Anda di halaman 1dari 28

Kumpulan Pantun Nasehat

Banyak sayur dijual di pasar


Banyak juga menjual ikan
Kalau kamu sudah lapar
cepat cepatlah pergi makan

Kalau harimau sedang mengaum


Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama

Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah

Manis jangan lekas ditelan


Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.

Buah berangan dari Jawa


Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan

Di tepi kali saya menyinggah


Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat

Tumbuh merata pohon tebu


Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Pinang muda dibelah dua


Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah

Anak ayam turun sepuluh


Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan

Anak ayam turun sembilan


Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan

Anak ayam turun delapan


Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju

Ada ubi ada talas


Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana
Jalan kelam disangka terang
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci

Bunga mawar bunga melati


Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya

Ilmu insan setitik embun


Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati

Ke hulu membuat pagar,


Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.

Tiap nafas tiadalah kekal


Siapkan bekal menjelang wafat
Turutlah Nabi siapkan bekal
Dengan sebar ilmu manfaat

Banyak sayur dijual di pasar


Banyak juga menjual ikan
Kalau kamu sudah lapar
cepat cepatlah pergi makan

Kalau harimau sedang mengaum


Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama

Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah

Manis jangan lekas ditelan


Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.

Buah berangan dari Jawa


Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan

Di tepi kali saya menyinggah


Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat

Tumbuh merata pohon tebu


Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Pinang muda dibelah dua


Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah

Anak ayam turun sepuluh


Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan

Anak ayam turun sembilan


Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan

Anak ayam turun delapan


Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju

Ada ubi ada talas


Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana

Jalan kelam disangka terang


Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci

Bunga mawar bunga melati


Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya

Ilmu insan setitik embun


Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati

Ke hulu membuat pagar,


Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.

Tiap nafas tiadalah kekal


Siapkan bekal menjelang wafat
Turutlah Nabi siapkan bekal
Dengan sebar ilmu manfaat

Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah

Manis jangan lekas ditelan


Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.

Buah berangan dari Jawa


Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan
Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan

Anak ayam turun sembilan


Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan

Anak ayam turun delapan


Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju

Di tepi kali saya menyinggah


Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat

Tumbuh merata pohon tebu


Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Pinang muda dibelah dua


Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah

asam kendis asam gelugur


ke 3 asam riang riang
badan menangis di dlm kubur
teringat badan tak pernah sembahyang

Kemumu di tengah pekan


Di hembus angina jatuh ke bawah
Ilmu yang tak pernah di amalkan
Bagai pohon tak berbuah

Buah semangka buah labu


Buah di atas enak rsanya
Berbondonglah kamu menuntut ilmu
Karena wajib hukumnya

Naik pesawat ke pakistan


Sampainya pasti cepat
Belajarlah dari kesalahan
Kelak kebahagiaan akan di dapat

Pantun Pujian Kepada Allah SWT 

Banyaklah haji perkara haji


Haji berkunjung ke Baitullah
Banyaklah puji perkara puji
Pujian agung kepada Allah

Banyaklah lebah perkara lebah


Lebah meniti kepada galah
Banyaklah sembah perkara sembah
Sembah sejati kepada Allah

Pantun Pujian Kepada Nabi Muhammad, SAW

Banyak hari diantara hari


Tidak semulia hari Jum‘at
Banyak nabi diantara nabi
Tidak semulia nabi Muhammad

Banyaklah redup perkara redup


Redup alamat hari kan hujan
Banyaklah hidup perkara hdiup
Hidup Muhammad menjadi teladan

Jaringan puput merata-rata


Campakkan bilis ke dalam pukat
Keringlah laut menjadi tinta
Takkan tertulis ajaran Muhammad

Pantun Pujian Kepada Orang Tua 

Banyaklah angsa berebut terbang


Membumbung angsa menuju lepak
Banyaklah jasa disebut orang
Agunglah jasa ibu dan bapak

Sebesar-besar mayang pinang


Takkan sama mayang kelapa
Sebesar-besar sayang orang
Tak sama sayang ibu bapa

Supaya tangan tidak terluka


Jangan dikepit hulunya kapak
Supaya Tuhan tiada murka
Jangan sakiti ibu dan bapak

Pantun Pujian Kepada Pemimpin 

Banyaklah orang mencari rusa


Sekali tembak kaki berpilin
Banyaklah orang jadi penguasa
Tapi tak layak jadi pemimpin

Kalau hendak menyalin surat


Hari petang lampu berminyak
Kalau hendak mempimpin rakyat
Hati lapang ilmu pun banyak

Besarlah batang sagu bertampin


Bila dikerat mati ujungnya
Besar hutang jadi pemimpin
Dunia akhiratkan ditanggungnya

Kumpulan Pantun Nasehat Agama

Orang Bayang pergi mengaji


Ke Cubadak jalan ke Panti
Meninggalkan sembahyang jadi berani
Seperti badan tak akan mati

Pangkal dibelit di pohon jarak


Jarak nan tumbuh tepi serambi
Jangan dibuat yang dilarang syarak
Itulah perbuatan yang dibenci Nabi

Jarak nan tumbuh tepi serambi


Pohon kerekot bunganya sama
Itulah perbuatan yang dibenci Nabi
Petuah diikut segala ulama

Pohon kerekot bunganya sama


Buahnya boleh dibuat colok
Petuah diikut semua ulama
Jangan dibawa berolok-olok

Rusa banyak dalam rimba


Kera pun banyak tengah berhimpun
Dosa banyak dalam dunia
Segeralah kita minta ampun

