MUKADIMAH
Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana
pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar
kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi
muda, yang bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial.
Kedudukan generasi muda menjadi sangat strategis sebagai modal sosial dalam
mewujudkan keserasian, keharmonisan, dan keselarasan dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat tanpa membedakan suku, agama, keturunan, golongan,
kedudukan sosial ekonomi, dan pendirian politik.
Bahwa Karang Taruna merupakan organisasi sosial generasi muda yang dalam
sejarahnya mampu menampilkan karakternya sebagai wadah seluruh generasi muda
sebagai pejuang berkepribadian, berpengetahuan, dan terampil untuk memperkuat
kemampuan aktualisasi diri sebagai landasan pengabdian dalam mewujudkan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui cipta, karsa, dan karya di bidang
kesejahteraan sosial.
Bahwa untuk memperkuat peran – peran strategis generasi muda dalam
mempertaruhkan kedaulatan bangsa ini, maka menjadi komitmen dan tanggung jawab
bersama untuk menempatkan posisi Karang Taruna secara strategis pada tatanan yang
lebih nyata dalam bingkai setiap kehidupan sosial, ekonomi, dan politik bangsa menuju
tatanan masyarakat madani yang kuat dan berdaya, memiliki kemampuan daya saing serta
disegani oleh bangsa – bangsa di dunia sebagai bangsa yang beradab.
Bahwa pedoman dasar Karang Taruna yang telah ditetapkan melalui Surat
Keputusan Menteri Sosial RI nomor: 11/HUK/1988 dinilai sudah kurang relevan lagi dengan
kebutuhan masyarakat pada era otonomi daerah dan reformasi, khususnya sebagai
landasan pengabdian generasi muda di bidang kesejahteraan sosial.
Bahwa untuk mewujudkan dan mengetengahkan keberadaan Karang Taruna
sebagaimana yang dicita – citakan oleh setiap generasi muda, maka dipandang perlu untuk
menetapkan kembali Pedoman Dasar Karang Taruna. Maka, untuk itu ditetapkannya Surat
Keputusan Menteri Sosial RI nomor: 77/HUK/2010 menggantikan Surat Keputusan Menteri
Sosial RI nomor: 11/HUK/1988 sebagai Pedoman Dasar Karang Taruna yang baru
Pasal 1
Organisasi ini bernama Karang Taruna Wira Satya Guna Desa Bojongloa yang seterusnya
disingkat KT Wira Satya Guna.
Pasal 2
Karang Taruna Wira Satya Guna di bentuk dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Desa
Bojongloa Nomor: 141.1/ Kep./ 02/ 2019 Tahun 2019 untuk jangka waktu masa bakti 3
tahun.
Pasal 3
Karang Taruna Wira Satya Guna berkedudukan di Desa Bojongloa, Kecamatan Rancaekek,
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 4
Karang Taruna Wira Satya Guna berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pasal 5
Karang Taruna Wira Satya Guna bertujuan untuk mewujudkan :
(1) Pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota masyarakat yang berkualitas,
terampil, cerdas, inovatif, berkarakter serta memiliki kesadaran dan tanggung jawab
sosial dalam mencegah, menangkal, menanggulangi dan mengantisipasi berbagai
masalah kesejahteraan sosial, khususnya generasi muda.
(2) Kualitas kesejahteraan sosial setiap anggota masyarakat terutama generasi muda
secara terpadu, terarah, menyeluruh serta berkelanjutan.
(3) Pengembangan bakat dan usaha menuju kemandirian setiap anggota masyarakat
terutama generasi muda.
(4) Pengembangan kemitraan yang menjamin peningkatan kemampuan dan potensi
generasi muda secara terarah dan berkesinambungan.
BAB III
SIFAT, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Pasal 6
Karang Taruna Wira Satya Guna adalah organisasi sosial generasi muda yang bersifat
keswadayaan, kebersamaan, dan berdiri sendiri serta merupakan salah satu pilar partisipasi
masyarakat di bidang kesejahteraan sosial.
Pasal 8
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di atas, Karang Taruna Wira
Satya Guna mempunyai fungsi:
(1) Mencegah timbulnya masalah kesejahteraan sosial, khususnya generasi muda.
(2) Menyelenggarakan kesejahteraan sosial meliputi rehabilitasi, perlindungan sosial,
jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan diklat setiap anggota masyarakat terutama
generasi muda.
