Disusun oleh :
Asri Pujiyati Rahma (1805798)
Guruh Satria Ashar (1807436)
Nurul Febrianti (1804687)
Safira Husnussiyaroh S (1805086)
B. Judul
Penentuan Komponen dalam Sampel Premium, Pertamax, dan Pertamax Plus
Menggunakan Kromatografi Gas
C. Tujuan
1. Dapat mengenal cara pengoperasian instrumen GC
2. Dapat memahami cara kerja instrumen GC untuk analisis kualitatif
3. Dapat menentukan beberapa komponen dalam sampel premium, pertamax, dan
pertamax plus.
D. Tinjauan Pustaka
Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang didasarkan atas distribusi
diferensial komponen-komponen sampel di antara dua fasa, yaitu fasa diam (stationary
phase) dan fasa gerak (mobile phase). Sebagai fasa diam dapat berupa zat cair atau zat
padat yang terikat pada permukaan padatan (kertas atau suatu adsorben), sedangkan fasa
geraknya dapat berupa cairan sebagai eluen atau pelarut atau gas pembawa yang inert.
Gerakan fasa gerak ini mengakibatkan terjadinya migrasi diferensial komponen-
komponen dalam sampel.
(Permanasari, dkk, 2008)
Berdasarkan jenis fasa gerak yang digunakan, ada 2 (dua) klasifikasi dalam
kromatografi, yaitu ; kromatografi gas dan kromatografi cairan. Pada kromatografi gas
fasa geraknya berupa gas, sedangkan pada kromatografi cairan, fasa geraknya berbentuk
cairan. Pada kromatografi gas, fasa diam ditempatkan di dalam sebuah kolom. Fasa diam
ini dapat berupa suatu padatan atau suatu cairan yang didukung oleh butir-butir halus zat
pendukung. Berdasarkan fasa diam yang berbeda, teknik ini dikenal sebagai kromatografi
gas padat (Gas Solid Chromatography/GSC) dan kromatografi gas-cair (Gas Liquid
Chromatography/GLC).
(Wiryawan, dkk, 2008 : 189)
Kromatografi gas (GC) merupakan metode yang digunakan untuk pemisahan dan
deteksi senyawa-senyawa yag digunakan mudah menguap dalam suatu campuran.
Kegunaan kromatografi gas adalah untuk melakukan pemisahan yang dinamis dan
identifikasi semua jenis senyawa organik yang mudah menguap, dan juga melakukan
analisis kuantitatif dan kualitatif senyawa dalam suatu campuran.
(Rahman, 2007 : 419)
Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan komponen-komponen dalam suatu
campuran berdasarkan perbedaan distribusi komponen-komponen ke dalam 2 fasa, yaitu
fasa gerak berupa gas dan fasa diam bisa cairan atau padatan. Selain pemisahan,
kromatografi gas juga dapat melakukan pengukuran kadar komponen-komponen dalam
sampel. Kromatografi gas merupakan salah satu teknik kromatografi yang bisa digunakan
untuk memisahkan senyawa-senyawa organik. Senyawa-senyawa tersebut harus mudah
menguap dan stabil pada temperatur pengujian. Senyawa yang sukar menguap atau tidak
stabil juga apat diukur tetapi harus melalui proses derivatisasi terlebih dahulu. Komponen-
komponen utama dalam instrumentasi kromatografi gas terdiri dari gas pembawa,
injektor, kolom, detektor dan recorder. Kromatografi gas dapat digunakan untuk analisis
kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan
waktu retensi, ko-kromatografi atau spiking, dan spektrometri.
(Tim Penyusun, 2020 : 19)
Pada umumnya, kromatografi gas memiliki prinsip kerja yang didasari dari
pemisahan fisik senyawa organik pada suhu tertentu, di mana senyawa tersebut dibawa
oleh suatu gas pembawa menuju kolom partisi. Setiap senyawa akan memiliki kecepatan
yang berbeda-beda dalam melewati kolom.
(Faricha, dkk, 2014)
Pada kromatografi gas, dapat dilakukan untuk analisis kualitatif dan untuk analisis
kuantitatif.
