Dosen Pengampu :
DAFTAR ISI............................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3. Tujuan ................................................................................................................. 2
1.3.1. Tujuan umum .............................................................................................. 2
1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................................................. 2
2.1. Pengertian Ragam Bahasa .................................................................................. 3
2.2. Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi .................................................................... 3
2.2.1. Ragam Beku (Frozen) .................................................................................. 3
2.2.2. Ragam Resmi (Formal) ................................................................................ 4
2.2.3. Ragam Usaha (Konsultatif) .......................................................................... 4
2.2.4. Ragam Santai (Casual) ................................................................................. 4
2.2.5. Ragam Akrab (Intimate) .............................................................................. 4
2.3. Ragam Bahasa Berdasarkan Bidang Penggunaan ............................................... 5
2.3.1. Ragam Jurnalistik ........................................................................................ 5
2.3.2. Ragam Bahasa Sastra .................................................................................. 6
2.3.3. Ragam Bahasa Hukum .............................................................................. 10
2.3.4. Ragam Bahasa Ilmiah ................................................................................ 11
BAB III ................................................................................................................................ 13
PENUTUP ........................................................................................................................... 13
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 13
1.2. Saran ................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14
i
i
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat, kasih sayang, hidayah, dan kesehatan, kami dapat
menyelesaikan makalah “Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Situasi dan
Bidang Penggunaan” tepat waktu.
Semoga para pembaca bisa mengambil ilmu dari makalah ini dan besar
harapan kami dapat memberikan manfaat untuk para pembaca kedapannya.
Tim Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pandang penutur atau segi penutur, tingkat keformalan dan bidang penggunaanya
atau topik pembicaraan.
Makalah yang kami susun ini akan membahas tentang ragam bahasa
berdasarkan tingkat keformalan dan ragam bahasa berdasarkan bidang
penggunaannya. Berdasarkan tingkat keformalannya ragam bahasa dibagi menjadi
Ragam beku(frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha (konsultatif), ragam
santai (casual), ragam akrab (intimate). Sedangkan untuk ragam bahasa
berdasarkan bidang penggunaannya terdiri dari ragam jurnalistik,ragam sastra,
ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa hukuvm dan sebagainya. Dalam penggunaan
ragam bahasa disesuaikan dengan fungsi dan tujuannya.
Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang sebagai berikut :
1.3. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Martin Joos dalam Chaer and Agustina (2004), ragam bahasa
menurut tingkat keformalannya terdiri atas 5 macam gaya yaitu gaya atau
ragam baku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha
(konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab
(intimate).
3
hikmat dan bahasa yang digunakan memiliki tingkat keformalitasan yang
tinggi seperti pada bahasa pewayangan, doa, mantra, dan klise dalam bahasa
Melayu.
4
lengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi yang seringkali tidak jelas
masih bisa untuk saling mengerti.
1. Singkat
2. Padat
Bahasa jurnalistik yang singkat sudah harus mecakup informasi
yag legkap. Semua yag diperlukan oleh pembaca sudah tercakup
didalamnya. Bahasa jurnalistik yang pada menerapkan prinsip 5W
dan 1H, tidak menggunakan kata-kata yang mubazir, dan mengirit
kosa kata.
5
3. Jelas
Bahasa jurnalistik yang singkat dan padat, juga memerlukan
karakter yag jelas. Informasi yang diberikan kepada pembaca atau
pendengar harus jelas dan tidak bemakna ambigu. Kata-kata yang
digunakan dalam bahasa jurnalis biasaya menggunakan kata-kata
denotatif sehigga pembaca dapat memahami dengan mudah.
4. Sederhana
Kalimat yang digunakan merupakan kalimat yang sedarha berupa
kalimat tunggal yang efektif dan praktis sehingga dalam
pengungkapannya tidak berlebihan.
5. Menarik
Dalam pemilihan kata, perlu menggunakan diksi yang dapat
mengajak atau membuat pembaca semakin ingin tau mengenai hal
yang akan dibahas.
6. Lugas
Dalam jurnalistik, bahasa yang digunakan tidak boleh bertele-tele.
Lebih baik menggunakan bahasa yang singkat, padat, dan jelas.
7. Komunikatif
Komunikatif berarti bahasa atau kalimat yang digunakan dapat
dipahami dan dimengerti oleh pendengar, sehingga pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik.
