Anda di halaman 1dari 20

Universitas Esa Unggul

MAKALAH ILMIAH BAHASA INDONESIA

RAGAM BAHASA INDONESIA

NAMA: IQBAL IMMADUDDIN RACHMAN


NIM: 20210801476

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
BEKASI
2022

i
Universitas Esa Unggul

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmatnya kepada kita semua, sehingga kita masih dapat merasakan nikmat-Nya yang begitu
besar. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW,
sebagai pemimpin yang patut kita teladani. Penulis naskah yang berjudul “Sejarah dan

Penggunaan Bahasa Indonesia” ini dalam rangka ujian akhir semester untuk mata kuliah Bahasa
Indonesia. Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran
pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan naskah tulisan ini sehingga
tulisan ini dapat sepenuhnya terselesaikan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bekasi, 29 Juli 2022

Iqbal Immaduddin Rachman

ii
Universitas Esa Unggul

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3


2.1 Ragam Bahasa Indonesia ................................................................. 3
2.2 Penyebab Terjadinya Ragam Bahasa ............................................. 4
2.3 Jenis-Jenis Ragam Bahasa ............................................................... 5

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15


3.1 Simpulan ........................................................................................... 15
3.2 Saran ................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

iii
Universitas Esa Unggul

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Makalah


Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional serta bahasa negara bangsa
Indonesia. Bahasa ini sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh
sebelum Belanda menjajah Indonesia. Namun tidak semua orang menggunakan
tata cara atau aturan-aturan yang benar. Salah satunya adalah penggunaan bahasa
Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan ejaan ataupun Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting
untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh. Akhirnya, bisa
diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita
sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang. Bahasa Indonesia perlu dipelajari
oleh semua lapisan masyrakat. Dalam hal ini tidak hanya pelajar dan mahasiswa
saja, tetapi juga semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa ini. Dalam
bahasan bahasa Indonesia itu ada yang disebut ragam bahasa. Di sini ragam
bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Dari
perbedaan itulah penulis akan mencoba untuk membahas sedikit tentang ragam
bahasa di indonesia yang begitu banyak dan terbentang luas di seluruh daerah
pulau-pulau, semoga senantiasa Allah mudahkan seluruh proses pembahasan
yang akan kita lakukan, dan semoga jurnal ini menjadi salah satu jurnal yang dapat
bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas. rumusan masalah tulisan ini adalah
sebagai berikut,

1) Apakah yang dimaksud dengan ragam bahasa?


2) Apakah penyebab terjadinya ragam bahasa?
3) Apa sajakah jenis-jenis ragam bahasa?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan tulisan ini adalah seperti di bawah ini.
1) Untuk mengetahui pengertian ragam Bahasa.

1
Universitas Esa Unggul

2) Untuk mengetahui penyebab terjadinya ragam Bahasa.


3) Untuk mengetahui jenis-jenis ragam Bahasa.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat tulisan ini ada dua, yaitu manfaat teoretis dan praktis. Kedua
manfaat tersebut diuraikan di bawah ini,

1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis tulisan ini bermanfaat sebagai sumber inforrnasi mengenai
berbagai macam ragam bahasa yang muncul di kalangan masyarakat Indonesia.
Di samping itu, kita juga dapat mengetahui berbagai jenis ragam bahasa yang ada.

2. Manfaat Praktis
Tulisan ini bermanfat bagi semua kalangan masyarakat. Informasi ini
dapat digunakan sebagai pedoman dalam berkomunikasi melalui variasi bahasa
atau ragam bahasa.

2
Universitas Esa Unggul

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ragam Bahasa Indonesia

Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda - beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara. orang yang
dibicarakan. serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Seiring dengan
perkembangan zaman, sekarang ini masyarakat mengalami perubahan sehingga bahasa
pun mengalami perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai
sesuai keperluannya. Dalam hal ini banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa
sebagai alat komunikasi yang efisien sehingga dalam bahasa timbul mekanisme untuk
memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu, yaitu disebut ragam standar
(Subarianto, 2000).