Kera banyak tengah berhimpun


Sandarkan galah pada pohon
Segeralah kita meminta ampun
Kepada Allah tempat bermohon

Tuman dipegang jatuh ke laut


Disambar yu jerung tenggiri
Imanpun tetap sehingga maut
Di situ baru tahukan diri

Disambar yu jerung tenggiri


Sutan Amat mandi bersimbur
Di situlah baru tahukan diri
Malaikat memalu dalam kubur

Kait-kait di padang temu


Terap ditimbun di ujung galah
Baik-baik berpegang pada ilmu
Harapkan ampun pada Allah

Temu itu banyak warnanya


Ada yang putih ada yang biru
Ilmu itu banyak gunanya
Tiada boleh orang menggaru

Pecah cawan di atas peti


Cawan minum Sutan Amat
Tuhan Allah yang mahasuci
Jangan dilupakan setiap saat

Banyaklah hari antara hari


Tidak semulia hari Jumat
Banyaklah nabi antara nabi
Tidak semulia Nabi Muhammad

Delima batu dipenggal-penggal


Bawa galah ke tanah merah
Lima waktu kalau ditinggal
Ibu bapak pasti marah
Buah ini buah berangan
Masak dibungkus sapu tangan
Dunia ini pinjam-pinjaman
Akhirat kelak kampung halaman

Belah buluh bersegi-segi


Buat mari serampang ikan
Kuasa Allah berbagi-bagi
Lebih laut dan juga daratan

Asam rumbia dibelah-belah


Buah separuh di dalam raga
Dunia ikut firman Allah
Akhirat dapat masuk surga

Ambil galah kupaskan jantung


Orang Arab bergoreng kicap
Kepada Allah tempat bergantung
Kepada Nabi tempat mengucap

Asam kandis asam gelugur


Ketiga asam riang-riang
Menangis di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

Asam kandis asam gelugur


Ketiga asam riang-riang
Menangis di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

Kemumu di dalam semak


Jatuh melayang selaranya
Meski ilmu setinggi tegak
Tidak sembahyang apa gunanya

Bunga mawar bunga melati


Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya

Pantun Suka Cita 

Elok rupanya kumbang jati


Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang

Dibawa itik pulang petang


Dapat dirumput bilang-bilang
Melihat ibu sudah datang
Hati cemas menjadi hilang

Dapat di rumput bilang-bilang


Menghisap bunga dengan mayang
Hati cemas menjadi hilang
Perut lapar menjadi kenyang

Juragan bernama Sutan Tahir


Muat beras bercampur pulut
Selama masa adikku lahir
Telah beroleh kawan bergelut
Orang Bandung memintal kapas
Anak Cina berkancing tulang
Ayah kandung pulanglah lekas
Ananda rindu bukan kepalang

Pergi mengail umpan sinangis


Dapatlah limbat gedang-gedang
Adik kandung jangan menangis
Orang penangis lambat gedang

Cina gemuk membuka kedai


Menjual embeh dengan pasu
Bertepuk adikku pandai
Boleh diupah dengan susu

Ramai orang bersorak-sorak


Menepuk gendang dengan rebana
Alangkah besarnya hati awak
Mendapat baju dengan celana

Ayam kinantan terbang mengekas


Hinggap di ranting bilang-bilang
Melihat ibu pulang lekas
Hatiku besar bukan kepalang

Hanyut batang berlilit kumpai


Terdampar di ujung Tanjung Jati
Bunda pulang bapa pun sampai
Kemi semua berbesar hati

Saya tidak pandai menari


Sebarang tari saya tarikan
Saya tidak pandai menyanyi
Sebarang nyanyi saya nyanyikan

Kita menari keluar bilik


Sebarang ari kita tarikan
Kita bernyanyi adik-beradik
Sebarang nyanyi kita nyanyikan

Tengah rembang panas teduh


Peluh di badan habis bertitik
Ayuhai saudara jangan bergaduh
Lihatlah bunda sudah berbalik

Sayang pisang tiada berjantung


Bunga keluar dari kelopak
Penat sangat ibu mendukung
Adik tak juga mau gelak

Buai-buai dalam buaian


Buaian dari rotan saga
Panjang benar janggut tuan
Mari dibuat tali timba

Burung elang burung merpati


Terbang ke kubur mencari makan
Bukan kepalang senangnya hati
Melihat ibu pulang dari pekan
Pantun Berangan-angan

Anak muda belum berakal


Siang kesana malam kemai
Hendak kusapa belumlah kenal
Kutimang saja di dalam mimpi

Air timpas pasang tak tiba


Banyaklah kapal bergalah lalu
Kakiku lemas hilang bicara
Hendak berkenal terasa malu

Anak sepat baru berenang


Pasang tiba airpun penuh
Hendak dekat hatiku bimbang
Kupandang saja dari jauh

Dapat udang bawa berlayar


Hendak dijual pembeli sayur
Teringat abad dada berdebar
Sejak kukenal belum menegur

Sudah lama merendam selasih


Barulah kini mau mengembang
Sudah lama kupendam kasih
Barulah kini bertemu pandang

Badak tenuk namanya hewan


Hidup selalu di dalam rimba
Hendak menjenguk terasa segan
Ke angin lalu kukirim cinta