1. Analisis Kualitatif
Tujuan dari analisis ini adalah identifikasi suatu komponen atau lebih dari suatu
cuplikan. Hal ini dilakukan dengan membandingkan cuplikan dengan standar. Cara
yang dilakukan adalah dengan membandingkan:
a) Waktu Retensi
Waktu retensi relatif bergantung pada suhu kolom dan jenis fasa diam. Waktu
retensi yang telah dikoreksi adalah volume yang diukur dari titik suntik sampai ke
maksimum puncak.
b) Spiking/ko-kromatografi
Spiking dilakukan jika ternyata didapatkan waktu-waktu retensi yang sama
sehingga dapat menyatakan bahwa dua senyawa tersebut adalah sama. Pada kasus
ini dibutuhkan suatu teknik dengan menambahkan cuplikan standar.
c) Metode Spektroskopi (mass spectra)
Spektroskopi massa dapat digabungkan dengan kromatografi gas, sehingga
setiap komponen dalam suatu cuplikan dpaat diketahui secara menyeluruh. Setiap
komponen yang telah terpisahkan dan keluar dari kolom dikondensasi untuk
kemudian analisis spektrometri NMR dengan syarat detektor nondestruktif
(misalnya TCD) harus digunakan.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis ini dengan kromatografi gas dpaat didasarkan pada salah satu pendekatan
tinggi peak atau area peak analit dengan standar.
a) Tinggi Puncak
Mula-mula ditarik garis yang menghubungkan kedua dasar puncak, kemudian
ditarik garis vertikal yang sejajar dengan sumbu tegak. Dengan mengukur tinggi
sampel dan standar, maka konsentrasi sampel dapat ditentukan.
b) Luas puncak
Ditentukan menggunakan rumus luas segitiga dengan nilai lebih baik
menggunakan lebar pada setengah tinggi puncak.
(Hendayana, 1994)
Derivatisasi merupakan proses kimiawi untuk mengubah suatu senyawa menjadi
senyawa lain yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai untuk dilakukan analisis. Alasan
dilakukannya derivatisasi:
1. Senyawa tersebut tidak dimungkinkan dilakukan analisis dengan GC terkait
dengan volatilitas dan stabilitas
2. Untuk menentukan batas deteksi dan bentuk kromatogram
3. Meningkatkan batas deteksi pada penggunaan detektor tangkap elektron
4. Menentukan volatilitas suatu senyawa yang terlalu volatil
5. Senyawa polar yang umumnya akan menyerap permukaan dari kolom dibuat
kurang polar.
Beberapa cara derivatisasi yang dilakukan pada kromatografi gas adalah
esterifikasi, asilasi, akilasi, silasi, kondensasi.
(Skoog, 2019)
Mekanisme kerja kromatografi gas adalah sebagai berikut :
1. Gas silinder baja bertekanan tinggi dialirkan melalui kolom yang berisi fasa
diam.
2. Cuplikan yang berupa campuran yang dipisahkan, biasanya berupa larutan,
disuntikan kedalam aliran gas tersebut.
3. Cuplikan dibawa oleh gas pembawa ke kolom, terjadi pemisahan dalam kolom
tersebut.
4. Komponen campuran yang telah terpisahkan satu persatu keluar dari kolom.
5. Suatu detektor diletakan di ujung kolom untuk mendetekdi jenis apa atau
jumlah komponen campuran.
6. Hasil pendeteksian direkam dengan rekorder dan hasil tersebut diberi nama
kromatogram yang terdiri dari beberapa peak.
(Hendayana, 2010)
Komponen-komponen utama dalam instrumentasi kromatografi gas terdiri dari gas
pembawa, injector, kolom, detektror, dan rekorder sebagai berikut:
bervariasi dari 2-3 m, diameter 2-4mm. terbuat dari silika atau stainless steel, glass,
teflon. Kolom diisi dengan serbuk zat padat halus, atau zat pendukung yang dilapisi
zat cair kental yang sukar menguap sebagai fasa diam. Jenis kolom ini biasanya
untuk preparative karena dapat menampung jumlah cuplikan yang banyak.
b. Kolom kapiler
Kolom kapiler lebih kecil dan panjang dari kolom pak. Umumnya terbuat
dari gelas bahan silika yang mempunyai sedikit gugus silamol (Si-O-H). Diameter
kolom terbuka berkisar 0,1 - 0,7 mm panjang sekotar 13 – 100 m. Dengan semakin
panjang kolom diharapkan lebih efisien dan perbedaan waktu retensi senyawa
bertambah sehingga selektivitas meningkat.
