Anda di halaman 1dari 19

Sakiyan, ACTION Penelitian ini Populasi dalam penelitian  Data dikumpulkan Penelitian ini Kelebihan :

Program RESEARCH menggunakan desain ini adalah pasien kanker dengan wawancara mendapatkan gambaran Penggunaan terapi
Studi HYPNOTHERAPI penelitian kualitatif kolon yang sudah mendalam dan tentang manfaat hypnotherapi
Diploma PADA dengan pendekatan menjalani operasi observasi hypnotherapi untuk menjadi salah satu
Keperawata PENANGANAN penelitian tindakan/ pengangkatan kanker dan partisipan sebelum mengatasi nyeri dan intervensi
n Akademi NYERI DAN action research dengan mendapatkan kemoterapi dan sesudah kecemasan pada pasien keperawatan yang
Keperawata dilakukan dengan kanker kolon diatur dengan
KECEMASAN mengimplementasikan yang mengalami nyeri
n Cilacap hipnotherapi. yang sedang menjalani
PASIEN metode hypnotherapi dan kecemasan di standar operasional
(2014)  Pengolahan data kemotherapi, gambaran
KANKER sebagai upaya penangan yang berlaku pada
RSU Banyumas. menggunakan tersebut sebagai tataran pelayanan
KOLON nyeri dan kecemasan
Pengambilan partisipan software NVivo berikut : Penurunan kesehatan.
pada pasien kanker colon
menggunakan teknik 9.0.204.0. tingkat nyeri dirasakan
yang mendapatkan terapi
purposif sampling  Peneliti melakukan oleh semua partisipan
kemoterapi di RSU Kekurangan :
berdasarkan karakteristik analisa data setelah hypnoterapi di
Banyumas. Kriteria inkulusi
bersedia menjadi menggunakan lakukan pada
partisipan yang metode interpretasi masingmasing siklus. dan eksklusi
dinyatakan dalam lembar data Speziale, & Penurunan tingkat nyeri samole tidak
persetujuan dan tidak Carpenter (2007) yang paling besar dijelaskan
29
terdapat gangguan , langkah- dirasakan pada
komunikasi verbal langkah hypnotherapi tahap 3,
maupun nonverbal, interpretasi rata-rata penurunan
setelah dilakukan tersebut meliputi scala nyeri pasca
penelitian di dapatkan mendeskripsikan hypnotherapi siklus 1
partisipan sebanyak 6 fenomena yang adalah 4, pada
diteliti, hypnotherapi siklus 2
orang.
mengumpulkan adalah 4,3 dan pada
deskripsi
hypnotherapi siklus 3
fenomena melalui
sebesar 6,3.Penurunan
pendapat
tingkat kecemasan
partisipan,
dirasakan oleh semua
membaca seluruh
deskripsi partisipan setelah
fenomena yang dilakukan pada masing-
telah disampaikan masing siklus. Pada
oleh partisipan, penurunan kecemasan
membaca kembali paling besar terjadi pada
transkrip hasil siklus 3, dengan rata-
wawancara dan rata ratarata penurunan
mengutip kecemasan pada
pernyataan- hypnotherapi tahap 1
pernyataan yang adalah sebanyak 15,8
bermakna, meneliti pada tahap 2 sebanyak
membaca kembali
7, pada tahap
transkrip hasil
hypnotherai 3 sebanyak
wawancara,
9,83.
memilih
pernyataan-
pernyataan dalam
transkrip yang
signifikan dan
sesuai dengan
tujuan khusus
penelitian dan
memilih kata kunci
pada pernyataan
yang telah dipilih
dengan cara
memberikan
penanda dan kode
tujuan khusus,
menguraikan arti
yang ada dalam
pernyataan-
pernyataan
signifikan, peneliti
membaca kembali
kata kunci yang
telah diidentifikasi
dan berusaha
menemukan esensi
atau makna dari
kata kunci untuk
membentuk
kategori,
mengorganisir
kumpulan-
kumpulan makna
yang terumuskan
ke dalam
kelompok tema.
 Peneliti membaca
seluruh kategori
yang ada,
membandingkan
dan mencari
persamaan
diantara kategori
tersebut, dan pada
akhirnya
mengelompokkan
kategori-kategori
yang serupa ke
dalam sub-sub
tema, sub tema dan
tema.

 -
 -
ACTION RESEARCH HYPNOTHERAPI PADA PENANGANAN NYERI DAN
KECEMASAN PASIEN KANKER KOLON

Sakiyan, Program Studi Diploma Keperawatan Akademi Keperawatan Cilacap; e-


mail : kian_175@yahoo.co.id

ABSTRACT

Based Permenkes RI. No. 1109 of 2007 legalized complementary therapies carried out in
health facilities, Permenkes RI No. HK.02.02 / Menkes / 148/1/2010 on the
Implementation of License and Nurse Practice, hypnotherapy has become a
complementary therapy used by nurses.
Qualitative research design was used with action research approach to implement the
method hypnotherapy. The study population was patients who had undergone colon
cancer surgery and is undergoing chemotherapy who experience pain and anxiety. The
study was conducted for 6 weeks in the Banyumas General Hospital, with purposive
sampling technique gained 6 participants. The research instrument used in-depth
interviews and participant observation after getting the hypnotherapy intervention. Data
processing and data interpretation using NVivo software 9.0.204.0. research shows the
level of pain and anxiety hypnotherapy respondents declined after 1-3 cycles, the average
decrease in pain every cycle between 4 to 6.3, while the average decrease anxiety decrease
between 7 to 15.8. Conclusions in hypnotherapy research helpful in reducing pain and
anxiety of patients who suffer from colon cancer and is undergoing chemotherapy in
Banyumas General Hospital.

Keywords: hypnotherapy, colon cancer, pain, anxiety.

