Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

Analisis Situasi Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Kepatuhan


Minum Obat Pasien Tuberkulosis Paru Fase Lanjutan Di Kecamatan
Umbulsari Jember

Disusun guna untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Komunikasi Kesehatan

Dengan Dosen Pengampu :


Afif Hamdalah, S.KM., M.Kes.

DISUSUN OLEH :

1. Uslifatil Jannah 182110101039


2. Amara Kanya Maharani 182110101139

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2019
MAKALAH

Analisis Situasi Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Kepatuhan


Minum Obat Pasien Tuberkulosis Paru Fase Lanjutan Di Kecamatan
Umbulsari Jember

Disusun guna untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Komunikasi Kesehatan

Dengan Dosen Pengampu :


Afif Hamdalah, S.KM., M.Kes.

DISUSUN OLEH :

1. Uslifatil Jannah 182110101039


2. Amara Kanya Maharani 182110101139

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat, kasih sayang, hidayah, dan kesehatan, kami dapat menyelesaikan makalah
“Analisis Situasi Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Kepatuhan Minum
Obat Pasien Tuberkulosis Paru Fase Lanjutan Di Kecamatan Umbulsari Jember “
dengan tepat waktu.

Terimakasih kami sampaikan kepada pihak yang mendukung dalam


menyelesaikan makalah ini. Terimakasih kami ucapkan kepada kedua orang tua
kami yang selalu mendukung putra-putrinya dalam menjalankan studi di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Terimakasih juga kita sampaikan
kepada dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Kesehtan, bapak Afif
Hamdalah, S.KM., M.Kes. yang telah memberikan tugas ini, sehingga kami bisa
lebih memahami materi analisis situasi dengan baik.

Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitupun dalam


penyusunan makalah yang kami buat. Kami merasa masih memiliki kekurangan
dalam pembuatannya sehingga kami memerlukan kritik dan saran dari para
pembaca.

Semoga para pembaca bisa mengambil ilmu dari makalah ini dan besar
harapan kami dapat memberikan manfaat untuk para pembaca kedapannya.

Jember, 08 Mei 2019

Tim penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB 1......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan masalah......................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................2
1.3.1 Tujuan umum.....................................................................................2
1.3.2 Tujuan khusus....................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1. Pengertian Tahapan P-Process..................................................................3
2.2. Pengertian Tahap Pertama P-Process : Analasis Situasi...........................4
Langkah 1 : Mengidentifikasi dan Memahami Masalah..................................5
Langkah 2 : Menentukan Khalayak Sasaran yang Potensial............................6
Langkah 3 : Mengidentifikasi Sumber Daya Komunikasi yang Potensial.......8
Langkah 4 : Menilai Penilaian Lingkungan......................................................9
Langkah 5 : Merangkum Kekuatan dan Kelemahan Sumber Daya Manusia;
Teknologi dan Keuangan yang Tersedia, Serta Peluang dan Ancaman
Terhadap Komunikasi Kesehatan yang Efektif Dalam Lingkungan yang
Bersangkutan..................................................................................................10
2.3. Hasil Analisis Situasi Penyakit TB.........................................................10
BAB 3....................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................19
3.2 Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Step in Strategic Communication............................................................4


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan besar mengenai


permasalahan kesehatan, karena meningkatnya kasus penyakit infeksi,
meningkatnya penyakit tidak menular (PTM), dan munculnya kembali penyakit
lama yang sebelumnya sudah teratasi. Penyakit Tuberkulosis merupakan salah
satu penyakit menular yang banyak dalam pelayanan kesehatan. (Departemen
Kesehatan RI, 2016)

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang di sebabkan oleh


bakteri Mycobacterium tuberculosis , sampai saat ini TB Paru masih menjadi
masalah utama kesehatan masyarakat dan menjadi isu kesehatan global di semua
negara terutama di Indonesia. Indonesia berada di peringkat kedua negara teratas
di dunia dengan beban penyakit tuberkulosis terbesar. Oleh karena itu,
permasalahan kesehatan ini harus ditangani, jika tidak maka dapat menyebabkan
setiap penderita aktif yang menginfeksi.(Masriadi, 2017)

Persebaran penyakit TB bahkan sampai di Jawa Timur, dan Jember menjadi


salah satu wilayah yang memiliki tingkat persebaran penyakit TB yang tinggi.
Salah satu daerah di Jember dengan tingkat persebaran TB yang tinggi ialah
Kecamatan Umbulsari akibat kurangnya pengetahuan mengenai penyakit TB dan
kepatuhan dalam minum obat.

Dalam penanganannya, diperlukan adanya perencanaan program strategic


komunikasi seperti P-Process. P-process digunakan untuk mengembangkan,
mengimplementasikan, serta mengevaluasi program perubahan perilaku yang
inovatif dan kreatif dalam program komunikasi kesehatan untuk membahas
berbagai topik permasalahan kesehatan. Awal tahapan yang dilakukan dalam P-
Process ialah dengan menganalisis situasi suatu masalah kesehatan. Oleh karena
itu, perlu dijabarkan lebih lanjut mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam analisi situasi. (Health Communication Capacity Collaborative, 2013)

1
Oleh karena itu, dengan adanya program strategi komunikasi seperti P-
Process sangat membantu dalam menganalisa lebih lanjut dan mendalam
mengenai kasus yang terjadi di Kecamatan Umbulsari ini.

