Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM II

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

SISTEM PANCAINDERA

Disusun Oleh :

Isnani Handayanti

27717432

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS GUNADARAMA

2018
1. Judul : sistem pancandera
2. Tujuan : mengenal dan memahami anatomi fisiologi organ penginderaan
3. Dasar Teori
Dalam menjaga hoseostasis dan fungsi tubuh dan keseimbangan manusia
diberi kemampuan mengenali perubahan lingkungan yang terjadi , tuhan memberikan
indera kepada setiap makhluk hidup. Idera ini berfungsi untuk mengenali setiap
perubahan ;ingkungan, baik yang terjadi di dalam maupun diluar tubuh. Indera yang
ada pada makhluk hidup, memiliki sel-sel reseptor khusus. Sel reseptor inilah yang
berfungsi untuk mengenali perubahan ;ingkungan yang terjadi. Berdasarkan fungsinya
sel reseptor ini di bagi menjadi dua yaitu introreseptor dan eksoreseptor.
Introreseptor berfungsi untuk mengenali perubahan di dalam tubuh. Sel-sel
interoreseptor terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding pembuluh
darah, dinding saluran pencernaan, dan lain sebagainya. Sel-sel ini dapat mengenali
berbagai perubahan yang ada di dalam tubuh seperti terjadi rasa nyeri di dalam tubuh,
kadar oksigen menurun, kadar glukosa, tekanan darah menurun/naik dan lain
sebagainya.
Eksoreseptor berfungsi untuk mengenali perubahan di luar tubuh. yang termasuk
ke dalam eksoreseptor yaitu indera penglihatan (mata) untuk mengeali perubahan
lingkungan seperti cahaya,warna dan sebagainya, indera pendengar (telinga) untuk
mengenali perubahan lingkungan seperti mendengar bunyi/suara, indera peraba (kulit)
untuk mengenali perubahan lingkungan seperti rasa panas,dingin dan lain sebagainya,
indera pengecap (lidah) untuk mengenal perubahan lingkungan seperti mengecap rasa
manis,pahit,asin,asam dan sebagainya, indera pembau (hidung) untuk mengenali
perubahan lingkungan seperti mencium bau.
a) Mata
Gambar pancaindera mata

Mata merupakan organ yang disusun dari bercak sensitif cahaya primitif. Dalam
selubung perlindungannya mata mempunyai lapisan reseptor, sistem lensa pemfokusan
cahaya atas reseptor, dan merupakan suatu sistem saraf. Secara struktural bola mata seperti
sebuah kamera, tetapi mekanisme persarafan yang ada tidak dapat dibandingkan dengan
apapun. Susunan saraf pusat dihubungkan melalui suatu berkas serat saraf yang disebut saraf
optik (nervosa optikus) (Syaifuddin, 2011). Mata mempunyai reseptor khusus untuk
mengenali perubahan sinar dan warna. Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola
mata, tetapi termasuk otot-otot penggerak bola mata, kotak mata (rongga tempat mata
berada), kelopak, dan bulu mata. Mata adalah organ yang mendeteksi cahaya yang paling
sederhana, tidak hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya terang atau gelap.
Bagian-bagian mata :
1) Skelra : memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat pelepasan pada otot
ekstrinsik.
2) Kornea adalah perpanjangan anterior yang teransparan pada skelara di bagian depan
mata. Bagian ini menstransmisikan cahaya dan mefokuskan berkas cahaya (Ethel,
2004).
3) Lapisan korid adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegah refleksi
internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk memberikan
nutrisi pada mata, dan elastik sehingga dapat menarik ligamen suspensori.
4) Iris, perpanjangan sisi anterior koroid, merupakan bagian mata yang berwarna bening.
Bagian ini terdiri dari jaringan ikat dan otot radialis serta sirkularis, yang berfungsi
untuk mengendalikan diameter pupil.
5) Pupil adalah ruang terbuka yang bulat pada iris yang harus dilalui cahaya untuk
masuk ke interior mata (Ethel, 2004).
6) Lensa adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil. Elastisitasnya
sangat tinggi, suatu sifat yang akan menuruk seiring proses penuaan.
7) Retina lapisan terdalam mata, adalah lapisan yang tipis dan transparan
8) Bintik buta (diskus optik) adalah titik keluar saraf optik. Karena tidak ada foto
reseptor pada area ini, maka tidak ada sensai penglihatan yang terjadi saat cahaya
masuk ke area ini.
Gambar proses melihat

