Anda di halaman 1dari 12

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENGENDALIAN

RISIKO PADA PROSES BLASTING DI PT CIBALIUNG SUMBERDAYA,


BANTEN

KURNIA INDAH SARI (101711535001)

AHMAD RIDO’I YUDA PRAYOGI (101711535002)

DEPARTMENT OF OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY

PUBLIC HEALTH FACULTY

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA, EAST JAVA, INDONESIA

2020
BAB I

PENDAHLUAN

I.1 Latar Belakang

Pertambangan merupakan sebagian atau seluruh dari tahapan kegiatan


dalam rangka penelitian, pengolahan, dan pertambangan emas ataupun batu bara
meliputi penyelidikan, umum, eksplorasi, studi kelayakan konstruksi,
penambangan, pengolahan, dan pemurnian serta pengangkutan dan penjualan dan
juga kegiatan pasca tambang. Menurut BPS (2010), pertambangan merupakan
suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian yang berharga dan bernilai
ekonomis yang berasal dari kulit bumi, dengan menggunakan mekanisme secara
manual maupun mekanis, baik darai pada permukaan bumi maupun permukaan
air. Hasil dari kegiatan pertambangan dapat berupa minyak dan gas bumi, batu
bara, pasir besi, biji timah, biji nikel, biji bauksit, biji tembaga, biji emas, perak
dan biji mangan (BPS, 2010).

Pekerjaan di pertambangan penuh dengan resiko kecelakaan, misalnya


terjatuh ataupun tertimpa benda yang jatuh termasuk atap tambang maupun
dinding yang rontok mustahil apabila dinding ataupun atap dari tambang tidak
roboh, kebakaran dan ledakan juga bisa terjadi di pertambangan bahkan tidak
luput juga paparan debu mineral yang dapat membahayakan pekerja karna dapat
menyebabkan silicosis serta kebisingan akibat dari suara alat-alat kerja juga dapat
menimbulkan kecelakaan kerja. Bukan hanya itu saja kecelakaan kerja di
pertambangan juga bisa terjadi karena faktor manajemen perusahaan yang kurang
optimal dalam mengelola aspek K3 (Simanjutak, 2018).

Kecelakaan kerja yang sering terjadi di area pertambangan yaitu pada saat
proses blasting, dimana proses ini merupakan proses yang sangat penting untuk
dilakukan dalam kegiatan pertambangan dengan tujuan untuk menghancurkan
batuan dari batuan induk. Kegiatan blasting dalam pertambangan dianggap
sebagai salah satu kegiatan yang memiliki resiko tinggi terjadinya suatu
kecelakaan akan tetapi bukan berarti kegiatan blasting tersebut tidak dapat di
kontrol. Proses pengontrolannya bisa dilakukan ketika pada saat proses
pengangkutan bahan peledak hingga pada saat proses inspeksi hasil peledakan
( Nawawintu dan Haziah Ghaisani, 2014).

Terjadinya kecelakaan kerja pada suatu lokasi penambangan tentu saja


menjadikan masalah yang besar bagi suatu perusahaan. misalnya dengan adanya
kecelakan kerja dapat mengakibatkan kerugian. Kerugian tersebut bukan hanya
berupa materi saja melainkan juga dengan adanya korban jiwa yang tidak sedikit
jumlahnya. Sehingga, diperulukan adanya pencegahan agar tidak terjadi
kecelakaan kerja yang tidak diinginkan (Simanjutak, 2018).

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa industry pertambangan


emas merupakan sebuah perusahaan yang melakukan suatu kegiatan yang berupa
mengambil dan mengolah hasil dari galian yaitu emas yang dilakukan di pada
permukaan bumi dengan menggunkan metode manual maupun mekanis. Pada
pekerjaan pertambangan masih sering terjadi kecelakaan akibat kerja dan
memiliki resiko tinggi terjadinya kecelakaan kerja dimana bisa disebabkan karena
kelalian dari pekerja maupun karena faktor perusahaan yang kurang maksimal
dalam mengelola aspek k3. Kecelaan kerja yang terjadi dilingkungan
pertambangan dapat mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan dan juga
timbulnya korban jiwa yang mengakibatkan perusahaan kekuarangan sumber
daya manusia, sehingga dibutuhkan upaya pencegahan agar dapat meminimalisir
terjadinya kecelakaan kerja di pertambangan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja Pertambangan

Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak


terduga, tidak diharapkan serta tidak adanya unsur kesengajaan. Kejadian tersebut
dapat biasanya bersifat fisik dan merugikan (Endroyo, 2007). Sedangkan
kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak direncanakan, tidak terkontrol
dan dapat menyebabkan atau mengakibatkan luka-luka pada pekerja, kerusakan
pada peralatan, dan kerugian lainnya (Endroyo, 2007).

Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja: nomor


03/Mei/1998 merupakan suatu kejadian yang tidak dikehendaki bahkan tidak
diduga semula yang dapat menyebabkan korban jiwa dan hartabenda. Kecelakaan
kerja adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak terkendali, dan tidak
dikehendaki pada saat bekerja, yang disebabkan secara langsung maupun tidak
langsung oleh tindakan tidak aman atau kondisi tempat kerja yang tidak aman
sehingga mengakibatkan terhentinya kegiatan kerja.

Kecelakaan kerja juga diartikan sebagai suatu kejadian yang berhubungan


dengan pekerjaan, termasuk juga penyakit yang timbul akibat hubungan kerja,
serta kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan kea tau dari tempat kerja.
Kecelakaan kerja di sector pertambangan merupakan suatu kejadian yang tidak
terduga dan terjadi pada pekerja saat melakukan pekerjaannya pada sector
pertambangan yang dapat menimbulkan kondisi luka-luka atau bahkan kerusakan
pada mesin sehingga dapat menghentikan proses kegiatan kerja.

2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Rijal Abdullah penyebab kecelakaan kerja dapat terjadi karena


disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
a. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition), kondisi yang tidak aman
dapat meliputi kondisi mekanik maupun fisik yang mengakibatkan
kecelakaan. Kondisi tidak aman meliputi:

a) Peralatan yang tidak diamankan dengan baik

b) Peralatan yang rusak

c) Peraturan atau prosedur yang berbahaya atau disekitar mesin-mesin


atau peralatan

b. Tindakan tidak aman (unsafe action), merupakan sebab utama yang


menimbulkan kecelakaan dan manusialah yang menimbulkan tindakan
tidak aman tersebut. Adapun yang termasuk dalam kategori tindakan tidak
aman yaitu:

a) Tidak mengamankan peralatan

b) Tidak menggunakan pakaian ataupun peralatan pelindung tubuh

c) Membuang benda sembarangan

d) Bekerja menggunakan kecepatan yang tidak aman

e) Menyebabkan tidak berfungsinya alat pengaman dengan


memindahkan, menyesuaikan ataupun memutuskan

Kondisi yang tidak aman dan tindakan aman tersebut akan mengakibatkan
kecelakaan kerja dan apabila hal tersebut sering terjadi akan mengancam kegiatan
kerja perusahaan misalnya terjadinya kerugian financial dan juga kehilangan
sumber daya manusia.

2.4 Pencegahan Kecelakaan kerja

Agar kecelakaan kerja tidak terjadi maka menurut Rolan kristiawan


diperlukan suatu tindakan untuk pencegahan. Tindakan pencegahan kecelakaan
kerja bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Mematuhi peraturan perundangan


Ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja
pada umumnya, perencanaan konstruksi, perawatan dan pemeliharaan,
pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan industry, dan
pemeriksaan kesehatan para pekerja.

b. Standarisasi

Penetapan standar-standar resmi ataupun tidak resmi misalnya: konstruksi


yang memenuhi syarat-syarat keselamatan, jenis-jenis peralatan yang
digunakan dalam perusahaan, pelatihan kesehatan dan keselamatn kerja
(k3) umum, maupun mengunakan alat pelindung diri.

c. Melakukan pengawasan

Pengawasan mengenai sudah dipatuhinya atau belum ketentuan-ketentuan


yang sudah di tetapkan oleh perundangan yang diwajibkan
BAB III

PEMBAHASAN

PT Cibaliung Sumberdaya merupakan salah satu tambang emas bawah


tanah yang menggunakan metode penambangan cut & fill. Cut & fill merupakan
metode panambangan dengan menggali tanah kemudian mengisi kembali dengan
material bekas galian. Hasil akhir pengolahan emas PT Cibaliung Sumberdaya
berupa dore bulion, yaitu logam yang memiliki kandungan emas, perak, mineral
dan kandungan pengikut lainnya. Selanjutnya dore bullion dikirim ke Jakarta
untuk pemurnian emas dan perat di PT ANTAM. PT ANTAM merupakan satu
satunya pemurnian emas dan perak di Indonesia. Tambang emas ini terletak di
ujung barat pulau jawa, secara administrati terletak di wilayah desa Mangkualam
– Padasuka, Kecamatan Cimangu, Kabupaten Pandeglang.