Adapun pengertian ragam bahasa menurut beberapa ahli, yaitu sebagai berikut. 1. Ragam
bahasa menurut Bachman (1999)

Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kavvan bicara. Orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara.

2. Ragam bahasa menurut Dendy Sugono (1999)

Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pekok, yaitu
masalah penggunaan bahasa baku dan takbaku. Dalam situasi remi. Seperti di sekolah, di
kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya, dalam situasi
takresmi, seperti di rumah, di taman, atau di pasar, kita tidak dituntut menggunakan
bahasa baku.

3
Universitas Esa Unggul

3. Ragam bahasa menurut Fishmaned (1968)

Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup
kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat
menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar
belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.

2.2 Penyebab Terjadinya Ragam Bahasa

Ragam bahasa timbul seiring dengan timbulnya perubahan di dalam masyarakat.


Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluamya. Oleh
karena banyaknya variasi, agar tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi
yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok
untuk keperluan tertentu, dalam hal ini disebut ragam standar (Subarianto, 2000). Sebagi
gejala sosial, pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor kebahasaan,
tetapi juga oleh faktor-faktor nonkebahasaan, antara lain faktor lokasi geografis, waktu,
sosiokultural, dan faktor situasi. Faktor-faktor di atas mendorong timbulnya perbedaan-
perbedaan dalam pemakaian bahasa. Perbedaan tersebut akan tampak dalam segi
pelafalan, pemilihan kata, dan penerapan kaidah tata bahasa. Perbedaan atau varian dalam
bahasa, yang masing-masing menyerupai pola umum bahasa induk, disebut ragam
bahasa.

Ragam bahasa yang berhubungan dengan faktor daerah atau letak geografis
disebut dialek. Bahasa Melayu dialek Langkat, misalnya, berbeda dengan bahasa Melayu
dialek Batubara, walaupun keduanya satu bahasa. Demikian pula halnya dengan bahasa
Aceh dialek Aceh Besar berbeda dengan bahasa Aceh dialek Pasai yang digunakan
sebagaian besar masyarakat Aceh di Kabupaten Aceh Utara, atau berbeda juga dengan
bahasa Aceh dialek Pidie dinKabupaten Pidie. Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD), saat ini, sekurang-kurangnya hidup 6 dialek, masing-masing dialek Aceh Besar,
Pidie, Peusangan, Pasai, Aceh Timur, dan Aceh Barat (lihat Sulaiman dkk., 1983:5).

Selain ragam di atas, ada lagi ragam bahasa yang berkaitan dengan perkembangan
waktu yang lazim disebut kronolek. Misalnya, bahasa Melayu masa Kerajaan Sriwijaya

4
Universitas Esa Unggul

berbeda dengan bahasa Melayu masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsji, dan berbeda pula
dengan bahasa Melayu Riau sekarang. Ragam bahasa yang berkaitan dengan golongan
sosial para penuturnya disebut dialek sosial. Faktor-faktor sosial yang memengaruhi
pemakaian bahasa,antara lain, adalah tingkat pendidikan, usia, dan tingkat sosial
ekonomi. Bahasa golongan buruh, bahasa golongan atas (bangsawan dan orang-orang
berada), dan bahasa golongan menengah (orang-orang terpelajar) akan memperlihatkan
perbedaan dalam berbagai bidang. Dalam bidang tata bunyi, misalnya, bunyi /f/ dan gugus
konsonan akhir /-ks/ sering terdapat dalam ujaran kaum yang berpendidikan, seperti pada
bentuk fadil, fakultas, film, fitnah, dan kompleks.

Bagi orang yang tidak dapat menikmati pendidikan formal, bentuk-bentuk


tersebut sering diucapkan padil, pakultas, pilm, pitnah, dan komplek. Demikian pula,
ungkapan “apanya, dong?” dan “trims” yang disebut bahasa prokem sering diidentikkan
dengan bahasa anak-anak muda. Demikianlah ragam-ragam bahasa itu tumbuh dan
berkembang di dalam masyarakat penutur bahasa. Satu hal yang perlu mendapat catatan
bahwa semua ragam bahasa tersebut tetaplah merupakan bahasa yang sama. Dikatakan
demikian karena masing-masing penutur ragam bahasa sesungguhnya dapat memahami
ragam bahasa lainnya (mutual intelligibility). Bila pada suatu ketika saling pengertian di
antara masing-masing penutur ragam tidak terjadi lagi, maka ketika itu pula
masingmasing bahasa yang mereka pakai gugur statusnya sebagai ragam bahasa. Dengan
pernyataan lain, ragam-ragam bahasa itu sudah berubah menjadi bahasa baru atau bahasa
mandiri.

