Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KELOMPOK KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

“Komunikasi Dalam Konteks Perbedaan Sosial Dan Latar Belakang Budaya


(Culture Diversity) Serta Keyakinan”

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Yulastri Arif, S.Kp., M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 10 :

1. Dina Rahmiyanti ( 2011316056 )


2. Fatria Surisna ( 2011316057 )
3. Rheynanda ( 2011316059 )
4. Syafitri Wulandari ( 2011316058 )
5. Yoga Marsa Dinata ( 2011316055 )

PROGRAM B STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul: “Komunikasi dalam Konteks
Perbedaan Sosial dan Latar Belakang Budaya (Culture Diversity) Serta
Keyakinan”

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini banyak terdapat


kesalahan, berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak maka makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini


masihjauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, tim
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Padang, September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
A. Pengertian Komunikasi dalam Konteks Sosial .............................................. 4
B. Fungsi Komunikasi Sosial ............................................................................. 4
C. Komunikasi Budaya....................................................................................... 5
D. Fungsi- Fungsi Komunikasi Antar Budaya ................................................... 6
E. Komunikasi Keyakinan .................................................................................. 8
F. Peran Pemerintah dan Mahasiswa dalam Menjaga Keanekaragaman Budaya
....................................................................................................................... 9
BAB III ANALISIS KASUS ................................................................................ 11
A. Deskripsi Kasus ........................................................................................... 11
B. Hasil Analisis ............................................................................................... 11
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 11
A. Kesimpulan .................................................................................................. 14
B. Saran ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keanekaragaman masyarakat dan sosial budaya Indonesia merupakan
sebuah potensi kekayaan yang harus dioptimalkan sehingga terasa manfaatnya.
Oleh karena itu, potensi tersebut perlu diwujudkan menjadi kekuatan riil
sehingga mampu menjawab berbagai tantangan kekinian yang ditunjukkan
dengan melemahnya ketahanan budaya yang berimplikasi pada menurunnya
kebanggaan nasional. Untuk itu, sinergi segenap komponen bangsa dalam
melanjutkan pembangunan karakter bangsa (national and character building)
yang sudah dimulai sejak awal kemerdekaan perlu terus diperkuat sehingga
memperkuat jati diri bangsa dan mampu membentuk bangsa yang berkarakter,
maju, dan berdaya saing. Seiring dengan menguatnya persaingan arus lokal dan
global dalam internalisasi nilai-nilai baru, ketahanan budaya juga perlu semakin
diperkuat sehingga memiliki kemampuan untuk menumbuhsuburkan
internalisasi berbagai nilai lokal dan global yang positif dan produktif. Oleh
sebab itu, upaya pengembangan kebudayaan diarahkan pada tujuan universal
peradaban.
Bahasa merupakan salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang
membedakannya dari makhluk- makhluk yang lain. Dari dulu di sadari bahwa
bahasa adalah kunci utama pengetahuan, memegang kunci utama berarti
memegang kunci jendela dunia. Sebab sejuta pengetahuan, seribu peradaban
semuanya tercipta dan terbahasakan, bahkan sejarah tidak akan terwujud jika
tidak ada bahasa didunia . begitu juga dengan sosiolingistik yang merupakan
studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu
sebagai anggota masyarakat, maka kami merasa sangat penting membahas
bahasa dalam konteks sosial. Karena kita ketahui bahwa, ada dua aspek yang
mendasar dalam pengertian masyarakat. Yang pertama ialah bahwa anggota-
anggota suatu masyarakat hidup dan berusaha bersama secara berkelompok-
kelompok. Aspek yang kedua ialah bahwa anggota-anggota dan kelompok-
kelompok masyarakat dapat hidup bersama karena ada suatu perangkat hukum

1
dan adat kebiasaan yang mengatur kegiatan dan tindak laku mereka, termasuk
tindak laku berbahasa.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang Komunikasi dalam Konteks
Perbedaan Sosial dan Latar Belakang Budaya (Culture Diversity) Serta
Keyakinan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian komunikasi dalam
konteks sosial
b. Mahasiswa mampu memahami pengertian komunikasi budaya
c. Mahasiswa mampu memahami pengertian komunikasi keyakinan
d. Mahasiswa mampu memahami fungsi komunikasi social dan komunikasi
budaya
e. Mahasiswa mampu memahami cara menjaga keanekaragaman budaya

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian komunikasi dalam konteks social?
2. Apa pengertian komunikasi budaya?
3. Apa pengertian komunikasi keyakinan?
4. Apa fungsi komunikasi social dan komunikasi budaya?
5. Bagaimana cara menjaga keanekaragaman budaya?