1.2. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan P-Process ?


2. Bagaimana proses tahap analisis situasi dalam P-Process?
3. Bagaimana hasil analisis situasi penyakit menular TB di Kecamatan
Umbulsari Jember ?

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

1. Mengetahui dan memahami tahapan P-Process


2. Mengetahui dan memahami analisis situasi permasalahan kesehatan

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui tujuan analisis situasi


2. Mengetahui langkah-langkah analisis situasi
3. Mengetahui hasil analisis situasi pada penyakit TB di Kecamatan
Umbulsari Jember

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tahapan P-Process

P-process merupakan kerangka atau tahapan yang dirancang untuk


memandu para ahli komunikasi dalam mengembangkan program strategi
komunikasi. Selangkah demi selangkah, peta jalan ini mengarahkan para ahli
komunikasi dari konsep yang didefinisikan secara bebas mengenai perubahan
perilaku menjadi sebuah program strategi dan partisipatif dengan dampak yang
terukur pada pendengar yang dituju. (Health Communication Partnership, 2003)

P-process digunakan untuk mengembangkan, mengimplementasikan, serta


mengevaluasi program perubahan perilaku yang inovatif dan kreatif dalam
program komunikasi kesehatan untuk membahas berbagai topik permasalahan
kesehatan seperti mendorong perubahan perilaku seksual yang lebih baik dan
aman untuk mecegah penyakit menular seperti HIV/AIDS, Tuberkulosis, cacar,
dan lain sebagainya., pencegahan penyakit infeksi, kesehatan reproduksi,
meningkatkan kelangsungan hidup anak, mengurangi angka kematian ibu dan
anak, dan meningkatkan kesehatan lingkungan.

Hal ini tidak mempermasalahkan area kesehatan kamu bekerja, dan


seberapa besar atau kecilnya anggaran yang dimiliki. Dengan menggunakan
tahapan P-Process kan membantu masyarakat untuk memiliki perubahan perilaku
kesehatan.

Gambar 1 Step in Strategic Communication

3
Berdasarkan Health Communication Partnership (2003), P-Process
memiliki lima langkah dalam pelaksaannya, antara lain sebagai berikut :

Tahap 1. Analisis Situasi


Tahap 2. Desain Strategis
Tahap 3. Pengembangan dan Uji Coba
Tahap 4. Implementasi dan Monitoring
Tahap 5. Evaluasi

2.2. Pengertian Tahap Pertama P-Process : Analasis Situasi

Analisis situasi merupakan langkah awal cara dalam perencanaan yang


bertujuan untuk identifikasi masalah yang dilakukan dengan cara mengumpulkan
data yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat. Analisis situasi ini
merupakan langkah yang sangat penting dalam menentukan langkah-langkah
selanjutnya agar diperolah perencanaaan yang tepat. Apabila dalam analisis situasi
terjadi kesalahan, maka konsekuensi yang diberikan sangat besar terhadap isi
keseluruhan perencanaan. (Nuryadi, 2013;3)

Menurut Nuryadi (2013:3), tujuan dari analisis situasi, antara lain :

a. Memahami masalah secara jelas dan tepat


Pengumpulan data yang tepat dan akurat dari berbagai aspek akan dapat
memberikan masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada suatu
masyarakat.
b. Mempermudah menentukan prioritas masalah
Dengan analisis situasi dapat membantu menentukan manakah masalah
yang harus diatasi terlebih dahulu dibandingkan masalah lain.
c. Mempermudah penentuan alternatif pemecahan masalah
Analisis situasi juga menghasilkan informasi tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian suatu masalah kesehtaan serta kemudahan dan
hambatan yang mungkin dihadapi dalam menanggulanginya.

Berdasarkan buku yang ditulis O’Sulllivan et al., (2005), adapun langkah-


langkah analisis situasi dalam perencanaan program kesehatan masyarakat, antara
lain :

4
Langkah 1 : Mengidentifikasi dan Memahami Masalah

Kunci keberhasilan strategi komuniksi kesehatan adalah fokus pada suatu masalah
tertentu dengan jangka waktu tertentu. Dalam mengidentifikasi masalah yang
terlalu banyak dalam jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan pesan yang
disampaikan membingungkan dan dampak komunikasi terbatasi.

a. Memahami masalah kesehatan


Memahami masalah kesehatan adalah persepsi yang dimiliki tentang
lingkup dan tingkat permasalahan harus jelas, serta perilaku yang akan
mencegah dan mengatasi masalah tersebut.
b. Lingkup permasalahan kesehatan
Memperkirakan lingkup masalah kesehatan merupakan salah satu faktor
untuk menentukan cara mengkomunikasikan masalah tersebut. Terdapat
dua ukuran kunci dari luasnya lingkup permasalahan yang pada umumnya
tersedia di departemen kesehatan, yaitu prevalensi dan angka kejadian.
c. Tingkat keparahan masalah kesehatan
Tingkat keparahan diukur dalam bentuk:
 Kematian yaitu berapa jumlah orang yang meninggal akibat
masalah tersebut.
 Angka kesakitan (morbidity rate) yaitu berapa jumlah orang yang
terkena cacat tetap ataupun cacat sementara akibat masalah
tersebut.
 Biaya penanganan masalah tersebut bagi seseorang, keluarga dan
masyarakat secara keseluruhan.

