Anda di halaman 1dari 233

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP MOTIVASI


DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP PADA
MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA

OLEH
ALFAUZI RAJID ARIFUDIN AMKAS
NIM. 1613071037

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA


JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2020
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP MOTIVASI
DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP PADA
MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA

SKRIPSI

Diajukan kepada
Universitas Pendidikan Ganesha
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan IPA

Oleh
Alfauzi Rajid Arifudin Amkas
NIM 1613071037

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA


JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2020
SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS


DAN MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK
MENCAPAI GELAR SARJANA PENDIDIKAN

Menyetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ni Made Pujani, M.Si Ni Luh Pande Latria Devi S.Pd., M.Pd.
NIP. 196311041988032001 NIP. 198601102015042002
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI

Skripsi oleh Alfauzi Rajid Arifudin Amkas dengan judul “PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP MOTIVASI
DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI SISTEM
EKSKRESI MANUSIA” ini telah dipertahankan di depan dewan penguji,
pada tanggal

Dewan Penguji,

Prof. Drs. I Wayan Subagia, M.App.Sc., Ph.D (Ketua)


NIP. 196212311988031015

Ni Luh Pande Latria Devi S.Pd., M.Pd (Anggota)


NIP. 198601102015042002

Dr. Ni Made Pujani, M.Si (Anggota)


NIP. 196311041988032001

Kompyang Selamet, S.Pd., M.Pd (Anggota)


NIP. 198906252015041001
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Diterima oleh Panitia Ujian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Ganesha guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai
gelar sarjana pendidikan

Pada:
Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

Ketua Ujian, Sekretaris Ujian,

Dr. Wayan Sukra Warpala, S.Pd.,M.Sc Dr. I Nyoman Suardana, M. Si


NIP. 19670131994031001 NIP. 196611231993031001

Mengesahkan
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Prof. Dr. I Nengah Suparta. M.Si


NIP. 196507111990031003
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar
Siswa SMP Pada Materi Sistem Ekskresi Manusia” beserta seluruh isinya adalah
benar-benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan dan mengutip
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya
ini.

Singaraja,
Yang membuat pernyataan,

Alfauzi Rajid Arifudin Amkas


NIM 1613071037
PRAKATA

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa


karena berkat rahmat-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Motivasi
dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Materi Sistem Ekskresi Manusia”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana
pendidikan pada Universitas Pendidikan Ganesha.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan baik
berupa moral maupun material dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ni Made Pujani, M.Si. Selaku Pembimbing I dan juga selaku Ketua
Jurusan Fisika dan Pengajaran IPA yang telah memberikan bimbingan,
arahan, petunjuk dan motivasi yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Ni Luh Pande Latria Devi, S.Pd.,M.Pd. selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, dan motivasi kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Dr. I Nyoman Suardana, M.Si. selaku ketua Program Studi S1 Pendidikan
IPA yang telah memberikan bimbingan dan motivasi yang diberikan dalam
menempuh Pendidikan di Prodi S1 Pendidikan IPA.
4. Staf dosen di lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
yang telah bersedia memberikan data dan mengurus segala administrasi
dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Kepala sekolah SMP Negeri 2 Sawan yang telah bersedia memberikan tempat
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Komang Sudarmini, S.Pd.,M.Pd selaku Guru kelas VIII di SMP Negeri 2
Sawan yang telah bersedia memberikan data dan mengurus segala
administrasi dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
penyusunan skripsi ini.

i
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang tersaji dalam skripsi ini
masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan yang peneliti miliki.
Untuk itu demi kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan segala kritik
maupun saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua khususnya bagi
pengembangan dunia pendidikan.

Singaraja, 2020

Penulis

ii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE JIGSAW TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI
BELAJAR SISWA SMP

Oleh
Alfauzi Rajid Arifudin Amkas, NIM 16113071037
Jurusan Fisika dan Pengajaran Sains

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan motivasi belajar dan prestasi
belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
langsung. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan Pretest-
Posttest Control Group Design. Populasi dalam penelitan ini yaitu seluruh siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Sawan dengan jumlah siswa yaitu 334 yang tersebar
kedalam sebelas kelas. Sampel diambil dengan teknik Simple Random Sampling
dengan cara undian berkelompok. Data dalam penelitian ini berbentuk kuantitatif
yang terdiri dari data motivasi belajar dan prestasi belajar IPA. Data motivasi
belajar siswa diambil menggunakan metode angket dengan instrumen kuesioner
berjumlah 40 butir pernyataan dengan Reliabilitas kategori sedang. Pengumpulan
data prestasi belajar IPA menggunakan metode tes dengan instrumen tes pilihan
ganda berjumlah 20 butir soal dengan Reliabilttas kategori sedang. Analisis data
penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial.
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Uji MANOVA dengan
melaksanakan uji prasyarat terlebih dahulu. Pengambilan putusan uji hipotesis
dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat
disimpulkan bahwa, 1) Ada perbedaan motivasi siswa dan prestasi belajar IPA
secara bersama-sama antara siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran
Langsung, 2) Ada perbedaan motivasi belajar antara siswa yang dibelajarkan
dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang dibelajarkan
dengan Model Pembelajaran Langsung, 3) Ada perbedaan prestasi belajar IPA
siswa antara siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw dan siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Langsung.

Kata-kata kunci: Jigsaw, Motivasi Belajar, Prestasi Belajar,

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN

PRAKATA ................................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................... 7
1.3 Pembatasan Masalah ........................................................................ 8
1.4 Perumusan Masalah .......................................................................... 8
1.5 Tujuan Penelitian.............................................................................. 9
1.6 Manfaat Penelitian............................................................................ 9

BAB II KAJIAN TEORI


2.1 Deskripsi Teoritis ........................................................................... 11
2.2 Penelitian yang Relevan ................................................................. 42
2.3 Kerangka Berfikir........................................................................... 45
2.4 Hipotesis ....................................................................................... 49

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 50
3.2 Rancangan Penelitian ................................................................... 51
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 51
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 52
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ................................................. 68

iv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif................................................ 75
4.2 Hasil Analisis Statistik Inferensial .............................................. 79
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 86
4.4 Implikasi Penelitian .................................................................... 96

BAB V PENUTUP
5.1 Rangkuman .................................................................................. 100
5.2 Simpulan ...................................................................................... 103
5.3 Saran ............................................................................................ 103

DAFTAR RUJUKAN ............................................................................... 105

LAMPIRAN ............................................................................................. 110

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw .............................. 21


2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Langsung .................................. 28
3.1 Sebaran Populasi Per Kelas ................................................................... 51
3.2 Kisi-kisi Tes Pilihan Ganda yang di Uji Coba ........................................ 56
3.3 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar yang di Uji Coba ......................... 57
3.4 Kriteria Indeks Daya Beda .................................................................... 59
3.5 Kriteria Indeks Kesukaran Butir ............................................................ 60
3.6 Kriteria Reliabilitas Tes......................................................................... 61
3.7 Interpretasi Nilai r ................................................................................. 62
3.8 Rekapitulasi Hasil Analisis Instrumen Tes Uji Coba .............................. 63
3.9 Kisi-kisi Instrumen Tes Prestasi Belajar IPA Pasca Uji Coba ................ 65
3.10.Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Intrumen Motivasi Siswa ........... 66
3.11Kisi-kisi Intrumen Motivasi Belajar Uji Coba ....................................... 67
3.12Klasifikasi PAP untuk Prestasi Belajar IPA .......................................... 69
3.13Pemberian Skor Skala Likert Angket Motivasi Belajar ......................... 69
3.14Kualifikasi Pedoman Konversi Nilai Absolut Skala Lima ..................... 70
3.15Kriteria Penggolongan Skor Motivasi Belajar ....................................... 70
4.1 Deskripsi Umum Nilai Prestasi Belajar IPA dan Motivasi Belajar ......... 75
4.2 Nilai Rata-rata Prestasi Belajar IPA per-Indikator ................................. 77
4.3 Nilai Rata-rata Motivasi Belajar per-Aspek ........................................... 77
4.4 Distribusi Nilai Prestasi Belajar IPA...................................................... 78
4.5 Distribusi Nilai Motivasi Belajar ........................................................... 79
4.6 Hasil Uji Normalitas Shapiro Wiilks Test dengan SPSS ........................ 80
4.7 Hasil Uji Homogenitas Varians dengan SPSS........................................ 80
4.8 Hasil Uji Box’s M dengan SPSS ........................................................... 81
4.9 Hasil Uji Multikolinieritas dengan SPSS ............................................... 82
4.10 Hasil Uji MANOVA untuk Hipotesis 1 ............................................... 83
4.11 Hasil Uji MANOVA untuk Hipotesis 2 ............................................... 83
4.12 Hasil Uji MANOVA untuk Hipotesis 3 ............................................... 84
4.13 Hasil Uji LSD .................................................................................... 85

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Hubungan Antara Kelompok Asal dan Kelompok Ahli ........................ 24


2.2 Skema Kerangka Berfikir ..................................................................... 48
3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................ 51
3.2 Hubungan Antar Variabel ...................................................................... 54
4.1 Grafik Nilai Rata-rata Prestasi dan Motivasi Belajar ............................. 76

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran 01. Surat Penelitian ................................................................... 110
Lampiran 02. RPP Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ............... 111
Lampiran 03. RPP Model Pembelajaran Langsung .................................... 147
Lampiran 04. Kisi-kisi Instrumen Sebelum Uji Coba ................................ 165
Lampiran 05. Instrumen Pengumpulan Data Sebelum Uji Coba ................ 177
Lampiran 06. Hasil Uji Coba Instrumen .................................................... 190
Lampiran 07. Instrumen Pengumpulan Data Setelah Uji Coba................... 200
Lampiran 08. Hasil Penelitian ................................................................... 211
Lampiran 09. Hasil Pengujian Asumsi ...................................................... 213
Lampiran 10. Hasil Pengujian Hipotesis .................................................... 215
Lampiran 11. Dokumentasi ....................................................................... 216
Lampiran 12. Riwayat Hidup .................................................................... 218

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan dan

kelangsungan hidup suatu bangsa. Dipandang dari segi kebutuhan, pembangunan

manusia yang berkualitas perlu dipersiapkan untuk berpartisipasi terhadap

terlaksananya program-progam pembangunan yang telah direncanakan guna

memajukan perkembangan suatu bangsa. Salah satu upaya untuk menciptakan

manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Sebagaimana telah

tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 bab II pasal 3 bahwa

tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan seluruh potensi peserta

didik menjadi manusia Indonesia yang berkualitas. (Depdiknas. 2003)

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas,

2003). Artinya bahwa harapan pemerintah untuk membentuk manusia yang tidak

hanya akan cerdas di bidang ilmu atau sains tetapi memiliki karakter/watak yang

sudah tertuang di dalam undang-undang. Sejalan dengan hal itu, pengembangan

1
2

kurikulum 2013 ditujukan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan

secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di

masyarakat. Semua Kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang

sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari

tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Diharapkan

dalam proses pembelajaran dengan penerapan kurikulum saat ini yaitu

Kurikulum 2013 guru dalam proses pembelajaran tidak hanya menekankan ke

potensi akademik saja melainkan non akdemik seperti kreativitas, keahlian

berkomunikasi yang dimana hal ini sudah sesuai dengan isi dari kurikulum 2013

yang menekankan pada pendidikan karakter (Abdullah Idi, 2016).

Pada hasil survey PISA tahun 2015 kenyataannya masih rendahnya

prestasi akademik siswa Indonesia yang ditunjukan dari hasil tes dan survey

PISA. Indonesia menduduki peringkat 10 terbawah dari 69 negara yang

berpartisipasi, dengan rincian: 1) prestasi literasi membaca siswa Indonesia

menduduki peringkat 61 dari 69 negara, 2) prestasi literasi Sains/IPA siswa

Indonesia menduduki peringkat 62 dari 69 negara, dan 3) prestasi literasi

Matematika siswa Indonesia menduduki peringkat 63 dari 69 negara yang

berpartisipasi (Iswandi, 2016). Hal serupa juga terlihat dari hasil Trend in

International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2015, Indonesia

berada pada ranking 36 dari 49 negara yang berpartisipasi (Sarnapi, 2016). Hal ini
3

meunjukan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah, khususnya pada

bidang sains/IPA dan matematika.

Model Pembelajaran langsung masih berdasarkan asumsi bahwa

pengetahuan dapat dipindah secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siwa. Model

pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan siswa untuk

mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan

mencatat. Pelaksanaan model pembelajaran langsung mengharuskan guru untuk

menjelaskan hal-hal secara jelas, mendemonstrasikan dan memberi contoh

perilaku yang tepat, menyediakan latihan, memantau kinerja, dan memberikan

umpan balik (Arends, 2013). Tujuan pembelajaran langsung lebih menekankan

pada upaya penambahan pengetahuan. Penggunaan yang sering digunakan oleh

guru cenderung membuat siswa menjadi pasif dan kegiatan belajar mengajar tidak

kondusif (Arends, 2013).

Berdasarkan pemahaman guru belum menerapkan kurikulum yang

berbasis kompetensi, dan lebih mengutamakan hasil akhir dari siswa-siswanya

lulus dengan nilai tinggi dan memuaskan, tetapi tidak memperdulikan siswanya

telah benar-benar menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasarnya. Bila

dilihat dari sudut pandang semangat siswa belajar dikelas sangat kurang, karakter

siswa yang baru beranjak dari masa SD ke jenjang SMP menjadi salah satu faktor

masalah yang membuat pola pikir dan tingkah laku kekanak-kanakannya masih

melekat pada dirinya, siswa tidak diberikan motivasi belajar secara khusus saat

proses pembelajaran dikelas berlangsung. Metode ceramah yang digunakan secara

terus menerus selama proses pembelajaran membuat siswa merasa bosan dengan
4

pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga menyebabkan kurangnya

motivasi belajar siswa secara maksimal (Arends, 2013).

Metode Pembelajaran yang digunakan harus menekankan pada motivasi

belajar, suatu daya penggerak di dalam diri siswa yang memberi semangat belajar,

arah dan kegigihan perilaku untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai

dalam hal ini prestasi belajar siswa dikelas. Pentingnya motivasi belajar bagi

siswa yaitu untuk menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil

akhir untuk menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan

dengan teman sebaya untuk mengarahkan kegiatan belajar dan membesarkan

semangat belajar siswa pada pembelajaran. (Sardiman, 2016). Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi motivasi belajar pada siswa yaitu cita-cita, aspirasi siswa,

kemampuan siswa, kondisi siswa dan kondisi lingkungan siswa. Menurut

Sardiman (2016:83) indikator motivasi belajar adalah tekun menghadapi tugas,

ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam

masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin,

dapat mempertahankan pendapatnya dan tidak mudah melepaskan hal yang

diyakini.

Kualitas pendidikan dibidang sains/IPA dan matematika disebabkan

karena rendahnya prestasi belajar siswa terhadap konten yang dipelajari. Menurut

Djamarah (1994) prestasi belajar merupakan hasil dari suatu kegiatan yang telah

dikerjakan atau diciptakan secara individu maupun secara kelompok. Terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak, diantaranya motivasi

belajar, sikap, minat belajar, kebiasaan belajar dan konsep diri. Selain dari diri

individu siswa itu sendiri, peran guru, sekolah dan lingkungan masyarakat
5

mempengaruhi akan hasil akhir dari proses pembelajaran itu sendiri. Cara guru

mengajar atau mentransfer ilmu ke siswa berpengaruh akan pemahaman siswa

terhadap konten yang diajarkan sehingga nantinya hasil dari proses tersebut dapat

memuaskan. Saat ini pelaksanaan kurikulum 2013 menekankan guru harus

mengajar dengan sistem Student Centered dengan pendekatan yang mengarah ke

kemampuan siswa untuk membangun ilmunya sendiri. Pendekatan yang dimaksud

adalah pendekatan Scientific. Model yang digunakan juga diharapkan model yang

inovatif dan kreatif. Tetapi kenyataan dilapangan berbeda dengan apa yang

diharapkan. Guru cenderung menggunakan metode pembelajaran langsung.

Metode tersebut lebih menekankan ceramah dan demonstrasi oleh guru.

Perubahan dan pergeseran paradigma pendidikan sekarang ini antara lain

berupa pembelajaran behavioristik menjadi konstruktivistik, pembelajaran

serialist ke pembelajaran holistik telah berimplikasi pada perubahan arah

pendidikan dan kurikulum. Pembelajaran yang berorentasi pada penguasaan

materi dianggap gagal menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif, dan inovatif.

Peserta didik berhasil mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali

peserta didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Para ahli

telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja

siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami

konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan

berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada

siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama

menyelesaikan tugas-tugas akademik. Keberhasilan kelompok tidaklah akibat


6

keberhasilan satu atau dua orang saja melainkan keberhasilan bersama anggota

kelompok tersebut (Huda, 2011).

Dari permasalahan yang relatif komplek tersebut perlu untuk mencari

suatu strategi pembelajaran yang sinergis sebagai solusi yang akurat dan

komprehensif memecahkan masalah terutama pada pembelajaran IPA. Salah satu

yang diduga secara teoritis sebagai solusi masalah-masalah pada pembelajaran

IPA adalah pendekatan koperatif tipe Jigsaw.

Model pembelajaran tipe Jigsaw lebih menekankan pada pentingnya

interaksi dan kerjasama dalam suatu tim, serta pengetahuan awal siswa. Siswa

dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota setiap kelompok berjumlah 5-

6 orang dan bersifat heterogen. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab

untuk mempelajari bagian materi tertentu yang diberikan guru (Sadia, 2014).

Huda (2011) menyatakan bahwa pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,

siswa dibagi menjadi kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah

kelompok awal siswa yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar

belakang siswa. Kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri dari anggota

kelompok asal yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu yang kemudia

dijelaskan pada anggota kelompok asal.

Beberapa temuan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw memberikan dampak positif terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan Mari dan Gumel (2015) menyatakan bahwa model

pemebelajaran tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar.


7

Sehingga dengan menggunakan model pembelajaran ini diduga dapat

mengembangkan prestasi belajar siswa serta mengembangkan motivasi siswa

melalui diksusi kelompok dan tutor sebaya.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti apakah

model kooperatif tipe jigsaw berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi belajar

siswa dengan judul penelitian “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI

BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang ada

di lokasi penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran cenderung rendah. Hal ini

terlihat dari banyaknya siswa yang berbicara dengan teman yang lain dan

tidak memperhatikan ketika guru mengajar.

2. Prestasi belajar siswa yang sudah mencapai KKM tetapi tidak memahami

konsep pembelajaran yang sesuai dengan SK dan KD.

3. Proses pembelajaran yang dilakukan dikelas masih belum bervariasi, yaitu

masih menggunakan metode pembelajaran langsung yang membuat siswa

merasa cepat bosan dan hilang konsentrasi pada saat proses pembelajaran

berlangsung.

4. Interaksi didalam kelas antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran

masih kurang aktif dan kondusif.


8

1.3 Pembatasan Masalah

Masalah yang difokuskan pada penelitian ini adalah pada proses

pembelajaran yang terjadi di lapangan cenderung menggunakan model

pembelajaran langsung yang masih berpusat pada guru, karena mudah diterapkan

dan sudah menjadi kebiasaan guru dalam mengajar di kelas. Selain itu penelitian

ini memiliki keterbatasan terkait tempat penelitian dengan materi pelajaran IPA

yang digunakan adalah Sistem Ekskresi Manusia.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, dapat

dirumuskan permasalahan yaitu,

1. Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa yang dibelajarkan

dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang

dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Langsung?

2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa yang

dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa

yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Langsung?

3. Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA secara

bersama-sama antara siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang dibelajarkan dengan Model

Pembelajaran Langsung?
9

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilaksankan untuk

mencapai tujuan yaitu,

1. Menganalisis perbedaan motivasi belajar antara siswa yang dibelajarkan

dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang

dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Langsung.

2. Menganalisis perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan

dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang

dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Langsung.

3. Menganalisis perbedaan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA secara

bersama-sama antara siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang dibelajarkan dengan Model

Pembelajaran Langsung

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan

pembelajaran sains/IPA baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun

manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori tentang model

pemebelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam upaya memecahkan permasalahan

dalam mata pelajaran IPA, khususnya tentang kurangnya motivasi belajar dan
10

rendahnya prestasi belajar IPA yang dimiliki siswa, serta dapat menjadi masukan

tentang cara belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa, berupa pengalaman proses pembelajaran yang lebih

variatif dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.

b. Manfaat bagi guru, dapat meningkatkan pengetahuan dalam menerapkan

metode pembelajaran serta kemampuan dalam mengelola kelas untuk

menciptakan proses pembelajaran yang efektif dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang telah dicanangkan.

c. Manfaat bagi sekolah, perangkat yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai

pilihan yang dapat dipertimbangkan dalam pembelajaran IPA di semua kelas.

d. Manfaat bagi peneliti lain, penelitian ini dapat memberikan pengalaman

langsung sebagai calon guru IPA dalam mempraktekkan teori-teori yang telah

diperoleh dalam perkuliahan.


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Deskripsi Teoritis


Deskripsi teoritis pada penelitian ini memaparkan tentang: 1) Hakikat

Pembelajaran IPA, 2) Model Pembelajaran Kooperatif, 3) Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw, 4) Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, 5)

Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, 6) Sintaks Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw, 7) Langkah-langkah Menerapkan Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw, 8) Gagasan Pemilihan Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw, 9) Prinsip dan Fungsi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, 10)

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, 11)

Pembelajaran Langsung, 12) Motivasi Belajar, dan 13) Prestasi Belajar IPA.

2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA tidak bisa dengan cara menghafal atau pasif

mendengarkan guru menjelaskan konsep namun siswa sendiri yang harus

melakukan pembelajaran melalui percobaan, pengamatan maupun bereksperimen

secara aktif yang akhirnya akan terbentuk kreativitas dan kesadaran untuk

menjaga dan memperbaiki gejala-gejala alam yang terjadi untuk selanjutnya

membentuk sikap ilmiah yang pada gilirannya akan aktif untuk menjaga

kestabilan alam ini secara baik dan lestari. Merujuk pada pengertian IPA itu, maka

11
12

yang dimaksud hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu 1) sikap rasa ingin

tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat

yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang

benar; 2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode

ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan,

evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; 3) produk: berupa fakta, prinsip,

teori, dan hukum; 4) aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam

kehidupan sehari-hari. (Sulthon,2016). Berdasarkan uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud hakikat IPA dipandang sebagai dimensi,

proses, produk, dan sikap ilmiah karena dimensi tersebut secara sistematis saling

berkaitan. Berawal dari sikap keingintahuan peserta didik tentang seluruh

fenomena alam dan masalahnya yang kemudian memotivasi peserta didik untuk

melakukan pengamatan empiris sebagai wujud pemberian pengalaman yang

secara langsung dialami sendiri oleh peserta didik, melalui proses ilmiah di

antaranya: hipotesis, eksperimen, evaluasi dan kesimpulan. Ternyata sikap dan

proses ini sebagai upaya mengembangkan keterampilan proses peserta didik.

Produknya adalah berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Hal tersebut

menunjukkan bahwa hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap menjadi dasar

dalam proses pembelajaran IPA di sekolah (Sulthon,2016).

Sadia (2014), menyatakan bahwa sains pada hakikatnya memiliki dua

dimensi yaitu sains sebagai produk dan sains sebagai proses. Sains merupakan

kumpulan pengetahuan yang meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip,

dan teori-teori yang disebut produk sains, dan sains sebagai keterampilan dan

sikap serta nilai yang dibutuhkan untuk memperoleh dan mengembangkan


13

pengetahuan yang disebut proses sains. Sains sebagai produk dan sains sebagai

proses merupakan dua dimensi yang terpisah, namun merupakan dua dimensi

yang terjalin erat sebagai satu kesatuan. Proses sains akan menghasilkan

pengetahuan (produk sains) yang baru dan pengetahuan sebagai produk sains akan

memunculkan pertanyaan baru untuk diteliti melalui proses sains, sehingga

dihasilkan pengetahuan (produk sains) yang lebih baru lagi.

Hakikat sains adalah landasan untuk berpijak dalam mempelajari IPA.

Banyak cara yang telah dilakukan untuk mencapai aspek yang terkandung di

dalam hakikat sains, namun belum juga menunjukkan hasil yang memuaskan.

Disamping itu juga guru belum memahami konsep hakikat sains. Dalam

membelajarkan sains guru hendaknya juga melatih keterampilan siswa untuk

berproses (keterampilan proses) dan juga menanamkan sikap ilmiah, misalnya

rasa ingin tahu, jujur, bekerja keras, pantang menyerah, dan terbuka.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

berorientasi pada pandangan konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif adalah

model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan

belajar (Sugiyanto, 2010: 37). Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian

kegiatan belajar yang di lakukan siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya, 2010).


14

Model pembelajaran kooperatif melibatkan partisipasi siswa dalam belajar

kelompok yang menekankan adanya interaksi positif diantara siswa. Partisipasi

siswa dalam kelompok dan kerja sama antar anggota kelompok dianggap penting,

karena akan menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Pembelajaran secara

kelompok akan memudahkan siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit

dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir (Sanjaya, 2010). Hal ini akan

berdampak pada meningkatnya kemampuan akademik siswa. Selain pencapaian

akademik, siswa juga akan terbiasa untuk bertoleransi dan menerima perbedaan

karena anggota dalam kelompoknya terdiri atas latar belakang, kemampuan, dan

ras/suku yang berbeda-beda. Siswa juga akan terlatih untuk mengembangkan

keterampilan sosialnya terutama hubungan dengan orang lain.

Ibrahim, dkk (dalam Sadia,2014) menyatakan terdapat tujuh unsur dasar

pada model pembelajaran kooperatif sebagai berikut,

1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup

sepenanggungan bersama”. Artinya, setiap anggota kelompok harus berupaya

semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan kelompok dna tujuan individu.

Keberhasilan seorang anggota kelompok akan berdampak pada keberhasilan

kelompok, dan sebaliknya kegagalan seorang anggota kelompok akan

berdampak pada kegagalan kelompok.

2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti

milik mereka sendiri. Setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab pada

tugas yang dibebankan oleh kelompok. Kondisi ini sangat penting dalam

upaya membangun individu yang bertanggung jawab.


15

3. Semua siswa dalam kelompok harus merasa bahwa meraka memiliki tujuan

yang sama. Artinya, tujuan kelompok adalah merupakan tujuan setiap individu

anggota kelompok, sehingga setiap individu merasa memiliki tujuan yang

sama.

4. Siswa dalam tiap-tiap kelompok berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama.

Dalam setiap kelompok harus terjadi pembagian tugas dan tanggung jawab

secara adil dan merata.

5. Tiap-tiap siswa dalam suatu kelompok akan dikenakan evaluasi atau diberi

penghargaan. Meskipun intensitas proses pembelajaran berlangsung dalam

kelompok-kelompok kecil, namun evaluasi dan penghargaan dilakukan pada

setiap individu siswa.

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka memerlukan keterampilan untuk

belajar bersama sepanjang proses pembelajaran. Kondisi ini akan memberi

peluang pada setiap individu untuk berlatih kepemimpinan.

Tiap-tiap siswa diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individu

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Hal ini akan mendorong setiap

siswa untuk berupaya keras menguasai materi pembelajaran.

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori

konstruktivisme. Pada dasarnya, pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar

adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara individual menemukan dan

menstransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan

aturan yang ada dan merevisi nya bila perlu. (Rusman, 2014:201). Pembelajaran
16

kooperatif menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam

kelompok. (Rusman, 2014:201).

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran kooperatif dapat

didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Oleh karena

itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam kooperatif

karena mereka beranggapan telah biasa menggunakan kooperatif lerning dalam

bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok

dikatakan sebagai model kooperatif lerning. (Rusman, 2014:203). Mengatakan

“Pembelajaran kooperatif dilaksanakan melaui proses sharing antara peserta

belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar

itu sendiri”. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih

luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa,

siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic comunicattion).

Rusman (2014:204) mengemukakan model kooperatif adalah teknik

pengelompokan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar

bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. belajar

kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang

memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan

belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut”.

Rusman (2014:203) mengungkapkan bahwa model kooperatif lerning

adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok. Ada

beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip

dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah. Jigsaw merupakan salah satu
17

tipe dari kooperatif learning yang dikembangkan oleh Arenson et al (. Arti jigsaw

dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan

istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun perorangan gambar. Pembelajaran

kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah gergaji (zigzag),

yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan

siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Seperti yang diungkapkan Rusman (2014:218) bahwa, “pembelajaran

kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara

siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang

secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan

tanggung jawab secara mandiri”. Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah

satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana

setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat,

kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama

saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.

Zaini (2013) mengemukakan Model pembelajaran jigsaw merupakan

strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat

dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan

penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik

dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.

2.1.3.4 Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar

bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Trianto (2012:57)


18

mengemukakan bahwa manfaat dari penerapan kooperatif learning mengurangi

kesenjangan pendidikan khususnya dalam mewujudkan input pada level

individual. Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan sikap

solidaritas sosial di kalangan siswa. Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar

akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan

sosial.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw disusun dalam sebuah usaha untuk

meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap

kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan

kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang

berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini

siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.

Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah untuk

mengajarkan kepada siswa untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja

sama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting dimiliki di dalam masyarakat di

mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang

saling bergantung sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin

beragam.

2.1.3.5 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan

pada proses kerja sama dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif jigsaw
19

ini adalah sebuah model pembelajaran kooperatif yang menitik beratkan pada

kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Karakteristik pembelajaran

kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim.

Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu

membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu dalam

mencapai tujuan pembelajaran.

b. Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara

kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau bekerja sama perlu

ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa adanya kerja sama yang baik,

pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil maksimal.

c. Keterampilan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktekan melalui aktivitas dalam

keangotaan pembelajaran dalam berkelompok. Dengan demikian siswa perlu

didorong untuk mau dan ssanggup untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan

anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

d. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan memnunjukan bahwa

pembelajaran kooperatif dilaksanaakan sesuai rencana, dan langkah-langkah

pembelajaran sudah ditentukan. Fungsi manajemen sebagai organisasi,

menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang

matang agar proses pembelajaran berlangsung dengan efektif. Fungsi manajemen


20

sebagai control, menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu

ditentukan kriteria keberhasilan baik melaui tes maupun non tes.

Rusman (2014:218) menyatakan bahwa jigsaw merupakan salah satu tipe

model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Pembelajaran model jigsaw ini

dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena setiap kelompok dihadapkan

pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalaahan yang dihadapi setiap

kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi

yang sama, kita sebut sebagai tim ahli yang bertugas membahas permasalaahan

yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan

disampaikan pada anggota timnya. Kisworo (2016) mengemukan ciri-ciri model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dikemukakan adalah sebagai berikut :

a. Belajar bersama dengan teman.

b. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman.

c. Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok.

d. Belajar dari teman yang berbeda kelompok.

e. Belajar dalam kelompok kecil.

f. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat.

g. Keputusan tergantung pada siswa sendiri.

h. Siswa aktif

Dengan menggunakan cooperative learning tipe jigsaw maka siswa akan

lebih aktif di dalam kelas, komunikasi antar sesama siswa maupun siswa dengan

guru akan berlangsung secara baik. Kelompok yang dibentuk secara heterogen

sehingga siswa tidak hanya menumpang kelompok dengan temannya karena

setiap siswa memiliki tugas yang berbeda dengan anggota kelompok lain.
21

2.1.3.6 Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Bekerja dalam sebuah kelompok yang terdiri dari tiga atau lebih anggota

pada hakikatnya akan memberikan manfaat tersendiri. Salah satu asumsi yang

mendasari pengembangan pembelajaran kooperatif adalah bahwa sinergi yang

muncul melalui kerja sama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar

dari pada melalui lingkungan kompetitif individual. Sintak model pembelajaran

Jigsaw dapat disajikan dalam Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1
Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

No. Langkah Kegiatan yang dilakukan

1. Fase- 1 Guru melakukan apersepsi terhadap


Menyampaikan tujuan dan materi sebelumnya dan
memotivasi siswa. menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
2. Fase- 2 Guru menyajikan materi dengan
Menyajikan Informasi ceramah sebagai pembuka
pembelajaran.
3. Fase – 3 Guru membagi siswa dalam beberapa
Mengorganisasikan siswa ke kelompok. Kelompok terbentuk
dalam kelompok cooperative secara heterogen. Guru menghitung
siswa 1-6 dan siswa yang lainnya
mengikuti dengan angka yang sama.
4. Langkah – 4 Guru memberi instruksi siswa untuk
Memberikan instruksi membagi tugas setiap anggota
bagaimana diskusi kelompok kelompok. Setiap siswa mendapat
berjalan lembar kerja indiviu yang berbeda
satu sama lain dan lembar kerja
kelompok.
5. Fase-5 Guru membimbing kelompok-
Membimbing kelompok bekerja kelompok belajar pada saat mereka
dan belajar. mengerjakan tugas.
6. Fase – 6 Guru mengevaluasi hasil belajar
Evaluasi tentang materi yang telah di pelajari
masing-masing kelompok
mempresentasikan hasilnya.
22

No. Langkah Kegiatan yang dilakukan


7. Langkah 7 Guru mencari cara-cara untuk
Memberi Penghargaan menghargai baik upaya maupun hasil
individu maupun kelompok
Sumber : https://ruangguru.com

2.1.3.7 Langkah-langkah Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya

terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-pokok

materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama

pada tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

2. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan

penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk

sebelumnya.

3. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran cooperative bisa dilakukan

melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes

individu akan memberikan penilaian kemmapuan individu, sedangkan

kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya,

seperti dijelaskan Rusman (2014: 213). “Hasil akhir setiap siswa adalah

penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki

nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah

nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap

anggota kelompoknya”.
23

4. Pengakuan tim, adalah peetapan tim yang dianggap paling menonjol atau

tim yang paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau

hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk berprestasi lebih baik

lagi.

Berikut ini beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa dan guru

dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw:

1. Melakukan menbaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topik-

topik permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari

permasalahan tersebut.

2. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapat topic permasalahan yang

sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli

untuk membicarakan topik permasalahan tersebut.

3. Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan

menjelaskan hasil yang di dapat dari hasil diskusi tim.

4. Kuis dilakukan mencangkup semua topic permasalahan yang dibicarakan

tadi.

5. Perhitungan skor kelompok untuk menentukan penghargaan kelompok.

Rusman (2014:220). Mengemukakan langkah-langkah pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut :

1. Siswa dikelompokan ke dalam 1 sampai 5 orang tim.

2. Tiap orang dalam tim diberi materi berbeda.

3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.


24

4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang

sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan

subbab mereka.

5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok

asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang

mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.

6. Tiap tim ahli mendiskusikan hasil diskusi.

7. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

8. Guru memberi evaluasi.

9. Penutup.

Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai

berikut Rusman (2009:74).

Gambar 2.1

Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli

2.1.3.8 Prinsip dan Fungsi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Prinsip-Prinsip pembelajaran model jigsaw adalah sebagai berikut :

a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria

yang ditentukan.
25

b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung

pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus

dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota

kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu

kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.

Fungsi Pembelajaran Model kooperatif tipe Jigsaw:

A. Berdasarkan prinsip-prinsip diatas memastikan bahwa siswa berkemampuan

tinggi, sedang dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik

dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

B. Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau

menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas individual yang

mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok

diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan

bantuan.

2.1.3.9 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

A. Kelebihan Model Jigsaw :

Rusman (2014:218) mengemukakan kelebihan dari metode jigsaw sebagai

berikut:

1. Dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif.

2. Menjalin/mempererat hubungan yang lebih baik antar siswa.

3. Dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa.


26

4. Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari

pada guru.

Selain manfaat positif di atas berikut beberapa kelebihan dari model jigsaw

yaitu sebagai berikut:

1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok

ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.

2. Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dalam

memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.

3. Siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat karena siswa diberikan

kesempatan untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing-masing

kelompok.

4. Siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam

dan sederhana dengan anggota kelompoknya.

5. Siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi tersebut

kepada teman kelompok belajarnya.

6. Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam kelompok

7. Materi yang diberikan kepada siswa dapat merata.

8. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif

Rusman (2014:218) melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif

model jigsaw yang hasilnya menunjukan bahwa interaksi kooperatif memiliki

berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut

adalah:

a. Meningkatkan hasil belajar,

b. Meningkatkan daya ingat,


27

c. Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi,

d. Mendorong tumbuhnya motivasi instriksik (kesadaran individu)

e. Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen,

f. Meningkatkan sikap positif terhadap guru,

g. Meningkatkan sikap positif anak terhadap sekolah,

h. Meningkatkan harga diri anak,

i. Meningkatkan prilaku penyesuaian social positif,

j. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong.

B. Kelemahan kooperatif tipe jigsaw

Jika model pembelajaran jigsaw memiliki kelebihan tentu dibalik kelebihan

tersebut ada kelemahannya. Berikut ini adalah kelemahan dari model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw:

1. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan

keterampilanketerampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka

dikhawatirkan kelompok akan macet.

2. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misalnya

jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas

dan pasif dalam diskusi.

3. Menimbulkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum

terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang juga dapat

menimbulkan gaduh.
28

2.1.4 Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang bertujuan

untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dan pengetahuan dasar yang

dapat dijabarkan dengan cara bertahap langkah demi langkah (Arends, 2013).

Pembelajaran langsung masih berdasarkan asumsi bahawa pengetahuan dapat

dipindah secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siwa. Model pembelajaran

langsung bergantung pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi

melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Pelaksanaan model

pembelajaran langsung mengharuskan guru untuk menjelaskan hal-hal secara

jelas, mendemonstrasikan dan memberi contoh perilaku yang tepat, menyediakan

latiha, memantau kinerja, dan memberikan umpan balik (Arends, 2013). Tujuan

pembelajaran langsung lebih menekankan pada upaya penambahan pengetahuan.

Secara umum kegiatan dalam model pembelajaran langsung terdiri dari lima

langkah pembelajaran yang disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2
Langkah-langkah Model Pembelajaran Langsung

Langkah-langkah
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pembelajaran
Fase 1: 1. Guru menjelaskan 1. Siswa mencermati
Menyampaikan tujuan pembelajaran, informasi yang
Tujuan dan informasi latar diberikan oleh guru.
Kompetensi belakang
pembelajaran,
pentingnya
pengajaran, dan
mempersiapkan siswa
untuk belajar
Fase 2: 2. Guru 2. Siswa
Mendemonstrasikan mendemonstrasikan mendengarkan dan
Pengetahuan atau pengetahuan/keteramp mengamati
Keterampilan ilan yang benar atau demonstrasi yang
29

Langkah-langkah
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pembelajaran
menyajikan informasi dilakukan oleh guru
tahap demi tahap serta mencatat hal
yang penting
Fase 3: 3. Guru merencanakan 3. Siwa mengikuti
Membimbing dan memberikan pelatihan yang
Pelatihan bimbingan pelatihan diberikan oleh guru
awal

Fase 4: 4. Guru mengecek 4. Siswa mengerjakan


Mengecek keberhasilan siswa tugas dan
pemahaman dan dalam mengerjakan menjawab
memberikan umpan tugas dan memberikan pertanyaan yang
balik umpan balik diberikan oleh guru
secara lisan
Fase 5: 5. Guru memberikan 5. Siswa mengikuti
Pelatihan lanjutan pelatiahan lanjutan pelatihan lanjutan
dan penerapan dengan perhatian yang diberikan oleh
khusus pada guru
penerapan dalam
kehidupan sehari-hari
(Kardi dan Nur,2000)
2.1.5 Motivasi Belajar
A. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi Belajar dari kata “motif” yang diartikan sebagai “daya penggerak

yang telah menjadi aktif” (Sardiman,2001: 71). Pendapat lain juga mengatakan

bahwa motivasi adalah “keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan” (Soeharto dkk, 2003:110). Dalam

buku psikologi pendidikan Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa “motivasi adalah

daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal

dari dalam diri dan juga dari luar” (Dalyono, 2005:55). Dalam bukunya Ngalim

Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang

kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap

suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang


30

membatasi/menentukan tingkah laku organisme itu (Ngalim Purwanto, 2007:61).

Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk

terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara

khusus.

Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang

memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari

terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau munculnya

tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya

perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, dkk: 1992: 3). Belajar adalah suatu

proses yamg ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan

dalam diri seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya

pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan

kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang

ada pada individu. (Sudjana, 2002 :280).

Djamarah mengemukakan bahwa belajar adalah “suatu aktifitas yang

dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah

dipelajari” (Djamarah,1991:19-21). Sedangkan menurut Slameto belajar adalah

”merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto,

2003 : 2). Belajar merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mendapat

dari bahan yang dipelajari dan adanya perubahan dalam diri seseorang baik itu

pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan tingkah lakunya. Motivasi belajar


31

merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana

ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.

B. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari berbagai

sudut pandang. Sardiman mengatakan bahwa motivasi itu sangat bervariasi yaitu:

1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

a) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir.

b) Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul karena dipelajari.

2. Motivasi menurut pembagiaan dari woodworth dan marquis dalam sardiman:

a) Motif atau kebutuhan organis misalnya, kebutuhan minum, makan,

bernafas, seksual, dan lain-lain.

b) Motof-motif darurat misalnya, menyelamatkan diri, dorongan untuk

membalas, dan sebagainya.

c) Motif-motif objektif

3. Motivasi jasmani dan rohani

a) Motivasi jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, napas dan sebagainya.

b) Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat.

4. Motivasi intrisik dan ekstrinsik

a) Motivasi instrisik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsi

tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah

ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

b) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena

adanya peransang dari luar. (Sardiman, 1996: 90).


32

Pendapat lain mengemukakan bahwa dua jenis motivasi yaitu sebagai berikut:

a) Motivasi primer, adalah motivasi yang didasarkan atas motif-motif

dasar.

b) Motivasi skunder, adalah yang dipelajari” (Dimyanti dan Mudjiono,

1999:88).

Adanya berbagai jenis motivasi di atas, memberikan suatu gambaran tentang

motif-motif yang ada pada setiap individu. Adapun motivasi yang berkaitan

dengan mata pelajaran bahasa arab adalah motivasi ekstrinsik, dimana motivasi ini

membutuhkan ransangan atau dorongan dari luar misalnya, media, baik media

visual, audio, maupun audio visual serta buku-buku yang dapat menimbulkan dan

memberikan inspirasi dan ransangan dalam belajar.

Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan disekolah adalah memberi

angka, hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan,

mengetahui hasil, dan hukuman. (Djmarah dan zain, 2002 : 168). Dari kutipan di

atas, maka penulis dapat menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:

a. Memberi angka

Memberikan angka (nilai) artinya adalah sebagai satu simbol dari hasil

aktifitas anak didik. Dalam memberi angka (nilai) ini, semua anak didik

mendapatkan hasil aktifitas yang bervariasi. Pemberian angka kepada anak

didik diharapkan dapat memberikan dorongan atau motivasi agar hasilnya

dapat lebih ditingkatkan lagi.

b. Hadiah

Maksudnya adalah suatu pemberian berupa kenang-kenangan kepada anak

didik yang berprestasi. Hadiah ini akan dapat menambah atau meningkatkan
33

semangat (motivasi) belajar siswa karena akan diangap sebagai suatu

penghargaan yang sangat berharga bagi siswa.

c. Pujian

Memberikan pujian terhadap hasil kerja anak didik adalah sesuatu yang

diharapkan oleh setiap individu. Adanya pujian berarti adanya suatu perhatian

yang diberikan kepada siswa, sehingga semangat bersaing siswa untuk belajar

akan tinggi.

d. Gerakan tubuh

Gerakan tubuh artinya mimik, parah, wajah, gerakan tangan, gerakan kepala,

yang membuat suatu perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan oleh

guru. Gerakan tubuh saat memberikan suatu respon dari siswa artinya siswa

didalam menyimak suatu materi pelajaran lebih mudah dan gampang.

e. Memberi tugas

Tugas merupakan suatu pekerjaan yang menuntut untuk segera diselesaikan.

Pemberian tugas kepada siswa akan memberikan suatu dorongan dan

motivasi kepada anak didik untuk memperhatikan segala isi pelajaran yang

disampaikan.

f. Memberikan ulangan

Ulangan adalah strategi yang paling penting untuk menguji hasil pengajaran

dan juga memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk mengulangi

pelajaran yang telah disampaikan dan diberikan oleh guru.


34

g. Mengetahui hasil

Rasa ingin tahu siswa kepada sesuatu yang belum diketahui adalah suatu sifat

yang ada pada setiap manusia. Dalam hal ini siswa berhak mengetahui hasil

pekerjaan yang dilakukannya.

h. Hukuman

Dalam proses belajar mengajar, memberikan sanksi kepada siswa yang

melakukan kesalahan adalah hal yang harus dilakukan untuk menarik dan

meningkatkan perhatian siswa. Misalnya memberikan pertanyaan kepada

siswa yang bersangkutan.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Dalam aktifitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan

atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai, dalam hal ini ada

beberapa faktor yang mempengaruhi belajar antara lain:

1. Faktor individual, seperti; kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan,

motivasi, dan faktor pribadi.

2. Faktor sosial, seperti; keluaga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara

mengajarnya, alat-alat dalam belajar, dan motivasi sosial (Purwanto, 2002:

102)

Dalam pendapat lain, faktor lain yang dapat mempengaruhi belajar yakni:

a. Faktor-faktor intern

1. Faktor jasmaniah meliputi: faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.

2. Faktor fhsikologis meliputi: Intelegensi, Minat dan motivasi, Perhatian dan

bakat, dan Kematangan dan kesiapan.


35

3. Faktor kelelahan meliputi: Kelelahan jasmani dan Kelelahan rohani.

b. Faktor ekstern

1. Faktor keluarga meliputi: Cara orang tua mendidik, Relasi antara anggota

keluarga, Suasana rumah, Keadaan gedung dan metode belajar.

2. Faktor sekolah meliputi: Metode mengajar dan kurikulum, Relasi guru dan

siswa, Disiplin sekolah, Alat pengajaran dan waktu sekolah, Keadaan

gedung dan metode belajar, Standar pelajaran di atas ukuran dan tugas

rumah.

3. Faktor masyarakat meliputi: Kegiatan siswa dalam masyarakat, Massa

media dan teman bergaul, Bentuk kehidupan masyarakat (Slameto, 1997

:71)

Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi belajar siswa di atas, peneliti

dapat memahami bahwa adanya faktor tersebut dapat memberikan suatu kejelasan

tentang proses belajar yang dipahami oleh siswa. Dengan demikian seorang guru

harus benar-benar memahami dan memperhatikan adanya faktor tersebut pada

siswa, sehingga didalam memberikan dan melaksanakan proses belajar mengajar

harus memperhatikan faktor tersebut, baik dari psikologis, lingkungan dengan

kata lain faktor intern dan ekstren.

Terkait dengan hal yang tersebut di atas, maka Dimyanti dan Mudjiono

mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara

lain:

1. Cita-cita / aspirasi siswa

2. Kemampuan siswa

3. Kondisi siswa dan lingkungan


36

4. Unsur-unsur dinamis dalam belajar

5. Upaya guru dalam membelajarkan siswa. (Dimyati dan Mudjiono, 1999 :

100)

Adapun penjelasan faktor tersebut adalah:

1. Cita-cita / aspirasi

Cita-cita merupakan satu kata tertanam dalam jiwa seorang individu. Cita-

cita merupakan angan-angan yang ada di imajinasi seorang individu, dimana

cita-cita tersebut dapat dicapai akan memberikan suatu kemungkinan

tersendiri pada individu tersebut. Adanya cita-cita juga diiringi oleh

perkembangan dan pertumbuhan keperibadian individu yang akan

menimbulkan motivasi yang besar untuk meraih cita-cita atau kegiatan yang

diinginkan.

2. Kemampuan siswa

Kemampuan dan kecakapan setiap individu akan memperkuat adanya

motivasi. kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan membaca,

memahami sehingga dorongan yang ada pada diri individu akan makin

tinggi.

3. Kondisi siswa dan lingkungan

Kondisis siwa adalah kondisi rohani dan jasmani. Apabila kondisi stabil dan

sehat maka motivasi siswa akan bertambah dan prestasinya akan meningkat.

Begitu juga dengan kondisi lingkungan siswa (keluarga dan masyarakat)

mendukung, maka motivasi pasti ada dan tidak akan menghilang.


37

4. Unsur dinamis dan pengajaran

Dinamis artinya seorang individu dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan sekitar, tempat dimana seorang individu akan memperoleh

pengalaman.

5. Upaya guru dalam pengajaran siswa

Guru adalah seorang sosok yang dikagumi dan insan yangt mempunyai

peranan penting dalam dunia pendidikan. Seorang guru dituntut untuk

profesional dan memiliki keterampilan.

Dalam suatu kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan tidak terlepas adanya

fungsi dan kegunaan. Motivasi dalam belajar yang merupakan suatu dorongan

memiliki fungsi, yang dikemukakan oleh seorang ahli yaitu:

a) Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif untuk berfungsi

sebagai penggerak atau sebagai motor penggerak melepaskan energi.

b) Menentukan arah perbuatan yaitu petunjuk suatu tujuan yang hendak

dicapai

c) Menyelesaikan perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

akan dikerjakan ynag serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. (Purwanto,

2002 : 70).

Disamping itu ada juga fungsi lain dari motivasi yaitu “motivasi adalah

sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi” (Sardiman, 2001:83). Jelaslah

bahwa fungsi motivasi itu memberikan suatu nilai atau itensitas tersendiri dari

seorang siswa dalam meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajarnya.


38

2.1.6 Prestasi Belajar IPA

Septiana (2016) menyatakan bahwa, prestasi belajar merupakan hasil

belajar yang berasal dari informasi yang telah diperoleh pada tahap proses belajar

sebelumnya. Hasil belajar ini merupakan tingkatan keberhasilan dalam

mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang

diperoleh dari tes. Sudjana (1991) mengemukakan bahwa prestasi belajar

merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman

belajar. Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan

atau diciptakan secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak yaitu faktor

internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri

siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar meliputi faktor fisiologis (

kesehatan badan dan panca indra) dan faktor psikologis (intelegensi, sikap, dan

motivasi). Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor eksternal ini meliputi lingkungan

keluaraga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Anderson dan Krathwohl (2015) menyatakan bahwa, terdapat dua dimensi

untuk mengukur prestasi belajar, yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses

kognitif. Dimensi pengetahuan meliputi empat dimensi di antaranya pengetahuan

faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan

metakognitif.

a) Pengetahuan Faktual

Pengetahuan faktual merupakan elemen-elemen dasar yang harus diketahui

siswa untuk mempelajari satu disiplin ilmu atau menyelesaikan masalah-


39

masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Terdapat dua jenis pengetahuan faktual,

yaitu pengetahuan tentang terminologi dan pengetahuan tentang detail-detail

elemen yang spesifik.

b) Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan konseptual merupakan hubungan-hubungan antarelemen dalam

sebuah struktur besar yang mungkin elemennya berfungsi secara bersama-

sama. Terdapat tiga jenis pengetahuan konseptual, berupa a) pengetahuan

tentang klasifikasi dan kategori, b) pengetahuan tentang prinsip dan

generalisasi, dan c) pengetahuan tentang teori model dan struktur.

c) Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural merupakan bagaimana melakukan sesuatu,

mempraktikkan metode-metode penelitian, dan kriteria-kriteria untuk

menggunakan keterampilan algoritma, teknik, dan metode. Terdapat tiga jenis

pengetahuan prosedural, yaitu a) pengetahuan tentang keterampilan dalam

bidang tertentu dan algoritma, b) pengetahuan tentang teknik dan metode

dalam bidang tertentu, dan c) pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan

kapan harus menggunakan prosedur yang tepat.

d) Pengetahuan Metakognitif

Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan tentang kognisi secara

umum, kesadaran, dan pengetahuan tentang kondisi diri sendiri. Terdapat tiga

jenis pengetahuan metakognitif, yaitu a) pengetahuan strategis, b)

pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, dan c) pengetahuan diri.


40

Bloom (dalam Arikunto, 2006) membagi ranah kognitif menjadi beberapa

jenjang kemampuan, yakni mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan

(C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan membuat (C6).

1) Mengingat

Mengingat merupakan proses mengambil pengetahuan dari memori jangka

panjang. Kategori dan proses kognitif menyangkut dua kategori, yaitu a)

mengenali adalah menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang

yang sesuai dengan pengetahuan tersebut dan b) mengingat kembali adalah

mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.

2) Memahami

Memahami merupakan proses mengonstruksi makna dari materi

pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambarkan oleh

guru. Proses ini menyangkut tujuh kategori, yaitu a) menafsirkan adalah

mengubah suatu bentuk gambaran menjadi bentuk lain, b) mencontohkan

adalah menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip, c)

mengklasifikasikan adalah menentukkan sesuatu dalam satu kategori, d)

merangkum adalah mengabtraksikan tema umum atau poin pokok, e)

menyimpulkan adalah membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang

diterima, f) membandingkan adalah menentukkan hubungan antara dua ide,

dua objek, dan g) menjelaskan adalah membuat model sebab akibat dalam

sebuah sistem.

3) Mengaplikasikan

Mengaplikasikan merupakan menerapkan atau menggunakan suatu prosedur

dalam keadaan tertentu. Proses ini menyangkut dua kategori, yaitu a)


41

mengeksekusi adalah menerapkan suatu prosedur pada tugas yang familiar dan

b) mengimplementasikan adalah menerapkan suatu prosedur pada tugas yang

tidak familiar.

4) Menganalisis

Menganalisis merupakan memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian

penyusunnya, menentukan hubungan antarbagian tersebut dengan keseluruhan

struktur atau tujuan. Proses ini menyangkut tiga kategori, yaitu a)

membedakan adalah membedakan bagian materi pembelajaran yang relevan

dari yang tidak relevan, bagian yang penting dari yang tidak penting, b)

mengorganisasi adalah menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja atau

berfungsi dalam sebuah struktur, dan c) mengatribusikan adalah menentukan

sudut pandang, nilai, atau maksud dibalik materi pelajaran.

5) Mengevaluasi

Mengevaluasi merupakan mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan

standar. Proses ini menyangkut dua kategori, yaitu a) memeriksa adalah

menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam suatu proses atau produk,

menentukan apakah suatu proses atau produk memiliki konsistensi internal,

dan menemukan efektivitas suatu prosedur yang sedang dipraktekkan, dan b)

mengkritik adalah menemukan inkonsistensi antara suatu produk dan kriteria

eksternal, menentukan apakah suatu produk memiliki konsistensi eksternal,

menemukan ketepatan suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah.

6) Menciptakan

Mencipta merupakan memadukan bagian-bagian untuk membentuk suatu yang

baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang original atau asli.
42

Proses ini ini menyangkut tiga kategori, yaitu a) merumuskan adalah membuat

hipotesis-hipotesis berdasarkan kriteria, b) merencanakan adalah

merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu tugas, dan c)

memproduksi adalah menciptakan suatu produk.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar IPA siswa sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Untuk dapat

meningkatkan prestasi belajar IPA siswa, selain melalui proses pembelajaran di

kelas, diri siswa itu sendiri dan lingkungan sekitar siswa juga akan mempengaruhi

tingkat prestasi belajar IPA siswa. Diri siswa dan lingkungan sekitar siswa yang

tidak mendukung, maka akan menyebabkan rendahnya prestasi belajar IPA siswa.

Untuk mengukur prestasi belajar IPA dalam penelitian ini dibatasi pada

dimensi kognitif. Bloom membagi dimensi kognitif menjadi beberapa jenjang

kemampuan, yakni mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3),

menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan membuat (C6). Pada penelitian ini,

peneliti menggunakan jenjang kemampuan kognitif dari C2 sampai C6. Hal ini

dikarenakan pertimbangan untuk mengukur prestasi belajar IPA dengan

kemampuan kognitif yang menyeluruh akan tetapi berkualitas.

2.2 Penelitian yang relevan

Penelitian ini bertitik tolak pada beberapa penelitian yang relevan dan

mendukung dari penelitian ini. Adapun penelitian yang relevan sebagai

pendukung dalam penelitian ini yaitu,


43

Penelitian oleh Trisianawati et al. (2016) menyatakan bahwa model

pembelajarn kooperatif tipe Jigsaw memberikan pengaruh terhadap hasil belajar

dengan adanya peningkatan hasil belajar yang terjadi.

Penelitian yang dilakukan oleh Angkowati J. (2016) Terdapat perbedaan

hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajarkan dengan pendekatan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang diajar dengan

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pelajaran Fisika dengan nilai t hitung>

t table yaitu 4,8 > 2,00. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tipe Jigsaw

merupakan tipe yang paling baik digunakan pada materi Tata Surya.

Penelitian oleh Meri dan Gumel (2015) menunjukan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bisa dijadikan model alternative untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Pujianasari, R. (2016). Dapat disimpulkan

bahwa penguasaan materi pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia oleh siswa

melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (N-gain = 65,60) lebih tinggi

dibandingkan dengan tipe STAD (N-gain = 54,32.

Penelitian yang ditunjukan oleh Andreina et al. (2014) menunjukan bahwa

hasil belajar IPA siswa yang belajar dengan model kooperatif tipe Jigsaw lebih

baik dari pada model konvensional.

Penelitian yang dilakukan oleh Flavia Aurelia H. (2016). Dapat

disimpulkan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berhasil

meningkatkan hasil belajar siswa kelas X BKJ 2 SMK Negeri 5 Jember. Hal ini

terlihat dari peningkatan nilai rata-rata sebesar 1,03 dan peningkatan persentase

dari jumlah siswa yang telah mencapai nilai >75 sebesar 9,38%.
44

Penelitian oleh Dwipayana et al. (2017) menunjukkan bahwa siswa yang

belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki penguasaan

kompetensi pengetahuan IPA yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang

belajar dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini terjadi karena model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw melibatkan siswa dalam proses pembelajaran,

sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan tersebut dapat

meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa.

Penelitian oleh Dat (2016) menunjukkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan retensi pengetahuan siswa. Retensi

pengetahuan merupakan kemampuan siswa untuk mengingat pengetahuan yang

nantinya akan berdampak pada prestasi belajar IPA. Hal ini mengartikan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat memberikan pengaruh yang

positif terhadap prestasi belajar IPA

Penelitian yang dilakukan oleh Tjandrawati. (2017). Based on the results

of research that has been implemented and described in the previous chapter,

obtained an increase in learning outcomes of science students using jigsaw type

cooperative learning model of the subject of Force and Pressure.

Penelitian yang dilakukan oleh Ita Ainun J, Asef Wildan M. (2018).

Research on the influence of jigsaw type cooperative learning to improve the

learning outcomes of basic biomedical subjects has concluded that (1)

Cooperative learning of jigsaw type affects the learning result. The result is

evidenced using statistical analysis using independent sample t-test that is 0.00 is

smaller than 0.05. (2) Jigsaw type cooperative learning outcomes can improve

learning outcomes in basic biomedical courses. Thisis reinforced by the average


45

value of basic biomedical learning outcomes in the experimental class is greater

than the control class, i.e. the average in the experimental class is 73.94 and in

the control class 60.17.

Penelitian yang dilakukan oleh Meri dan Gumel tahun 2015 tentang

“Effects of Jigsaw Model of Cooperative Learning on Self-Efficacy and

Achievement in Chemistry among Concrete and Formal Reasoners in Colleges of

Education in Nigeria”, menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw bisa dijadikan model alternative untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

Pada Penelitian ini peneliti melakukan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan

prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sawan tahun ajaran 2019/2020.

Kerangka berfikir ini didasarkan pada kajian teori dan hasil peneletian yang

relevan.

Motivasi belajar adalah suatu daya penggerak di dalam diri siswa yang

memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku untuk mencapai suatu

tujuan yang hendak dicapai. Proses pembelajaran siswa di kelas VIII SMP Negeri

2 Sawan masih kurang menggambarkan adanya motivasi belajar yang tinggi. Hal

tersebut dilihat dari banyaknya siswa yang merasa bosan dengan pelajaran yang

disampaikan oleh guru, terlihat beberapa siswa berbicara dengan teman yang lain

dan tidak memperhatikan ketika guru mengajar. Siswa memiliki motivasi yang

tinggi dapat dilihat dar indikator motivasi belajar yaitu apabila siswa tekun

menghadapi tugas yang diberikan guru, ulet dalam menghadapi setiap kesulitan,
46

menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, siswa lebih senang

bekerja secara mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat

mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini dan

senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal yang diberikan oleh guru

pada saat pembelajaran. Motivasi belajar siswa yang rendah dapat membuat

pencapaian tujuan dan prestasi belajar siswa yang diharapakan kurang optimal.

Prestasi belajar yang diraih siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sawan juga

belum maksimal. Hal tersebu dilihat dari nilai rata-rata kelas yang sebagian besar

siswa belum mencapai KKM. Terdapat beberapa permasalahan yang

menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa, yaitu ketika proses pembelajaran

berlangsung siswa terlihat kurang antusias dan bosan dikarenakan model

pembelajaran yang digunakan oleh guru belum sepenuhnya berpusat pada siswa.

Hal ini ditunjukkan dengan adanya kegiatan siswa di luar kegiatan pembelajaran,

seperti berbicara di luar topik materi pembelajaran dengan teman sebangku dan

tidur-tiduran, agar kegiatan belajar dapat terfokus pada tujuan pembelajaran dan

prestasi belajar dapat meningkat, perlu adanya pemilihan model pembelajaran

yang tepat, sehingga akan membantu siswa dalam permasalahan materi yang

diajarkan.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw adalah model pembelajaran

kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari

empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling

ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Di dalam Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ini siswa dibagi menjadi kelompok asal dan

kelompok ahli. Tiap anggota dalam kelompok asal mendapatkan sub materi
47

pelajaran yang berbeda-beda. Siswa yang mendapat sub materi sama berkumpul

dalam kelompok ahli dan berdiskusi tentang materi tersebut secara bersama-sama.

Setelah siswa berdiskusi dengan kelompok ahli, kemudian siswa kembali ke

kelompok asal dan bergantian mengajar kan teman satu kelompok mereka tentang

sub materi yang mereka bahas di dalam kelompok ahli.

Keberhasilan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ditentukan oleh

keberhasilan secara kelompok. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur

tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya

saling membantu. Misalnya, yang pintar perlu membantu yang kurang pintar.

Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan

berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan

pendapat, dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok. Peran guru

dalam proses pembelajaran hanya sebagai pengarah kegiatan belajar dan juga

sebagai fasilitator yang selalu siap membantu ketika siswa mendapat kesulitan

tentang materi pelajaran. Model pembelajaran ini membuat siswa dapat saling

berinteraksi antar teman, karena sering ditemukan kasus siswa merasa kesulitan

tetapi malu untuk bertanya pada guru.

Peneliti dalam penelitian ini mencoba menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw. Harapannya dengan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw ini, motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa dapat meningkat,

karena dalam pembelajaran ini siswa dapat belajar secara berkelompok yang

memungkinkan mereka dapat saling berdiskusi dan bertukar pendapat, sehingga

dapat merangsang siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran.


48

Berdasarkan uraian tersebut peneliti dapat menggambarkan skema kerangka

berfikir Gambar 2.2 sebagai berikut:

Indikator Sintak Model Indikator


Motivasi Belajar Pembelajaran Prestasi Belajar
Siswa Kooperatif Tipe Siswa
jigsaw

1. Dapat menunjukkan,
1. Tekun membandingkan,
Menghadapi Fase 1. Menyampaikan
dan
tugas tujuan dan motivasi
menguhubungkan
siswa
pengamatan

2. Ulet 2.4
menghadapi Fase 2. Menyajikan
kesulitan Informasi
2. Dapat menyebutkan
dan menunjukkan
Fase 3.
3. Menunjukkan kembali Ingatan
2.5 Mengorganisaskan
minat terhadap siswa ke dalam
berbagai kelompok kooperatif
masalah 3. Dapat Menjelaskan
dan mendefinisikan
dengan lisan sendiri
2.6 Fase 4. Memberikan
4. Dapat instruksi bagaimana
mempertahankan diskusi kelompok
pendapatnya berjalan 4. Dapat menguraikan,
mengklasifikasikan,
dan menghubungkan
5. Senang2.7
mencari materi menjadi
Fase 5. Membimbing kesatuan yang baru
dan
kelompok bekerja dan
memecahkan
belajar
masalah

Fase 6. Evaluasi dan


Memberi Penghargaan

Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw


49

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dipaparkan,

maka hipotesis pada penelitian ini yaitu sebagai berikut,

1. Terdapat perbedaan motivasi belajar pada siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang menggunakan model

pembelajaran langsung.

2. Terdapat perbedaan prestasi belajar IPA pada siswa yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang menggunakan

model pembelajaran langsung.

3. Terdapat perbedaan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA secara bersama-

sama pada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Sawan, Buleleng. Penelitian

dilaksanakan pada tanggal 15 April s/d 31 Mei 2020, semester genap tahun ajaran

2019/2020.

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu karena peneliti tidak

mengontrol semua variabel dan kondisi eksperimen secara ketat. Penelitian ini

dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2019/2020 di SMP Negeri 2

Sawan. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw berpengaruh terhadap motivasi belajar dan

prestasi belajar IPA siswa SMP kelas VIII. Rancangan penelitian yang digunakan

adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Rancangan penelitian ini

diilustrasikan pada Gambar 3.1.

50
51

O1 X1 O2

------------------------------------

O3 X2 O4

Gambar 3.1

Rancangan Penelitian Non Equivalent Pretest-Posttest Control Group

Design. (Sugiyono,2015)

Keterangan :

O1 : Pengamatan awal sebelum diberikan perlakuan (pretest)


O3 : Pengamatan awal sebelum diberikan perlakuan (pretest)
O2 : Pengamatan akhir setelah diberikan perlakuan (posttest)
O4 : Pengamatan akhir setelah diberikan perlakuan (posttest)
X1 : Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
X2 : Perlakuan dengan model pembelajaran langsung

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi kelas VIII SMP

Negeri 2 Sawan tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah 8 kelas. Pembagian ini

tidak terbagi berdasarkan peringkat, sehingga kemampuan antara kelas satu

dengan kelas yang lainnya tergolong sama.

Sampel pada penelitian ini adalah kelas VIII E dan kelas VIII G. Berikut

sebaran populasi per kelas dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1
Sebaran Populasi Per Kelas

KELAS JUMLAH SISWA


Kontrol VIII E 31 orang
Eksperimen VIII G 32 orang
52

Untuk keperluan ini, dari populasi tersebut diambil dua kelas sebagai sampel

penelitian dengan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara random.

