Disusun oleh:
2017
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah
anak dengan asma”. Penulisan karya tulis ini dilakukan dalam rangka meningkatkan
Penyusunan karya tulis ini dapat terlaksana atas bantuan, bimbingan, dan kerjasama
antar staf dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. Penulisan karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna sehingga
Akhir kata, saya berharap Ida Sang Hyang Widhi Wasa membalas kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga karya tulis ini membawa manfaat bagi
Penulis
3
DAFTAR ISI
Pembahasan .......................................................................................................... 15
Simpulan ............................................................................................................... 22
Rekomendasi ......................................................................................................... 23
Daftar Pustaka
4
Abstrak
eksaserbasi ini adalah kurangnya kemampuan pasien dan keluarga dalam melakukan
informasi kesehatan yang efektif untuk memfasilitasi manajemen diri pasien asma,
salah satunya melalui aplikasi online diary (eAsthmaCare). Aplikasi ini dapat
digunakan pada media PC, laptop, tablet, ataupun smartphone. Tujuan aplikasi ini
adalah keluarga dan pasien mampu mengkaji, memonitoring dan menginput data
terkait tanda dan gejala asma setiap harinya. Data yang telah diinput akan diberikan
umpan balik oleh tenaga kesehatan terkait pemberian medikasi dan edukasi. Dengan
dihadapi anggota keluarga secara mandiri di rumah. Hal ini tentunya berdampak
LATAR BELAKANG
Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) mendefinisikan asma sebagai gangguan
inflamasi kronik saluran nafas yang menyebabkan episode mengi berulang, sesak
nafas, rasa dada tertekan dan batuk. Gejala umumnya bersifat reversible dan
fluktuatif (hilang timbul) dengan atau tanpa pengobatan (Ditjen PP & PL Depkes RI,
2009). Fluktuatif dalam hal ini mengandung pengertian bahwa dalam periode tertentu
dapat tenang tanpa gejala dan tidak mengganggu aktifitas, namun dalam kondisi
darurat yang tidak mendapat penanganan cepat dan tepat, dapat menimbulkan
Prevalensi asma di dunia berkisar antara 1-18% di berbagai negara yang berbeda
(GINA, 2012a). Data WHO menyebutkan terdapat sekitar 300 juta orang yang
menderita asma dan diperkirakan pada tahun 2025 meningkat mencapai angka 400
terdapat peningkatan 1% dari Riskesdas tahun 2007. Pasien berusia rata-rata kurang
dari 45 tahun, dengan prevalensi anak-anak bervariasi mulai 3,8% sampai dengan 5,6
%, dimana sebagian besar adalah perempuan (Balitbangkes Depkes RI, 2013). Angka
kematian akibat asma juga cukup tinggi diperkirakan mencapai 250.000 orang per
Tingginya angka kejadian, kekambuhan, dan angka kematian pasien anak dengan
asma disebabkan oleh kurangnya kesadaran dan kemandirian pasien dan keluarga
dalam melakukan manajemen diri yang baik (self management). Manajemen diri
yang baik dapat meningkatkan kemampuan anak dalam menyampaikan gejala yang
6
muncul, mengingat jadwal pemakaian obat, apa yang dilakukan untuk menangani
gejala, serta kapan harus dibawa ke fasilitas kesehatan. Manajemen diri akan berjalan
efektif bila terdapat objek atau media yang dapat memandu dan mengingatkan
aktivitas tersebut. Ketersediaan media berupa internet dan media digital lainnya
program online diary yang berfokus pada pemantauan dan edukasi untuk
komunikasi dua arah antara pemberi pelayanan kesehatan dengan pasien atau
keluarga tanpa harus bertatap muka. sehingga dapat menurunkan angka kunjungan ke
pelayanan kesehatan dan hospitalisasi pada anak (Lin, Chiang, Wen, Yeh, & Huang,
2014).
KAJIAN LITERATUR
di dalam dunia. Teknologi menunjukkan tentang bentuk dari karya cipta serta karya
seni (Yunani Techne) manusia sebagai Homo Technicus. Dari sini muncullah arti
dari satu rekayasa dengan langkah serta tehnik spesifik di dalam satu bidang.
mesin serta prosedur supaya memperluas serta melakukan perbaikan situasi manusia
aspek. Sedangkan informasi adalah data yang telah diklasifikasi atau diolah atau
Informasi lebih kepada teknologi yang dipakai untuk mendukung seluruh aktivitas
Sistem Informasi.