PENDAHULUAN perawat mempunyai kewenangan


Pasien yang mengalami kanker memberikan hypnoterapi untuk menangani
memperlihatkan adanya stres dan depresi masalah pasien.
yang ditunjukkan dengan perasaan sedih, Hasil wawancara pada studi
putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak pendahuluan di dapatkan informasi
puas dalam hidup, merasa lebih buruk tentang masalah keperawatan yang sering
dibandingkan dengan orang lain, penilaian ditemukan pada pasien kanker kolon yang
rendah terhadap tubuhnya, dan merasa menjalani kemoterapi adalah nyeri dan
tidak berdaya. Kemungkinan terjadinya kecemasan, perawat di RSU Banyumas
gangguan psikologi seperti depresi, menggunakan intervensi kolaboratif
kecemasan, kemarahan, perasaan tidak farmakologis dengan pemberian analgetik
berdaya dan tidak berharga dialami antara dan motivasi spiritual untuk mengatasinya,
23%-66% pasien kanker 5. penggunaan hypnosis sangat jarang
Berdasarkan Permenkes RI Nomor dilakukan karena merasa belum
1109 Tahun 2007, terapi komplementer menguasai, serta tidak ada standar
bisa dilakukan di sarana kesehatan, operasional prosedur penerapannya.
Permenkes RI Nomor Penelitian penggunaan hipnosis
HK.02.02/Menkes/148/1/2010 terapi sebagai terapi untuk nyeri dan kecemasan
komplementer yang bisa digunakan adalah sudah cukup banyak, tetapi sering
terapi hipnosis atau hypnotherapi, dianggap belum mampu menjawab
berdasarkan ketentuan di atas maka keraguan masyarakat tentang aspek ilmiah

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 7


dan kecenderungan anggapan bahwa data menggunakan software NVivo
hypnosis sebagai terapi bertentangan 9.0.204.0. Peneliti melakukan analisa
dengan keyakinan kepercayaan/ agama data menggunakan metode
tertentu, sehingga diperlukan penelitian interpretasi data Speziale, &
lebih lanjut untuk menjawab kebutuhan Carpenter (2007) 29, langkah-langkah
dan keraguan masyarakat tersebut. interpretasi tersebut meliputi
METODE PENELITIAN mendeskripsikan fenomena yang
1. Desain Penelitian diteliti, mengumpulkan deskripsi
Penelitian ini menggunakan desain fenomena melalui pendapat
penelitian kualitatif dengan pendekatan partisipan, membaca seluruh deskripsi
penelitian tindakan/ action research fenomena yang telah disampaikan
dengan mengimplementasikan metode oleh partisipan, membaca kembali
hypnotherapi sebagai upaya penangan transkrip hasil wawancara dan
nyeri dan kecemasan pada pasien kanker mengutip pernyataan-pernyataan yang
colon yang mendapatkan terapi bermakna, meneliti membaca kembali
kemoterapi di RSU Banyumas. transkrip hasil wawancara, memilih
2. Variabel Penelitian Variabel pernyataan-pernyataan dalam
dalam penelitian ini adalah : transkrip yang signifikan dan sesuai
a. Variabel bebas pada dengan tujuan khusus penelitian dan
penelitian ini adalah hypnotherapi memilih kata kunci pada pernyataan
pada pasien kanker kolon. yang telah dipilih dengan cara
b. Variabel terikat pada memberikan penanda dan kode tujuan
penelitian ini ada dua yaitu nyeri khusus, menguraikan arti yang ada
dan kecemasan. dalam pernyataan-pernyataan
signifikan, peneliti membaca kembali
3. Populasi dan Sampel Penelitian
kata kunci yang telah diidentifikasi
Populasi dalam penelitian ini
dan berusaha menemukan esensi atau
adalah pasien kanker kolon yang
makna dari kata kunci untuk
sudah menjalani operasi
membentuk kategori, mengorganisir
pengangkatan kanker dan
kumpulan-kumpulan makna yang
mendapatkan kemoterapi yang
terumuskan ke dalam kelompok tema.
mengalami nyeri dan kecemasan di
Peneliti membaca seluruh kategori
RSU Banyumas. Pengambilan
yang ada, membandingkan dan
partisipan menggunakan teknik
mencari persamaan diantara kategori
purposif sampling berdasarkan
tersebut, dan pada akhirnya
karakteristik bersedia menjadi
mengelompokkan kategori-kategori
partisipan yang dinyatakan dalam
yang serupa ke dalam sub-sub tema,
lembar persetujuan dan tidak terdapat
sub tema dan tema.
gangguan komunikasi verbal maupun
nonverbal, setelah dilakukan
HASIL
penelitian di dapatkan partisipan
Penelitian ini menghasikan 5 kategori
sebanyak 6 orang.
tema yang menjelaskan proses
4. Prosedur Pengumpulan dan Analisa hypnotherapi dan respon partisipan
Data terhadap hypnotherapi yang dilakukan
Data dikumpulkan dengan dalam tiga siklus. Kategori tema di
wawancara mendalam dan observasi uraikan berdasarkan tujuan khusus sebagai
partisipan sebelum dan sesudah berikut :
dilakukan hipnotherapi. Pengolahan
1. Pra Induksi