Ada beberapa factor sebagai penyebab timbulnya ragam bahasa yang ada di Indonesia,
yakni seperti di bawah ini,

1. Faktor Budaya
Setiap daerah mempunyai perbedaan kultur atau daerah hidup yang berbeda,
seperti di wilayah Jawa dan Papua serta beberapa wilayah Indonesia lainnya.

2. Faktor Sejarah
Setiap daerah mempunyai kebiasaan (adat istiadat) dan bahasa nenek moyang
sendiri-sendiri dan berbeda-beda, antara daerah satu dengan daerah lainnya.

3. Faktor Perbedaan Demografi

5
Universitas Esa Unggul

Setiap daerah memiliki dataran yang berbeda, seperti wilayah di daerah pantai,
pegunungan yang biasanya cenderung mengunakan bahasa yang singkat jelas dan dengan
intonasi volume suara yang besar dan tingi. Berbeda dengan daerah pemukiman padat
penduduk yang menggunakan bahasa lisan yang panjang lebar disebabkan lokasinya yang
saling berdekatan dengan intonasi volume suara yang kecil.

2.3 Jenis-Jenis Ragam Bahasa

a. Ragam Bahasa Menurut Daerah

Ragam daerah sejak lama dikenal dengan nama logat atau dialek. Bahasa yang
luas wilayah pemakaiannya selalu mengenal logat. Masing-masing logat dapat dipahami
secara timbal balik oleh penuturnya, sekurang-kurangnya oleh penutur logat yang
daerahnya berdampingan. Jika di dalam wilayah pemakaiannya, individu atau
sekelompok orang tidak mudah berhubungan, misalnya karena tempat keadiamannya
dipisahkan oleh pegunungan, selat, atau laut, maka lambat laun tiap logat dapat
mengalami perkembangan sendiri-sendiri yang selanjutnya semakin sulit dimengerti oleh
penutur ragam lainnya. Pada saat itu, ragam-ragam bahasa tumbuh menjadi bahasa yang
berbeda.

b. Ragam Bahasa Menurut Pendidikan Formal

Ragam bahasa Indonesia menurut pendidikan formal, menunjukkan perbedaan


yang jelas antara kaum yang berpendidikan formal dan yang tidak. Tata bunyi bahasa
Indonesia golongan penutur yang kedua itu berbeda dengan fonologi kaum terpelajar.
Bunyi /f/ dan gugus konsonan akhir /-ks/, misalnya, sering tidak terdapat dalam ujaran
orang yang tidak bersekolah atau hanya berpendidikan rendah.

c. Ragam Bahasa Menurut Sikap Penutur

Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa Indonesia
yang masing-masing, pada asasnya, tersedia bagi tiap pemakai bahasa. Ragam ini, yang
dapat disebut langgam atau gaya, pemilihannya bergantung pada sikap penutur atau
penulis terhadap orang yang diajak berbicara atau pembacanya. Sikapnya itu dipengaruhi,
antara lain, oleh usia dan kedudukan orang yang disapa, tingkat keakraban antar penutur,
pokok persoalan yang hendak disampaikan, dan tujuan penyampaian informasinya.
Ketika berbicara dengan seseorang yang berkedudukan lebih tinggi, penutur akan
menggunakan langgam atau gaya berbahasa yang berbeda daripada ketika dirinya
berhadapan dengan seseorang yang berkedudukan lebih rendah. Begitu juga halnya ketika
6
Universitas Esa Unggul

berbicara dengan seseorang yang usianya lebih muda atau tua, penutur tentulah akan
menggunakan langgam atau gaya bertutur yang berbeda.