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
pengalaman penulis tentang Komunikasi dalam Konteks Perbedaan Sosial
dan Latar Belakang Budaya (Culture Diversity) Serta Keyakinan

2
2. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
Hasil makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi civitas
akademik dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta dapat dijadikan
sebagai bahan untuk kelengkapan perpustakaan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi dalam Konteks Sosial


Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas
komunikasi. Manusia mungkin akan mati, atau setidaknya sengsara manakala
dikucilkan sama sekali sehingga ia tidak bisa melakukan komunikasi dengan
dunia sekelilingnya. Oleh sebab itu komunikasi merupakan tindakan manusia
yang lahir dengan penuh kesadaran, bahkan secara aktif manusia sengaja
melahirkannya karena ada maksud atau tujuan tertentu.

Memang apabila manusia dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya


seperti hewan, ia tidak akan hidup sendiri. Seekor anak ayam, walaupun tanpa
induk, mampu mencari makan sendiri. Manusia tanpa manusia lainnya pasti
akan mati. Manusia tidak dikaruniai Tuhan dengan alat-alat fisik yang cukup
untuk hidup sendiri.

Dapat dikatakan bahwa didalam kehidupan komunikasi adalah persyaratan


yang utama dalam kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang melepaskan
hidupnya untuk berkomuikasi antar sesama. Dengan seperti itu, komunikasi
sosial sangat penting dalam kehidupan manusia pada umumnya untuk
membantunya berinteraksi dengan sesama, karena manusia tercipta sebagai
mahluk sosial.

Karena sifat manusia yang selalu berubah-ubah hingga kini belum dapat
diselidiki dan dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-unsur didalam
masyarakat secara lebih mendalam dan terorganisir

B. Fungsi Komunikasi Sosial


Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan
akan tersesat, karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan
sosial. Komunikasi yang memungkin individu membangun suatu kerangka
rujukan dan menggunakannya sebagai pantuan untuk menafsirkan, situasi

4
apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mempelajari
dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi
problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi,
seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicar
sebagai manusia dan memperlakukan manusi lain secara beradap, karena cara-
cara berprilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan kluarga dan pergaulan
dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi. Implasif adalah fungsi
komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para ilmuan sosial
mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal balik,
seperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku
komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan,
memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.

Fungsi komunikasi sosial bisa terbentuk dengan adanya pembentukan dari


dalam: pembentukan konsep diri, pernyataan eksistenssi diri dan untuk
kelangsungan hidup, memupuk hubungan & memperoleh kebahagiaan.

C. Komunikasi Budaya
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-
orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau
sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Menurut Stewart L.
Tubbs,komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang
berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio
ekonomi).

Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh


sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi. Hamid Mowlana
menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national
boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana
bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama
lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai
interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.

5
Intercultural communication generally refers to face-to-face interaction among
people of diverse culture.

Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi


antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang
membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan
fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu
dilakukan:
1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan
antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol)
yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna
tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu
dinegosiasikan atau diperjuangkan;
2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan
antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk
berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama;
3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun
bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;
4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri
dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara.

D. Fungsi-Fungsi Komunikasi Antar Budaya

1. Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui
perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
a. Menyatakan Identitas Sosial
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku
komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan
identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik
secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat
diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-
usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.

6
b. Menyatakan Integrasi Sosial
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan
antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan
yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan
komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi
antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya
yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan,
maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip
utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah:
saya memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan
anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikian
komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas
relasi mereka.
c. Menambah Pengetahuan
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah
pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
d. Melepaskan Diri atau Jalan Keluar
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan
diri atau mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan
komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi
menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.
Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai
perlaku yang berbeda. Perilaku seseorang berfungsi
sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan
komplementer, perbedaan di antara dua pihak dimaksimumkan.
Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling
bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada
perilaku yang lainnya.