6
mengubah sikap pembaca. Bahasa sastra diresapi peristiwa-peristiwa
sejarah, kenangan-kenangan dan asosiasi-asosiasi. Tanda bahasa sastra
bunyinya ditekankan.
2. Bahasa sastra itu bahasa bergaya
Gaya bahasa adalah pengunaan bahasa secara khusus dapat
menimbulkan efet tertentu, khususnya efek estetis. Menurut Gorys
Keraf (1984:113) dalam Pradopo (1997) bahwa gaya bahasa itu cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Gaya
bahasa ini juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dalam
bahasa ilmiah pun digunakan. Namun kedua ragam tersebut tidak
bermaksud mendapatkan nilai keindahan, tetapi berdasarkan kebiasaan
berbicara. Dalam bahasa sastra menekankan kreativitas dan keaslian,
oleh karena itu banyak pengarang yang menciptakan gaya bahasa yang
baru dan asli.
Mengenal konsep gaya bahasa ini, Enkvist via Junus 1989 dalam
Pradopo (1997) mengemukakan bahwa gaya adalah
a) Bungkus yang membungkus inti pemikiran atau pernyataan yang
telah ada sebelumnya;
Contohnya : berikut terdapat pernyataan, misalnya “ gadis itu
sudah tidak murni, sudah didatangi para pemuda”, kemudian
dibungkus seperti alam baik sajak “Kusangka” Amir Hamzah
berikut ini.
Ku harap cempaka baru kembang
Belum tahu sinar matari
Rupanya teratai patah kelopak
Dihiggapi kumbang berpuluh kali
Dari pernyataan dan bait sajak diatas itu mengibaratkan gadis
“dibungkus” sebagai bunga Cempaka, dan pemuda ‘dibungkus’
sebagai kumbang.
7
Orang-orang dapat memilih berbagai pernyataan yang sama untuk
hal yang sama. Misalnya pernyataan ‘orang jahat’, dalam sajak
Subagio Sastrowardoyo dengan judul ‘Dewa telah
Mati’diekspresikan :
Hanya gagak yag mengakak malam hari
.......
Hanya ular yang mendesir dekat sumber
Dalam sajak terebut, peran gagak dan ular diekpresikan sebagai
orang jahat.
c) Sekumpulan ciri pribadi;
Para sastrawan memiliki kekhasan pemakaian bahasa dalam
karya-karya sastranya sehingga berbeda dengan pengarang yang
lain.
d) Penyimpangan dari norma atau kaidah;
Penyimpanagan itu sesuatu yang tidak normatif, tidak wajar,
sehingga perlu dinaturalisasikan kembali.
e) Sekumpulan ciri-ciri kolektif;
Dalam tiap-tiap periode sastra, terdapat penggunaan bahasa secara
khusus yang tidak diperlukan di perode lainnya.
f) Hubungan antara satuan bahasa yang dinyatakan dalam teks yang
lebih luas daripada kalimat.
3. Ketaklangsungan Ekspresi
Salah satu sifat utama dalam karya sastra adalah ketaklagsungan
ekspresi. Seperti halnya dalam sebuah puisi itu merupakan ekspresi tidak
langsung.
Menurut Riffaterre (1978:2) dalam Pradopo (1997) ketaklangsungan
ekspresi itu disebabkan oleh tiga hal, antara lain sebagai berikut :
a. Displacing Of Meaning (Penggantian Arti)
Pengganti arti diakibatkan oleh penggunaan metfora dan
metomini. Yang dimaksud metafora dan metomini adalah bahasa
8
kiasan yang meliputi perbandingan, personifikasi, sinekdoki,
alegori.
Metomini adalah kiasan pengganti nama, misalnya si kumis
panjang, si hitam manis, si penjual sapu, dan lain-lain.
b. Distorting Of Meaning (Penyimpanagan Atau Pemencongan Arti)
Penyimpangan atau pemencongan arti disebabkan oleh tiga hal
pemakaian sebagai berikut :
Ambiguitas atau ketaksaan adalah pemakaian kata, frase
atau kalimat yang berarti ganda.
Misalnya, dalam sajak Chairil Anwar “Doa”
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing.
“hilang bentuk” dan “emuk” bermakna ganda : sanagat
menderita, tidak dapat apa-apa lagi.