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 8


Proses pre-induksi dilakukan 3 kali hutan, semuanya merasakan bisa tidur,
yaitu sebelum induksi hypnoyherapi badan terasa nyaman, terasa ringan dan
1,2 dan 3, hasil pre induksi di dapatkan hati gembira, hal tersebut diungkapkan
data partisipan mengeluh adanya nyeri partisipan sebagai berikut : “Niku sing
yang dirasakan yaitu sangat nyeri, nyeri tarik nafas...teras otote sami
berat dan juga kecemasan. Partisipan kendo...teras rileks...ngantos
menginginkan nyeri dan kecemasannya turu...sekeca/ yang tarik nafas, semua
hilang atau berkurang, pernyataan otot terasa rileks dan
partisipan seperti diungkapkan sebagai tertidur...nyaman”. (P4)
berikut : “...dangu-dangu matane kulo abot
“Nggih niki sakite, ora mari-mari terus turu...dadi kelalen kabeh larane,
larane,...mbuh kapan marine, ora bisa karo penyakite /....... lama-kelaman
turu, nek turu ngimpi ketemu karo sing mata saya berat mengantuk terus tidur
wis mati /Ya ini sakitnya, tidak dan saya lupa rasa sakite”. (P2)
sembuh-sembuh, entah kapan “....rasane mripate tambah
sembuhnya, tidak bisa tidur, kalau abot...tambah ngantuk terus kulo
tidur mimpi ketemu sama orang-orang turu...../... saya rasakan mata saya
yang sudah meninggal.... (Partisipan semakin berat, semakin mengantuk
terlihat emosional, mata berkaca- terus saya tertidur” (P5)
kaca...)” (P2)
“Nggih situasi pas teng gunung /ya
“Nggih sakit sekali niki, kulo manut
sing penting sakitnya saged situasi di gunung,.... Nggih niku wau
ical...mantun/ iya sakit sekali, saya sedoyo rasane mpun sekeca,
nurut yang penting nyeri ini bisa ndamelaken pikirane tenang/ semua
hilang....sembuh”(P2) rasanya nyaman, membuat pikiran
2. Induksi dan Deepening tenang”. (P2)
“Niku pas jalan-jalan teng
Proses induksi dan deepening
alas...hawane seger...akeh wit-wit sing
dilakukan bersama-sama, pada proses
ijo, suara manuk pada moni....rasane
hypnoterapi I proses ini menggunakan
kepenak/ itu pas jalan-jalan di
metode nafas dalam, pada hypnotherapi
hutan...hawanya segar...banyak
tahap II menggunakan metode nafas
pohonpohon hijau...suara burung
dalam dan metode mata berkedip
berkicau...rasanya enak di badan”.
sedangkan pada hypnotherapi tahap III
(P5)
menggunakan metode nafas dalam,
metode mata berkedip dan metode “Yang tadi itu pas ke sawah, jalanjalan
imagery oleh terapis. di sawah sedang panen padi, jalan ke
gubuk, masuk ke gubuk dan
Dari hasil penelitian di dapatkan
tertidur...”.(P6)
data pada induksi dan deepening siklus
Dari hasil induksi dan deepening ini
1 partisipan merasakan otot terasa
tingkat sugestifitas partisipan di ukur
kendor, rileks, nyaman, dan tidak terasa
menggunakan Davis-Husband Scale
sakitnya, pada induksi dan deepening
dan di dapatkan tingkat sugestifitas
siklus 2 di dapatkan data respon
sebagai berikut :
partisipan berupa mata semakin lama
semakin berat, mengantuk, tidur, lupa
semua sakitnya, muncul rasa nyaman,
pada induksi dan deepening siklus 3 di
dapatkan data partisipan merasakan
berada di pantai, di gunung dan di

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 9


30 Pada hypnotherapi tahap II dengan
25
Skala menggunakan sugesti terapi yang
Sugestifitas diberikan menggunakan metode
20 Induksi 1
15 Skala relaksasi dan metode perintah paradoks
10 Sugestifitas di dapatkan data pasrtisipan merasakan
5 Induksi 2 badan terasa nyaman, semua rasa
Skala
0 Sugestifitas hilang, tenang, tidak terasa sakit.
P1 P2 P3 P4 P5 P6 Induksi 3 Pernyataan partisipan sebagai berikut :
“Wau niku sing pas ngitung siji sampai
seket, ...., terus kula mboten kraos
Grafik 1. Tingkat sugestifitas partisipan napa-napa,..../ Tadi itu yang berhitung
3. Sugesti terapi satu sampai lima puluh, ..., terus tidak
Proses pemberian sugesti terapi terasa apa-apa,”.(P1)
dilakukan setelah proses induksi dan
deepening, pada proses hypnoterapi I Nggih niku sing kula ngitung...genah
sugesti terapi yang diberikan berupa dadi turu terus kelalen
metode relaksasi, pada hypnotherapi kabeh....kepenak/ Iya itu tadi pas
tahap II menggunakan sugesti terapi menghitung jadi tertidur terus lupa
yang diberikan menggunakan metode semuanya.....Ya pas turu krasane
relaksasi dan metode perintah paradoks kepenak niku, ora krasa sakite/ Ya pas
sedangkan pada hypnotherapi tahap III tidur tadi rasanya enak, tidak terasa
sugesti yang diberikan menggunakan sakitnya”.(P2)
metode relaksasi, metode perintah Pada hypnotherapi tahap III sugesti
paradoks dan metode pemisahan/ yang diberikan menggunakan metode
disosiasi. relaksasi, metode perintah paradoks
Pada proses pemberian sugesti terapi dan metode pemisahan/ disosiasi
yang menggunakan metode relaksasi di partisipan yang merasakan melihat
dapatkan hasil semua partisipan semua rasa sakit dan kecemasan,
merasakan otot menjadi rileks, badan memasukannya ke dalam botol, badan
terasa nyaman, nyeri berkurang, tidak menjadi nyaman dan kecemasan
terasa nyeri lagi, nyeri terasa lagi dan hilang, seperti data wawncara berikut :
sakit belum hilang. Data tersebut di “Nggih pas weruh sakite terus kulo
atas dinyatakan partisipan sebagai lebetaken teng botol terus kulo bucal
berikut : teng jurang....teras rasane awak
“...otote sedoyo kendo, terus rasane kepenak...tambah kepenak niku/ Ya
awak kepenak....mandan tadi pada saat melihat rasa sakit saya
mengurangi...ning siki malah krasa terus saya masukan ke botol terus saya
maning larane nang weteng/ ... otot buang ke jurang....setelah itu rasanya
terasa kendor semua, rasanya badan badan saya nyaman...tambah nyaman”
nyaman....agak mengurangi,....tetapi (P2)
nyerinya sekarang terasa di perut “banjur kulo saged weruh werna-werni
saya” (P2) sakite kulo, saged nyekel sakite
kulo...lajeng kulo pundhuti...teras kulo
“.... rileks, otote kendo, ...Sing pas lebokaken teng botol niku....kulo buang
turu....niku rasane kepenak../ ya itu ... teng laut....kendang adoh pisan...ora
rileks, ototnya kendor, lemas, yang keton malih.........bar niku kolo raose
dalam kondisi tidur”. (P3) lega....kepenak awake kulo / saya juga
bisa melihat semua rasa sakit dan