Sampel ini diambil secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam

populasi, tiap elemen populasi memiliki peluang sama dan diketahui untuk dipilih

sebagai subjek. Dalam teknik ini semua individu dalam populasi baik secara

bersama-sama atau sendiri-sendiri diberikan kesempatan yang sama untuk dipilih

menjadi anggota sampel. Adapun cara yang digunakan dalam Simple Random

Sampling pada penelitian ini adalah dengan cara undian berkelompok.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini berbentuk kuantitatif yang terdiri dari data

motivasi belajar dan prestasi belajar IPA. Data motivasi belajar diperoleh dengan

metode angket dan prestasi belajar siswa diperoleh dengan metode tes. Kuesioner

motivasi belajar dibuat berdasarkan delapan aspek motivasi belajar dengan

masing-masing empat indikator yang sudah ditentukan. Kuesioner motivasi

belajar berupa pernyataan positif dan negatif. Jumlah tes pilihan ganda untuk

prestasi belajar IPA berjumlah 20 butir soal yang sudah melalui uji coba dan 40

butir pernyataan pada kuesioner motivasi belajar yang sudah melalui uji coba.

Angket motivasi belajar yang digunakan berupa kuesioner dan tes prestasi belajar

IPA yang digunakan berupa soal pilihan ganda. Tes prestasi belajar IPA disusun

berdasarkan taksonomi bloom revisi dari kemampuan C1 sampai C6.

Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas, variabel

terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran. Pada

penelitian ini diterapkan dua model pembelajaran, yaitu model pembelajaran


53

kooperatif tipe Jigsaw pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran

langsung pada kelompok kontrol. Variabel terikat pada penelitian ini adalah

motivasi belajar dan prestasi belajar IPA.

3.4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Motivasi Belajar Siswa

Motivasi Belajar adalah suatu daya penggerak di dalam diri siswa yang

memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku untuk mencapai suatu

tujuan yang hendak dicapai dalam hal ini Kompetensi Dasar Persediaan. Motivasi

Belajar Kompetensi Dasar Persediaan dinilai dengan menggunakan angket.

Indikator yang digunakan dalam angket meliputi tekun menghadapi tugas, ulet

menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah,

lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat

mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini,

senang mencari dan memecahkan masalah. Jumlah skor yang diperoleh masing-

masing siswa pada hasil angket dihitung persentase rata-ratanya.

2. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi Belajar Kompetensi Dasar Persediaan adalah hasil yang dicapai

oleh siswa setelah melakukan proses belajar selama jangka waktu tertentu yang

dijadikan tolok ukur untuk mengukur seberapa besar kemampuan siswa pada

Kompetensi Dasar Persediaan. Pengukuran tingkat perkembangan belajar siswa

dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan ranah kognitif yang diambil dari

soal pre test dan post test.


54

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw merupakan model

pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri

dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang

positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus

dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Di dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ini siswa dibagi menjadi

kelompok asal dan kelompok ahli. Tiap anggota dalam kelompok asal

mendapatkan materi pelajaran yang berbeda-beda. Siswa yang mendapat sub

materi sama berkumpul dalam kelompok ahli dan berdiskusi tentang materi

tersebut secara bersama-sama. Setelah siswa berdiskusi dengan kelompok ahli,

kemudian siswa kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu

kelompok mereka tentang sub materi yang mereka bahas di dalam kelompok ahli.

4. Hubungan antar variabel

Dalam penelitian yang dilakukan ada beberapa hubungan variabel

penelitian seperti pada Gambar 3.2 :

Model Pembelajaran Prestasi


Belajar Siswa
Kooperatif Tipe
Jigsaw

Motivasi
Langsung Belajar Siswa

Gambar 3.2

Hubungan Antar Variabel


55

Dari penelitian dan perhitungan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

ada keterkaitan antara kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dan kelas yang dibelajarkan model pembelajaran langsung

terhadap motivasi belajar siswa dengan kemampuan prestasi belajar siswa. Dalam

perhitungan uji ancova terdapat perbedaan yang signifikan antara motivasi dan

prestasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw dengan model pembelajaran langsung. Berdasarkan rata-rata prestasi

belajar siswa yang diperoleh, kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi nilainya dibandingkan kelas yang dibelajarkan

dengan model pembelajaran langsung dan juga motivasi siswa mempengaruhi

nilai yang diperoleh siswa.

3.4.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, adapun data motivasi belajar yang digunakan adalah

kuesioner. Pemberian pretest untuk melihat prestasi belajar siswa menggunakan

soal pilihan ganda. Pembuatan kuesioner motivasi belajar dan soal pilihan ganda

diperlukan kisi-kisi instrumen sebagai petunjuk pembuatan kuesioner motivasi

belajar dan soal pilihan ganda. Kisi-kisi instrumen untuk pembuatan soal pilihan

ganda berisikan materi yang akan diajarkan dalam penelitian ini, yaitu “Sistem

Ekskresi Manusia”. Adapaun kisi-kisi instrumen pembuatan kuesioner motivasi

belajar siswa menggunakan beberapa aspek motivasi belajar dan indikator yang

kemungkina muncul dalam proses pembelajaran nantinya. Penjabaran lengkap

tentang kisi-kisi instrumen soal pilihan ganda dan kuesioner motivasi belajar

yang diuji coba dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3.
56

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Tes Pilihan Ganda yang di Uji Coba

Kompetensi Dasar: 3.10 Menganalisis sistem ekskresi pada manusia dan


memahami gangguan pada sistem ekskresi serta upaya menjaga kesehatan
sistem ekskresi
Nomor Soal dan
Indikator Taksonomi Blom Jumlah Soal
C1 C2 C3 C4 C5 C6
1. Menyebutkan organ-
1,
organ penyusun
2, 3
sistem ekskresi pada
3,
manusia
2. Menjelaskan fungsi 4,
organ-organ ekskresi 5, 3
pada manusia 6,
3. Menjelaskan
hubungan struktur dan 8,
7 3
fungsi pada organ 9,
ginjal
4. Menjelaskan
hubungan struktur dan
11 10 12 3
fungsi pada organ
ginjal

5. Mengidentifikasi 1
kelainan dan penyakit 13
yang terjadi pada
sistem ekskresi
6. Menjelaskan
hubungan struktur dan 1
14
fungsi pada organ
kulit
7. Menjelaskan
hubungan struktur dan 15 16 17 3
fungsi pada organ hati
8. Menjelaskan
hubungan struktur dan 1
18
fungsi pada organ
paru-paru
9. Menyebutkan
berbagai pola hidup 1
untuk menjaga
kesehatan sistem 19
ekskresi
57

Kompetensi Dasar: 3.10 Menganalisis sistem ekskresi pada manusia dan


memahami gangguan pada sistem ekskresi serta upaya menjaga kesehatan
sistem ekskresi
Nomor Soal dan
Indikator Taksonomi Blom Jumlah Soal
C1 C2 C3 C4 C5 C6
10. Mendeskripsikan
20
fungsi sistem ekskresi 1
11. Menjelaskan proses
terbentuknya urin oleh 22 21 2
organ ginjal
12. Menjelaskan
hubungan struktur dan 23 1
fungsi pada organ hati
13. Menjelaskan
hubungan struktur dan 1
24
fungsi pada organ
kulit
14. Mengidentifikasi
kelainan dan penyakit 1
25
yang terjadi pada
sistem ekskresi
TOTAL 3 7 5 5 4 1 25

Dalam penelitiaan ini, aspek dan indikator untuk kuesioner motivasi


belajar siswa hanya menggunakan indikator yang dipandang sesuai dengan
kegiatan pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw.

Tabel 3.3
Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar yang di Uji Coba

Jumlah
Nomor Soal
Soal
No Variabel Indikator
Pernyataan Pernyataan
(+) (-)
1 Motivasi Tekun dalam
1,2,4 3,5 5
Belajar menghadapi tugas
Ulet dalam menghadapi
6,8,10 7,9 5
kesulitan
Menunjukkan minat 11,13,15 12,14 5
Senang bekerja mandiri 16,17,18,19 20 5
Cepat bosan pada
21,23,24 22,25 5
tugas-tugas rutin
58

Jumlah
Nomor Soal
Soal
No Variabel Indikator
Pernyataan Pernyataan
(+) (-)
Dapat mempertahankan
26,27,29 28,30 5
pendapatnya
Tidak mudah melepas
hal yang diyakini 31,34,35 32,33 5
tersebut
Senang mencari dan
memecahkan masalah 36,37,38 40 5
soal-soal
Jumlah 40

3.4.3 Pengujian Instruemen Penelitian

3.4.3.1 Pengujian Instrumen Prestasi Belajar

1) Validitas Isi

Pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi

instrumen dan materi pelajaran yang diajarkan. Pengujian validitas isi dilakukan

dengan menggunakan pendapat dari ahli. Para ahli yang dimaksud adalah dua

dosen pembimbing.

2) Konsistensi Internal Butir Tes

Instrumen dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar yang berupa soal

pilihan ganda, sehingga instrumen tersebut merupakan instrumen non dikotom.

Untuk pengujian internal butir tes pada instrumen ini menggunakan rumus

korelasi point biserial dengan rumusan sebagai berikut

M p  Mt p
 pbi 
St q

(Candiasa, 2010).

Keterangan:
γpbi = koefisien korelasi point biserial
Mp = rerata skor total dari objek yang menjawab benar
59

Mt = rerata skor total dari objek yang menjawab salah


St = standar deviasi skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
q = proporsi siswa yang menjawab salah

Kriteria konsistensi internal butir adalah koefisien korelasi point biserial

(γpbi) dari semua butir dibandingkan dengan harga r tabel untuk mengetahui validitas

masing-masing butir. Jika γpbi > rtabel maka butir bersangkutan valid. Begitu juga

jika γpbi ≤ rtabel maka butir bersangkutan dinyatakan tidak valid (Candiasa, 2010).

3) Indeks Daya Beda

Untuk pengujian indeks daya beda dapat dihitung menggunakan formula berikut,

D= = = PA – PB

(Candiasa, 2010).
Keterangan:
D : daya beda tes
JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah
BA : banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
BB : banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar
PA : proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB : proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria yang dapat dijadikan acuan daya beda tes disajikan pada Tabel

3.4. Daya beda test diterima jika indeks daya beda lebih dari atau sama dengan

0,40 (Candiasa, 2010).

Tabel 3.4
Kriteria Indeks Daya Beda

Interval Indeks Daya Beda Keterangan


0,00-0,20 Daya Pembedanya Kurang
0,21-0,40 Daya Pembedanya Cukup
0,41-0,70 Daya Pembedanya Baik
0,71-1,00 Daya Pembedanya Baik Sekali
(Candiasa, 2010)
60

4) Indeks Kesukaran Butir

Indeks kesukaran butir dihitung menggunakan formula sebagai berikut

B
P
JS

(Candiasa, 2010).
Keterangan:
P = indeks kesukaran butir soal
B = banyak siswa yang menjawab benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.

Kriteria indeks kesukaran butir instrumen ini dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Kesukaran butir instrument diterima jika kurang dari atau sama dengan 0,60

(Candiasa, 2010).

Tabel 3.5
Kriteria Indeks Kesukaran Butir

Interval Indeks Kesukaran Butir Keterangan


0,00-0,20 Sangat Sukar
0,21-0,40 Sukar
0,41-0,60 Sedang
0,61-0,80 Mudah
0,81-1,00 Sangat Mudah
(Candiasa, 2010)

5) Uji Reliabilitas Instrumen

Pengukuran reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus

KR-20 yaitu sebagai berikut,

 n  S t   pq 
2

r11   
 n  1  
2
St 
(Candiasa, 2010).
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
n = jumlah butir tes
St = standar deviasi skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar untuk tiap-tiap butir
q = Proporsi siswa yang menjawab salah untuk tiap-tiap butir
61

Arikunto (2011) menyatakan bahwa, kriteria yang dapat dijadikan acuan

reliabilitas tes disajikan pada Tabel 3.6. Derajat reliabilitas tes minimal 0,60 untuk

bisa diterima.

Tabel 3.6
Kriteria Reliabilitas Tes

Interval Indeks Kesukaran Butir Keterangan


0,00-0,20 Sangat Rendah
0,21-0,40 Rendah
0,41-0,60 Sedang
0,61-0,80 Tinggi
0,81-1,00 Sangat Tinggi
(Candiasa, 2010).

3.4.3.2 Pengujian Instrumen Motivasi Belajar

Instrumen penilaian motivasi belajar sebelum digunakan harus di uji

terlebih dahulu dengan uji validitas dan uji reliabilitas.

1) Uji Validitas

Uji validitas kuesioner menggunakan uji korelasi Product Moment dengan

berbantuan SPSS. Rumus yang digunakan sebagai berikut,

N  XY   X  Y
rXY 
N  X 2

  X  N  Y 2   Y 
2 2

(Candiasa, 2010).
Keterangan:
rXY = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N = jumlah responden
X = jumlah skor butir soal
Y = jumlah skor total soal
X2 = jumlah skor kuadrat butir soal
Y2 = jumlah skor total kuadrat butir soal

Buitir soal dinyatakan valid jika rhitung lebih besar dari rtabel dengan taraf

signifikansi 5%.
62

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut tergolong baik. Untuk pengujian reliabilitas instrumen, digunakan rumus

Alpha Cronbach yaitu sebagai berikut,

r11=[ ] [1 - ]

(Candiasa, 2010).
Keterangan:
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan
∑ab2 : jumlah varians butir
2
t : varians total
Untuk menginterpretasikan keterandalan instrumen, digunakan pedoman

dari Arikunto (2002) seperti pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7
Interpretasi Nilai r

Besarnya nilai r Interpretasi


0,80 – 1,00 Tinggi
0,60 – 0,79 Cukup
0,40 – 0,59 Agak rendah
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat rendah
(Candiasa, 2010).

3.4.4 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

Hasil validasi perangkat pembelajaran (RPP dan LKPD) dan instrumen tes

prestasi belajar IPA dan motivasi belajar dilakukan melalui bimbingan dengan dua

dosen pembimbing. Hasil bimbingan yang berupa masukan-masukan dari segi

kedalaman isi, sistematika penulisan, dan tata bahasa selanjutnya direvisi dan

dibimbingkan kembali. Berdasarkan hasil bimbingan, RPP, LKPD, Instrumen tes

prestasi belajar IPA dan motivasi belajar sudah valid secara isi.
63

Instrumen tes prestasi belajar IPA yang diujicobakan terdiri dari 25 butir

soal dalam bentuk pilihan ganda dan 40 butir pernyataan dalam bentuk kuesioner.

Print out kisi-kisi instrumen tes prestasi belajar IPA dan kuesioner motivasi

belajar yang diujicobakan tersaji pada Lampiran 4. Print out tes prestasi belajar

IPA serta kunci jawabannya dan kuesioner motivasi belajar yang diujicobakan

tersaji pada Lampiran 5. Uji coba instrumen tes prestasi belajar IPA dan motivasi

belajar dilaksanakan di SMP Negeri 2 Sawan pada kelas VIII A dan VIII B. Uji

coba dilaksanakan pada tanggal 27 dan 28 April 2020 dengan jumlah 63

responden. Hasil uji coba instrumen penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 6.

Analisis konsistensi internal butir, IKB, IDB dan reliabilitas tes prestasi belajar

IPA serta Validitas butir dan reliabilitas kuesioner motivasi belajar dilakukan

dengan bantuan Microsoft office Excel 2010 for Windows. Print out analisis

konsistensi internal butir, analisis indeks kesukaran butir (IKB), analisis daya

beda (IDB), dan reliabilitas tes prestasi belajar IPA, serta analisis validitas butir

dan reliabilitas kuesioner motivasi belajar yang di ujicobakan tersaji pada

Lampiran 6. Analisis rangkuman hasil uji coba instrumen tes prestasi belajar IPA

dan motivasi belajar disajikan pada Tabel 3.8 dan Tabel 3.11.

Tabel 3.8
Rekapitulasi Hasil Analisis Instrumen Tes Prestasi Belajar IPA yang di
Ujicobakan

No Konsistensi IDB IKB


Keputusan
Item γpbi Ket D Ket P Ket
1 0,25 Valid 0,33 Sedang 0,67 Sedang DITERIMA
2 0,24 Valid 0,11 Buruk 0,79 Mudah DITERIMA
3 0,27 Valid 0,29 Sedang 0,62 Sedang DITERIMA
4 0,26 Valid 0,22 Sedang 0,69 Sedang DITERIMA
5 0,29 Valid 0,17 Buruk 0,52 Sedang DITERIMA
6 0,27 Valid 0,14 Buruk 0,69 Sedang DITERIMA
7 0,21 Valid 0,11 Buruk 0,83 Mudah DITERIMA
64

No Konsistensi IDB IKB


Keputusan
Item γpbi Ket D Ket P Ket
Sangat
8 0,28 Valid -0,16 0,77 Mudah DIREVISI
Buruk
Sangat
9 0,29 Valid -0,02 0,54 Sedang DIREVISI
Buruk
10 0,24 Valid -0,03 Buruk 0,79 Mudah DIREVISI
Sangat
11 0,23 Valid -0,01 0,77 Mudah DIREVISI
Buruk
Sangat
12 0,25 Valid -0,01 0,77 Mudah DIREVISI
Buruk
13 0,27 Valid 0,06 Buruk 0,62 Sedang DITERIMA
Sangat
14 0,26 Valid -0,12 0,75 Mudah DIREVISI
Buruk
15 0,29 Valid -0,24 Sedang 0,41 Sedang DIREVISI
16 0,23 Valid 0,03 Buruk 0,75 Mudah DITERIMA
17 0,23 Valid 0,29 Sedang 0,77 Mudah DITERIMA
18 0,23 Valid 0,14 Buruk 0,77 Mudah DITERIMA
19 0,24 Valid 0,18 Buruk 0,71 Mudah DITERIMA
20 0,21 Valid 0,07 Buruk 0,81 Mudah DITERIMA
21 0,24 Valid 0,37 Sedang 0,73 Mudah DITERIMA
22 0,23 Valid 0,25 Sedang 0,75 Mudah DITERIMA
23 0,24 Valid 0,29 Sedang 0,73 Mudah DITERIMA
24 0,27 Valid 0,06 Buruk 0,66 Sedang DITERIMA
25 0,26 Valid 0,25 Sedang 0,67 Sedang DITERIMA
RELIABILITAS 0,40 SEDANG

Berdasarkan hasil uji coba instrumen tes prestasi belajar IPA, dari 25 butir

soal yang di ujicobakan, 18 butir soal diterima, 7 butir soal direvisi, dan 0 butir

soal ditolak. Hasil uji reliabilitas juga menunjukan bahwa tes prestasi belajar IPA

yang diujikan memiliki tingkat reliabilitas yang Sedang, yaitu 0,40 (tes sudah

reliable). Dengan mempertimbangkan validitas isi, cakupan materi, serta alokasi

waktu yang digunakan, yaitu 2 jam pelajaran (2 x 40 menit), maka dipilih 20 butir

soal yang digunakan sebagai instrumen tes prestasi belajar IPA. Berkurangnya

butir soal yang digunakan akan mengakibatkan perubahan pada kisi-kisi

instrumen tes prestasi belajar IPA. Penjabaran kisi-kisi instrumen tes prestasi

belajar IPA pasca uji coba disajikan pada Tabel 3.9.


65

Tabel 3.9
Kisi-kisi Instrumen Tes Prestasi Belajar IPA Pasca Uji Coba

Nomor Soal dan


Indikator Taksonomi Blom Jumlah Soal
C1 C2 C3 C4 C5 C6
1. Menyebutkan organ-
organ penyusun
1 1
sistem ekskresi pada
manusia
2. Menjelaskan fungsi
organ-organ ekskresi 2 1
pada manusia
3. Menjelaskan
hubungan struktur dan
3 4 2
fungsi pada organ
ginjal
4. Menjelaskan proses
terbentuknya urin 6 5 7 3
oleh organ ginjal
5. Mengidentifikasi
kelainan dan penyakit
8 1
yang terjadi pada
sistem ekskresi
6. Menjelaskan
hubungan struktur dan
9 1
fungsi pada organ
kulit
7. Menjelaskan
hubungan struktur dan 10 11 12 3
fungsi pada organ hati
8. Menjelaskan
hubungan struktur dan
13 1
fungsi pada organ
paru-paru
9. Menyebutkan
berbagai pola hidup
untuk menjaga 14 1
kesehatan sistem
ekskresi
10. Mendeskripsikan
fungsi sistem ekskresi 15 1

11. Menjelaskan proses


terbentuknya urin 17 16 2
oleh organ ginjal
12. Menjelaskan
18 1
hubungan struktur dan
66

Nomor Soal dan


Indikator Taksonomi Blom Jumlah Soal
C1 C2 C3 C4 C5 C6
fungsi pada organ
kulit
13. Menjelaskan
hubungan struktur dan 19 1
fungsi pada organ hati
14. Mengidentifikasi
kelainan dan penyakit
20 1
yang terjadi pada
sistem ekskresi
TOTAL 1 5 4 5 4 1 20

Tabel 3.10
Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Motivasi Siswa

No Validitas Butir Reliabilitas


Ket
Item rXY Ket rac
1 0,47 Valid 0,973 Tinggi
2 0,75 Valid
3 0,60 Valid
4 0,63 Valid
5 0,66 Valid
6 0,65 Valid
7 0,56 Valid
8 0,54 Valid
9 0,58 Valid
10 0,77 Valid
11 0,53 Valid
12 0,85 Valid
13 0,58 Valid
14 0,48 Valid
15 0,52 Valid
16 0,74 Valid
17 0,67 Valid
18 0,81 Valid
19 0,41 Valid
20 0,75 Valid
21 0,50 Valid
22 0,56 Valid
23 0,66 Valid
24 0,64 Valid
25 0,79 Valid
26 0,72 Valid
27 0,56 Valid
67

28 0,36 Valid
29 0,64 Valid
30 0,75 Valid
31 0,71 Valid
32 0,72 Valid
33 0,46 Valid
34 0,69 Valid
35 0,66 Valid
36 0,70 Valid
37 0,40 Valid
38 0,60 Valid
39 0,53 Valid
40 0,48 Valid

Berdasarkan hasil uji coba instrumen motivasi belajar dalam bentuk

kuesioner dapat dilihat dari 40 butir pernyataan yang di ujicobakan, terdapat 40

butir pernyataan yang valid dan 0 butir pernyataan invalid. Untuk hasil uji

reliabilitas instrumen motivasi belajar memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi,

yaitu 0,973 (kuesioner sudah reliable). Berdasarkan hal tersebut, ditentukan

jumlah butir pernyataan yang digunakan untuk penelitian adalah butir yang valid,

yaitu 40 butir pernyataan. Waktu yang digunakan untuk menjawab kuesioner

motivasi belajar, yaitu 2 jam pelajaran (2 x 40 menit. Kisi-kisi instrumen motivasi

belajar setelah di ujicobakan disajikan pada Tabel 3.11

Tabel 3.11
Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar Uji Coba

Jumlah
Nomor Soal
Soal
No Variabel Indikator
Pernyataan Pernyataan
(+) (-)
1 Motivasi Tekun dalam menghadapi
1,2,4 3,5 5
Belajar tugas
Ulet dalam menghadapi
6,8,10 7,9 5
kesulitan
Menunjukkan minat 11,13,15 12,14 5
Senang bekerja mandiri 16,17,18,19 20 5
Cepat bosan pada tugas- 21,23,24 22,25 5
68

Jumlah
Nomor Soal
Soal
No Variabel Indikator
Pernyataan Pernyataan
(+) (-)
tugas rutin
Dapat mempertahankan
26,27,29 28,30 5
pendapatnya
Tidak mudah melepas hal
31,34,35 32,33 5
yang diyakini tersebut
Senang mencari dan
memecahkan masalah 36,37,38 40 5
soal-soal
Jumlah 40

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan dua metode analisis data yaitu analisis data

dengan statistik deskriptif dan analisis data dengan statistik inferensial. Analisis

deskriptif digunakan untuk mendeskripisikan karakteristik prestasi belajar IPA

dan motivasi belajar siswa. Analisis data dengan statistik inferensial

menggunakan uji MANOVA untuk menganalis prestasi belajar IPA dan motivasi

belajar siswa.

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik

dari prestasi belajar IPA dan motivasi belajar dalam bentuk distribusi frekuensi,

rerata, simpangan baku, penyajian data dalam bentuk persentase, selanjutnya

dideskripsikan dan diambil simpulan tentang masing-masing komponen dan

indikator berdasarkan kriteria yang ditentukan. Analisis statistik deskriptif dibantu

dengan menggunakan SPSS 22.0 for Windows.

3.5.1.1 Analisis Prestasi Belajar IPA

Tes prestasi belajar IPA tipe pilihan ganda menggunakan rubrik penskoran

masing-masing butir tes adalah nol untuk yang menjawab salah dan satu untuk
69

yang menjawab benar. Nilai maksimal yang dapat diperoleh siswa dari 20 butir tes

prestasi belajar IPA adalah 100 dan skor minimumnya 0. Deskripsi hasil tes

prestasi belajar IPA mengacu penilaian acuan patokan (PAP) seperti pada Tabel

3.12.

Tabel 3.12
Klasifikasi PAP untuk Prestasi Belajar IPA

NO Rentangan Skor Keterangan


1 85-100 Sangat Tinggi
2 75-84 Tinggi
3 60-74 Sedang
4 40-59 Rendah
5 0-39 Sangat Rendah
(Sumber: Febru,2011)

3.5.1.2 Analisis Kuesioner Motivasi Belajar

Motivasi Belajar siswa ditunjukkan dengan skor yang diperoleh dari

kuesioner dalam skala Likert. Nilai maksimal yang dapat diperoleh siswa dari 40

butir pernyataan baik itu positif dan negatif adalah 175 dan skor minimumnya 40.

Skor yang diperoleh terus dikonversikan ke sekala 100. Pemberian skor skala

Likert pada kuesioner dipaparkan dalam Tabel 3.13.

Tabel 3.13
Pemberian Skor Skala Likert Angket Motivasi Belajar

Skala Positif Negatif


SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
70

Data yang dikumpulkan dari kuesioner dianalisis secara statistik deskriptif

denagn kualifikasi pedoman konversi nilai absolut skala lima seperti pada Tabel

3.14.

Tabel 3.14
Kualifikasi Pedoman Konversi Nilai Absolut Skala Lima Motivasi Belajar

NO Rentangan Skor Keterangan


1 MI  1,5SDI  X Sangat Baik
2 Mi  0,5SDi  X  Mi  1,5SDi Baik
3 Mi  0,5SDi  X  Mi  0,5SDi Cukup
4 Mi  1,5SDi  X  Mi  0,5SDi Kurang
5 X  Mi  1,5SDi Sangat Kurang
(Sumber: Nurkancana dan Sunartana, 1990)

Keterangan:
Mi (rata-rata ideal) = ½ (skor maksimal ideal+ skor minimum ideal)
SDi (simpangan baku ideal) = 1/6 (skor maksimal ideal - skor minimum ideal)

Jumlah butir pernyataan kuesioner motivasi belajar adalah 40. Skor

maksimum ideal setelah dikonversi adalah 100 dan skor minimum idealnya adalah

20.

MI 
1
100  20  60
2
SDi  100  20  13
1
6
Sehingga kriteria penggolongan skor motivasi belajar siswa pada Tabel

3.15.

Tabel 3.15
Kriteria Penggolongan Skor Motivasi Belajar

NO Rentangan Skor Keterangan


1 79,5 ≤ X Sangat Tinggi
2 66,5 ≤ X < 79,5 Tinggi
3 53,5 ≤ X < 66,5 Cukup
4 40,5 ≤ X < 53,5 Rendah
5 X < 40,5 Sangat Rendah
71

3.5.2 Analisis Statistik Inferensial

Pada penelitian ini untuk menguji kebenaran hipotesis, data hasil

penelitian akan diuji dengan menggunakan analisis MANOVA. Analisis ini

dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS 22.0 for Windows dengan

taraf 5%. Terlebih dahulu semua data yang didapat dari hasil penelitian akan di uji

prasyarat yaitu uji distribusi normal, homogenitas varians, uji homogenitas

matriks covarian, dan pengujian korelasi antar variabel terikat.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data hasil belajar IPA kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen bertujuan untuk menyakinkan bahwa sampel benar-benar berasal dari

populasi yang berdistribusi normal sehingga uji hipotesis dapat dilakukan. Teknik

yang digunakan yaitu teknik Shapiro Wilks Test dengan bantuan SPSS 22.0 for

Windows dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujian dengan uji Shapiro

Wilks yaitu nilai probilitas (p) lebih besar dari 0,05 supaya data dapat dikatakan

berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varian antar kelompok untuk melihat ada atau tidaknya

varian nilai yang berbeda di setiap kelompok. Uji ini dibantu dengan SPSS 22.0

for Windows dengan Levene’s Statistic. Kriteria untuk menyatakan homogenitas

varians kelompok jika nilai signifikansi lebih dari 0,05.

3. Homogenitas Matriks Covarians

Uji homogenitas matriks covarian dalam penelitian ini menggunakan Uji

Box’s M untuk uji homogenitas secara bersama-sama. Pengujian homogenitas


72

matriks kovarian dibantu dengan SPSS 22.0 for Windows dengan kriteria nilai

signifikansi harus lebih dari 0,05.

4. Pengujian Korelasi antar Variabel Terikat

Pengujian korelasi antar variabel terikat dilakukan untuk mengetahuai

terdapat hubungan yang cukup tinggi atau tidak antar variabel prestasi belajar dan

motivasi belajar IPA. Jika tidak terdapat hubungan, berarti tidak ada aspek yang

sama diukur pada variabel tersebut, dengan demikian analisis dapat dilanjutkan.

Pengujian ini dibantu dengan SPSS 22.0 for Windows dengan menggunkan uji

multikolonieritas. Kriteria pengambilan keputusan yaitu dilihat dari nilai VIF

(varians inflation factor) dan TOL (tolerance value). Tidak adanya korelasi jika

TOL lebih besar dari 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10.

5. Uji Hipotesis

Setelah uji prasyarat hipotesi dipenuhi dilanjutkan dengan uji hipotesis

MANOVA. Keputusan hipotesis 1 dengan melihat signifikansi dari Pillai’s Trace,

wilks Lambda, Hotelling’s Trace, Roy’s Largest Root, sedangkan hipotesis 2 dan

3 dengan melihat nilai signifikansi dari Tests of Between-Subjects Effects. Berikut

ini hipotesis yang akan diuji.

a) Hipotesis 1

H0 : μ1 = μ2 : Tidak ada perbedaan prestasi belajar dan motivasi belajar IPA secara

bersama-sama antara siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran

Langsung.

H1 : μ1 ≠ μ2 : Ada perbedaan prestasi belajar dan motivasi belajar IPA secara

bersama-sama antara siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajan


73

Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran

Langsung.

Kriteria keputusan untuk menolak H0 adalah dengan melihat harga Pillai’s Trace,

wilks Lambda, Hotelling’s Trace, Roy’s Largest Root kurang dari 0,05.

b) Hipotesis 2

H0 : μ1 = μ2 : Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang dibelajarkan

dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang dibelajarkan

dengan Model Pembelajaran Langsung.

H1 : μ1 ≠ μ2 : Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang dibelajarkan dengan

Model Pembelajaran Langsung.

Kriteria keputusan untuk menolak H0 adalah dengan melihat pada tabel Tests of

Between-Subjects Effects. H0 ditolak jika angka signifikansi lebih kecil dari 0,05.

c) Hipotesis 3

H0 : μ1 = μ2 : Tidak ada perbedaan motivasi belajar antara siswa yang dibelajarkan

dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang dibelajarkan

dengan Model Pembelajaran Langsung.

H1 : μ1 ≠ μ2 : Ada perbedaan motivasi belajar antara siswa yang dibelajarkan

dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang dibelajarkan

dengan Model Pembelajaran Langsung.

Kriteria keputusan untuk menolak H0 adalah dengan melihat pada tabel Tests of

Between-Subjects Effects. H0 ditolak jika angka signifikansi lebih kecil dari 0,05
6. Uji LSD (Least Significance Different)

BNt ( Beda Nyata Terkecil) atau yang lebih dikenal sebagai uji LSD

(Least Significance Different) adalah metode yang diperkenalkan oleh

Ronald Fisher. Metode ini menjadikan nilai BNt atau LSD sebagai acuan

dalam menentukan apakah rata-rata dua perlakuan berbeda secara statistik

atau tidak dan mengetahui model yang lebih unggul. Dengan

menggunakan Manova baru diketahui perbedaannya. Sehingga

ditambahkan analisis Post Hock dengan uji LSD (Least Significance

Different). Pengujian ini dibantu dengan SPSS 22.0 for Windows.

74
75

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Deskripsi umum hasil penelitian merupakan skor rata-rata (M), standar

deviasi (SD), nilai minimum, dan maksimum dari data prestasi belajar IPA dan

motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel

4.1

Tabel 4.1
Deskripsi Umum Nilai Prestasi Belajar IPA dan Motivasi Belajar Siswa

Prestasi Belajar IPA Motivasi Belajar


Aspek
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
N 32 31 32 31
Mean 76,71 61,93 74,06 70,83
St. Deviasi 11,80 12,20 18,17 17,24
Nilai Max 90 75 99,00 82,00
Nilai Min 60 45 37,00 34,00

Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui bahwa prestasi belajar IPA siswa kelas

eksperimen mempunyai skor rata-rata sebesar 76,71 dalam kategori sedang, dan

untuk kelas kontrol memiliki skor rata-rata sebesar 61,93 dalam kategori rendah.