Informasi yang dikumpukan oleh departemen kesehatan biasanya


menyangkut angka kematian dan angka kesakitan masalah kesehatan
tertentu. Organisasi yang melakukan advokasi terhadap masyarakat
biasanya mengumpulkan informasi mengenai biaya yang ditanggung oleh
individu dan masyarakat. Ketika tingkat keparahan suatu masalah
kesehatan didefinisikan, hal tersebut akan angat membantu ketika dampak
masalah dibandingkan dengan dampak penyakit umum yang lain.
(O’Sulllivan et al., 2005)

5
d. Perilaku pencegahan dan penanganan yang diharapkan
e. Sumber-sumber informasi

Langkah 2 : Menentukan Khalayak Sasaran yang Potensial

a. Mengidentifikasi krakteristik khalayak umum


Ketika mengidentifikasi khalayak potensial, kelompokkan seseorang
tersebut menurut karakteristik umum seperti rentang usia, gender,
pekerjaan, tempat tinggal, jumlah anak dan gaya hidup, serta akses
terhadap media cetak, radio dan televisi. Kemudian cari karakteristik yang
membedakan khalayak potensial yang tidak mempunyai masalah
kesehatan. menetukan khalayak umum sama dengan menentukan sasaran
yang dituju. Sasaran diperlukan komunikator sebagai subjek yang dituju
dalam menyampaikan pesan atau informasi. menurut Maulana (2009),
dalam menjalankan program ada tiga jenis sasaran yaitu sasaran primer,
sasaran sekunder, dan sasaran tersier.
a) Sasaran primer
Sasaran primer (primary target) adalah sasaran yang memiliki
masalah, yang diharapkan mampu merubah perilaku yang sesuai
harapan dan memperoleh manfaat dari perubahan perilaku yang
dilakukan (Maryam, 2014). Sasaran primer ditujukan kepada
penderita atau pasien, individu sehat, dan keluarga sebagai
komponen masyarakat. Sasaran ini digunakan untuk mengubah
perilaku hidup masyarakat yang tidak bersih dan sehat menjadi
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi perlu kita
sadari mengubah perilaku hidup masyarakat tidaklah mudah.
Peubahan perilaku akan sulit dicapai apabila tidak didukung oleh
nilai dan norma sosial serta norma hukum yang dibuat oleh para
pemuka masyarakat. (Maulana, 2009)
b) Sasaran sekunder
Menurut Maryam (2014), sasaran sekunder (Secondary Target)
adalah individu atau kelompok yang memiliki pengaruh dan
disegani oleh sasaran primer. Sasaran ini ditujukan pada pemuka

6
masyarakat baik pemuka informal (pemuka agama, pemuka adat,
dan lain sebagainya), pemuka formal (petugas kesehatan, pejabat
pemerintahan, dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan, dan
media massa.
c) Sasaran tersier
Sasaran tersier ditujukan pada para pembuat kebijakan publik yang
berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan
bidag lain yang saling berkaitan dan dapat memfasilitasi atau
menyediakan sumber daya. (Maulana, 2009)
Dalam bukunya, Maryam (2014)menyatakan bahwa sasaran tersier
ini adalah para pengambil kebijakan, penyandang dana, pihak-
pihak yang berpengaruh (pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan,
dan desa).
b. Mengidentifiksi tahap perubahan perilaku
Mencari informasi masing-masing khalayak yang
mengidentifikasikan perilaku sehat masyarakat saat ini dibandingkan
perilaku sehat yang diharapkan. Terkadang data khalayak yang ada tidak
memadai untuk membuat keputusan yang berhuungan dengan strategi
komunikasi. Untuk menemukan informasi terpercaya mengenai
karakteristik khalayak, masalah perilaku, hambatan terhadap perubahan
perilaku bisa dilakukan kerja sama dengan para peneliti untuk merancang
dan mengimplementasikan survei baseline kuantitatif.
c. Identifikasi hambatan terhadap perubahan perilaku yang sudah diketahui
Tanyakan pendapat masyarakat ketika wawancara mengenai
penyebab khalayak tidak mengadopsi perilaku sehat yang diharapkan.
Salah satu hambatan utama untuk mengadopsi perilaku adalah khalayak
masih belum mengetahui perilaku tersebut.

d. Identifikasi pihak-pihak yang berpengaruh


Setelah mengidentifikasi khalayak potensial, selanjutnya yaitu
mencari tau siapa yang mempengaruhi perilaku sehat mereka atau
melakukan kunjungan tidak resmi ke masyarakat dan rumah-rumah

7
penduduk, serta berbicaralah dengan khalayak potensial dan pimpinan
masyarakat mengenai masalah kesehatan tersebut.

