Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN KONJUNGTIVITIS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
ABDURAHIM
ABIDAH
AGUSTINA
AINI
ALEX BUDIANTO
ANDRIAN TAUFIK
ANITA RATNAWATI
BINTARI ANTASARI

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH JAKARTA


FAKULTAS KEPERAWATAN
KELAS TRANSFER 2 B
2015/2016
1. Kata Kunci
a. Mata merah dan lengket
b. Berpurulen ( keluar kotoran )
c. Edema konjungtiva
d. Di latasi iris ( pembuluh darah melebar )

2. Pertanyaan Penting
a. Mengapa terjadi mata merah dan lengket?
b. Mengapa bisa terdapat cairan purulen?
c. Apa penyebab rasa terbakar pada mata?
d. Bagaimana edema konjungtiva bisa terjadi?

3. Jawaban Pertanyaan?
a. Mata merah dan lengket terjadi karena proses peradangan pada kornea,
konjungtiva atau peradangan di dalam mata
b. proses peradangan akan myebabkan pelebaran pembuluh darah, sehingga
terjadi pembengkakan, mata terasa pedih, berair, terasa mengganjal dan
disertai timbulnya kotoran mata alias secret dan purulen.
c. proses peradangan akan myebabkan pelebaran pembuluh darah, sehingga
terjadi pembengkakan, mata terasa pedih seperti terbakar
d. proses peradangan akan myebabkan pelebaran pembuluh darah, sehingga
terjadi pembengkakan atau edema .

4. Analisa Sintesa
DS :
 Klien mengatakan mata terasa gatal,
 Klien mengatakan ketika bangun pagi hari kelopak sulit untuk dibuka
karena kotoran mata lengket dan warnanya purulen
 Klien mengatakan mata terasa bengkak, pengeluaran airmata, gatal dan
terasa terbakar
 Klien mengeluh nyeri jika ditekan
DO :
 Di dapatkan dilatasi pada pembuluh darah,
 tampak mata merah
 tampak cairan purulen
 Tampak edema konjungtiva, dan kerusakan kecil pada epitel kornea
 Dx medis : konjungrivitis, dan sudah menjalar ke kornea
5. Tujuan pembelajaran
Setelah pembelajaran mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan system persepsi sensori penglihatan.

6. Journal
A. DEFINISI
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang
menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam
kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata
berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya
menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang
dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan (Effendi, 2008).

Konjungtivitis dapat mengenai pada usia bayi maupun dewasa.


Konjungtivitis pada bayi baru lahir, bisa mendapatkan infeksi gonokokus
pada konjungtiva dari ibunya ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap
bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak nitrat, povidin
iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri
yang bisa menyebabkan konjungtivitis gonokokal.

Pada usia dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis melalui hubungan


seksual (misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata).
Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam waktu 12
sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika
tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan
kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet,
suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik (Medicastore,
2009).

B. ANATOMI KONJUNGTIVA
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan
dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan
depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea).

C. ETIOLOGI
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :
1. Infeksi oleh virus atau bakteri.
2. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
3. Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet
dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
4. Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa
menyebabkan konjungtivitis (Anonim, 2009). Kadang konjungtivitis bisa
berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Konjungtivitis
semacam ini bisa disebabkan oleh:
Entropion atau ektropion.
a. Kelainan saluran air mata.
b. Kepekaan terhadap bahan kimia.
c. pemaparan oleh iritan.
d. Infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia) (Medicastore, 2009).
Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami
gejala alergi lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis
meliputi rumput, serbuk bunga, hewan dan debu (Effendi, 2008).
Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya
konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan
udara (seperti asap dan cairan fumigasi) (Effendi, 2008).
D. PATOGENESIS
Mekanisme pasti atau mekanisme bagaimana terbentuknya flikten masih
belum jelas. Secara histologis fliktenulosa mengandung limfosit, histiosit,
dan sel plasma. Leukosit PMN ditemukan pada lesi nekrotik. Bentuk
tersebut kelihatannya adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas tipe lambat
terhadap protein tuberkulin, Staphylococcuc aureus, Coccidioides immitis,
Chlamydia, acne rosacea, beberapa jenis parasit interstisial dan fungus
Candida albicans. Jarang kasusnya idiopatik (Alamsyah, 2007).