Buah nangka dari seberang


Sedap sekali dibuat sayur
Sudah lama ku nanti abang
Barulah kini dapat menegur

Anak musang disalak anjing


Hingga malam lari menyuruk
Hendak meminang tidak sebanding
Dibawa diam hatiku remuk

Buah nangka dari seberang


Baunya wangi sedap rasanya
Sudah lama ku nanti abang
Barulah kini bertatap muka

Diam-diam orang beramu


Membawa badik untuk senjata
Dalam diam abang menunggu
Semoga adik mau menyapa

Masak labu di tengah ladang


Bawa ke rumah dibuat sayur
Hendak merayu payah betandang
Mata dah merah tak dapat tidur

Masak durian tercium bau


Isinya sedap rasanya manis
Hendak berkenalan terasa malu
Di dalam gelap hamba menangis
Malam hari orang melukis
Membuat gambar indah sekali
Dalam hati hamba menangis
Ingat kekasih tambatan hati

Mengapa orang pergi menjala


Menjala sepat sekali belum
Mengapa abang menjadi gila
Gila melihat adik tersenyum

Mengapa tanah menjadi debu


Karena lama tak turun hujan
Mengap alidah menjadi kelu
Karena terlena melihat tuan

Naik turun membawa padi


Padi ladang padi ternama
Adik sepantun bunga melati
Kami memandang menjadi gila

Naik turun membawa parang


Untuk menebas semak belukar
Adik sepantun bunga dikarang
Membuat cemas dada berdebar

Satu-satu membawa sayur


Supaya air jangan terbuang
Malu-malu hamba menyapa
Karena kuatir tunangan orang

Sisik bukan sebarang sisik


Sisik belida memutus jala
Cantik bukan sebarang cantik
Cantik membawa hatiku gila

Sisik bukan sebarang sisik


Sisik ayam membawa tuah
Cantik bukan sebarang cantik
Cantik meredam hati yang gundah

Siang malam orang menari


Sampai remuk rasanya badan
Kukenang puan dalam mimpi
Bagai pungguk merindu bulan

Telah lama orang menekat


Membuat baju kebaya lebar
Sudah lama abang terpikat
Hendak bertemu dada berdebar

Tebanglah kayu sebatang dua


Untuk membuat perahu kolek
Abang merindu sepanjang masa
Mabuk melihat tubuh yang molek

Air timpas pasang tak tiba


Banyaklah kapal bergalah lalu
Kakiku lemas hilang bicara
Hendak berkenal terasa malu

Batang pepaya berputik belum


Bila berulat lekas dipancung
Abang menyapa adik tersenyum
Rasa mendapat emas segunung

Pantun Kasih Tak Sampai 

Ulam bukan sebarang ulam


Ulamnya dibawa anak penggalas
Demam bukan sebarang demam
Demam cinta tidak terbalas

Tabunglah gendang bunyi bertalu


Orang bersorak gegap gempita
Sungguh malang nasib diriku
Cinta ditolak harapan hampa

Tujuh hari dalam seminggu


Budak duduk membelah rotan
Tubuhku lesu memendam rindu
Awak bertepuk sebelah tangan

Ampas kelapa dibuang orang


Jatuh ke sungai dimakan ikan
Lemas anggota remuklah tulang
Kasih tak sampai binasa badan

Buah seminai biji berkilat


Dibuat minyak rasa perisa
Sudah ku ungkai tali pengikat
Adik menolak apalah daya

Dapat itik baru bertelur


Hendak digulai tak sampai hati
Teringat adik hatiku hancur
Kasih tak sampai kubawa mati

Buah perindu di Bukit Siguntang


Sejak dahulu berhujan panas
Tubuhku layu sakit telentang
Karena cintaku tiada berbalas

Buah durian berduri-duri


Bila masak tentulah gugur
Sudah berbulan kunanti-nanti
Adik mengelak hatiku hancur

Bukan palu sebarang palu


Palu gada bertali rantai
Bukan pilu sebarang pilu
Pilu karena kasih tak sampai

Cukup sudah orang berlayar


Tetapi kolek tak mau laju
Cukup sudah abang bersabar
Tetapi adik tak mau tahu

Gugur buah di pagi hari


Ada masak ada yang muda
Hancur sudah hatiku ini
Cinta ditolak begitu saja

Gugur melati dimakan kumbang


Layulah tangkai patah kelopak
Hancur hatiku bukan kepalang
Rindu tak sampai cinta ditolak

Bulan puasa bulan teruji


Orang beramai pergi ke surau
Badan sengsara memakan hati
Kasih tak sampai hatiku risau

Bagaimana nasi tidakkan putih


Beras ditumbuk diidang dulu
Bagaimana hati tidakkan sedih
Puas membujuk orang tak mau

Buluh perindu di Bukit Siguntang


Sejak dahulu berhujan panas
Tubuhku layu sakit telentang
Karena cintaku tiada berbalas

Diam-diam orang melukis


Membuat gambar anak peladang
Dalam diam abang menangis
Niat meminang ditolak orang

Beban berat kakipun goyang


Rasanya letih menggoyang lutut
Badan penat hati pun bimbang
Karena kasih tiada bersambut

Air hujan turun mencurah


Jatuh ke tanah terus ke laut
Binasa badan menahan gundah
Kasih kucurah tiada bersambut

Angin bertiup semakin kencang


Kapal berlayar dilanda badai
Ingin kuhidup bersama abang
Sayangnya kasih tiada sampai