Pemilihan kolom berpengaruh terhadap fase kromatografi yang digunakan,
ada kolom yang bersifat polar, nonpolar, dan semi polar. Contoh kolom polar yaitu
silika, siano, alumina karena memungkinkan untuk melakukan teknik seperti
penukaran ion, afinitas, dan beda ekspansi. Contoh kolom nonpolar yaitu C-18 dan
C-8 karena bahan nonpolar inert dapat memenuhi syarat syarat pengemasan dan
digunakan dalam kromatografi fasa. Rantai karbon 18 dapat terikat pada silika,
namun tidak semuanya mempunyai sifat yang identik. Fase kromatografi
berdasarkan jenis kolom :
1) Koromatografi fasa normal : dimana fasa diamnya normal, bersifat polar,
missal silika gel, sedangkan fasa geraknya bersifat nonpolar.
2) Kromatografi fasa terbalik : kolom fasa diam bersifat nonpolar, sedangkan fasa
geraknya polar.
(Hendayana, 2010)
Kolom dapat dioperasikan dengan dua cara, yaitu : isotermal dan temperature
terprogram.
a. Isotermal
Pada operasi isotermal, temperatur kolom dijaga konstan. Batas temperatur
maksimal dan minimum dipengaruhi stabilitas dan karakteristik fisik fasa diam.
Batas bawah ditentukan oleh “bleed” dari fasa diam. Bleed adalah fasa diam masuk
ke detektor. Secara umum pada mode pengoperasian 30 oC diatas temperatur
komponen dengan titik didih maksimum.
b. Temperatur terprogram
Pada kromatografi gas temperatur terprogram, temperatur oven dikendalikan
oleh sebuah program yang dapat mengubah tingkatan pemanasan yang terjadi
antara 0,25 – 20 oC. Sebuah massa oven massa rendah mengijinkan pendinginan
dan pemanasan cepat dari kolom yang dapat ditahan sampai 1 oC dari temperatur
yang diperlukan. Pada operasi temperatur terprogram diperlukan untuk mencapai
stabilitas hasil detektor yang baik ditentukan pada garis bawah datar yang stabil.
Fasa diam harus stabil secara termal melewati range temperatur yang lebar. Bleed
dapat diganti dengan menjalankan dua kolom yang identik secara tandem, satu
untuk pemisahan komponen dan yang lain untuk bleed.
(Hendayana, 1994)
5. Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang telah dipisahkan
oleh kolom secara terus menerus, cepat, akurat, dan dapat melakukan pada suhu yang
lebih tinggi. Detektor harus dapat dipercaya dan mudah digunakan. Fungi umumnya
mengubah sifat-sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik kemudian arus
listrik diteruskan ke rekorder untuk menghasilkan kromatogram. Jenis-jenis detektor :
a. Detektor hantaran panas
b. Detektor ionisasi nyala
c. Detektor penangkap elektron
d. Detektor fotometri nyala
e. Detektor nyala api
f. Detektor spektroskopi massa
Kolom terdapat dalam oven instrumen. Suhu kolom harus diatur dan sedikit
dibawah titik didih sampel. Jika suhu di set terlalu tinggi cairan fasa uap bias
teruapkan juga sedikit sampel akan larut pada suhu tinggi dan bias mengalir terlalu
cepat dalam kolom sehingga menjadi terpisah.
Berdasarkan pengaruh cuplikan detektor diklarifikasikan menjadi detektor
yang merusak cuplikan (non-destructive), contohnya detektor yang merusak cuplikan
yaitu DIN, sedangkan detektor yang tidak merusak cuplikan (destructive) contohnya
DHP.
a. DHP (Detektor Hantaran Panas) atau TCD (Thermal Conductivity Detector)
Detektor ini didasarkan bahwa panas dihantarkan dari benda yang
suhunya tinggi ke benda lain yang suhunya lebih rendah. Kebanyakan thermal
conductivity detector berisi kawat logam yang dipanaskan secara elektrik dan
menjulang pada aliran gas. Ketika suatu unsur yang asing diperkenalkan ke
dalam, temperatur dari kawat dan karenanya maka resistan kawat akan
berubah. Masing-masing unsur mempunyai konduktivitas termal berbeda yang
mengijinkan pendeteksian nya di aliran gas. Resistan elektrik adalah secara
normal diukur oleh Wheatstone brigde circuit. Pada detektor ini filamen harus
dilindungi dari udara ketika filamen itu panas dan tidak boleh dipanaskan tanpa
dialiri gas pembawa. Secara teoritis keuntungannya tidak merusak komponen
yang dideteksi.
