DISUSUN OLEH :
DISUSUN OLEH :
Segala puji kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat, kasih sayang, hidayah, dan kesehatan, kami dapat menyelesaikan makalah
“Analisis Situasi Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Kepatuhan Minum
Obat Pasien Tuberkulosis Paru Fase Lanjutan Di Kecamatan Umbulsari Jember “
dengan tepat waktu.
Semoga para pembaca bisa mengambil ilmu dari makalah ini dan besar
harapan kami dapat memberikan manfaat untuk para pembaca kedapannya.
Tim penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB 1......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan masalah......................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................2
1.3.1 Tujuan umum.....................................................................................2
1.3.2 Tujuan khusus....................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1. Pengertian Tahapan P-Process..................................................................3
2.2. Pengertian Tahap Pertama P-Process : Analasis Situasi...........................4
Langkah 1 : Mengidentifikasi dan Memahami Masalah..................................5
Langkah 2 : Menentukan Khalayak Sasaran yang Potensial............................6
Langkah 3 : Mengidentifikasi Sumber Daya Komunikasi yang Potensial.......8
Langkah 4 : Menilai Penilaian Lingkungan......................................................9
Langkah 5 : Merangkum Kekuatan dan Kelemahan Sumber Daya Manusia;
Teknologi dan Keuangan yang Tersedia, Serta Peluang dan Ancaman
Terhadap Komunikasi Kesehatan yang Efektif Dalam Lingkungan yang
Bersangkutan..................................................................................................10
2.3. Hasil Analisis Situasi Penyakit TB.........................................................10
BAB 3....................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................19
3.2 Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
DAFTAR GAMBAR
1
Oleh karena itu, dengan adanya program strategi komunikasi seperti P-
Process sangat membantu dalam menganalisa lebih lanjut dan mendalam
mengenai kasus yang terjadi di Kecamatan Umbulsari ini.
1.3. Tujuan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
Berdasarkan Health Communication Partnership (2003), P-Process
memiliki lima langkah dalam pelaksaannya, antara lain sebagai berikut :
4
Langkah 1 : Mengidentifikasi dan Memahami Masalah
Kunci keberhasilan strategi komuniksi kesehatan adalah fokus pada suatu masalah
tertentu dengan jangka waktu tertentu. Dalam mengidentifikasi masalah yang
terlalu banyak dalam jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan pesan yang
disampaikan membingungkan dan dampak komunikasi terbatasi.
5
d. Perilaku pencegahan dan penanganan yang diharapkan
e. Sumber-sumber informasi
6
masyarakat baik pemuka informal (pemuka agama, pemuka adat,
dan lain sebagainya), pemuka formal (petugas kesehatan, pejabat
pemerintahan, dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan, dan
media massa.
c) Sasaran tersier
Sasaran tersier ditujukan pada para pembuat kebijakan publik yang
berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan
bidag lain yang saling berkaitan dan dapat memfasilitasi atau
menyediakan sumber daya. (Maulana, 2009)
Dalam bukunya, Maryam (2014)menyatakan bahwa sasaran tersier
ini adalah para pengambil kebijakan, penyandang dana, pihak-
pihak yang berpengaruh (pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan,
dan desa).
b. Mengidentifiksi tahap perubahan perilaku
Mencari informasi masing-masing khalayak yang
mengidentifikasikan perilaku sehat masyarakat saat ini dibandingkan
perilaku sehat yang diharapkan. Terkadang data khalayak yang ada tidak
memadai untuk membuat keputusan yang berhuungan dengan strategi
komunikasi. Untuk menemukan informasi terpercaya mengenai
karakteristik khalayak, masalah perilaku, hambatan terhadap perubahan
perilaku bisa dilakukan kerja sama dengan para peneliti untuk merancang
dan mengimplementasikan survei baseline kuantitatif.
c. Identifikasi hambatan terhadap perubahan perilaku yang sudah diketahui
Tanyakan pendapat masyarakat ketika wawancara mengenai
penyebab khalayak tidak mengadopsi perilaku sehat yang diharapkan.
Salah satu hambatan utama untuk mengadopsi perilaku adalah khalayak
masih belum mengetahui perilaku tersebut.
7
penduduk, serta berbicaralah dengan khalayak potensial dan pimpinan
masyarakat mengenai masalah kesehatan tersebut.
8
Ketersediaan
Semua kebutuhan dari sumber daya manusia maupun kebutuhan logistik
dapat dipenuhi sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan yang diperlukan.
Kemudahan untuk mengakses
Jika pelayanan atau pasokan tersedia, kita harus memastikan bahwa mereka
yang membutuhkan bisa mendapatkannya.
Jangkauan
Jangkauan ini menjelaskan berapa biaya yang dikeluarkan dalam mengatasi
masalah tersebut. Tidak hanya biaya pelayanan atau harga produk saja, tapi
juga transportasi dan waktu menunggu
Penerimaan atas pelayanan
Penerimaan sosial dalam hal mendapatkan dan menggunakan produk atau
layanan yang tersedia.