Keratitis flikten dapat berkembang secara primer dari kornea meskipun


seringkali biasanya menyebar ke kornea dari konjungtiva. Epitel yang
ditempati oleh flikten rusak, membentuk ulkus dangkal yang mungkin
hilang tanpa pembentukan jaringan parut (Alamsyah, 2007).

Flikten khas biasanya unilateral pada atau di dekat limbus, pada konjungtiva
bulbar atau kornea, dapat satu atau lebih, bulat, meninggi, abu-abu atau
kuning, hiperemis, terdapat nodul inflamasi dengan dikelilingi zona
hiperemik pembuluh darah. Flikten konjungtiva tidak menimbulkan jaringan
parut. Jaringan parut fibrovaskuler kornea bilateral limbus cenderung
membesar ke bawah daripada ke atas mungkin mengindikasikan flikten
sebelumnya. Flikten yang melibatkan kornea sering rekuren, dan migrasi
sentripetal lesi inflamasi mungkin berkembang. Kadangkala, beberapa
inflamasi menimbulkan penipisan kornea dan jarang menimbulkan perforasi
(Alamsyah, 2007).

E. TANDA DAN GEJALA


1. Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
2. Produksi air mata berlebihan (epifora).
3. Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah
akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel
konjungtiva bagian atas.
4. Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi
nonspesifik peradangan.
5. Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
6. Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).
7. Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah)
(Anonim, 2009).

F. GEJALA KONJUNGTIVITIS
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan
kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental
dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan
kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal,
terutama pada konjungtivitis karena alergi (Anonim, 2004).
Gejala lainnya adalah:
1. Mata berair.
2. Mata terasa nyeri.
3. Mata terasa gatal.
4. Pandangan kabur.
5. Peka terhadap cahayaf. terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika
bangun pada pagi hari (Anonim, 2004).

G. KOMPLIKASI
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa
menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan
menimbulkan
komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani
diantaranya:
1. Keratitis.
2. Bleparitis.
3. Trikiasis.
4. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus
kornea.
5. Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea
adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di
kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa
menjadi buta.
6. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik
dapat mengganggu penglihatan

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis
kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, penanggung jawab
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
a). Keluhan Utama :
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan
kemerahan disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar
terutama pada konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe.
b). Sifat Keluhan : Keluhan terus menerus; hal yang dapat
memperberat keluhan, nyeri daerah meradang menjalar ke daerah
mana, waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan
timbul.
c). Keluhan Yang Menyertai : Apakah pandangan menjadi kabur
terutama pada kasus Gonoblenorroe.
c. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat,
riwayat operasi mata.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis)
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk mencari karakter/tanda
konjungtivitis yang meliputi:
1) Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan
megurang ke arah limbus
2) Kemungkinan adanya sekret:
- Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang
menyebabkan kelopak mata lengket saat bangun tidur
- Berair/encer pada infeksi virus.
3) Edema konjungtiva
4) Blefarospasme
5) Lakrimasi
6) Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti beludru karena ada
edema dan infiltrasi)
7) Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva banyak, kemosis, dapat
ditemukan pseudo membrane pada infeksi pneumokok. Kadang
-kadang disertai perdarahan subkonjungtiva kecil – kecil baik di
konjungtiva palpebra maupun bulbi yang biasanya disebabkan
pneumokok atau virus
8) Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat pandangan
perifer klien karena jika terdapat sekret yang menempel pada
kornea dapat menimbulkan kemunduran visus/melihat halo.

2. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan


Diagnosa yang muncul pada kasus konjungtivitis antara lain:
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan peradangan
konjungtiva, edema.
b. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakitnya.
c. Resiko terjadinya penyebaran infeksi berhubungan dengan proses
peradangan.
d. Gangguan rasa nyaman: pruritus berhubungan dengan edema dan
iritasi konjungtiva
3. Intervensi dan Rasional Tindakan.
Diagnosa Rencana Keperawatan
No
Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1 Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat nyeri yang
nyaman : Nyeri tindakan keperawatan dialami oleh klien.
berhubungan selama 1 x 24 jam, Rasional: untuk
dengan diharapkan nyeri menentukan pilihan
peradangan berkurang. Dengan intervensi yang tepat.
konjungtiva, criteria hasil : 2. Ajarkan klien metode
edema  Nyeri berkurang atau distraksi selama nyeri,
terkontrol.\ seperti nafas dalam dan
 Skala nyeri 0-1 teratur.
 Pasien tampak ceria Rasional: Berguna
 Klien dapat dalam intervensi
beradaptasi dengan selanjutnya.
keadaan yang 3. Kompres tepi palpebra
sekarang. ( mata dalam keadaan
 Mengungkapkan tertutup ) dengan larutan
peningkatan salin selama kurang
kenyamanan di lebih 3 menit.
daerah mata. Rasional: melepaskan
 Berkurangnya lecet eksudat yang lengket
karena garukan. pada tepi palpebra.
 Penyembuhan area 4. Usap eksudat secara
mata yang telah perlahan dengan kapas
mengalami iritasi. yang sudah dibasahi
 Berkurangnya salin dan setiap
kemerahan. pengusap hanya dipakai
satu kali.
Rasional: membersihkan
palpebra dari eksudat
tanpa menimbulkan
nyeri dan meminimalkan
penyebaran
mikroorganisme.
5. Anjurkan klien
menggunakan kacamata
( gelap ).
Rasional: pada klien
fotobia, kacamata gelap
dapat menurunkan
cahaya yang masuk pada
mata sehingga
sensitivitas terhadap
cahaya menurun. Pada
konjungtivitis alergi,
kacamata dapat
mengurangi ekspose
terhadap allergen atau
mencegah iritasi
lingkungan.
6. Kolaborasi dalam
pemberian Antibiotik
dan analgesik.
Rasional: mempercepat
penyembuhan pada
konjungtivitis infekstif
dan mencegah infeksi
sekunder pada
konjungtivitis viral.
Tetes mata diberikan
pada siang hari dan salep
mata diberikan pada
malam hari untuk
mengurangi lengketnya
kelopak mata pada siang
hari.analgesik digunakan
untuk mengurangi nyeri.
2 Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat ansietas atau
berhubungan tindakan keperawatan kecemasan.
dengan selama 1x24 jam, Rasional: Bermanfaat
kurangnya diharapkan Ansietas dalam penentuan
pengetahuan teratasi dengan criteria intervensi yang tepat
tentang proses hasil : sesuai dengan kebutuhan
penyakitnya  Klien menyatakan klien.
pemahaman tentang 2. Beri penjelasan tentang
proses penyakitnya. proses penyakitnya.
 Klien dapat Rasional:Meningkatkan
menggambarkan pemahaman klien tentang
ansietas dan pola proses penyakitnya.
kopingnya. 3. Beri dukungan moril
 Menggunakan berupa doa terhadap
mekanisme koping pasien.
yang efektif. Rasional: Memberikan
perasaan tenang kepada
klien.
4. Dorong pasien untuk
mengakui masalah dan
mengekspresikan
perasaan.
Rasional: Memberikan
kesempatan untuk pasien
menerima situasi yang
nyata, mengklarifikasi
kesalahpahaman dan
pemecahan masalah.