Sistem informasi manajemen, istilah yang umum dikenal orang sebagai sebuah
organisasi. Sistem ini menggunakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
sebuah data base. Sistem Informasi Manajemen merupakan sistem informasi yang
berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu dalam suatu
kegiatan untuk masing-masing tingkat (level) manajemen dan tipe keputusan yang
tujuan dibentuknya Sistem Informasi Manajemen atau SIM adalah supaya organisasi
strategis. Sehingga SIM adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola
organisasi.
lunak (software), dan perangkat otak (brainware). Perangkat keras meliputi peralatan
teknologi yang terdiri dari beragai alat dengan basis komputer, yaitu personal
computer (PC), monitor, keyboard. Selanjutnya perangkat lunak terdiri dari sistem
perangkat otak merupakan penghubung antara perangkat keras dan perangkat lunak
yang satu dengan perangkat keras dan perangkat lunak yang lain, yang dapat berupa
segala sumber daya terkait hubungan antara perengkat, termasuk pelaku dan
Beberapa manfaat atau fungsi teknologi informasi antara lain adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat
informasi.
sistem.
Memiliki akses informasi yang tepat waktu, lengkap, akurat, mudah dibaca, dan
baik itu bagi kepentingan administrasi pelayanan kesehatan , tenaga kesehatan dan
dan pasien yang mereka layani. Pada saat yang sama, permintaan untuk informasi
kesehatan. Kegunaan teknologi informasi saat ini telah mencakup hampir di semua
bidang ilmu, tidak terkecuali di bidang ilmu keperawatan. Saat ini perkembangan
macam aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang terkena efek perkembangan
dunia IT adalah kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan modern telah memanfaatkan
(ICT), maka diharapkan pelayanan yang diberikan akan semakin berkualitas dan
pengambilan
Menurut Ball dan Dauglas (2011) manfaat penggunaan HIT adalah sebagai berikut:
lebih baik, terutama dalam bagian gawat darurat dan rawat inap.
c. Mengurangi kesalahan medis dan efek samping dalam resep dan obat-obatan
yang dirawatnya. Efesiensi dan efektifitas waktu serta tenaga yang dapat dihemat
11
sehingga perawat dapat lebih berkonsentrasi pada kualitas pelayanan yang diberikan.
diawali dari pengkajian sampai dengan evaluasi yang mana disertai dengan sistem
besar dalam kontribusinya bagi pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan mutu
keperawatan yang dilaksanakan masih secara manual dan konvensional serta belum
disertai dengan sistem atau perangkat tehnologi yang memadai sehingga dalam
praktik keperawatan sering kali terjadi kelalaian. Hal ini dikarenakan, perkembangan
teknologi informasi di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan dengan baik oleh
Untuk itu, dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini,
Menurut Sukihananto (2010), salah satu media penting dari komputer dalam sistem
disebabkan langsung oleh pemberi pelayanan kesehatan itu sendiri. Perawat sebagai
tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab kepada pasien selama berada di rumah
sakit. Salah satu cara untuk meningkatkan Patient safety adalah dengan
pemberian obat intravena secara terus menerus. Salah satu teknologi informasi yang
digunakan adalah PDA (personal digital assistance). PDA merupakan alat computer
genggam portable dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer
individu. Perawat dapat bertukar informasi penting seperti perhitungan tetesan infus,
kalkulator konversi, kamus medis, interpretasi laboratorium, dosis obat, dan efek
samping adalah sebagian dari banyak aplikasi yang dapat diperoleh melalui port
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lin et al. (2014), sistem electronic
manajemen diri pasien asma. Salah satu program yang dikembangkan dalam
dikembangkan oleh JavaTM Servlet (JSP technology). Desain infrastruktur sistem ini
meliputi monitoring tier, communication tier, management tier, analysis tier, dan
database tire. Hubungan antara kelima unsur tersebut terlihat dalam skema berikut
ini:
13
Program ini berfokus pada upaya monitoring tanda dan gejala asma serta edukasi
melalui sistem pencatatan online harian (online diary) dengan tujuan meningkatkan
14
kemampuan keluarga dan pasien dalam melakukan manajemen diri yang baik (self-
Keluarga melaporkan Arus Puncak Ekspirasi (APE) dan kondisi harian pasien
terkait tanda dan gejala asma sebanyak dua kali dalam sehari pada pagi dan
laptop, tablet, atau PC yang terhubung pada jaringan internet. Apabila pasien atau
adanya sinyal internet, pasien atau keluarga dapat mengisi pada hari berikutnya
kuesioner yang diadaptasi dari Asthma Related Quality of Life (ARQL). Terdiri
atas 35 pertanyaan yang harus dijawab dan dicatat oleh pasien atau keluarga,
antara lain meliputi lima domain, yaitu (1) pengaruh gejala asma terhadap
keseharian anak, (2) pengaruh asma terhadap kehidupan anak, (3) pengaruh asma
terhadap interaksi sosial, (4) kemampuan manajemen mandiri asma, dan (5)
pengaruh emosi terhadap hubungan dengan orang tua. Semua pertanyaan dijawab
Berdasarkan data yang diinput terkait gejala asma harian dan kualitas hidup
seperti pada sistem triase yang menggunakan kategori tiga warna (merah, kuning,
15
dan hijau). Sistem ini juga menggunakan model “Chart Plotter” yang akan
memberikan tanda peringatan (high light) pada area risiko tinggi. Hal ini
kepada tenaga kesehatan bila ada situasi gawat darurat yang membutuhkan
penanganan segera.