Kontradiksi adalah pernyataan yang terbalikan,
maksudnya menyatakan secara terbalik. Biasanya
menggunakan paradoks dan ironi. Misalnya paradoks
dalam kaliamt Toto diatas : “Serasa apa hidup yang
terbaring mati”, hidup tetapi mati, pernyataan tersebut
belaku kebalikan
Nonsense adalah bahasa atau kata yang tidak memiliki
arti, tidak terdapat dalam kamus, tetapi memiliki makna
berdasarkan konvensi sastra yang berupa konvensi
tambahan. Nonsense biasanya terdapat dalam penggunaan
saja-sajak mantra atau bergaya mantra.
c. Creating Of Meaning (Penciptaan Arti)
penciptaan arti merupakan pengorganisasian ruang teks. Karena
karya sastra, khusunya pusi yang merupakan karya tertulis akan
9
memanfaatkan ruang teks untuk menciptakan arti. Secara
linguistik, pengorganisasian ruang teks tidak mempunya arti,
tetapi menciptakan makna.
10
Farah (2018, hal. 184) ragam bahasa hukum memiliki 4 karakteristik yang
menandakan kekhususan penggunaan bahasa Indonesia dalam ragam bahasa
hukum. Karakteristik tersebut antara lain kejelasan makna, kepaduan pikiran,
kelugasan, dan keresmian.
Dalam menulis karya ilmiah, gaya bahasa yang digunakan adalah gaya
bahasa ilmiah. Gaya bahasa ilmiah ini digunakan dalam mebuat karya ilmiah,
baik tulis maupun secara lisan, sebagai pemapar fakta, konsep, teori tau
gabungan dari ketiganya. Dalam penulisan karya ilmiah harus sesuai dengan
hasil pengamatan, harus memiliki objek, dan sistematis dalam penulisannya.
Dalam buku yang ditulis menuturkan ciri-ciri ragam bahasa ilmiah diantaranya
sebagai berikut :
1. Cendekia
Cendekia maksudnya mampu digunakan secara tepat untuk
mengungkapkan hasil pemikiran yang logis, yakni mampu membentuk
pernyataan yang tepat dan seksama.
2. Baku
Dalam menulis karya ilmiah, bahasa yang digunakan harus sesuai ejaan
Bahasa Indonesia agar para pembaca mengerti dengan baik pokok bahasan
yang dibahas dalam karya ilmiah tersebut.
3. Logis
Logis berarti masuk akal. Karya ilmiah merupakan hasil dari penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti yang sifatnya objektif sehingga dapat
diterima oleh akal sehat manusia.
4. Kuantitatif
Artinya dapat diukur secara pasti. Dalam penelitian biasanya
mencatumkan jumlah atau angka yang dapat dipastikan kebenarannya.
Misalnya : Setiap hari, panjang batang kacang hijau bertambah 2 mm.
5. Tepat
11
Penulisan karya ilmiah sebaiknya tidak mengandung makna ganda, agar
tidak bertele-tele dan dapat dipahami oleh pembaca.
6. Denotatif
Pemilihan kata harus sesuai dengan arti sesungguhnya, tidak
menggunakan pilihan kata yang memiliki makna kiasan.
7. Runtun
Dalam menulis paragraf ilmiah, adanya keterkaitan dari awal paragraf satu
ke paragraf lain atau paragraf penjelas. Selain itu dalam penulisan ragam
ilmiah perlu diperhatikan sistematisnya.
8. Lugas
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah sebaiknya bahasa yang
sederhana, tidak basa-basi dan membahas yang perlu-perlu saja.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, A., Agustina, L., 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Rineka Cipta, Jakarta.
Hadikusuma, H., 2013. Bahasa Hukum Indonesia, cetakan ke 4. ed. PT Alumni, Bandung.
Marliana, N.L., Puryanto, E., 2010. PROBLEMATIKA PENGGUNAAN RAGAM BAHASA
JURNALISTIK PDA MEDIA MASSA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBINAAN
BAHASA INDONESIA DI MASYARAKAT. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia 17.
Mawardi, Farah, S., 2018. KARAKTERISTIK RAGAM BAHASA HUKUM DALAM TEKS
QANUN ACEH. Master Bahasa 6, 183–194.
Pradopo, R.D., 1997. RAGAM BAHASA SASTRA. 4.
14