(3) Meningkatkan usaha ekonomi produktif.
(4) Menumbuhkan, memperkuat dan memelihara kesadaran dan tanggung jawab sosial
setiap anggota masyarakat terutama generasi muda untuk berperan secara aktif
dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
(5) Menumbuhkan, memperkuat, dan memelihara kearifan lokal.
(6) Memelihara dan memperkuat semangat Kebangsaan, Bhineka Tunggal Ika dan
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 9
Keanggotaan Karang Taruna Wira Satya Guna terdiri dari :
(1) Anggota pasif.
(2) Anggota aktif.
BAB V
KEPENGURUSAN
Pasal 10
(1) Struktur Kepengurusan Karang Taruna Wira Satya Guna adalah sebagaimana
terlampir dalam Surat Keputusan Pembentukan Karang Taruna Wira Satya Guna.
(2) Secara hierarki struktur kepengurusan menunjukkan garis intruksi dan atau arah
koordinasi.
(3) Peraturan lebih lanjut tentang Kelembagaan di tetapkan dalam Anggaran Rumah
Tangga Karang Taruna Wira Satya Guna.
Pasal 11
Permusyawaratan dalam Karang Taruna Wira Satya Guna adalah sebagi berikut :
(1) Musyawarah Besar.
(2) Musyawarah Besar Luar Biasa.
(3) Musyawarah Kerja.
(4) Musyawarah Tahunan.
(5) Musyawarah Bulanan.
(6) Musyawarah Pengurus.
BAB VII
KEUANGAN ORGANISASI
Pasal 12
Keuangan Karang Taruna Wira Satya Guna diperoleh dari :
(1) Keuangan Karang Taruna Wira Satya Guna sebagai berikut :
a. Usaha bersama yang diperoleh secara syah.
b. Bantuan masyarakat yang tidak mengikat.
c. Bantuan/subsidi dari Pemerintah.
d. Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Keuangan Karang Wira Satya Guna dikelola secara tertib dan transparan.
(3) Keuangan Karang Taruna Wira Satya Guna dikelola secara menyatu oleh bendahara
Karang Taruna Wira Satya Guna.
BAB VIII
IDENTITAS ORGANISASI
Pasal 13
(1) Karang Taruna Wira Satya Guna memiliki lambang.
(2) Ketentuan dan penjelasan mengenai lambang selanjutnya diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga Karang Taruna Wira Satya Guna.
Pasal 14
Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan dalam Musyawarah Besar dengan
mendapat persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota yang aktif serta hadir dalam
musyawarah.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 15
(1) Segala sesuatu yang dalam Anggaran Dasar menimbulkan perbedaan penafsiran
dikoordinasikan melalui hierarki organisasi dan dimusyawarahkan dalam Rapat
Koordinasi Antar Bidang yang selanjutnya dipertanggungjawabkan dalam
Musyawarah Besar.
(2) Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar, akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga, Peraturan dan Kebijakan Organisasi lainnya
BAB XI
PENUTUP
Pasal 16
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini, akan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
(1) Anggaran Dasar ini disertai Anggaran Rumah Tangga dan lampiran penjelasannya
yang merupakan bagian tak terpisahkan.
(2) Semua anggota karang taruna Wira Satya Guna wajib mematuhi Anggaran Dasar ini.
(3) Apabila terjadi kekeliruan dalam Anggaran Dasar ini, maka akan ditinjau kembali dan
di perbaiki dikemudian hari.
(4) Anggaran Dasar ini berlaku sejak ditetapkan.
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Jenis Keanggotaan
Jenis Keanggotaan Karang Taruna Wira Satya Guna terdiri dari :
(1) Anggota Pasif adalah keanggotaan yang bersifat stelsel pasif (keanggotaan
otomatis), yang berarti seluruh anggota masyarakat yang berusia 11 tahun sampai
dengan 45 tahun.
(2) Anggota Aktif adalah keanggotaannya bersifat dan berusia 15 s/d 35 tahun, karena
potensi, bakat dan produktifitasnya untuk mendukung pengembangan organisasi dan
program-programnya.
(3) Anggota khusus adalah keanggotaan yang bersifat terbatas bagi kalangan tertentu
diluar kriteria keanggotaan pasif dan aktif karena kemampuan tertentu yang dimiliki
oleh seseorang yang dapat disumbangkan bagi kepentingan pengembangan
organisasi dan program-programnya;
(4) Anggota pasif, aktif dan khusus seperti yang tertuang pada ayat 1, 2 dan 3 adalah
mereka yang bertempat tinggal tetap di wilayah Desa Bojongloa.