b) Telinga
Telinga adalah suatu organ kompleks dengan komponen-komponen
fungsional penting, aparatus pendengaran dan mekanisme keseimbangannya,
terletak di dalam tulang temporalis tengkorak. Sebagian besar telinga tidak
dapat diperiksa secara langsung dan hanya dapat diperiksa dengan tes-tes
khusus. Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Telinga luar terdiri atas daun telinga, gendang telinga, dan membran timpani.
Telinga tengah terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus tulang
temporal. Pada bagian ini terdapat saluran yang menghubungkan telinga
tengah dengan faring yaitu tuba eustachius (saluran eustachius). Saluran yang
biasanya tertutup dapat terbuka saat menguap, menelan, atau mengunyah.
Saluran ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi
membran timpani. Telinga tengah terdiri dari Maelus, incus, dan stapes.
Telinga dalam (interna) berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal di sisi
medial telinga tengah.
Gambar anatomi telinga

c) Hidung
Hidung manusia dibagi menjadi dua bagian rongga yang sama besar
yang disebut dengan nostril. Dinding pemisah disebut dengan septum, septum
terbuat dari tulang yang sangat tipis. Rongga hidung dilapisi dengan rambut
dan membran yang mensekresi lendir lengket. Rongga hidung (nasal cavity)
berfungsi untuk mengalirkan udara dari luar ke tenggorokan menuju paru
paru. Rongga hidung ini dihubungkan dengan bagian belakang tenggorokan.
Rongga hidung dipisahkan oleh langit-langit mulut kita yang disebut dengan
palate. Di rongga hidung bagian atas terdapat sel-sel reseptor atau ujung-
ujung saraf pembau. Ujung-ujung saraf pembau ini timbul bersama dengan
rambut-rambut halus pada selaput lendir yang berada di dalam rongga hidung
bagian atas. Rongga ini dapat membau dengan baik. Mucous membrane
berfungsi menghangatkan udara dan melembabkannya. Bagian ini membuat
mucus (lendir atau ingus) yang berguna untuk menangkap debu, bakteri, dan
partikel-partikel kecil lainnya yang dapat merusak paru-paru.
Gambar struktur hidung manusia

d) Lidah
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang
dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah
dikenal sebagai indra pengecap yang banyak memiliki struktur tunas
pengecap. Melalui penggunaan lidah, kita dapat membedakan bermacam-
macam rasa. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara. Permukaan
atas lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam bentuk, yaitu bentuk benang, bentuk dataran yang
dikelilingi parit-parit, dan bentuk jamur. Tunas pengecap terdapat pada parit-
parit papila bentuk dataran, di bagian samping dari papila berbentuk jamur dan
di permukaan papila berbentuk benang.
Terdapat tiga jenis papila yaitu:
a. Papila filiformis berbentuk seperti benang halus.
b. Papila sirkumvalata berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang
lidah.
c. Papila fungiformis berbentuk seperti jamur.

Bagian-bagian lidah terdiri dari bagian depan, pinggir, dan belakang.


a. Bagian depan lidah, fungsinya untuk mengecap rasa manis.
b. Bagian pinggir lidah, fungsinya untuk mengecap rasa asin dan asam.
c. Bagian belakang/pangkal, fungsinya untuk mengecap rasa pahit.
Lidah memiliki kelenjar ludah yang menghasilkan air ludah dan enzim amilase
(ptialin). Enzim ini berfungsi mengubah zat tepung (amilum) menjadi zat gula.
Letak kelenjar ludah yaitu kelenjar ludah atas terdapat di belakang telinga, dan
kelenjar ludah bawah terdapat di bagian
bawah lidah.