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 10


ketidaknyamanan saya, saya bisa 3, rata-rata penurunan scala nyeri pasca
memegangnya...lalu saya pegang,... hypnotherapi tahap 1 adalah 4, pada
saya masukan ke dalam botol hypnotherapi 2 adalah 4,3 dan pada
tadi....saya buang ke laut....jauh sekali hypnotherapi 3 sebesar 6,3 ini
terbawa ombak laut...setelah itu sata menunjukan bahwa angka rata-rata
merasa lega...nyaman badan saya”. penurunan nyeri terbanyak pada
(P3) hypnotherapi tahap 3. Penurunan nyeri
juga di kemukakan oleh responden
4. Alerting sebagai berikut :
Proses alerting bertujuan untuk “Nggih kirang sakite ....Nggih wau pas
membawa partisipan kembali ke alam turu sekeca, ..../ Iya berkurang
sadar, pada semua tahap hypnotherapi sakitnya....Tadi pas tidur rasanya
menggunakan metode menghitung 110, nyaman, ...”(P4)
berdasarkan hasil penelitian di
dapatkan data bahwa partisipan “Rasanya enak, sakitnya berkurang,
menghitung dan tiap hitungan otot tubuh rileks ya.., di badan terasa
merasakan badan nyaman, segar dan semua...”(P6) “Nggih alhamdulillah
hitungan ke sepuluh terbangun. Data berkurang sanget... /iya
wawancara partisipan pada saat proses berkurang,berkurang sekali” (P1)
alerting sebagai sebagai berikut :
Penurunan nyeri dan kecemasan
“....... pas ngitung sampe sepuluh
tergambar dalam grafik berikut :
rasane awak kulo tambah
kepenak....terus kulo tangi /Pada saat 6
mengantuk dan tidur ya tidak
merasakan apa-apa, pada saat 4 Hypno 1
mengitung sampai sepuluh badan Hypno 2
2
terasa semakin enak.....terus saya
bangun”. (P1) Hypno 3
0
P1 P2 P3 P4 P5 P6
“Pas ngitung satu sampai
sepuluh....teras setiap hitungan rasane Grafik 2. Penurunan Nyeri
awak tambah seger, kepenak...lajeng
itungan sing kaping sepuluh kulo 40
tangi....ketika menghitung satu sampai 30
sepuluh,...setiap hitungan badan Hypno 1
20
rasanya segar dan nyaman...terus saya Hypno 2
terbangun ketika hitungan ke sepuluh”. 10
(P3) Hypno 3
0
P1 P2 P3 P4 P5 P6
5. Penurunan nyeri dan kecemasan
Penurunan tingkat nyeri dirasakan Grafik 3. Penurunan Kecemasan
oleh semua partisipan setelah proses
hypnoterapi di lakukan terlihat dari
penurunan scala nyeri yang di keluhkan PEMBAHASAN
partisipan, walaupun rasa nyeri muncul Pada pelaksanaan hypnotherapi
lagi sebelum hypnotherapi tahap peneliti menggunakan komunikasi
berikutnya, penurunan yang paling terapeutik dengan pendekatan
banyak terjadi pada hypnotherapi tahap interpersonal agar supaya segala sesuatu

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 11


yang berkaitan dengan nyeri dan Berdasarkan hasil wawancara dan
kecemasan partisipan dapat terungkap dan observasi pra induksi diketahui bahwa
kemudian pesan-pesan hynotherapi dapat partisipan mengalami nyeri dan
diterima sehingga akan membawa kecemasan. Patisipan yang mengalami
manfaat/ efektif pada nyeri dan kecemasan nyeri dalam kategori sangat nyeri
yang dialami partisipanhal ini sesuai sejumlah 3 orang dan 3 orang
dengan Nurindra (2008) 17, hypnosis mengalami nyeri berat. Sedangkan
adalah suatu seni komunikasi yang yang mangalami kecemasan terdiri dari
persuasif untuk membuka pintu gerbang 5 orang mengalami kecemasan berat
alam sadar seseorang sehingga sugesti bisa dan 1 orang mengalami kecemasan
di berikan, Sendjaja (2004)24 juga sedang hal ini tidak sesuai dengan yang
menyampaikan bahwa dalam komunikasi menyatakan bahwa lansia cenderung
interpersonal memliki karakter humanistik memendam nyeri yang dialami, karena
yaitu keterbukaan, empati, perilaku mereka menganggap nyeri adalah hal
suportif, perilaku positif. alamiah yang harus dijalani dan mereka
Komunikasi interpersonal akan efektif takut kalau mengalami penyakit berat
bila memiliki perilaku positif, 24 atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
Sikap positif dalam komunikasi Perry & Potter, (2010)21,
interpersonal yang peneliti lakukan adalah Partisipan mengalami kecemasan
dengan memandang positif terhadap diri karena sakit yang tidak kunjung
sendiri sehingga yakin akan keberhasilan sembuh, nyeri yang dirasakan yang
hypnotherapi dan akan menularkan menyebabkan terjadinya gangguan
keyakinan tersebut kepada partisipan, di tidur baik kualitas maupun
samping itu peneliti juga senantiasa kuantitasnya, cerita orang-orang
menjaga perasaan positif terhadap tentang penderita penyakit kanker yang
partisipan terkait dengan respon partisipan tidak berumur panjang, kekhawatiran
pada saat hypnotherapi dan interaksi tidak bisa beribadah dengan sempurna,
lainnya sepanjang waktu penelitian. serta sering mengalami mimpi buruk.
1. Pra Induksi Kecemasan/ ansietas adalah
Tahap pra induksi bertujuan untuk perasaan atau tidak nyaman atau
mendapatkan data terkait dengan halhal kekhawatiran yang samar disertai
yang dirasakan oleh partisipan, respon autonom (sumber seringkali
termasuk harapan dan keinginan tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
terhadap penyelesaian masalah yang individu); perasaan takut yang
dihadapi. Informasi mengenai hal disebabkan oleh antisipasi terhadap
tersebut akan dapat diperoleh jika bahaya. Hal ini merupakan isyarat
terjadi hubungan saling percaya antara kewaspadaan yang memperingatkan
terapis dengan partisipan, dalam hal ini individu akan adanya bahaya yang
adalah peneliti dengan partisipan. memampukan individu untuk bertindak
Interaksi antara peneliti dan partisipan menghadapi ancaman (NANDA,
dilakukan menggunakan pendekatan 2012). Sejalan dengan hal tersebut
komunikasi terapeutik yaitu dengan menyatakan bahwa ansietas/ cemas
berhadapan dengan partisipan, meningkatkan persepsi terhadap nyeri
menampilkan sikap tubuh yang rileks, dan nyeri bisa menyebabkan seseorang
mempertahankan kontak mata, cemas.
mempertahanan sikap terbuka. Seseorang yang mengalami
kecemasan akan menunjukan perilaku

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 12


penurunan produktifitas, gelisah, medium trance, deep trance atau
insomnia, kesedihan yang mendalam, somnambulism 7.
ketakutan, perasaan ketidakberdayaan, Berdasarkan pengukuran tingkat
bingung, khawatir, rasa tidak percaya sugestifitas setelah dilakukan induksi
diri. Secara fisiologis juga akan dan deepening diketahui ada perbedan
nampak ketegangan di wajah, suara yang cukup tajam terkait dengan
bergetar, peningkatan ketegangan, hal tingkat sugestifitas pada masingmasing
ini tentu saja akan berdampak kepada tahap siklus hypnotherapi, pada siklus
penurunan kualitas hidup 1 diketahui rata-rata partisipan masih
31
penderitanya . Kondisi berada pada tahap midle trance,
ketidaknyamanan ini tentu saja sedangkan pada siklus 2 dan siklus 3
membuat partisipan memerlukan partisipan sudah bisa mencapai tahap
bantuan untuk penanganan deep trance, sehingga lebih sugestif
keperawatan yang sesuai, dan mau terhadap sugesti therapi, hal ini juga di
bekerja sama dalam upaya mengatasi dukung dengan hasil penurunan nyeri
masalah nyeri dan kecemasan yang dan kecemasan yang lebih dirasakan
dihadapi, dengan dasar inilah maka pada hypnotherapi siklus 2 dan
peneliti membuat suatu perencanaan semakin meningkat pada sikul 3, hal ini
untuk melakukan hipnotherapi sebagai sesuai dengan Sovodka (2010) 27 bahwa
upaya penanganan nyeri dan pada kondisi deep trance pasien akan
kecemasan yang dialami oleh lebih sugestif terhadap sugesti therapi.
partisipan. Ada banyak metode yang dapat
2. Induksi dan Deepening digunakan dalam rangka untuk induksi
Induksi adalah merupakan suatu dan deepening dalam hypnotherapi.
metode yang digunakan oleh terapis Ada banyak ragam metode induksi
(peneliti) untuk membimbing pasien dan deepening tetapi peneliti hanya
(partisipan) untuk mengalami suatu menggunakan metode nafas dalam/
trance hypnotheray. Kondisi ini deepth breathing, metode membuka
merupakan proses ini terjadi dan menutup mata/ mata berkedip dan
perpindahan pikiran pasien dari pikiran metode imagery oleh terapis, hal ini
sadar (conscious mind) ke alam pikiran dilakukan dengan beberapa
bawah sadar (sub-conscious mind). pertimbangan yaitu untuk keseragaman
Trance hypnosis adalah suatu kondisi perlakuan, kondisi latar belakang
kesadaran dimana bagian kritis pikiran pendidikan partisipan yang sebagian
sadar tidak aktif, sehingga partisipan besar berpendidikan sekolah dasar,
sangat reseptif terhadap sugesti yang mudah karena tidak banyak perintah
diberikan oleh hypnotist27. yang rumit sehingga tidak memerlukan
Deepening merupakan kelanjutan banyak waktu bagi partisipan untuk
dari induksi yang bertujuan untuk mencerna, serta karena tidak adanya
membawa partisipan pada tingkatan masukan dan saran dari partisipan pada
trance hypnosis sehingga akan masing-masing metode karena
meningkatkan kemampuan partisipan dirasakan sesuai dengan kondisi
untuk menerima sugesti. Trance partisipan.
hypnosis dibagi menjadi beberapa
tahap berdasarkan Davis-Husband 3. Sugesti therapi
Scale menjadi Hypnoidal, light trance, Sugesti terapi yang di berikan
kepada partisipan pada penelitian ini

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 13


menggunakan metode relaksasi, yang menyatakan bahwa ada hubungan
perintah paradoks dan pemisahan/ antara kecemasan lansia dengan
disosiasi, pemberian dilakukan ketika kecenderungan insomnia di Panti
partisipan sudah memasuki kondisi Wredha Dharma Bakti Surakarta.
trance, akan lebih efektif apabila Partisipan mengungkapkan bahwa
sampai pada deep trance atau mereka bisa memenuhi kebutuhan tidur
somnabulism karena pada tahap ini mereka dengan hypnosis, lebih rileks
kondisi mental atau pikiran pasien dan nyaman serta tidak lagi mengalami
menjadi sangat sugestif 27. mimpi buruk yang mengganggu
Setelah menjalani semua siklus kualitas tidur mereka. Hal ini didukung
hypnotherapi di dapatkan data terjadi oleh penelitian Iriana (2014) Analisa
penurunan nyeri dan kecemasan pada menunjukkan ada hubungan antara
masing-masing siklus, penurunan nyeri kecemasan dengan kualitas tidur ibu
dalam kisaran 4 sampai 6,3 dan hamil di Poliklinik KIA Puskesmas
penurunan kecemasan pada kisaran 7 Helvetia Medan Tahun 2013.
sampai 15,8. Pada Penelitian Schnur, dkk.
Rata-rata penurunan nyeri tertinggi (2009)30. menggunakan pendekatan
pada siklus hypnotherapi 3 yaitu pada RCT dengan menggabungkan terapi
angka 6,3, hal ini kemungkinan perilaku (Cognitive-Behavioral
disebabkan karena pada tahap induksi Therapy and Hypnosis Intervention/
dan deepening siklus 3 ini semua CBTH) pada pasien kanker payudara
partsipan bisa memasuki level deep yang menjalani radiotherapi di
trance yang lebih dalam sehingga dapatkan hasil bahwa CBTH memiliki
partisipan lebih sugestif terhadap potensi untuk meningkatkan motivasi
sugesti terapi yang peneliti berikan, hal dari perempuan yang menjalani kanker
ini sesuai dengan Sovodka (2010)27. payudara radioterapi.
Berbeda dengan penurunan kecemasan Gunawan (2007)17 menjelaskan saat
yang berdasarkan pengukuran dengan seseorang terhipnosis, fungsi analitis
menggunakan HARS ternyata di logis pikiran direduksi sehingga
dapatkan penurunan kecemasan angka memungkinkan individu masuk ke
rata-rata tertinggi pada siklus 1 disusul dalam kondisi bawah sadar, dimana
siklus 3 dan paling sedikit penurunan tersimpan beragam potensi internal
kecemasan pada siklus 2, hal ini yang dapat dimanfaatkan untuk lebih
dimungkinkan karena sebelum siklus 1 meningkatkan kualitas hidup. Individu
parisipan banyak mengalami gangguan yang berada pada kondisi hypnotic
tidur/ insomnia dan setelah trance lebih terbuka terhadap sugesti
hypnotherapi siklus 1 partisipan dan dapat dinetralkan dari berbagai
menyatakan bisa tidur walaupun masih rasa takut berlebih, trauma ataupun rasa
belum puas tidurnya, hal tersebut sakit. Individu yang mengalami
dijelaskan oleh Stuart31, Sundeen hipnosis masih dapat menyadari apa
(2007)27 bahwa kecemasan akan yang terjadi di sekitarnya berikut
menimbulkan respon fisiologis dengan berbagai stimulus yang
terhadap tubuh, di mana akan diberikan oleh terapis.
menimbulkan respon neuromuscular Kolcaba (2003)1 menyatakan seseorang
berupa insomnia, gelisah, wajah yang mengalami nyeri berarti tidak
tegang, kelemahan umum dll, selain itu terpenuhi kebutuhan rasa nyaman dari
hasil penelitian ini juga didukung oleh partisipan, seseorang yang nyeri akan
penelitian Wahyu dan Arif (2008)35

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 14


mencari pertolongan untuk memenuhi serta pencegahan bahaya, sedangkan
kebutuhan rasa nyamannya, dengan developmental self care requisites
hipnosis peneliti dapat memenuhi adalah kebutuhan tumbuh kembang
kebutuhan rasa nyaman partisipan sejak dari manusia sepanjang perjalanan
tahap pra induksi, yaitu dengan menggali kehidupan, sedangkan health deviation
permasalahan yang melatar belakangi self care requisites adalah ketika
nyeri kemudian membantu seseorang sakit dan menggangu fungsi
menyelesaikannya sehingga partisipan seseorang maka dia akan membutuhkan
merasa terbebas dari permasalahan dan bantuan seseorang1. Berdasarkan data
tentram (ease), partisipan juga merasa penelitian kebutuhan universal self
mampu mengatasi permasalahannya care requisites yang belum terpenuhi
(transendece) karena ada orang yang akan oleh partisipan adalah kebutuhan akan
membantunya, hal tersebut terbukti saat istirahat, aktifitas dan pencegahan dari
penelitian, partisipan menyatakan bahaya nyeri sehingga mendorong
nyerinya berkurang langsung setelah health deviation self care requisite
selesai sesi hipnosis, partisipan juga untuk meminta dukungan dan bantuan
merasa lebih lega dan lebih segar saat orang lain sehingga kebutuhan self
terbangun dari hipnosis, partisipan tampak care/ menjaga kehidupan dan
lebih bersemangat dan lebih bugar. kesehatannya terpenuhi.
Kondisi ketidaknyamanan berupa nyeri Nursing system dibagi menjadi tiga
dan kecemasan yang dialami akan bagian yaitu wholly compensatory
membawa partisipan untuk mendapatkan nursing system yaitu orang yang
tipe-tipe kenyamanan didefiniskan sebagai membutuhkan pelayanan keperawatan
dorongan (relief) berupa kondisi partisipan secara total, Partly compensatory
yang membutuhkan kebutuhan yang system yaitu orang yang membutuhkan
spesifik dan segera, ketenteraman (ease) pelayan keperawatan sebagian, perawat
yaitu kondisi yang tenteram atau kepuasan dan pasien bekerja sama untuk
hati dan transcedence yaitu suatu kondisi memenuhi kebutuhannya, Supportive
dimana individu mampu mengatasi nyeri educative system, adalah situasi dimana
dan kecemasanya. pasien dapat memenuhi kebutuhannya
Berdasarkan teori Orem1,19, maka namun masih membutuhkan
praktek dari aktivitas yang dimulai bimbingan1. Dalam konteks
individu untuk menjaga kehidupan dan permasalahan nyeri dan kecemasan
kesehatannya dalam hal ini adalah yang di hadapi oleh partisipan, ketika
kegiatan partisipan untuk penanganan partisipan berada pada kondisi sangat
masalah nyeri dan kecemasannya disebut nyeri, nyeri berat, kecemasan berat
self care. Hal yang dibutuhkan untuk maka patisipan berada pada wholly
menjaga kegiatan Self care adalah self compensatory sehingga membutuhkan
care requisites, yang terdiri tiga bagian, secara total pelayanan keperawatan
yaitu universal self care requisites, untuk mengatasinya, dan hypnotherapi
developmental self care, health deviation layak menjadi salah satu pilihan untuk
self care requisites. mengatasi masalah nyeri dan
Kebutuhan universal self care kecemasan, ketika sudah sampai pada
requisites yaitu kebutuhan yang nyeri sedang, kecemasan sedang maka
dibutuhkan oleh manusia berupa udara, partisipan pada posisi partly
air, makanan, eliminasi, aktivitas dan compensatory system, partisipan hanya
istirahat, menyendiri dan bersosialisasi membutuhkan sebagian pelayanan
keperawatan, partisipan masih

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 15


bekerjasama dengan peneliti untuk
memenuhi kebutuhannya, dan pada
kondisi ini perawat bisa memulai
mempertimbangkan untuk memberikan
pembelajaran tentang self hypnotherapi
kepada pasien untuk mengatasi
masalahnya, ketika sudah berada pada
level nyeri ringan, kecemasan ringan,
partisipan berada pada situasi
Supportive educative system dimana
partisipan bisa memenuhi sebagian
kebutuhannya namun masih
membutuhkan bimbingan, ketika
pasien sudah berada pada kondisi nyeri
ringan dan kecemasan ringan maka
pasien sudah bisa melakukan self
hypnosis.

4. Alerting
Alerting sering disebut juga dengan
awakening merupakan tahap akhir dari
seluruh proses terapi. Nurindra (2008)17
menyebutkan pengakhiran adalah tahap
untuk mengakhiri hipnotis dan
membawa partisipan kembali ke
kondisi normal.
Pada tahap ini pasien perlahan-lahan
dibangunkan dari tidur hypnosis dan
mengembalikan sepenuhnya kepada
kesadaran, tahap yang paling
menyenangkan dari serangkaian tahap
hypnotherapi adalah ketika partisipan
terbangun, membuka mata dan
tersenyum kepada therapis, hal ini
menandakan proses hypnosis telah
memberikan manfaat kepada pasien.
Pada pelaksanaan alerting pada 3 siklus
hypnotherapi peneliti menggunakan
metode menghitung 1-10 secara
perlahan-lahan dengan memberikan
ucapan yang menguatkan terhadap
proses sugesti, hal ini sesuai dengan
Sovodca (2010)28 bahwa untuk
mengakhiri proses hypnotherapi,
seorang therapis boleh mengucapkan

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 16


kata-kata yang semakin membuat b. Penguasaan terapi hypnosis untuk
pasien bersemangat dan yakin bahwa mengurangi nyeri dan kecemasan
masalahnya sudah terselesaikan. Hal hendaknya dimasukan dalam
yang paling banyak ditemukan adalah kurikulum pendidikan keperawatan
ekspresi senyum partisipan, yang sehingga perawat akan belajar
menunjukan bahwa nyeri dan menguasai teknik ketrampilan
kecemasannya berkurang atau hilang. hypnotherapi mulai dari proses
pendidikan.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan KEPUSTAKAAN
Penelitian ini mendapatkan gambaran 1. Alligood , MR; Tomey, AM;.
tentang manfaat hypnotherapi untuk (2006). Nursing theory utilization &
mengatasi nyeri dan kecemasan pada application, third edition. ST Louis:
pasien dengan kanker kolon yang sedang Mosby, Inc.
menjalani kemotherapi, gambaran tersebut 2. Boyle, P., & Leon, M. E. (2002).
sebagai berikut : Penurunan tingkat nyeri Epidemiology of colorectal cancer.
dirasakan oleh semua partisipan setelah British Medical Bulletin, 1–25.
hypnoterapi di lakukan pada 3. Brunicardi, F Charles; Andersen,
masingmasing siklus. Dana K; Billiar, Timothy R; Hunter,
Penurunan tingkat nyeri yang paling John G; Dunn, David L; Matthews,
besar dirasakan pada hypnotherapi tahap Jeffrey B; Pollock, Raphael E;.
3, rata-rata penurunan scala nyeri pasca (2009). Schwartz's Principles Of
hypnotherapi siklus 1 adalah 4, pada Surgery. USA: The McGraw-Hill
hypnotherapi siklus 2 adalah 4,3 dan pada Companies, Inc.
hypnotherapi siklus 3 sebesar 4. Brunner, Sudarth. (2002).
6,3.Penurunan tingkat kecemasan Brunner, 2002, Buku ajar
dirasakan oleh semua partisipan setelah keperawatan medikal-bedah, EGC,
dilakukan pada masing-masing siklus. Jakarta.
Pada penurunan kecemasan paling besar Jakarta: EGC.
terjadi pada siklus 3, dengan rata-rata 5. Hadjam, M. (2000). Tinjauan
ratarata penurunan kecemasan pada Psikologis Tentang Kanker.
hypnotherapi tahap 1 adalah sebanyak Yogyakarta: Fakultas Psikologi
15,8 pada tahap 2 sebanyak 7, pada tahap UGM.
hypnotherai 3 sebanyak 9,83. 6. Hakim, A. (2010). Hipnoterapi :
Cara Tepat Mengatasi Stress, Fobis,
Saran Trauma dan Gangguan Mental
Berdasarkan simpulan hasil penelitian Lainnya. Cet. I. Jakarta.:
di atas, peneliti memberikan saran sebagai PT.Transmedia Pustaka.
berikut : 7. Heap, Michael; Aravind,
a. Diharapkan pemberian Kottiyattil K;. (2007). Hartland's
hypnotherapi menjadi salah satu Medical and Dental Hypnosis.
intervensi keperawatan yang diatur London: Churchill Livingstone.
dengan standar operasional yang 8. Kemmis, S; McTaggart, R;.
berlaku pada tataran pelayanan (2000). Participatory Action
kesehatan. Research. New York: Denzin & Y.
Lincoln.