2. Fungsi Sosial
a. Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi
antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada

7
kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses
komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk
menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih
banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin
perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa
itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
b. Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang
dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu
merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi
menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka
pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah
pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan
pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
c. Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan
memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada
masyarakat lain.
d. Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi
antarbudaya. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di
taman kota yang terletak di depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai.
Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.

E. Komunikasi Keyakinan.
Keyakinan agama dan Keyakinan Spiritual adalah bagian integral dari
keyakinan budaya seseorang dan dapat memperngaruhi keyakinan klien
mengenai penyebab penyakit, praktek penyembuhan, dan pilihan tabib atau
pemberi perawatan kesehatan.

8
Untuk menciptakan toleransi (kerukunan hidup) antarumat berbeda
agama, factor komunikasi memegang peranan penting. Melalui kajian
komunikasi antarbudaya, diharapkan dapat terbentuk adanya sikap saling
percaya dan saling menghormati antarpemeluk agama sebagai bangsa yang
berbudaya dalam rangka memperkokoh hidup berdampingan secara damai,
dapat menerima perbedaan budaya sebagai berkah daripada bencana, dan
melakukan upaya damai dengan merduksi perilaku agresif, serta mencegah
terjadinya konflik yang dapat merusak peradaban dengan cara menciptakan
forum-forum dialog untuk mencapai kesepahaman.

Keyakian spiritual dan agama dapat menjadi sumber kekuatan dan


kenyamanan bagi klien. Perawat yang memiliki keyakinan yang sama dengan
kliennya cenderung lebih mudah memahami dan mengambil tindakan untuk
menangani kliennya.

Perawat professional harus bisa memahami,mengantisipasi dan


mengambil tindakan yangtepat terhadap klien yang berbeda keyakinan
terhadap perawat tersebut. Contoh : Klien yang menolak memakan daging
dikarenakan oleh keyakinan yang dimiliki oleh agamanya. Perawat harus
mengambil tindakan yang tepat bagaimana cara membujuk pasien tersebut
untukmemakan daging tersebut.Misalnya diberikan penjelasan yang kuat
mengenai alasan kenapa pasien tersebut harus makan daging.

F. Peran Pemerintah dan Mahasiswa dalam Menjaga Keanekaragaman


Budaya

1. Peran pemerintah menjaga keanekaragaman budaya


Sesungguhnya peran pemerintah dalam konteks menjaga keanekaragaman
kebudayaan adalah sangat penting. Dalam konteks ini pemerintah
berfungsi sebagai pengayom dan pelindung bagi warganya, sekaligus
sebagai penjaga tata hubungan interaksi antar kelompok-kelompok
kebudayaan yang ada di Indonesia.

9
2. Peran mahasiswa dalam kebudayaan
Kita sebagai seorang mahasiswa yang aktif dan kreatif tentunya tidak ingin
kebudayaan kita menjadi pudar bahkan lenyap karena pengaruh dari
budaya-budaya luar.Mahasiswa memiliki kedudukan dan peranan penting
dalam pelestarian seni dan budaya daerah. Hal ini didasari oleh asumsi
bahwa mahasiswa merupakan anak bangsa yang menjadi penerus
kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Indonesia. Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pemimpin-
pemimpin bangsa, pada mereka harus bersemayam suatu kesadaran
kultural sehingga keberlanjutan negara bangsa Indonesia dapat
dipertahankan. Pembentukan kesadaran kultural mahasiswa antara lain
dapat dilakukan dengan pengoptimalan peran mereka dalam pelestarian
seni dan budaya daerah.

Optimalisasi peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah


dapat dilakukan melalui dua jalur, yaitu intrakurikuler dan ekstrakulikuler.
Jalur Intrakurikuler dilakukan dengan menjadikan seni dan budaya daerah
sebagai substansi mata kuliah; sedangkan jalur ekstrakurikuler dapat
dilakukan melalui pemanfaatan unit kegiatan mahasiswa (UKM) kesenian
dan keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan seni dan budaya
yang diselenggarakan oleh berbagai pihak untuk pelestarian seni dan
budaya daerah.

10
BAB III
ANALISIS KASUS

A. Deskripsi Kasus
Sebagai contoh kasus komunikasi antarbudaya dalam masyarakat adalah
karyawan warga negara Jepang dari Indonesia di PT. Tokyo Land Indonesia
yang memiliki hambatan komunikasi.

B. Hasil Analisis
Dari kasus diatas ditemukan adanya perbedaan latar belakang budaya,
dimana karyawan Indonesia ada yang bersuku Batak, Jawa, dan Sunda,
sedangkan karyawan Jepang berasal dari Tokyo, Osaka, dan Fukuoka yang
memiliki perbedaan budaya baik dari konteks aksen dan gaya bicara.
Komunikasi antarbudaya yang dilakukan masing-masing karyawan tersebut
digunakan untuk bertukar informasi, menyampaikan pesan, pendapat, usulan
rapat, berdiskusi dalam menyelesaikan masalah, bernegoisasi, dll. Komunikasi
antarbudaya karyawan Jepang dan Indonesia pada umumnya dapat berjalan
dengan baik.

Dalam berkomunikasi karyawan Indonesia apabila kurang atau bahkan


tidak paham permintaan atau perintah orang Jepang, terkadang mereka
memilih bertanya kepada sesama karyawan Indonesia. Sedangkan, karyawan
Jepang dalam meminta mengerjakan sesuatu kepada karyawan Indonesia
terlebih dahulu bertanya untuk melakukan “basa-basi” dalam arti melihat
apakah karyawan Indonesia sibuk untuk melakukannya atau tidak. Meskipun
besar harapan mereka bahwa karyawan Indonesia dapat melakukannya. Pada
kasus ini didapatkan bahwa karyawan Jepang disiplin dan menghormati waktu,
mereka akan datang sebelum pukul 08.00 atau paling lambat 08.00 (jam sudah
ditentukan), sedangkan karyawan Indonesia terkadang datang lebih dai jam
08.00. Saat berkomunikasi untuk menegur tindakan karyawan Indonesia
tersebut, orang Jepang tidak menegur secara langsung tetapi non-verbal
melalui bahasa tubuh atau pandangan mata yang terkesan kurang suka.
Karyawan Indonesia belajar dari budaya disiplin dalam mengalokasikan dan

11
mengelola waktu baik dalam memenuhi janji, melaksanakan dan
menyelesaikan tugas dan kewajiban yang dilakukan oleh orang Jepang dalam
mencapai suatu target keberhasilan.

Toleransi antar karyawan juga dilakukan oleh karyawan Jepang di PT.


Tokyu Land Indonesia, misalnya karyawan muslim melaksanakan ibadah
shalat dan puasa, mereka akan menyediakan tempat shalat. Sebaliknya,
karyawan Indonesia yang beragaman Islam memiliki tenggang rasa terhadap
karyawan Jepang yang mengkonsumsi makanan yang mengandung babi dan
minum-minuman beralkohol. Dalam hal ini, komunikasi juga terjalin disaat
karyawan Jepang memberitahu makanan yang mengandung bahan yang tidak
boleh (haram) oleh orang Islam. Toleransi seperti ini bersikap menghormati
dan menghargai sehingga tumbuh rasa damai saling berdampingan dan
menghidari permusuhan antar sesama manusia.