Anak elang mati terkejut


Hilang campak ke dalampaya
Awaklah sayang hati terpaut
Orang menolak apalah daya

Bulan haji bulan mulia


Orang ke Mekah beramai-ramai
Bukan ku mati karena senjata
Sedang bercinta kasih tak sampai

Asap api nampak menjulang


Petang hari barulah reda
Hasrat hati hendak meminang
Orang tak sudi undurlah hamba

Banyaklah beruk makan cempedak


Memanjat kayu sepanjang hari
Hendak merajuk bukanlah budak
Penat merayu orang tak sudi

Asap api dari seberang


Dibawa angin ketengah laut
Hasrat hati memetik kembang
Rupanya kasih tiada bersambut

Asap api nampak bergumpal


Padang kering sudah menyala
Hasrat hati hendak berkenal
Orang berpaling apalah daya

Bagaimana orang takkan beramuk


Dusun dan desa dirusak musuh
Bagaimana abang takkan merajuk
Bertahun kupuja adik tak acuh

Bagaimana orang hendak menumbuk


Lesunya saja tidak berlalu
Bagaimana abang hendak memeluk
Dipandang saja adik tak mau

Batang nyiur di tepi kolam


Di sana bayan berdiam diri
Orang ditegur bermuka masam
Kasihku simpan di dalam saja

Belum duduk sudah berdiri


Manakan orang dapat bicara
Belum ditengok sudah lari
Manakah sempat kita bercinta

Buah cempedak jatuh berdebuk


Jatuh menimpa anak buaya
Sudah sejak aku membujuk
Dinda tak suka apalah daya

Palu bukan sembarang palu


Palu pusaka berpalut emas
Malu bukan sembarang malu
Malu cinta tidak berbalas

Pantun Putus Cinta 

Anak kera mencuri manggis


Matanya pedih kena jelatang
Awak tertawa hati menangis
Karena kekasih dibawa orang

Mabuklah orang dalam perahu


Ombak besar setinggi rumah
Mabuklah abang memendam rindu
Adik kudengar pergi menikah

Baik berburu di malam hari


Bersuluh bulan dengan bintang
Adik kucumbu di dalam mimpi
Tubuhmu sudah ditangan orang

Untuk apa orang ke hulu


Kalau klek sudah berlubang
Untuk apa hamba menunggu
Kalau adik sudah bertunang

Hari minggu jalan ke pasar


Disana belanja membeli udang
Hatiku pilu rasa terbakar
Bunga kupuja dipetik orang

Habislah buah pisang nangka


Pisang serawak tegak sebatang
Habislah tuah hilanglah muka
Pinangan awak ditolak orang

Fajar subuh sudahlah terbit


Tanda hari menjelang siang
Terbakar tubuh dadaku sakit
Adinda kini dipinang orang

Galah bukan sebarang galah


Galah orang pemanjat pinang
Salah bukan sebarang salah
Salah abang lambat meminang

Buluh cina berwarna kuning


Tegak lurus dengan kokohnya
Karena adik sudah berpaling
Badanku kurus menanggung duka

Sudahlah makan tidak berkuah


Nasi yang ada terasa kurang
Sudahlah badan tidak bertuah
Kekasih pula dilarikan orang

Bagaimana padi tidakkan basah


Pagi petang dilimbur pasang
Bagaimana hati tidakkan patah
Kekasih hilang direbut orang

Diam-diam orang berkayuh


Karena takut dikejar buaya
Saban malam abang mengeluh
Karena adik sudah berpunya

Jatuh bangkit orang berburu


Mengejar kijang kesana sini
Tubuhku sakit tulangpun ngilu
Mendengar abang sudah berbini

Jatuh tupai salah melompat


Bekejar naik ke batang pinang
Tubuhku lunglai patah semangat
Mendengar adik dipinang orang

Beras padi diindang orang


Supaya tahu mana antahnya
Belas hati memandang abang
Adik ditunggu sudah berpunya

Belilah aruan serta belanak


Dapat dipindang sesudah bersih
Hati menyetan dadaku bengkak
Melihat abang berpindah kasih

Bulan sabit diambang petang


Makin dipandang semakin indah
Sudah senasib abang yang malang
Hendak meminang adik lah nikah
Bulan sabit di langit tinggi
Sayup-sayup mata memandang
Sudahlah nasib celaka diri
Adik kucinta dipinang orang

Dari teluk berjalan pulang


Naik kerumah sudahlah senja
Hatiku remuk bukan kepakang
Adik tercinta sudah berpunya

Kemana lagi membawa ketupat


Bunga sekaki sudahlah layu
Kemana lagi adik bermanja
Kanda kunanti tak mahu tahu

Bulan haji bulan mulia


Besar kecik tiada terbilang
Rasakan mati badan sebelah
Mendengar adik dipinang orang

Batang nangka putik sejari


Rebah ke tanah lapuk terbuang
Abang menyangka adik sendiri
Rupanya sudah duduk bertunang

Bagaimana bunga kan jadi mekar


Kalaulah kumbang sudah menyeri
Bagaiman hamba memberi kabar
Kalaulah abang sudah beristeri

Benang ditenun berhari-hari


Lambat laun menjadi kain
Abang melamun gila menanti
Adik lah kawin ke orang lain

Beras bukan sebarang beras


Beras ditumbuk membuang antah
Panas bukan sebarang panas
Panas menengok abang menikah

Banyaklah upih dicari orang


Untuk pembungkus lempuk durian
Hendak kupilih kekasih orang
Mabuklah hamba duduk sendirian