diberikan dengan tetap memperhatikan tingkat pendidikan orang tua yang telah
diinput pada sistem. Pendidikan kesehatan dapat berupa pengenalan tanda dan
Semua data yang diinput oleh pasien atau keluarga akan ditampilkan dalam
bentuk diagram online yang bisa diakses oleh pasien dan tenaga kesehatan.
PEMBAHASAN
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang
berperan, menyebabkan episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan
batuk. Gejala penyakit yang muncul terutama pada malam hari atau dini hari
umumnya bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan (Ditjen PP & PL Depkes
RI, 2009). Gejala asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dalam periode
tertentu dapat tenang tanpa gejala dan tidak mengganggu aktifitas, namun bila
16
penanganan tidak cepat dan tepat dapat menimbulkan eksaserbasi dengan gejala
yang baik membutuhkan komitmen dari pasien dan keluarga untuk terlibat aktif
merupakan dasar manajemen asma yang tepat, dimana pemantauan rutin terhadap
gejala asma dapat memberikan informasi mengenai hal-hal yang bisa dilakukan
gaya hidup, dan lingkungan, menggunakan obat sesuai aturan dan kebutuhan, serta
mencari pertolongan medis bila dibutuhkan. Hal ini diharapkan dapat menurunkan
yang tepat akan meningkatkan peran aktif dari pasien dan orang tua dalam
anak, yaitu family centered care, dimana keluarga dilibatkan secara aktif dalam
Salah satu upaya untuk memfasilitasi implementasi manajemen mandiri pasien dan
Telemedicine atau telemonitoring dapat berupa aplikasi berbasis internet murni (e-
antara e-Healthcare dengan mobile health (mHealth) karena pada sistem perekaman
catatan dan laporan dari pasien atau keluarga dapat menggunakan mobile device,
seperti smartphone atau tablet computer yang terhubung dengan jaringan internet.
pemantauan jangka panjang. Hal ini didukung dari hasil penelitian Sun, Wang, Guo,
dan Peng (2013), yang menyatakan bahwa teknologi mHealth dapat menurunkan
pada anak (atraumatic care) (Hockenberry & Wilson, 2007). Penelitian lain yang
manajemen diri pasien dan keluarga adalah penelitian pada pasien anak dengan
dapat membantu pasien mengontrol kadar glukosa darahnya secara mandiri (Guljas,
Ahmed, Chang, & Whitlock, 2014). Terkait dengan keselamatan pasien, penelitian
yang dilakukan oleh Sittig dan Singh (2012), menyatakan bahwa monitoring yang
dilakukan secara terus menerus melalui tablet atau smartphone menjamin tidak
18
pasien melalui beberapa strategi antara lain meningkatkan komunikasi antar petugas
pengambilan keputusan, serta memberikan respon yang cepat terhadap kondisi yang
didasarkan pada tanda dan gejala fisik dari asma, namun sampai dengan pemantauan
kualitas hidup pasien asma terkait emosi (psikologis) dan interaksi sosial pasien
menggunakan ARQL. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip perawatan anak dengan
penyakit kronis, yaitu tidak hanya berfokus pada pengobatan penyakit, namun
hidup pasien (Bowden & Greenberg, 2010). Monitoring secara kontinyu dibutuhkan
GINA (2012a), ASMA terkontrol dapat dilihat dari karakteristik gejala harian,
pembatasan aktivitas, gejala nokturnal, kebutuhan akan reliever, fungsi paru yang
dapat diobservasi dengan APE (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009), dan frekuensi
eksaserbasi.