Berdasarkan nilai rata-rata menunjukan kelas eksperimen lebih baik dibandingkan

kelas kontrol. Dilihat dari standar deviasi, kelas eksperimen memiliki standar

deviasi lebih kecil dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa
76

adanya perbedaan daya serap materi. Semakin kecil standar deviasi, semakin

besar daya serap materi setiap siswa tersebut.

Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui motivasi belajar siswa kelas eksperimen

mempunyai skor rata-rata sebesar 74,06 dengan kategori tinggi dan untuk kelas

kontrol memiliki skor rata-rata sebesar 70,83 dengan kategori tinggi. Berdasarkan

hal tersebut, motivasi belajar siswa di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan

dengan kelas kontrol. Secara grafik perbandingan nilai rata-rara prestasi belajar

IPA dan motivasi belajar pada masing-masing kelas peneletian dapat dilihat pada

Gambar 4.1.

90

80

70

60

50
Prestasi
40 Motivasi Belajar
30

20

10

0
Eksperimen Kontrol

Gambar 4.1

Grafik Nilai Rata-rata Prestasi Belajar IPA dan Motivasi Belajar Siswa

4.1.1 Deskripsi Nilai Prestasi Belajar IPA dan Motivasi Belajar Berdasarkan

Indikator/Aspek

Prestasi belajar IPA di ukur dengan menggunakan indikator taksonomi

bloom revisi dari ranah C1 sampai C6. Motivasi Belajar siswa diukur dengan
77

kuesioner berdasarkan delapan aspek motivasi belajar yang sudah ditentukan.

Berikut dapat dilihat nilai rata-rata per indikator/aspek pada Tabel 4.2 dan 4.3.

Tabel 4.2
Nilai Rata-rata Prestasi Belajar IPA per-Indikator

Prestasi Belajar IPA


Kelas
Indikator
Eksperimen Kualifikasi Kontrol Kualifikasi
C1 75,6 Tinggi 70,4 Sedang
C2 77,1 Tinggi 74,0 Tinggi
C3 78,1 Tinggi 73,4 Sedang
C4 70,5 Sedang 62,5 Sedang
C5 63,1 Sedang 41,9 Rendah
C6 49,0 Rendah 35,4 Rendah

Tabel 4.3
Nilai Rata-rata Motivasi Belajar per-Aspek

Motivasi Belajar
Kelas
Aspek
Eksperimen Kualifikasi Kontrol Kualifikasi
Tekun dalam
menghadapi 80,5 Sangat Baik 68,5 Baik
tugas
Ulet dalam
meghadapi 79,6 Sangat Baik 70,6 Baik
kesulitan
Menunjukkan
81,1 Sangat Baik 72,5 Baik
minat
Senang bekerja
80,5 Sangat Baik 72,3 Baik
mandiri
Cepat bosan pada
80,0 Sangat Baik 70,3 Baik
tugas-tugas rutin
Dapat
mempertahankan 78,4 Sangat Baik 69,7 Baik
pendapatnya
Tidak mudah
melepas hal yang 80,7 Sangat Baik 70,9 Baik
diyakini itu
Senang mencari
dan memecahkan 78,3 Sangat Baik 72,6 Baik
masalah soal-soal
78

Berdasarkan Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata per indikator

untuk prestasi belajar IPA kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas

kontrol. Hal sama juga ditunjukan pada nilai rata-rata motivasi belajar siswa.

4.1.2 Sebaran Data Prestasi Belajar IPA

Menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar IPA, peneliti menggunakan

kategori PAP, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Sebaran data skor motivasi belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol dapat

dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4
Distribusi Nilai Prestasi Belajar IPA

Rentangan Eksperimen Kontrol


Kategori
Nilai N % N %
85-100 9 28,125 0 0 Sangat Tinggi
75-84 17 53,125 3 9,375 Tinggi
60-74 6 18,75 19 59,375 Sedang
40-59 0 0 9 28,125 Rendah
0-39 0 0 0 0 Sangat Rendah
Jumlah 32 100 31 100

Data nilai prestasi belajar IPA kelas eksperimen pada Tabel 4.4

menunjukkan bahwa, sebagian besar siswa mendapatkan skor dalam kategori

tinggi, sedangkan pada kelas kontrol menunjukan kategori sedang.

4.1.3 Sebaran Data Motivasi Belajar Siswa

Menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar IPA, peneliti menggunakan

kategori konversi nilai absolut skala lima, yaitu sangat rendah, rendah, cukup,

tinggi, dan sangat tinggi. Sebaran data skor motivasi belajar siswa kelas

eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.5.


79

Tabel 4.5
Distribusi Nilai Motivasi Belajar

Eksperimen Kontrol
Rentangan Nilai Kategori
N % N %
79,5 ≤ X 4 20 2 10 Sangat Tinggi
66,5 ≤ X < 79,5 12 60 14 70 Tinggi
53,5 ≤ X < 66,5 4 20 4 20 Cukup
40,5 ≤ X < 53,5 0 0 0 0 Rendah
X < 40,5 0 0 0 0 Sangat Rendah
Jumlah 20 100 20 100

Data nilai motivasi belajar kelas eksperimen pada Tabel 4.5 menunjukkan

bahawa, sebagian besar siswa mendapatkan skor dalam kategori tinggi. Adapun

data nilai motivasi belajar pada kelas kontrol menunjukan bahwa, sebagain besar

siswa mendapat sekor dengan tinggi. Dapat disimpulkan bahwa, motivasi belajar

pada kelas eksperimen lebih baik dibandingan kelas kontrol.

4.2 Hasil Analisis Statistik Inferensial

4.2.1 Pengujian Prasyarat

Uji Prasyarat dilakukan sebelum pengujian hipotesis, adapun uji hipotesis

yang digunakan dalam mengambil keputusan adalah uji analisis multivariate yaitu

MANOVA. Pengujian prasyarat dalam penelitian ini ada empat, yaitu uji

normalitas dengan menggunakan Shapiro Wilks Test, uji homogenitas varian

menggunakan Levene’s Statistic, uji homogenitas matriks covarian, dan uji

multikolinieritas dengan bantuan aplikasi SPSS 22.0 for Windows.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data penelitian.

Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan Shapiro Wilks Test


80

dengan bantuan SPSS 22.0 for Windows. Hasil uji normalitas data penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilks Test dengan SPSS

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KELAS
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
EKSPERIMEN 0,197 32 0,003 0,942 32 0,086
PRESTASI
KONTROL 0,142 32 0,101 0,945 32 0,105
MOTIVASI EKSPERIMEN 0,151 20 0,200 0,922 20 0,108
BELAJAR KONTROL 0,152 20 0,200 0,906 20 0,052

Data hasil uji Shapiro Wilks di atas menunjukkan bahwa harga signifikansi

nilai prestasi belaja IPA dan motivasi belajar pada kelas eksperimen dan kontrol

lebih besar dari 0,05. Berarti dapat diputuskan bahwa data prestasi belajar IPA

dan motivasi belajar pada kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Varian

Uji Homogenitas dilakukan pada skor tes prestasi belajar IPA dan skor

motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. Uji homogenitas

varians antar kelompok menggunakan Levene’s Statistic. Data memiliki varians

yang sama jika angka signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05.

Ringkasan hasil analisis homogenitas varians antar kelompok disajikan pada

Tabel 4.7.

Tabel 4.7
Hasil Uji Homogenitas Varians dengan SPSS

Levene Statistic df1 df2 Sig.


PRESTASI 0,129 1 61 0,721
MOTIVASI
2,524 1 20 0,120
BELAJAR
81

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, nilai Levene Statistic prestasi belajar IPA

dan motivasi belajar siswa memiliki angka signifikansi lebih besar dari 0,05. Hal

ini berarti bahwa varian antar kelompok data bersifat homogen.

3. Uji Homogenitas Matriks Covarian

Uji Homogenitas Matriks Covarians dilakukan pada skor tes prestasi

belajar IPA dan skor motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol.

Uji homogenitas varians antar kelompok menggunakan uji Box’s M. Kriteria

homogenitas matriks covarians dari prestasi belajar IPA dan motivasi belajar

dapat dikatakan homogen, jika hasil uji Box’s M nilai signifikansinya lebih beasar

dari 0,05. Ringkasan hasil uji Box’s M dengan bantuan SPSS disajikan pada Tabel

4.8.

Tabel 4.8
Hasil Uji Box’s M dengan SPSS

Box's M 3,713
F 1,194
df1 3
df2 693137,195
Sig. 0,310

Berdasarkan Tabel 4.8 uji Box’s M, dapat dilihat bahwa nilai

signifikansinya 0,310 sehingga dapat dinyatakan nilai signifikansinya lebih besar

dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa matriks covarian prestasi belajar IPA dan

motivasi belajar homogen.

4. Uji Multikolinieritas

Pengujian korelasi antar variabel terikat ini dibantu dengan SPSS 22.0 for

Windows menggunkan uji multikolonieritas. Kriteria pengambilan keputusan yaitu

dilihat dari nilai VIF (varians inflation factor) dan TOL (tolerance value). Tidak
82

adanya korelasi jika TOL lebih besar dari 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10.

Kriteria pngambilan keputusan juga dapat dilihat dari nila signifikansinya, tidak

adanya korelasi jika nilai signifikansinya kurang dari 0,05. Berikut ini hasil uji

multikolinieritas dengan SPSS dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinieritas dengan SPSS

Unstandardized Standardized Collinearity

Model Coefficients Coefficients T Sig. Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 3,387 0,419 8,091 0,000

PRESTASI -0,025 0,006 -0,535 -4,115 0,000 0,876 1,142

MOTIVASI
-0,006 0,003 -0,261 -2,008 0,052 0,876 1,142
BELAJAR

Berdasarkan hasil uji multikolinieritas yang ditunjukan pada Tabel 4.9,

nilai TOL lebih besar dari 0,10 yaitu 0,876 dan nilai VIF kurang dari 10 yaitu

1,142 serta nilai signifikansinya kurang dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa tidak

adanya hubungan atau korelasi antara prestasi belajar IPA dengan Motivasi

Belajar pada kelas ekperimen dan kontrol.

4.2.2 Pengujian Hipotesis

1. Uji Hipotesis 1

Hasil uji MANOVA untuk menguji hipotesis 1 dibantu menggunakan

SPSS 22.0 for Windows. Pengambilan keputusan melihat nilai signifikansi dari
83

nilai Pillai’s Trace, wilks Lambda, Hotelling’s Trace, Roy’s Largest Root.

Ringkasan hasil uji MANOVA untuk hipotesis 1 disajikan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10
Hasil Uji MANOVA untuk Hipotesis 1

Hypothesis Error
Effect Value F Sig.
df df
Pillai's Trace 0,992 3529,331b 2,000 60,000 0.000
Wilks' Lambda 0,008 3529,331b 2,000 60,000 0,000
Intercept
Hotelling's Trace 117,644 3529,331b 2,000 60,000 0,000
Roy's Largest Root 117,644 3529,331b 2,000 60,000 0,000
Pillai's Trace 0,525 33,114b 2,000 60,000 0,000
Wilks' Lambda 0,475 33,114b 2,000 60,000 0,000
KELAS
Hotelling's Trace 1,104 33,114b 2,000 60,000 0,000
Roy's Largest Root 1,104 33,114b 2,000 60,000 0,000

Berdasarkan Tabel 4.10, dapat dilihat pada kolom kelas, nilai signifikansi

dari Pillai’s Trace, wilks Lambda, Hotelling’s Trace, Roy’s Largest Root kurang

dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yaitu Ada

perbedaan prestasi belajar IPA dan motivasi belajar secara bersama-sama antara

siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan

siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Langsung.

2. Uji Hipotesis 2

Hasil uji MANOVA untuk menguji hipotesis 2 dibantu menggunakan

SPSS 22.0 for Windows. Pengambilan keputusan melihat nilai signifikansi dari

nilai Tests of Between-Subjects Effects. Ringkasan hasil uji MANOVA untuk

hipotesis 2 disajikan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11
Hasil Uji Manova untuk Hipotesis 2

Dependent Type III Sum of


Source df Mean Square F Sig.
Variable Squares
Corrected
PRESTASI 3441,216a 1 3441,216 66,337 0,000
Model
84

Intercept PRESTASI 302717,406 1 302717,406 5835,581 0,000


KELAS PRESTASI 3441,216 1 3441,216 66,337 0,000
Error PRESTASI 3164,340 61 51,874
Total PRESTASI 310425,000 63
Corrected Total PRESTASI 6605,556 62

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat pada kolom kelas dengan nilai

signifikansi dari prestasi belajar IPA yaitu 0,000 sehingga dapat dinyatakan bahwa

nilai signifikansi prestasi belajar IPA kurang dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa

hipotesis 2 H0-nya ditolak sehingga H1 diterima yaitu ada perbedaan prestasi

belajar IPA antara siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw dan siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Langsung.

3. Uji Hipotesis 3

Hasil uji MANOVA untuk menguji hipotesis 3 dibantu menggunakan

SPSS 22.0 for Windows. Pengambilan keputusan melihat nilai signifikansi dari

nilai Tests of Between-Subjects Effects. Ringkasan hasil uji MANOVA untuk

hipotesis 3 disajikan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12
Hasil Uji Manova untuk Hipotesis 3

Dependent Type III Sum of


Source Df Mean Square F Sig.
Variable Squares
Corrected MOTIVASI
29,770b 1 29,770 0,114 0,000
Model BELAJAR
MOTIVASI
Intercept 239676,500 1 239676,500 920,933 0,000
BELAJAR
MOTIVASI
KELAS 29,770 1 29,770 0,114 0,000
BELAJAR
MOTIVASI
Error 15875,500 61 260,254
BELAJAR
MOTIVASI
Total 310425,000 63
BELAJAR
Corrected MOTIVASI
15905,270 62
Total BELAJAR
85

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat pada kolom kelas dengan nilai

signifikansi dari motivasi belajar yaitu 0,000 sehingga dapat dinyatakan bahwa

nilai signifikansi motivasi belajar kurang dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa

hipotesis 3 H0-ny ditolak dan H1 diterima, yaitu ada perbedaan motivasi belajar

antara siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan

siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Langsung.

5. Uji LSD (Least Significance Different)

Analisis Post Hock dengan uji LSD (Least Significance Different). Pengujian

ini dibantu dengan SPSS 22.0 for Windows.

Tabel 4.13
Hasil Uji LSD (Least Significance Different)

Multiple Comparisons
LSD
Depen 95% Confidence Interval
dent Mean
Variabl (I) (J) Difference Std. Lower Upper
e HasilNilai HasilNilai (I-J) Error Sig. Bound Bound
*
Konven Pretes Posttest -12.54032 3.01191 .000 -18.5159 -6.5648
sional *
Angket -14.86532 2.85987 .000 -20.5392 -9.1914
*
Posttest Pretes 12.54032 3.01191 .000 6.5648 18.5159
Angket -2.32500 2.83458 .414 -7.9487 3.2987
*
Angket Pretes 14.86532 2.85987 .000 9.1914 20.5392
Posttest 2.32500 2.83458 .414 -3.2987 7.9487
*
Jigsaw Pretes Posttest -14.78327 2.90214 .000 -20.5410 -9.0255
*
Angket 5.83548 2.75564 .037 .3684 11.3026
*
Posttest Pretes 14.78327 2.90214 .000 9.0255 20.5410
*
Angket 20.61875 2.73127 .000 15.2000 26.0375
*
Angket Pretes -5.83548 2.75564 .037 -11.3026 -.3684
*
Posttest -20.61875 2.73127 .000 -26.0375 -15.2000
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
86

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Temuan yang ditemukan peneliti menunjukan, setelah diberikan perlakuan

pada kelas eksperimen dan kontrol, siswa diberikan kuesioner untuk mengetahui

motivasi belajar siswa dan tes pilihan ganda untuk mengetahui prestasi belajar

IPA bahwa adanya perbedaan hasil pada kelas eksperimen dan kontrol.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, motivasi belajar dan prestasi belajar

IPA siswa di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.

Adapun hasil Uji MANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi

belajar dan prestasi belajar IPA antara siswa yang belajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran langsung.

Berdasarkan hasil temuan yang didapat mengakibatkan perbedaan

motivasi belajar dan prestasi belajar IPA siswa terletak pada proses pembelajaran.

Adanya perbedaan paradigma pembelajaran menjadi esensi fundamental dari

masing-masing model pembelajaran yang digunakan. Perbedaan paradigma

pembelajaran yang dimaksud adalah pandangan konstruktivisme dan pandangan

behaviorisme pembelajaran. Esensi pandangan kontruktivisme yaitu siswa

mengkontruksi sendiri pengetahuannya melalui proses pembelajaran berdasarkan

pengetahuan awalnya. Belajar dalam pandangan konstruktivisme bukanlah

penambahan informasi baru secara sederhana, tetapi melibatkan interaksi antara

pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (Sadia, 2014).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu model

pembelajaran yang berlandaskan paradigma kontruktivisme.. Model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw didasarkan pada pengembangan interaksi siswa dalam dua

kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli sehingga mampu memfasilitasi
87

siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya. Setiap siswa diberikan tanggung

jawab individu pada suatu topik di kelompok ahli agar nantinya dapat mentransfer

keahliannya kepada siswa di kelompok asal yang memiliki keahlian berbeda.

Proses pembelajaran tersebut menciptakan ketergantungan positif antar siswa

sehingga dapat memfasilitasi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar dan

motivasi belajar siswa.

Slavin (2005) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw memiliki empat langkah pembelajaran diantaranya, 1) Pembagian tugas,

pada tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang bersifat

heterogen (kelompok asal). Setiap kelompok terdiri dari lima siswa. Selanjutnya

guru membagikan LKPD, yaitu LKPD untuk “Diskusi kelompok ahli”. LKPD 1

berisikan pembagian sub materi yang akan digunakan sebagai bahan diskusi di

setiap kelompok ahli. Siswa akan didampingi oleh guru dalam membagi sub

materi yang terdapat pada LKPD 1. 2) Diskusi kelompok ahli, pada tahap ini

siswa yang mendapatkan pembagian sub materi yang sama akan membentuk

kelompok ahli untuk mendiskusikan sub materi tersebut. Tahapan diskusi

kelompok ahli memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dan saling

membantu dalam memahami sub materi tersebut. Belajar dengan teman sebaya

memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran. Tahap ini membuat siswa

terbiasa untuk menafsirkan sub materi yang menjadi tanggung jawab mereka,

kemudian mengklasifikan dan memberikan contohnya. Hal ini akan

mempermudah siswa dalam menjelaskan sub materi tersebut ketika kembali ke

kelompok asal. Tahapan ini berdampak pada ketercapaian indikator prestasi

belajar IPA, khusunya indikator C1 sampai C4.


88

Tahap selanjutnya yaitu, 3) Diskusi kelompok asal, pada tahap ini siswa

kembali ke kelompok asal untuk secara bergilir menjelaskan sub materi yang

didiskusikan di setiap kelompok ahli. Ketika kembali ke kelompok asal setiap

siswa akan menjelaskan secara bergilir sub materi yang menjadi tanggung

jawabnya masing-masing. Setiap siswa akan memahami materi pelajaran dengan

baik, minimal memahami sub materi yang mereka diskusikan pada kelompok ahli,

sehingga berdampak pada peningkatan prestasi belajar IPA, khususnya pada

indikator C2 dan C3. Setelah selesai menjelaskan ke anggota kelompok asal,

siswa pada kelompok asal membuat laporan hasil diskusi pada LKPD 1 untuk

dipresentasikan di tahap selanjutnya. Tahap selanjutnya yaitu, 4) Integrasi dan

evaluasi, pada tahap ini guru dan siswa membahas hasil diskusi LKPD 1. Hal ini

berdampak pada peningkatan motivasi belajar siswa pada aspek tekun

menghadapi tugas. Setelah pembahasan selesai, guru memberikan tes singkat

untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Hal ini

berdampak pada prestasi belajar IPA di semua indikator.

Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

mengajarkan siswa secara ilmiah untuk memiliki rasa tanggung jawab yang

mandiri, menciptakan ketergantungan positif, dan menjadikan suatu pembelajaran

yang bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Trisianawati et al. (2016) yang

menyatakan bahwa siswa terlibat aktif dalam penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw. Keaktifan siswa terlihat saat memberikan penjelasan

maupun memperhatikan penjelasan anggota kelompok lainnya. Setelah berdiskusi

dalam kelompok ahli, siswa akan kembali ke kelompok asalnya untuk

menjelaskan/mengajarkan sub materi yang didapat dari masing-masing kelompok


89

ahli. Dalam tahapan ini membantu siswa dalam memahami materi pelajaran

dengan baik, minimal memahami materi yang mereka diskusikan di kelompok

ahli. Hal ini sejalan dengan hasil penilaian motivasi belajar dan prestasi belajar

IPA yang dilakukan pada kelas eksperimen menunjukan hasil baik. Ketercapaian

setiap indikator/aspek motivasi belajar dan prestasi belajar IPA juga dalam

kategori sangat baik.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan kesempatan

kepada siswa untuk membangun pengetahuannya secara individu maupun

kooperatif, sehingga dapat meningkatkan daya ingat siswa terhadap materi

pelajaran karena pengetahuan berasal dari hasil konstruksi pemikiran siswa sendiri

(Setyowati et al., 2015). Hal ini sejalan dengan hasil penilaian prestasi belajar IPA

siswa pada kelas eksperimen nilai rata-rata sebesar 76,71 dengan katogori sedang

setelah diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw. Ketercapaian setiap indikator prestasi belajar IPA juga dalam kategori

sangat baik.

Disisi lain, pandangan behaviorisme memandang siswa sebagai komponen

pasif dalam pembelajaran yang memerlukan motivasi luar dan dipengaruhi oleh

penguatan/reinforcement yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran langsung

merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan paradigma

behaviorisme. Arends (2013) menyatakan model pembelajaran langsung adalah

model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari

keterampilan dan pengetahuan dasar yang dapat dijabarkan dengan cara bertahap

langkah demi langkah. Model pembelajaran langsung cenderung bersifat teacher

centered karena guru lebih senang memberikan ilmu dan biasanya mengharapkan
90

siswa untuk meniru dengan benar ilmu yang diberikan tersebut. Pembelajaran

langsung masih didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan

secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Model pembelajaran langsung

menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber informasi dan tidak memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran

sehingga tidak terjadi proses pembelajaran yang aktif dan bermakna. Kardi dan

Nur (2000) menyatakan bahwa model pembelajaran langsung memiliki lima

langkah pembelajaran diantaranya, 1) Menyampaikan tujuan dan kompetensi,

pada tahap ini guru menjelaskan kompetensi, tujuan pembelajaran, memberikan

apersepsi, dan mempersiapkan siswa untuk belajar. Siswa mencermati informasi

yang diberikan oleh guru. 2) Mendemonstrasi pengetahuan atau keterampilan,

pada tahap ini guru mendemonstrasikan/menyajikan materi pelajaran secara lisan

dan mentransfer pengetahuan secara utuh kepada siswa. 3) Membimbing

pelatihan, pada tahap ini guru memberikan latihan soal terkait dengan materi yang

dibahas dan siswa akan mencatatnya. 4) Mengecek pemahaman dan memberi

umpan balik, pada tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

yang bersifat heterogen. Satu kelompok terdiri dari empat hingga lima siswa.

Guru membagikan LKPD. Siswa berdiskusi untuk mengerjakan LKPD. Guru

memfasilitasi dan membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan yang ada di

LKPD. Guru mengklarifikasi jawaban LKPD siswa dan memberikan umpan balik

kepada siswa berupa pertanyaan atau penguaatan. 5) Pelatihan dan penerapan,

pada tahap ini guru menyimpulkan hasil kegaitan pembelajaran. Selanjutnya guru

mengevaluasi kegiatan pembelajaran dengan memberikan kuis.


91

Proses pembelajaran pada model pembelajaran langsung cenderung hanya

menghantarkan siswa untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga proses

pembelajaran dikelas memiliki ciri-ciri sebagai berikut, 1) guru aktif sedangkan

siswa pasif, 2) pembelajaran masih berpusat pada guru, dan 3) pengetahuan

ditransfer dari guru ke siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Trisianawati et.al

(2016) yang menyatakan bahwa selama proses pembelajaran berlangsung tidak

semua siswa terlibat aktif karena pembelajaran hanya berupa interaksi melalui

penuturan lisan dari guru kepada siswa. Akibatnya, siswa menjadi terbiasa

menerima apa yang diberikan oleh guru tanpa mau berusaha dan mengembakan

potensi yang dimiliki. Kondisi ini berdampak pada kurangnya motivasi dan minat

siswa terhadap materi pelajaran yang bermuara pada rendahnya prestasi belajar

IPA dan motivasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan hasil penilaian prestasi

belajar IPA dan motivasi belajar siswa pada kelas kontrol memiliki nilai rata-rata

lebih kecil disbanding kelas eksperimen. Data hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung memiliki nilai

rata-rata lebih rendah pada setiap indikator/aspek prestasi belajar IPA dan

motivasi belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran kooperartif tipe

Jigsaw yang memiliki nilai rata-rata sedang pada setiap indikator/aspek.

Secara keseluruhan peneliti dapat menyimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mampu meningkatkan motivasi belajar dan

prestasi belajar IPA yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran

langsung. Dat (2016) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw memberikan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat

secara aktif bekerjasama dengan sesama siswa dalam setiap kelompok. Suasana
92

belajar yang demikian membuat siswa mudah menggali informasi dan

meningkatkan kemampuan berkomunikasi sehingga dapat meningkatkan retensi

pengetahuan siswa yang nantinya bermuara pada peningkatan prestasi belajar

IPA. Hal ini yang menjadikan indikasi bahwa secara empiris dan teoritis siswa

yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki

motivasi belajar dan prestasi belajar IPA yang lebih baik dibandingkan dengan

siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang

relevan. Hasil penelitian Dwipayana et al. (2017) menunjukkan bahwa siswa yang

belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki penguasaan

kompetensi pengetahuan IPA yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang

belajar dengan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga terjadi

pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan tersebut dapat meningkatkan

penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Hal serupa juga disampaikan

oleh Dat (2016) yang menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dapat meningkatkan retensi pengetahuan siswa. Retensi pengetahuan

merupakan kemampuan siswa untuk mengingat pengetahuan yang nantinya akan

berdampak pada prestasi belajar IPA siswa. Trisianawati et al. (2016)

menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa serta dapat

melatih siswa dalam beragumentasi antara sesama teman di dalam kelas.

Penelitian yang dilakukan oleh Azmin tahun 2016 menunjukan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw salah satu model pembelajaran yang


93

memungkinkan siswa untuk terus membangun pengetahuan dan pemahaman

mereka sendiri dengan cara diskusi dan tutor teman sebaya. Sehingga dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat mengembangkan

prestasi belajar IPA dan motivasi belajar siswa.

Adapun beberapa temuan menarik pada penelitian ini yaitu, 1) Pencapaian

aspek motivasi belajar siswa yaitu senang mencari dan memecahkan masalah

soal-soal memiliki nilai terendah dibanding aspek lainnya, baik di kelas

eksperimen ataupun kontrol. 2) Adanya tingkat pencapain prestasi belajar IPA

dengan indikator C5 dan C6 lebih rendah dibandingkan indikator lainnya pada

kelas eksperimen dan control.

Peneliti menemukan terdapat beberapa faktor yang diduga mempengaruhi

pencapaian motivasi belajar dan prestasi belajar IPA yang dibelajar dengan model

pembalajaran kooperatif tipe Jigsaw. Faktor-faktor yang dimaksud adalah sebagai

berikut. Pertama, siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sehingga siswa belum mampu mengikuti

setiap tahapan pembelajaran dikelas dengan optimal. Siswa masih terbiasa dengan

model pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru di sekolah yang

cenderung bersifat teacher centered. Awalnya siswa masih sulit untuk diajak

belajar secara mandiri dan masih cenderung menunggu penjelasan dari guru

sehingga terkadang siswa kesulitan dalam mengerjakan LKPD pada awal-awal

pertemuan. Kendala ini dapat diatasi dengan memberikan pengarahan, bimbingan,

dan motivasi pada siswa dalam diskusi kelompok ahli dan kelompok asal sehingga

siswa dapat mengikuti setiap tahapan pembelajaran secara optimaldikelas.


94

Kedua, pada awal pertemuan siswa kesulitan dalam mengerjakan LKPD

“Diskusi Kelompok Ahli”. Siswa yang tidak menemukan jawaban permasalahan

dalam LKPD cenderung diam, karena siswa tersebut terbiasa diberikan informasi

oleh guru tanpa berusaha mencari sendiri dan pusat perhatian dalam belajar secara

online dari rumah masing-masing cenderung kurang focus sehingga dalam

mengajar sedikit susah mengontrol aktifitas siswa. Terkadang diskusi pada

kelompok ahli memerlukan waktu yang tidak sesuai dengan perencanaan di RPP,

sehingga dapat mempengaruhi tahapan pembelajaran selanjutnya dan dapat

membuat belum tercapainya tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut.

Kendala ini dapat diatasi dengan membimbing siswa agar terbiasa belajar secara

mandiri dan terbiasa berusaha mencari sendiri jawaban permasalahan dalam

LKPD. Guru juga mencatat kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam

penerapan setiap tahapan pembelajaran, sehingga dapat melakukan intropeksi diri

dan memperbaikinya pada pertemuan berikutnya. Hal ini dapat membantu siswa

dalam mengikuti setiap tahapan pembelajaran dengan optimal.

Ketiga, bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini dianggap sulit oleh

siswa. Hal ini karena siswa mengerjakan dirumah masing-masing yang tidak ada

pengawasan dan bimbingan langsung dari guru. Guru pada umumnya

menggunakan tes pilihan ganda yang indikatornya hanya pada ranah C1 sampai

C3. Kendala ini dapat diatas dengan menyampaikan kepada bentuk kisi-kisi tes

yang akan digunakan, sehingga siswa dapat mempersiapkan diri dalam

mengerjakan tes tersebut. Guru juga terus menyampaikan kepada siswa agar

mengubah cara belajar dari belajar menghafal menjadi belajar memahami konsep.
95

Jika siswa sudah terbiasa dalam memahami konsep suatu materi, maka siswa tidak

akan kesulitan dalam mengerjakan tes pilihan ganda dengan ranah yang cukup

sulit.

Keempat, pembagian kelompok dilakukan secara heterogen yang

dilakukan guru membuat diskusi kelompok pada kelas eksperimen dan kontrol

cenderung kurang aktif karena diskusi dilakukan secara online. Hal tersebut

mengakibatkan aspek toleransi pada motivasi belajar siswa lebih rendah

dibandingkan dengan aspek yang lain. Kendala tersebut dapat diatasi dengan

pemberian pemahaman tentang pentingnya menerima kelebihan dan kekurangan

setiap orang, harus menghargai dan menerima setiap pendapat orang lain. Selain

itu, siswa dituntut harus mengenal lebih dekat teman di kelasnya.

Kelima, evaluasi di akhir proses pembelajaran baik kelas eksperimen dan

kontrol masih kurang untuk mengukur semua indikator prestasi belajar IPA

terutama indikator yang ranahnya tinggi yaitu C5 dan C6. Mengatasi masalah

tersebut, peneliti menindak lanjuti dengan pemberian latihan mandiri tambahan

dengan soal yang mengarah pada ranah C5 sampai C6.

Keenam, adapun permasalahan yang dialami saat pengumpulan data

disekolah dengan adanya kendala siswa yang diliburkan dalam jangka waktu

hampir 3 bulan oleh pihak sekolah dikarenakan adanya wabah penyakit menular

sehingga diberlakukan social distancing untuk memutus penyebaran virus corona

(Covid-19). Pemerintah mengeluarkan kebijakan bahwa pembelajaran tidak

dilakukan disekolah melainkan melakukan kegiatan belajar dirumah dengan

media daring. Mengatasi masalah tersebut, peneliti menindak lanjuti dengan cara
96

melakukan pembelajaran daring atau dengan kata lain peneliti mengumpulkan

data serta mengajarkan siswa melalui sarana online.

4.4 Implikasi

Berdasarkan temuan-temuan dari analisis dan pembahasan hasil penelitian,

dapat diuraikan beberapa impilkasi hasil penelitian, yaitu sebagai berikut,

1. Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa pembelajaran IPA di sekolah

akan sangat bermakna apabila implementasinya konsisten dengan paradigma

konstruktivisme. Dalam hal Esensi pandangan kontruktivisme siswa

mengkontruksi sendiri pengetahuannya melalui proses pembelajaran

berdasarkan pengetahuan awalnya. Pandangan konstruktivisme mampu

membawa peningkatan pembelajaran dari pembelajaran yang berpusat pada

guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran yang

berlandaskan paradigma kontruktivisme. Model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dapat diterapkan sebagai alternatif dalam meningkatkan prestasi

belajar IPA dan motivasi belajar siswa, hal ini didasarkan pada temuan dalam

penelitian ini yang telah ditunjukan dengan hasil analisis deskriptif dan uji

MANOVA.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA. Hal

tersebut disebabkan karena model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya

secara individu maupun kooperatif. Siswa harus saling membelajarkan untuk

mencapai hasil belajar yang baik. Lingkungan belajar yang demikian dapat
97

membuat pemahaman siswa bertahan dalam jangka waktu yang panjang.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw juga mengajarkan siswa untuk

memiliki rasa tanggung jawab secara mandiri, menciptakan ketergantungan

positif diantara siswa, dan menghasilkan suatu pembelajaran yang bermakna.

Hal tersebut membuat siswa mudah memahami dan mengikuti proses

pembalajaran, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar dan motivasi

belajar siswa.

3. Berdasarkan hambatan tentang awal pertemuan siswa kesulitan dalam

mengerjakan LKPD “Diskusi Kelompok Ahli”. Siswa yang tidak menemukan

jawaban permasalahan dalam LKPD cenderung diam karena siswa tersebut

terbiasa diberikan informasi oleh guru tanpa berusaha mencari sendiri dan

siswa mengerjakan LKPD dari rumah masing-masing,. Terkadang diskusi

pada kelompok ahli memerlukan waktu yang tidak sesuai dengan perencanaan

di RPP, sehingga dapat mempengaruhi tahapan pembelajaran selanjutnya dan

dapat membuat belum tercapainya tujuan pembelajaran pada pertemuan

tersebut. Adapun cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan

membimbing siswa agar terbiasa belajar secara mandiri dan terbiasa berusaha

mencari sendiri jawaban permasalahan dalam LKPD. Guru juga mencatat

kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam penerapan setiap tahapan

pembelajaran, sehingga dapat melakukan intropeksi diri dan memperbaikinya

pada pertemuan berikutnya.

4. Implikasi terkait bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini dianggap

sulit oleh siswa. Guru pada umumnya menggunakan tes pilihan ganda yang

indikatornya hanya pada rabah C1 sampai C3. Hal ini dapat diatasi dengan
98

menyampaikan kepada bentuk kisi-kisi tes yang akan digunakan, sehingga

siswa dapat mempersiapkan diri dalam mengerjakan tes tersebut.

5. Implikasi terkait permasalahan dalam pembagian kelompok yang dilakukan

secara heterogen sehingga membuat diskusi kelompok pada kelas eksperimen

dan kontrol cenderung kurang aktif dan pembagian kelompok melalui sarana

tatap muka online cenderung susah dilakukan. Kendala tersebut dapat diatasi

dengan pemberian pemahaman tentang pentingnya menerima kelebihan dan

kekurangan setiap orang, harus menghargai dan menerima setiap pendapat

orang lain. Selain itu, siswa dituntut harus mengenal lebih dekat teman di

kelasnya.

6. Implikasi terkait masalah evaluasi di akhir proses pembelajaran baik kelas

eksperimen dan kontrol masih kurang untuk mengukur semua indikator

prestasi belajar IPA terutama indikator yang ranahnya tinggi yaitu C5 dan C6.

Mengatasi masalah tersebut, peneliti menindak lanjuti dengan pemberian

latihan mandiri tambahan dengan soal yang mengarah pada ranah C5 sampai

C6.

7. Implikasi terkait pembelajaran yang dilakukan secara daring berjalan dengan

baik, masih ada kendala dari siswa mengenai koneksi internet yang kurang

stabil serta kondisi belajar siswa yang kurang fokus belajar dari rumah

masing-masing sehingga untuk menyelesaikan LKPD secara berkelompok

masih sedikit terganggu secara online. Mengatasi masalah tersebut, peneliti

menindak lanjuti dengan memberikan pengarahan siswa agar mengerjakan

secara berkelompok dengan teman dirumah dalam satu koneksi handphone


99

dan dalam pembelajaran online berlangsung siswa diwajibkan menggunakan

baju sekolah dan mencacat kembali semua materi yang dibelajarkan secara

online tersebut.
BAB V

PENUTUP

5.1 Rangkuman

Permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Masih rendahnya motivasi

belajar dan prestasi belajar IPA , 2) Harapan untuk meningkatkan motivasi belajar

siswa dalam upaya mewujudkan manusia di abad 21 yang memiliki kompetensi

4C, dan 3) Proses pembelajaran masih teacher centered dikarenakan guru

mengajar dengan cara pembelajaran langsung atau konvensional. Dari

permasalahan yang relatif komplek tersebut perlu untuk mencari suatu strategi

pembelajaran yang sinergis sebagai solusi yang akurat dan komprehensif

memecahkan masalah terutama pada pembelajaran IPA. Salah satu yang diduga

secara teoritis sebagai solusi masalah-masalah pada pembelajaran IPA adalah

pendekatan koperatif tipe Jigsaw.

Berdasarkan masalah tersebut, peneliti menuliskan terkait pengaruh model

pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa dan prstasi belajar IPA. Model

pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk 1) Menganalisis apakah terdapat

perbedaan motivasi belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang dibelajarkan dengan Model

100
101

Pembelajaran Langsung. 2) menganalisis perbedaan prestasi belajar IPA antara

siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan

siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Langsung. 3) Menganalisis

perbedaan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA secara bersama-sama antara

siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan

siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Langsung. Hasil penelitian

ini diharapkan dapat memperkuat teori tentang model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw dalam upaya memecahkan permasalahan dalam mata pelajaran IPA,

khususnya tentang rendahnya motivasi belajar serta prestasi belajar IPA yang

dimiliki siswa. Serta dapat menjadi masukan tentang cara belajar dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan sebuah model

pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam

bentuk kelompok kecil. Penelitian tentang pembelajaran model Jigsaw yang

hasilnya menunjukan bahwa interaksi kooperatif memiliki pengaruh terhadap

perkembangan anak. Pengaruh positif yang dimaksud merupakan keungulan dari

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu 1) Meningkatkan hasil belajar,

2) Meningkatkan daya ingat, 3) Dapat digunakan untuk mencapai penalaran

tingkat tinggi, 4) Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu),

5) Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen, 6) Meningkatkan sikap

anak yang positif terhadap sekolah, 7) Meningkatkan sikap positif terhadap guru,

8) Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif, dan 9) Meningkatkan

keterampilan hidup bergotong royong.


102

Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang

bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dan pengetahuan

dasar yang dapat dijabarkan dengan cara bertahap langkah demi langkah .

Pelaksanaan model pembelajaran langsung mengharuskan guru untuk

menjelaskan hal-hal secara jelas, mendemonstrasikan dan memberi contoh

perilaku yang tepat, menyediakan latiha, memantau kinerja, dan memberikan

umpan balik. Tujuan pembelajaran langsung lebih menekankan pada upaya

penambahan pengetahuan.

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang berasal dari informasi yang

telah diperoleh pada tahap proses belajar sebelumnya. Hasil belajar ini merupakan

tingkatan keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari tes.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu, dengan rancangan penelitian

Pretest-Posttest Control Group Design. Teknik pengumpulan data pada penelitian

ini menggunakan tes pilihan ganda untuk mengukur prestasi belajar IPA dan

kuesioner untuk mengukur motivasi belajar siswa. Sebelum digunakan, tes dan

kuesioner harus di uji coba terlebih dahulu. Pengujian hipotesis menggunakan uji

MANOVA dengan taraf signifikansi kurang dari 0,05. Sebelum dilakukan uji

hipotesis, dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu yaitu uji normalitas, uji

homogenitas varians, uji homogenitas matriks covarians, dan uji multikolinieritas.

Berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat disimpulkan bahwa, 1) Terdapat

perbedaan motivasi belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang dibelajarkan dengan Model

Pembelajaran Langsung. 2) Terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang


103

dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang

dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Langsung. 3) Terdapat perbedaan

motivasi belajar dan prestasi belajar secara bersama-sama antara siswa yang

dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang

dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Langsung

5.2 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut,

1. Terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang dibelajarkan

dengan Model Pembelajaran Langsung.

2. Terdapat perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan

dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa yang

dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Langsung.

3. Terdapat perbedaan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA secara bersama-

sama antara siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw dan siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran

Langsung.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diajukan

beberapa saran sebagai berikut,

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dijadikan solusi untuk

meningkatan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA. Semua tahapan-


104

tahapan pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan

semua indikator/aspek motivasi belajar dan prestasi belajar IPA.

2. Bagi guru/peneliti lainnya yang akan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw agar memfasilitasi siswa pada saat diskusi kelompok

ahli.

3. Bagi guru/peneliti menyarankan pada tahapan diskusi kelompok asal agar

selalu mengecek perkembangan diskusi setiap kelompok dan membantu

jalannya diskusi.

4. Bagi guru/peneliti menyarankan dalam pembuatan tes harus memperhatikan

karakteristik siswa sehingga mampu mengukur indikator yang diinginkan.

5. Bagi guru/peneliti dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw harus memperhatikan materi yang dibelajarkan, apakah sudah sesuai

dengan karakteristik model.

6. Bagi peneliti lainnya disarankan untuk menguatkan hasil pengukuran motivasi

belajar dengan observasi selama proses pembelajaran.

7. Bagi guru/peneliti disarankan untuk melaksanakan penelitian sejenis dengan

pemilihan materi yang berbeda untuk mendapatkan gambaran yang lebih

meyakinkan mengenai motivasi belajar dan prestasi belajar IPA.


105

DAFTAR RUJUKAN

Anderson, L.W., & Krahtwohl, D.R. 2015. Kerangka Landasan Utama


Pembelajaran, Pengajaran, Dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom. Terjemahan: Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Andreina, L.W., Suarjana, M., & Suwatra, I.W. 2014. Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas VI SD Negeri 6 Dauhwaru Negara Kabupaten Jembrana. e-jurnal
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1).

Putra, A. I. B. P., Pujani. N., Juniartina, M. P. 2019. Pengaruh Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sains Indonesia. 1(1). Tersedia
pada: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPPSI.

Arends. R.I. 2013. Belajar untuk Mengajar. Terjemahan Learning to Teach. Edisi
9. Jakarta: Salemba Humanika.

Arini, S.A.K.D., Putra Semara, D.B.K., Suniasih, N.W. 2016. Penerapan Model
Problem Based Learning Dapat Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Dan Kompetensi Pengetahuan Ipa. e-Journal PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha.1(4).Tersedia Pada https://ejournal.undiksha.ac.id/
index.php/JJPGSD/article/view/7080.

Azmin, N. H. 2016. Effect of the Jigsaw-Based Cooperative Learning Method on


Student Performance in the General Certificate of Education Advanced-
Level Psychology: An Exploratory Brunei Case Study. International
Education Studies. 9(1): 91-106. Tersedia https:// eric. ed.gov /? id=
EJ1086691.

Candiasa, I M. 2010. Statistik Univariat dan Bivariat Disertai Aplikasi SPSS.


Singaraja: Unit Penerbitan Universitas Pendidikan Ganesha.

Dat, T.V. 2016. The Effects of Jigsaw Learning on Students’ Knowledge


Retention in Vietnamese Higher Education. International Journal of
Higher Education, 5(2), 236-251. ISSN 1927-6044. E-ISSN 1927-6052.
106

Depdiknas. 2003. Undang-undang sistem pendidikan nasional. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.

Djamarah, S. B. 1994. Prestasi belajar dan kompetensi guru. Jakarta: Rineka


Cipta.

Flavia A. H. 2016. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
12 Maret 2016.

Iswadi. H. Sekelumit dari Hasil PISA 2015 yang baru dirilis. Artuikel. 7
Desember 2016. Tersedia pada: http://www.ubaya .ac.id / 2014 / content /
articles_detail / 230 / Sekelumit- dari- Hasil- PISA- 2015- yang - Baru-
Dirilis.html.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi


Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ita A. J, Asef W. M. (2018). The Effect Ofcooperative Learning Jigsaw Type To


Increase Learning Result Of Basic Biomedical Lecture. International
Journal of Nursing and Midwifery Science (IJNMS), Volume 2, issue 2,
August 2018.

Kardi, S.& Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: UNESA-University


Press.

Kemendikbud. 2016. Permendikbud No 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi


Pendidikan Dasar dan Menengah. Lampiran. Jakarta: Kemendikbud.
Tersedia pada https:// www. google. com/url?sa= t&source
=web&rct=j&url= http:// bsnp indonesia.org/wp content/uploads /2009/06/
Permendikbud_Tahun2016_Nomor021_Lampiran.pdf&ved=2ahUKEwizj
szlpKvjAhVc4HMBHUFNDtIQFjAAegQICBAC&usg=AOvVaw3zW3c
Z6X -_LhvGJmG8iRnW.

Kemendikbud. 2016. Permendikbud No 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses


Pendidikan Dasar dan Menengah. Lampiran. Jakarta: Kemendikbud.
Tersedia pada http://bsnp-indonesia.org / wp-content/ uploads/2009/06/
Permendikbud_Tahun2016_Nomor021_Lampiran.pdf.

Kemendikbud. 2017. Contoh Indikator Penilaian Sikap Spiritual dan motivasi


belajar pada Kurikulum 2013. Artikel. Jakarta: Kemendikbud. Tersedia
pada https://fasilitasi.bpmtv.kemdikbud. go.id/contoh-indikator-penilaian-
sikap-spiritual-dan-sikap-sosial-pada- kurikulum-2013/.
107

Kemendikbud. 2017. Pendidikan Karakter Dorong Tumbuhnya Kompetensi Siswa


Abad 21. Artikel. Jakarta: Kemendikbud. Tersedia pada https:// fasilitasi.
bpmtv. kemdikbud. go.id/ pendidikan-karakter-dorong-tumbuhnya-
kompetensil -siswa- abad-21- kurikulum- 2013/.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2006. Peraturan Kementerian


Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Mari, J. S & Gumel, S.A. 2015. Effects of Jigsaw Model of Cooperative Learning
on Self-Efficacy and Achievement in Chemistry among Concrete and
Formal Reasoners in Colleges of Education in Nigeria. International
Journal of Information and Education Technology, 5(3), 196-199.

Martin, M. O., Ina V.S. Mullis., Pierre Foy., & Gabriella M. Stanco. 2011. TIMSS
2011 International Results in Science. Tersedia pada http:// www. bc. edu/
content /dam/ files/ research_ sites/ timssandpirls/
timss2011/downloads/T11_IR_Science_FullBook.pdf.

Martin, M. O., Ina V.S. Mullis., Pierre Foy., & Martin Hooper. 2015. TIMSS
2015 International Results in Science. Tersedia pada http:// timss 2015.
org/wp-content/ uploads/ filebase/ full%20 pdfs/ T15- International-
Results- in- Science- Grade-4.pdf.

OECD. 2016. PISA 2015 Result: What Studnets Know and Can Do-Student
Performance in Mathematics, Reading and Science. Tersedia pada:
http://www. oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2015-results.html. Diakses
pada tanggal 14 maret 2020.

Pujianasari, R. 2016. Keefektifan model jigsaw terhadap hasil belajar ipa siswa
kelas IV Pada SD Negeri Gugus Dewi Sartika Pati. Department of Primary
School Teacher Education Faculty of Education, Semarang State University
Gedung A4, Ngaliyan, Semarang, Indonesia 50186

Ruang, Guru. 2017. Sintak-Model-Pembelajaran-Kooperati-Tipe-Jigsaw.


https://ruangguru.com.

Rusman. 2017. Belajar & pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.


Jakarta: Kencana.

Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
108

Sadia, I. W. 2014. Model-Model Pembelajaran Sanis Konstruktivistik. Singaraja:


Graha Ilmu.

Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Santyasa, I.W. 2008. Pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran kooperatif.


Makalah. disajikan dalam pelatihan tentang penelitian tentang
pembelajaran dan asesmen inovatif bagi guru-guru sekolah menengah di
Kecamatan Nusa Penida, tanggal 22-24 Agustus 2008. Tersedia pada: dari
http://physicsmaster.orgfree.com.

Septiana, A. 2016. Hubungan gaya belajar dan persepsi siswa tentang metode
mengajara guru terhadap prestasi belajar matematika pada siswa-siswi
kelas XI SMA Negeri 1 Sanggata Utara Kutai Timur. E-Journal
Psikologi. 4(2): 165-176. Tersedia pada: http://ejournal.psikologi.fisip-
unmul.ac.id/site/?p=899.

Setyowati, B.E., Widiyatmiko, A., & Sarwi. 2015. Efektivitas Model


Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II Berbantuan LKS untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Karakter Siswa. Unnes Science Education
Journal, 4(3), 982-989. ISSN 2252-6617.

Slavin, R.E. 2005. Pembelajran Kooperatif: Teori, Riset, dan Praktik,.


Terjemahan Cooperative Learning: Theory, research, and practice. 1995.
Cetakan ke-2. Bandung: Nusa Media.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta

Trisianawati, E. Djudin, T. & Setiawan, R. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Vektor
Di Kelas X SMA Negeri 1 Sanggau Ledo”. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Aplikasinya, 6(2). Tersedia Pada: http://journal.unesa.ac.id/index.php/jpfa.

Tjandrawati. (2017). The Implementation of Cooperative Learning with Jigsaw


Type to Improve Student Learning Outcomes on Natural Science Subject.
SMPN 16 Bekasi, Indonesia. (Accepted 13 August 2016; Revised 15
November 2017; Published 30 November 2017)

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Tersedia dalam: http:// kelembagaan. ristekdikti. go.id/ wp-content /
uploads /2016/ 08/ UU_ no_ 20_th_2003.pdf.
109

Zulfikar M. (2018). Effect of Cooperative Learning Method Jigsaw Type to


Learning Motivation and Learning Outcomes in Student. Volume 9, Nomor
1, Januari 2018. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen Kabupaten
Malang Jalan Trunojoyo No.16 Panggungrejo Kepanjen
110

Lampiran 1 Surat Penelitian


Lampiran 1.1 Surat Pengambilan data
111

Lampiran 2 RPP Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SMP/MTs


Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kelas / Semester : VIII / 2
Materi Pokok : Sistem Ekskresi pada Manusia

A. KOMPETENSI INTI (KI)


3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah,dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudutpandang/teori
B. KOMPETENSI DASAR
No Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran
1. 3.10 Menganalisis 3.10.1 Menjelaskan pengertian ekskresi
sistem ekskresi 3.10.2 Menyebutkan organ-organ penyusun sistem
pada manusia dan ekskresi pada manusia
memahami 3.10.3 Mendeskripsikan fungsi sistem ekskresi.
gangguan pada 3.10.4 Menjelaskan hubungan struktur dan fungsi
sistem ekskresi pada organ ginjal
serta upaya 3.10.5 Menjelaskan proses terbentuknya urin oleh
menjaga organ ginjal
kesehatan sistem 3.10.6 Menganalisis hubungan struktur dan fungsi
ekskresi pada organ paru-paru
3.10.7 Menganalisis hubungan struktur dan fungsi
pada organ hati
3.10.8 Menganalisis hubungan struktur dan fungsi
pada organ kulit
3.10.9 Mengidentifikasi kelainan dan penyakit yang
terjadi pada sistem ekskresi.
3.10.10 Menyebutkan berbagai pola hidup untuk
menjaga kesehatan sistem ekskresi.

2. 4.10 Membuat karya 4.10.1. Menyusun rencana pola hidup yang harus
tentang sistem kita lakukan untuk menjaga sistem
ekskresi pada ekskresi.
112

manusia dan
penerapannya
dalam menjaga
kesehatan diri

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pertemuan Pertama :
1. Melalui tanya jawab, siswa dapat menjelaskan pengertian ekskresi dengan
benar
2. Melalui pengamatan model/gambar,siswa dapat organ-organ penyusun
sistem ekskresi pada manusia dengan benar
3. Melalui kajian teori siswa dapat mendeskripsikan fungsi sistem ekskresi
dengan benar
4. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan hubungan struktur dan fungsi
pada organ ginjal dengan benar
5. Melalui demonstrasi dan pengamatan video, siswa dapat menjelaskan
proses terbentuknya urin oleh organ ginjal dengan benar
Pertemuan Kedua :
6. Melalui diskusi, siswa dapat menganalisis hubungan struktur dan fungsi
pada organ kulit dengan benar
7. Melalui diskusi, siswa dapat menganalisis hubungan struktur dan fungsi
pada organ hati dengan benar
Pertemuan Ketiga :
8. Melalui diskusi, siswa dapat menganalisis hubungan struktur dan fungsi
pada organ paru-paru dengan benar
Pertemuan Keempat :
9. Melalui diskusi, siswa dapat mengidentifikasi kelainan dan penyakit yang
terjadi pada sistem ekskresi dengan benar
10. Melalui mengkaji berbagai media informasi, siswa dapat menyusun
rencana pola hidup yang harus kita lakukan untuk menjaga sistem
ekskresi dengan tepat.
113

D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Fakta :
urin, keringat, empedu, karbon dioksida (CO2) dan uap air adalah zat sisa
dari sistem ekskresi.
2. Konsep :
Proses sistem eksresi
3. Prinsip :
Cara menjaga kesehatan tubuh terutama organ pada sistem ekskresi
4. Prosedur :
Proses keluarnya zat sisa pada masing-masing organ dalam sistem eksresi

E. PENDEKATAN/MODEL/METODE PEMBELAJARAN
1. Model Pembelajaran : kooperatif tipe jigsaw
2. Metode : diskusi

F. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR


1. Media : LKPD (terlampir)
2. Alat : papan tulis dan spidol
3. Sumber belajar :
• Buku Siswa IPA Kelas VIII Semester 8
• LKPD 1, LKPD 2 dan LKPD 3

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1 (3JP)
Kegiatan Langkah- Deskripsi Kegiatan Alokasi
langkah waktu
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
114

Pendahul Pembuka 1. Guru memberi salam 1. Siswa 15


uan 2. Guru memimpin berdoa menjawab Menit
3. Mengabsen kehadiran salam dari guru
siswa 2. Siswa berdoa
4. Guru menjelaskan tujuan sebelu memulai
pembelajaran “Anak- pembelajaran
anak hari ini kita akan 3. Siswa
belajar mengenai Sistem menajawab
ekskresi manusia” presensi siswa
4. Siswa
memperhatikan
penjelasan guru

5. Guru melakukan motivasi 5. Siswa


Apersepsi dengan menunjukkan menjawab
fenomena atau pertanyaan
mengajukan pertanyaan” yang diberikan
Coba bayangkan apa oleh guru
yang terjadi jika tubuh 6. Siswa
kamu tidak mengeluarkan mendengarkan
urin?” Sebenarnya penjelasan dari
mengapa kita harus guru
buang air kecil?” 7. Siswa mulai
6. Guru menanggapi jawaban berkelompok
dari siswa “ Untuk lebih sesuai dengan
tau tentang itu ayo kita nomor absen
belajar bersama tentang yang terdiri dari
sistem ekskresi manusia” 4-5 anak
7. Guru meminta siswa untuk
berkelompok sesuai
dengan nomor absen
yang terdiri dari 4-5
orang
Inti Fase 1: 1. Guru membentuk 1. Siswa 90
Pembagian kelompok asal yang membentuk menit
tugas beranggotakan lima kelompok asal
orang secara heterogen yang
2. Guru membagikan LKPD beranggotakan
1 pada setiap kelompok lima orang
secara
heterogen
2. Siswa membagi
tugas dan
mencatat hasil
pembagian
tugas sesuai sub
indikator pada
115

LKPD 1
Fase 2: 3. Guru meminta siswa 3. Siswa
Diskusi membentuk kelompok membentuk
kelompok ahli kelompok ahli
ahli 4. Guru melakukan sesuai dengan
bimbingan ketika sub indikator
kelompok sedang diskusi yang sama
4. Siswa
melakukan
diskusi untuk
membangun
pemahaman dan
menyelesaikan
tugas yang
diberikan
Fase 3: 5. Guru meminta siswa 5. Siswa kembali
Diskusi kembali ke kelompok ke kelompok
kelompok asal asal untuk
ahli 6. Guru membimbing menjelaskan
diskusi kelopok materi yang
sudah
didiskusikan di
kelompok ahli
6. Siswa
berdiskusi dan
menyusun
ulang
pemahaman
materi secara
keseluruhan
Fase 4: 7. Guru menunjuk 7. Setiap
Integrasi perwakilan setiap kelompok yang
dan kelompok untuk diwakilkan oleh
evaluasi mempresentasikan hasil salah satu
diskusi yang telah anggota
dilaksanakan melaksanakan
8. Guru memberikan review presentasi hasil
terkait materi yang telah diskusi yang
didiskusikan telah
9. Guru memberikan tes dilaksanakan
menguji kembali 8. Siswa
pemahaman siswa mendengarkan
dan menyusun
ulang
pemahaman
materi
keseluruhan
116

9. Siswa
mengukuti tes
yang sudah
disediakan guru
Penutup Refleksi 10. Guru mereview kegiatan 10. Siswa
dan pembelajaran hari ini dibimbing guru
Evaluasi 11. Guru memberikan tugas untuk mereview
untuk belajar tentang kegiatan
“proses pembentukan pembelajaran
urin pada ginjal” kepada hari ini
siswa 11. siswa
12. Guru menutup memberikan
pembelajaran dengan tanggapan
berdoa dan salam 12. Siswa menutup
pembelajaran
dengan berdoa
dan menjawab
salam dari guru

Pertemuan Kedua :
Kegiatan Langkah- Deskripsi Kegiatan Alokasi
langkah waktu
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pendahul Pembuka 1. Guru memberi salam 1. Siswa 15
uan 2. Guru memimpin berdoa menjawab Menit
3. Mengabsen kehadiran salam dari guru
siswa 2. Siswa berdoa
4. Guru menjelaskan tujuan sebelu memulai
pembelajaran “Anak- pembelajaran
anak hari ini kita akan 3. Siswa
belajar struktur serta menajawab
fungsi kulit dan hati” presensi siswa
4. Siswa
memperhatikan
penjelasan guru
117

5. Guru melakukan motivasi 5. Siswa


Apersepsi dengan menunjukkan menjawab
fenomena atau pertanyaan
mengajukan pertanyaan” yang diberikan
Menurutmu mengapa kita oleh guru
harus berkeringat ketika 6. Siswa
suhu udara meningkat?” mendengarkan
Organ tubuh manakah penjelasan dari
yang memiliki peran guru
dalam pembentukkan 7. Siswa mulai
keringat dan bagaimana berkelompok
tubuh membuat keringat? sesuai dengan
Selanjutnya bagaimana nomor absen
didalam hati kita apakah yang terdiri dari
hati kita juga 4-5 anak
mengeluarkan zat sisa?
6. Guru menanggapi jawaban
dari siswa “ Untuk lebih
tau tentang itu ayo kita
belajar bersama tentang
struktur serta fungsi paru-
paru dan hati”
7. Guru meminta siswa untuk
berkelompok sesuai
dengan nomor absen
yang terdiri dari 4-5
orang
Inti Fase 1: 8. Guru membentuk 8. Siswa 90
Pembagian kelompok asal yang membentuk Menit
tugas beranggotakan lima kelompok asal
orang secara heterogen yang
9. Guru membagikan LKPD beranggotakan
2 tentang paru-paru dan lima orang
hati pada manusia secara
heterogen
9. Siswa
membagi tugas
dan mencatat
hasil
pembagian
tugas sesuai
sub indikator
pada LKPD 1
Fase 2: 10. Guru meminta siswa 10. Siswa
Diskusi membentuk kelompok membentuk
kelompok ahli kelompok ahli
ahli 11. Guru melakukan sesuai dengan
bimbingan ketika sub indikator
118

kelompok sedang diskusi yang sama


11. Siswa
melakukan
diskusi untuk
membangun
pemahaman dan
menyelesaikan
tugas yang
diberikan
Fase 3: 12. Guru meminta siswa 13. Siswa kembali
Diskusi kembali ke kelompok ke kelompok
kelompok asal asal untuk
ahli 13. Guru membimbing menjelaskan
diskusi kelompok materi yang
sudah
didiskusikan di
kelompok ahli
14. Siswa
berdiskusi dan
menyusun
ulang
pemahaman
materi secara
keseluruhan
Fase 4: 15. Guru menunjuk 14. Setiap
Integrasi perwakilan setiap kelompok yang
dan kelompok untuk diwakilkan oleh
evaluasi mempresentasikan hasil salah satu
diskusi yang telah anggota
dilaksanakan melaksanakan
16. Guru memberikan review presentasi hasil
terkait materi yang telah diskusi yang
didiskusikan telah
17. Guru memberikan tes dilaksanakan
menguji kembali 15. Siswa
pemahaman siswa mendengarkan
dan menyusun
ulang
pemahaman
materi
keseluruhan
16. Siswa
mengukuti tes
yang sudah
disediakan guru
119

Penutup Refleksi 17. Guru mereview kegiatan 18. Siswa


dan pembelajaran hari ini dibimbing guru
Evaluasi 18. Guru memberikan tugas untuk mereview
untuk belajar tentang kegiatan
“proses pembentukan pembelajaran
urin pada ginjal” kepada hari ini
siswa 19. siswa
19. Guru menutup memberikan
pembelajaran dengan tanggapan
berdoa dan salam 20. Siswa menutup
pembelajaran
dengan berdoa
dan menjawab
salam dari guru

Pertemuan Ketiga :
Kegiatan Langkah- Deskripsi Kegiatan Alokasi
langkah waktu
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pendahul Pembuka 1. Guru memberi salam 1. Siswa menjawab 15
uan 2. Guru memimpin berdoa salam dari guru Menit
3. Mengabsen kehadiran 2. Siswa berdoa
siswa sebelu memulai
4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
pembelajaran “Anak- 3.Siswa menajawab
anak hari ini kita akan presensi siswa
belajar mengenai struktur 4. Siswa
serta fungsi paru-paru” memperhatikan
penjelasan guru

5. Guru melakukan 6. Siswa


Apersepsi motivasi dengan menjawab
menunjukkan pertanyaan yang
fenomena atau diberikan oleh
mengajukan guru
pertanyaan” Masih 7. Siswa
ingatkah kamu apa mendengarkan
yang dikeluarkan penjelasan dari
paru-paru selama kita guru
bernafas?” Bagaimana 8. Siswa mulai
pertukaran gas yang berkelompok
terjadi didalam sesuai dengan
alveolus?” nomor absen
6. Guru menanggapi jawaban yang terdiri dari
dari siswa “ Untuk lebih 4-5 anak
tau tentang itu ayo kita
belajar bersama tentang
120

struktur dan fungsi paru-


paru pada manusia”
7. Guru meminta siswa untuk
berkelompok sesuai
dengan nomor absen
yang terdiri dari 4-5
orang

Inti Fase 1: 9. Guru membentuk 8. Siswa 90


Pembagian kelompok asal yang membentuk Menit
tugas beranggotakan lima kelompok asal
orang secara heterogen yang
10. Guru membagikan LKPD beranggotakan
3 pada setiap kelompok lima orang
secara heterogen
9. Siswa membagi
tugas dan
mencatat hasil
pembagian
tugas sesuai sub
indikator pada
LKPD 1
Fase 2: 10. Guru meminta siswa 11. Siswa
Diskusi membentuk kelompok membentuk
kelompok ahli kelompok ahli
ahli 11. Guru melakukan sesuai dengan
bimbingan ketika sub indikator
kelompok sedang diskusi yang sama
12. Siswa
melakukan
diskusi untuk
membangun
pemahaman dan
menyelesaikan
tugas yang
diberikan
Fase 3: 13. Guru meminta siswa 12. Siswa kembali
Diskusi kembali ke kelompok ke kelompok
kelompok asal asal untuk
ahli 14. Guru membimbing menjelaskan
diskusi kelopok materi yang
sudah
didiskusikan di
kelompok ahli

13. Siswa
berdiskusi dan
menyusun
121

ulang
pemahaman
materi secara
keseluruhan
Fase 4: 14. Guru menunjuk 15. Setiap
Integrasi perwakilan setiap kelompok yang
dan kelompok untuk diwakilkan oleh
evaluasi mempresentasikan hasil salah satu
diskusi yang telah anggota
dilaksanakan melaksanakan
15. Guru memberikan review presentasi hasil
terkait materi yang telah diskusi yang
didiskusikan telah
16. Guru memberikan tes dilaksanakan
menguji kembali 16. Siswa
pemahaman siswa mendengarkan
dan menyusun
ulang
pemahaman
materi
keseluruhan
17. Siswa
mengukuti tes
yang sudah
disediakan guru
Penutup Refleksi 18. Guru mereview kegiatan 17. Siswa
dan pembelajaran hari ini dibimbing guru
Evaluasi 19. Guru memberikan tugas untuk mereview
untuk belajar tentang kegiatan
“proses pembentukan pembelajaran
urin pada ginjal” kepada hari ini
siswa 18. siswa
20. Guru menutup memberikan
pembelajaran dengan tanggapan
berdoa dan salam 19. Siswa menutup
pembelajaran
dengan berdoa
dan menjawab
salam dari guru

Pertemuan Keempat :
Kegiatan Langkah- Deskripsi Kegiatan Alokasi
langkah waktu
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
122

Pendahul Pembuka 1. Guru memberi salam 1. Siswa menjawab 15


uan 2. Guru memimpin berdoa salam dari guru Menit
3. Mengabsen kehadiran 3. Siswa berdoa
siswa sebelu memulai
4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
pembelajaran “Anak- 4. Siswa
anak hari ini kita akan menajawab
belajar mengenai presensi siswa
gangguan/penyakit yang 5. Siswa
terjadi pada sistem memperhatikan
ekskresi manusia” penjelasan guru

6. Guru melakukan motivasi 7. Siswa


Apersepsi dengan menunjukkan menjawab
fenomena atau pertanyaan
mengajukan pertanyaan” yang diberikan
Bagaimana jika zat sisa oleh guru
dari tubuh kita tidak 8. Siswa
dikeluarkan, apa mendengarkan
sebabnya?”. penjelasan dari
6. Guru menanggapi jawaban guru
dari siswa “ Untuk lebih 9. Siswa mulai
tau tentang itu ayo kita berkelompok
belajar bersama tentang sesuai dengan
gangguan sistem ekskresi nomor absen
manusia” yang terdiri dari
7. Guru meminta siswa untuk 4-5 anak
berkelompok sesuai
dengan nomor absen
yang terdiri dari 4-5
orang
Inti Fase 1: 10. Guru membentuk 10. Siswa 90
Pembagian kelompok asal yang membentuk Menit
tugas beranggotakan lima kelompok asal
orang secara heterogen yang
11. Guru membagikan LKPD beranggotakan
1 pada setiap kelompok lima orang
secara heterogen
11. Siswa membagi
tugas dan
mencatat hasil
pembagian
tugas sesuai sub
indikator pada
LKPD 1
123

Fase 2: 12. Guru meminta siswa 12. Siswa


Diskusi membentuk kelompok membentuk
kelompok ahli kelompok ahli
ahli 13. Guru melakukan sesuai dengan
bimbingan ketika sub indikator
kelompok sedang diskusi yang sama
13. Siswa
melakukan
diskusi untuk
membangun
pemahaman dan
menyelesaikan
tugas yang
diberikan
Fase 3: 14. Guru meminta siswa 14. Siswa kembali
Diskusi kembali ke kelompok ke kelompok
kelompok asal asal untuk
ahli 15. Guru membimbing menjelaskan
diskusi kelopok materi yang
sudah
didiskusikan di
kelompok ahli
15. Siswa
berdiskusi dan
menyusun
ulang
pemahaman
materi secara
keseluruhan
Fase 4: 16. Guru menunjuk 16. Setiap
Integrasi perwakilan setiap kelompok yang
dan kelompok untuk diwakilkan oleh
evaluasi mempresentasikan hasil salah satu
diskusi yang telah anggota
dilaksanakan melaksanakan
17. Guru memberikan review presentasi hasil
terkait materi yang telah diskusi yang
didiskusikan telah
18. Guru memberikan tes dilaksanakan
menguji kembali 17. Siswa
pemahaman siswa mendengarkan
dan menyusun
ulang
pemahaman
materi
keseluruhan
18. Siswa
mengukuti tes
124

yang sudah
disediakan guru

Penutup Refleksi 19. Guru mereview kegiatan 19. Siswa


dan pembelajaran hari ini dibimbing guru
Evaluasi 20. Guru memberikan tugas untuk mereview
untuk belajar tentang kegiatan
“proses pembentukan pembelajaran
urin pada ginjal” kepada hari ini
siswa 20. siswa
21. Guru menutup memberikan
pembelajaran dengan tanggapan
berdoa dan salam 21. Siswa menutup
pembelajaran
dengan berdoa
dan menjawab
salam dari guru

H. PENILAIAN
1. Tes Tertulis(TERLAMPIR)
2. Lembar Observasi guru/Lembar pengamatan sikap(TERLAMPIR)
125

Lampiran 2.1 LKPD 1 Organ-Organ Ekskresi

LKPD 1

ORGAN-ORGAN EKSKRESI

A. PENGANTAR
Coba bayangkan ketika kamu melihat ibumu memasak, ketika
kamu mencuci baju,mandi atau memakan makanan dalam kemasan,
pasti dari kegiatan tersebut dihasilkan zat sisa atau yang kita kenal
dengan sampah,misalnya sampah sisa sayuran, air limbah,sisa mencuci
atau mandi,sisa makanan dan sampah plastik bekas pembungkus
makanan. Kalau dihitung pasti banyak sekali sampah yang menumpuk
di dalam rumah jika tidak secara teratur dibuang,sampah yang
menumpuk tentu akan menjadi tempat berkembang berbagai penyakit.
Selanjutnya, bagaimana di dalam tubuh kita? Apakah tubuh kita juga
mengeluarkan zat sisa? Apa saja organ yang berfungi untuk
mengeluarkan zat sisa yang ada di dalam tubuh kita? Dan apa saja
jenis zat sisa yang dihasilkan oleh organ-organ tersebut? Nah,untuk
bisa menjawabnya, coba diskusikan beberapa pertanyaan berikut ini!

B. TUJUAN
1. Melalui pengamatan model,siswa dapat organ-organ penyusun sistem
ekskresi pada manusia dengan benar
2. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan hubungan struktur dan
fungsi pada organ ginjal dengan benar
3. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan hubungan struktur dan
fungsi pada organ paru-paru dengan benar
4. Melalui diskusi,siswa dapat menjelaskan hubungan struktur dan fungsi
pada organ hati dengan benar
5. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan hubungan struktur dan
fungsi pada organ kulit dengan benar
126

C. ALAT DAN BAHAN

1. Gambar/model

 Ginjal,

 Hati,

 Kulit

 dan Paru-paru
2. Alat tulis

3. Buku siswa kelas VIII Semester 2

D. LANGKAH KERJA

1. Amatilah gambar bagian


• ginjal,
• hati,
• kulit
• dan paru-paru!
2. Identifikasilah bagian yang ditunjukkan masing-masing nomor!

3. Tulislah hasil pengidentifikasian pada tabel yang sudah disediakan!

E. BAHAN DISKUSI

a. Ginjal

2
3

I
127

II

III

Gambar Nama Bagian

I 1.

2.

3.

4.

II 1.

2.

3.

4.

III 1.

2.
128

3.

4.

Pertanyaan:

1. Mengapa ginjal termasuk organ ekskresi?

2. Apa fungsi setiap bagian ginjal yang kalian temukan?

3. Dibagian ginjal manakah nefron kalian temukan?

4. Apakah hubungan nefron dengan ginjal?

b. Hati
129

No Nama Bagian

Pertanyaan:

1. Mengapa hati termasuk organ ekskresi?

2. Dibagian manakah hati kalian temukan kantong empudu?

3. Apakah hubungan hati dengan kantong empedu?

c. Kulit
130

No Nama Bagian

Pertanyaan:

1. Mengapa kulit temasuk organ ekskresi?

2. Apa fungsi dari bagian-bagian pada kulit?

3. Dibagian manakah kelenjar keringat kalian temukan? Apa hubungannya kulit


dengan kelenjar keringat?
131

d. Paru-paru

1
2

No Nama Bagian

Pertanyaan:

1. Mengapa paru-paru termasuk organ ekskresi?

2. Apa fungsi dari masing-masing bagian tersebut?


132

F. SIMPULAN

Siswa dapat menyimpulkan setelah melakukan diskusi diatas sebagai berikut:

1. Apa saja organ ekskresi pada manusia? Apa saja zat sisa yang dikeluarkan
organ tersebut?

2. Bagian mana saja pada setiap organ ekskresi yang berperan mengolah zat sisa?

3. Apa fungsi masing-masing bagian tersebut?

-SELAMAT MENGERJAKAN-
133

Lampiran 2.2 LKPD 2 Proses Pembentukan Urin Pada Ginjal

LKPD 2

PROSES PEMBENTUKAN URIN PADA GINJAL

A. PENGANTAR

Pernahkah kamu memerhatikan tubuhmu ketika kamu merasakan kedinginan ?


Biasanya kamu akansering buang air kecil .Pernahkah kamu berpikir harus
mengapa tubuhmu mengerluarkan urin? Mengapa kamu harus buang air kecil ?
Apakah ada zat lain yang harus dikeluarkan oleh tubuh? Bagaimana proses
pengeluaran zat tersebut? Agar mengetahuinya,ayo pelajari bersama!

B. TUJUAN
Melalui demonstrasi dan pengamatan video, siswa dapat menjelaskan proses
terbentuknya urin oleh organ ginjal dengan benar
C. ALAT DAN BAHAN
a. Dua buah gelas air mineral bekas
b. Satu buah saringan
c. Kain kasa (perban) yang tidak tembus butiran beras
d. Satu buah wadah (satu gelas plastik air mineral)
e. Satu genggam beras
f. Video pembentukan urin
g. Alat tulis
h. Buku siswa kelas VIII Semester 2
134

D. LANGKAH KERJA
a. Kegiatan 1
1. Perhatikan demonstrasi yang akan dilakukan !
2. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
3. Susunlah alat dan bahan seperti model yang menunjukkan mekanisme
kerja ginjal sebagaimana ditunjukkan gambar di bawah ini.

Beras dan air


cuciannya

Kertas kasa

Penyaring/corong

Air Cucian beras

4. Taruh segenggam beras ke wadah kemudian tambahkan air 100 ml.


5. Tuangkan campuran beras dan air ke penyaring/corong yang telah
dipasang kain kasa.
6. Perhatikan apa yang terjadi !
7. Tuliskan hasil pengamatan kalian!
b. Kegiatan 2
1. Perhatikan video yang diperlihatkan oleh guru!
2. Tulislah informasi penting yang terdapat dalam video tentang proses
pembentukan urin!
E. BAHAN DISKUSI
a. Kegiatan 1
Hasil Pengamatan demonstrasi
135

Pertanyaan:
1. Berdasarkan dari pengamatan demonstrasi permodelan tersebut,jika dalam
proses pembentukan urin pada manusia
 Beras dan air cuciannya mewakilik sebagai apa?
 Corong dan kain kasa mewakili sebagai apa?
 Air dalam cucian beras dalam gelas kimia yang telah disaring mewakili
sebagai apa?

2. Sesuai dengan model mekanisme kerja ginjal yang telah di demonstrasikan,


diskusikan dengan teman sekelompokmu, bagaimana bagian ginjal tersebut
bekerja?

b. Kegiatan 2

Berdasarkan hasil pengamatan video, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Sebutkan tahapan dalam proses pembentukan urin pada ginjal!


136

2. Jelaskan tahapan pertama pada proses pembentukan urin! Dimana tempat


tahapan pertama terjadi? Dan berupa apa zat yang dihasilkan?

3. Jelaskan tahapan kedua pada proses pembentukan urin! Dimana tempat tahapan
kedua terjadi? Dan berupa apa zat yang dihasilkan?

4. Jelaskan tahapan ketiga pada proses pembentukan urin! Dimana tempat tahapan
ketiga terjadi? Dan berupa apa zat yang dihasilkan?
137

F. SIMPULAN
Siswa dapat menyimpulkan dari kegiatan 1 dan kegiatan 2 yang telah dilakukan
sebagai berikut:
138

Lampiran 2.3 LKPD 3 Kelainan/Penyakit Pada Sistem Ekskresi

LKPD 3

KELAINAN/PENYAKIT PADA SISTEM EKSKRESI

A. PENGANTAR

Pernahkah, kulit kalian timbul bintik-bintik merah dan terasa panas? Kalian pasti
akan sering menggaruknya,karena terasa gatal. Apakah kalian pernah berpikir
mengapa bintik-bintik merah itu muncul? Apakah penyebabnya? . Hal tersebut
termasuk ke dalam gangguan pada organ ekskresi yaitu kulit. Mari kita belajar
bersama untuk mengetahui apa saja kelainan/penyakit yang terjadi pada organ
ekskresi dan upaya mengatasinya dan pencegahannya..

B. TUJUAN
1. Melalui diskusi, siswa dapat mengidentifikasi kelainan dan penyakit
yang terjadi pada sistem ekskresi dengan benar
2. Melalui mengkaji berbagai media informasi, siswa dapat menyusun
rencana pola hidup yang harus kita lakukan untuk menjaga sistem
ekskresi dengan tepat.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat Tulis
2. Buku Siswa Kelas 8 Semester 2

D. LANGKAH KERJA
1. Bacalah informasi yang dikutip dari internet dibawah ini!
2. Diskusikan dengan kelompokmu, tentang informasi yang didapatkan
dari kutipan berita tersebut!
139

E. BAHAN DISKUSI
1.

KOMPAS.com - Pelawak senior Eko Ndaru Djumadi atau Eko DJ (65)


meninggal dunia pada Senin (27/3/2017) karena penyakit gagal ginjal yang
sudah cukup lama dideritanya. Penyakit ini sebenarnya banyak terjadi di
Indonesia. Gagal ginjal terjadi jika ginjal tidak dapat melakukan tugasnya
menyaring produk sisa keluar dari darah dengan baik. Kondisi ini dapat terjadi
bertahun-tahun tanpa diketahui sampai terjadi kerusakan parah. Sekitar dua
pertiga kasus gagal ginjal pada orang dewasa diakibatkan karena diabetes dan
tekanan darah tinggi yang tidak diobati. Penyebab lain gagal ginjal adalah
infeksi, cedera, terkena racun, atau obat-obatan. Penyakit gagal ginjal bisa
dideteksi dengan melakukan pemeriksaan urine untuk mengukur jumlah protein.
Adanya kadar protein yang berlebihan dalam sampel urine biasanya menjadi
pertanda adanya kerusakan nefron (unit penyaring pada ginjal). Jika
pemeriksaan darah dan urine menunjukkan adanya penurunan pada fungsi
ginjal, dokter akan melakukan pemeriksaan USG ginjal. Seperti dikutip dari
Mayo Clinic, gagal ginjal kronis akan mengenai hampir semua sistem tubuh.
Penyakit ini bahkan dapat berkembang menjadi penyakit ginjal stadium akhir.
Jika ini terjadi, maka ginjal berhenti berfungsi dan pilihanya hanyalah cuci
darah atau cangkok ginjal untuk mempertahankan hidup.

Menurut dr. Irsyal Rusad, Sp.PD, bila ginjal yang sudah mengalami kerusakan
tidak digantikan fungsinya, maka sisa-sisa sampah proses metabolisme tubuh,
toksin seperti urea, kreatinin, kelebihan cairan, dan sebagainya akan menumpuk
dalam tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan bermacam keluhan, seperti sesak
nafas, mual, muntah, tubuh bengkak, hipertensi dan bahkan kematian mendadak
140

. "Jadi, kalau memang sudah mengalami gagal ginjal yang harus menjalani cuci
darah, sesuai dengan rekomendasi dokter yang merawat, keluhan itu akan
dialaminya," katanya kepada Kompas.com, 20 April 2014. Pilihan terapi
pengobatan lainnya adalah cangkok ginjal. Prosedur ini sudah mengalami
banyak kemajuan dan aman. Dokter-dokter di Indonesia juga sudah banyak
melakukannya. Persoalannya adalah mencari donor yang memiliki kesesuaian
antara jaringan donor dan penerima.

Sumber: Kompas.com dengan judul "Mengenal Penyakit Gagal Ginjal Seperti


yang Diderita Eko DJ",
https://lifestyle.kompas.com/read/2017/03/29/120408523/mengenal.penyakit.gag
al.ginjal.seperti.yang.diderita.eko.dj.

Analisislah informasi diatas dengan dikaitkan dengan penyakit pada organ


ekskresi! Dan mengapa orang gagal ginjal harus melakukan cuci darah?
Bagaimana cara mengatasi apabila sudah didiagnosa penyakit gagal
ginjal? Bagaimana cara pencegahan agar tidak terkena gagal ginjal?
Berikanlah alasannya!
141

2.

KOMPAS.com - Hati merupakan organ dalam tubuh yang mempunyai tugas


penting dan kompleks demi kelangsungan seluruh fungsi tubuh. Fungsi hati
penting untuk mengontrol metabolisme tubuh, jaringan dan organ. Dengan kata
lain, hati yang sehat memberi dampak langsung pada kesehatan tubuh.
Memang, secara alami hati punya kemampuan melindungi diri dengan cara
meregenerasi. Kenyataannya, organ hati ternyata banyak berurusan dengan
bahan-bahan yang berpotensi merusak, seperti bahan-bahan kimia dalam darah.
Akibatnya, hati rentan terkena cedera, misalnya sirosis hati. Sirosis hati adalah
salah satu penyakit yang mengganggu pelaksanaan fungsi-fungsi hati. Sirosis
ditandai dengan terjadinya kerusakan hati yang progresif dan memiliki
kecenderungan tidak bisa diperbaiki. Sering diakibatkan oleh infeksi, hepatitis
B dan C menahun, penggunaan alkohol berlebihan, atau penyakit autoimun. Tak
hanya itu. Bila berkelanjutan, sirosis hati juga berisiko berkembang menjadi
kanker hati atau dalam istilah kedokteran dikenal sebagai hepatocellular
carcinom. Lebih dari setengah jumlah pasien yang terdiagnosis mengalami
kanker hati biasanya mengidap sirosis.

Hal paling penting dalam tahap pencegahan perkembangan sirosis hati


adalah deteksi dini dan memperlambat proses perkembangan penyakit tersebut.
Pemeriksaan darah rutin salah satunya. Lewat cara itu penderita bisa
mengetahui perkembangan fungsi hati, kadar serum protein, protrombin, alanine
transaminase (ALT), bilirubin dan lainnya. Hal ini baik dilakukan sehingga
dapat memperpanjang usia penderita. Selain itu, ada juga tahap pemeriksaan
asites untuk mendeteksi cairan berlebih. Jika terdapat akumulasi cairan pada
rongga perut yang sangat cepat dan tidak diketahui penyebabnya, penderita
harus melakukan prosedur paracentesis. Evaluasi aktivitas adenosine deaminase
(ADA), pemeriksaan kultur bakteri serta pemeriksaan sitologi juga dapat
memastikan apakah benar mengidap sirosis hati. Tak hanya itu.
Pemeriksaan CT scan dapat membantu melihat perbandingan ukuran yang
abnormal dari lobus. Jiks kepadatannya rendah, terlihat perubahan nodular,
pembesaran pada hepatic portal, serta pembesaran limpa dan akumulasi cairan
pada perut, maka dapat dipastikan penderita telah mengidap sirosis hati.
Sebenarnya, cara praktis untuk mencegah perkembangan sirosis hati adalah
mengonsumsi karbohidrat dan protein yang cukup, mengoptimalkan asupan
vitamin C serta mengurangi kadar garam. Namun, yang lebih utama adalah cara
mencegah pembentukan jaringan parut hati lebih lanjut agar dapat
memperlambat kerusakan sel-sel hati.
142

Sirosis hati terjadi karena gangguan fungsi organ hati yang disebabkan
rusaknya struktur jaringan hati. Pada umumnya, penanganan sirosis hati
melalui makanan, obat, atau transplantasi organ hati. Transplantasi hati baik
dilakukan apabila pengobatan melalui obat-obatan dan bedah umum sudah
tidak efektif lagi. Transplantasi organ hati dapat meningkatkan fungsi hati
dalam waktu singkat, memperpanjang usia penderita dan dapat mengobati
sirosis hati. Berdasarkan kasusnya, sirosis terjadi karena adanya penggantian
jaringan normal dengan jaringan fibrous sehingga sel-sel hati akan kehilangan
fungsinya. Namun ternyata, jaringan sel-sel organ hati yang rusak dapat
diperbaharui melalui intervensi arteri, yakni transplantasi sel induk. Sel induk
dapat memainkan perannya untuk memperbaiki dan meregenerasi sel-sel organ
hati. Proses pengobatan ini membutuhkan waktu tiga bulan. Namun, proses
tersebut terbilang singkat jika dibandingkan sistem pengobatan umumnya.
Pasalnya, pengobatan mencakup tiga kali operasi tranplantasi sel induk yang
membutuhkan selang waktu 8 sampai 25 hari. Sebagai hasil dari
perkembangan bioteknologi, Guangzhou Meyo Stem Cells Hospital,
Tiongkok, telah melakukan pengamatan kepada 400 kasus penderita sirosis
hati pada fase dekompensasi dan mencatat data yang relevan. Setelah
transplantasi suspension sel induk ke dalam organ hati melalui arteri organ
hati, minggu ke-4 setelah proses transplantasi kadar plasma albumin
meningkat drastis. Tak hanya itu. ALT dan AST mengalami penurunan.
Sebanyak 370 kasus mengalami kondisi fisik dan selera makan yang berangsur
membaik. Rasa kembung berkurang dialami sebanyak 330 kasus (82.5%),
cairan pada rongga perut berkurang dan edema pada kedua kaki berkurang
sebanyak 350 kasus (87.5%). Pasien transplantasi sel induk tidak perlu
khawatir akan efek samping beracun. Pasalnya, sel induk memiliki sistem
imun yang rendah sehingga sangat jarang terjadi rejeksi. Oleh karena itu,
setelah menjalani operasi, penderita tidak perlu mengonsumsi banyak obat-
obatan untuk melawan rejeksi. Fakta itu seolah membuktikan bahwa fungsi sel
induk yang berkembang menjadi sel baru dapat memperbaiki kerusakan pada
organ hati, memulihkan fungsi hati dan meningkatkan kualitas hidup penderita.
Fungsinya efektif dan didukung dengan teknik induksi laboratorium yang
matang dapat membuat sel induk berkembang menjadi sel jaringan organ
paling kita butuhkan.

Sumber: Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenali dan
Waspadai Sirosis
Hati!", https://lifestyle.kompas.com/read/2015/07/04/040700723/Kenali.dan.W
aspadai.Sirosis.Hati..
143

Analisislah informasi diatas dengan dikaitkan dengan penyakit pada organ


ekskresi! Apa penyebab terjadinya sirosis hati? Bagaimana cara mengatasi
apabila sudah didiagnosa penyakit sirosis hati ? Bagaimana cara
pencegahan agar tidak terkena sirosis hati ? Berikanlah alasannya!

F. SIMPULAN

1. Sebutkan (minimal 2) dan jelaskan kelainan/penyakit yang terjadi pada


organ ekskresi sebagai berikut:

a. Ginjal
b. Hati
c. Kulit
d. Paru-paru

2. Apa penyebab kelainan/penyakit pada organ sistem ekskresi?

3. Bagaimana upaya pencegahan terjadinya kelainan/penyakit pada organ


sistem ekskresi?
144

Lampiran 2.4 Lembar Observasi Siswa

LEMBAR OBSERVASI SISWA


Materi :
Hari/Tanggal :
Kelas :

Kelompok :

No Nama Lengkap Aspek yang diamati Skor


1 2 3 4 5
1
2
3
4
5
Keterangan

No Aspek Skor Kriteria penilaian


1. Keaktifan 3 Sering bertanya dan memberi pendapat
2 Pernah bertanya dan memberi pendapat
1 Tidak pernah bertanya dan memberi pendapat
2. Berfikri bersama 3 Aktif dalam diskusi kelompok
dalam kelompok 2 Kurang aktif dalam diskusi kelompok
1 Tidak aktif dalam diskusi kelompok
3. Berkomunikasi 3 Cakap dan mampu berkomunikasi lisan didepan
kelas dengan jelas
2 Mampu berkomunikasi lisan didepan kelas
1 Tidak mampu berkomunikasi lisan didepan kelas
4. Kreatifitas 3 Mengikuti instruksi kerja dengan sungguh-
sunggu
2 Mengikuti instruksi kerja apabila diawasi
1 Tidak mengikuti instruksi kerja
5. Kejujuran 3 Jujur pada saat mengerjakan tes
2 Kurang jujur saat mengerjakan tes
1 Tidak jujur saat mengerjakan tes
145

Lembar pengamatan siswa

Skor

Keterampilan

Jumlah Skor
Komunikasi
Kerja Sama
Rasa Ingin

Ketelitian
No Nama Siswa

Tahu

Nilai
1
2
3
4
5

Rubrik Penilaian Sikap


No Aspek yang dinilai Rubrik
1. Menunjukkan rasa 1. Tidak menunjukkan rasa ingin tahu,tidak
ingin tahu antusias, pasif
2. Menunjukkan rasa ingin tahu,tidak
antusias,pasif
3. Menunjukkan rasa ingin tahu yang
besar,antusias,aktif
4. Menunjukkan rasa ingin tahu yang
besar,sangat antusias dan sangat aktif
2. Ketelitian dalam 1. Melakukan pekerjaan tidak sesuai
mengerjakan tugas prosedur,bekerja dengan tergesa-gesa,hasil
individu` tidak tepat
2. Melakukan pekerjaan sesuai prosedur,hati-
hati dalam bekerja,hasil tidak tepat
3. Melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur,hati-hati dalam bekerja,hasil tepat
4. Melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur dengn teliti,serius dan hasil tepat
3. Ketelitian dan kehati- 1. Melakukan kerja dengan tergesa-gesa secara
hatian dalam kerja bersama dengan teman sekelompok dengan
kelompok ahsil tidak tepat
2. Melakukan kerja dengan hati-hati secraa
bersama dengan teman sekelompok dengan
hasi yang tidak tepat
146

No Aspek yang dinilai Rubrik


3. Melakukan kerja dengan hati-hati bersama
dengan teman sekelompok dengan hasil yang
tepat
4. Ketekunan dan 1. Tidak bersungguh-sungguh dalam
tanggungjawab dalam menjalankan tugas,tidak mendapatkan hasil
bekerja secara 2. Tekun dalam menjelaskan tugas,tidak
individu maupun mendapatkan hasil terbaik
kelompok 3. Tekun dalam menjalankan
tugas,mendapatkan hasil terbaik dan tepat
waktu
4. Tekun dalam menyelesaikan tugas dengan
hasil terbaik yang bisa dilakukan,sistematis
dan berupaya tepat waktu

5. Keterampilan saat 1. Tidak aktif bertanya,tidak mengemukakan


berkomunikasi dalam gagasan,menghargai pendapat orang lain
diskusi kelompok 2. Aktif bertanya tidak mengemukakan
gagasan,mengharigai pendapat orang lain
3. Aktif bertanya,aktif berpendapat,menghargai
pendapat orang lain
4. Aktif dalam tanyajawab,dapat
mengemukakan gagasan atau ide secara
ilmiah dan menghargai pendapat siswa yang
lain
147

Lampiran 3 RPP Model Pembelajaran Langsung

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMP Negeri 2 Sawan


Mata pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VIII/Genap
Alokasi Waktu : 2 x pertemuan(2 x 80 menit)

I. Standar kompetensi
1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia.
II. Kompetensi Dasar
1.1 Mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan
kesehatan.
III. Indikator
1. Menjelaskan proses pengeluaran zat sisa pada manusia.
2. .Menyebutkan 4 alat ekskresi pada mansia.
3. Menjelaskan fungsi sistem ekskresi pada manusia.
4. Mengidentifikasi kelainan dan penyakit pada sistem ekskresi yang biasa
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya.
IV. Tujuan Pembelajaran
Setelah pelajaran berakhir, peserta didik diharapkan dapat:

1. Menjelaskan proses pengeluaran zat sisa pada manusia melalui diskusi

2. Menyebutkan 4 alat ekskresi pada manusia melalui diskusi.


3. Menjelaskan fungsi sistem ekskresi pada manusia melalui kajian pustaka
4. Mengidentifikasi kelainan dan penyakit pada sistem ekskresi yang biasa
dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya.
148

V. Materi Pembelajaran
. Sistem Ekskresi merupakan sistem dalam tubuh yang mampu
mengeluarkan zat-zat sisa tersebut. Jadi Sistem Ekskresi sistem pengeluaran zat-
zat sisa metabolisme yang tidak berguna bagi tubuh dari dalam tubuh, seperti:

 Menghembuskan gas CO2 ketika kita bernafas


 Berkeringat
 Buang air kecil (urine)
Alat-alat yang berfungsi melakukan ekskesi antara lain; Ginjal, Paru-paru, Kulit,
dan Hati.

GINJAL

Ginjal terdiri atas tiga bagian,


yaitu kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal
(medula), dan rongga ginjal (pelvis ginjal).
Tiap ginjal tersusun atas sekitar satu juta unit
penyaring kecil yang disebut nefron. Proses
penyaringan darah terjadi pada bagian kulit
ginjal. Di dalam kulit ginjal terdapat ratusan
ribu badan malpighi yang terdiri atas
glomerulus (anyaman pembuluh darah
kapiler) dan kapsula bowman.

glomerulus

Pembuluh kapiler
korteks

Arteri ginjal

Medula/
Vena ginjal
Sumsum ginjal ureter

Saluran pembawa

Hasil penyaringan
149

Sumsum ginjal merupakan tempat berkumpulnya pembuluh-pembuluh


halus dari kapsula bowman. Pembuluh-pembuluh halus tersebut mengalirkan urin
ke saluran yang lebih besar dan bermuara pada rongga ginjal. Pada ginjal proses
pembentukan urine melalui tiga tahap, yaitu filtrasi, reabsorpsi dan augmentasi
Pada ginjal proses pembentukan urine melalui tiga tahap, yaitu filtrasi, reabsorpsi
dan augmentasi.

 Filtrasi: tahap penyaringan darah, terjadi dalam glomerulus. Membran


glomerulus dan kapsula bowman permeabel terhadap molekul kecil dan
ion . Sehingga darah terpisah dari air, gula, asam amino, dan urea pada
proses ini.
 Reabsorpsi: Tahap penyerapan kembali, terjadi pada saluran pengumpul
yang berasal dari kapsula bowman yaitu tubulus kontortus proksimal. Pada
tahap ini zat-zat gula dan asam-asam amino dibawa kedarah sedangkan
urea, garam dan vitamin dan zat lain yang bercampur air membentuk
urine.
 Augmentasi: tahap pembuangan yang terjadi pada tubulus kontortus distal,
yaitu penambahan zat-zat yang tidak berguna ke pembuluh ginjal.
Urine yang dibuang ini sebagian besar adalah airdan zat-zat yang terdapat
sebagian besar diantaranya berasal dari amoniak, urea, kreatin dan berbagai jenis
ion

Urutan saluran urine dari ginjal hingga keluar tubuh:

Rongga ginjal ureter kandung kemih uretra keluar

PARU-PARU

Paru-paru terletak di dalam rongga dada.


Fungsi paru-paru yaitu sebagai alat pernapasan
dan sebagai alat pengeluaran sisa pembakaran zat
makanan melalui proses pernapasan. Proses
pembakaran zat-zat makanan dalam sel-sel tubuh
150

disebut oksidasi biologi. Paru-paru berfungsi sebagai organ pernafasan yaitu


menghirup oksigen dan mengeluarkan CO2 + uap air.

Karbondioksida sisa pembakaran zat makanan diangkut oleh sel-sel darah


merah dari sel-sel tubuh ke paru-paru untuk dibuang. Paru-paru terdiri atas dua
bagian yaitu paru-paru kiri dan kanan. Di dalam paru-paru terdapat bagian terkecil
yang disebut alveolus yang mengandung banyak kapiler darah. Alveolus inillah
yang bertugas melepas gas karbondioksida melalui proses pernapasan yaitu
ekspirasi. Uap air dan CO2 berdifusi di dalam alveolus kemudian dikeluarkan.

KULIT

Kulit merupakan
organ terluas pada
tubuh. Luas permukaan
kulit orang dewasa
dapat mencapai 2 m2.
Sepanjang hidup
manusia sel kulit mati
yang terlepas dapat mencapai 18 kg. Dilihat dari strukturnya, kulit terdiri dari tiga
bagian, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan bawah kulit.

a. Epidermis (Kulit Ari)


Kulit ari atau epidermis merupakan lapisan terluar yang sangat tipis.
Terdiriatas dua lapisan, yaitu:

 Lapisan tanduk, terdapat pada bagian luar yang terdiri dari sel mati
yang dapat mengelupas. Lapisan ini tidak mengandung pembuluh
darah
 Lapisan Malpighi, Lapisan ini merupakan lapisan dengan sel
hidup, sel-sel penyusunnya senantiasa membelah. Lapisa
mengandung pigmen yang memberi warna pada kulit, Kulit ari
selalu diperbaharui setiap 28 hari sekali.
151

b. Dermis (Kulit Jangat)


Bagian-bagian lapisan kulit jangat beserta fungsinya adalah sebagai
berikut:

 Pembuluh kapiler darah, memberi makanan akar rambut dan sel


kulit.
 Kelenjar keringat (kelenjar sudoriferae), menghasilkan keringat
yang selanjutnya dikeluarkan melalui saluran keringat ke
permukaan kulit.
 Folikel rambut, membungkus akar dan batang rambut serta
memiliki kelenjar minyak rambut (sebaseus). Kelenjar minyak
menghasilkan minyak yang berfungsi menjaga rambut agar tetap
kering.
 Ujung saraf, meliputi saraf peraba dan halus, perasa panas, dingin,
dan nyeri.
c. Jaringan Ikat Bawah Kulit
Pada jaringan ikat bawah kulit terdapat cadangan lemak yang
berfungsi melindungi bagian dalam tubuh terhadap benturan dan
melindungi tubuh dari kehilangan panas tubuh. Jaringan ini tidak jelas
batasnya dengan kulit jangat.

Fungsi Kulit:

Selain sebagai alat ekskresi kulit juga memiliki fungsi sebagai berikut:

 Pelindung
 Peraba
 Tempat menyimpan kelebihan lemak
 Tempat perombakan provitamin D menjadi Vitamin D
 Pengatur suhu tubuh
152

HATI

Hati terletak di dalam rongga perut sebelah kanan di bawah sekat rongga
dada atau diafragma. Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang
berwarna merah tua. Pada orang dewasa beratnya kira-kira 2 kg. Hati disebut alat
ekskresi karena hati mengeluarkan
empedu.

Empedu yang dihasilkan di hati


akan ditampung dalam kantong
empedu dan disalurkan ke usus dua
belas jari melalui saluran empedu. Hati
disebut juga alat ekskresi karena empedu yang dikeluarkan mengandung zat sisa
yang berasal dari sel darah merah yang telah rusak dan dihancurkan di dalam
limpa. Selain sebagai organ ekskresi hati juga memiliki fungsi lain yang penting
bagi kehidupan manusia:

 Menyimpan kelebihan gula dalam bentuk glikogen


 Mengatur kadar gula dalam darah
 Menetralkan racun yag masuk ke dalam tubuh
 Tempat pembuatan protrombin dan fibrinogen
 Tempat pengubahan provitamin A menjadi vitamin A
 Tempat pembentukan urea

GANGGUAN PADA SISTEM EKSKRESI

1. Gagal Ginjal merupakan penyakit, dimana ginjal tidak dapat melakukan


fungsi sebagaimana mestinya, yaitu menyaring dan membersihkan darah
dari sisa-sisa metabolisme maupun racun. Jika hanya satu ginjal yang rusak
manusia masih dapat bertahan hidup. Jika keduanya gagal dapat diatasi
dengan cangkok ginjal atau hemodialisis.
153

Alat hemodialisis

2. Diabetes Militus merupakan kondisi kelebihan kadar gula dalam darah


akibat tidak adanya hormon yang mengatur kadar gula darah. Sehingga
ginjal tidaka dapat mereabsorpsi secara sempurna, dan hasilnya adalah
terdapatnya glukosa dalam urine seseoran.
3. Pollaki uria berkemih tidak normal dan sering (”anyang-anyangan”)
4. Emphysema adalah penyakit pembengkakan paru-paru karena pembuluh
darahnya terisi udara.
5. Kanker Paru-paru yaitu gangguan paru-paru yang disebabkan oleh kebiasaan
merokok. Penyebab lain adalah terlalu banyak menghirup debu asbes,
kromium, produk petroleum dan radiasi ionisasi. Kelainan ini
mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru.
6. TBC merupakan gangguan pada paru-paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberclosis yang masuk melalui saluran pernapasan.
7. Biduran yaitu kulit gatal karena udara dingin, alergi terhadap bahan kimia,
makanan, atau obat-obatan. Kulit jadi gatal dan timbul bengkak-bengka
dengan bentuk yang tidak teratur.
8. Ringworm adalah infeksi pada kulit, kuku, atau kulit kepala, yang
disebabkan oleh jamur, yang membentuk bekas seperti lingkaran
9. Psoriasis yaitu kulit kemerahan dan bersisik, dapat terjadi pada kulit kepala,
siku, lutut, atau punggung.
10. Kanker Kulit yaitu dipicu oleh paparan sinar matahari berlebihan.
11. Penyakit kuning yaitu tersumbatnya saluran empedu, sehingga cairan
empedu tidak dapat dialirkan ke dalam usus dua belas jari. Cairan empedu
tersebut masuk ke dalam darah sehingga warna darah menjadi kekuningan.
154

12. Hepatitis adalah peradangan pada sel-sel hati. Penyebab penyakit hepatitis
yang utama adalah virus. Virus hepatitis yang sudah ditemukan sudah cukup
banyak dan digolongkan menjadi virus hepatitis A, B, C, D, E, G, dan TT.
Beberapa jenis hepatitis yang saat ini harus diwaspadai adalah: Hepatitis A
yang disebabkan oleh Virus Hepatitis A (VHA), Hepatitis B yang
disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), Hepatitis C yang disebabkan oleh
Virus Hepatitis C (VHC)

2 Model Pembelajaran : DI (Direct Interaction)


Pertemuan ke-1
1. Model Pembelajaran : DI dan Cooperatif Learning
2. Metode Pembelajaran : Diskusi informasi, Tanya Jawab, dan Demonstrasi.
Pertemuan ke-2
1. Model Pembelajaran : DI dan Cooperatif Learning
2. Metode Pembelajaran : Diskusi informasi, Tanya Jawab, dan Demonstrasi.
3.Pendidikan karakter: 1.Religius 4.Kerja sama dan jujur

2.Peduli kesehatan 5.Bertanggung jawab

3.Disiplin. 6.Rasa ingin tahu

4. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan ke-1

Alokasi
Tahapan Kegiatan Guru
Waktu

Pembukaan  Guru memberikan salam pembuka (Religius) 5 menit


 Guru melakukan absensi.(disiplin)
 Apersepsi/motivasi :
 Anak-anak saat kalian menghembuskan
napas, zat apa yang sebenarnya kalian
hembuskan?
155

 Apakah zat yang kalian sebutkan itu berguna


bagi tubuh kalian?
 baiklah, ilustrasi yang kita bahas tadi
merupakan salah satu pokok bahasan kita hari
ini, yaitu mengenai sistem ekskresi.
 Prasyarat pengetahuan :
Siswa harus tahu arti dari istilah ekskresi

KEGIATAN INTI Eksplanasi : 60 menit

 Guru Menjelaskan inti pokok materi mengenai


sistem ekskresi pada manusia beserta fungsinya
serta fungsi ginjal dan kulit sebagai organ
ekskresi
Eksplorasi

 Dengan rasa ingin tahu siswa mendiskusikan


tentang sistem ekskresi pada manusia beserta
fungsinya serta fungsi ginjal dan kulit sebagai
organ ekskresi menggunakan LKS dengan teman
sebangku
Elaborasi

 Guru dan siswa mendiskusikan tentang sistem


ekskresi pada manusia beserta fungsinya serta
fungsi ginjal dan kulit sebagai organ ekskresi
dengan penuh tanggungjawab.
 Konfirmasi
 Guru memberikan penguatan dan menekankan
konsep yang dianggap belum jelas
156

Penutup  Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan 15 menit


materi pembelajaran yang baru dibahas.
 Guru memberikan tes kecil secara lisan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap
materi yang telah dibahas..
 Guru memberikan Penugasan Terstruktur (PT)
berupa PR yang berkaitan dengan sistem
ekskresi.Siswa mengerjakan dengan
tanggungjawab
 Guru menugaskan Kegiatan Mandiri Tidak
Terstruktur (KMTT) berupa membuat makalah
mengenai salah satu kelainan dan penyakit pada
sistem ekskresi yang biasa dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya.
 Guru mengucapkan salam penutup(Religius).

Pertemuan ke-2

Alokasi
Tahapan Kegiatan Guru
Waktu

Pembukaan  Guru memberikan salam (Religius) 5 menit


 Guru melakukan absensi. (disiplin)
 Apersepsi/motivasi :
 Anak-anak kemarin kita telah membahas
mengenai ginjal dan paru-paru. Ibu ingin
mengetahui apakah kalian masih ingat dengan
pelajaran yang kemarin.
 Coba sebutkan organ-organ ekskresi lainnya?
 Guru menegaskan pembelajaran kali ini
membahas mengenai hati dan kulit
 Prasyarat pengetahuan :
157

Siswa harus tahu alat ekskresi yang lain selain


ginjal dan kulit

Inti Eksplanasi : 60 menit

 Guru Menjelaskan inti pokok materi mengenai hati


dan paru-paru sebagai organ ekskresi beserta
kelainanya
Eksplorasi

 Dengan rasa ingin tahu siswa mendiskusikan


tentang hati dan paru-paru sebagai organ ekskresi
beserta kelainannya menggunakan LKS dengan
teman sebangku
Elaborasi

 Guru dan siswa mendiskusikan tentang hati dan


paru-paru sebagai organ ekskresi beserta
kelainanya
Konfirmasi

Guru memberikan penguatan dan menekankan konsep


yang dianggap belum jelas

Penutup  Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan 15 enit


materi pembelajaran yang baru dibahas.
 Guru memberikan tes kecil secara lisan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap
materi yang telah dibahas.
 Guru memberikan Penugasan Terstruktur (PT)
berupa PR yang berkaitan dengan sistem ekskresi.
dengan tanggungjawab
 Guru menugaskan Kegiatan Mandiri Tidak
Terstruktur (KMTT) berupa membuat makalah
mengenai salah satu kelainan dan penyakit pada
158

sistem ekskresi yang biasa dijumpai dalam


kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya.
 Guru mengucapkan salam penutup.

5. Sumber Belajar
1. Istamar Syamsuri, dkk. 2007.Ipa Biologi untuk SMP Kelas IX.
Jakarta: Erlangga
2. Sumarwan, Sumartini, Kusmayadi, Sri Sulatri, Bambang,
Priambodo. 2007. IPA SMP untuk Kelas IX. Jakarta: Erlangga.
3. Bambang K, Kartono, Rusdi, M.Biomed. 2008. Seribu Pena
Biologi untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga.
4. Elok Sudibyo, Wahono Widodo, Wasis, Dwi Suhartanti. 2008.
Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP Kelas IX. 2008. Jakarta:
Cempaka Putih.
5. Agus Tri Sabdono, dkk. 2011. IPA TERPADU Kelas IX. Jakarta:
Graha Pustaka.
6. Media atau gambar sistem ekskresi
7. LKS mengenai sistem ekskresi

1. Penilaian Hasil Belajar


1. Teknik Penilaian Kognitif : tes tulis
 Bentuk Instrumen : tes isian
 Contoh Instrumen :
Soal

1. Apakah yang dimaksud dengan sistem ekskresi?


2. Sebutkan 4 alat eksresi pada manusia!
3. Apakah fungsi kulit yang lainnya selain sebagai alat ekskresi?
4. Apakah fungsi alveolus dalam mendukung paru-paru sebagai
alat ekskresi?
5. Apakah fungsi dari hati selain fungsinya sebagai alat ekskresi?
6. Jelaskanlah 2 kelainan yang terjadi pada sistem ekskresi?
159

Kunci Jawaban

1. Sistem Ekskresi adalah sistem pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak
berguna bagi tubuh dari dalam tubuh, seperti:
 Menghembuskan gas CO2 ketika kita bernafas
 Berkeringat
 Buang air kecil (urine)
2. Alat –alat ekresi pada manusia : ginjal, hati, kulit dan paru-paru.
3. Fungsi kulit yang lainnya selain sebagai alat ekskresi adalah:
 Pelindung
 Peraba
 Tempat menyimpan kelebihan lemak
 Tempat perombakan provitamin D menjadi Vitamin D
 Pengatur suhu tubuh
4. Alveolus berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida,
karbondioksida inilah yang akan dikeluarkan dari tubuh sebagai hasil ekskresi.
5. Fungsi dari hati selain fungsinya sebagai alat ekskresi adalah :
 Menyimpan kelebihan gula dalam bentuk glikogen
 Menetralkan racun yag masuk ke dalam tubuh
 Tempat pembuatan protrombin dan fibrinogen.
6. Kelainan yang terjadi pada sistem ekskresi
 Kanker Paru-paru yaitu gangguan paru-paru yang disebabkan oleh
kebiasaan merokok. Penyebab lain adalah terlalu banyak
menghirup debu asbes, kromium, produk petroleum dan radiasi
ionisasi. Kelainan ini mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru.
 TBC merupakan gangguan pada paru-paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberclosis yang masuk melalui saluran
pernapasan.
2. Teknik Penilaian Afektif :
 Bentuk Instrumen : rubrik penilaian (Terlampir)
160

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

(Sistem Ekskresi 1)

Nama Kelompok
1. ………………………………..
2. ………………………………..
3…………………………………
4…………………………………

Jawablah soal-soal dibawah ini dengan singkat dan jelas!

1. Apakah fungsi Ginjal pada sistem ekskresi?


2. Perhatikan gambar berikut!
Sebutkanlah nama bagian pada ginjal yan ditunjuk oleh tanda panah
tersebut!

3. Jelaskan mengenai 3 proses pembentukan urine di ginjal?


4. Sebutkan fungsi kulit sebagai alat ekskresi!
161

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK


(Sistem Ekskresi 2)

Nama Kelompok
1. ………………………………..

2. ………………………………..
Jawablah soal-soal dibawah ini dengan singkat dan jelas!

1. Sebutkan zat sisa yang dikeluarkan oleh paru-paru sebagai hasil


ekskresi? Dan bagian alat pernafasan mana yang mendukung
pengeluaran hasil ekskresi tersebut?
2. Perhatikan gambar berikut!
apakah nama bagian yang ditunjuk oleh garis tersebut? Dan apa fungsi
bagian tersebut?

3. Sebutkanlah kelainan-kelainan yang dapat terjadi pada sistem ekskresi!


162

Jawaban LKPD 1 :

1.Fungsi Ginjal adalah: Sebagai tempat pembentukan urine.

2.Bagian-bagian Ginjal: 1. Kortex (kulit Ginjal)


2. Medulla (Sum-sum Ginjal)
3. Pelvis( Rongga Ginjal)
4. Ureter
3.Proses Pembentukan Urine:

a.Filtrasi adalah proses penyaringan darah yg terjadi di Glomerolus dan terbentuk


urine primer

b.Reabsorbsiadalah proses penyerapan zat-zat yang masih berguna dalam


tubuh.Terjadi di TubulusKontortus proksimal dan terbentuk urine sekunder.

c.Augmentasi adalah proses pengeluaran zat yang berlebih yang sudah tidak
berguna lagi dalam tubuh. Terjadi di Tubulus Kontortus Distal dan terbentuk urine
sesungguhnya.

4. Fungsi Kulit adalah

 Pelindung
 Peraba
 Tempat menyimpan kelebihan lemak
 Tempat perombakan provitamin D menjadi Vitamin D
 Pengatur suhu tubuh
163

Jawaban LKPD 2:

1.Zat yang dikeluarkan oleh paru-paru adalah Karbondioksida (CO2) dan uap
air(H2O) dan bagian yang berperan adalah Alveolus.

2.Bagian tersebut adalah Hati yang berfungsi untuk:

 Menyimpan kelebihan gula dalam bentuk glikogen


 Menetralkan racun yag masuk ke dalam tubuh
 Tempat pembuatan protrombin dan fibrinogen.
3.Kelainan pada sistem Ekskresi:

1. Diabetes Militus merupakan kondisi kelebihan kadar gula dalam darah


akibat tidak adanya hormon yang mengatur kadar gula darah. Sehingga
ginjal tidaka dapat mereabsorpsi secara sempurna, dan hasilnya adalah
terdapatnya glukosa dalam urine seseoran.
2. Pollaki uria berkemih tidak normal dan sering (”anyang-anyangan”)
3. Emphysema adalah penyakit pembengkakan paru-paru karena pembuluh
darahnya terisi udara.
4. Kanker Paru-paru yaitu gangguan paru-paru yang disebabkan oleh kebiasaan
merokok. Penyebab lain adalah terlalu banyak menghirup debu asbes,
kromium, produk petroleum dan radiasi ionisasi. Kelainan ini
mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru.
5. TBC merupakan gangguan pada paru-paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberclosis yang masuk melalui saluran pernapasan.
6. Biduran yaitu kulit gatal karena udara dingin, alergi terhadap bahan kimia,
makanan, atau obat-obatan. Kulit jadi gatal dan timbul bengkak-bengka
dengan bentuk yang tidak teratur.
7. Ringworm adalah infeksi pada kulit, kuku, atau kulit kepala, yang
disebabkan oleh jamur, yang membentuk bekas seperti lingkaran
8. Psoriasis yaitu kulit kemerahan dan bersisik, dapat terjadi pada kulit kepala,
siku, lutut, atau punggung.
9. Kanker Kulit yaitu dipicu oleh paparan sinar matahari berlebihan.
164

10. Penyakit kuning yaitu tersumbatnya saluran empedu, sehingga cairan


empedu tidak dapat dialirkan ke dalam usus dua belas jari. Cairan empedu
tersebut masuk ke dalam darah sehingga warna darah menjadi kekuningan.
11. Hepatitis adalah peradangan pada sel-sel hati. Penyebab penyakit hepatitis
yang utama adalah virus. Virus hepatitis yang sudah ditemukan sudah cukup
banyak dan digolongkan menjadi virus hepatitis A, B, C, D, E, G, dan TT.
Beberapa jenis hepatitis yang saat ini harus diwaspadai adalah: Hepatitis A
yang disebabkan oleh Virus Hepatitis A (VHA), Hepatitis B yang
disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), Hepatitis C yang disebabkan oleh
Virus Hepatitis C (VHC)
165

Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Sebelum Uji Coba


Lampiran 4.1 Kisi-kisi Pilihan Ganda Uji Coba
KISI – KISI INSTRUMEN PENELITIAN SEBELUM UJI COBA

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Sawan


Kelas/Semester : VIII (Delapan)/II (Dua)
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Materi : Sistem Ekskresi Manusia


Kompetensi Dasar : 3.10 Menganalisis sistem ekskresi pada manusia dan
memahami gangguan pada sistem ekskresi serta upaya
menjaga kesehatan sistem ekskresi

INDIKATOR SOAL PILIHAN GANDA JAWABAN LEVEL


KOGNITIF
3.10.2 Menyebutkan 1. Pengeluaran zat sisa C C1
organ-organ penyusun metabolisme yang sudah tidak (pengetahuan)
sistem ekskresi pada berguna lagi bagi tubuh
manusia disebut…
A. Defekasi
B. Sekresi
C. Ekskresi
D. Gultasi
2. Berikut merupakan organ D C1
ekskresi pada manusia, (pengetahuan)
kecuali....
A. ginjal dan liver
B. hati dan kulit
C. paru-paru
D. paru-paru dan jantung

3. Hati merupakan salah satu alat D C1


ekskresi yang menghasilkan (pengetahuan)
zat sisa berupa….
A. Karbondioksida
B. Asam urat
C. Kolesterol
D. Bilirubin
3.10.3 Menjelaskan 4. Fungsi sistem ekskresi pada B C2
fungsi organ-organ manusia adalah …. (pemahaman)
166

ekskresi pada manusia A. mengeluarkan zat sisa


metabolisme yang masih dapat
digunakan tubuh
B. mengeluarkan zat sisa
metabolisme yang sudah tidak
dapat digunakan tubuh
C. mengeluarkan sisa
pencernaan protein
D. mengeluarkan zat sisa
yang masih dapat digunakan

5. Ginjal merupakan organ yang D C2


terus-menerus menyaring (pemahaman)
sampah dari darah,
menghasilkan urine sebagai
produk buangannya. Selain
menyaring produk sampah,
fungsi ginjal adalah…
A. Mengatur suhu tubuh

B. Memproduksi Vitamin D
C. Memecah lemak jenuh dan
menghasilkan kolesterol
D. Mengatur keseimbangan
asam basa tubuh untuk
mencegah kelainan darah

6. Kulit sebagai organ ekskresi A C2


akan menghasilkan keringat. (pemahaman)
Pengeluaran keringat juga
berfungsi untuk…
A. Mengatur suhu tubuh
B. Pengaturan tugiditas sel

C. Membersihkan kulit dari


kotoran
D. Melindungi tubuh dari sinar
matahari

3.10.4 Menjelaskan 7. Perhatikan gambar berikut ini! A C2


hubungan struktur dan (pemahaman)
fungsi pada organ
167

ginjal

Nefron (alat penyaring darah)


terdapat pada bagian yang
diberi nomor…
A. 1
B. 2
C. 3

D. 4

8. Saluran ginjal yang melengkung D C3


pada daerah medula dan (aplikasi)
berhubungan dengan tubulus
proksimal di daerah korteks
adalah....
A. tubulus kontortus proksimal
B. tubulus pengumpul’

C.glomerulus
D. lengkung henle

9. Bagian-bagian Ginjal apabila B C3


diurutkan dari luar ke dalam (aplikasi)
yaitu…
A. korteks-pelvis-medula
B. korteks-medula-pelvis
C. medulla-korteks-pelvis
D. pelvis-korteks-medula
3.10.5 Menjelaskan 10. Urin adalah zat sisa berbentuk D C4
proses terbentuknya cairan yang berasal dari ... (menganalisis)
urin oleh organ ginjal
A. sisa pencernaan protein
B. perombakan sel darah merah

C.sari makanan yang tidak dapat


diserap oleh usus halus
D.penyaringan darah dalam
ginjal
168

11. Berikut adalah urutuan proses C C3


pembentukan urin yang benar (aplikasi)
adalah....
A. augmentasi,filtrasi,reabsorbsi
B.reabsorbsi,augmentasi,filtrasi

C. filtrasi,reabsorbsi,augmentasi
D. filtrasi,reabsor,augmentasi

12. Label X pada gambar nefron di A C5


bawah menghasilkan …. (menyimpulka
n)

A. urine primer
B. urine sekunder
C. darah bersih
D. urine produktif

3.10.9Mengidentifikasi 13. Penyakit ginjal yang A C4


kelainan dan penyakit ditandai adanya protein dalam urine (menganalisis)
yang terjadi pada adalah...
sistem ekskresi A. albuminaria
B. uremia
C. diabetes melitus
D. glukosuria
169

3.10.8 Menjelaskan B C5
hubungan struktur dan (memprediksi)
fungsi pada organ kulit

14. Hasil metabolisme yang


dikeluarkan oleh alat ekskresi
pada gambar tersebut adalah ….

A. CO2
B. garam
C. urine
D. uap air

3.10.7 Menjelaskan 15. Hati merupakan salah satu D C2


hubungan struktur dan alat ekskresi yang menghasilkan (pemahaman)
fungsi pada organ hati zat sisa ….
A. gas CO2
B. amoniak
C. kolesterol
D. bilirubin

16. Empedu adalah zat sisa A C4


berbentuk cairan yang bersumber (menganalisis)
dari ...

A. perombakan sel darah merah


B. sisa pencernaan protein
C. penyaringan darah dalam
ginjal

D.sari protein yang tidak terserap

17. Urea yang dibentuk dalam C C5


hati dari sisa pencernaan protein (menafsirkan)
dikeluarkan oleh...
170

A. kulit
B. saluran pencernaan makanan
C.ginjal

D.paru-paru

3.10.6 Menjelaskan 18. Fungsi paru-paru antara lain D C3


hubungan struktur dan adalah untuk.... (menentukan)
fungsi pada organ
paru-paru A. mengeluarkan CO2 dan O2
B. mengedarkan darah
C.menyaring darah
D.mengeluarkan CO2 dan H2O

3.10.10 Menyebutkan 19. Berikut ini upaya menjaga B C4


berbagai pola hidup kesehatan paru-paru yang tepat (Menganalisis)
untuk menjaga adalah...
kesehatan sistem
ekskresi. A. istirahat yang cukup

B. menghindari alkohol dan


rokok
C.makan tepat waktu
D.minum air putih yang banyak

3.10.3Mendeskripsikan 20. Sebuah proses atau fungsi D C6


fungsi sistem ekskresi. yang berkaitan erat dengan (mengabstraksi
sistem ekskresi khususnya )
dengan jumlah air yang dibuang
melalui keringat dan urin
adalah...
A. respirasi
B. sekresi

C. difusi
D. osmoregulasi

3.10.5 Menjelaskan 21. Perhatikan gambar dibawah ini B C4


proses terbentuknya (Menganalisis)
urin oleh organ ginjal
171

Proses yang terjadi pada bagian


yang ditunjuk oleh X adalah
a. Augmentasi
b. Filtrasi
c. Reabsobsi
d. Semua Benar

22. Dibawah ini termasuk zat-zat D C2


yang terkandung dalam urin yang (pemahaman)
normal, kecuali
a. Air
b. Urea
c. Asam Amonia
d. Karbon Dioksida

3.10.7 Menjelaskan 23. Bilirubin merupakan zat sisa A C3


hubungan struktur dan hasil pembongkaran (menentukan)
fungsi pada organ hati a. Hemoglobin di hati
b. Hemoglobin di ginjal
c. Hemoglobin di paru-paru
d. Hemoglobin di kulit

3.10.8 Menjelaskan B C2
hubungan struktur dan (pemahaman)
fungsi pada organ kulit

24. Sebutkan bagian yang


ditunjukkan nomor 4
172

a. Kelenjar Minyak
b. Otot
c. Akar Rambut
d. Kelenjar Keringat
3.10.9 25. Apa perbedaan dari diabetes C C5
Mengidentifikasi melitus dengan diabetes insipidus? (membandingk
kelainan dan penyakit a. Diabetes melitus kelebihan an)
yang terjadi pada insulin, diabetes insipidus
sistem ekskresi. kekurangan insulin
b. Diabetes melitus kekurangan
hormone ADH, Diabetes insipidus
kelebihan hormon ADH
c. Diabetes mellitus menyebabkan
urine mengandung glukosa,
diabetes insipidus menyebabkan
urine terlalu banyak dan encer
d. Diabetes mellitus menyebabkan
urine terlalu banyak dan encer,
diabetes insipidus menyebabkan
urine mengandung glukosa.
173

Lampiran 4.2 Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Siswa

Angket Motivasi Belajar IPA


Tabel Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa

Pernyataan Jumlah
No Variabel Indikator
Positif Negatif Soal

1 Motivasi Tekun dalam


1,2,4 3,5 5
Belajar menghadapi tugas

Ulet dalam
menghadapi 6,8,10 7,9 5
kesulitan

Menunjukkan minat 11,13,15 12,14 5

Senang bekerja
16,17,18,19 20 5
mandiri

Cepat bosan pada


21,23,24 22,25 5
tugas-tugas rutin

Dapat
mempertahankan 26,27,29 28,30 5
pendapatnya

Tidak mudah
melepas hal yang 31,34,35 32,33 5
diyakini itu

Senang mencari dan


memecahkan 36,37,38 40 5
masalah soal-soal

Jumlah 40

Aturan menjawab angket :

1. Pada angket ini terdapat 40 butir pertanyaan. Berilah jawaban yang benar-
benar cocok dengan pilihanmu.

2. Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban pernyataan lain maupun


teman lain.
174

3. Catat tanggapan kamu pada lembar jawaban yang tersedia dengan


memberikan tanda check (√) sesuai keterangan pilihan jawaban.

Keterangan pilihan jawaban :


Pernyataan positif : Pernyataan negatif :
1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 1 = Sangat Setuju (SS)
2 = Tidak Setuju (TS) 2 = Setuju (S)
3 = Setuju (S) 3 = Tidak Setuju (TS)

4 = Sangat Setuju (SS) 4 = Sangat Tidak Setuju (STS)

Pilihan Jawaban
No. Pernyataan
SS S TS STS

Saya mengerjakan tugas IPA dengan sungguh-


1
sungguh.

Saya menyelesaikan tugas IPA dengan tepat


2
waktu.

Bagi saya yang terpenting adalah mengerjakan soal


3 atau tugas tepat waktu tanpa peduli dengan hasil
yang akan saya peroleh.

Setiap ada tugas IPA saya langsung


4
mengerjakannya.

Saya tidak serius dalam mengerjakan soal maupun


5
tugas yang diberikan oleh guru.

Jika nilai IPA saya jelek, saya akan semakin rajin


6
belajar agar nilai saya menjadi baik.

Jika nilai IPA saya jelek, saya tidak mau belajar


7
lagi.

Saya akan merasa puas apabila saya dapat


8 mengerjakan soal IPA dengan memperoleh nilai
baik.

Jika ada soal yang sulit maka saya tidak akan


9
mengerjakannya.

Apabila saya menemui soal yang sulit maka saya


10 akan berusaha untuk mengerjakan sampai saya
menemukan jawabannya.
175

Saya selalu mendengarkan penjelasan guru dengan


11
baik.

Saya lebih senang berbicara sendiri dengan teman


12 dan tidak mendengarkan pada saat guru
menjelaskan.

Saya selalu bertanya kepada guru mengenai materi


13
yang belum saya pahami.

Saya malas bertanya kepada guru mengenai materi


14
yang tidak saya pahami.

Saya selalu menjawab pertanyaan yang diajukan


15
oleh guru.

Saya selalu mengerjakan sendiri tugas IPA yang


16
diberikan oleh guru.

Dalam mengerjakan tugas maupun soal IPA saya


17
mencontoh milik teman.

Saya dapat menyelesaikan tugas IPA dengan


18
kemampuan saya sendiri.

Saya lebih senang mengerjakan tugas IPA bersama


19
dengan teman.

Saya tidak pernah mencontoh jawaban milik teman


20
karena saya percaya dengan jawaban saya.

Saya senang belajar IPA karena guru mengajar


21
dengan menggunakan berbagai cara.

Menurut saya kegiatan belajar IPA membosankan


22 karena guru hanya menjelaskan materi dengan
berceramah saja.

Saya senang belajar IPA karena guru


23
menggunakan media pembelajaran yang menarik

Saya senang belajar IPA karena pada saat


24
pembelajaran dibentuk kelompok-kelompok.

Saya merasa bosan dalam belajar IPA karena pada


25
saat pembelajaran hanya mencatat saja.

26 Saya selalu memberikan pendapat saat diskusi.

Jika ada pendapat yang berbeda, maka saya akan


27
menanggapinya
176

Saya hanya diam saja dan tidak pernah


28
memberikan pendapat saat diskusi.

Saya berusaha untuk mempertahankan pendapat


29
saya saat diskusi.

Saya selalu gugup ketika sedang mengungkapkan


30
pendapat di depan teman.

Saya tidak mudah terpengaruh dengan jawaban


31
teman.

Jika jawaban saya berbeda dengan teman maka


32 saya akan mengganti jawaban saya sehingga sama
dengan jawaban teman.

Saya selalu ragu-ragu dalam menjawab


33
pertanyaan.

Saya yakin dapat memperoleh nilai terbaik karena


34
tugas-tugas IPA saya kerjakan dengan baik.

Setiap saya mengerjakan soal IPA, saya


mempunyai target nilai minimal tertinggi di atas
35
rata-rata karena saya yakin dapat mengerjakan
seluruh soalnya dengan benar.

Saya tertantang untuk mengerjakan soal-soal IPA


36
yang dianggap sulit oleh teman.

37 Saya senang jika mendapat tugas dari guru.

Apabila dalam buku ada soal yang belum


38
dikerjakan maka saya akan mengerjakannya.

Saya mencari sumber-sumber lain yang sesuai


39
untuk menyempurnakan tugas yang saya kerjakan.

Saya lebih senang mengerjakan soal yang mudah


40
daripada yang sulit.

Sumber : https://eprints.uny.ac.id/
177

Lampiran 5 Instrumen Pengumpulan Data Sebelum Uji Coba


Lampiran 5.1 Soal Pilihan Ganda Uji Coba

SOAL PILIHAN GANDA

Jawablah pertanyaan berikut ini pada lembar jawaban! Pilihlah jawaban yang
paling tepat antara A, B, C, danD.

1. Pengeluaran zat sisa metabolism yang sudah tidak berguna lagi bagi tubuh
Disebut….
A. Defekasi
B. Sekresi
C. Ekskresi
D. Gultasi
2. Berikut merupakan organ ekskresi pada manusia, kecuali....
A. ginjal dan liver
B. hati dan kulit
C. paru-paru
D. paru-paru dan jantung
3. Hati merupakan salah satu alat ekskresi yang menghasilkan zat sisa berupa
A. Karbondioksida
B. Asam urat
C. Kolesterol
D. Bilirubin
4. Fungsi sistem ekskresi pada manusia adalah ….
A. mengeluarkan zat sisa metabolisme yang masih dapat digunakan tubuh
B. mengeluarkan zat sisa metabolisme yang sudah tidak dapat digunakan
tubuh
C. mengeluarkan sisa pencernaan protein
D. mengeluarkan zat sisa yang masih dapat digunakan
178

5. Ginjal merupakan organ yang terus-menerus menyaring sampah dari darah,


menghasilkan urine sebagai produk buangannya. Selain menyaring produk
sampah, fungsi ginjal adalah…
A. Mengatur suhu tubuh
B. Memproduksi Vitamin D
C. Memecah lemak jenuh dan menghasilkan kolesterol
D. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh untuk mencegah kelainan darah
6 Kulit sebagai organ ekskresi akan menghasilkan keringat. Pengeluaran
keringat juga berfungsi untuk…
A. Mengatur suhu tubuh
B. Pengaturan tugiditas sel
C. Membersihkan kulit dari kotoran
D. Melindungi tubuh dari sinar matahari

7. Perhatikan gambar berikut ini!

Nefron (alat penyaring darah) terdapat pada bagian yang diberi nomor…
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4

8. Saluran ginjal yang melengkung pada daerah medula dan berhubungan dengan
tubulus proksimal di daerah korteks adalah....
A. tubulus kontortus proksimal
B. tubulus pengumpul’
C.glomerulus
D. lengkung henle
179

9. Bagian-bagian Ginjal apabila diurutkan dari luar ke dalam yaitu…


A. korteks-pelvis-medula
B. korteks-medula-pelvis
C. medulla-korteks-pelvis
D. pelvis-korteks-medula
10. Urin adalah zat sisa berbentuk cairan yang berasal dari ...
A. sisa pencernaan protein
B. perombakan sel darah merah
C.sari makanan yang tidak dapat diserap oleh usus halus
D.penyaringan darah dalam ginjal
11. Berikut adalah urutuan proses pembentukan urin yang benar adalah....
A. augmentasi,filtrasi,reabsorbsi
B.reabsorbsi,augmentasi,filtrasi
C. filtrasi,reabsorbsi,augmentasi
D. filtrasi,reabsor,augmentasi

12. Label X pada gambar nefron di bawah menghasilkan ….

A. urine primer
B. urine sekunder
C. darah bersih
D. urine produktif
13. Penyakit ginjal yang ditandai adanya protein dalam urine adalah….
A. Albuminaria
B. Uremia
C. Diabetes mellitus
D. Glukosuria
180

14. Hasil metabolisme yang dikeluarkan oleh alat ekskresi pada gambar tersebut
adalah

A. CO2
B. Garam
C. Urine
D. Uap air
15. Hati merupakan salah satu alat ekskresi yang menghasilkan zat sisa ….
A. Gas CO2
B. Amoniak
C. Kolesterol
D. Bilirubin
16. Empedu adalah zat sisa berbentuk cairan yang bersumber dari ...
A. Perombakan sel darah merah
B. Sisa pencernaan protein
C. Penyaringan darah dalam ginjal
D. Sari protein yang tidak terserap
17. Urea yang dibentuk dalam hati dari sisa pencernaan protein dikeluarkan
oleh...
A. Kulit
B. Saluran Pencernaan makanan
C. Ginjal
D. Paru-paru
18. Fungsi paru-paru antara lain adalah untuk…..
A. Mengeluarkan CO2 dan O2
B. Mengedarkan darah
C. Menyaring darah
D. Mengeluarkan CO2 dan H2O
181

19. Berikut ini upaya menjaga kesehatan paru-paru yang tepat adalah...
A. istirahat yang cukup
B. menghindari alkohol dan rokok
C.makan tepat waktu
D.minum air putih yang banyak
20. Sebuah proses atau fungsi yang berkaitan erat dengan sistem ekskresi
khususnya dengan jumlah air yang dibuang melalui keringat dan urin
adalah...
A. respirasi
B. sekresi
C. difusi
D. osmoregulasi

21. Perhatikan gambar dibawah ini

Proses yang terjadi pada bagian yang ditunjuk oleh X adalah


e. Augmentasi
f. Filtrasi
g. Reabsobsi
h. Semua Benar
22. Dibawah ini termasuk zat-zat yang terkandung dalam urin yang normal
kecuali,
A. Air
B. Urea
C. Asam Amonia
D. Karbon Dioksida
182

23. Bilirubin merupakan zat sisa hasil pembongkaran ?


A. Hemoglobin di hati
B. Hemoglobin di ginjal
C. Hemoglobin di paru-paru
D. Hemoglobin di kulit
24.

Sebutkan bagian yang ditunjukkan nomor 4 ?