Langkah 3 : Mengidentifikasi Sumber Daya Komunikasi yang Potensial

Mengidentifikasi sumber daya komunikasi yang potensial adalah


memahami lingkungan komunikasi, termasuk kegiatan komunikasi yang ada saat
ini dan sumberdaya yang tersedia. Secara luas, komunikator kesehatan
mendefinisikan saluran komunikasi sebagai sistem penyampaian pesan untuk
mencapai khalayak sasaran. Saluran ini dikategorikan sebagai saluran
interpesonal, berorientasi pada masyarakat dan media massa.(O’Sulllivan et al.,
2005)

o Saluran interpersonal berfokus pada komunikasi individu dengan


individu atau individu dengan kelompok. Saluran ini mencakup komunikasi
antara rekan sejawat, antara pasangan, dan antara petugas klinik kesehatan
dengan klien. Contohnya bisa berupa pertemuan tenaga kesehatan yang
berkeliling ke masyarakat bekerjasama dengan organisasi perempuan.
o Saluran yang berorientasi pada masyarakat fokus pada penyebaran
informasi melalui jaringan sosial yang sudah ada, seperti keluarga atau
suatu kelompok masyarakat.
o Saluran media massa fokus pada penyebaran informasi khalayak luas
yang biasanya disebarluaskan melalui televisi, radio, media cetak, tempat-
tempat persinggahan, internet dan pos.

Langkah 4 : Menilai Penilaian Lingkungan

O’Sulllivan et al. (2005) menyatakan bahwa langkah ke 4 dalam analisa


situasi adalah menilai aspek-aspek kunci lingkungan tempat strategi akan
diwujudkan.

 Pelayanan kesehatan dan/atau produk serta perilaku yang mendukung


Pada suatau daerah terdapat pelayanan kesehatan atau produk serta perilaku
yang mendukung untuk kelancaran program untuk mengatasi permasalahan
kesehatan.

8
 Ketersediaan
Semua kebutuhan dari sumber daya manusia maupun kebutuhan logistik
dapat dipenuhi sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan yang diperlukan.
 Kemudahan untuk mengakses
Jika pelayanan atau pasokan tersedia, kita harus memastikan bahwa mereka
yang membutuhkan bisa mendapatkannya.
 Jangkauan
Jangkauan ini menjelaskan berapa biaya yang dikeluarkan dalam mengatasi
masalah tersebut. Tidak hanya biaya pelayanan atau harga produk saja, tapi
juga transportasi dan waktu menunggu
 Penerimaan atas pelayanan
Penerimaan sosial dalam hal mendapatkan dan menggunakan produk atau
layanan yang tersedia.
 Kondisi sosial, ekonomi, dan politik
Kondisi ini dapat membatasi komunikasi kesehatan, seperti kejahatan,
pengangguran, kemiskinan, dan peningkatan ketegangan sosial, semuanya
mempengaruhi perilku kesehatan.

Langkah 5 : Merangkum Kekuatan dan Kelemahan Sumber Daya Manusia;


Teknologi dan Keuangan yang Tersedia, Serta Peluang dan Ancaman
Terhadap Komunikasi Kesehatan yang Efektif Dalam Lingkungan yang
Bersangkutan.

Langkah yang terakhir adalah merangkum apa yang telah dipelajari untuk
membentuk strategi komunikasi. Perangkuman dapat dilakukan dengan banyak
rencana strategis yang menggunakan kerangka SWOT, yaitu kekuatan (Strenghts),
kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunity), dan Ancaman (Threats). Kekuatan
dan kelemahan dapat dilihat dar sumber daya manusia, teknologi, dan keuangan
yang tersedia. Sedangkan peluang dan ancaman dapat dilihat dari peluang kunci
yang dapat meningkatkan kesehatan dan ancaman yang dapat mempengaruhi
peningkatan kesehatan. (O’Sulllivan et al., 2005)

9
2.3. Hasil Analisis Situasi Penyakit TB

Tuberkulosis adalah adalah penyakit yang diderita manusia sama tuanya


dengan sejarah manusia. Bentuk yang paling banyak ditemukan dan paling
penting ialah Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit
kronis yang dapat menurunkan daya tahan tubuh penderitanya secara serius.
Penyakit ini juga merupakan suatu masalah penting bagi kesehatan karena
terinfeksinya tubuh oleh Mycobcterium tuberculosis dan dapat menyebabkan
kematian. (Masriadi, 2017)

Departemen Kesehatan (2018) menyatakan bahwa saat ini Indonesia


menduduki peringkat kedua negara teratas dengan beban penyakit tuberkulosis
tertinggi di dunia. Angka prevalensi TBC Indonesia pada tahun 2014 sebesar 297
per 100.000 penduduk. Eliminasi TBC juga menjadi salah satu dari 3 fokus utama
pemerintah di bidang kesehatan selain penurunan stunting dan peningkatan
cakupan dan mutu imunisasi. Visi yang dibangun terkait penyakit ini yaitu dunia
bebas dari tuberkulosis, nol kematian, penyakit, dan penderitaan yang disebabkan
oleh TBC. (Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014 dalam Indah, 2018)

Berdasarkan penelitian Hutapea (2009) Safri et al. (2015) didapatkan


beberapa daerah di Jawa Timur dengan presentase penduduk yang terjangkit TB
akibat tidak patuh minum obat, salah satunya ialah Jember. Jember juga memiliki
wilayah yang persebaran penyakit TB paru fase lanjutan yang tinggi akibat
ketidakpatuhan minum obat, salah satunya di Kecamatan Umbulsari. Hasil
analisis pemetaan persebaran penyakit TB dari Hikma et al. (2016), di daerah
Umbulsari juga merupakan daerah dengan tingkat persebaran penyakit TB BTA
positif tertinggi karena berbatasan dengan daerah-daerah yang sama tingkat
persebarannya.