I. Ragam Dialek

Ragam daerah/dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok


bahasawan ditempat tertentu (lihat Kridalaksana. 1993:42). Dalam istila lamadisebut
denga logat. Logat yang paling menonjol yang mudah diamati ialah lalal (lihat Sugono,
1999:11). Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/ pada posisi
awal nama-nama kota, seperti Bandung, Banyuwangi, atau realisai pelafalan kata seperti
pendidi’an, tabra'an, kenai'an, gera'an. Logat daerah paling kentara karena tata bunyinya.
Logat indonesia yang dilafalkan oleh seorang Tapanuli dapat dikenali, misalnya. Karena
tekanan kata yang amat jelas; logat indonesia orang bali dan jawa, karena pelaksanaan
bunyi /t/ dan /d/-nya. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan
panjang pendeknya bunyi bahasa membangu aksen \ ang berbeda-beda.

II. Ragam Terpelajar

Tingkat pendidikan penutur bahasa indonesia juga mewarnai penggunaan bahasa


indonesia. Bahasa indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur berpendidikan
tampak jelas perbedaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak
berpendidikan. Terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, seperti
contoh dalam tabel berikut:

Tidak Terpelajar Terpelajar

Pidio Video

Pilem Film

Komplek Kompleks

Pajar Fajar

Pitamin Vitamin

I. Ragam Resmi

7
Universitas Esa Unggul

Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi. seperti
pertemuan – pertemuan, peraturan – peraturan, dan perundangan – undangan.

Ciri-ciri ragam bahasa resmi adalah sebagai berikut.


Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten.
Menggunakan imbuhan secara lengkap.
Menggunakan kata ganti resmi.
Menggunakan kata baku.
Menggunakan EYD.
Menghindari unsur kedaerahan.

II. Ragam Tidak Resmi

Ragam tidak resmi adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi tidak
resmi, seperti dalam pergaulan, atau percakapan pribadi. Ciri-ciri ragam bahasa tidak
resmi kebaiikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa resmi atau tidak resmi ditentukan
oleh tingkat keformalan bahasa yang digunakan. Semakin tinggi tingkat kebakuan suatu
bahasa, berart semakin resmi bahasa yang digunakan. Sebaliknya, semakin rendah tingka
keformalannya, semakin rendah tingkat kebakuan bahasa yang digunakan (Sugono,
1998:12-13).

d. Ragam Bahasa Dilihat Dari Cara Berkomunikasi

Macam-macam ragam bahasa dilihat dari cara berkomunikasi dibagi menjadi


tiga, yaitu seperti dibawah ini : 1) Ragam Lisan

Ragam bahasa lisan adalah suatu ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap (organ of
speech). Dalam ragam bahasa lisan ini, kita harus memperhatikan beberapa hal seperti
tata bahasa. Kosakata, dan lafal dalam pengucapannya. Dalam hal ini dengan
memperhatikan hal-hal tersebut, pembicara dapat mengatur tinggi rendah suara atau
tekanan yang dikeluarkan, mimik/ekspresi muka yang ditunjukkan, serta gerak tangan
atau isyarat untuk mengungkapkan ide sang pembicara.

Contoh ragam lisan, yakni meliputi hal-hal berikut ini. a)


Ragam bahasa cakapan.
8
Universitas Esa Unggul

b) Ragam bahasa pidato.


c) Ragam bahasa kuliah.
d) Ragam bahasa panggung.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan. yakni seperti dibawah ini. a)
Memerlukan kehadiran orang lain.

b) Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap.


c) Terikat ruang dan waktu.
d) Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara. Kelebihan ragam bahasa lisan. yakni sebagi
berikut. a) Dapat disesuaikan dengan situasi.

b) Faktor efisiensi.

c) Faktor kejelasan.
d) Faktor kecepatan.
e) Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang
dituturkan oleh penutur.

f) Penggunaan bahasa lisan bisa berdacarkan pengetahuan serta penalsiran dari informasi
audit, visual dan kognitif sang penutur.