Gambar struktur lidah


e) Kulit
Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh kita, dimana ia merupakan
organ terbesar yang dimiliki oleh tubuh, baik manusia maupun mamalia. Yang
membedakan diantara keduanya adalah keberadaan bulu-bulu yang dapat
menutupi organ tubuh tersebut.
Gambar anatomi kulit

4. Alat dan bahan


Alat : model anatomi mata, telinga, hidung, kulit, lidah , pengukir pupil mata
(penggaris), senter/penlight, pipet tetes, kartu snellen chart, garputala frekuansi 256,
kapas, stopwach, penutup mata, penutup hidung.
Bahan : larutan kinin sulfat, sukrosa, asam asetat, natrium klorida, kapas, kamfer,
minyak cengkeh, minyak permen,air matang.
5. Cara kerja
1) Penglihatan
a. Anatomi mata
Gambar penampang mata dan cantumkan bagian-baiannya
b. Fifiologi penglihatan
 Reflek akomodasi
Ukurlah pupil teman sekelompokmu dan amati adanya
perbedaanukuran pupil mata yang disinari penlight/senter dan
tanpa disinari. Ukurlah pupil mata bila mata melihat objek pada
jarak 5m Dan 20cm. Catatlah hasil pengamatan.
 Titik dekat
Fokuslah mata pada objek berjarak 1m (misalnya pensil), perlahan
dekati objek mendekati mata sampai objek terlihat berganda,
gerakan kembali menjauh sampai objek terlihat tampak kembali
tunggal. Jarak ini disebut titik dekat akomodasi. Catatlah hasil
pegamatan.
 Bintik buta
Bintik buta adalah bagian pada retina dimana tidak terdapat sel-sel
fotoreseptor (selconces dan sel rods) akan menerima cahaya yang
datang dan menghantarkan rngsangan cahaya tersebut menuju saraf
yang akan di interpretasikan otak, sehingga ketika cahay jatuh di
tempat tersebut tida akan terjadi penghantaran rangsang menuju
otak.
Tutup mata kiri, fokuskan mata kanan pada gambar x dengan jarak
10cm. Dengan mata kanan tetap berfokus pada gambar x,gerakan
gambar ini mendekati mata. Pada jarak tertentu bintik hitam akan
hilang , tapi muncul kembali pada jarak dekat. Catatlah hasil
pengamatan.
 Ketajaman penglihatan/visus
Uji ketajaman penglihatan dengan kartu snellen chart yang
ditentukan pada jarak yang ditentukan. Ketajaman penglihatan
dapat ditentukan dengan sebgai merikut :
V= d/D
V= ketajaman penglihatan
D= jarak huruf yang dapat dilihat dengan jelas (dapat dibaca)
D= jarak huruf yang seharusnya dapat dibaca (mata normal)
Cara memeriksa :
 Kartu diletakan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien
dengan posisi lebih tinggi atau sejajar dengan mata pasien
 Bila jarak 5 meter, maka visusnya normat akan bernilai 5/5
artinya mata normal dapat melihat pada jarak 5 meter,
pasien juga dapat melihat pada jarak 5 meter. Bla jarak 6 m,
berarti visus normalnya 6/6. Satuan selain meter ada kaki =
20/20, ada juga logaritma
Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :
 Bila pasien dapat membaca kartu pada baris visus
5/5 atau 6/6, maka tidak usahmembaca pada baris
berikutnya = visus normal
 Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris
tertentu di atas visus normal, cek pada baris tersebut
 Bila Cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti
visusnya terletak pada baris tersebut dengan false 1
 Bila tidak membaca 2, berarti visusnya teretak pada
baris tersebut dengan false 2
 Bila tidak bisa membaca lebih dari setengah jumlah
huruf yang ada, berarti visusnya berada di baris
tempat di atas baris yang tidak dapat dibaca
 Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti
visusnya terdapat pda baris diatasnya
 Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan
menggunakan pinhole
 Bila visusnya tetap berkurang = berarti bukan
kelainann refraksi
 Bila visusnya menjadi lebih baik dari sebelumnya =
berarti merupakan kelainan refraksi
Catatlah hasil pengamatan.
2) Pendengaran
Buatlah gambar oenampang telinga dengan bagian-bagiannya secara lengkap
dan tulislah fungsinya maisng-masing.
Pemeriksaan pendengaran dengan penala/garputala :
 Cara rinne
I. Getarkan penala dengan cara memukulkan salah satu ujung
jarinya ke telapak tangan jangan sekali-kali memukulkanya
pada benda yang keras
II. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus
salah satu telinga op
III. Tanyakanlah pada op apakah ia mendengar bunyi penala
mendengung di telinga yang diperiksa, bila demikian op
apakah ia mendengar bunyi penala mendengung ditelinga
yang diperiksa, bila demikian op harus segera memberi
tanda bila dengungan bunyi itu menghilang
IV. Pada saatitu pemeriksa mengangkat penala dari processus
mostoideus op dan kemudian ujung jari penala ditempelkan
sedekat denkatnya di depan liang telinga yang sedang
diperiksa itu
V. Catatlah hasil pengamatan positif/negatif