Proses pelaksanaan blasting secara keseluruhan meliputi:

1. Blow pipe atau cutting yaitu membersihkan lubang ledakan dari material
bebatuan
2. Mengatur delay yaitu pengaturan pada sistem tunda ledak agar berurutan
pada saat peledakan dan memiliki jeda beberapa detik oleh blaster (juru
ledak)
3. Siapkan primer yaitu menggabungkan antara detonator dengan bahan
peledak
4. Charging & tamping yaitu memasukkan bahan peledak dn memadatkan
bahan peledak kedalam lubang ledak dengan menggunakan pipa kayu
(loading stick)
5. Merangkai bahan peledak
6. Clearing area adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan memastikan
bahwa area peledakan telah aman dari para pekerja dan penggunaan
peralatan pertambangan telah sesuai dengan SOP
7. Blasting, dengan membunyikan sirine sebayak 3 kali sebagai penanda
bahwa akan segera dilakukan proses pengeboman oleh juru ledak (blaster)
8. Smoke cleare & Inspeksi hasil peledakan, dilakukan kurang lebih selama
30 menit ventilasi kemabli dihidupkan untuk proses smoke clear

Kemudian shift boss dan blaster masuk kemabli ke area peledakan untuk
memastikan peledakan benar-benar meledak dengan sempurna dan tidak terjadi
misfire (Nawawinetu and Ghaisani, 2014). Oleh karena itu perlu adanya
identifikasi risiko bahaya pada saat pelaksanaan penambangan. Hal ini
dikarenakan setiap kegiatan pertambangan meemiliki risiko masing-masing dan
tentunya dapat menimbulkan bahaya bagi para pekerja.