5. Identifikasi sumber atau
orang yang menolong.
Rasional: Memberi
penelitian bahwa pasien
tidak sendiri dalam
menghadapi masalah.
3 Resiko Setelah dilakukan 1. Bersihkan kelopak mata
terjadinya tindakan keperawatan dari dalam ke arah luar.
penyebaran selama 3x24 jam, Rasional:Dengan
infeksi diharapkan Resiko membersihkan mata dan
berhubungan terjadinya penyebaran irigasi maka mata menjadi
dengan proses infeksi tertasi dengan bersih.
peradangan. criteria hasil : 2. Berikan antibiotika sesuai
 Penyebaran infeksi dosis dan umur.
tidak terjadi. Rasional : Pemberian
antibiotika diharapkan
penyebaran infeksi tidak
terjadi
3. Pertahankan tindakan
septik dan anseptik.
Rasional: Diharapkan
tidak terjadi penularan
baik dari pasien ke
perawat maupun dari
perawat ke pasien.
4. Beritahu klien mencegah
pertukaran sapu tangan,
handuk dan bantal dengan
anggota keluarga yang
lain. Klien sebaiknya
menggunakan tisu, bukan
saputangan dan tisu ini
harus dibuang setelah
pemakaian satu kali saja.
Rasional: Meminimalkan
risiko penyebaran infeksi.
5. Ingatkan klien untuk tidak
menggosok mata yang
sakit atau kontak
sembarangan dengan
mata.
Rasional: Menghindari
penyebaran infeksi pada
mata yang lain dan pada
orang lain.
6. Beritahu klien teknik cuci
tangan yang tepat.
Rasional: : menerapkan
prinsip higienis
7. Anjurkan klien untuk
mencuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan
pengobatan dan gunakan
saputangan atau handuk
bersih.
Rasional: : mencegah
infeksi
1) Kompres tepi palpebra
Gangguan rasa Setelah dilakukan
( mata dalam keadaan
4 nyaman:
tindakan keperawatan tertutup ) dengan larutan
pruritus
salin selama kurang lebih
berhubungan selama 3x24 jam,
3 menit
dengan edema
diharapkan Gangguan R/ melepaskan eksudat
dan iritasi
rasa nyaman: pruritus yang lengket pada tepi
konjungtiva
dengan criteria hasil : palpebra
2) Usap eksudat secara
 Klien dapat beradaptasi
perlahan dengan kapas
dengan keadaan yang yang sudah dibasahi salin
sekarang dan setiap pengusap
hanya dipakai satu kali.
 Mengungkapkan
R/ membersihkan
peningkatan
palpebra dari eksudat
kenyamanan di daerah
tanpa menimbulkan nyeri
mata.
dan meminimalkan
 Berkurangnya lecet penyebaran
karena garukan mikroorganisme
3) Beritahu klien agar tidak
 Penyembuhan area
menutup mata yang sakit
mata yang telah
R/  mata yang tertutup
mengalami iritasi
merupakan media yang
 Berkurangnya baik bagi pertumbuhan
kemerahan mikroorganisme
4) Anjurkan klien
menggunakan kacamata
( gelap )
R/ pada klien fotobia,
kacamata gelap dapat
menurunkan cahaya yang
masuk pada mata
sehingga sensitivitas
terhadap cahaya
menurun. Pada
konjungtivitis alergi,
kacamata dapat
mengurangi ekspose
terhadap allergen atau
mencegah iritasi
lingkungan
5) Anjurkan pada klien
wanita dengan
konjungtivitis alergi agar
menghindari atau
mengurangi penggunaan
tata rias hingga semua
gejala konjungtivitis
hilang. Bantu klien
mengidentifikasi sumber
alergen yang lain.
Tekankan pentingnya
kacamata pelindung bagi
klien yang bekerja
dengan bahan kimia iritan
R/mengurangi ekspose
alergen atau iritan
6) Kaji kemampuan klien
menggunakan obat mata
dan ajarkan lien cara
menggunakan obat mata
dan ajarkan klien cara
menggunakan obat tetes
mata atau salep mata
R/mengurangi resiko
kesalahan penggunaan
obat mata