 Cara webber
I. Getarkan penala dengan cara seperti uji rinne
II. Tekanlah ujung tangkai penala, telakan pada dahi op
III. Tanyakan kepada op apakah ia mendengar dengungan
bunyi penala sama kuat di kedua telinganya atau terjadi
lateralisasi
IV. Bila op tidak terjadi lateralisasi, maka untuk
menimbulkannya secara bantuan, tutuplah satu telinganya
dengan kapas dan ulangi pemeriksaan
V. Catat hasil
 Cara schwabach
I. Getarkan penala
II. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus
op
III. Suruh op mengacungkan tangan bila bunyi menghilang
IV. Pada saat itu pindahkan penala pada telinga pemeriksa. Bila
dengungan masih terdengar berarti hsilnya schbacah
memendek, bila tidak terdengan maka normal.
V. Catat hasil
 Uji keseimbangan
I. Salah satu anggota kelomok berdiri tegak kemudia mata
kakinya diapatkan dan menutup mata
II. Dalam keadaan demikian, catat apakah ia berdiri selama 5
menit tanpa gerak
III. Bila alat keseimbangan dalam keadaan tidak baik,maka
seseorang tidak sanggup memelihata keseimbangan
IV. Catat hasil
3) Penciuman/pembau
 Anatomi hidung : gambarlah anatomi hidung dan bagianya
 Adaptasi penciuman :
I. Tutup mata salah satu anggota kelompok
II. Cium kamfer pada lubang hidung (lubang hidung lainnya
ditutup) apakah bauk kamfer tersebut langsung tercium?
Catat waktu dengan menggunakan stopwach
III. Bila dicium terus menerus catat waktu yang dibutuhkan
sampai subjek tidak dapat lagi mwndeteksi bau tersebut
(waktu adaptasi)
IV. Setetlah itu subyek langsung diminta membaui minyak
permen dan minyak cengkeh pada hidung yang beradaptasi
tadi
V. Catat waktu pengamatan dan carilah landasan teori
mengenai adaptasi penciuman
VI. Lakukan percobaan tersebut pada lubang hidung lainnya
 Transmisi impuls penciuman
Gambarlah jaras penciuman.
4) Pengecapan
 Menggunakan larutan kinin sulfat, larutan sukrosa, larutan asam
asetat, larutan natrium klorida. Tentykan lokasi empat jenis rasa
tersebut.
 Gambar lokasi reseptor pada lidah
5) Peraba
 Peraba pada kulit
Memebedakan tingkat kasa-halus : siapkan 3 amplas, tutup mata p dan
rabalah amplas tersebut apakah kasar,sedang atau halus
 Membedakan suhu air : siapkan 3 baskom yang di isi air dingin,air
panas dan air suhu normal, masukan tangan kiri ke baskon air dingin
dan tangan kanan pada air suhu panas,lakukan selama 5 detik
kemudian secara bersamaan masukan tangan ke air suhu normal. Catat
hasil
 Membedakan suhu 3 cairan (alkohol,air dan aseton ) : siapkan 3 cairan
ambil cotton bud celupkan pada cairan lalu tiup dan catat apa yang
dirasakan
 Lokalisasi taktil :
I. Asistem membawa alat kedepan op
II. Tututp mata op
III. Asisten akan menitikan ujung spidol tersebut di atas kulit
tangan op
IV. Lalu op akan merasakan dan menitikan kembali dengan ujung
pendil pada area yang sudah dititikan oleh aisten, lakukan
percobaan ini 5 kali yang diperoleh dalah nilai rata-rata dari
percobaan tersebtu.
V. Lakukan pada bagian ujung jari,lengan bagian dalam dan
tengkuk
VI. Ukurlah jarak spidok dengan jarak pulpen yang dititikan oleh
op
VII. Catat hasil.
6. Hasil percobaan
Anatomi mata
Membaca senllen chart (tabel hasil membaca snellen chart )
visus mata
no nama visus mata kiri
kanan
1 ersabella 20/20 20/20
2 sefty 20/100 20/70
3 lisa 20/20 20/20
4 isnani 20/20 20/20
5 siti 20/40 20/30