A. Kelenjar Minyak
B. Otot
C. Akar Rambut
D. Kelenjar Keringat
25. Apa perbedaan dari diabetes melitus dengan diabetes insipidus ?

A. Diabetes melitus kelebihan insulin, diabetes insipidus kekurangan insulin

B. Diabetes melitus kekurangan hormone ADH, Diabetes insipidus kelebihan


hormon ADH

C. Diabetes mellitus menyebabkan urine mengandung glukosa, diabetes insipidus


menyebabkan urine terlalu banyak dan encer

D. Diabetes mellitus menyebabkan urine terlalu banyak dan encer, diabetes


insipidus menyebabkan urine mengandung glukosa.
183

Kunci Jawaban

1. C 11. C 21. B

2. D 12. A 22. D

3. D 13. A 23. A

4. B 14. B 24. B

5, D 15. D 25. C

6. A 16. A

7. A 17. C

8. D 18. D

9. B 19. B

10. D 20. D
184

Lampiran 5.2 Kuesioner Motivasi Belajar Siswa

KUESIONER MOTIVASI BELAJAR SISWA

Nama :
No. Absen :
Kelas/Semester :
Hari/Tanggal :
Jawablah pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda centang (√) pada
kolom jawaban yang terdapat Empat pilihan jawaban dengan keterangan sebagai
berikut :

SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

Pilihan Jawaban
No. Pernyataan
SS S TS STS

Saya mengerjakan tugas IPA dengan sungguh-


1
sungguh.

Saya menyelesaikan tugas IPA dengan tepat


2
waktu.

Bagi saya yang terpenting adalah mengerjakan soal


3 atau tugas tepat waktu tanpa peduli dengan hasil
yang akan saya peroleh.

Setiap ada tugas IPA saya langsung


4
mengerjakannya.

Saya tidak serius dalam mengerjakan soal maupun


5
tugas yang diberikan oleh guru.

Jika nilai IPA saya jelek, saya akan semakin rajin


6
belajar agar nilai saya menjadi baik.

7 Jika nilai IPA saya jelek, saya tidak mau belajar


185

lagi.

Saya akan merasa puas apabila saya dapat


8 mengerjakan soal IPA dengan memperoleh nilai
baik.

Jika ada soal yang sulit maka saya tidak akan


9
mengerjakannya.

Apabila saya menemui soal yang sulit maka saya


10 akan berusaha untuk mengerjakan sampai saya
menemukan jawabannya.

Saya selalu mendengarkan penjelasan guru dengan


11
baik.

Saya lebih senang berbicara sendiri dengan teman


12 dan tidak mendengarkan pada saat guru
menjelaskan.

Saya selalu bertanya kepada guru mengenai materi


13
yang belum saya pahami.

Saya malas bertanya kepada guru mengenai materi


14
yang tidak saya pahami.

Saya selalu menjawab pertanyaan yang diajukan


15
oleh guru.

Saya selalu mengerjakan sendiri tugas IPA yang


16
diberikan oleh guru.

Dalam mengerjakan tugas maupun soal IPA saya


17
mencontoh milik teman.

Saya dapat menyelesaikan tugas IPA dengan


18
kemampuan saya sendiri.

Saya lebih senang mengerjakan tugas IPA bersama


19
dengan teman.

Saya tidak pernah mencontoh jawaban milik teman


20
karena saya percaya dengan jawaban saya.

Saya senang belajar IPA karena guru mengajar


21
dengan menggunakan berbagai cara.

Menurut saya kegiatan belajar IPA membosankan


22 karena guru hanya menjelaskan materi dengan
berceramah saja.
186

Saya senang belajar IPA karena guru


23
menggunakan media pembelajaran yang menarik

Saya senang belajar IPA karena pada saat


24
pembelajaran dibentuk kelompok-kelompok.

Saya merasa bosan dalam belajar IPA karena pada


25
saat pembelajaran hanya mencatat saja.

26 Saya selalu memberikan pendapat saat diskusi.

Jika ada pendapat yang berbeda, maka saya akan


27
menanggapinya

Saya hanya diam saja dan tidak pernah


28
memberikan pendapat saat diskusi.

Saya berusaha untuk mempertahankan pendapat


29
saya saat diskusi.

Saya selalu gugup ketika sedang mengungkapkan


30
pendapat di depan teman.

Saya tidak mudah terpengaruh dengan jawaban


31
teman.

Jika jawaban saya berbeda dengan teman maka


32 saya akan mengganti jawaban saya sehingga sama
dengan jawaban teman.

Saya selalu ragu-ragu dalam menjawab


33
pertanyaan.

Saya yakin dapat memperoleh nilai terbaik karena


34
tugas-tugas IPA saya kerjakan dengan baik.

Setiap saya mengerjakan soal IPA, saya


mempunyai target nilai minimal tertinggi di atas
35
rata-rata karena saya yakin dapat mengerjakan
seluruh soalnya dengan benar.

Saya tertantang untuk mengerjakan soal-soal IPA


36
yang dianggap sulit oleh teman.

37 Saya senang jika mendapat tugas dari guru.

Apabila dalam buku ada soal yang belum


38
dikerjakan maka saya akan mengerjakannya.

Saya mencari sumber-sumber lain yang sesuai


39
untuk menyempurnakan tugas yang saya kerjakan.
187

Saya lebih senang mengerjakan soal yang mudah


40
daripada yang sulit.

Sumber : https://eprints.uny.ac.id/
188

Lampiran 6 Hasil Uji Coba Instrumen


Lampiran 6.1 Responden Uji Coba Soal
Kelas VIII A

No Nama
1 I Gede Budi Utama
2 I Gusti Ayu Ade Agung Santi Devi Ratna Sari
3 Kadek Ayu Winati
4 Kadek Endrawan
5 Kadek Puspita Dewi
6 Kadek Valentino Sudiawan
7 Kd Raditya Ganda Putra
8 Ketut Agustina
9 Ketut Pilih
10 Komang Asti Susanti
11 Komang Berlinda Aulia Jayadipa
12 Komang Rani Marsini
13 Komang Risna Dewi
14 L Diah Rasmini
15 Luh Sri Darma Yani
16 Luh Dewi Ayuningsih
17 Made Indrawan
18 Ni Ketut Dita Risma Saputri
19 Ni Md Trisna Mahardiasih
20 Ni Nyoman Sukreniasih
21 Ni Putu Ditya Yunda Marta
22 Ni Putu Irvayani
23 Putu Eka Suryani
24 Putu Wahyu Galung
25 Wayan Pande Agus Siwijaya
26 Gede Nanda Kurniawan
27 Gede Restika

Kelas VIII B

No Nama
1 Gede Restika
2 I Gede Adam Prisal Wibawa
3 I Gusti Ayu Andini Putri Wirata
4 I Ketut Arya Edi Wiguna
5 I Putu Ngurah Yudhi Pratama
6 Ida Ayu Komang Ningrat Ninu Sari
7 Ida Ayu Rada Pitaloka
8 Kadek Anik Sugiari
189

9 Kadek Deya Widiantara


10 Kadek Dwi Arisuta
11 Kadek Sinta Payani
12 Kadek Yuliani
13 Ketut Alit Darmawan
14 Ketut Ari Widiantara
15 Ketut Rediasa
16 Ketut Sri Martami
17 Ketut Suardani
18 Km Adi Setyawan
19 Komang Ayu Candra Ningsih
20 Made Somenari
21 Ngurah Ariasa
22 Ni Gusti Ayu Puja Pratiwi
23 Putu Alit Putra
24 Putu Marshia Renatha
25 Putu Novi Setiani
26 Wayan Bayu Winata
190
191

Lampiran 6.2 Hasil Analisis Uji Coba Soal PG

Butir Soal
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0
2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0
3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
5 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
7 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1
8 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0
9 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0
10 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1
11 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0
12 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
13 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1
14 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1
15 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0
16 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
17 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
18 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0
19 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
21 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
22 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1
23 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1
192

24 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0
25 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0
26 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0
27 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
29 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0
30 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0
31 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
32 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0
33 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0
34 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0
35 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
36 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
37 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1
38 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0
39 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
40 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1
41 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0
42 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
43 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0
44 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
45 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
46 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0
47 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1
49 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
50 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0
193

51 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
52 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0
53 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
NP 36 42 33 37 28 37 44 41 29 42 41 41 33 40 22
UJI KONSISTENSI INTERNAL

R1 18.69 18.00 18.48 18.08 18.17 17.97 18.04 17.41 18.24 17.90 18.22 17.90 18.39 17.87 18.81
R0 9.412 8.455 8.600 8.188 7.840 7.938 9.000 6.333 7.958 8.091 9.083 8.000 8.450 7.846 8.097
P 0.621 0.724 0.569 0.638 0.483 0.638 0.759 0.707 0.500 0.724 0.707 0.707 0.569 0.690 0.379
q 0.379 0.276 0.431 0.362 0.517 0.362 0.241 0.293 0.500 0.276 0.293 0.293 0.431 0.310 0.621
BUTIR

s 2.997
rpbis 0.254 0.241 0.277 0.269 0.292 0.273 0.219 0.285 0.291 0.248 0.235 0.255 0.278 0.262 0.294
r tabel 0.218

VALID
VALID

VALID

VALID

VALID

VALID

VALID

VALID

VALID

VALID

VALID

VALID

VALID

VALID

VALID
Kriteri
a

pq 0.235 0.200 0.245 0.231 0.250 0.231 0.183 0.207 0.250 0.200 0.207 0.207 0.245 0.214 0.235
RELIABILITAS

∑pq 5.517
Reliabilitas 0.402
Kriteria
SEDANG
Hasil Uji
RELIABEL
Reliabilitas
194

Np 36 42 33 37 28 37 44 41 29 42 41 41 33 40 22
BA 22 22 20 21 16 20 23 18 14 21 20 20 17 18 14
JA 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26
BB 14 20 13 16 12 17 21 23 15 21 21 21 16 22 8
UJI IDB

JB 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27
IDB 33% 11% 29% 22% 17% 14% 11% -16% -2% 3% -1% -1% 6% -12% 24%
KRITERIA

SEDANG

SEDANG

SEDANG

SEDANG
SANGAT

SANGAT

SANGAT

SANGAT

SANGAT
BURUK

BURUK

BURUK

BURUK

BURUK

BURUK

BURUK

BURUK

BURUK

BURUK

BURUK
B 36 42 33 37 28 37 44 41 29 42 41 41 33 40 22
JS 53 53 53 53 53 53 53 53 53 53 53 53 53 53 53
P 0.679 0.792 0.623 0.698 0.528 0.698 0.830 0.774 0.547 0.792 0.774 0.774 0.623 0.755 0.415
UJI IKB

KRITERIA

SEDANG

SEDANG

SEDANG

SEDANG

SEDANG

SEDANG

SEDANG

SEDANG
MUDAH

MUDAH

MUDAH

MUDAH

MUDAH

MUDAH

MUDAH
195

Lampiran 6.2 Hasil Analisis Uji Coba Kuesioner

No 1 2 4 6 8 10 11 13 15 16 17 18 19 21 23
1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3
3 1 3 4 3 3 4 4 2 2 4 2 3 2 4 3
4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2
5 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 2 4 3 3 4
6 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2
7 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 1 3 3 3 3
8 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 1 3 3 3 3
9 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 1 4 3 3 4
10 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2
11 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2
12 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4
13 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3
16 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4
17 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4
18 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2
19 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3
20 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3
Rxy 0.419 0.6 0.467 0.55 0.65 0.61 0.41 0.49 0.61 0.73 0.34 0.88 0.05 0.39 0.74
t hitung 1.957 3.18 2.239 2.8 3.58 3.28 1.91 2.37 3.25 4.52 1.52 8.04 0.21 1.78 4.7
t table 1.734
VALI VALI VALI VALI VAL VALI VALI VALI VALI VALI VALI VALI VALI VALI VAL
keterangan
D D D D ID D D D D D D D D D ID
196

No 3 5 7 9 12 14 20 22 25 28 30 32 33 40
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
2 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 4 3 3
3 3 3 4 3 3 2 2 2 3 3 1 4 3 2
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2
5 3 4 4 3 3 3 2 4 4 3 2 4 3 1
6 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2
7 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3
8 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 4 4 2
9 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 2
10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2
12 3 4 3 3 3 3 2 2 1 3 2 3 3 2
13 3 4 4 4 4 4 2 3 3 3 2 3 2 3
14 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2
15 3 3 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 2
16 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 2 4 3 2
17 3 4 3 3 3 3 3 2 1 3 2 4 3 2
18 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 2
19 3 4 4 4 4 3 3 2 3 4 3 3 3 1
20 3 4 3 3 3 2 3 1 2 3 3 3 3 2
Rxy 0.56 0.36 0.64 0.756 0.718 0.722 0.463 0.698 0.666 0.707 0.527 0.407 0.602 0.0699
t hitung 2.9 1.66 3.49 4.906 4.382 4.433 2.217 4.137 3.784 4.244 2.631 1.891 3.201 0.2972
t table 1.73
keterangan
valid valid valid valid valid valid valid valid Valid valid valid valid valid valid
197

Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Uji pertama positif 75.0000 8.71176 20
Uji Kedua Positif 75.1500 7.91584 20

Correlations
Uji Kedua
Uji pertama positif Positif
Uji pertama positif Pearson Correlation 1 ,890**
Sig. (2-tailed) 0.000
Sum of Squares and 1442.000 1166.000
Cross-products
Covariance 75.895 61.368
N 20 20
Uji Kedua Positif Pearson Correlation ,890** 1
Sig. (2-tailed) 0.000
Sum of Squares and 1166.000 1190.550
198

Cross-products

Covariance 61.368 62.661


N 20 20

Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Uji Pertama negatif 41.5000 3.50188 20
Uji Kedua Negatif 40.8500 2.58080 20

Correlations
Uji Kedua
Uji Pertama negatif Negatif
Uji Pertama negatif Pearson Correlation 1 ,510*
Sig. (2-tailed) 0.022
Sum of Squares and 233.000 87.500
Cross-products
Covariance 12.263 4.605
199

N 20 20
Uji Kedua Negatif Pearson Correlation ,510* 1
Sig. (2-tailed) 0.022
Sum of Squares and 87.500 126.550
Cross-products
Covariance 4.605 6.661
N 20 20
200

Lampiran 7. Instrumen Pengumpulan Data Setelah Uji Coba


Lampiran 7.1 Soal Pilihan Ganda Pretest-Postest
SOAL PILIHAN GANDA

Jawablah pertanyaan berikut ini pada lembar jawaban! Pilihlah jawaban yang
paling tepat antara A, B, C, danD.

1. Berikut merupakan organ ekskresi pada manusia, kecuali....


A. ginjal dan liver
B. hati dan kulit
C. paru-paru
D. paru-paru dan jantung
2. Fungsi sistem ekskresi pada manusia adalah ….
A. mengeluarkan zat sisa metabolisme yang masih dapat digunakan tubuh
B. mengeluarkan zat sisa metabolisme yang sudah tidak dapat digunakan
tubuh
C. mengeluarkan sisa pencernaan protein
D. mengeluarkan zat sisa yang masih dapat digunakan

3. Perhatikan gambar berikut ini!

Nefron (alat penyaring darah) terdapat pada bagian yang diberi nomor…
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4

4. Saluran ginjal yang melengkung pada daerah medula dan berhubungan dengan
tubulus proksimal di daerah korteks adalah....
A. tubulus kontortus proksimal
B. tubulus pengumpul’
201

C.glomerulus
D. lengkung henle
5. Urin adalah zat sisa berbentuk cairan yang berasal dari ...
A. sisa pencernaan protein
B. perombakan sel darah merah
C.sari makanan yang tidak dapat diserap oleh usus halus
D.penyaringan darah dalam ginjal
6. Berikut adalah urutuan proses pembentukan urin yang benar adalah....
A. augmentasi,filtrasi,reabsorbsi
B.reabsorbsi,augmentasi,filtrasi
C. filtrasi,reabsorbsi,augmentasi
D. filtrasi,reabsor,augmentasi

7. Label X pada gambar nefron di bawah menghasilkan ….

A. urine primer
B. urine sekunder
C. darah bersih
D. urine produktif
8. Penyakit ginjal yang ditandai adanya protein dalam urine adalah…
A. Albuminaria
B. Uremia
C. Diabetes mellitus
D. Glukosuria
202

9.

Hasil metabolisme yang dikeluarkan oleh alat ekskresi pada gambar


tersebut adalah ….
A. CO2
B. Garam
C. Urine
D. Uap air
10. Hati merupakan salah satu alat ekskresi yang menghasilkan zat sisa ….
A. gas CO2
B. amoniak
C. kolesterol
D. bilirubin
11. Empedu adalah zat sisa berbentuk cairan yang bersumber dari ...
A. perombakan sel darah merah
B. sisa pencernaan protein
C. penyaringan darah dalam ginjal
D.sari protein yang tidak terserap

12. Urea yang dibentuk dalam hati dari sisa pencernaan protein dikeluarkan

oleh...

A. kulit

B. saluran pencernaan makanan

C.ginjal

D.paru-paru
203

13. Fungsi paru-paru antara lain adalah untuk....

A. mengeluarkan CO2 dan O2

B. mengedarkan darah

C.menyaring darah

D.mengeluarkan CO2 dan H2O

14. Berikut ini upaya menjaga kesehatan paru-paru yang tepat adalah...

A. istirahat yang cukup

B. menghindari alkohol dan rokok

C.makan tepat waktu

D.minum air putih yang banyak

15. Sebuah proses atau fungsi yang berkaitan erat dengan sistem ekskresi
khususnya dengan jumlah air yang dibuang melalui keringat dan urin adalah...

A. respirasi

B. sekresi

C. difusi

D. osmoregulasi

16 . Perhatikan gambar dibawah ini

Proses yang terjadi pada bagian yang ditunjuk oleh X adalah


A. Augmentasi
B. Filtrasi
C. Reabsobsi
204

D. Semua Benar

17. Dibawah ini termasuk zat-zat yang terkandung dalam urin yang normal
kecuali,
A. Air
B. Urea
C. Asam Amonia
D. Karbon Dioksida

18. Bilirubin merupakan zat sisa hasil pembongkaran ?

A. Hemoglobin di hati

B. Hemoglobin di ginjal

C. Hemoglobin di paru-paru

D. Hemoglobin di kulit

19.

Sebutkan bagian yang ditunjukkan nomor 4 ?


a. Kelenjar Minyak
b. Otot
c. Akar Rambut
d. Kelenjar Keringat
20. Apa perbedaan dari diabetes melitus dengan diabetes insipidus ?
a. Diabetes melitus kelebihan insulin, diabetes insipidus kekurangan insulin
b. Diabetes melitus kekurangan hormone ADH, Diabetes insipidus kelebihan
hormon ADH
205

c. Diabetes mellitus menyebabkan urine mengandung glukosa, diabetes


insipidus menyebabkan urine terlalu banyak dan encer
d. Diabetes mellitus menyebabkan urine terlalu banyak dan encer, diabetes
insipidus menyebabkan urine mengandung glukosa.
206

Kunci Jawaban Pilihan Ganda

1.D 11.A

2. B 12. C

3. A 13. D

4. D 14. B

5. D 15. D

6. C 16. B

7. A 17. D

8. A 18. B

9. B 19. A

10. D 20. C
207

Lampiran 7.2 Kuesioner Motivasi Belajar

KUESIONER MOTIVASI BELAJAR SISWA

Nama :
No. Absen :
Kelas/Semester :
Hari/Tanggal :
Jawablah pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda centang (√) pada
kolom jawaban yang terdapat Empat pilihan jawaban dengan keterangan sebagai
berikut :

SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

Pilihan Jawaban
No. Pernyataan
SS S TS STS

Saya mengerjakan tugas IPA dengan sungguh-


1
sungguh.

Saya menyelesaikan tugas IPA dengan tepat


2
waktu.

Bagi saya yang terpenting adalah mengerjakan soal


3 atau tugas tepat waktu tanpa peduli dengan hasil
yang akan saya peroleh.

Setiap ada tugas IPA saya langsung


4
mengerjakannya.

Saya tidak serius dalam mengerjakan soal maupun


5
tugas yang diberikan oleh guru.

Jika nilai IPA saya jelek, saya akan semakin rajin


6
belajar agar nilai saya menjadi baik.

7 Jika nilai IPA saya jelek, saya tidak mau belajar


208

lagi.

Saya akan merasa puas apabila saya dapat


8 mengerjakan soal IPA dengan memperoleh nilai
baik.

Jika ada soal yang sulit maka saya tidak akan


9
mengerjakannya.

Apabila saya menemui soal yang sulit maka saya


10 akan berusaha untuk mengerjakan sampai saya
menemukan jawabannya.

Saya selalu mendengarkan penjelasan guru dengan


11
baik.

Saya lebih senang berbicara sendiri dengan teman


12 dan tidak mendengarkan pada saat guru
menjelaskan.

Saya selalu bertanya kepada guru mengenai materi


13
yang belum saya pahami.

Saya malas bertanya kepada guru mengenai materi


14
yang tidak saya pahami.

Saya selalu menjawab pertanyaan yang diajukan


15
oleh guru.

Saya selalu mengerjakan sendiri tugas IPA yang


16
diberikan oleh guru.

Dalam mengerjakan tugas maupun soal IPA saya


17
mencontoh milik teman.

Saya dapat menyelesaikan tugas IPA dengan


18
kemampuan saya sendiri.

Saya lebih senang mengerjakan tugas IPA bersama


19
dengan teman.

Saya tidak pernah mencontoh jawaban milik teman


20
karena saya percaya dengan jawaban saya.

Saya senang belajar IPA karena guru mengajar


21
dengan menggunakan berbagai cara.

Menurut saya kegiatan belajar IPA membosankan


22 karena guru hanya menjelaskan materi dengan
berceramah saja.
209

Saya senang belajar IPA karena guru


23
menggunakan media pembelajaran yang menarik

Saya senang belajar IPA karena pada saat


24
pembelajaran dibentuk kelompok-kelompok.

Saya merasa bosan dalam belajar IPA karena pada


25
saat pembelajaran hanya mencatat saja.

26 Saya selalu memberikan pendapat saat diskusi.

Jika ada pendapat yang berbeda, maka saya akan


27
menanggapinya

Saya hanya diam saja dan tidak pernah


28
memberikan pendapat saat diskusi.

Saya berusaha untuk mempertahankan pendapat


29
saya saat diskusi.

Saya selalu gugup ketika sedang mengungkapkan


30
pendapat di depan teman.

Saya tidak mudah terpengaruh dengan jawaban


31
teman.

Jika jawaban saya berbeda dengan teman maka


32 saya akan mengganti jawaban saya sehingga sama
dengan jawaban teman.

Saya selalu ragu-ragu dalam menjawab


33
pertanyaan.

Saya yakin dapat memperoleh nilai terbaik karena


34
tugas-tugas IPA saya kerjakan dengan baik.

Setiap saya mengerjakan soal IPA, saya


mempunyai target nilai minimal tertinggi di atas
35
rata-rata karena saya yakin dapat mengerjakan
seluruh soalnya dengan benar.

Saya tertantang untuk mengerjakan soal-soal IPA


36
yang dianggap sulit oleh teman.

37 Saya senang jika mendapat tugas dari guru.

Apabila dalam buku ada soal yang belum


38
dikerjakan maka saya akan mengerjakannya.

Saya mencari sumber-sumber lain yang sesuai


39
untuk menyempurnakan tugas yang saya kerjakan.
210

Saya lebih senang mengerjakan soal yang mudah


40
daripada yang sulit.

Sumber : https://eprints.uny.ac.id/
211

Lampiran. 8 Hasil Penelitian


Lampiran 8.1 Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol

Nama
No
Eksperimen Kontrol
1 Desak Nyoman Mila Yanthi Gede Suwidiana
2 Dewa Ayu Made Aprilia Dwiyani Gede Widiastawa
3 Dewa Kadek Agus Darmawan Gusti Ayu Putu Sri Nasih
4 Gede Gesa Adi Pratama I Dewa Putu Sidhi Wedangga
5 Gede Primayadnya I Gusti Ayu Mira Ambarini
6 Gusti Ayu Anix Priyantini Panji I Komang Adi Merta Diharja
7 Gusti Ayu Ketut Tri Sintia Utari I Luh Mira Pratiwi
8 I Komang Bondhi Valentino I Putu Eka Wahyudi
9 Kadek Adi Sutiawan Kadek Andre Anugrah Wijaya
10 Kadek Ari Anggardani Kadek Arsana
11 Kadek Guliantini Kadek Budi Dharmawan
12 Kadek Novi Juliandewi Kadek Feby Budiantini
13 Kadek Putri Rsiani Kadek Juni Arta
14 Kadek Robi Dwipayasa Kadek Lisa Marliani
15 Ketut Dharma Santika Kadek Raju Satia Budi
16 Komang Ari Wibawa Kadek Rediasa
17 Komang Bayu Darma Putra Kadek Rosa Dewi
18 Komang Cantika Dewi Januartini Kadek Rudiawan
19 Komang Gede Ardika Kadek Sastra Utama
20 Komang Rediasa Kadek Surya
21 Komang Rossi Adi Utama Ketut Purnamayasa
22 Luh Angrini Ketut Sudiawan
23 Luh Ayu Murti Sari Komang Lia Pawitri
24 Luh Supeni Komang Riski Adi
25 Made Okta Listriani Devi Komang Tri Widiarsa
26 Maulia Karista Dewi Luh Ayu Widiastuti
27 Ni Kadek Dhyana Larassati Luh Rika Budiartini
28 Pande Ketut Bayu Putu Resti Anggelina
29 Putu Alit Mudiarsana Putu Reza Juliartawan
30 Putu Ani Peratiwi Putu Widiarta
31 Putu Budiartama Gede Yoga Adi Pratama
32 Putu Ega Juniarta
212

Lampiran 8.2 Nilai Prestasi Belajar IPA dan Motivasi Belajar

Prestasi Belajar IPA Motivasi Belajar


No Eksperimen Kontrol
Eksperimen Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
1 65 85 45 75 80.625 63.125
2 55 85 50 65 73.125 70
3 60 75 50 60 69.375 70.625
4 55 70 30 55 66.25 67.5
5 60 75 45 65 78.125 70
6 50 70 35 60 63.125 61.25
7 55 75 45 55 74.375 68.75
8 60 70 55 70 75.625 78.125
9 50 75 45 55 75 71.875
10 55 85 40 55 64.375 67.5
11 55 65 60 65 63.75 61.875
12 50 80 40 60 68.125 68.75
13 60 75 40 65 76.25 71.875
14 65 75 35 60 91.25 71.25
15 65 85 45 60 71.875 64.375
16 50 80 45 65 79.375 70
17 55 80 60 45 70.625 68.125
18 55 80 40 70 71.875 68.125
19 50 75 55 65 76.875 68.75
20 55 85 40 75 74.375 70.625
21 55 70 65 65
22 55 75 45 55
23 60 75 35 60
24 55 85 40 55
25 55 90 30 45
26 55 80 45 65
27 60 85 35 65
28 55 60 45 60
29 55 75 35 75
30 60 75 35 60
31 60 75 45 70
32 50 65
213

Lampiran 9. Hasil Pengujian Asumsi


Lampiran 9.1 Uji Asumsi
Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Prestasi JIGSAW
.197 32 .003 .942 32 .086
Belajar
KONVEN .142 32 .101 .945 32 .105
a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Motivasi Jigsaw *
.151 20 .200 .922 20 .108
belajar
Konvensional .152 20 .200* .906 20 .052
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Uji Homogenitas Varians

Test of Homogeneity of Variances


Hasil belajar
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Prestasi Belajar .129 1 61 .721

Test of Homogeneity of Variances


Hasil
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Motivasi Belajar 2.524 1 38 .120
214

Uji Homogenitas Matriks Covarian

Box's Test of Equality of


a
Covariance Matrices
Box's M 3.713
F 1.194
df1 3
df2 693137.195
Sig. .310
Tests the null hypothesis
that the observed
covariance matrices of the
dependent variables are
equal across groups.
a. Design: Intercept +
Kelas

Uji Multikolinieritasan

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1(Constant) 3.387 .419 8.091 .000

Hasil -.025 .006 -.535 -4.115 .000 .876 1.142


Angket -.006 .003 -.261 -2.008 .052 .876 1.142
a. Dependent Variable: Kelas
215

Lampiran 10 Hasil Pengujian Hipotesis


HIpotesis 1

a
Multivariate Tests
Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.
b
Intercept Pillai's Trace .992 3529.331 2.000 60.000 .000
b
Wilks' Lambda .008 3529.331 2.000 60.000 .000
b
Hotelling's Trace 117.644 3529.331 2.000 60.000 .000
b
Roy's Largest Root 117.644 3529.331 2.000 60.000 .000
b
Jenis Pillai's Trace .525 33.114 2.000 60.000 .000
b
Wilks' Lambda .475 33.114 2.000 60.000 .000
b
Hotelling's Trace 1.104 33.114 2.000 60.000 .000
b
Roy's Largest Root 1.104 33.114 2.000 60.000 .000
a. Design: Intercept + Jenis
b. Exact statistic

Hipotesis 2 dan 3

Tests of Between-Subjects Effects


Dependen Type III Sum of
Source t Variable Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model Hasil 3441.216 1 3441.216 66.337 .000
b
Angket 29.770 1 29.770 .114 .736
Intercept Hasil 302717.406 1 302717.406 5835.581 .000
Angket 239676.500 1 239676.500 920.933 .000
Jenis Hasil 3441.216 1 3441.216 66.337 .000
Angket 29.770 1 29.770 .114 .736
Error Hasil 3164.340 61 51.874

Angket 15875.500 61 260.254

Total Hasil 310425.000 63

Angket 255727.000 63

Corrected Total Hasil 6605.556 62

Angket 15905.270 62

a. R Squared = .521 (Adjusted R Squared = .513)


b. R Squared = .002 (Adjusted R Squared = -.014)
216

Lampiran 11. Dokumentasi

Uji Coba Soal

Pembelajaran di Kelas Eksperimen Pembelajaran di kelas Kontrol

Pretest Prestasi Belajar IPA Pretest Prestasi Belajar IPA


Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Dokumentasi Diambil Sebelum Wabah Covid-19


217

Pembelajaran Daring Kelas Pembelajaran Daring Kelas

Eksperimen Kontrol
218

Lampiran 12 Riwayat Hidup

Alfauzi Rajid Arifudin Amkas lahir di Lospalos


tanggal 01 Desember 1997. Penulis merupakan
anak kelima dari pasangan Ahmad Arifudin
Amkas dan Saafah Rina Bahren. Penulis
berkebangsaan Indonesia dan beragama Islam.
Kini penulis tinggal di Desa Banyuning,
Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD
Negeri 5 Kampung Baru selama 6 tahun (2004-
2010), pendidikan menengah pertama di SMP
Negeri 3 Singaraja selama 3 tahun (2010-2013),
dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 3 Singaraja selama 3 tahun (2010-
2016). Penulis melanjutkan pendidikan strata 1 Fisika dan Pengajaran IPA di
Universitas Pendidikan Ganesha. Pada semester akhir tahun 2020 ini, penulis
telah menyelesaikan skripsi yang berjudul”Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa
SMP”. Selanjutnya, dari tahun 2016 sampai dengan penulisan skripsi ini, penulis
masih terdaftar sebagai mahasiswa Program S1 Fisika dan Pengajaran IPA di
Universitas Pendidikan Ganesha.

Anda mungkin juga menyukai