UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
BAB I
PENDAHLUAN
Kecelakaan kerja yang sering terjadi di area pertambangan yaitu pada saat
proses blasting, dimana proses ini merupakan proses yang sangat penting untuk
dilakukan dalam kegiatan pertambangan dengan tujuan untuk menghancurkan
batuan dari batuan induk. Kegiatan blasting dalam pertambangan dianggap
sebagai salah satu kegiatan yang memiliki resiko tinggi terjadinya suatu
kecelakaan akan tetapi bukan berarti kegiatan blasting tersebut tidak dapat di
kontrol. Proses pengontrolannya bisa dilakukan ketika pada saat proses
pengangkutan bahan peledak hingga pada saat proses inspeksi hasil peledakan
( Nawawintu dan Haziah Ghaisani, 2014).
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi yang tidak aman dan tindakan aman tersebut akan mengakibatkan
kecelakaan kerja dan apabila hal tersebut sering terjadi akan mengancam kegiatan
kerja perusahaan misalnya terjadinya kerugian financial dan juga kehilangan
sumber daya manusia.
b. Standarisasi
c. Melakukan pengawasan
PEMBAHASAN
1. Blow pipe atau cutting yaitu membersihkan lubang ledakan dari material
bebatuan
2. Mengatur delay yaitu pengaturan pada sistem tunda ledak agar berurutan
pada saat peledakan dan memiliki jeda beberapa detik oleh blaster (juru
ledak)
3. Siapkan primer yaitu menggabungkan antara detonator dengan bahan
peledak
4. Charging & tamping yaitu memasukkan bahan peledak dn memadatkan
bahan peledak kedalam lubang ledak dengan menggunakan pipa kayu
(loading stick)
5. Merangkai bahan peledak
6. Clearing area adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan memastikan
bahwa area peledakan telah aman dari para pekerja dan penggunaan
peralatan pertambangan telah sesuai dengan SOP
7. Blasting, dengan membunyikan sirine sebayak 3 kali sebagai penanda
bahwa akan segera dilakukan proses pengeboman oleh juru ledak (blaster)
8. Smoke cleare & Inspeksi hasil peledakan, dilakukan kurang lebih selama
30 menit ventilasi kemabli dihidupkan untuk proses smoke clear
Kemudian shift boss dan blaster masuk kemabli ke area peledakan untuk
memastikan peledakan benar-benar meledak dengan sempurna dan tidak terjadi
misfire (Nawawinetu and Ghaisani, 2014). Oleh karena itu perlu adanya
identifikasi risiko bahaya pada saat pelaksanaan penambangan. Hal ini
dikarenakan setiap kegiatan pertambangan meemiliki risiko masing-masing dan
tentunya dapat menimbulkan bahaya bagi para pekerja.
Darma, Z., Yunasril, Y. and Heriyadi, B., 2018. Studi Tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Pada Pertambangan Emas Rakyat Di Kenagarian
Palangki Kecamatan Iv Nagari Kabupaten Sijunjung. Bina
Tambang, 3(1), pp.634-645.
Simanjuntak, R.A. and Abdullah, R., 2018. Tinjauan Sistem dan Kinerja
Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja Tambang Bawah Tanah CV.
Tahiti Coal, Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat. Bina Tambang, 3(4),
pp.1536-1545.