7. Laporan Kasus

Tn.D (18 tahun) sudah 2 hari keluhan matanya tidak hilang yaitu mata merah.
Kering dan seperti kelilipan . ketika bangun tidur pagi hari kelopak mata sulit
dibuka karena kotoran mata lengket dan berwarna purulen. Gejala makin berat
terasa bengkak, pengeluaran air mata, gatal dan terasa terbakar sehingga dia
berobat kerumah sakit. Pada pemeriksaan didapatkan dilatasi iris/badungan
silier sehingga klien mengeluh sakit jika ditekan . dokter mendiagnosa
konjungtivitis dan sudah menjalar ke kornea. Perawat menganjurkan tidak
menggosok mata yang sakit dan kemudiam menyentuh mata yang sehat.
Pembersihan kelopak mata (kompres hangat) menghindari penyebaran ke
orang lain dan melakukan program pengobatan meliputi antibiotika sistemik
atau topical, antiinflamasi dan mengurangi nyeri.

WOC

Infeksi (bakteri,
virus)

Masuk mata melalui udara/


kontak langsung
Peradangan di konjungtiva

KONJUNGTIFITIS
Keluar kotoran Bengkak

Pembuluh darah
melebar Merangsang
Mata sulit di
sekresi air mata
buka
Pelebaran
pembuluh
darah Resiko
Perlengketan penyebara Jumlah air
tepian palpebra n infeksi ke
mata
Hyperemia orang lain
(mata Merah)
Gangguan Di tekan sakit
rasa nyaman:
pruritus Gatal Ansietas
Nyeri

BLEPARITIS
Panas terasa
Kornea Gangguan
terbakar
terluka rasa nyaman
nyeri

KERATITIS
Resiko terjadinya
penyebaran infeksi
1. Analisa Data
Data Masalah Etiologi
Data subjektif : Gangguan rasa Peradangan konjungtiva
 Klien mengatakan mata nyaman : nyeri
terasa bengkak,
pengeluaran air mat
 Klien mengeluh nyeri
jika ditekan
Data Objektif :
 Di dapatkan dilatasi pada
pembuluh darah,
 tampak mata merah
 Tampak edema
konjungtiva, dan
kerusakan kecil pada
epitel kornea

Data subjektif :
 Kliean mengatakan Resiko terjadinya proses peradangan.
bangun tidur pagi hari penyebaran infeksi
kelopak mata sulit
dibuka karena kotoran
mata lengket, keluar air
mata
 Klien mengatakan
matanya gatal dan
terasa terbakar

Data objektif :
 Terdapat purulen
 Air mata tampak lebih
banyak
 Saat di tekan mata terasa
panas
 Pembuluh darah iris
tampak lebih besar
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan Peradangan
konjungtiva
2. Resiko terjadinya penyebaran infeksi Berhubungan dengan proses
peradangan.

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Rencana Keperawatan


No
Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1 Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat nyeri yang
nyaman : Nyeri tindakan keperawatan dialami oleh klien.
berhubungan selama 3 x 24 jam, 2. Ajarkan klien metode
dengan diharapkan nyeri distraksi selama nyeri,
peradangan berkurang. Dengan seperti nafas dalam dan
konjungtiva, criteria hasil : teratur.
edema  Nyeri berkurang atau 3. Kompres tepi palpebra
terkontrol.\ ( mata dalam keadaan
 Skala nyeri 0-1 tertutup ) dengan larutan
 Pasien tampak ceria salin/ air hangat selama
 Klien dapat kurang lebih 3 menit.
beradaptasi dengan 4. Usap eksudat secara
keadaan yang perlahan dengan kapas
sekarang. yang sudah dibasahi salin
 Mengungkapkan dan setiap pengusap hanya
peningkatan dipakai satu kali.
kenyamanan di daerah 5. Anjurkan klien
mata. menggunakan kacamata
 Berkurangnya lecet ( gelap ).
karena garukan. 6. Kolaborasi dalam
 Penyembuhan area pemberian Antibiotik dan
mata yang telah analgesik.
mengalami iritasi.
 Berkurangnya
kemerahan.