Monitoring APE juga merupakan salah satu data yang wajib diinput dalam sistem
eAsthmaCare sebanyak dua kali sehari pada pagi dan malam hari. Monitoring APE
bermanfaat untuk menilai beratnya asma, derajat variasi diurnal, respon pengobatan
19
saat serangan akut dan pengobatan jangka panjang, deteksi perburukan kondisi,
idealnya untuk penderita asma persisten berusia diatas 5 tahun, terutama bagi
penderita pasca perawatan di rumah sakit, penderita yang sulit atau tidak mengenal
perburukan melalui gejala, padahal memiliki risiko tinggi untuk mendapat serangan
yang mengancam jiwa. Pada pengelolaan asma secara mandiri, pengukuran APE
dapat digunakan untuk membantu kesepakatan dokter dan pasien dalam pengobatan
atau self medication, seperti mengetahui apa yang membuat asma memburuk,
memutuskan apa yang akan dilakukan bila rencana pengobatan berjalan baik,
memutuskan apa yang akan dilakukan jika dibutuhkan penambahan atau penghentian
obat, dan memutuskan kapan penderita meminta bantuan medis (Ditjen PP & PL
Keunggulan lain dari eAsthmaCare adalah semua data yang diinput disajikan dalam
serta adanya tanda peringatan yang diberikan pada situasi kegawatdaruratan sehingga
memudahkan keluarga atau pasien mengisi kembali catatan harian pada hari
berikutnya, bila lupa atau berada di daerah yang tidak ada sinyal internet sehingga
data yang diinput tidak terputus. Rekaman data kesehatan yang terdapat pada
Asthma e-Healthcare Database juga dapat diakses dengan mudah untuk kepentingan
penelitian sehingga membuat data dalam sistem menjadi lebih bermakna. Selain itu,
20
data kesehatan yang terkomputerisasi dapat digunakan sebagai bahan ajar mahasiswa
tersebut dapat disusun dalam bentuk studi kasus atau simulasi laboratorium yang
umpan balik dari data yang telah diinput, bisa diberikan oleh setiap petugas
kesehatan yang bertugas saat itu, sehingga terdapat kemungkinan petugas kesehatan
tersebut bukanlah petugas yang pernah merawat pasien sebelumnya. Hal ini
lain bila diaplikasikan di Indonesia selain keberadaan sinyal internet yang belum
menjangkau seluruh daerah di Indonesia, sistem ini juga mewajibkan pelaporan APE
dua kali sehari, dimana untuk melaporkan hal tersebut diperlukan alat spirometri
untuk semua pasien di rumah, dan di Indonesia hanya kalangan terbatas yang mampu
Sistem ini akan menjadi lebih lengkap bila dikombinasikan dengan beberapa aplikasi
lain seperti ADAM (Automated Device for Asthma Monitoring) dan EMA
(Olympus WS-331M), sebuah mikrofon eksternal kecil terpasang pada kerah kemeja
untuk merekam suara nafas pasien. Suara nafas akan diidentifikasi oleh tenaga
kesehatan apakah suara nafas yang terekam termasuk dalam gejala asma (batuk,
wheezing, atau yang lain) (Rhee, Miner, Sterling, Halterman, & Fairbanks, 2014).
21
EMA menggunakan sistem SMS untuk menilai gejala asma dan kepatuhan dalam
program pengobatan. SMS merupakan sistem yang bersifat interaktif, dimana pasien
dapat melakukan komunikasi langsung dan mendapatkan umpan balik dari petugas
kesehatan (Mulvaney, Ho, & Johnson, 2013). Dengan demikian petugas kesehatan,
khususnya perawat tetap dapat menjalankan peran sebagai care giver, health
(Doswell, Braxter, DeVito Dabbs, Nilsen, & Klem, 2013). Intervensi via SMS juga
dinyatakan dapat mendukung pengelolaan asma secara mandiri. SMS dan telepon
teknologi yang paling luas jangkauannya tanpa terganggu keberadaan sinyal internet
atau spesifikasi mobile device (de Jongh, Gurol-Urganci, Vodopivec-Jamsek, Car, &
Atun, 2012). Penelitian lain juga menyatakan bahwa telehealth melalui SMS dan
telepon yang dilakukan kepada 30 keluarga pasien dengan penyakit gagal jantung
keluarga dalam proses perawatan (Chiang, Chen, Dai, & Ho, 2012). Sistem
eAsthmaCare juga akan semakin lengkap bila dilengkapi dengan sistem alarm yang
dapat mengingatkan pasien atau keluarga bila pengisian data kurang lengkap seperti
pada program aplikasi Wireless Pain Intervention Program (WPIP) untuk monitoring
nyeri jarak jauh (Jacob, Duran, Stinson, Lewis, & Zeltzer, 2013).
tentunya memiliki implikasi besar bagi dunia keperawatan. Sebagian besar peran
22
perawat dapat diaplikasikan melalui sistem ini, antara lain perawat sebagai pendidik
dan konselor, dimana perawat dapat memberikan edukasi dan bimbingan untuk
pemantauan dan pengobatan secara terus menerus. Implikasi dari program ini tidak
hanya pada praktik keperawatan di rumah sakit, namun juga berimplikasi pada
proses pendidikan dan penelitian, dimana seperti yang dijelaskan di atas, rekaman
data yang diinput dan disimpan dalam Asthma e-Healthcare Database bisa
digunakan sebagai sumber data penelitian dan bahan ajar berupa simulasi
SIMPULAN
pesat, khususnya dalam upaya pengobatan dan pemantauan jarak jauh (telemedicine
salah satu aplikasi berbasis internet yang mengembangkan program online diary
pasien di rumah melalui lima program, yaitu catatan harian penderita asma,
pengkajian asma jarak jauh, peringatan waspada terhadap tanda dan gejala yang
dialami, pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga, serta penyajian seluruh
23
data yang diinput dalam bentuk diagram sehingga lebih mudah di akses dan
tersebut, aplikasi ini memiliki design infrastruktur yang terdiri dari monitoring tier,
communication tier, management tier, analysis tier, dan database tire yang saling
berkoordinasi satu sama lain melalui jaringan internet tanpa harus bertatap muka
Selain itu pemanfaatan aplikasi ini efektif untuk meningkatkan kualitas hidup,
REKOMENDASI
Indonesia, terutama terkait kuisioner kualitas hidup yang diadaptasi melalui ARQL.
Selain itu, parameter yang wajib dilaporkan, seperti APE perlu dipertimbangkan
lagi, karena tidak semua pasien di Indonesia memiliki alat spirometri di rumahnya.
Data yang dilaporkan cukup pada gejala harian, pembatasan aktivitas, gejala
nokturnal, kebutuhan akan reliever. Untuk fungsi paru yang dinilai dari APE
terkait dengan sumber daya manusia dan infrastruktur. Optimalisasi sumber daya
manusia dapat dilakukan melalui kegiatan sosialisasi, pelatihan, dan pembagian tugas
daerah. Selain itu, adanya kelemahan aplikasi ini terkait pemberian umpan balik dari
petugas yang mungkin belum pernah merawat pasien sebelumnya, disarankan kepada
tersebut, wajib membaca riwayat harian pasien sebelumnya. Dalam hal ini mungkin
lebih baik disusun Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk menjalankan program
DAFTAR PUSTAKA
Diperoleh dari:
depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
Bowden, V.R., & Greenberg, C.S. (2010). Children and their families the continuum
Chiang, L. C., Chen, W. C., Dai, Y. T., & Ho, Y. L. (2012). The effectiveness of
http://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2012.04.013
De Jongh, T., Gurol-Urganci, I., Vodopivec-Jamsek, V., Car, J., & Atun, R. (2012).
CD007459.pub2. http://doi.org/10.1002/14651858.CD007459.pub2.
Doswell, W. M., Braxter, B., DeVito Dabbs, A., Nilsen, W., & Klem, M. Lou.
http://doi.org/10.5430/jnep.v3n10p99
Global Initiative for Asthma. (2012a). Global strategy for asthma management and
Global Initiative for Asthma. (2012b). Pocket guide for asthma management and
prevention: for adults and children older than 5 years. Diperoleh dari
http://www.ginasthma.org
Guljas, R., Ahmed, A., Chang, K., & Whitlock, A. (2014). Impact of Telemedicine in
http://doi.org/10.1016/j.pedn.2013.10.013
http://doi.org/10.1016/j.mnl.2012.02.002
Hockenberry, M., & Wilson, D. (2007). Wong’s nursing care of infants and children.
Jacob, E., Duran, J., Stinson, J., Lewis, M. A., & Zeltzer, L. (2013). Remote
7599.2012.00754.x
http://doi.org/10.1016/j.nedt.2012.12.001
Lin, H. C., Chiang, L. C., Wen, T. N., Yeh, K. W., & Huang, J. L. (2014).
Morrison, D., Wyke, S., Agur, K., Cameron, E.J., Docking, R.I., Mackenzie, A.M.,
McConnachie, A., Raghuvir, V., Thomson, N.C., & Mair, F.S. (2014). Digital
Mulvaney, S.A., Ho, Y-X., & Johnson, K.B. (2013). Assessing adolescent asthma
Rhee, H., Miner, S., Sterling M., Halterman, J.S., & Fairbanks, E. (2014). The
Sittig, D.F., & Singh, H. (2012). Electronic health record and national patient-safety
Sun, Y., Wang, N., Guo, X, Peng, Z. (2013). Understanding the acceptance of mobile