Anda di halaman 1dari 6

BAB III

LANDASAN TEORI

Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal.


Biasanya sinyal yang dicampur adalah sinyal berfrekuensi tinggi dan sinyal
berfrekuensi rendah. Dengan memanfaatkan karakteristik masing-masing sinyal,
maka modulasi dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal informasi pada
daerah yang luas atau jauh. Sebagai contoh Sinyal informasi (suara, gambar, data),
agar dapat dikirim ke tempat lain, sinyal tersebut harus ditumpangkan pada sinyal
lain. Dalam konteks radio siaran, sinyal yang menumpang adalah sinyal suara,
sedangkan yang ditumpangi adalah sinyal radio yang disebut sinyal pembawa
(carrier). Jenis dan cara penumpangan sangat beragam. Yaitu untuk jenis
penumpangan sinyal analog akan berbeda dengan sinyal digital. Penumpangan
sinyal suara juga akan berbeda dengan penumpangan sinyal gambar, sinyal film,
atau sinyal lain.[4]

Tujuan Modulasi
 Transmisi menjadi efisien atau memudahkan pemancaran.
 Menekan derau atau interferensi.
 Untuk memudahkan pengaturan alokasi frekuensi radio.
 Untuk multiplexing, proses penggabungan beberapa sinyal informasi untuk
disalurkan secara bersama-sama melalui satu kanal transmisi.

Fungsi Modulasi
Sinyal informasi biasanya memiliki spektrum yang rendah dan rentan
untuk tergangu oleh noise. Sedangakan pada transmisi dibutuhkan sinyal yang
memiliki spektrum tinggi dan dibutuhkan modulasi untuk memindahkan posisi
spektrum dari sinyal data, dari pita spektrum yang rendah ke spektrum yang jauh
lebih tinggi. Hal ini dilakukan pada transmisi data tanpa kabel (dengan antena),

8
9

dengan membesarnya data frekuensi yang dikirim maka dimensi antenna yang
digunakan akan mengecil.
Modulasi Frekuensi (Frequency Modulation = FM ) adalah proses
menumpangkan sinyal informasi pada sinyal pembawa (carrier) sehingga
frekuensi gelombang pembawa (carrier) berubah sesuai dengan perubahan
simpangan (tegangan) gelombang sinyal informasi. Jadi sinyal informasi yang
dimodulasikan (ditumpangkan) pada gelombang pembawa menyebabkan
perubahan frekuensi gelombang pembawa sesuai dengan perubahan tegangan
(simpangan) sinyal informasi. Pada modulasi frekuensi sinyal informasi
mengubah-ubah frekuensi gelombang pembawa, sedangkan amplitudanya konstan
selama proses modulasi. Proses modulasi frekuensi dijelaskan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Proses Modulasi Frekuensi FM

Besar perubahan frekuensi (deviasi), δ atau fd, dari sinyal pembawa


sebanding dengan amplituda sesaat sinyal pemodulasi, sedangkan laju perubahan
frekuensinya sama dengan frekuensi sinyal pemodulasi.

Gambar 3.2 Spektrum Sinyal FM


10

Lebar bandwidth sinyal FM adalah tak berhingga. Namun pada praktek


biasanya hanya diambil bandwith dari jumlah sideband yang signifikan. Karakter
dari transmisi modulasi frekuensi (Frequency Modulation, FM) adalah :
 Tidak dapat dipantulkannya gelombang elektromagnetic dari modulasi
frekuensi sehingga jarak pancaran adalah line of sight dan terbatas pada
daya pancar.
 Ketahanan modulasi terhadap noise pada transmisi modulasi frekuensi,
sehingga kualitas sinyal informasi yang diterima jernih seperti aslinya.

3.1 Perencanaan Kanal Frekuensi Radio FM di Wilayah DKI Jakarta[5]


Penyelenggaraan penyiaran jasa penyiaran radio yang menggunakan
frekuensi radio FM wajib memenuhi ketentuan teknis sebagai berikut:

a. rentang pita frekuensi radio yang digunakan adalah 87,5 – 108 MHz;
b. pengkanalan frekuensi yang digunakan adalah kelipatan 100 kHz;
c. penyimpangan frekuensi (frequency deviation) maksimum adalah ± 75
kHz pada 100% modulasi;
d. toleransi frekuensi pemancar (transmitter frequency tolerance) sesuai
dengan Appendix Radio Regulation adalah sebesar 2000 Hz;
e. level spurious emisi minimum 60 dB di bawah level mean power;
f. osilator (oscilator) harus mempunyai stabilitas frekuensi tengah (centre
frequency stability) sebesar maksimum (+) 200 Hz dan maksimum (-) 200
Hz dari frekuensi tengah;
g. rasio proteksi (protection ratio) penyelenggaraan penyiaran jasa penyiaran
radio yang digunakan harus sesuai dengan Rekomendasi ITU-R BS.412-9
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini;
h. lokasi titik pengukuran (test point) merupakan batas terluar dari suatu
wilayah layanan (service area);
i. kuat medan (field strength) penerimaan radio siaran pada lokasi titik
pengukuran setiap wilayah layanan dibatasi maksimum 66 dBuV/m.
11