Kondisi sosial, ekonomi, dan politik
Kondisi ini dapat membatasi komunikasi kesehatan, seperti kejahatan,
pengangguran, kemiskinan, dan peningkatan ketegangan sosial, semuanya
mempengaruhi perilku kesehatan.
Langkah yang terakhir adalah merangkum apa yang telah dipelajari untuk
membentuk strategi komunikasi. Perangkuman dapat dilakukan dengan banyak
rencana strategis yang menggunakan kerangka SWOT, yaitu kekuatan (Strenghts),
kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunity), dan Ancaman (Threats). Kekuatan
dan kelemahan dapat dilihat dar sumber daya manusia, teknologi, dan keuangan
yang tersedia. Sedangkan peluang dan ancaman dapat dilihat dari peluang kunci
yang dapat meningkatkan kesehatan dan ancaman yang dapat mempengaruhi
peningkatan kesehatan. (O’Sulllivan et al., 2005)
9
2.3. Hasil Analisis Situasi Penyakit TB
10
Ketidakpatuhan berobat memiliki hubungan yang erat dengan gagalnya informasi
yang disampaikan oleh petugas kesehatan. Kepatuhan adalah hal yang sangat
penting dalam perilaku hidup sehat. Pada penderita TB dengan pengobatan yang
cukup lama sekitar 6-8 bulan, dan biaya yang mahal mengakibatkan penderita
meminum obat secara tidak teratur sehingga harus memulai pola pengobatan dari
awal dan memerlukan jangka waktu yang lama pula. (Safri et al., 2015)
a. Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang kami jadikan studi kasus adalah kurangnya
pengetahuan dan kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru fase
lanjutan di Kecamatan Umbulsari.
b. Lingkup permasalahan kesehatan
Lingkup permasalahan kesehatan ini dilihat dari prevalensi
mengukur proporsi masyarakat biasanya dalam bentuk presentase dalam
suatu populasi yang memiliki masalah pada suatu waktu tertentu dn angka
kejadian mengukur jumlah kasus baru per seribu orang dalam suatu
populasi dari satu masalah kesehatan tertentu. Dalam kasus ini, lingkup
11
permasalahan kesehatannya yaitu di kecamatan Umbulsari Jember sebagai
daerah dengan angka kejadian TB tertinggi di kabupaten Jember periode
januari-juni 2017 serta berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan
Mientarin et al. (2018), didapatkan 21 sampel atau penderita TB.
Kecamatan Umbulsari juga merupakan salah satu daerah dengan
persebaran TB bta positif teringgi dan termemiliki angka persebaran TB
tertnggi dengan 86 penderita dengan kepadatan penduduk 986,09 jiwa. Hal
ini diakibatkan wilayah umbul sari berbatasan dnegan darah yang sama
sama memiliki persebaran TB yang tinggi. (Hikma et al., 2016)
c. Tingkat keparahan
Tingkat keparahan dapat diukur dalam bentuk kematian, angka
kesakitan atau jumlah orang yang cacat atau cacat sementara karena
masalah yang terjadi, biaya penanganan masalah bagi penderita,
keluarganya, maupun masyarakat secara keseluruhan. Parahnya masalah
kesehtaan erat hubungannya dengan lingkup permasalahan kesehatan.
Pada kasus yang kami angkat, dari hasil penelitian Mientarin et al. (2018)
didapatkan data tingkat keparahan yaitu :
(a) Berdasarkan usia penderita
13 – 18 tahun : 1 orang
18 – 24 tahun : 3 orang
24 – 34 tahun : 2 orang
34 – 60 tahun : 11 orang
60 – 75 tahun : 4 orang
(b) Berdasarkan jenis kelamin
Laki – laki : 9 orang
Perempuan : 12 orang
(c) Berdasarkan pendidikan terakhir
Tidak tamat sd: 3 orang
Sd : 8 orang
Smp : 4 orang
Sma : 5 orang
Sarjana : 1 orang
12
(d) Berdasarkan status pekerjaan
Bekerja : 5 orang
Tidak bekerja : 14 orang
Pelajar : 2 orang
13
e. Sumber-sumber informasi
Sumber-sumber informasi yang terkait kasus diatas diperoleh dari
beberapa jurnal seperti jurnal ikesma volume 14 nomor 1 hubungan
pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan minum obat pasien
tuberkulosis paru fase lanjutan di kecamatan Umbulsari Jember, jurnal
manajemen informasi kesehatan indonesia vol. 4 no.1 pemetaan
persebaran penyakit tuberkulosis di kabupaten Jember tahun 2013-2015,
jurnal analisis faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat
pasien TB paru berdasarkan health belief model di wilayah kerja
puskesmas Umbulsari, kabupaten Jember, jurnal keperawatan indonesia,
volume 10, no.1 keberadaan pengawas minum obat (PMO) pasien
tuberkulosis paru di indonesia, dan diperoleh dari skripsi hubungan peran
pengawas minum obat (PMO) dalam program directly observed treatment
shortcourse (DOTS) dengan hasil apusan bta pasien tuberkulosis paru di
puskesmas tanggul kabupaten Jember oleh Rindy Erlinda nim
092310101034 mahasiswa fakultas keperawatan universitas Jember.