Detektor TCD adalah universal, memberi respon terhadap semua
senyawa kecuali gas pembawa itu sendiri. Digunakan secara luas untuk gas-gas
ringan dan yang telah ditetapkan. Karena detektor FID tidak menghasilkan
sinyal dengan sampel-sampel tersebut, maka juga digunakan untuk analisa air
dan senyawa anorganik. Persyaratan detektor TCD memerlukan pengatur
temperatur yang baik, pengatur aliran yang baik, gas pembawa murni dan
power supply yang teratur.
b. DIN (Detektor Ionisasi Nyala) atau FID (Flame Ionization Detector)
Pada F.I.D, sumber ionisasi adalah pembakaran biasanya berasal dari
hidrogen dan udara atau oksigen. Untuk sensitivitas maksimum kondisi
pembakaran memerlukan optimisasi. Untuk menentukan volume gas yang
tidak tertahan (waktu gas yang tertahan mis: puncak udara) digunakan
methaneselama detektor tidak sensitif terhadap udara. FID ini sempurna dan
mungkin merupakan detektor yang paling banyak digunakan. Bersifat sensitif
dan digunakan secara ekstensif dengan kolom kapiler.
Senyawa
Detektor ini mengukur jumlah atom karbon dan bersifat umum untuk
semua senyawa organik (senyawa flour tinggi dan karbondisulfida tidak
terdeteksi). Respon sangan peka, dan linear ditinjau dari segi ukuran cuplikan
serta teliti. Perlu diperhatikan kecepatan aliran O2 dan H2 (H2 +/- 30 mL/menit,
O2 10 kalinya), serta suhu harus diatas 100°C untuk mencegah kondensasi uap
air yang merusak DIN.
6. Oven kolom
Kolom terdapat dalam oven instrumen. Suhu kolom harus diatur dan sedikit
dibawah titik didih sampel. Jika suhu di set terlalu tinggi cairan fasa uap bias
teruapkan juga sedikit sampel akan larut pada suhu tinggi dan bias mengalir terlalu
cepat dalam kolom sehingga menjadi terpisah.
7. Rekorder
Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang diperkuat melalui
elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari kromatogram yang diperoleh dapat
dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara
membandingkan waktu retensi sampel dengan standar. Analisis kuantitatif dengan
menghitung luas area maupun tinggi dari kromatogram. Sehingga sinyal analitik yang
dihasilkan detektor dikuatkan oleh rangkaian elektronik agar bisa olah oleh rekorder
atau system data. Hasil rekorder adalah sebuah kromatogram yang berbentuk puncak-
puncak dengan pola yang sesuai dengan kondisi sampel dan jenis detektor yang
digunakan.
(Hendayana, 2010)
Detektor yang akan digunakan untuk praktikum kali ini adalah flamen ionization
detector (FID) yaitu detector untuk mengukur komponen-komponen sampel yang
memiliki gugus alkil (C-H). komponen sampel masuk ke FID, kemudian akan dibakar
dalam nyala (campuran gas H2 dan udara), komponen akan terionisasi, ion-ion yang
dihasilkan akan dikumpulkan oleh ion collector, arus yang dihasilkan akan diperkuat,
kemudian akan dikonversikan menjadi satuan tegangan. Semakin tinggi konsentrasi
komponen, semakin banyak pula ion yang dihasilkan sehingga respon semakin besar.
Detector ini mengukur jumlah atom karbon dan bersifat umum untuk semua senyawa
organik (senyawa flour tinggi dan karbondioksulfida tidak terdeteksi). Respon sangat
peka, dan linier dan ditinjau dari segi ukuran cuplikan serta teliti.
Hal yang perlu diperhatikan dalam detektor ini adalah kecepatan aliran O 2 dan H2
serta suhu harus diatas 100oC untuk mencegah kondensasi uap air yang mengakibatkan
FID berkarat atau kehilangan sensitivitas.