Pasal 2
Kewajiban Anggota
(1) Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran rumah Tangga dan/atau Peraturan-Peraturan
Karang Taruna Wira Satya Guna.
(2) Mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Karang Taruna Wira Satya Guna.
(3) Menjaga nama baik Karang Taruna Wira Satya Guna.
Pasal 3
Hak Anggota
(1) Setiap anggota mempunyai hak bicara dan hak suara, serta hak untuk memilih dan
dipilih.
(2) Mendapatkan perlakuan dan perlindungan yang sama dari Karang Taruna Wira
Satya Guna.
(3) Mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan Karang Taruna Wira Satya Guna .
(4) Setiap anggota mempunyai hak untuk mewakili kegiatan yang diselenggarakan diluar
agenda Karang Taruna.
Pasal 4
Pelindung
(1) Pelindung Karang Taruna Wira Satya Guna yaitu Kepala Desa Bojongloa.
(2) Pelindung bertanggung jawab atas setiap kegiatan dan kebijakan Karang Taruna
Wira Satya Guna.
(3) Pelindung bertugas menetapkan struktur kepengurusan Karang Taruna Wira Satya
Guna.
Pasal 5
Pembina
(1) Pembina adalah orang yang ditunjuk atau diusulkan oleh Ketua Karang Taruna Wira
Satya Guna.
(2) Pembina Karang Taruna berjumlah satu orang.
(3) Pembina bertugas untuk :
a. Menampung aspirasi anggota dan masyarakat.
b. Memberikan pertimbangan dan masukan kepada pengurus Karang Taruna
Wira Satya Guna.
c. Menjalankan fungsi kontrol kepada pengurus Karang Taruna Wira Satya Guna.
Pasal 6
Ketua
(1) Bertangung jawab dalam memimpin Karang Taruna Wira Satya Guna.
(2) Melaksanakan fungsi managerial untuk tercapainya tujuan Karang Taruna Wira
Satya Guna.
(3) Bertanggung jawab atas pembinaan pengurus dan anggota Karang Taruna Wira
Satya Guna.
(4) Menjalin komunikasi dengan pihak lain demi tercapainya kemajuan Karang Taruna
Wira Satya Guna.
(5) Memberikan laporan pertangung jawaban kepada Pelindung dan Pembina di akhir
periode kepengurusan.
(6) Apabila Ketua berhalangan, Ketua berhak menunjuk Wakil atau Sekretaris atau
Pengurus yang dianggap mampu wewakilinya.
(7) Dalam kondisi darurat atau penting, dengan atas nama Karang Taruna Wira Satya
Guna, Ketua berhak mengambil kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar dan
peraturan yang ada di Karang Taruna Wira Satya Guna.
Pasal 7
Wakil Ketua
(1) Membantu Ketua dalam melaksanakan tugas.
(2) Menggantikan Ketua, jika Ketua sedang berhalangan.
(3) Bertanggung jawab dan memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Ketua.
Pasal 9
Bendahara
(1) Mewujudkan tata kelola tertib keuangan organisasi.
(2) Melakukan koordinasi mengenai keuangan dengan semua komponen yang terkait.
(3) Mendistribusikan dana untuk seluruh kegiatan organisasi secara optimum dan
proposional.
(4) Bertanggung jawab dan memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Ketua.
Pasal 10
Seksi-Seksi
(1) Menentukan dan melaksanakan kebijakan Program kerja sesuai seksi bidangnya
masing-masing, sebagai berikut:
a. Seksi Bidang Pendidikan dan Pelatihan
b. Seksi Bidang Usaha Kesejahteraan Sosial
c. Seksi Bidang Kelompok Usaha Bersama
d. Seksi Bidang Olaharaga dan Seni Budaya
e. Seksi Bidang Kerohanian dan Pembinaan Mental
f. Seksi Bidang Hubungan Masyarakat dan Kerja Kemitraan
g. Seksi Bidang Lingkungan Hidup
(2) Menterjemahkan kebijakan Ketua dalam bentuk kebijakan seksi bidang yang akan
dilakukan anggota dibawahnya.
(3) Melakukan perencanaan, pelaksanaan atau evaluasi seluruh kegiatan seksi
bidangnya masing-masing.