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 17


9. Koshy, V. (2005). Action Berdasarkan Survei Kesehatan
Research for Improving Practice, A Nasional. Jakarta:
Practical Guide. London : A SAGE Puslibang Depkes RI.
Publications Company. 19. Orem, D. (2001). Nursing
10. Kroger, W. S. (2008). Concept of Practical. St. Louis: The
Clinical & CV. Mosby Company.
Experimental Hypnosis In Medicine, 20. Oemiati, Ratih; Rahajeng,
Densistry and Psychology. Ekowati; Kristanto, Antonius Yudi;.
Philadelphia USA: Lippincott (2011). Prevalensi Tumor dan
William & Wilkins. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi
11. March, Angela ; Cormack, di Indonesia. Buletin Penelitian
Dianne Mc;. (2009). Modifying Kesehatan, Vol. 39, No. 4, pp.190204.
Kolcaba’s 21. Perry, A. G; Potter , P. A;.
Comfort Theory as an institution. (2007). Fundamental of Nursing (6th
Holistic Nursing Practice, 78. ed.). Italy: Elsevier Health Science
12. Marijata. (2006). Division.
Pengantar Dasar Bedah Klinis. 22. Rasjidi, I. (2010).
Yogyakarta: UPK- FK UGM. Perawatan Paliatif Suportif & Bebas
13. M., Kojima, et al. (2005). Nyeri Pada Kanker. Jakarta: CV
Perceived Psychologic Stress and Sagung Seto.
Colorectal Cancer Mortality:. 23. Sadock, Benjamin James;
Psychosomatic Medicine, the Sadock, Virginia Alcot;. (2010).
American Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri
Psychosomatic Society, pp.67:72–77. Klinis. Jakarta: EGC.
14. McCloskey, J., & 24. Sendjaja, D.S. (2004).
Bulechek, G. (. (2000). Nursing Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta :
Interventions Classification (NIC) Universitas Terbuka
(3rd ed.). St. Louis: Mosby-Year 25. Siregar, G. A. (2007).
Book. Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan
15. Naibaho, D. (2002). Kanker Usus Besar. Medan: USU.
Karakteristik Penderita Kanker 26. Sjamsuhidajat , R, Wim de
Kolorectal yang dirawat inap di Jong. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah.
RSUP H. Adam Malik Medan. Jakarta: EGC.
Medan: USU Repositori. 27. Smeltzer, S. C; Bare, B;.
16. Niff, Jean Mc; Whitehead, (2006). Buku Ajar Keperawatan
Jack. (2002). Action Research: Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Principles and Practice. New York: (8 ed., Vol. III). (M. Ester, Penyunt.,
RoutledgeFalmer. A. Hartono, H. Y. Kuncara, E. S.
17. Nurindra, Y. (2008). Siahaan, & A. Waluyo, Penerj.).
Panduan Self Hypnosis. Jakarta: Jakarta: EGC.
www.hipnotis.net. 28. Sovodka, P. (2010). Secret
18. Olwin Nainggolan, Anna of Hypnotherapy. Jogjakarta:
Maria, S., Marice, S. (2009). Faktor- FlashBooks.
Faktor yang berhubungan dengan 29. Speziale, H., Streubert, H.,
Tumor/ Kanker Saluran Cerna & Carpenter, D. (2007). Qualitative
Research in Nursing. Advancing the

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 18


Humanistic Imperative. London:
Lippincoot Williams & Wilkins.
30. Stoebl, BL; Molton, IR;
Patterson , DR;. (2009). The efficacy
of hypnotic analgesia in adult, a
review literature. Journal of
Contemporary Hypnosis, Vol. 26,no.
1, pp. 24-39.
31. Stuart, G. W. (2005).
Principles and Practice of
Psychiatric Nursing. (9th ed.).
Canada: Mosby Elsevier.
32. Strong, Jenni ; Unruh,
Anita, M.
(2002). Pain : Textbook for Therapist.
Edinburg: Churchill Livingstone
33. Stuart, G; Sudeen, S;.
(2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa
(3 ed., Vol. III). (Y. Asih, Penyunt., &
A. Yani, Penerj.). Jakarta: EGC.
34. Taylor, S. E.; Dakof, G. A;.
(1988). Social support and the cancer
patient. In S. Oskamp & S. Spacapan
(Eds.), The social psychology of
health: The Claremont symposium on
applied social psychology. Newbury
Park, California: Sage Publications.
35. Wahyu, W. Arif,
W. (2008).
Hubungan antara tingkat kecemasan
dengan kecenderungan Insomnia
Pada Lansia di Panti Whreda Dharma
Bakti Mulia. Surakarta; tidak
dipublikasikan
36. Winarto, Emilia P; Ivone,
July; Saanin, Sri Nadya J;. (2009).
Prevalensi Kanker Kolorektal di
Rumah Sakit Immanuel Bandung
Periode Januari 2005 ─ Desember
200. JKM. Vol.8 No.2 Februari ,
pp.138-143.
37. Zahari, A. (2002). Deteksi
Dini, Diagnosa dan Penatalaksanaan
Kanker Kolon dan Rektum. Suplemen
Majalah Kedokteran Andalas,
pp.6370.

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 19

Anda mungkin juga menyukai