Anda di halaman 1dari 23

Diklat Pengukuran Situasi Topografi

MEMPERSIAPKAN DAN
MELAKSANAKAN SARANA DAN
PRASARANA K3

Penyusun :
Suwardaya Aji

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN


BALAI BESAR PENGEM BANGAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN VOKASI
BIDANG OTOMOTIF DAN ELEKTRONIKA (BBPPMPV BOE)
Jl. Teluk Mandar Arjosari, Tromol Pos 5 Malang 65102
Telp. (0341) 491239, 495849 Fax. (0341) 491342
Autodesk Land Desktop E-mail : vedcmalang@vedcmalang.or.id W ebsite : www.vedcmalang.com 1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan materi
“Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3”.
Tujuan dari pembuatan materi ini agar peserta diklat dapat mudah untuk memahami
materi “Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3” yang disampaikan
pada proses belajar mengajar. Materi ini diambil dari dari salah satu bab pada modul
“Melakukan Tindakan Pekerjaan Perawatan Komponen-Komponen Bangunan Gedung”
INA. 56.422.22.01.05.05 yang pernah penyusu tulis. Dari materi ini ada sebagian yang
masih umum dan untuk penggunaan di pekerjaan geomatika perlu disesuaikan.
Dengan membaca dan menggunakan modul ini diharapkan dapat berguna dalam
penerapan K3 pekerjaan geomatika, serta menerapkan ilmu pengetahuan dan
mentransfernya kepada peserta didik lainnya. Akhir kata penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan modul ini.

Malang, 7 September 2020.


Penyusun.

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3


ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAM BAR v

MEMPERSIAPKAN DAN MELAKSANAKAN SARANA DAN PRASARANA K3 1


A. Pengetahuan yang diperlukan dalam mempersiapkan dan melaksanakan
sarana dan prasarana K3. 1
B. Lokasi pekerjaan telah siap. 8
C. Bahan, alat dan tenaga kerja tersedia. 9
D. Sarana dan prasarana K3 tersedia. 10

DAFTAR PUSTAKA 18

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3


iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Matriks resiko. ............................................................................................. 14


Tabel 2. Parameter keseringan................................................................................. 15
Tabel 3. Parameter keparahan. ................................................................................ 15
Tabel 4. Kategori resiko. ........................................................................................... 16
Tabel 5. Hierarki pengendalian resiko. ..................................................................... 17

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3


iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanda peringatan keselamatan kerja di proyek konstruksi. ...................1


Gambar 2. Penyebab kecelakaan menurut teori Domino Heinrich. .........................2
Gambar 3. Konsep piramida kecelakaan. ..................................................................3
Gambar 4. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). .........5
Gambar 5. Pemasangan jaring pengaman di lokasi pekerjaan. ...............................9
Gambar 6. Penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh pekerja proyek................. 10
Gambar 7. Diagram alir prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian
Resiko.......................................................................................................................... 13
Gambar 8. Form Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko. .......... 14
Gambar 12. Lima hierarki pengendalian resiko. ...................................................... 16

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3


v
MEMPERSIAPKAN DAN
1.

MELAKSANAKAN SARANA DAN


PRASARANA K3

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam mempersiapkan dan


melaksanakan sarana dan prasarana K3.
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan
sering kali tidak terduga dari semula pada suatu proses yang berkaitan dengan
pekerjaan yang dapat menimbulkan kerugian waktu, harta benda maupun korban
jiwa. Berdasarkan selang waktu akibatnya, kecelakaan terbagi menjadi dua yaitu
kecelakaan langsung dan kecelakaan tidak langsung. Kecelakaan langsung
merupakan kecelakaan yang akibatnya langsung tampak atau terasa , sedangkan
kecelakaan tidak langsung adalah kecelakaan yang akibatnya baru tampak
atau terasa setelah ada selang waktu dari saat kejadiannya.

Gambar 1. Tanda peringatan keselamatan kerja di proyek konstruksi.

Dalam teori Domino Heinrich yang menjelaskan terjadinya kecelakaan


kerja terdapat penyebab kecelakaan seperti tersusun layaknya kartu domino yang
didirikan. Penyebab dan dampak kecelakaan yaitu:
 Hereditas.
Hereditas mencakup latar belakang seseorang, seperti pengetahuan yang
kurang atau mencakup sifat seseorang, seperti keras kepala.

 Kesalahan manusia.
Kelalaian manusia meliputi, motivasi rendah, stres, konflik, masalah yang
berkaitan dengan fisik pekerja, keahlian yang tidak sesuai.

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 1


 Sikap dan kondisi tidak aman.
Sikap/ tindakan tidak aman, seperti kecerobohan, tidak mematuhi prosedur
kerja, tidak menggunakan alat pelindung diri (APD), tidak mematuhi rambu -
rambu di tempat kerja, tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai
pekerjaan dengan risiko tinggi, dan sebagainya.
Sedangkan, kondisi tidak aman, meliputi pencahayaan yang kurang, alat kerja
kurang layak pakai, tidak ada rambu-rambu keselamatan kerja, atau tidak
tersedianya APD yang lengkap.

 Kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja, seperti terpeleset, luka bakar, tertimpa benda di tempat kerja
terjadi karena adanya kontak dengan sumber bahaya.

 Dampak kerugian.
Dampak kerugian bisa berupa:
 Pekerja: cedera, cacat, atau meninggal dunia.
 Pengusaha: biaya langsung dan tidak langsung.
 Konsumen: ketersediaan produk.

Gambar 2. Penyebab kecelakaan menurut teori Domino Heinrich.

Untuk mencegah kecelakaan kerja adalah menghilangkan sikap dan


kondisi tidak aman (kartu ketiga). Sesuai dengan analogi efek domino, jika kartu

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 2


ketiga tidak ada, lalu seandainya kartu kesatu dan kedua jatuh, ini tidak akan
menyebabkan jatuhnya semua kartu. Adanya jarak dari kartu kedua dengan kartu
keempat, jika kartu kedua jatuh, ini tidak akan sampai meruntuhkan kartu
keempat. Pada akhirnya, kecelakaan (kartu keempat) dan dampak kerugian (kartu
kelima) dapat dicegah.
Konsep piramida kecelakaan menguatkan teori Domino Heinrich, tercatat
kontribusi terbesar penyebab kecelakaan kerja adalah berasal dari sikap dan
kondisi tidak aman.

Gambar 3. Konsep piramida kecelakaan.

Untuk mengurangi kecelakaan kerja dan risikonya bisa dilakukan


pencegahan dengan berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di tempat
kerja, antara lain:
 Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pengendalian bahaya di tempat
kerja:
 Pemantauan dan pengendalian kondisi tidak aman.
 Pemantauan dan pengendalian tindakan tidak aman.

 Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pembinaan dan pengawasan:


 Pelatihan dan pendidikan.
 Konseling dan konsultasi.
 Pengembangan sumber daya ataupun teknologi.

 Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui sistem manajemen:


 Prosedur dan aturan.
 Penyediaan sarana dan prasarana.
 Penghargaan dan sanksi.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah


segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 3
kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat dicapai melalui pengendalian
Lingkungan Kerja dan penerapan higiene sanitasi di tempat kerja.
Higiene adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan
kegiatannya kepada usaha kesehatan individu maupun usaha pribadi hidup
manusia. Higiene pada bidang proyek konstruksi mempunyai arti higiene di dalam
proyek konstruksi, yang dalam pelaksanaannya mengadakan penilaian kepada
faktor-faktor penyebab penyakit di dalam lingkungan kerja proyek konstruksi
melalui suatu pengukuran. Hasil pengukuran digunakan sebagai dasar tindakan
korektif pada lingkungan kerja dan disekitar tempat kegiatan kerja. Tindakan
korektif ini dapat berupa tindakan pencegahan, agar pekerja dan masyaraka t di
sekitar tempat kegiatan kerja terhindar dari bahaya-bahaya kesehatan akibat kerja.
Dimana pada pekerjaan konstruksi secara keseluruhan kondisi lingkungannya
selalu berinteraksi dengan kondisi teknik yang menyangkut sarana kerja dan
prasarana serta lingkungan tempat kerja.
Sanitasi adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatan
kepada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Kondisi tersebut pada bidang
proyek konstruksi terutama penyediaan air bersih dan air minum, perlindungan
makanan dari kontaminasi biologis dan kimia, tempat tinggal sementara yang
bersih dan sehat, serta pembuangan kotoran / limbah yang memadai. Dengan
sanitasi dapat membantu mencegah timbulnya penyakit dengan cara
pengendalian faktor-faktor lingkungan fisik yang berhubungan dengan rantai
penularan penyakit.
Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu pekerjaan dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya termasuk semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja tersebut. Tempat kerja diperlukan perencanaan dan persiapan
fasilitas untuk menghasilkan atau menciptakan lingkungan kerja yang efisien dan
meminimalkan risiko. Aspek penting pada tempat kerja yang perlu diperhatikan
dalam perencanaan mencakup akses dan lalu lintas rute, material dan
penyimpanannya, kantor dan pelayanannya, ruang kerja, pelayanan dan fasilitas,
pagar pembatas, dan bangunan-bangunan lainnya.
Pengertian sarana K3 adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat
untuk mencapai mencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Sebagai contoh: sarana K3 yaitu Alat Pelindung Diri (APD) atau bisa disebut
dengan Personal Protective Equipment (PPE) adalah seperangkat alat yang
digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya
terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya dan kecelakaan kerja.

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 4


Sedangkan pengertian prasarana K3 adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Prasarana K3 sebagai
contoh misalnya jaringan air bersih, rambu-rambu peringatan atau peralatan
sanitasi. Antara sarana dan prasarana tidak terlalu jauh berbeda, karena keduanya
saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Untuk membedakannya yaitu, sarana
lebih ditujukan kepada benda-benda yang bergerak, sedangkan prasarana lebih
ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan
suatu sistem pengaturan kebijakan-kebijakan perusahaan, khususnya dalam
bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Sistem tersebut berfungsi sebagai
kontrol bagi pelaksanaan kebijakan K3 yang diterapkan oleh perusahaan. Tujuan
dari SMK3 ini adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman, menurunkan
ataupun untuk menghilangkan angka kecelakaan kerja. Secara aspek teknis K3
adalah ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan ke dalam Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Gambar 4. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomer: Per.05/Men/1996, Pasal 3,


berbunyi setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100
orang atau lebih dan mengandung potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja, seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib
menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 5


Peran dan tanggung jawab penyedia jasa adalah:
 Memastikan terpenuhinya ketentuan K3 konstruksi.
 Konsultan perencana:
 Memastikan Detail Engineering Design (DED) memenuhi kaidah
keteknikan.
 Memastikan DED memperhitungkan aspek K3.
 Menyiapkan metode pelaksanaan pekerjaan yang aman dan selamat.
 Melakukan risk assessment awal terhadap pelaksanaan proyek.
 Kontraktor:
 Menyusun Rencana Mutu Kontrak/Program Mutu Pekerjaan/Quality
Plan.
 Melakukan risk assessment yang dituangkan dalam Rencana
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (RK3K).
 Bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja
 Menyusun pengawasan internal terkait pelaksanaan K3.
 Memastikan adanya unit kerja khusus yang menangani QHSE
(Quality, Health, Safety & Environment).
 Konsultan pengawas:
 Menyusun rencana pemeriksaan dan pengujian (Inspection and Test
Plan/ITP) serta memastikan dilaksanakan secara konsisten.
 Memastikan bahwa setiap pekerjaan hanya dilaksanakan ada
persetujuan dari konsultan pengawas.
 Memastikan RK3K telah dilaksanakan secara konsisten oleh
kontraktor dan sub kontraktor.

 Memastikan digunakannya tenaga kerja kompeten bersertifikat.


 Konsultan perencana:
 Memastikan agar seluruh tenaga ahli memiliki kompetensi dan
dibuktikan dengan sertifikat kompetensi.
 Kontraktor:
 Memastikan seluruh operator alat berat memiliki kompetensi yang
dibuktikan dengan Surat Izin Operator (SIO) yang masih berlaku.
 Memastikan seluruh tenaga kerja memiliki kompetensi dan dibuktikan
dengan sertifikat kompetensi.
 Memastikan jadwal pembagian shift pekerjaan tenaga kerja sesuai
dengan ketentuan perundangan ketenagakerjaan.
Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 6
 Memperhatikan kesejahteraan pekerja dan program perlindungan
pekerja.
 Konsultan pengawas:
 Memastikan agar seluruh tenaga ahli/terampil yang terlibat dalam
pengawasan memiliki kompetensi sesuai bidangnya dan dibuktikan
dengan sertifikat kompetensi.
 Menyusun rencana pemeriksaan dan pengujian (Inspection and Test
Plan/ITP) serta memastikan dilaksanakan secara konsisten.

 Memastikan digunakannya peralatan yang memenuhi standar kelaikan.


 Konsultan perencana:
 Memastikan desain dapat dilaksanakan di lapangan dengan
peralatan yang memenuhi standar kelaikan.
 Kontraktor:
 Memastikan setiap peralatan yang digunakan harus memenuhi
standardisasi, kalibrasi, dan masa layanan sebelum pelaksanaan
pekerjaan yang dibuktikandengan Sertifikat Izin Layak Operasi
(SILO) yang masih berlaku.
 Konsultan pengawas:
 Memastikan setiap pelaksanaan pekerjaan, digunakan peralatan
yang laik dan memenuhi standar kelaikan.

 Memastikan digunakannya material yang memenuhi standar mutu.


 Konsultan perencana:
 Memastikan desain yang dihasilkan mengacu pada standar perlatan
yang ada.
 Kontraktor:
 Memastikan material yang digunakan mengacu pada SNI atau
standar internasional yang (minimal) dipersyaratkan oleh pemilik
proyek.
 Konsultan pengawas:
 Melakukan review pada desain perencana bahwa material yang
digunakan sesuai dengan standar dan memastikan material yang
digunakan sesuai dengan yang dipersyaratkan.

 Memastikan digunakannya teknologi yang memenuhi standar kelaikan.


 Konsultan perencana:
 Menyiapkan metode pelaksanaan pekerjaan yang aman dan selamat.

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 7


 Kontraktor:
 Menyusun Rencana Mutu Kontrak/Program Mutu Pekerjaan/Quality
Plan.
 Konsultan pengawas:
 Memastikan teknologi yang diterapkan sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam kontrak.

 Memastikan igunakannya Standar Operasi dan Prosedur (SOP).


 Konsultan perencana:
 Memastikan SOP ditaati dalam melakukan proses perencaan.
 Kontraktor:
 Menyempurnakan metode dan SOP pelaksanaan pekerjaan serta
dilaksanakan secara konsisten.
 Konsultan pengawas:
 Hadir dan melakukan pengawasan selama pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, terutama untuk bagian pekerjaan yang berisiko tinggi
sesuai SOP.

B. Lokasi pekerjaan telah siap.


Untuk mewujudkan perawatan bangunan gedung yang dibutuhkan oleh
pemilik proyek dan yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam
batasan biaya dan waktu yang telah disepakati, serta dengan kualitas yang telah
disyaratkan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap awal ini adalah mempersiapkan
lokasi pekerjaan perawatan di lapangan dengan tahapan -tahapan pekerjaan
sebagai berikut ini:
 Pembersihan lokasi perawatan gedung yang sesuai dengan volume kontrak
seperti pemindahan barang yang mengganggu.
 Penentuan akses jalan orang, kendaraan, dan material.
 Penentuan penempatan pagar pembatas keliling, direksi keet, pos jaga, gudang
bahan, sumber air, sumber listrik/penempatan genset, area fabrikasi, tempat
pembuangan sementara sampah (disposal area), tempat parkir kendaraan,
tempat tinggal sementara pekerja, toilet untuk pekerja.
 Penentuan marking yang harus disesuaikan dengan gambar rencana.
 Pemindahan sementara instalasi utilitas yang mengganggu pekerjaan
perawatan gedung.
 Papan nama proyek akan dibuat dan dipasang pada awal pelaksanaan
kegiatan. Papan nama proyek berisi informasi mengenai cakupan kegiatan
yang akan dilaksanakan, antara lain: nama kegiatan, pekerjaan yan g harus
Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 8
dilaksanakan, biaya pekerjaan/ nilai kontrak, sumber dana, jangka waktu
pelaksanaan, nama penyedia jasa. Papan nama proyek dipasang pada lokasi
yang mudah dilihat oleh masyarakat, serta tidak mengganggu lalu lintas.

Gambar 5. Pemasangan jaring pengaman di lokasi pekerjaan.