(Jonshon, 1991 : 67)
Pemilihan gas pembawa tergantung pada penggunaan sperifik dan jenis detektor
yang digunakan :
Metode injeksi pada kromatografi gas terdiri dari tiga cara pada proses
penginjeksiannya, antara lain :
1. Split injection
Split injeksi adalah salah satu metode injeksi pada kromatografi gas yang
paling tua, paling sederhana dan mudah untuk menggunakan teknik injeksi.
Prosedur yang melibatkan menginjeksi sampel dengan syringe ke dalam port
injeksi panas melalui karet septum. Sampel yang diinjeksikan lebih cepat
menguap dan hanya sebagian kecil dan biasanya 1-2% dari uap sampel yang
masuk ke kolom. Suhu dalam injeksi port mencapai 350°C.
Pada metode split injeksi, sisa dari sampel akan menguap dan besar aliran
gas pembawa akan membagikan melalui split atau katup pembersihan. Bagian
dari sampel/pembawa campuran gas di ruang injeksi akan habis melalui lubang
angin yang terbelah. Metode split ini lebih disukai ketika bekerja untuk
menganalisis suatu sampel dengan konsentrasi tinggi (> 0,1%). Beda dengan
metode Splitless yang paling cocok dengan konsentrasi rendah (0,01%).
2. Splitless injection
Metode Splitless Injection, sampel diinjeksikan kemudian diuapkan dalam
injektor panas dan dibawa ke dalam kolom karena katup pemecah ditutup.
Suhu pada injektor dalam metode ini mencapai 220°C. Sampel akan menguap
dan perlahan-lahan terbawa ke arah kolom dengan aliran laju sekitar 1
ml/menit.
3. On- column injection
Metode ON-Column Injection, ujung split dimasukan ke dalam kolom.
Teknik ini digunakan untuk senyawa-senyawa yang mudah menguao,
dikarenakan jika penyuntikan melalui lubang suntik secara langsung
dikhawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu tinggi.
(Hendayana, 2010)
Kelebihan kromatografi gas 1. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk
menghasilkan efisiensi pemisahan yang tinggi. 2. Gas dan uap memiliki viskositas tinggi
juga kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat, sehingga analisis
relatif cepat dan sensitifitas tinggi. 3. Fase gas tidak bersifat reaktif terhadap fase diam
dan zat-zat terlarut. Kelemahan kromatografi gas. 1. Terbatas hanya untuk zat yang mudah
menguap.
(Khopkar, 2014 : 175)
E. Alat dan Bahan
Alat :
1. Perangkat GC
2. Botol vial
3. Gelas ukur 10 mL
Bahan :
1. Standar Hexana p.a
2. Standar Toluena p.a
3. Standar Xilena p.a
4. Standar Premium
5. Standar Pertamax
6. Standar Pertamax Plus
Spesifikasi Bahan :
No. Nama Bahan Sifat Fisika Sifat Kimia
1. Hexana Cairan tak berwarna, Larut dalam dietil eter,
(C6H14) seperti berbuih. aseton
Titik didih = 68℃ Tidak larut dalam air
Titik leleh = −95 ℃ 5℃ dingin dan panas
= 86,18 g/mol Cairan dan uap sangat
Densitas = 2,9 g/mL mudah terbakar
Reaktif dengan oksidator
Bahaya Penanggulangan
Kontak mata dan kulit : Bilas dengan air mengalir
Iritasi dan sabun
Berbahaya jika terhirup Hirup udara segar dan
dan tertelan segera minum air
Mudah terbakar Simpan dalam wadah
Dapat menyebabkan tertutup
kerusakan organ hati, Hindari pelepasan ke
ginjal, sistem saraf lingkungan
Toksik pada kehidupan Alat pelindung diri: jas lab,
perairan sepatu tertutup, kaca mata
keselamatan, masker,
sarung tangan.
2. Toluena Sifat Fisika Sifat Kimia
(C7H8) Cairan tak berwarna, Tidak larut dalam air, larut
berbau aromatic dalam etanol, eter, dan
Titik didih = 110,6 ℃ 0,6℃ aseton
k leleh = −85 ℃ 5℃ Bereaksi hebat dengan
= 92,14 gr/mol oksidator kuar dan dengan
Bahaya Penanggulangan
Kontak mata dan kulit : Bilas dengan air mengalir
Iritasi dan sabun
Berbahaya jika terhirup Hirup udara segar dan
dan tertelan segera minum air
Mudah terbakar Jauhkan dari panas dan
sumber api
Alat pelindung diri: jas lab,
sepatu tertutup, kaca mata
keselamatan, masker,
sarung tangan.