Berdasarkan ketentuan teknis sebagaimana dimaksud ditetapkan:


a. perencanaan kanal (channeling plan) frekuensi radio untuk
penyelenggaraan penyiaran jasa penyiaran radio, yaitu kanal 1 sampai
dengan kanal 204, sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II Peraturan
Menteri ini.
b. pemetaan kanal frekuensi radio untuk masing-masing wilayah layanan
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran III A dan Lampiran III B Peraturan
Menteri ini.

3.2 Prosedur Pengukuran Kuat Medan[6]


Hal umum yang diperlukan untuk melakukan pengukuran kuat medan
dilokasi adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan dan memastikan daftar frekuensi yang akan diukur sudah
akurat
b. Menyiapkan data lokasi titik-titik pengukuran sesuai wilayah layanan
dengan menggunakan aplikasi pemetaan
c. Menyiapkan alat ukur beserta alat pendukungnya:
1. Alat ukur (FSM/SPA/Receiver)
2. Antena
3. Tripod atau telescopic mast (10 m)
4. Kabel (≥ 10 m)
5. Kompas
6. Gps
7. Toolkit
d. Mengatur kalibrasi alat ukur yang disesuaikan dengan fitur kalibrasi yang
terdapat di masing-masing alat ukur
e. Menyiapkan data antenna faktor
f. Menyiapkan data redaman kabel
g. Memastikan lingkungan di lokasi pengukuran aman, bebas, dari
penghalang (obstacle) dan objek yang bersifat seperti konduktor, gedung
12

tinggi, pohon besar, tiang/tower antena lain, jaringan tegangan tinggi,


bukit dan objek tinggi lainnya

3.3 Pengukuran Kuat Medan [6]


Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan 2 jenis alat ukur field
strenght meter (FSM) dan spectrum analyzer (SPA):
a. Field Strenght Meter (FSM)
1. Menggunakan antena bawaan perangkat FSM
2. Mengatur settingan pada antena:
 Elemen antena disesuaikan dengan frekuensi yang akan diukur
 Panjang elemen antena pada posisi maksimum
 Atur panjang elemen sesuai dengan frekuensi yang akan diukur
 Pasang antena sesuai dengan polarisasi pemancar
3. Memastikan kembali FSM dalam kondisi ON
4. Mengatur set frekuensi yang akan diukur
5. Kemudian set mode sebagai berikut:
 FM; untuk pengukuran kuat medan FM (center carrier)
 Set bandwidth FSM pada BW = 120 kHz (untuk pengukuran kuat
medan FM dan TV)
6. Setelah menyeting set mode kemudian......... set attenuation = 0 dB
7. Melakukan kalibrasi internal dengan menekan tombol cal
8. Mencatat hasil ukur pada penunjukan nilai kuat medan

b. Spectrum analyzer (SPA)


Dynamic range SPA yang digunakan minimal 60 dB.
Metode zero-span (Referensi ITU-R SM.378-7)
1) Menggunakan antena pengukuran kuat medan
2) Mengatur setting antena:
 Elemen antena disesuaikan dengan frekuensi yang akan diukur
13

 Panjang elemen antena pada posisi maksimum


 Atur panjang elemen sesuai dengan frekuensi yang akan diukur
 Pasang antena sesuai dengan polarisasi pemancar

3) Memastikan SPA dalam kondisi ON


4) Setelah itu Input data k antenna faktor dan redaman kabel ke SPA
5) Mengatur setting frekuensi center sesuai dengan frekuensi kerja
pemancar
6) Mengatur setting span frekuensi ke 0 Hz (zero-span)
7) Mengatur resolution bandwidth (RBW) ke 30 kHz (untuk pengukuran
kuat medan FM dan TV)
8) Kemudian setting video bandwidth (VBW) ke 30 kHz (untuk
pengukuran kuat medan FM dan TV)
9) Mengatur kembali attenuation: 0 dB
10) Atur juga trace ke Max Hold dan tunggu selama 2 menit
11) Hentikan sweep SPA dengan menekan tombol Hold/View
12) Mengatur posisi marker di puncak sinyal
13) Hasil pengukuran akan muncul dalam dBµV/m
14) Melakukan langkah 3-13 untuk setiap frekuensi yang berbeda

Anda mungkin juga menyukai