Persiapan lokasi perlu dipertimbangkan dari:


 Lokasi dijauhkan dari vandalisme, tempat masuk ilegal, pembakaran yang
disengaja, dan peluang pedagang asongan.
 Sensitifitas komunitas sekitarnya terhadap ancaman kepada pekerja.
 Pertimbangan legal terhadap hak penggunaan jalan umum.
 Keterbatasan kekuatan material / konstruksi, sifat kerusakan dari konstruksi
yang akan dibongkar atau dilakukan perawatan.
 Konfigurasi ruang: geometri, terbuka, ataupun tertutup.
 Potensi pembongkaran secara selektif untuk mencapai ketersediaan maksimal.
 Bahaya dan resiko kesehatan dan keamanan bagi kontraktor dan pengguna
(kerusakan lantai, asbes).
 Penampakan kerusakan khusus yang memerlukan perlindungan dan retensi.
 Pola sirkulasi (orang, informasi, material, barang).

C. Bahan, alat dan tenaga kerja tersedia.


Pengadaan material bangunan pada proyek kontruksi memerlukan
pengelolaan yang baik untuk menunjang kelancaran pekerjaan. Pengadaan
material dan peralatan pada proyek konstruksi juga termasuk pengadaan material
dan peralatan untuk sarana dan prasarana K3. Pengadaan material dan peralatan
K3 bukan hanya pembeliannya saja, tetapi mempunyai lingkup yang lebih luas,
yaitu mulai dari identifikasi kebutuhan, penentuan spesifikasi, proses pembelian,
menjaga inventori, pemanfaatan, sampai pada pemeliharaan, dan penyimpanan
material dan peralatan K3 di lokasi proyek, termasuk menangani dokumen yang
diperlukan.

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 9


Gambar 6. Penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh pekerja proyek.

Dalam pengadaan material dan peralatan K3 oleh kontraktor yang dalam


hal ini ditangani oleh bagian Quality, Health, Safety and Environment (QHSE)
perlu meninjau untuk:
 Memastikan komponen pembiayaan mencukupi.
 Memastikan penggunaan material yang memenuhi standar mutu yang
dipersyaratkan.
 Memastikan setiap pekerjaan konstruksi telah memenuhi metode kerja yang
telah teruji.
 Memastikan peralatan pekerjaan telah memenuhi standar kelaikan alat.
 Meningkatkan kapasitas tenaga kerjanya dengan melaksanakan Bimbingan
Teknis SMK3 Konstruksi dan pelatihan yang terkait pekerjaan konstruksi.

D. Sarana dan prasarana K3 tersedia.


Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko K3
merupakan sebuah prosedur yang wajib disusun untuk memenuhi kriteria OHSAS
180001:2007 klausul 4.3.1. “Hazard Identification, Risk Assessment and
Determining Control”. Standar OHSAS 18001 : 2007 Occupational Health and
Safety Management Systems ialah standar internasional dalam atau untuk
membangun dan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dalam suatu organisasi (perusahaan) di tempat kerja.
Prosedur ini merupakan langkah awal dari perencanaan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di tempat kerja. Dari hasil
identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko K3 dapat ditentukan
langkah-langkah lanjutan yang diperlukan untuk membangun SMK3 di tempat
kerja.

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 10


Secara umum Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan
Pengendalian Resiko K3 meliputi hal sebagai berikut :
 Pengumpulan data:
 Denah/peta lokasi perusahaan.
 Kebijakan K3.
 Struktur organisasi perusahaan.
 Diagram alir proses.
 Prosedur, instruksi kerja serta peralatan yang digunakan.
 Komposisi tenaga kerja.
 Daftar fasilitas umum dan fasilitas penunjang operasional
perusahaan.
 Daftar mesin tenaga dan produksi.
 Daftar pesawat uap dan bejana tekan yang digunakan
 Daftar alat berat dan kendaraan operasional yang digunakan.
 Daftar bahan baku.
 Daftar produk.

 Daftar sampah, limbah dan emisi yang dihasilkan.


 Laporan insiden sebelumnya.
 Masukan/informasi dari tenaga kerja ataupun pihak ke-tiga di luar
perusahaan.
 Aktivitas keamanan, lalu-lintas, lingkungan dan situasi darurat.
 Perizinan, perundang-undangan dan kontrak dengan pihak ke-tiga.
 Daftar pihak lain yang beraktivitas di wilayah perusahaan.
 Perubahan manajemen.

 Melaksanakan observasi lapangan.


 Melaksanakan identifikasi bahaya berdasarkan lima faktor bahaya di tempat
kerja.
 Faktor Bahaya Biologi:
 Jamur.
 Virus.
 Bakteri.
 Tanaman.
 Binatang.
 Faktor Bahaya Kimia:
 Bahan/material/cairan/gas/debu/uap berbahaya.
 Beracun.
Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 11
 Reaktif.
 Radioaktif.
 Mudah meledak.
 Mudah terbakar/menyala.
 Iritan.
 Korosif.
 Faktor Bahaya Fisik/Mekanik:
 Ketinggian.
 Konstruksi (infrastruktur).
 Mesin/alat/kendaraan/alat berat.
 Ruangan terbatas (terkurung).
 Tekanan.
 Kebisingan.
 Suhu.
 Cahaya.
 Listrik.
 Getaran.
 Radiasi.
 Faktor Bahaya Biomekanik:
 Gerakan berulang.
 Postur/posisi kerja.
 Pengangkutan manual.
 Desain tempat kerja/alat/mesin.
 Faktor Bahaya Sosial-Psikologis:
 Stress.
 Kekerasan.
 Pelecehan.
 Pengucilan.
 Intimidasi.
 Emosi negatif.

Identifikasi Bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana penerapan K3


di lingkungan perusahaan dapat dijelaskan seperti diagram alir prosedur
Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko di halaman berikut ini.

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 12


Gambar 7. Diagram alir prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian
Resiko.

Identifikasi bahaya termasuk di dalamnya ialah identifikasi aspek dampak


lingkungan operasional perusahaan terhadap alam dan penduduk sekitar di
wilayah perusahaan menyangkut beberapa elemen seperti tanah, air, udara,
sumber daya energi serta sumber daya alam lainnya termasuk aspek flora dan
fauna di lingkungan perusahaan.

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 13


Gambar 8. Form Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko.

 Melaksanakan penilaian resiko berdasarkan matriks resiko.


Pengertian resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila
berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan suatu fungsi.

Tabel 1. Matriks resiko.

Penilaian Resiko merupakan hasil kali antara nilai frekuensi dengan nilai
keparahan suatu resiko. Untuk menentukan kategori suatu resiko apakah itu
rendah, sedang, tinggi ataupun ekstrim dapat menggunakan metode matriks
resiko seperti pada Tabel 1. Matriks resiko.

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 14


Tabel di bawah merupakan contoh parameter keseringan dari Tabel 1. Matriks
resiko:

Tabel 2. Parameter keseringan.

Tabel berikut ini merupakan contoh parameter keparahan dari Tabel 1.


Matriks resiko.

Tabel 3. Parameter keparahan.

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 15


Tabel di bawah merupakan representasi kategori resiko yang dihasilkan dari
penilaian matriks resiko.

Tabel 4. Kategori resiko.

 Menentukan pengendalian resiko berdasarkan 5 hierarki pengendalian


resiko/bahaya K3.
Resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian memerlukan
langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko/bahayanya menuju ke
titik yang aman.
Pengendalian Resiko/Bahaya dengan cara eliminasi memiliki tingkat
keefektifan, kehandalan dan proteksi tertinggi di antara pengendalian lainnya.
Pada urutan hierarki setelahnya, tingkat keefektifan, kehandalan dan pro teksi
menurun seperti diilustrasikan pada gambar di bawah.

Gambar 9. Lima hierarki pengendalian resiko.

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 16


Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki (dilakukan berurutan sampai
dengan tingkat resiko/bahaya berkurang menuju titik yang aman). Hierarki
pengendalian tersebut antara lain ialah eliminasi, substitusi, perancangan,
administrasi dan alat pelindung diri (APD) yang terdapat pada tabel di bawah :

Tabel 5. Hierarki pengendalian resiko.

 Melaporkan hasil identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko


kepada pimpinan perusahaan.

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 17


DAFTAR PUSTAKA

Brawijaya. 2018. Keselamatan Kerja Konstruksi. Jakarta. Direktorat Jenderal


Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Pelatihan Ahli K3 Konstruksi. Jakarta.

Hebbie Ilma Adzim, S.ST . 2014. Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian


Resiko dan Pengendalian Resiko K3.
sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com

Kementerian Ketenagakerjaan. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan


Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja .

Mempersiapkan dan Melaksanakan Sarana dan Prasarana K3 18

Anda mungkin juga menyukai