3. Xilena Sifat Fisika Sifat Kimia
(C8H10) Cairan tak berwarna, Pelarut produk pembersih
berbau aromatic Campuran senyawa
Titik didih = 135,14 ℃ organik
5,14℃ Polar = 2,5
leleh = −47℃ 7℃
= 106,17 gr/mol
Bahaya Kegunaan
Kontak mata dan kulit : Bilas dengan air mengalir
Iritasi dan sabun
Berbahaya jika terhirup Hirup udara segar dan
dan tertelan segera minum air
Cairan dan uap mudah Jauhkan dari panas dan
menyala sumber api
Dapat menyebabkan Jauhkan dari zat pemicu
kerusakan organ hati, ledakan
ginjal, sistem saraf Alat pelindung diri: jas lab,
sepatu tertutup, kaca mata
keselamatan, masker,
sarung tangan.
4. Premium Sifat Fisika Sifat Kimia
Cairan berwarna biru, dan Campuran hidrkarbon
berbau kompleks
Titik didih = 215 ℃ 5℃ Mengandung hidrokarbon
kanan uap = 45−60 kPa -60 teroksigenasi
kPa Mengandung beberapa zat
aktif
Bahaya Penaggulangan
Cairan dan uap mudah Bilas dengan air mengalir
menyala Jauhkan dari sumber api
Menyebabkan iritasi pada Hindari pelepasan ke
kulit lingkungan
Toksik pada kehidupan Segera hirup udara segar
perairan Jika tertelan segera minum
Penghirupan berlebihan air
menyebabkan kerusakan Alat pelindung diri: jas lab,
lever sepatu tertutup, kaca mata
Berbahaya jika tertelan keselamatan, masker,
sarung tangan.
5. Pertamax Sifat Fisika Sifat Kimia
Cairan berwarna biru, dan Campuran hidrkarbon
berbau kompleks
Titik didih = 215 ℃ 5℃ Mengandung hidrokarbon
kanan uap = 45−60 kPa -60 teroksigenasi
kPa
Bahaya Penanggulangan
Cairan dan uap mudah Bilas dengan air mengalir
menyala Jauhkan dari sumber api
Menyebabkan iritasi pada Semprot dengan cairan
kulit nitrogen
Toksik pada kehidupan Hindari pelepasan ke
perairan lingkungan
Penghirupan berlebihan Segera hirup udara segar
menyebabkan kerusakan Jika tertelan segera minum
lever
Berbahaya jika tertelan air
Alat pelindung diri: jas lab,
sepatu tertutup, kaca mata
keselamatan, masker,
sarung tangan.
6. Pertamax Plus Sifat Fisika Sifat Kimia
Cairan berwarna merah, Campuran hidrkarbon
dan berbau kompleks
Titik didih = 215 ℃ 5℃ Mengandung beberapa zat
kanan uap = 45−60 kPa -60 aromatik
kPa Dapat teroksidasi
Bahaya Penanggulangan
Cairan dan uap mudah Bilas dengan air mengalir
menyala Jauhkan dari sumber api
Menyebabkan iritasi pada Semprot dengan cairan
kulit nitrogen
Toksik pada kehidupan Hindari pelepasan ke
perairan lingkungan
Penghirupan berlebihan Segera hirup udara segar
menyebabkan kerusakan Jika tertelan segera minum
lever air
Berbahaya jika tertelan Alat pelindung diri: jas lab,
sepatu tertutup, kaca mata
keselamatan, masker,
sarung tangan.
Sumber:
Carlroth. (2016). Lembar Data Keselamatan Bahan. [Online]. Diakses dari
www.carlroth.com. [Diakses: 13 September].
Merck. (2017). Lembar Data Keselamatan Bahan. [Online]. Diakses dari
https://www.mercmillipore.com/. [Diakses: 13 September].