Kelemahan ragam bahasa lisan, yakni seperti di bawah ini.


a) Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase
sederhana.

b) Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.


c) Tidak semua orang bisa melafalkan bahasa lisan dengan benar.
d) Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.

2) Ragam Tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam bahasa tulis, kita harus memperhatikan
beberapa hal seperti tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan
pemilihan kosakata, dalam hal ini kita dituntut untuk tepat dalam pemilihan unsur tata
bahasa seperti bentuk kata, susunan kalimat, pilihan kata, kebenaran

9
Universitas Esa Unggul

penggunaan ejaan, dan juga penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide
kita.

Contoh ragam lisan, yakni meliputi hal-hal di bawah ini. a)


Ragam bahasa teknis

b) Ragam bahasa undang-undang


c) Ragam bahasa catatan
d) Ragam bahasa surat
Ciri-ciri ragam bahasa tulis adalah sebagai berikut. a)
Tidak memerlukan kehadiran orang lain.

b) Adanya unsur gramatikal (hubungan antar unsur-unsur bahasa dalam satuan yang
lebih besar) yang dinyatakan secara lengkap. c) Tidak terikat oleh ruang dan waktu.

d) Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.

Kelebihan ragam bahasa tulis, yakni sebagai berikut:


a) Informasi yang disajikan bisa dipilih oleh sang penulis untuk dikemas menjadi media
atau materi yang lebih menarik dan menyenangkan.

b) Umumnya memiliki kedekatan antara budaya dengan kehidupan masyarakatnya.


c) Sebagai sarana untuk memperkaya kosakata.
d) Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud/tujuan, memberikan informasi, serta
dapat mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu meningkatkan wawasan si
pembaca.

Kelemahan ragam bahasa tulis, yakni sebagi berikut :


a) Alat atau sarana yang dapat memperjelas pengertian seperti bahasa lisan tidak ada.
Akibatnya, bahasa tulis pun harus disusun lebih sempurna. b)
Tidak mampu menyajikan berita secara lugas dan jujur.

c) Hal yang tidak ada dalam bahasa tulis pun tidak dapat diperjelas.

Pada dasarnya. ragam tulis dan ragam iisan terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak
baku.

10
Universitas Esa Unggul

1. Ragam baku

Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga
masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma
bahasa dalam penggunaannya. Ragam baku mempunyai sifat-sifat sebagai berikut;

a. Mantap, artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kata rasa dibubuhi kata pe- akan
tebentuk kata penisa. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi
pe- akan menjadi perajin. bukan pengrajin. Kalau kita bcrpegang pada sifat mantap. kata
pengrajin tidak dapat kita terima. Bentuk-bentuk lepas tangan, lepas pantai. dan lepas
lamias merupakan contoh kemantapan kaidah bahasa baku.

b. Dinamis. artinya tidak statis, tidak baku. Bahasa baku tidak menghendaki adanya
bentuk mati. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan
clan toko tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan orang yang
berlangganan itu disebut pelanggan.

c. Cendekia. ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempattempat
resmi. Wujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan
oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan
formal (sekolah).

2. Ragam tidak baku


Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang
menyimpang dari norma ragam baku.

e. Ragam Bahasa Dilihat dari Topik Pembicaraan


1) Ragam Sosial

Ragam social, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan
atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.

11
Universitas Esa Unggul

Misalnya, ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang
yang akrab dapat dikatakan sebagai ragam sosial.

Selain itu, ragam sosial berhubungan pula dengan tinggi atau rendahnya status
kemasyarakatan lingkungan sosial yang bersangkutan.

2) Ragam Fungsional

Ragam fungsional (profesional) adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan


profesi, lembaga, lungkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional
juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya. Ragam fungsional dapat
menjadi bahasa negara dan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan
keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan

Ragam fungsional, yang kadang-kadang disebut juga ragam profesional,


adalahragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau
kegiatantertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan
penggunaannya. Dalam kenyataan, ragam fungsional menjelma sebagai bahasa negara
dan bahasa teknik keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan
keilmuan/teknologi,kedokteran, dan keagamaan. Perhatikan contoh-contoh berikut.