Terdapatnya keterkaitan antara kepatuhan minum obat dan pengetahuan yang


dimiliki penderita. Pengetahuan menjadi salah satu kunci akan keberhsilan
pengobatan TB, karena pasien akan mendpaatkan informasi mengenai cara
dampak, cara penularan, tahapan dan tujuan pengobatan yang dilakukan.
kurangnya pengetahuan akan mengakibatkan ketidakpatuhan dalam pengobtaan.

10
Ketidakpatuhan berobat memiliki hubungan yang erat dengan gagalnya informasi
yang disampaikan oleh petugas kesehatan. Kepatuhan adalah hal yang sangat
penting dalam perilaku hidup sehat. Pada penderita TB dengan pengobatan yang
cukup lama sekitar 6-8 bulan, dan biaya yang mahal mengakibatkan penderita
meminum obat secara tidak teratur sehingga harus memulai pola pengobatan dari
awal dan memerlukan jangka waktu yang lama pula. (Safri et al., 2015)

Dalam kasus yang terjadi di Kecamatan Umbulsari dijelaskan bahwa


penderita TB mulai merasa takut akan dampak penyakit TB akibat
ketidakteraturan minum obat sehingga mencetak tingkat kepatuhan yang tinggi.
Hal ini juga dipengaruhi dengan adanya faktor penguat berupa dukungan keluarga
dan peran PMO (Pengawas Menelan Obat) serta faktor pemungkin seperti
ketersediaan sarana dan prasarana dalam fasilitas kesehatan yang diberikan.
(Mientarin et al., 2018)

Langkah 1 : Mengidentifikasi dan Memahami Masalah

Dalam melakukan langkah pertama, kita harus memahali permasalahan kesehatan


yang sedang terjadi. Analisa masalah kesehatan ini mencakup lingkung
permasalahn tersebut, tingkat keparahan yang ditimbulkan, dan pencegahan dan
penanganan yang dapat kita lakukan serta sumber-sumber infromasi yang tersedia
terkait dengn permasalahan tersebut.

a. Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang kami jadikan studi kasus adalah kurangnya
pengetahuan dan kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru fase
lanjutan di Kecamatan Umbulsari.
b. Lingkup permasalahan kesehatan
Lingkup permasalahan kesehatan ini dilihat dari prevalensi
mengukur proporsi masyarakat biasanya dalam bentuk presentase dalam
suatu populasi yang memiliki masalah pada suatu waktu tertentu dn angka
kejadian mengukur jumlah kasus baru per seribu orang dalam suatu
populasi dari satu masalah kesehatan tertentu. Dalam kasus ini, lingkup

11
permasalahan kesehatannya yaitu di kecamatan Umbulsari Jember sebagai
daerah dengan angka kejadian TB tertinggi di kabupaten Jember periode
januari-juni 2017 serta berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan
Mientarin et al. (2018), didapatkan 21 sampel atau penderita TB.
Kecamatan Umbulsari juga merupakan salah satu daerah dengan
persebaran TB bta positif teringgi dan termemiliki angka persebaran TB
tertnggi dengan 86 penderita dengan kepadatan penduduk 986,09 jiwa. Hal
ini diakibatkan wilayah umbul sari berbatasan dnegan darah yang sama
sama memiliki persebaran TB yang tinggi. (Hikma et al., 2016)
c. Tingkat keparahan
Tingkat keparahan dapat diukur dalam bentuk kematian, angka
kesakitan atau jumlah orang yang cacat atau cacat sementara karena
masalah yang terjadi, biaya penanganan masalah bagi penderita,
keluarganya, maupun masyarakat secara keseluruhan. Parahnya masalah
kesehtaan erat hubungannya dengan lingkup permasalahan kesehatan.
Pada kasus yang kami angkat, dari hasil penelitian Mientarin et al. (2018)
didapatkan data tingkat keparahan yaitu :
(a) Berdasarkan usia penderita
13 – 18 tahun : 1 orang
18 – 24 tahun : 3 orang
24 – 34 tahun : 2 orang
34 – 60 tahun : 11 orang
60 – 75 tahun : 4 orang
(b) Berdasarkan jenis kelamin
Laki – laki : 9 orang
Perempuan : 12 orang
(c) Berdasarkan pendidikan terakhir
Tidak tamat sd: 3 orang
Sd : 8 orang
Smp : 4 orang
Sma : 5 orang
Sarjana : 1 orang

12
(d) Berdasarkan status pekerjaan
Bekerja : 5 orang
Tidak bekerja : 14 orang
Pelajar : 2 orang

d. Pencegahan dan penanganan


Untuk pencegahan dan penanganan dapat menggunakan teori
Lawrence Green tentang perubahan perilaku berdasarkan tiga faktor yaitu :
a) Predisposing factor
- Memberikan kegiatan sosialisasi mengenai penyakit TB pada
penderita agar pengetahuan yang didapatkan berengaruh dalam
kepatuhan minum obat
- Memberikan kegiatan sosialisasi mengenai penyakit TB
terhdapa keluarga sebagi subjek pendukung agar penderita
lebih rutin dan patuh dalam proses pengobatan yang cukup
lama.
b) Enabling factor
- Meningkatkan fasilitas dan sarana prasarana pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan oleh penderita TB sehingga mereka
dapat merasakan kenyamanan dan patuh dalam proses
pengobatan
c) Reinforcing factor
- Terdapatnya peran stakeholder atau pimpinan desa agar
masyarakat rutin melakukan pengecekan TB dan patuh dalam
minum obat.
- Adanya dukungan keluarga sebagai pengawas maupun
pendukung agar pendertia TB patuh dalam minum obat
- Menyediakan peranan pengawas menelan obat (PMO) terhadap
penderita TB baik dari pihak keluarga maupun tenaga
kesehatan (Murtiwi, 2006)