Bangau bukan sembarang bangau


Bangau putih berparuh panjang
Risau bukan sembarang risau
Risau kekasih direbut orang

Jikalau kumbang sudah menyeri


Tentulah kelopaknya menjadi layu
Kalaulah abang sudah beristeri
Tentulah adik kan kuberi tahu

Apa guna kacang direndang


Bila masak direndam lagi
Apa guna abang meminang
Bila isteri sudah beranak

Batang pinang sudahlah patah


Tak lama lagi tentulah rubuh
Orang kusayang sudah menikah
Kemana lagi dagang berlubang

Alangkah elok naik perahu


Di sana mudah mencari angin
Abanglah bujuk adik tak mau
Rupanya ada janji yang lain

Bagaimana titi takkan terendam


Hujan lebat semelah hulu
Bagaimana kami takkan berdendam
Tuan lah dapat pasangan baru

Bagaimana kita hendak berhenti


Karena di jalan orang curiga
Bagaimana hamba hendak berjanji
Karena tuan memandang harta

Badik diasah berulang kali


Untuk berperang melawan musuh
Adik gelisah mengenang janji
Kutengok abang kian menjauh

Bagaimanalah kita hendak berunding


Orang berbantah setiap hari
Bagaimana hamba hendak disunting
Abanglah sudah beranak isteri

Bagaimana kita hendak melangkah


Tulang sendiri terasa goyang
Bagaimana hamba hendak menikah
Abang lah menjadi laki orang

Tali kecapi disebut orang


Bila dipetik bunyinya nyaring
Hati ku ini mabuk kepayang
Karena adik sudah berpaling

Bagaimana kita hendak berlayar


Ombak besar memecah tebing
Bagaimana hamba hendak bersabar
Kudengar abang sudah berpaling

Pantun Memendam Rindu 

Kalau balik merendam selasih


Pantang merendam biji labuh
Kalaulah adik merendam kasih
Abangpun karam menahan rindu

Kalaulah labu dibawa bermain


Dimanakah sempat lagi dipetik
Kalau rindu pada yang lain
Dimanakan sempat bersua adik

Airlah dalam bertambah dalam


Hujan di hulu berlumlah teduh
Hatilah karam bertambah karam
Karam merindu orang yang jauh
Asap api orang berladang
Nampak dari kuala Siak
Tiap hari kutunggu abang
Sampai kini tiada nampak

Azan bukan sebarang pesan


Azan bilal suaranya merdu
Pesan bukan sebarang pesan
Pesan kutinggal tanda rindu

Dari subuh orang berburu


Banyak kijang dibawa balik
Dari jauh abang merindu
Hendak datang langkahku pendek

Bila menimbang putik pauh


Banyak getahnya tinggal melekat
Bila kukenang adik nan juah
Letak anggota pegallah urat

Dapat kolek pergi kejayuh


Air pasang berhenti dulu
Mengingat adik lah pergi jauh
Matilah abang menanggung rindu

Batang selasih sudah meranting


Lapuklah batang dahan pun layu
Orang kukasih sudah berpaling
Mabuklah dagang menahan rindu

Baik sungguh pergi berburu


Dapat pelanduk seekor dua
Adik jauh hatiku rindu
Penat duduk menanti berita

Baik Sungguh mencari kurai


Bulunya cantik untuk hiasan
Adiklah jauh hatiku risau
Rindukan adik terlupa makan

Baiklah naik ke gunung ledang


Disana banyak buluh perindu
Adik nan molek sanjungpun abang
Bila tak nampak hatiku rindu

Banyaklan itik turun ke kali


Mandi berenang jalan mendudu
Hendak kupetik bunga berduri
Matilah abang menahan rindu

Banyaklah ikan mabuk terapung


Karena terminum air tuba
Letaklah badan duduk termenung
Karena belum bertemu adinda

Biji nangka janga ditelan


Bia ditelan tentu tercekik
Hatiku duka putus harapan
Karena lama merindukan adik

Biji pauh ditanam orang


Sudah besar berbuah pula
Hati rusuh bukan kepalang
Habislah sabar memanti dinda

Buah kuini masak di batang


Pai hari banyak yang jatuh
Biar ku mati dalam membujang
Karena menanti adik yang jauh

Buah mentimun di tepi tasik


Habis busuk dimakan belalang
Sudah bertahun ku nanti adik
Hatiku remuk bukan kepalang

Buluh perindu dibuat suling


Bunyinya merdu mendayu-dayu
Menahan rindu badanku kering
Dinda tak mau mengambil tahu

Bukan perahu sebarang perahu


Perahu kolek tidakkan karam
Bukan rindu sebarang rindu
Rindu kan adik siang dan malam

Hari minggu orang berjalan


Membawa badik jadi senjata
Hatiku rindu bukan buatan
Kepada adik sebiji mata

Hendak berburu oarng dah pergi


Biarlah hamba duduk menunggu
Hendak bertemu dinda tak sudi
Biarlah hamba menanggung rindu

Dari pulau menjala ikan


Dapat pari dibuat pindang
Hati risau tiada tertahan
Mabuk menanti adik seorang

Buluh perindu buluh ternama


Banyak sudah disebut orang
Hatiku rindu sudahlah lama
Adik juga tak ingat abang

Buluh perindu diberi nama


Ditiup angin bergoyang-goyang
Hatiku rindu tiada terperi
Karena adinda lama tak datang