Dalam memenuhi OHSAS 1800:2007 klausal 4.3.1 tentang identifikasi


bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko, bahwa kegiatan identifikasi
bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko dilaksanakan dalam upaya
melindungan kegiatan operasional kerja di suatu perusahaan. Oleh sebab itu
perusahaan telah melakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko (IBPR)
terhadap proses blastingbaik dari aspek K3 maupun aspek lingkungan yang
tergolong dalam risiko terjadinya suatu kecelakaan.
Identifikasi bahaya pada proses blasting dimulai dari pengangkutan bahan
peledak hingga inspeksi hasil peledakan. Penilaian risiko terhadap proses tersebut
dilakukan dengan menggunakan kriteria likelihood (kemungkinan), severity
(keparahan), dan nilai pengendalian risiko.Penilaian ini mengacu pada metode
risk assessment.
Dalam rangka memperkuat hasil temuan menggunakan metode yang telah
dilakukan di perusahaan tersebut dengan metode yang kami gunakan dalam
kesehatan masyarakat, maka kami menggunakan teori H.L Bloom dengan 4 faktor
yaitu Gaya hidup atau perilaku, lingkungan (sosial, politik, ekonomi dan budaya),
pelayanan kesehatan, dan faktor genetik atau keturunan. Berdasarkan hasil temuan
identifikasi risiko sebelumnya ditemukan 14 masalah dan 5 masalah yang belum
di identifikasi oleh perusahaan yaitu bahaya kekurangan oksigen, air blast, over
break, getar dan kebisingan ledak, serta flying rock.
Jika dianalisis menggunakan teori H.L Bloom kemungkinan penyebab
permasalahan pada pekerja tambang emas tersebut diantaranya:
1. Gaya hidup atau perilaku.
Kecelakaan yang terjadi terkait perilaku: terpeleset, tersandung, terjatuh,
tertabrak, dan terjepit alat berat.
Penyebab: Boots safety tidak digunakan, tidak menggunakan apd yang
telah disediakan, pekerja kurang fokus sehingga terjatuh, pekerja tidak
memperhatikan rambu-rambu lalu lintas tambang, dan pekerja tidak
mematuhi SOP sehingga terjepit.
2. Lingkungan.
Kecelakaan yang terjadi terkait lingkungan: Terpeleset, kekurangan
oksigen, debu butiran melayang, air tambang muncul secara tiba-tiba,
banyak gas beracun dan getaran.
Penyebab: kondisi pertambangan licin akibat penyemprotan air,
kelembapan di dalam bawah tanah membuat oksigen kurang tersuplay
kedalam ruang bawah tanah, akibat adanya pengeboman menimbulkan
butiran debu berterbangan, saat melakukan pengeboman terkadang tidak
diketahui adanya sunber mata air sehingga memicu timbulnya air, kondisi
didalam ruang bawah tanah banyak mengandung gas beracun yang
berbahaya, dan adanya pengeboman dapat memicu getaran yang
memungkinkan ruang bawah tanah runtuh.
3. Pelayanan kesehatan: adanya tempat pelayanan kesehatan dilokasi kerja
minimal P3K sangat penting disediakan oleh perusahaan, hal ini
dikarenakan tingginya resiko kecelakaan kerja yang berbahaya sewaktu-
waktu dapat terjadi, sehingga membutuhkan pertolongan pertama untuk
meminimalisir dampat kesakitan.
4. Faktor genetik atau keturunan: Dalam suatu pekerjaan tambang jarang
sekali terjadi kecelakaan yang diakibatkan oleh faktor keturunan,
kemungkinan terjadinya dikarenakan oleh kondisi tubuh yang pendek
terkadang ingin menggapai suatu barang saat bekerja. Dikarenakan posisi
terlalu tinggi, akibatnya pekerja tersebut jatuh dan terjadi kecelakaan kerja.
Rekomendasi yang dapat diberikan kepada perusahaan tersebut,
berdasarkan permasalahan yang terjadi paling sering terjadi diakibatkan oleh
faktor perilaku maka secara pengendalian administrasi perusahaan dapat membuat
kebijakan diantaranya dengan membuat SOP, memberikan fanismen kepada
pekerja yang teledor agar tidak mengulangi kembali, dan memberikan bonus
kepada pekerja yang telah menyelesaikan pekerjaan dengan baik agar mereka
merasa termotivasi saat bekerja, serta penggunaan APD sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan di sumber bahaya.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan dari analisis permasalahan di PT Cibaliung Sumberdaya


adalah permaslahan tertinggi akibat seringnya terjadi kecelakaan kerja terjadi
diakibatkan oleh faktor perilaku. Faktor perilaku yang sering terjadi diantaranya
Boots safety tidak digunakan, tidak menggunakan apd yang telah disediakan,
pekerja kurang fokus sehingga terjatuh, pekerja tidak memperhatikan rambu-
rambu lalu lintas tambang, dan pekerja tidak mematuhi SOP sehingga terjepit.
Oleh karena itu, perlu pematuhan kebijakan dan SOP oleh para pekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. Data pertambangan. Jakarta: 2010

Darma, Z., Yunasril, Y. and Heriyadi, B., 2018. Studi Tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Pada Pertambangan Emas Rakyat Di Kenagarian
Palangki Kecamatan Iv Nagari Kabupaten Sijunjung. Bina
Tambang, 3(1), pp.634-645.

Endroyo, B., 2007. Analisis Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja


Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan, 9(1), pp.21-32.

Nawawinetu, E. and Ghaisani, H. (2014) ‘Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko


dan Pengendalian Risiko pada Proses Blasting di PT Cibaliung
Sumberdaya, Banten’, Indonesian Journal of Occupational Safety and
Health, 3(1), pp. 107–116
Peraturan Menteri tentang Tenaga Kerja: nomor 03/Mei/1998

Rijal Abdullah. Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pertambangan Batubara


Bawah Tanah. Padang :UNP Press Padang. (2009)

Simanjuntak, R.A. and Abdullah, R., 2018. Tinjauan Sistem dan Kinerja
Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja Tambang Bawah Tanah CV.
Tahiti Coal, Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat. Bina Tambang, 3(4),
pp.1536-1545.

Anda mungkin juga menyukai