13
e. Sumber-sumber informasi
Sumber-sumber informasi yang terkait kasus diatas diperoleh dari
beberapa jurnal seperti jurnal ikesma volume 14 nomor 1 hubungan
pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan minum obat pasien
tuberkulosis paru fase lanjutan di kecamatan Umbulsari Jember, jurnal
manajemen informasi kesehatan indonesia vol. 4 no.1 pemetaan
persebaran penyakit tuberkulosis di kabupaten Jember tahun 2013-2015,
jurnal analisis faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat
pasien TB paru berdasarkan health belief model di wilayah kerja
puskesmas Umbulsari, kabupaten Jember, jurnal keperawatan indonesia,
volume 10, no.1 keberadaan pengawas minum obat (PMO) pasien
tuberkulosis paru di indonesia, dan diperoleh dari skripsi hubungan peran
pengawas minum obat (PMO) dalam program directly observed treatment
shortcourse (DOTS) dengan hasil apusan bta pasien tuberkulosis paru di
puskesmas tanggul kabupaten Jember oleh Rindy Erlinda nim
092310101034 mahasiswa fakultas keperawatan universitas Jember.

Langkah 2 : Menentukan Khalayak Potensial

a) Mengidentifikasi karakteristik khalayak umum


Karakteristik khalayak umu dapat diukur berdasarkan usia, yaitu
usia 13 – 75 tahun. Berdasarkan jenis kelamin yaitu pria dan
wanita. Berdasarkan geografis, yaitu metropolitan, kota kecil,
kecamatan, dan desa.
Mengidentifikasi khalayak umum sama dengan menentukan
sasaran yang dituju. Dalam kasus ini, sasaran yang dituju ialah
sasaran primer (penerita TB), sasaran sekunder (tokoh masyarakat
dan petugas kesehatan serta pejabat pemerintah seperti dinas
kesehatan) dan sasaran tersier (Pembuat kebijakan yang
menerapkan cara pengobatan penderita TB dengan program yang
diselenggarakan yakni pengobatan selama 6-8 bulan secara rutin)
b) Identifikasi hambatan dan pendukung terhadap perubahan perilaku
yang sudah diketahui
1. Hambatan

14
Kurangnya pengetahuan terhadap penyakit TB dan
kepatuhan dalam minum obat dengan waktu pengobatan
yang lama sehingga mengakibatkan pemutusan pengobatan
dan pola pengobatan harus dimulai dari awal yang pastinya
memerlukan waktu yang lama.
2. Dukungan
Dengan banyaknya masyarakat yang terjangkit penyakit
TB, maka masyarakat mulai merasa takut dan sadar akan
dampak yang ditimbulkan bila tidak teratur dalam proses
pengobatan.
c) Identifikasi pihak-pihak yang berpengaruh
Pihak-pihak yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku adalah
sebagai berikut.
1. Pemerintah kabupaten Jember
2. Dinas kesehatan kabupaten Jember
3. Tenaga medis di puskesmas setempat
4. Keluarga

Langkah 3 : Mengidentifikasi Sumber Daya Komunikasi Yang Potensial

O’Sulllivan et al. (2005) menyatakan terkait saluran komunikasi yang


digunakan dalam analisi kasus ini adalah :

1. Saluran interpersonal karena sebagian besar penderita TB berusia 34-60


tahun, maka dapat dilakukan komunikasi langsung antara petugas
kesehatan maupun medis dengan penderita sehingga penderita merasa
tidak malu untuk berkonsultasi mupun bertanya.
2. Saluran yang berorientasi pada masyarakat karena penderita TB
mencakup hampir semua umur, yaitu 13-75 tahun. Oleh karena itu untuk
mencegah dan menagani kasus tersebut keluarga memiliki peran penting
terkait dukungan dan pengawasan dalam minum obat dan peran tenaga
kesehatan yang menjalin kerjasama dengan lsm setempat untuk melakukan
penyuluhan terkait penyakit TB.

15
3. Saluran media massa menjangkau khalayak luas. Media massa yang
digunakan adalah media visual seperti poster, leaflet, dan lain-lain, dan
media audiovisual seperti video tentang tanda-tanda prang terkena TB dan
cara penanganan serta pencegahannya.