Sayang balam mati tercekik


Makan putik buah mengkudu
Siang malam kunanti adik
Badanku letih menahan rindu

Bunga kenanga kembang sekaki


Rupanya molek kelopak mekar
Sungguhlah lama abang menanti
Mengapa adik tak beri kabar

Kalau tak ada sagu bertampin


Mengapa rumbia ditebang orang
Karena tak ada rindu ke lain
Mengapa lama abang tak datang
Belilah baju serta selendang
Untuk dipakai ke helat jamu
Hatiku rindu kepada abang
Hajat sampai dapat bertemu

Alangkah sayu hati di dalam


Mendengar guruh dayu mendayu
Abang merayu siang dan malam
Gemetar tubuh menahan rindu

Buluh kasap beruas panjang


Sembilunya tajam bagaikan pisau
Tidur tak lelap makan tak kenyang
Mengenang kakanda jauh di rantau

Dari pulau menjala hiu


Pulang pergi orang berlayar
Hati risau menahan rindu
Abang pergia tiada kabar

Buah pauh di tepi ladang


Dimakan tupai menjadi busuk
Susah sungguh menanti abang
Badan terkulai hatiku remuk

Kalaulah batangnya dihimpit kayu


Mengapa kupandang tegak lurus
Kalaulah abang sakit merayu
Mengapa abang tak nampak kurus

Tentu batangnya tampak lurus


Karena kayunya sudah dibuang
Tentu abang tak nampak kurus
Kita bertemu sakitku hilang

Air pasang singgahlah dulu


Dapat berhenti di pulau karang
Hatiku bimbang bertambah pilu
Ingat kekasih dirantau orang

Air dangkal ikannya jinak


Ditangkap orang setiap hari
Hati mengkal dadapun kemak
Mengharap abang datang kemari

Kalau tak ada sagu bertampin


Mengapa rumbia ditebang orang
Kalau tak ada rindu ke lain
Mengapa lama abang tak datang

Air keruh bertambah keruh


Musim kemarau semakin panjang
Hatiku rusuh bertambah rusuh
Karena risau menunggu abang

Angin ribut bertambah ribut


Banyaklah kapal patah kemudi
Ingin diikut belumlah patut
Hendak ditinggal tak sampai hati

Bila lancang singgah di teluk


Sesudah timpas pasangpun datang
Apabila abang sudah menjenguk
Rindu ku lepas dadapun lapang

Batang menanti mati ditebang


Ditebang orang untuk perahu
Abang dinanti pagi dan petang
Hatiku bimbang bercampur pilu

Baji kayu pembelah tiang


Ditukul orang beramai-ramai
Hatiku rindu tiada kepalang
Karena abang lama tak sampai

Pantun Perpisahan 

Penggal puan penggal selasih


Penggal puan di Johor lama
Buah hati tinggallah puan
Kanda pergi tidakkan lama

Buah pauh delima batu


Anak sembilang di tapak tangan
Walau jatuh di negeri satu
Hilang di mata di hati jangan

Hanyut cawan dengan bakinya


Berperai-perai bunga selasih
Ayuhai badan apa jadinya
Hampir bercerai dengan kekasih

Air telaga terasa sejuk


Siapa kesana teruslah mandi
Kupandang muka membawa mabuk
Kudengar suara memutus hati

Pantun Saling Berjanji 

Tanam melati di ruma-ruma


Ubur-ubur sampingan dua
Kalau mati kita kita bersama
Satu kubur kita berdua

Ubur-ubur sampingan dua


Tanam melati bersusun tangkai
Satu kubur kita berdua
Kalau boleh bersusun bangkai

Tanam melati bersusun tangkai


Tanam padi satu-persatu
Kalau boleh bersusun bangkai
Daging hancur menjadi satu

Tanam padi satu-persatu


Anak lintah dalam dunia
Daging hancur menjadi satu
Tandanya cinta dalam dunia

Jika roboh kota Melaka


Papan di Jawa saya tegakkan
Jika sungguh Kanda berkata
Badan dan nyawa saya serahkan

Ikan dilaut asam di darat


Dalam kuali bertemu jua
Hati terpaut janji diikat
atas pelamin bertemu jua

Amat garang datuk Bentara


Musuh melanggar habis dibenam
Dulu seorang kini berdua
Hidup bersama susah dan senang

Dengarlah ini ayah berpesan


Anak menantu, ayah ingatkan
Berkasih saying sesame insan
Jangan cepat menjadi bosan

Dari Banten ke Tanjung kandis


Berlayar ditumbang angin utara
Lagi berhadapan mulutnya manis
Balik belakang lain bicara

Ambil puan dari Marinda


Pandan di Jawa saya rebahkan
Jika tuan membawa adinda
Badan dan nyawa saya serahkan

Ambil puan di atas batu


Hendak berlayar ke benua Jawa
Jika tuan berkata begitu
Esok hari Kakanda bawa

Anak belida memakan kanji


Pandan di Jawa diranggungkan
Jika Kakanda mungkirkan janji
Badan dan nyawa menanggungkan

Terang bulan terang ke paya


Raja Mesir bertenun kain
Tuan dipandang bertambah caya
Rasaku tidak pada yang lain

Aci-aci ke Bangkahulu
Seri padaku panglimanya
Jika kasih sabar dahulu
Nantikan saja ketikanya

Pantun Berkenalan 

Berlari-lari ke dalam kebun


Dalam kebun adalah parak
Bernyanyi serupa pantun
Dalam pantun ada kehendak

Pohon beringin tengah negeri


Buah beribu di tangkainya
Ingin di bunga sunting nabi
Bolehkan kami memetiknya?