Secara garis besar komunikasi antara karyawan Jepang dan karyawan


Indonesia pada umumnya dapat berjalan dengan relatif baik, tentunya ada
hambatan yang terjadi (communication barrier). 1) Pemahaman dan
penguasaan bahasa oleh informan, penguasaan bahasa Inggris sebagai bahasa
Internasional yang dilakukan oleh karyawan Jepang dan karyawan Indonesia
berbeda-beda. Kesalahpahaman yang biasa terjadi misalnya, si A menjelasakan
sesuatu yang tidak jelas, kurang lengkap permasalahannya karena daya tanggap
yang berbeda-beda. Contoh: si A cukup 1 kali, tetapi si B perlu berulang-ulang.
Contoh lainnya yaitu dalam pembeliaan barang untuk kebutuhan pekerjaan,
akibat kendala bahasa dari kedua belah pihak. Kemungkinan biasanya salah
tafsir dan tidak melakukan konfirmasi, sehingga terjadi miss communication.
2) Stereotip (asumsi) dari orang Jepang ke orang Indonesia sebaliknya.
Misalnya, orang Jepang itu pelit, kaku, disiplin menghargai kebersihan, pekerja
keras. Sedangkan orang Indonesia distereotipkan sebagai orang yang tidak
disiplin terhadap waktu, ramah, jorok, mudah diajak kompromi. Perbedaan
penghargaan terhadap waktu terkadang menimbulkan masalah dan komunikasi
tidak efektif.

12
Meskipun kesalahpahaman saat bekerja, karyawan Indonesia memahami
kendala yang dialami oleh karyawan Jepang dalam segi bahasa. Sebaliknnya,
karyawan Jepang memahami orang Indonesia yang kurang disiplin. Budaya
orang Jepang yang disipin dalam mengalokasikan dan mengelolah waktu baik
dalam memenuhi janji, melaksanakan tugas dan kewajiban dapat dipelajari oleh
orang Indonesia dalam mencapai suatu target keberhasilan. Demikian cara
mengatasi hambatan tersebut dengan lebih mempelajari budaya satu sama lain,
keterbukaan untuk mengkonfirmasi pesan yang disampaikan, saling
menghormati, dan saling memaafkan jika terjadi kesalahpahaman.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas
komunikasi. Manusia mungkin akan mati, atau setidaknya sengsara manakala
dikucilkan sama sekali sehingga ia tidak bisa melakukan komunikasi dengan
dunia sekelilingnya. Oleh sebab itu komunikasi merupakan tindakan manusia
yang lahir dengan penuh kesadaran, bahkan secara aktif manusia sengaja
melahirkannya karena ada maksud atau tujuan tertentu.

Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan
selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan tersebut, manusia
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas
kelompok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terbentuknya bagaian bahasa
di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang menyebabkan berbeda dengan
bahasa lainnya.

B. Saran
Komunikasi sangatlah penting dalam setiap konteks kehidupan manusia.
Sebagai perawat,kita sudah semestinya mempelajari dan memahami berbagai
macam komunikasi dalam konteks-konteks yang berbeda sehingga
memudahkan kita dalam melakukan tindakan keperawatan yang benar dan tepat
terhadap pasien. Dengan telah mengetahui peran komunikasi secara tidak
langsung melalui pembelajaran ini yaitu konsep komunikasi dalam konteks
sosial,dan budaya, serta keyakinan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguisitik Perkenalan Awal


Febiyana, A. dan Turistiati. 2019. Komunikasi Antarbudaya dalam Masyatrakat
Multikultur (Studi Kasus pada Karyawan Warga Negara Jepang dan
Indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia). LUGAS Jurnal Komunikasi, 3(1),
pp. 33-34
Herawan, Wawan. 2010. Komunikasi Antarumat Berbeda Agama (Studi Kasus
Sikap Sosial dalam Keragaman Beragaman di Kecamatan Cigugur Kuningan
Jawa Barat) Vol. 1, No. 1. Jurnal Komunikasi dan Realitas Sosial.
King Larry dan Gilbert Bill. 2000. Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja,
Dimana Saja. Jakarta: gramedia Pustaka Utama.
Jallaludi Rakhmat. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remadja Karya,
Mulyana Deddy, M.A., Ph.D. 2009. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_sosial
http://www.slideshare.net/theshizuka11/komunikasi-14456357
http://tiuii.ngeblogs.com/2009/10/23/peran-budaya-lokal-memperkokoh-
ketahanan-budaya-bangsa-2/
http://staff.undip.ac.id/sastra/dhanang/2009/07/23/peningkatan-kualitas-
pembelajaran-sejarah-dan/
http://rendhi.wordpress.com/makalah-pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensi-
kebudayaan-daerah//Keragaman Budaya Indonesia « Tijok’s Weblog
isbde.htm
file:///G:/isbdti.htm
file:///G:/artikel.phpisbd.htm

15

Anda mungkin juga menyukai