Hasil uji rinne, webber dan schwabach


Rinne webber schwabach
no nama
kanan Kiri kanan kiri kanan kiri
1 siti positif Positif positif positif positif positif
2 isnani positif Positif lateralisasi kanan positif positif positif
3 lisa positif Positif positif positif positif positif
4 sefty positif Positif positif positif positif positif
5 ersabella positif Positif lateralisasi kanan positif positif positif

Adaptasi penciuman

langsung hidung
    hidung kiri
tercium kanan
no nama
minyak minyak minyak minyak
ya tidak kamfer kamfer
permen cengkeh permen cengkeh
1 ersabella ya              
2 isnani ya              
3 lisa ya              
4 sefty ya              
5 siti ya              

Jaras penciuman :
Hasil distribusi reseptor kecap

larutan
larutan asam
no nama
larutan kinin sukrosa asetat larutan nacl
sulaf (pahit) (manis) (asam (asin)
1 siti ya Ya ya ya
2 isnani ya Ya ya ya
3 lisa ya Ya ya ya
4 sefty ya Ya ya ya
5 ersabella ya Ya ya ya

Peraba pada kulit :

Keterangan
no nama
tangan kiri air dingin tangan kanan air panas
1 ersabella rasa dingin, warna biru rasa panas,warna merah
2 isnani rasa dingin, warna biru rasa panas,warna merah
3 lisa rasa dingi, warna biru rasa panas,warna merah
4 sefty rasa dingin, warna biru rasa panas,warna merah
5 siti rasa dingin, warna biru rasa panas,warna merah

Pada amplas :

keterangan
no nama
amplas 1 amplas 2 amplas 3
1 ersabella Halus sedang kasar
2 isnani Halus sedang kasar
3 lisa Halus sedang kasar
4 sefty Halus sedang kasar
5 siti Halus sedang kasar

Hasil lokalisasi takti

tangan
no nama tangan tengkuk bibir
dalam
1 ersabella 1,76 7,4 5,9 3
2 isnani 2,4 2,7 4,3 0,8
3 lisa 4,74 2,1 3 0,32
4 sefty 7,48 7,06 3,8 0,44
5 siti 3,36 1,56 6,6 0,22

7. Daftar pustaka
Puji,yuni.2017.”Anatomi fisiologi”.Jakarta : Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai