepala Janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling
bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses
yang disebut molase. Apabila distorsi yang terjadi mencolok, molase
dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin,
dan perdarahan intracranial pada janin.
g. Penatalaksanaan Medis
1. Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan a. Observasi tingkat nyeri a. Mengetahui sberapa
terputusnya kontinuitas tindakan 3x24 jam menggunakan skala nyeri nyeri keadaan pasien
jaringan diharapkan nyeri kilen b. Berikan posisi yang nyaman b. Mengurangi rasa
berkurang atau hilang pada pasien nyeri
dengan kriteria hasil : c. Ajarkan pasien untuk c. Metode non
a. Skala nyeri mengurangi nyeri dengan farmakologis untuk
dalam rentang tarik nafas dalam mengurangi nyeri
1-3 d. Kolaborasi dengan dokter d. Metode farmakologis
b. Pasien terlihat dalam pemberian analgetik dalam mengurangi
lebih rileks nyeri
3. Gangguan eliminasi BAK Setelah dilakukan a. Observasi balance cairan tiap a. Mengetahui intake
berhubungan dengan tindakan 3x24 jam 8 jam sekali dan output cairan
penurunan sensitifitas diharapkan pola b. Dorong Pasien untuk
kandung kemih eliminasi urin kembali berkemih bila ada keinginan
normal dengan kriteria berkemih
hasil : c. Ajarkan pasien untuk
a. Pasien dapat mengkonsumsi cukup air 1-2 b. Mencegah terjadinya
mengontrol liter perhari kekurangan cairan
atau dehidrasi
berkemihnya d. Kolaborasi dalam
tiap 4 jam pemasangan kateter dan c. Kateter akan
membantu
sekali pemberian obat mengeluarkan urin
yang tertampung
didalam vesika
urinaria
4. Resiko gangguan eliminasi Setelah dilakukan a. Observasi penyebab klien a. Menentukan
BAB berhubungan dengan tindakan 3x24 jam sulit untuk defekasi intervensi selanjutnya
penurunan peristaltic usus diharapkan pasien b. Berikan lavement/huknah b. Lavement atau
tidak susah BAB bila perlu hukanah akan
dengan kriteria hasil : c. Anjurkan pasien untuk melunakan feces
a. Abdomen mengkonsumsi diet yang c. Diet tinggi serat akan
tidak teraba tinggi serat melicinkan dinding
keras d. Kolaborasi dengan dokter usus dan
dalam pemberian laksatif memudahkan
pengeluaran feces
5. Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan a. Observasi balutan abdominal a. Eksudat menandakan
berhubungan dengan invasi tindakan 3x24 jam apakah ada rembesan dan adanya infeksi pada
bakteri diharapkan tidak eksudat luka
terjadi infeksi dengan b. Observasi tanda vital tiap 6 b. Suhu meningkat
kriteria hasil : jam sekali (suhu, nadi, merupakan salah satu
a. Tidak terdapat respirasi, tekanan darah) tanda infeksi
pus pada luka c. Pertahankan teknik aseptic c. Tehnik aseptic
b. Suhu tubuh pada saat merawat luka menjaga agar daerah
dalam rentang d. Anjurkan pasien untuk luka tetap steril
normal (36- menjaga kebersihan daerah d. Mecegah terjadinya
37,5 derajat luka infeksi
celcius ) e. Kolaborasi dalam e. Antibiotic mencegah
pemberianan antibiotic bakteri menginfeksi
luka