2 Resiko Setelah dilakukan 1. Bersihkan kelopak mata


terjadinya tindakan keperawatan dari arah nasal kea rah
penyebaran selama 3x24 jam, temporal, bila
infeksi diharapkan Resiko membersirkan mata
berhubungan terjadinya penyebaran bagian atas klien di
dengan proses infeksi tertasi dengan sarankan untuk tutup
peradangan criteria hasil : mata dan jika
 Penyebaran infeksi membersihkan mata
tidak terjadi. bagian bawah klien
disarankan untuk melihat
ke atas yang jauh dengan
seklai usap.
2. Berikan antibiotika
sesuai dosis dan umur.
3. Pertahankan tindakan
septik dan anseptik.
4. Beritahu klien mencegah
pertukaran sapu tangan,
handuk dan bantal
dengan anggota keluarga
yang lain. Klien
sebaiknya menggunakan
tisu, bukan saputangan
dan tisu ini harus
dibuang setelah
pemakaian satu kali saja.
5. Ingatkan klien untuk
tidak menggosok mata
yang sakit atau kontak
sembarangan dengan
mata.
6. Beritahu klien teknik
cuci tangan yang tepat
dengan 5 langkah benar.
7. Anjurkan klien untuk
mencuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan
pengobatan dan gunakan
saputangan atau handuk
bersih.

PERTANYAAN SAAT DISKUSI

1. Apa saja penatalaksanaan konjungtivitis ? bagaimana mengetahui penyebab,


tanda dan gejala konjungtivitis ?
Jawab :
Penatalaksanaanya
adalah dengan kompres hangat jika masih bengkak, di bersihkan
kotorannya sesering mungkin,kolaborasi dengan pemberian obat dokter di
antaranya minum antibiotik dan analgetik ,dll.
Penyebabnya
Penyebabnya adalah bakteri ( debu dan kotoran ), virus ( imun / daya
tahan tubuh ).
Tanda dan gejalanya
1. Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
2. Produksi air mata berlebihan (epifora).
3. Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan
menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva
bagian atas.
4. Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi
nonspesifik peradangan.
5. Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
6. Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).
7. Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah) (Anonim,
2009).
8.Mata berair.
9. Mata terasa nyeri.
10. Mata terasa gatal.
11. Pandangan kabur.
12. Peka terhadap cahaya

2. Apa saja pemeriksaan fisiknya dan ada kesenjangan tidak antara jurnal dan
kasus ?
Jawab :
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk mencari karakter/tanda konjungtivitis yang
meliputi:
1) Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan
megurang ke arah limbus
2) Kemungkinan adanya sekret:
- Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang menyebabkan
kelopak mata lengket saat bangun tidur
- Berair/encer pada infeksi virus.
3) Edema konjungtiva
4) Blefarospasme
5) Lakrimasi
6) Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti beludru karena ada edema
dan infiltrasi)
7) Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva banyak, kemosis, dapat
ditemukan pseudo membrane pada infeksi pneumokok. Kadang -kadang
disertai perdarahan subkonjungtiva kecil – kecil baik di konjungtiva
palpebra maupun bulbi yang biasanya disebabkan pneumokok atau virus
8) Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer
klien karena jika terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat
menimbulkan kemunduran visus/melihat halo.

3. kompres hangat ?
Kompres hangat bisa dilakukan untuk meredakan beberapa gejala meski tidak
disarankan karena lingkungan yang lebih hangat dapat memacu pertumbuhan
bakteri. Lebih disarankan untuk kompres dengan steril dingin, tapi perlu
diingat bahwa saat mengompres mata harus menggunakan kompres yang
berbeda untuk setiap mata, untuk mencegah penyebaran infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Tamsuri, Anas. 2010. Buku Ajar Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta :
EGC
NANDA International. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.
NIC. 2012. Nursing Intervention Classification. Mosby: Elsevier.
NOC. 2012. Nursing Outcomes Classification. Mosby: Elsevie

Anda mungkin juga menyukai