(4) Bertanggung jawab atas pengkaderan sumber daya manusia di bidang yang
dipimpinnya.
(5) Bertanggung jawab dan memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Ketua.
Pasal 11
Musyawarah Besar
(1) Musyawarah Besar merupakan forum musyawarah tertinggi dalam organisasi
Karang Taruna.
(2) Musyawarah Besar dilaksanakan setiap tiga tahun sekali.
(3) Musyawarah Besar memiliki kewenangan :
a. Menerima laporan pertanggungjawaban pengurus dan mendemisionerkan
pengurus.
b. Merubah dan menetapkan AD/ART.
c. Memilih dan menetapkan Ketua dan pengurus Karang Taruna Wira Satya
Guna.
Pasal 12
Musyawarah Besar Luar Biasa
(1) Musyawarah Besar Luar Biasa merupakan forum yang setingkat dengan
Musyawarah Besar.
(2) Musyawarah Besar Luar Biasa diadakan apabila terdapat pelanggaran terhadap
konstitusi (AD/ART dan atau Peraturan Organisasi) yang dilakukan oleh Ketua.
(3) Pelanggaran dapat berbentuk tidak berjalannya roda organisasi yang mengakibatkan
fakumnya organisasi, sehingga dikhawatirkan sampai pada bubarnya organisasi.
(4) Musyawarah Besar Luar Biasa dapat dilaksanakan atas usulan dan kesepakatan dari
½ lebih satu dari pengurus yang hadir dan menyatakan setuju.
(5) Sebelum diadakan Mubeslub, setelah syarat-syarat sebagaimana disebut dalam
pasal 12 ayat (2), (3) dan (4) terpenuhi kepengurusan diambil alih oleh Pembina
Karang Taruna, yang kemudian membentuk panitia Musyawarah Besar Luar Biasa.
Pasal 13
Musyawarah Besar Kerja
(1) Musyawarah Kerja dilaksanakan oleh pengurus Karang Taruna.
(2) Musyawarah Kerja dapat dihadiri oleh Pelindung, Pembina, Pengurus dan anggota.
(3) Musyawarah Kerja dilaksanakan setelah kepengurusan terbentuk.
(4) Musyawarah Kerja adalah musyawarah untuk menyampaikan program kerja Karang
Taruna Wira Satya Guna kepada anggota dalam masa kepengurusan.
Pasal 14
Musyawarah Besar Tahunan
(1) Musyawarah Tahunan dilasanakan setiap satu tahun sekali.
(2) Musyawarah Tahunan dilaksanakan untuk melaporkan dan mengevaluasi kegiatan
selama satu tahun yang sudah terlaksana maupun yang tidak terlaksana.
Pasal 16
Musyawarah Pengurus
(1) Musyawarah Pengurus dilasanakan sewaktu-waktu oleh pengurus.
(2) Musyawarah Pengurus dilaksanakan untuk mengambil keputusan atau kebijakan
sesuai dengan kondisi yang sifatnya harus segera diputuskan.
BAB IV
PERGANTIAN PENGURUS
Pasal 17
(1) Hal-hal yang memungkinkan terjadinya pergantian pengurus adalah :
a. Meninggal.
b. Mengundurkan diri.
c. Pengurus tidak melaksakan tugasnya dengan baik.
d. Pengurus tidak dapat memenuhi persyaratan lagi.
e. Tersangkut masalah hukum pidana yang telah berkekuatan hukum tetap.
(2) Mekanisme pergantian pengurus adalah:
a. Bila pengurus yang bersangkutan adalah Ketua, Wakil, Sekretaris, Bendahara
dan atau Ketua Bidang maka mekanismenya melalui Rapat Koordinasi antar
bidang.
b. Bila pengurus yang bersangkutan adalah anggota bidang, maka
mekanismenya melalui Surat Keputusan Ketua atas persetujuan dan atas
usulan dalam Rapat Koordinasi antar bidang.
BAB V
DISIPLIN ORGANISASI
Pasal 18
(1) Dilarang melakukan kegiatan yang mencemarkan kehormatan dan nama baik
organisasi Karang Taruna.
(2) Dilarang melakukan tindakan yang dapat menimbulkan pertentangan dan
perpecahan dalam tubuh organisasi serta tindakan lainnya yang menyimpang dari
kebijakan organisasi.
(3) Dilarang menyebar luaskan paham, isu, serta fitnah yang dapat menimbulkan
permusuhan diantara anggota dan masyarakat pada umumnya.
Pasal 19
Sanksi Tindakan Disiplin
(1) Setiap anggota yang melanggar Disiplin Organisasi dapat dikenakan sanksi, mulai
dari pemberhentian sementara sampai pemberhentian tetap.
(2) Jenis tindakan disiplin dan mekanisme pelaksanaanya diatur dalam Peraturan
Organisasi Karang Taruna.
Pasal 20
Penilaian pelanggaran di atur dalam Peraturan Organisasi Karang Taruna.
BAB VI
HIERARKI PERATURAN ORGANISASI
Pasal 21
Tata urutan Peraturan Organisasi disusun secara hirarkis sebagai berikut:
(1) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Karang Taruna.
(2) Peraturan Organisasi Karang Taruna.
(3) Ketetapan Musyawarah Anggota Karang Taruna
(4) Keputusan Rapat Koordinasi Antar Bidang.
(5) Keputusan Pimpinan Karang Taruna.
BAB VII
LAMBANG
Pasal 22
Lambang Karang Taruna Wira Satya Guna mengandung unsur-unsur sepuluh mata rantai di
bagian kiri yang saling menyatu, tujuh helai kapas di bagian kanan yang keduanya terikat
oleh tali kuning di bawah dan lingkaran hitam yang mengelilingi nama Karang Taruna Wira
Satya Guna dan Desa Bojongloa serta dua kuntum bunga teratai kecil dan logo kebesaran
Karang Taruna yang di latar belakangi lingkaran warna biru.
Keseluruhan lambang tersebut mengandung makna:
(1) Sepuluh Mata Rantai melambangkan sepuluh Kode Etik atau Prinsip Dasar Karang
Taruna dimana Karang Taruna memiliki komitmen yang menjadi prinsip dasar
sekaligus kode etik yang harus dijunjung tinggi oleh setiap pengurus dan dipahami
betul oleh warganya dalam bentuk Dasa Sakti Karang Taruna, yakni sebagai berikut:
a. Karang Taruna berwatak sosial yang menjadikannya sebagai satu-satunya
organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda.
b. Karang Taruna berkedudukan di desa/kelurahan, yang memposisikannya
sebagai organisasi yang paling mengakar.
Lambang Karang Taruna mengandung unsur-unsur sekuntum bunga teratai yang mulai
mekar, dua helai pita terpampang dibagian atas dan bawah, sebuah lingkaran, dengan
bunga Teratai Mekar sebagai latar belakang.
Keseluruhan lambang tersebut mengandung makna:
(1) Bunga Teratai yang mulai mekar melambangkan unsur remaja yang dijiwai semangat
kemasyarakatan (sosial).
(2) Empat helai Daun Bunga dibagian bawah, melambangkan keempat fungsi Karang
Taruna yaitu:
a. Memupuk kreativitas untuk belajar bertanggung jawab;
Pasal 23
Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan dalam Musyawarah Besar
dengan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota yang aktif serta hadir
dalam musyawarah.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 24
(1) Segala sesuatu yang dalam Anggaran Rumah Tanggga menimbulkan perbedaan
penafsiran, dimusyawarahkan dalam Rapat Koordinasi Antar Bidang yang
selanjutnya dipertanggungjawabkan dalam Musyawarah Besar.
(2) Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur
dalam Peraturan Organisasi Karang Taruna.
BAB X
PENUTUP
Pasal 25
(1) Semua anggota karang taruna Wira Satya Guna wajib mematuhi Anggaran Dasar ini.
(2) Apabila terjadi kekeliruan dalam Anggaran Rumah Tangga ini, maka akan ditinjau
kembali dan di perbaiki dikemudian hari.
(3) Anggaran Rumah Tangga ini, berlaku sejak ditetapkan.
MENIMBANG :
1. Bahwa demi mewujudkan sistem gerak organisasi maka dipandang perlu adanya
kaidah AD dan ART, sebagai acuan utama gerak organisasi.
2. Bahwa untuk memberi kepastian hukum, maka dipandang perlu untuk menetapkan
MUBES tentang AD dan ART.
MENGINGAT :
1. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 83/HUK/2005
2. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77/HUK/2010
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
1 Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Karang Taruna Wira Satya
Guna.
2 Keputusan ini akan di tinjau kembali jika di kemudian hari terdapat kekeliruan.
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Mengetahui,