14
Kurangnya pengetahuan terhadap penyakit TB dan
kepatuhan dalam minum obat dengan waktu pengobatan
yang lama sehingga mengakibatkan pemutusan pengobatan
dan pola pengobatan harus dimulai dari awal yang pastinya
memerlukan waktu yang lama.
2. Dukungan
Dengan banyaknya masyarakat yang terjangkit penyakit
TB, maka masyarakat mulai merasa takut dan sadar akan
dampak yang ditimbulkan bila tidak teratur dalam proses
pengobatan.
c) Identifikasi pihak-pihak yang berpengaruh
Pihak-pihak yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku adalah
sebagai berikut.
1. Pemerintah kabupaten Jember
2. Dinas kesehatan kabupaten Jember
3. Tenaga medis di puskesmas setempat
4. Keluarga
15
3. Saluran media massa menjangkau khalayak luas. Media massa yang
digunakan adalah media visual seperti poster, leaflet, dan lain-lain, dan
media audiovisual seperti video tentang tanda-tanda prang terkena TB dan
cara penanganan serta pencegahannya.
16
gratis untuk penderita TB dengan jangka waktu pengobatan yang lama
yakni 6-8 bulan.(Mientarin et al., 2018)
5. Penerimaan
Penerimaan dapat diukur melalui sejauh mana penerimaan sosial
dalam hal mendapatkan dan menggunakan produk atau layanan yang
sudah di dapat. Sebagaian besar penderita penyakit TB di Umbulsari telah
menerima sosialisasi yang diberikan oleh petugas kesehatan di puskesmas
sehingga mereka mau untuk melapor dan mengkonsultasikan dengan
tenaga medis setempat untuk menangani penyakit TB yang dideritanya.
Kekuatan dan kelemahan sumber daya manusia, teknologi dan keuangan yang
tersedia.
a. Kekuatan (Strenghts)
1) Pelayanan atau produk sudah dapat dijangkau dengan mengunjungi
puskesmas dan membeli obat di apotek namun dengan resep dokter.
2) Adanya pelayanan medis berupa pengobatan untuk penderita TB
sehingga memudahkan penderita untuk mencapai kesembuhan.
3) Tenaga kesehatan yang mampu melaksanakan pelayana seperti
sosialisasi mengenai penyakit TB dan kepatuhan minum obat.
4) Tingkat kepatuhan konsumsi obat penderita di Umbulsari yang tinggi
dikarenakan rasa takut akan dampak yang ditimbulkan dari
ketidakteraturan minum obat.
5) Hasil penelitian mengenai penderita TB di Umbulsari tercatat memiliki
level pengetahuan dan pemahaman sebagian besar sampel bernilai baik
dan level aplikasi pada sebagian sampel bernilai sangat baik
b. Kelemahan (Weakness)
17
1) Sampel pendidikan terakhir pada penderita TB sebagian besar dengan
pendidikan terakhir tamat SD. Sehingga penderita memiliki
pengetahuan yang rendah tentang penyakit TB.
2) Ketidakpatuhan minum obat yang menyebabkan pengobatan yang
sudah terprogram nasional secara gratis diulang dari awal sehingga
waktu pengobatan semakin lama dan dosis semakin tinggi.
Peluang dan ancaman terhadap komunikasi kesehatan yang efektif dalam
lingkungan yang bersangkutan.
a. Peluang
Mengadakan penyuluhan terhadap penderita TB yang masih tidak patuh
dalam minum obat dan memiliki pengetahuan yang kurang akan proses
pengobatan TB.
b. Ancaman
1) Masih ada masyarakat yang tidak patuh konsumsi obat karena
kurangnya pengetahuan tentang penyakit TB.
2) Wilayah yang berdekatan bahkan berbatasan dengan wilayah yang
memiliki tingkat persebaran TB yang tinggi.
18
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20
O’Sulllivan, G.A., Yonkler, J.A., Morgan, W., Merritt, A.P., 2005. Panduan
Lapangan Merancang Strategi Komunikasi Kesehatan. Program STARH.
Safri, F.M., Sukartini, T., Ulfiana, E., 2015. Analisis Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Tb Paru Berdasarkan Health
Belief Model Di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulsari, Kabupaten Jember.
Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga.
21
LAMPIRAN
22
pengimplementasi berada pada tahap ke-4 yaitu tahap implementasi dan
monitoring.
23