2. Persiapan sampel
sampel
Dipipet 1 mL
Dimasukkan ke dalam botol vial
Ditutup
larutan sampel
4. Pengoperasian Instrumen GC
Di setting
Alat GC dinyalakan
Di set dengan parameter
Suhu injektor 150oC
Suhu detektor 250oC
Suhu awal kolom 60oC
Diprogram dengan kenaikan suhu 8oC per menit sampai 150oC, pertahankan
selama 2 menit
Detekor FID
Kolom DB-5
Gas pembawa H2
Tekanan 4-5 bar
GC telah diset
5. Pengukuran cuplikan
0,5 mL larutan yang akan diukur
Diambil
Dimasukkan ke syringe
Diinjeksikan pada instrumen GC
hasil
Berdasarkan data diatas, selisih waktu retensi standar dengan sampel lebih besar dari
0,01. Berdasarkan metode membandingkan waktu retensi belum dapat dipastikan
keberadaan heksana, toluene, dan xilena dalam sampel pertamax. Sehingga dapat
dilakukan ko-kromatografi yaitu metode kualitatif yang dilakukan dengan cara
menambahkan larutan standar terhadap sampel untuk diukur dengan kromatografi gas.
Bila area salah satu puncak bertambah, dapat dipastkan analit sama dengan standar.
Berdasarkan data diatas, diperoleh pertambahan luas area yang sangat besar pada
ketiga komponen yaitu heksana, toluena, dan xilena. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat komponen heksana, toluena, dan xilena di dalam sampel pertamax.
Berdasarkan data diatas, selisih waktu retensi standar dengan sampel xilena lebih
besar dari 0,01. Berdasarkan metode membandingkan waktu retensi belum dapat
dipastikan keberadaan xilena dalam sampel pertamax plus. Sehingga dapat dilakukan
ko-kromatografi yaitu metode kualitatif yang dilakukan dengan cara menambahkan
larutan standar terhadap sampel untuk diukur dengan kromatografi gas. Bila area salah
satu puncak bertambah, dapat dipastkan analit sama dengan standar.
Berdasarkan data diatas, diperoleh pertambahan luas area yang sangat besar pada
ketiga komponen yaitu heksana, toluena, dan xilena. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat komponen heksana, toluena, dan xilena di dalam sampel pertamax
plus.
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum “Penentuan Komponen dalam Sampel Premium, Pertamax,
dan Pertamax Plus menggunakan Kromatografi Gas” yang bertujuan untuk dapat dapat
mengenal cara pengoperasian instrumen GC, dapat memahami cara kerja instrumen GC
untuk analisis kualitatif, dan dapat menentukan beberapa komponen dalam sampel
premium, pertamax, dan pertamax plus.
Prinsip dasar pada kromatografi gas adalah distribusi komponen-komponen
diantara fasa diam dan fasa gerak yang tidak saling bercampur. Fasa gerak berupa gas dan
fasa diam berupa cairan atau padatan. Diperoleh data berdasarkan membandingkan waktu
retensi dank ko-kromatografi bahwa sampel pertamax mengandung heksana, toluena, dan
xilena. Dan pada sampel pertamax plus mengandung heksana, toluena dan xilena.
I. Daftar Pustaka
Carlroth. (2016). Lembar Data Keselamatan Bahan. [Online]. Diakses dari
www.carlroth.com. [Diakses: 13 September].
Faricha, Anifatul, Muhammad Rivai, dan Suwito. (2014). Sistem Identifikasi Gas
Menggunakan Sensor Surface Acoustic Wave dan Metode Kromatografi. Jurnal
Teknik ITS, 3(2), 157.
Hendayana, Sumar. (1994). Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Bandung.
Hendayana, Sumar. (2010). Kimia Pemisahan: Metode Kromatografi dan Elektroforesis
Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Johnson, E. L, dan Stevenson, R. (1991). Dasar Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
Bandung: ITB
Khopkar, S.M. (2014). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. UI Press.
Merck. (2017). Lembar Data Keselamatan Bahan. [Online]. Diakses dari
https://www.mercmillipore.com/. [Diakses: 13 September].
Permanasari, Anna. dkk. (2008). Kimia Analitik 2. Tangerang Selatan: Unversitas Terbuka.
Rahman, Abdul. (2007). Analisis Obat secara Kromatografi dan Spektrofotmetri. Jakarta:
EGC.
Skoog, Douglas, Donald W. W. (2019). Fundamental of Analytical Chemistry, Edition 9th.
USA: Changage Learning
Tim Penyusun. (2020). Penuntun Praktikum Kimia Pemisahan dan Pengukuran. Bandung:
Departemen Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Wiryawan, Adam. dkk. (2008). Kimia Analitik. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.
J. Lampiran