3) Ragam Jurnalistik

Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia


persuratkabaran (dunia pers = media massa celak). Dalam perkembangan lebih lanjut,
bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipergunakan oleh seluruh media massa. Dalam hal
ini termasuk media massa audio (radio), audio visual (televisi), dan multimedia (internet).
Ragam bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa yang dibentuk oleh spesifikasi
materi yang disampaikannya. Ragam khusus jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa
ringkas.

12
Universitas Esa Unggul

4) Ragam Sastra

Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur. Konotatif,
kreatif, dan inovatif. Bahasa sastra ialah bahasa yang dipakai untuk menyampaikan emosi
(perasaan) dan pikiran. fantasi dan lukisan angan-angan, penghayatan lahir dan batin,
peristiwa dan khayalan dengan bentuk istimewa. Dalam hal ini istimewa karena kekuatan
efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa cara penuturannya. Bahasa dalam ragam
sastra ini digunakan sebagai bahan kesenian, di samping sebagai alat komunikasi. Untuk
memperbesar efek penuturan dikerahkan segala kemampuan yang ada pada bahasa. Arti,
bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara, panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata,
sajak, asonansi, posisi kata, ulangan kata/kalimat di mana perlu dikerahka untuk
mempertinggi efek. Misalnya, bahasa dalam sajak jelas bedanya dengan bahasa dalam
karangan umum.

Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah. Ragam bahasa sastra banyak menggunakan
kalimat yang tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata
bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar
tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca. Jika
ditelusuri lebih jauh, ragam berdasarkan cara pandang penutur dapat dirinci lagi
berdasarkan ciri, (1) kedaerahan, (2) pendidikan, dan (3) Sikap penutur, sehingga di
samping ragam yang tertera diatas, terdapat pula ragam menurut daerah, ragam menurut
pendidikan, dan ragan menurut sikap penutur. Ragam menurut daerah akan muncul jika
para penutur dan mitra komunikasinya berasal sari suku/etnik yang sama. Pilihan ragam
akan beralih jika para pelakunya multietnik atau suasana berubah, misalnya dari takresmi
menjadi resmi. Penetapan ragam yang dipakai bergantung pada situasi, kondisi, topik
pembicaraan, serta bentuk hubungan antar pelaku. Berbagai faktor tadi akan
mempengaruhi cara pandang penutur untuk menetapkan salah satu ragam yang digunakan
(dialeg, terpelajar, resmi, takresmi). Dalam praktek pemakaian seluruh ragam yang
dibahas diatas sering memiliki kesamaan satu sama lain dalam hal pemakaian kata.
Ragam lisan (sehari-hari) cenderung sama dengan ragam dialek, dan ragam takresmi,
sedangkan ragam tulis (formal) cenderung sama dengan ragam resmi dan ragam
terpelajar. Selanjutnya, ragam terpelajar tentu mirip dengan ragam ilmu.

13
Universitas Esa Unggul

5) Ragam Politik dan Hukum

Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka menata
dan mengatur kehidupan masyarakat. Dengan sendirinya penguasa merupakan salah satu
sumber penutur bahasa yang mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan
bahasa di masyarakat. Salah satu ciri khas bahasa hukum adaiah penggunaan kalimat yang
panjang dengan pola kalimat luas. Dalam hal ini diakui bahwa bahasa hukum Indonesia
tidak terlalu memperhatikan sifat dan ciri khas bahasa Indonesia dalam strukturnya. Hal
ini disebabkan hukum Indonesia pada umumnya didasarkan pada hukum yang ditulis pada
zaman penjajahan Belanda dan ditulis dalam bahasa Belanda. Namun, terkadang sangat
sulit menggunakan kalimat yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam bahasa
hukum kejelasan norma-norma dan aturan terkadang membutuhkan penjelasan yang
panjang lebar, jelas kriterianya, keadaan, serta situasi yang dimaksud.

Ragam bahasa, dalam pemakaianya, sering terjadi ganguan percampuran unsur


(kosakata misalnya) daerah maupun asing. Antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia
terjadi kontak aktif yang mempengaruhi perkembangan kosakata demikian juga pengaruh
bahasa asing terhadap bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang terpengaruh karena
gangguan percampuran unsur-unsur itu mendorong pembicara/penulis untuk bersikap
bijaksana dalam memilih. Dilihat dari berbagai segi. terlihat bahwa ada berbagai ragam
bahasa sestiai dengan fungsi dan situasinya. Semua ragam bahasa itu termasuk kedalam
bahasa Indonesia. Akan tetapi, tidak semua ragam bahasa Indonesia yang baik dan benar

14
Universitas Esa Unggul

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa ini timbul karena latar
belakang budaya, sejarah, ataupun letak geografis. Akibatnya muncul sebagai variasi
bahasa indonesia.

Ragam bahasa ini memiliki berbagai macam jenis yang dibedakan berdasarkan tiga hal
yaitu cara berkomunikasi, cara penuturan, dan topik pembicaraan. Dilihat dari cara
berkomunikasi, ragam bahasa dibedakan menjadi dua yaitu lisan dan tulis. Dalam hal ini
penggunaan ragam lisan lebih baik karena seseorang dapat langsung mengekspresikan
apa yang ingin diungkapkan daripada menggunakan tulisan. Dilihat dari cara penuturan,
ragam bahasa dibedakan menjadi ragam dialek, terpelajar, resmi, dan tidak resmi. Dilihat
dari topik pembicaraan, ragam bahasa dibedakan menjadi ragam sosial, ragam fungsional,
ragam jurnalistik, ragam sastra, ragam politik dan hukum.

Ragam bahasa di indonesia sangatlah begitu banyak, dan itu semua harus dilestarikan
oleh kita sebagai bangsa indonesia, karena keragaman itu membuat kita bisa saling
merasakan persaudaraan antar daerah, saling mengenal satu sama lain dengan
mempelajari ragam bahasa yang sudah ada, apa yang sudah ada di indonesia harus kita
lestarikan dan kita junjung tinggi, agar tidak ada bangsa asing manapun yang mencoba
merebut kebudayaan kita dengan mengaku-ngakui budaya kita sebagai budaya mereka.

B. Saran

Selesai sudah pembahasan kali ini tentang ragam bahasa di indonesia, dari selurut apa
yang sudah di bahasa di atas semoga menjadikan kita lebih mengenal kembali
bahwasannya di bumi indonesia kita tercinta ini banyak sekali keanekaragamaan yang
mungkin kita belum mengetahuinya, dari mulai budaya, adat istiadat, dan apa yang kita
bahas saat ini adalah ragam bahasa dari berbagai daerah di indonesia, seperti bahasa

15
Universitas Esa Unggul

minang, bahasa sunda, bahasa jawa, dan ragam bahasa lainnya yang tidak bisa kita
sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa cinta kita terhadap tanah air
indonesia ini.

Puji Syukur kepada Allah yang maha Esa telah memudahkan segala apa yang telah
dilakukan pada jurnal kali ini, dari mulai awal hingga akhir, Besar harapan penulis
semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca semuanya. Karena keterbatasan penulis dari
pengetahuan dan referensi, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar
tulisan ini dapat disusun menjadi lebih baik dan sempurna, serta juga penulis
mengucapkan beribu maaf dan terima kasih atas kesalahan dan juga dukungan para
pembaca artikel jurnal yang sedikit ini, semoga menjadi amal jariyah bagi penulis dan
terus bisa dinikmati oleh para keturunan kita semua sebagai penerus bangsa kelak, aamiin
yaa rabbal aalamin

16
Universitas Esa Unggul

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S., Dkk. (1988). Pemhinatm Kemampvan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.

Alvvi, H., Dkk. (2003).Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: lialai Pustaka.

Arifin, E. Z., & Tasai, A.S. (2000). Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Akademika Pressindo.

Badudu. (1983). Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar III. Jakarta: Gramedia

Chaer, A. (2000). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Depertemen Pendidikan Nasional. (2012). kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:


Gramedia

Depertemen Pendidikan Nasional-Pusat Perbukuan. (2005). Pedoman Penilian Buku.

17

Anda mungkin juga menyukai