Langkah 4: Melakukan Penilaian Lingkungan

Langkah keempat dalam analisis situasi adalah menilai aspek-aspek kunci


lingkungan tempat strategi akan di wujudkan.
1. Pelayanan kesehatan dan/atau produk serta perilaku yang mendukung
Dalam daerah Umbulsari terdapat pelayanan atau produk serta
perilaku yang dapat mewujudkan suatu program. Seperti adanya pelayanan
medis berupa pengobatan yang dapat dilakukan di puskesmas.
2. Ketersediaan
Semua kebutuhan dari sumber daya manusia maupun kebutuhan
logistik dapat dipenuhi sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan yang
diperlukan. Di desa Umbulsari, persediaan obat untuk TB dapat ditemukan
di puskesmas dan apotek terdekat dengan resep dokter. Terdapat pula
kegiatan pelayanan kesehatan seperti sosialisasi mengenai dampak
kepatuhan minum obat untuk penderita TB.
3. Kemudahan mengakses
Jika pelayanan atau pasokan tersedia, kita harus memastikan
bahwa mereka yang membutuhkan bisa mendapatkannya. Penderita TB
di Umbulsari yang umumnya tidak patuh terhadap konsumsi obat
mengalami perubahan menjadi merasa takut akan dampak yang
ditimbulkan akibat ketidakteraturan minum obat sehingga tingkat
kepatuhannya tinggi. Obat TB pun juga sudah dapat ditemukan puskesmas
setempat.
4. Jangkauan
Jangkauan ini menjelaskan berapa biaya yang dikeluarkan dalam
mengatasi masalah tersebut. Tidak hanya biaya pelayanan atau harga
produk saja, tapi juga transportasi dan waktu menunggu. Jangkauan yang
terjadi di daerah Umbulsari terjangkau, walaupun biaya pengobatan yang
gratis karena pemerintah telah membuat program nasional pengobatan

16
gratis untuk penderita TB dengan jangka waktu pengobatan yang lama
yakni 6-8 bulan.(Mientarin et al., 2018)
5. Penerimaan
Penerimaan dapat diukur melalui sejauh mana penerimaan sosial
dalam hal mendapatkan dan menggunakan produk atau layanan yang
sudah di dapat. Sebagaian besar penderita penyakit TB di Umbulsari telah
menerima sosialisasi yang diberikan oleh petugas kesehatan di puskesmas
sehingga mereka mau untuk melapor dan mengkonsultasikan dengan
tenaga medis setempat untuk menangani penyakit TB yang dideritanya.

Langkah 5 : Merangkum Kekuatan dan Kelemahan Sumber Daya Manusia,


Teknologi dan Keuangan yang Tersedia, Serta Peluang dan Ancaman
Terhadap Komunikasi Kesehatan yang Efektif Dalam Lingkungan yang
Bersangkutan.

Kekuatan dan kelemahan sumber daya manusia, teknologi dan keuangan yang
tersedia.
a. Kekuatan (Strenghts)
1) Pelayanan atau produk sudah dapat dijangkau dengan mengunjungi
puskesmas dan membeli obat di apotek namun dengan resep dokter.
2) Adanya pelayanan medis berupa pengobatan untuk penderita TB
sehingga memudahkan penderita untuk mencapai kesembuhan.
3) Tenaga kesehatan yang mampu melaksanakan pelayana seperti
sosialisasi mengenai penyakit TB dan kepatuhan minum obat.
4) Tingkat kepatuhan konsumsi obat penderita di Umbulsari yang tinggi
dikarenakan rasa takut akan dampak yang ditimbulkan dari
ketidakteraturan minum obat.
5) Hasil penelitian mengenai penderita TB di Umbulsari tercatat memiliki
level pengetahuan dan pemahaman sebagian besar sampel bernilai baik
dan level aplikasi pada sebagian sampel bernilai sangat baik
b. Kelemahan (Weakness)

17
1) Sampel pendidikan terakhir pada penderita TB sebagian besar dengan
pendidikan terakhir tamat SD. Sehingga penderita memiliki
pengetahuan yang rendah tentang penyakit TB.
2) Ketidakpatuhan minum obat yang menyebabkan pengobatan yang
sudah terprogram nasional secara gratis diulang dari awal sehingga
waktu pengobatan semakin lama dan dosis semakin tinggi.
Peluang dan ancaman terhadap komunikasi kesehatan yang efektif dalam
lingkungan yang bersangkutan.
a. Peluang
Mengadakan penyuluhan terhadap penderita TB yang masih tidak patuh
dalam minum obat dan memiliki pengetahuan yang kurang akan proses
pengobatan TB.
b. Ancaman
1) Masih ada masyarakat yang tidak patuh konsumsi obat karena
kurangnya pengetahuan tentang penyakit TB.
2) Wilayah yang berdekatan bahkan berbatasan dengan wilayah yang
memiliki tingkat persebaran TB yang tinggi.

18
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

P-Process merupakan tahapan atau kerangka yang digunakan untuk


memandu komunikator dalam perencanaan program strategi komunikasi. P-
Process digunakan untuk merencanakan, mengimplementasikan, serta
mengevaluasi program agar terciptanya perubahan perilaku yang lebih baik.
Tahapan-tahapan yang ada pada P-Process diawali dengan tahap analisis situasi,
desain strategis, pengembangan dan ujicoba, implementasi dan monitoring, dan
evaluasi dilakukan di tahap akhir. Peranan analisis situasi dalam kasus hubungan
perilaku dan kepatuhan minum obat penderita TB di Kecamatan Umbulsari
sangatlah membantu dalam menganalisis terjadinya permasalahan kesehatan. Oleh
karena itu didapatkan kesimpulan bahwa antara pengetahuan dan kepatuhan
minum obat sangatlah berkaitan. Apabila penderita mengalami kekurangan
pengetahuan maka ia berpeluang untuk memutuskan pengobatan yang memang
memiliki jangka waktu yang lama, namun ia akan mengulang kembali pola
pengobatan dari awal sehingga biaya yang dikeluarkan lebih banyak dan waktu
pengobatan semakin lama.