Suji-suji daun delima


Disuji anak sungai Bantan
Kalau sudi minta terima
Diharap jangan tuan lupakan

Patahlah sayap kembang Lelan


Patah ditimpa selaranya
Payahlah mata memandang bulan
Bulan pabila akan jatuhnya?

Darimana hendak kemana


Dari Jepang ke Bandar Cina
Kalau boleh kami bertanya
Bunga yang kembang siapa punya?

Dari Jepang ke Bandar Cina


Singgah berlabuh di Singapura
Bunga yang kembang siapa punya
Kami beringin memetiknya

Mahal harganya kain batik


Dipakai selendang ke kuala
Jika bunga boleh dipetik
Dipersunting dijunjung di kepala

Air ditanam betung tumbuh


Diparang anak si gumanti
Kalau hati sama sungguh
Kering lautan kita nanti

Beringin di kampung pulau


Pautan ayam tedung gombak
Hati ingin memandang pulau
Biduk ada pengayuh tidak

Melenguh lembu di gunung


Lenguhannya sampai ke balai
Maksud hati memeluk gunung
Apa daya tangan tak sampai

Keladi air tumbuh di air


Minyak bijan di dalam cawan
Matahari sudahlah lahir
Bulan masih disaput awan

Datu perdana dengan penggawa


Menghadap baginda di hadapan puri
Patutlah tuan timbangan jiwa
Tempat kakanda menyimpan jiwa

Menghadap baginda di hadapan puri


Puri berdekat dengan balai
Tempat kakanda menyimpan diri
Di hati tidak dapat dinilai

Puri berdekat dengan balai


Singgasana berdinding kaca
Dihati tidak dapat dinilai
Bulan purnama terang cuaca

Singgasana berdinding kaca


Kaca biru buatan Cina
Bulan purnama terang cuaca
Sangat merayu dagang yang hina

Teruntum sedang berbunga


Retak buluh sampaian kain
Kalau untung tuan yang punya
Masakan lepas pada yang lain

Tetak buluh sampaian kain


Kain cela tepi bersuji
Masakan lepas pada yang lain
Jika sudah disitu janji

Kain cela tepi bersuji


Lalu sampaikan atas galah
jika sudah disitu janji
hajatpun lalu disampaikan Allah

Pantun Cinta 

ikan hiu makan badak, i love u mendadak…


ikan paus makan pecel, i miss u girl…

dulu delman
sekarang dokar
dulu teman
sekarang pacar

buah mangga buah manggis


ternyata ada cewek maniez

buah manggis buah pepaya


cewek manis siapa yg punya

dihutan banyak lebah madu..


rasanya manis,disuka pemburu..
kamu adalah cintaku
dan aku amat sayang padamu..

kembang gula di perigi


untuk aku minum jamu
kemana pun kamu pergi
aku slalu rindu kamu

meski hanya buah jambu


tapi ini bisa diramu
meskipun jarang ketemu
cintaku hanya untukmu

wahai seruling buluh perindu


suaranya memikatku
wahai gadis pujaanku
aku sangat cinta kamu

meski aku sudah kenyang


tetap harus minum jamu
perempuan yang ku sayang
bolehkah aku bertamu

Kelap kelip bintang bertaburan


hanya satu yg tampak terang
sungguh banyak pria pilihan
hanya kanda yg paling ku sayang

Kelap kelip bintang bertaburan


begitu indah bagai berlian
sungguh banyak pria menawan
hanya abang yg ku rindukan

Kelap kelip di tengah malam


ku lihat bintang sangat menawan
biar cinta banyak rintangan
ku jaga cinta dg kesetiaan

Kelap kelip bintang seribu


indah menawan di tengah malam
sunggu aku sedang merindu
rindu di hati yg terdalam

Kelap kelip bintang menari


indah bagai mata bidadari
kanda kuharap menjaga diri
untuk diriku sampei ku kembali

Sayang selasih tidak berbunga


Engganlah kumbang untuk menyapa
Sayang kekasih tidak setia
Badan merana kini jadinya

Di sana sini bunga pun kembang


Senanglah kumbang tinggal sendiri
Putuslah sudah kasih dan sayang
Jangan di harap dia kembali

Sungguh malangnya hidupmu bunga


Janganlah layu sebelum kembang
Tentulah diri akan merana
Karena bunga tiada berdaya

Bunga yang malang jaga dirimu


Jangan lah layu sebelum kembang
Pupuklah iman dalam hatimu
Kalau kau layu di buang orang.