3.2 Saran

Kita sebagai calon tenaga kesehatan masyarakat dalam menangani


permasalahan kesehatan pasti memerlukan adanya strategi komunikasi. Oleh
karena itu, agar mendapatkan perencanaan strategi komunikasi yang tepat kita
harus melakukan tanpa secara berurutan sehingga tidak terjadi kesalahan. Dari
permasalahan yang terjadi di Kecamatan Umbulsari dapat ditangani dengan
penyuluhan kepada penderita TB dan keluarga penderita tentang kepatuhan
minum obat secara face to face saat konsultasi dengan media cetak seperti poster
dan leaflet yang mudah dipahami. Penggunaan media video yang lebih efektif
namun karena kondisi lingkungan di Kecamatan Umbulsari tidak cukup memadai
sehingga menghambat penyluhan menggunakan media berupa video.

19
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2018. RAKERKESNAS 2018 Kemenkes Percepat


Atasi 3 Masalah Kesehatan [WWW Document].
Departemen Kesehatan RI, 2016. GERMAS Wujudkan Indonesia Sehat [WWW
Document]. URL
http://www.depkes.go.id/article/view/16111500002/germas-wujudkan-
indonesia-sehat.html (accessed 5.7.19).
Health Communication Capacity Collaborative, 2013. The P Process. Five Steps
to Strategic Communication. Johns Hopkins Bloomberg School of Public
Health Center for Communication Programs, Baltimore.
Health Communication Partnership, 2003. The New P-Process Step in Strategic
Communication. Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health
Center for Communication Programs, Baltimore.
Hikma, F., Amareta, D.I., Maharani, H.E., 2016. Pemetaan Persebaran Penyakit
Tuberkulosis Di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015. Jurnal Manajemen
Informasi Kesehatan Indonesia 4.
Indah, M., 2018. InfoDATIN : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Selatan.
Mahardika, R.P., 2016. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
2016 : 100.
Maryam, S., 2014. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Masriadi, 2017. Epidemiologi Penyakit Menular. PT RajaGrafindo Persada
Depok, Depok.
Maulana, H.D.J., 2009. Promosi Kesehatan, 5th ed. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Mientarin, E.I., Sudarmanto, Y., Hasan, M., 2018. Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pasien Tuberkulosis Paru Fase
Lanjutan Di Kecamatan Umbulsari Jember. Jurnal Ikesma 14.
Murtiwi, 2006. Keberadaan Pengawas Minum Obat (Pmo) Pasien Tuberkulosis
Paru Di Indonesia. Jurnal Keperawatan Indonesia 10, 11–15.

20
O’Sulllivan, G.A., Yonkler, J.A., Morgan, W., Merritt, A.P., 2005. Panduan
Lapangan Merancang Strategi Komunikasi Kesehatan. Program STARH.
Safri, F.M., Sukartini, T., Ulfiana, E., 2015. Analisis Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Tb Paru Berdasarkan Health
Belief Model Di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulsari, Kabupaten Jember.
Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga.

21
LAMPIRAN

Moderator : Dania Puspita Dewi (182110101113)

Notulen : Rosidah Fidiyaningrum (182110101048)

1. Achmad Ababil - 182110101072


Pertanyaan : Apa perbedaan ketersedian dan jangkauan dalam langkah
ke-4 analisis situasi?
Jawab : Ketersediaan adalah produk yang dibutuhkan oleh masyarakat
sudah tersedia atau belum di daerah tersebut. Sedangkan, jangkauan adalah
produk yang sudah tersedia itu bisa dijangkau (harga, transportasi atau pun
lamanya waktu menunggu ketersediaan produk) oleh penderita atau pun
masyarakat yang membutuhkannya.
2. Irsya Gresyana Fitria - 182110101104
Pertanyaan : Sasaran ada 3, apakah dalam menganalisis situasi semua
sasaran harus terpenuhi atau tidak?
Jawab : Dalam analisis situasi, semua sasaran harus dianalisis. Akan
tetapi semua sasaran tidak harus terpenuhi, karena tidak semua
permasalahan terdapat 3 sasaran tersebut. Tetapi dalam kasus yang terjadi
di Umbulsari terdapat tambahan dimana sebelumnya tidak ada sasaran
tersier. Oleh karen itu, sasaran tersier dalam kasus di Umbulsari ini adalah
pembuat kebijakan dimana terdapat aturan pada suatu program pengobatan
yang mengharuskan pasien meminum obat selama 6-8 bulan secara teratur.
3. Yossy Adhis Rakhamdika - 182110101106
Pertanyaan : Bagaimana cara mengimplementasikan dari analisis yang
kalian dapatkan sehingga terdapat perubahan perilaku pada penderita?
Jawab : Dari hasil analisis yang kita dapatkan akan diimplementasikan
pada P-Proses tahap berikutnya, karena tujuan P-Process ini adalah
membuat program untuk mengatasi permasalahan kesehatan. oleh karena
itu, di tahap berikutnya akan membahasa secara detail program yang dapat
mengatasi permasalahan kesehatan di Umbulsari. Untuk tahap

22
pengimplementasi berada pada tahap ke-4 yaitu tahap implementasi dan
monitoring.

23

Anda mungkin juga menyukai