Ukir-ukir lah si kayu jati


jadikanlah sebuah jambangan
Pikir-pikir sebelum terjadi
janganlah menyesal kemudian

Kumpulan Pantun Dakwah

Berguna hidup karena beradat


Adat lembaga jadi pakaian
Sempurna hidup karena syahadat
Syahadat dijaga mengokohkan iman

Adat mati dikandung tanah


Dunia tinggal harta pun tinggal
Selamat mati mengandung ibadah
Banyak amal banyak bekal

Adat orang berjalan malam


Ada suluh jadi pedoman
Adat orang beragama Islam
Ada petunjuk menerangi iman

Orang berkain menutup aurat


Sesuai dengan petuah hadis
Orang muslimin hidup beradat
Lakunya sopan mukanya manis

Di bulan Ramadhan orang tarawih


Sudah sembahyang membaca Qur'an
Orang beriman hidupnya salih
Dadanya lapang lakunya sopan

Di bulan Ramadhan orang tadarus


Membaca Qur'an beramai-ramai
Orang beriman hatinya lurus
Duduk berjalan elok perangai

Di bulan Ramadhan banyak bertobat


Memohonkan ampun kepada Allah
Orang beriman hidup bermanfaat
Sembarang kerja membawa faedah

Di bulan Ramadhan orang puasa


Menahan selera mengekang nafsu
Orang beriman hidup sentosa
Kepada Allah tempat bertumpu

Di bulan Ramadhan banyakkan amal


Supaya dosa diampunkan Tuhan
Orang beriman hidup berakal
Menggunakan usia untuk kebaikan

Siapa kokoh memegang iman


Hidup matinya tidakkan sesat
Siapa senonoh menyembah Tuhan
Dunia akhirat badan selamat

Siapa melangkah di jalan Tuhan


Ke mana pergi badan selamat
Siapa amanah dalam kebenaran
Tuah terdiri iman melekat

Siapa memakai adat lembaga


Ke mana pergi disayangi orang
Siapa pandai syariat agama
Hidup mati tidak terbuang

Siapa kokoh memegang adat


Ke mana pergi hidup semenggah
Siapa senonoh dalam ibadat
Hidup dan mati beroleh berkah

Siapa suka duduk mengaji


Banyaklah ilmu dapat dikenang
Siapa suka mengelokkan budi
Ke hilir ke hulu disayangi orang

Siapa suka memegang adat


Mulialah sifat dengan karenah
Siapa suka sembahyang sunnat
Pahala dapat iman bertambah
Elok adat karena dikaji
Elok kaji karena sunnah
Elok ummat karena berbudi
Elok berbudi karena lillah

Elok budi karena ikhlas


Elok kerja karena niat
Elok kaji karena dibahas
Elok manusia karena syariat

Elok langkah karena pedoman


Elok laku karena beramal
Elok manusia karena beriman
Elok ilmu karena beramal

Elok kaki dapat melangkah


Elok tangan dapat memegang
Elok hati mengingat Allah
Elok iman tiada bergoyang

Buah yang mabuk jangan dimakan


Batang berduri jangan dipanjat
Bertuah hidup dikandung iman
Tertuah mati dalam ibadat

Pandai-pandai menjaga diri


Lubang banyak di tengah jalan
Orang pandai tahukan diri
Hidup berakal mati beriman

Jangan suka memfitnah orang


Orang benci Tuhan pun murka
. Jangan suka melalaikan sembahyang
Bila mati masuk neraka

Kalau suka berbuat fitnah


Ke mana pergi orang mengutuk
Kalau suka berniat salah
Dunia akhirat badan terpuruk

Kalau suka menenggang kawan


Segala sahabat akan mendekat
Kalau suka mengenang Tuhan
Pahala dapat hidup selamat

Kalau hendak mencari kawan


Carilah kawan sampai ke kubur
Kalau hendak mencari Tuhan
Patrilah iman banyakkan tafakur

Kalau menyangkal petuah ibu


Hidup sesat dunia akhirat
Kalau beramal tidak berilmu
Pikiran tumpat pahala tak dapat

Kalau durhaka ke orangtua


Celaka tiba kutuk pun datang
Kalau menyalah kepada agama
Di dunia hina di akhirat malang

Jangan ditentang ibu dan bapak


Bila ditentang badan melarat
Jangan dibuang hukum dan syarak
Bila dibuang datanglah laknat

Pada saudara hendaklah sayang


Pada sahabat hendaklah minat
Pada agama banyaklah sembahyang
Pada ibadat luruskan niat

Kalau terbang tinggi-tinggi


Ingat-ingat bumi di bawah
Kalau sembahyang luruskan hati
Dalam ibadat turuti sunnah

Kalau tidur meninggi hari


Rezeki menjauh langkah pun singkat
Kalau takabur menyelimut hati
Iman jatuh ibadah pun sesat

Kalau suka berbuat maksiat


Alamat hidup akan celaka
Kalau suka meninggalkan ibadat
Alamat badan masuk neraka

Kumpulan Pantun Lucu

Jambu merah
di dinding
Jangan marah
just kidding

Kalau punya gigi ompong


cepat cepat ke dokter gigi
kalau jadi anak sombong
pasti nanti jadi rugi.

jalan-jalan ke pinggir empang


nemu sendok di pinggir empang
hati siapa tak bimbang
saya botak minta dikepang

Buah kedondong
Buah atep
Dulu bencong
sekarang tetepp

Buah semangka buah duren


Nggak nyangka gue keren

Buah semangka buah manggis


Nggak nyangka gue manis

Buah apel
di air payau
Nggak level
layauuuuuuu…..

Disini bingung, Disana linglung


mangnya enak, engga nyambung….

Buah semangka berdaun sirih


Buah ajaib kali yah

Jambu merah di dinding


Jangan marah just kidding

Jauh di mata,dekat dihati


Jauh di hati,dekat dimata
Jauh-dekat tujuh ratus perak

Men sana
in corpore sano
Gue maen kesana,
Elo maen ke sono!

Semoga Bermanfaat...
 
Dikumpulkan dari berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai