001
PEMBUKAAN
Bahwa sesungguhnya Persekutuan Pemuda Gereja Toraja adalah bagian integral
dari Gereja Toraja, yaitu gereja yang merupakan persekutuan orang-orang yang dipanggil dan
beriman kepada Yesus Kristus, dan mengaku bahwa Yesus Kristus Itulah Tuhan dan
Juruslamat, sebagaimana disaksikan dalam Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Persekutuan ini adalah kudus, am dan rasuli. Kudus karena dipanggil dan dipilih Tuhan
dari dalam dunia. Am karena merupakan wujud persekutuan keseluruhan umat Allah
sebagai satu tubuh, dan Kristus sebagai
kepalanya. Rasuli karena diutus ke dalam dunia untuk memberitakan Injil keselamatan kepada
semua ciptaan.
Bahwa sesungguhnya Persekutuan Pemuda Gereja Toraja adalah generasi masa kini
dan masa depan Gereja serta penerus cita-cita perjuangan bangsa. Persekutuan Pemuda
Gereja Toraja adalah warga gereja yang sadar dan bertanggungjawab akan tugas dan
panggilannya di tengah-tengah gereja, masyarakat dan alam semesta. Persekutuan Pemuda
Gereja Toraja melaksanakan panggilan persekutuan, pelayanan dan kesaksian sebagai
penampakan iman dan pengharapannya kepada Tuhan yang terwujud dalam kasih dan
pelayanan kepada sesama, tanpa sekat, tanpa batas dan tanpa pamrih. Persekutuan Pemuda
Gereja Toraja merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia yang
menjadikan Pancasila sebagai dasar bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Persekutuan
Pemuda Gereja Toraja mengakui bahwa gereja dan negara memiliki kewenangan masing-
masing namun keduanya merupakan mitra sejajar yang saling menghormati, saling
mengingatkan dan saling membantu.
ANGGARAN DASAR
Pasal 1
NAMA
Nama organisasi ini adalah Persekutuan Pemuda Gereja Toraja disingkat PPGT.
Pasal 2
WAKTU DAN KEDUDUKAN
1. PPGT didirikan pada tanggal 11 Desember 1962 untuk waktu yang tidak
ditentukan.
2. PPGT berkedudukan di tempat-tempat di mana Gereja Toraja ada.
3. Pengurus Pusat PPGT berkedudukan di tempat dimana Badan Pekerja Sinode
(BPS) Gereja Toraja berada.
Pasal 3
PENGAKUAN
PPGT mengaku bahwa Yesus Kristus itulah Tuhan dan Juruselamat dunia, Kepala
Gereja, sumber kebenaran dan hidup sesuai kesaksian Alkitab Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru, sebagaimana tercantum dalam Pengakuan Gereja Toraja.
Pasal 4
AZAS
Dalam terang pengakuan seperti tercantum pada pasal 3, maka dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara PPGT berazaskan Pancasila.
Pasal 5
TUJUAN
PPGT bertujuan mewujudkan warga gereja yang sadar dan bertanggungjawab
terhadap tugas dan panggilannya ditengah-tengah gereja, masyarakat dan alam
semesta.
Pasal 6
MISI
Untuk mewujudkan tujuan PPGT, maka Misi PPGT adalah bersekutu, bersaksi dan
melayani, yang dijabarkan dalam bentuk-bentuk pelayanan gerejawi.
Pasal 7
STATUS
PPGT adalah salah satu wadah pelayanan kelompok kategorial dalam Gereja Toraja
dengan status Organisasi Intra Gerejawi.
Pasal 8
BENTUK DAN SUSUNAN
1. PPGT mengikuti bentuk dan susunan Gereja Toraja.
2. Berdasarkan bentuknya, maka susunan PPGT terdiri atas Jemaat, Klasis dan
Pusat.
PP.001
Pasal 9
KEANGGOTAAN
1. Anggota PPGT adalah semua pemuda Gereja Toraja dan terbuka bagi pemuda
lainnya yang menerima Pengakuan dan Azas PPGT serta bersedia menjalankan
Tujuan dan Misi PPGT.
2. Anggota PPGT terdiri dari:
a. Anggota Biasa;
b. Anggota Luar Biasa.
3. Setiap anggota mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam membangun
persekutuan.
Pasal 10
ALAT KELENGKAPAN
ORGANISASI
1. Dalam menjalankan tugas dan panggilannya, PPGT menetapkan alat-alat
kelengkapan organisasi berupa:
a. Rapat Anggota dan Pengurus Jemaat;
b. Konperensi dan Pengurus Klasis;
c. Kongres, Rapat Pimpinan Pusat dan Pengurus Pusat.
2. Untuk mewujudkan kebersamaan dalam bersekutu, bersaksi dan melayani, setiap
anggota menyalurkan aspirasi pelayanan melalui Rapat Anggota, Konperensi,
Rapat Pimpinan Pusat dan Kongres.
Pasal 11
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
1. Dijiwai semangat persekutuan, maka keputusan sedapat-dapatnya diambil
berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
2. Jika musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, dilaksanakan pemungutan suara
dan keputusan diambil dengan suara terbanyak mutlak.
3. Pemungutan suara yang menyangkut orang dilakukan secara tertutup dan yang
tidak menyangkut orang dapat dilakukan secara terbuka.
4. Jika pemungutan sudah dilakukan dua kali tetapi masih tetap sama, maka
pimpinan sidang mengambil keputusan setelah mendapat nasihat dari penasihat
persidangan.
Pasal 12
HARTA MILIK
1. Harta milik PPGT adalah segala anugerah Tuhan berupa uang, surat berharga,
barang bergerak dan yang tidak bergerak, serta kekayaan intelektual yang
dipergunakan sepenuhnya untuk kepentingan organisasi dan masyarakat
banyak.
2. Harta milik PPGT diperoleh melalui :
a. Iuran anggota
b. Sumbangan anggota
c. Sumbangan yang tidak mengikat.
d. Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran dasar dan
Anggaran Rumah Tangga PPGT.
3. Semua harta milik PPGT adalah milik Gereja Toraja.
PP.001
Pasal 13
ATRIBUT
ORGANISASI
1. PPGT mempunyai atribut organisasi seperti lambang, bendera, Hymne, Mars dan
atribut lainnya.
2. Semua atribut organisasi ditetapkan oleh Kongres.
3. Pembuatan dan penggunaan atribut organisasi diatur dalam peraturan
tersendiri oleh Pengurus Pusat.
Pasal 14
HUBUNGAN OIKUMENIS DAN KEMITRAAN
1. PPGT memelihara dan mengembangkan hubungan oikumenis dengan
organisasi pemuda gereja-gereja lain.
2. Hubungan oikumenis dan kerja sama dilaksanakan dalam rangka mewujudkan
keesaan gereja sebagai Tubuh Kristus
3. PPGT juga memelihara dan membangun kemitraan dengan organisasi
kepemudaan dan lembaga-lembaga lain.
4. Hubungan kemitraan dan kerja sama dilaksanakan dalam rangka mewujudkan
pemberdayaan dan kesinambungan kader.
Pasal 15
PERUBAHAN
1. Perubahan terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat
dilakukan oleh Kongres yang dihadiri oleh 2/3 (dua per tiga) jumlah utusan
kongres.
2. Usulan perubahan terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dapat
dilakukan oleh Pengurus Jemaat kepada Pengurus Pusat melalui Pengurus Klasis.
3. Usul perubahan terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga oleh
Pengurus Klasis kepada Pengurus Pusat diajukan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
sebelum kongres.
Pasal 16
PERATURAN
PERALIHAN
1. PPGT hanya dapat dibubarkan oleh Kongres yang diadakan khusus untuk itu, dan
dihadiri oleh sekurang-kurangnya ¾ (tiga per empat) jumlah klasis, dan disetujui
oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari utusan yang hadir.
2. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini, diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga, Peraturan-peraturan Khusus, Keputusan Kongres,
Keputusan Rapat Pimpinan Sinodal, Keputusan Konperensi, dan Keputusan Rapat
Anggota sesuai dengan tugas dan wewenangnya masing-masing sejauh tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar PPGT
Pasal 17
PENUTUP
1. Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan selanjutnya
Badan Pekerja Sinode mengesahkannya dalam Rapat Kerja Gereja Toraja.
2. Dengan disahkannya Anggaran Dasar ini maka Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.
PP.001
Pasal 1
NAMA DAN WUJUD
1. PPGT mewujud dalam bentuk Jemaat, Klasis dan Pusat.
2. PPGT dalam wujud jemaat diberi nama dan ditulis dengan urutan sebagai berikut:
Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) Klasis ..., Jemaat ..., Alamat
...
3. PPGT dalam wujud klasis diberi nama dan ditulis dengan urutan sebagai
berikut: Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) Klasis ..., Alamat ...
4. PPGT dalam wujud sinode diberi nama dan ditulis dengan urutan sebagai berikut:
Pengurus Pusat, Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT), Alamat ...
Pasal 2
KEANGGOTAAN
Keanggotaan PPGT berdasarkan pasal 9 Anggaran Dasar terdiri atas:
1. Anggota Biasa yaitu semua anggota Gereja Toraja yang berumur 15-35 Tahun.
2. Anggota Luar Biasa yaitu mereka yang tidak termasuk dalam ayat 1, tetapi
menunjukkan kesetiaan dan loyalitas terhadap PPGT.
Pasal 3
ANGGOTA BIASA
1. Semua anggota Gereja Toraja yang berumur 15-35 tahun secara otomatis
menjadi Anggota Biasa PPGT.
2. Anggota Biasa mempunyai hak:
a. Mendapatkan semua bentuk pelayanan PPGT
b. Menyatakan pendapat baik lisan maupun tulisan
c. Dipilih dan Memilih untuk berbagai jabatan dalam pelayanan PPGT
d. Mendapatkan perlindungan dan pembelaan dalam hal-hal yang perlu,
benar dan adil dari PPGT
3. Anggota Biasa mempunyai kewajiban:
a. Secara sendiri-sendiri dan bersama-sama melaksanakan misi PPGT. b.
Secara sendiri-sendiri dan bersama-sama berperan aktif dalam
pembangunan jemaat, klasis dan sinode.
c. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik PPGT.
d. Melaksanakan, menegakkan dan mempertahankan konstitusi PPGT. e.
Menaati peraturan/keputusan organisasi.
f. Menjunjung tinggi disiplin organisasi.
g. Menjalankan tugas-tugas yang diberikan organisasi sebaik-baiknya.
Pasal 4
ANGGOTA LUAR
BIASA
1. Anggota Gereja Toraja yang berumur kurang dari 15 Tahun atau lebih dari 35
Tahun tetapi menunjukkan kesetiaan dan loyalitas terhadap PPGT disebut
Anggota Luar Biasa.
2. Pemuda lainnya yang tidak termasuk kategori dalam ayat 1 dapat disebut Anggota
Luar Biasa, dan dapat diangkat sebagai Anggota Biasa apabila bersedia menerima
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPGT.
PP.001
Pasal 5
BERAKHIRNYA
KEANGGOTAAN Keanggotaan berakhir karena :
1. Permintaan sendiri yang disampaikan secara tertulis.
2. Meninggal dunia
Pasal 6
PENGURUS JEMAAT
1. Pengurus Jemaat berkedudukan di tempat Badan Pekerja Majelis Jemaat
berada.
2. Jumlah dan susunan Pengurus Jemaat ditetapkan oleh Rapat Anggota.
3. Pengurus Jemaat dipilih oleh Rapat Anggota dengan sistem pemilihan langsung atau
formatur.
4. Masa bakti Pengurus Jemaat adalah 2 (dua) atau 3 (tiga) tahun dan sesudahnya dapat
dipilih kembali.
5. Fungsionaris Pengurus Jemaat sedapatnya adalah anggota biasa.
6. Pengurus Jemaat sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Seorang Ketua;
b. Seorang Sekretaris;
c. Seorang Bendahara;
d. Beberapa bidang/komisi sesuai dengan kebutuhan.
7. Pengurus Jemaat disahkan dan dilantik oleh Badan Pekerja Majelis Jemaat, dan
dihadiri oleh Pengurus Klasis.
8. Pengutusan Pengurus Jemaat dilaksanakan dalam Ibadah Jemaat.
9. Pengurus Jemaat bertanggungjawab secara organisatoris kepada anggota melalui
Rapat Anggota, dan bertanggungjawab sebagai pelayanan kelompok kategorial
kepada Badan Pekerja Majelis Jemaat.
10. Jika dibutuhkan, Pengurus Jemaat dapat membentuk Pengurus Tempat
Kebaktian atau Pengurus Cabang Kebaktian.
Pasal 7
RAPAT ANGGOTA
1. Rapat Anggota adalah wadah pengambilan keputusan tertinggi PPGT di
lingkup jemaat.
PP.001
Pasal 8
PENGURUS
KLASIS
1. Pengurus Klasis berkedudukan di tempat Badan Pekerja Klasis berada.
2. Jumlah dan susunan Pengurus Klasis ditetapkan oleh Konperensi.
3. Pengurus Klasis dipilih oleh Konperensi dengan sistem pemilihan langsung atau
formatur.
4. Masa bakti Pengurus Klasis adalah 2 (dua) atau 3 tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali.
5. Fungsionaris Pengurus Klasis adalah anggota biasa PPGT.
6. Pengurus Klasis sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Seorang Ketua
b. Seorang Sekretaris
c. Seorang Bendahara
d. Beberapa bidang/komisi sesuai dengan kebutuhan
7. Pengurus Klasis disahkan dan dilantik oleh Badan Pekerja Klasis.
8. Pengutusan Pengurus Klasis dilaksanakan dalam Ibadah Jemaat di salah satu
jemaat dalam lingkup klasis.
9. Pengurus Klasis bertanggung jawab secara organisatoris kepada Konperensi, dan
bertanggungjawab sebagai kelompok pelayanan kategorial kepada Badan Pekerja
Klasis.
PP.001
Pasal 9
KONPERENSI
1. Konperensi adalah wadah pengambilan keputusan tertinggi PPGT di lingkup
Klasis.
2. Konperensi dilaksanakan sekali dalam 2 (dua) atau 3(tiga) tahun.
3. Konperensi dinyatakan sah apabila dihadiri oleh 2/3 dari jumlah Jemaat.
4. Konperensi dipimpin oleh 3 (tiga) orang Pimpinan Sidang yang terdiri dari 1 (satu)
orang Ketua dan 2 (dua) orang Wakil Ketua, yang dipilih dari dan oleh utusan.
5. Sekretaris Pengurus Klasis secara otomatis menjadi Sekretaris Fungsional Sidang.
6. Sebelum terbentuknya Pimpinan Sidang, Konperensi dipimpin oleh 3 (tiga) orang
Pimpinan Sidang Sementara yang terdiri dari 2 orang Unsur Panitia dan 1 orang
Unsur Pengurus Pusat.
7. Dalam keadaan luar biasa, Konperensi dipimpin oleh Badan Pekerja Klasis
bersama Pengurus Pusat.
8. Konperensi bertugas:
a. Mengevaluasi perjalanan organisasi selama periode berlangsung. b.
Menilai Laporan Pengurus Klasis dalam melaksanakan Keputusan
Konperensi dan keputusan-keputusan lainnya yang lebih luas.
c. Menetapkan Garis-Garis Besar Program Pengembangan PPGT Klasis. d.
Membahas aspirasi-aspirasi yang berkembang dalam Klasis setempat. e.
Membahas keputusan-keputusan persidangan yang lebih luas.
f. Membahas usul-usul dan rekomendasi ke persidangan yang lebih luas. g.
Menetapkan Pengurus Klasis.
9. Konperensi dihadiri oleh:
a. Utusan Jemaat-jemaat b.
Pengurus Pusat
c. Badan Pekerja Klasis
d. Badan Verifikasi Klasis
e. Undangan yang ditentukan oleh Pengurus Klasis
10. Jumlah utusan ke Konperensi adalah 3 orang utusan setiap jemaat dan
beberapa utusan cadangan.
11. Tiap utusan wajib membawa surat kredensi.
Pasal 10
PENGURUS PUSAT
1. Pengurus Pusat adalah mandataris eksekutif tertinggi organisasi PPGT.
2. Pengurus Pusat berkedudukan di tempat Badan Pekerja Sinode berada.
3. Jumlah dan susunan Pengurus Pusat ditetapkan oleh Kongres.
4. Pengurus Pusat dipilih oleh Kongres dengan sistem pemilihan langsung atau
formatur.
5. Masa bakti Pengurus Pusat adalah 5 (lima) tahun.
6. Fungsionaris Pengurus Pusat tidak boleh menjabat jabatan yang sama lebih dari
2 (dua) periode.
7. Fungsionaris Pengurus Pusat adalah anggota biasa PPGT.
8. Pengurus Pusat sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Seorang Ketua Umum b.
Beberapa orang Ketua
PP.001
Pasal 11
RAPAT PIMPINAN PUSAT
1. Rapat Pimpinan pusat, atau disingkat RPP adalah rapat pimpinan tingkat pusat yang
dihadiri oleh Ketua-ketua Klasis dan Ketua-ketua Jemaat.
2. RPP diselenggarakan dan dipimpin oleh Pengurus Pusat.
3. RPP diadakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam periode kepengurusan jika
dipandang sangat perlu.
4. RPP dinyatakan kuorum mengambil keputusan apabila dihadiri ½ + 1 dari
jumlah klasis.
5. Jika Poin 4 tidak tercapai maka penentuan kuorum dilihat dari kehadiran klasis dan
jemaat. Jika jumlah klasis dan jemaat yang hadir sudah melebihi 100
orang, maka RPP dapat dilanjutkan dan kuorum mengambil keputusan.
6. Peserta RPP terdiri atas :
a. Pengurus Pusat
b. Ketua-ketua Pengurus Klasis.
c. Ketua-ketua Pengurus Jemaat. d.
Undangan Pengurus Pusat
7. Tugas dan wewenang RPP :
a. Mengevaluasi perjalanan organisasi dan kebijakan-kebijakan organisasi b.
Membahas persoalan-persoalan penting dan mendesak sehubungan
dengan Keputusan-keputusan sinodal yang berpengaruh terhadap
AD/ART
c. Membahas persoalan-persoalan penting dan mendesak secara lokal,
regional dan nasional.
d. Menetapkan Keputusan.
e. Keputusan RPP bersifat mengikat jajaran organisasi.
8. Apabila dianggap perlu, di lingkup Klasis dapat diadakan Rapat Pimpinan
Klasis.
Pasal 12
KONGRES
1. Kongres PPGT adalah wadah pengambilan keputusan tertinggi organisasi.
2. Kongres dilaksanakan sekali dalam 5 (lima) tahun.
3. Kongres dinyatakan sah apabila dihadiri oleh 2/3 dari jumlah Klasis.
PP.001
4. Kongres dipimpin oleh 5 (lima) orang Majelis Pimpinan Sidang yang dipilih dari dan
oleh utusan dengan komposisi 4 orang dari unsur utusan dan 1 orang dari unsur
Pengurus Pusat.
5. Sekretaris Pengurus Pusat secara otomatis menjadi Sekretaris Sidang.
6. Sebelum terbentuknya Pimpinan Sidang, Kongres dipimpin oleh 3 (tiga) orang
Pimpinan Sidang Sementara yang terdiri dari 1 (satu) orang Pengurus Pusat dan
2 (dua) orang Panitia.
7. Dalam keadaan luar biasa, Kongres dipimpin oleh Badan Pekerja Sinode
bersama Pengurus Pusat.
8. Kongres bertugas:
a. Mengevaluasi perjalanan organisasi selama satu periode;
b. Menilai Laporan Pengurus Pusat dalam melaksanakan Keputusan
Kongres dan keputusan-keputusan lainnya;
c. Menetapkan Garis-Garis Besar Program Pengembangan PPGT;
d. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPGT;
e. Membahas usul dan aspirasi yang muncul dari Klasis-klasis;
f. Membahas isu-isu global yang sedang hangat diperbincangkan;
g. Membahas keputusan-keputusan persidangan yang lebih luas;
h. Membahas usul-usul dan rekomendasi ke persidangan yang lebih luas;
i. Menetapkan Pengurus Pusat.
9. Kongres dihadiri oleh:
a. Utusan Klasis-klasis;
b. Badan Pekerja Sinode;
c. Badan Verifikasi Sinode;
d. Undangan yang jumlah dan jenisnya ditentukan oleh Pengurus Pusat.
10. Jumlah utusan ke Kongres diatur sebagai berikut:
a. Klasis dengan jumlah 7 (tujuh) jemaat mengutus 5 (lima) orang;
b. Setiap penambahan 3 (tiga) jemaat, utusan bertambah 1 (satu) orang;
c. Setiap Klasis mengutus maksimal 15 orang utusan;
d. Klasis dengan jumlah jemaat kurang dari 7 mengutus 3 orang utusan
11. Setiap utusan wajib membawa surat kredensi.
Pasal 13
PERGANTIAN ANTAR WAKTU
1. Pergantian antar waktu atau disingkat PAW merupakan kebijakan internal untuk
mengganti personil pengurus yang berhalangan tetap.
2. PAW terhadap Pengurus Pusat dilakukan oleh Rapat Pengurus Lengkap, Rapat
Kerja atau RPP, dan hasilnya diserahkan kepada Badan Pekerja Sinode untuk
perubahan SK Pengurus Pusat.
3. PAW terhadap Pengurus Klasis dilakukan oleh Rapat Pleno Pengurus Diperluas,
Rapat Kerja atau Rapat Pimpinan Klasis, dan hasilnya diserahkan kepada Badan
Pekerja Klasis untuk perubahan SK Pengurus Klasis.
4. PAW terhadap Pengurus Jemaat dilakukan oleh Rapat Pleno Pengurus Diperluas
atau Rapat Kerja, dan hasilnya diserahkan kepada Badan Pekerja Majelis Jemaat
untuk perubahan SK Pengurus Jemaat.
5. Hasil PAW dilaporkan dan dipertanggungjawabkan dalam Rapat Anggota,
Konperensi dan Kongres sesuai dengan jenjang masing-masing.
PP.001
Pasal 14
PERBENDAHARAAN
1. Anggota diwajibkan membayar Iuran Anggota menurut jumlah yang
ditetapkan oleh Rapat Anggota.
2. Pengurus Jemaat diwajibkan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga)
bulan menyerahkan sebagian Iuran Anggota kepada Pengurus Klasis dan Pengurus
Pusat, dengan prosentase 50 % untuk Pengurus Jemaat, 30 % untuk Pengurus Klasis
dan 20 % untuk Pengurus Pusat. Mekanisme penyerahan iuran anggota lebih lanjut
diatur oleh Pengurus Pusat dalam Peraturan Organisasi.
3. Persembahan anggota pada hari Dies Natalis PPGT setiap tahun diserahkan
seluruhnya kepada Pengurus Pusat.
Pasal 15
TINGKAT KEPUTUSAN
ORGANISASI
1. Organisasi ini mempunyai tingkat keputusan dengan urut-urutan dari yang
tertinggi sampai terendah sebagai berikut :
a. Tata Gereja Gereja Toraja b.
Anggaran Dasar
c. Anggaran Rumah Tangga
d. Keputusan Kongres
e. Keputusan Rapat Pimpinan Pusat (RPP)
f. Keputusan Pengurus Pusat
g. Keputusan Konperensi
h. Keputusan Pengurus Klasis
i. Keputusan Rapat Anggota
j. Keputusan Pengurus Jemaat
2. Keputusan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan keputusan yang lebih
tinggi.
Pasal 16
ATRIBUT
ORGANISASI
1. Logo PPGT adalah sebagai berikut:
Pasal 17
ATURAN TAMBAHAN
1. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur oleh
Keputusan Kongres, Keputusan Rapat Pimpinan Pusat, Keputusan PP, Keputusan
Konperensi Klasis, dan Keputusan Rapat Anggota, sejauh tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPGT.
2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPGT selanjutnya disahkan oleh
Rapat Kerja Badan Pekerja Sinode.
PP.001
MEMORI PENJELASAN
ANGGARAN DASAR PPGT
PEMBUKAA
N
Pembukaan terdiri atas 3 paragraf, dimana setiap paragraf diawali dengan kata Bahwa
sesungguhnya yang menyatakan deklarasi jati diri PPGT, sebuah deklarasi pemuda
Gereja Toraja. Paragraf pertama adalah deklarasi eklesiologis PPGT sebagai gereja yang
merupakan bagian integral dari Gereja Toraja, gereja yang dipanggil dan dipilih oleh Tuhan
sendiri. Panggilan dan pemilihan membawa PPGT sampai pada Pengakuan bahwa Yesus
Kristus itulah Tuhan dan Juruselamat. Paragraf kedua adalah deklarasi hakekat kedirian
PPGT, pemuda yang penuh pengharapan bahwa masa kini dan masa sekarang gereja, bangsa
bahkan dunia ada dalam genggamannya. Paragraf ketiga adalah deklarasi kesejarahan PPGT,
bahwa PPGT yang lahir 1962 itu adalah wadah pelayanan dan wadah kaderisasi pemuda
gereja Toraja, untuk menghasilkan kader siap utus ke semua dunia pelayanan.
Pembukaan AD/ART PPGT ini dibacakan pada acara-acara keorganisasian PPGT
diseluruh lingkup pelayanan, seperti Kongres, Konperensi, Rapat Anggota, Dies Natalis dan
kegiatan – kegiatan PPGT lainnya. Pembacaan Pembukaan AD/ART PPGT dilaksanakan
sesudah Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Mengheningkan Cipta dan Mars PPGT.
Pasal 1
Nama
Kata Persekutuan mengandung tiga pemaknaan yang merupakan satu kesatuan yang utuh,
yaitu persekutuan manusia dengan Tuhan, dengan sesama dan dengan alam semesta.
Pasal 2
Waktu dan kedudukan
1) PPGT didirikan pada tanggal 11 Desember 1962 berdasarkan Keputusan Kongres
I PPGT pada tanggal 21-29 Desember 1965 di Rantepao
2) Dimana Gereja Toraja ada yaitu penekanan pada Jemaat.
3) Telah Jelas
Pasal 3
Pengakuan
Telah Jelas
Pasal 4
Azas
Telah Jelas
PP.001
Pasal 5
Tujuan
Tujuan yang akan hendak dicapai adalah terwujudnya warga jemaat yang :
- Sadar dan Bertanggung jawab terhadap tugas dan panggilan di tengah-tengah
gereja;
- Sadar dan Bertanggung jawab terhadap tugas dan panggilan di tengah-tengah
masyarakat;
- Sadar dan Bertanggung jawab terhadap tugas dan panggilan di tengah-tengah alam
semesta.
Ketiganya harus berjalan sama dan seimbang, namun harus lahir dari kesadaran akan
pembaruan budi. Hanya budi sudah terbaharui yang akan mewujudkan tujuan ini secara
benar.
Pasal 6
Misi
Telah Jelas
Pasal 7
Status
Sesuai Keputusan Sidang Majelis Sinode XXIII nomor 15 KEP/SMS-XXIII/GT/VII/2011
tentang Peraturan-peraturan Gereja Toraja Pasal 14 poin 1 maka istilah Pelayanan
Kelompok Kategorial diganti menjadi Organisasi Intra Gerejawi.
Pasal 8
Bentuk dan Susunan
1. Telah Jelas
2. Pusat dalam arti sinodal
Pasal 9
Keanggotaan
1. Pemuda lainnya yaitu pemuda yang secara keanggotaan bukan anggota Gereja Toraja,
yang dengan sadar dan tanpa tekanan atau paksaan menerima AD/ART PPGT.
2. Pengertian Anggota Biasa dan Anggota Luar Biasa dijelaskan dalam ART pasal 2.
3. Semua Hak dan Kewajiban dijelaskan dalam ART pasal 3 dan pasal 4.
Pasal 10
Alat Kelengkapan Organisasi
1. Alat-alat kelengkapan organisasi yang dimaksud disini adalah forum pengambilan
keputusan yang mengikat serta badan pelaksana keputusan yang dihasilkan, dalam
hal ini pengurus. Penjelasan lebih lanjut diatur dalam ART Pasal 6 – 12. Pengaturan
tentang Rapat Kerja, Rapat Pengurus dan Rapat-rapat yang bersifat operasional diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi atau Tata Kerja yang dibuat oleh Pengurus
Pusat, Pengurus Klasis dan Pengurus Jemaat sesuai dengan konteks kebutuhan
pelayanan masing-masing lingkup.
2. Setiap anggota tanpa terkecuali dan tanpa pembatasan dapat menyampaikan aspirasi
pelayanan secara organisatoris melalui saluran-saluran yang ada di semua lingkup.
Pasal 11
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
1. Jelas
2. Jelas
3. Jelas
4. Jelas
Pasal 12
HARTA MILIK
1. Jelas
2. Jelas
3. Jelas
Pasal 13
ATRIBUT
ORGANISASI
1. Mars PPGT serta Hymne PPGT adalah pemenang Sayembara lagu Mars dan
Hymne PPGT atas usaha PP.PPGT.
2. Jelas
3. Jelas
Pasal 14
HUBUNGAN OIKUMENIS DAN KEMITRAAN
1. Jelas
2. Jelas
3. Lembaga lain yang dimaksud adalah OKP/lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
tidak bernuansa politik praktis
4. Jelas
Pasal 15
PERUBAHAN
1. Keputusan SSA tetap diikuti oleh PPGT tetapi dalam hal perubahan AD/ART
harus melalui kongres PPGT
2. Jelas
3. Jelas
Pasal 16
PERATURAN
PERALIHAN
1. Ketika PPGT dibubarkan oleh BPS, PPGT tetap berkongres
2. Jelas
Pasal 17
PENUTUP
MEMORI PENJELASAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 1
NAMA DAN WUJUD
Pasal 2
KEANGGOTAAN
Pasal 3
ANGGOTA BIASA
Pasal 4
ANGGOTA LUAR
BIASA
Pasal 5
BERAKHIRNYA
KEANGGOTAAN
1. Jelas
2. Jelas
Pasal 6
PENGURUS JEMAAT
1) Jelas
2) Jelas
3) Jelas
4) Masa bakti pengurus ditentukan oleh Rapat Anggota dengan memperhatikan konteks
dan kebutuhan jemaat setempat. Disadari juga bahwa Rapat Anggota adalah salah satu
wadah pembinaan dan pengkaderan anggota yang sangat strategis sekaligus wadah
penyaluran aspirasi anggota PPGT yang paling dasar, sehingga sedapat-dapatnya
Rapat Anggota menetapkan masa bakti 2 Tahun. Penetapan masa bakti 3 tahun hanya
diperuntukkan untuk konteks jemaat yang sungguh-sungguh amat membutuhkan.
5) Jelas
6) Jelas
7) Pelantikan dipahami sebagai penetapan, pembacaan dan penyerahan Surat Keputusan.
Untuk mendukung pembinaan dan kaderisasi diupayakan kerja sama dengan Badan
Pekerja Majelis Jemaat, dimana Pengurus Klasis dapat ditunjuk oleh BPMJ untuk
membacakan Surat Keputusan BPMJ sebelum pelantikan.
8) Pengutusan dipahami sebagai pembacaan formulir Gereja Toraja untuk itu serta
pengutusannya ke tengah-tengah jemaat. Pelantikan dan Pengutusan dapat
digabungkan atau dilakukan terpisah. Misalnya Pelantikan Pengurus Jemaat dapat
dilaksanakan pada Hari Sabtu yang dirangkaikan dengan serah terima kepengurusan
dari Pengurus Lama kepada Pengurus Baru sekaligus untuk membereskan semua
administrasi dan keuangan. Hal ini dilakukan untuk menghindari proses serah terima
yang hanya berjalan sekedar formalitas semata. Setelah semua proses serah terima
beres, maka pengutusan ke tengah-tengah jemaat dapat dilaksanakan keesokan harinya
dalam Ibadah Jemaat. Pengutusan Pengurus Jemaat tidak harus dihadiri Pengurus
Klasis.
Pasal 7
RAPAT ANGGOTA
1) Jelas
2) Sesuai dengan Keputusan Rapat Anggota sebelumnya
3) Jelas
4) Jelas
5) Dimaksudkan untuk menjamin adanya dokumentasi yang lengkap dan tertulis
selama Rapat Anggota. Dalam hal Sekretaris Sidang tidak dapat melanjutkan
tugasnya, Rapat Anggota dapat mengangkat Sekretaris Sidang yang baru.
6) Dalam hal Pengurus membentuk Panitia/Tim Rapat Anggota maka pimpinan sidang
sementara adalah Panitia/Tim Rapat Anggota, dalam pemahaman bahwa Panitia/Tim
adalah perpanjangan tangan Pengurus.
7) Keadaan luar biasa adalah keadaan dimana Pengurus tidak dapat menjalankan
roda kepengurusan sebagaimana mestinya, kondisi kepengurusan yang macet, masa
bakti kepengurusan yang melewati batas yang semestinya, dll.
8) Untuk point (c), GBPP Jemaat tetap berpedoman kepada GBPP PPGT Pusat.
9) Jelas
Pasal 8
PENGURUS
1) Jelas KLASIS
2) Jelas
3) Jelas
4) Masa bakti pengurus ditentukan oleh Konperensi dengan memperhatikan konteks dan
kebutuhan klasis setempat. Disadari juga bahwa Konperensi adalah salah satu wadah
pembinaan dan pengkaderan anggota yang sangat strategis sekaligus wadah penyaluran
aspirasi jemaat ke klasis, sehingga sedapat-dapatnya konperensi menetapkan masa
bakti 2 Tahun. Penetapan masa bakti 3 tahun hanya diperuntukkan untuk konteks
klasis yang sungguh-sungguh amat membutuhkan.
5) Jelas
6) Jelas
7) Pelantikan dipahami sebagai penetapan, pembacaan dan penyerahan Surat Keputusan.
Pelantikan Pengurus Klasis sedapatnya dihadiri oleh Pengurus Pusat PPGT. Dalam
hal PP.PPGT tidak dapat hadir, maka kehadirannya dapat diwakilkan kepada orang
yang diwakilkan berdasarkan Surat Tugas.
8) Pengutusan dipahami sebagai pembacaan formulir Gereja Toraja untuk itu serta
pengutusannya ke tengah-tengah jemaat. Pelantikan dan Pengutusan dapat
digabungkan atau dilakukan terpisah. Misalnya Pelantikan Pengurus Klasis dapat
dilaksanakan pada Hari Sabtu yang dirangkaikan dengan serah terima kepengurusan
dari Pengurus Lama kepada Pengurus Baru sekaligus untuk membereskan semua
administrasi dan keuangan. Hal ini dilakukan untuk menghindari proses serah terima
yang hanya berjalan sekedar formalitas semata. Setelah semua proses serah terima
beres, maka pengutusan ke tengah-tengah jemaat dapat dilaksanakan keesokan harinya
dalam Ibadah Jemaat. Pengutusan Pengurus Klasis tidak harus dihadiri Pengurus Pusat.
Pasal 9
KONPERENSI
1) Jelas
2) Sesuai dengan Keputusan Konperensi sebelumnya
3) Jelas
4) Jelas
5) Dimaksudkan untuk menjamin adanya dokumentasi yang lengkap dan tertulis
selama Konperensi. Dalam hal Sekretaris Sidang tidak dapat melanjutkan tugasnya,
Konperensi dapat mengangkat Sekretaris Sidang yang baru.
6) Panitia dipahami sebagai perpanjangan tangan Pengurus Klasis. Pengurus Pusat
menjadi Pimpinan Sidang dimaksudkan untuk mendekatkan Pengurus Pusat dengan
klasis, sebab dipahami bahwa setelah wilayah hilang, maka basis pembinaan adalah
klasis dan jemaat. Bila Pengurus Pusat berhalangan hadir maka Pengurus Pusat dapat
menunjuk salah seorang Pengurus Klasis untuk menggantikan. Keadaan luar biasa
adalah keadaan dimana Pengurus tidak dapat menjalankan roda kepengurusan
sebagaimana mestinya, kondisi kepengurusan
yang macet, masa bakti kepengurusan yang melewati batas yang semestinya, dll.
7) Untuk point (c), GBPP Klasis tetap berpedoman kepada GBPP PPGT Pusat. Point (f),
usulan perubahan AD/ART dariharus dikukuhkan dengan keputusan Konperensi.
8) Point (e) sedapatnya Pengurus Klasis mengundang OKP kepemudaan lainnya
serta dan OKP keagamaan pada saat pembukaan. Selain itu dalam rangka
kerjasama kaderisasi maka Pengurus GMKI, Pengurus GAMKI, Biro Pemuda
PGI/PGIW/POUK/Sekber dapat menjadi peserta peninjau dalam Konperensi.
9) Jelas
10) Kredensi ditandatangani oleh Pengurus Jemaat dan diketahui oleh Badan Pekerja
Majelis Jemaat.
Pasal 10
PENGURUS PUSAT
1) Jelas
2) Jelas
3) Jelas
4) Jelas
5) Jelas
6) Jelas
7) Jelas
8) Pengertian beberapa pada point (b), (d) dan (e) adalah dimungkinkan lebih dari satu
sesuai dengan kebutuhan. Pengertian beberapa pada poit (g) adalah dimungkinkan
membentuk komisi yang bersifat lokal sesuai dengan konteks dan medan pelayanan.
9) Jelas
10) Ibadah dalam lingkup sinode misalnya Ibadah Pembukaan Rapat Kerja, dan
Ibadah yang diadakan dalam rangka kegiatan sinodal lainnya.
11) Jelas
Pasal 11
RAPAT PIMPINAN PUSAT
1) Jelas
2) Jelas
3) Jelas
4) Jelas
5) Jelas
6) Jelas
7) Bila mana ada keputusan sinodal yang berpengaruh terhadap beberapa pasal dalam
AD/ART.
8) Jelas
Pasal 12
KONGRES
1) Jelas
2) Jelas
3) Jelas
4) Jelas
5) Dimaksudkan untuk menjamin adanya dokumentasi yang lengkap dan tertulis selama
Kongres. Dalam hal Sekretaris Sidang tidak dapat melanjutkan tugasnya, Kongres
dapat mengangkat Sekretaris Sidang yang baru.
6) Panitia dipahami sebagai perpanjangan tangan Pengurus.
7) Keadaan luar biasa adalah keadaan dimana Pengurus tidak dapat menjalankan roda
kepengurusan sebagaimana mestinya, kondisi kepengurusan yang macet, masa bakti
kepengurusan yang melewati batas yang semestinya, dll.
8) Jelas
9) Point (e) sedapatnya Pengurus Pusat mengundang OKP kepemudaan lainnya serta
dan OKP keagamaan pada saat pembukaan. Selain itu dalam rangka kerjasama
kaderisasi maka Pengurus GMKI, Pengurus GAMKI, Biro Pemuda
PGI/PGIW/POUK/Sekber, YMCA, dll dapat menjadi peserta peninjau dalam
Kongres.
10) Jelas
11) Kredensi ditandatangani oleh Pengurus Klasis dan diketahui oleh Badan Pekerja
Klasis.
Pasal 13
PERGANTIAN ANTAR WAKTU
Jelas
Pasal 14
PERBENDAHARAAN
jelas
Pasal 15
TINGKAT KEPUTUSAN
ORGANISASI Jelas
Pasal 16
ATRIBUT
ORGANISASI
Logo disesuaikan dengan logo Gereja Toraja
Pasal 17
ATURAN TAMBAHAN
Jelas
PERATURAN ORGANISASI PERSEKUTUAN
PEMUDA GEREJA TORAJA
2014
BAB I KETENTUAN
UMUM
1. Peraturan Organisasi PPGT, selanjutnya disebut PO adalah suatu peraturan yang mengatur serta mengikat semua anggota dan alat
kelengkapan organisasi termasuk mekanisme kerja yang belum diatur secara teknis dalam Anggaran Dasar Anggaran Rumah
Tangga PPGT dan Keputusan Kongres.
2. Fungsi PO adalah untuk memberikan keseragaman interpretasi terhadap konstitusi dasar organisasi agar terwujud kebersamaan
dalam tindakan dan pelayanan di semua lingkup pelayanan PPGT.
3. Dalam PO ini, yang dimaksud dengan :
a. PP adalah Pengurus Pusat PPGT
b. PK adalah Pengurus Klasis PPGT
c. PJ adalah Pengurus Jemaat PPGT
d. BPS adalah Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja
e. BVS adalah badan Verifikasi Sinode Gereja Toraja
f. BPK adalah Badan Pekerja Klasis
g. BVK adalah Badan Verifikasi Klasis
h. BPM adalah Badan Pekerja Majelis
i. BVJ adalah Badan Verifikasi Jemaat
BAB II ATRIBUT
ORGANISASI Pasal 1
Logo PPGT
Pasal 2
Stempel
1. Stempel pengurus pada semua lingkup adalah logo yang diberi keterangan pemilik stempel tersebut. Misalnya Pengurus Pusat,
Pengurus Klasis Buakayu, Pengurus Jemaat Seriti, dll.
2. Tulisan keterangan pemilik stempel dapat ditempatkan dimana saja dengan ketentuan tidak mengubah kontur dasar logo dan
tetap memperhatikan unsur seni dan estetika.
3. Jumlah lingkaran pada stempel tetap mengacu pada logo yaitu 2 lingkaran saja.
4. Ukuran stempel adalah diameter 2,5 cm untuk PP, diameter 3 cm untuk PK dan diameter 3,5 cm untuk PJ.
5. Contoh Stempel :
Diameter : 3.5 cm
Diameter : 3.0 cm
Diameter : 2.5 cm
Pasal 3
Bendera
1. Bendera untuk kegiatan rapat dan persidangan, harus menggunakan warna dasar biru benhur, sedangkan untuk kegiatan lainnya
dapat menggunakan semua warna dasar logo, yaitu biru benhur, hitam, putih, hijau muda dan kuning perak.
2. Ukurannya tidak boleh lebih besar jika disandingkan dengan Bendera Merah Putih
3. Gambar pada bendera adalah logo PPGT bukan stempel.
4. Dibawah logo dapat ditulis identitas, misalnya :
a. Jemaat Rantepao untuk lingkup Jemaat.
b. Klasis Makassar untuk lingkup Klasis
c. PPGT untuk lingkup Pusat
5. Contoh Bendera:
Pasal 4
Pakaian
1. Pakaian formal yang digunakan oleh Pengurus pada kegiatan Kongres, Konperensi dan Rapat Anggota atau pada saat menghadiri
kegiatan formal/undangan organisasi lain adalah jas warna biru atau kemeja dengan warna dominan biru benhur.
2. Pakaian lainnya (non Jas/Kemeja) dapat menggunakan semua warna dasar pada logo PPGT atau campuran warna-warna itu.
Pasal 5
Aksesori
Pengurus dapat mengembangkan sejumlah aksesori PPGT dengan ketentuan tidak melakukan modifikasi pada logo PPGT.
BAB III
PERSIDANGAN
Pasal 6
Rapat Anggota
1. PJ mempersiapkan Rapat Anggota dengan tahapan sebagai berikut :
a) Membentuk Panitia Pengarah yang bertugas mempersiapkan rancangan-rancangan materi persidangan serta persiapan-
persiapan pembentukan Panitia. Untuk konteks jemaat tertentu, Panitia Pengarah adalah Pengurus Klasis dan BPK. Tema
Rapat Anggota adalah tema Kongres terbaru dengan sub tema ditentukan sesuai konteks jemaat.
b) Mengadakan koordinasi dengan BPM untuk membentuk dan melantik Panitia Rapat Anggota.
c) Menyusun dan memperbanyak Laporan Pertanggungjawaban, serta menyelesaikan semua proses verifikasi laporan
keuangan dari Badan Verifikasi Jemaat.
d) Menyampaikan waktu pelaksanaan Rapat Anggota melalui Pengumuman Jemaat 3 minggu berturut-turut dan didoakan
dalam setiap ibadah.
e) Menyampaikan undangan kepada semua anggota PPGT tanpa kecuali.
f) Menyampaikan undangan kepada pengurus klasis.
g) Membuka Rapat Anggota
h) Memimpin Pemilihan Pimpinan Sidang berdasarkan mekanisme pemilihan pimpinan sidang yang ditetapkan Tata Tertib.
i) Mengawal Rapat Anggota sampai tuntas, termasuk menerbitkan Keputusan Rapat Anggota dan Notulen Rapat Anggota.
j) Mempersiapkan dan melaksanakan serah terima kepengurusan, termasuk inventaris dan keuangan.
2. Dalam hal PJ tidak dapat mengadakan Rapat Anggota sesuai konstitusi, maka BPM bersama PK dapat berkoordinasi
mempersiapkan pelaksanaan Rapat Anggota.
3. Penentuan quorum Rapat Anggota diatur lebih lanjut dalam Tata Tertib Rapat Anggota.
4. Dalam rangka mendukung program integrasi dengan jemaat maka Rapat Anggota sedapatnya dilaksanakan selambat-lambatnya
Bulan NOPEMBER pada tahun terakhir periode kepengurusan.
5. PK berkewajiban menyampaikan persuratan perihal pelaksanaan Rapat Anggota kepada semua jemaat yang akan melaksanakan
Rapat Anggota mendahului pelaksanaan Rapat Kerja pengurus jemaat pada tahun berjalan.
6. Panitia Pelaksana bertanggung jawab membuat Himpunan Keputusan Rapat Anggota serta Notulen Rapat Anggota yang
merupakan rekaman hasil pembahasan dari keputusan-keputusan yang ditetapkan selama Rapat Anggota. Notulen dasar harus
dalam bentuk tertulis, dan jika keadaan memungkinkan dapat disiapakan notulen sekunder dalam bentuk rekaman digital.
7. Keputusan Rapat Anggota ditembuskan kepada PK untuk ditabulasi, dan selanjutnya disampaikan kepada PP untuk dokumen
arsip kepengurusan.
Pasal 7
Serah Terima Pengurus Jemaat
1. Serah terima kepengurusan hanya dapat dilaksanakan jika telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Dihadiri oleh Pengurus Demissioner sebagai Pihak Pertama dan Pengurus Terpilih sebagai Pihak Kedua.
b. Disertai naskah Serah Terima
c. Telah dilaksanakan peninjauan bukti fisik atas daftar Inventaris yang dimiliki.
d. Disertai penyerahan secara fisik atas kekayaan organisasi yang sudah diverifikasi oleh Badan Verifikasi Jemaat.
2. Naskah serah terima ditandatangani oleh Pengurus Demissioner sebagai Pihak I, Pengurus Terpilih sebagai Pihak II dan Saksi dari
unsur BPM dan Pengurus Klasis.
3. Serah terima dilakukan selambat-lambatnya 1 bulan setelah Rapat Anggota.
4. PK wajib berkomunikasi dengan BPM setempat jika batas waktu serah terima yang ditentukan sudah lewat.
5. Contoh Format Naskah Serah Terima dapat dilihat dalam lampiran.
Pasal 8
Jemaat Hasil Pemekaran
1. Rapat Anggota untuk jemaat hasil pemekaran dapat dilaksanakan setelah BPM terbentuk.
2. Jika BPM sudah terbentuk, maka Pengurus Jemaat mengadakan Rapat Anggota dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Mengadakan Rapat Koordinasi dengan semua BPM Jemaat hasil pemekaran dan Pengurus Klasis untuk mempersiapkan
pelaksanaan Rapat Anggota.
b. Mengundang semua anggota PPGT tanpa terkecuali untuk menghadiri Rapat Anggota, sekalipun masa periode belum selesai.
c. Menyampaikan undangan kepada pengurus klasis dan penasihat.
d. Membuka Rapat Anggota.
e. Memimpin Pemilihan Pimpinan Sidang berdasarkan mekanisme pemilihan pimpinan sidang yang ditetapkan Tata Tertib.
f. Mengawal Rapat Anggota sampai tuntas, termasuk menerbitkan Keputusan Rapat Anggota dan Notulen Rapat Anggota yang
akan menjadi pegangan bagi semua jemaat yang mekar.
g. Menyampaikan hasil Rapat Anggota secara tertulis kepada BPM jemaat-jemaat hasil pemekaran.
h. Mendampingi pelaksanaan pengutusan dan pelantikan pengurus di masing-masing jemaat yang mekar.
3. Pada saat agenda pemilihan pengurus, maka diadakan pemilihan KSB pengurus untuk masing-masing jemaat yang mekar
berdasarkan tata cara pemilihan yang sudah disepakati bersama.
4. Jika pemilihan KSB tidak memungkinkan dilakukan, maka RA dapat menunjuk pelaksana tugas (caretaker) setelah berkonsultasi
dengan penasihat.
5. Caretaker terdiri dari beberapa orang yang memahami PIGT, TGGT, AD-ART dan PO PPGT.
6. Caretaker bertugas mempersiapkan dan melaksanakan RA yang pertama untuk memilih PJ, selambat-lambatnya satu tahun
setelah ditunjuk.
7. Rapat Anggota harus membahas pengaturan barang inventaris dan keuangan dengan penuh kasih persaudaraan.
8. Keputusan Rapat Anggota ditembuskan kepada Pengurus Klasis untuk ditabulasi, dan selanjutnya disampaikan kepada Pengurus
Pusat untuk digitalisasi arsip kepengurusan.
Pasal 9
Jemaat Hasil Pendewasaan
1. Rapat Anggota untuk jemaat hasil pendewasaan dari cabang kebaktian dapat dilaksanakan setelah BPM terbentuk.
2. Jika BPM sudah terbentuk, maka Pengurus Cabang Kebaktian otomatis menjadi Pengurus Jemaat secara ad interim dengan
tugas utama membenahi semua perangkat dan pranata sebagaimana layaknya sebuah jemaat.
3. Selanjutnya pengurus jemaat ad interim tersebut mengadakan Rapat Anggota dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Mengadakan Rapat Koordinasi dengan semua BPM dan Pengurus Klasis untuk mempersiapkan pelaksanaan Rapat Anggota
selambat-lambatnya satu tahun setelah didewasakan.
b. Mengundang semua anggota PPGT tanpa terkecuali untuk menghadiri Rapat Anggota.
c. Menyampaikan undangan kepada pengurus klasis dan penasihat.
d. Membuka Rapat Anggota.
e. Memimpin Pemilihan Pimpinan Sidang berdasarkan mekanisme pemilihan pimpinan sidang yang ditetapkan Tata Tertib.
f. Mengawal Rapat Anggota sampai tuntas, termasuk menerbitkan Keputusan Rapat Anggota dan Notulen Rapat Anggota
yang akan menjadi pegangan bagi pengurus terpilih.
g. Menyampaikan hasil Rapat Anggota secara tertulis kepada BPM.
4. Keputusan Rapat Anggota ditembuskan kepada Pengurus Klasis untuk ditabulasi, dan selanjutnya disampaikan kepada Pengurus
Pusat untuk digitalisasi arsip kepengurusan.
Pasal 10
Konperensi
1. PK bertugas mempersiapkan Konperensi dengan tahapan sebagai berikut :
a) Membentuk Panitia Pengarah yang bertugas mempersiapkan rancangan Penjabaran GBPP PPGT dalam GBPP Klasis, dan
materi lain yang dianggap perlu selambat-lambatnya 9 bulan sebelum Konperensi. Dalam rangka sinkroniasi GBPP maka PP
menjadi salah satu anggota Panitia Pengarah.
b) Mengadakan koordinasi dengan Jemaat Penghimpun untuk Membentuk dan Melantik Panitia Konperensi.
c) Memohon BPK untuk mengutus Panitia Pelaksana dalam suatu ibadah Jemaat.
d) Menyampaikan waktu pelaksanaan Konperensi, batas waktu penyampaian usul-usul selambat-lambatnya empat bulan
sebelum Konperensi.
e) Menetapkan jumlah utusan Jemaat yang akan menghadiri Konperensi.
f) Mempersiapkan Laporan PK.
g) Memanggil jemaat-jemaat untuk menghadiri Konperensi selambat-lambatnya dua bulan sebelum Konperensi.
h) Menetapkan dan mengundang peserta peninjau.
i) Membuka Persidangan Konperensi.
2. Tema Konperensi adalah tema Kongres terbaru dengan sub tema ditentukan sesuai konteks klasis.
3. Dalam hal Jemaat Penghimpun tidak dapat menjalankan tugasnya, maka PK dapat menunjuk Jemaat Penghimpun Cadangan atau
membentuk Panitia yang langsung dikoordinir oleh PK setelah berkoordinasi dengan BPK.
4. Dalam rangka mendukung program integrasi dengan BPK maka Konperensi dilaksanakan selambat-lambatnya Bulan OKTOBER
pada tahun terakhir periode kepengurusan.
5. Panitia Pelaksana bertanggung jawab membuat Himpunan Keputusan Konperensi serta Notulen Konperensi yang merupakan
rekaman hasil pembahasan dari keputusan-keputusan yang ditetapkan selama Konperensi. Notulen dasar harus dalam bentuk
tertulis, dan jika keadaan memungkinkan dapat disiapkan notulen sekunder dalam bentuk rekaman digital.
6. Keputusan konperensi ditembuskan kepada Pengurus Pusat untuk digitalisasi arsip kepengurusan.
Pasal 11
Klasis Hasil Pemekaran
1. Konperensi untuk klasis hasil pemekaran dapat dilaksanakan setelah BPK terbentuk.
2. Jika BPK sudah terbentuk, maka Pengurus Klasis mengadakan Konperensi dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Mengadakan Rapat Koordinasi dengan semua BPK hasil pemekaran dan Pengurus Pusat untuk mempersiapkan pelaksanaan
konperensi.
b. Mengundang semua jemaat untuk menghadiri Konperensi, sekalipun masa periode belum selesai.
c. Menyampaikan undangan kepada Pengurus Pusat dan penasihat.
d. Membuka persidangan konperensi.
e. Memimpin Pemilihan Pimpinan Sidang berdasarkan mekanisme pemilihan pimpinan sidang yang ditetapkan Tata Tertib.
f. Mengawal Konperensi sampai tuntas, termasuk menerbitkan Keputusan Konperensi dan Notulen konperensi yang akan
menjadi pegangan bagi semua klasis hasil pemekaran.
g. Menyampaikan hasil Konperensi secara tertulis kepada BPK hasil pemekaran.
h. Mendampingi pelaksanaan pengutusan dan pelantikan pengurus di masing-masing klasis yang mekar.
3. Pada saat agenda pemilihan pengurus, maka diadakan pemilihan KSB pengurus untuk masing-masing klasis yang mekar
berdasarkan tata cara pemilihan yang sudah disepakati bersama.
4. Jika pemilihan KSB tidak memungkinkan dilakukan, maka Konperensi dapat menunjuk pelaksana tugas (caretaker ) setelah
berkonsultasi dengan penasihat.
5. Caretaker terdiri dari beberapa orang yang memahami PIGT, TGGT, AD-ART dan PO PPGT.
6. Caretaker bertugas mempersiapkan Konperensi yang pertama untuk memilih Pengurus Klasis selambat-lambatnya satu tahun
setelah ditunjuk.
7. Konperensi harus membahas pengaturan barang inventaris dan keuangan dengan penuh kasih persaudaraan.
8. Keputusan konperensi ditembuskan kepada Pengurus Klasis untuk digitalisasi arsip kepengurusan.
Pasal 12
Serah Terima Pengurus Klasis
1. Serah terima kepengurusan hanya dapat dilaksanakan jika telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Dihadiri oleh Pengurus Demissioner sebagai Pihak Pertama dan Pengurus Terpilih sebagai Pihak Kedua.
b. Disertai naskah Serah Terima
c. Telah dilaksanakan peninjauan bukti fisik atas daftar Inventaris yang dimiliki.
d. Disertai penyerahan secara fisik atas kekayaan organisasi yang sudah diverifikasi oleh Badan Verifikasi Klasis.
2. Naskah serah terima ditandatangani oleh Pengurus Demissioner sebagai Pihak I, Pengurus Terpilih sebagai Pihak II dan Saksi dari
unsur BPK.
3. Serah terima dilakukan selambat-lambatnya 1 bulan setelah Konperensi.
4. PP wajib berkomunikasi dengan BPK setempat jika batas waktu serah terima yang ditentukan sudah lewat.
5. Contoh Format Naskah Serah Terima dapat dilihat dalam lampiran.
Pasal 13
Kongres
1. Pengurus Pusat Bertugas mempersiapkan Kongres dengan tahapan sebagai berikut :
a) Membentuk Panitia Pengarah yang bertugas mempersiapkan Tema dan Subtema dan rancangan-rancangan materi
persidangan serta persiapan-persiapan pembentukan Panitia.
b) Mengadakan koordinasi dengan Klasis/Jemaat Penghimpun untuk Membentuk dan Melantik Panitia Kongres PPGT.
c) Menyampaikan waktu pelaksanaan Kongres, batas waktu penyampaian usul-usul selambat-lambatnya empat bulan sebelum
Kongres.
d) Menetapkan jumlah utusan Klasis yang akan menghadiri Kongres.
e) Memanggil Klasis-klasis untuk menghadiri Kongres selambat-lambatnya dua bulan sebelum Kongres.
f) Mempersiapkan Laporan PP.
g) Membuka Persidangan Kongres.
2. Peserta yang menghadiri Kongres tapi bukan utusan Klasis dapat ditetapkan sebagai undangan PP atas persetujuan Kongres.
3. Dalam hal Klasis/Jemaat Penghimpun tidak dapat menjalankan tugasnya, maka PP dapat menunjuk Klasis/Jemaat Penghimpun
Cadangan atau membentuk Panitia yang langsung dikoordinir oleh PP setelah berkoordinasi dengan BPS.
4. Dalam rangka mendukung program integrasi dengan BPS maka Kongres dilaksanakan selambat-lambatnya Bulan SEPTEMBER
pada tahun ke V periode berjalan.
5. Panitia Pelaksana bertanggung jawab membuat Himpunan Keputusan Kongres serta Notulen Kongres yang merupakan rekaman
hasil pembahasan dari keputusan-keputusan yang ditetapkan selama Kongres. Notulen dasar harus dalam bentuk tertulis, dan jika
keadaan memungkinkan dapat disipakan notulen sekunder dalam bentuk rekaman digital.
Pasal 14
Serah Terima Kepengurusan PP.PPGT
1. Serah terima kepengurusan hanya dapat dilaksanakan jika telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Dihadiri oleh Pengurus Demissioner sebagai Pihak Pertama dan Pengurus Terpilih sebagai Pihak Kedua.
b. Disertai naskah Serah Terima
c. Telah dilaksanakan peninjauan atas bukti fisik atas daftar Inventaris yang dimiliki.
d. Disertai penyerahan secara fisik atas kekayaan organisasi yang sudah diverifikasi oleh BVS.
2. Naskah serah terima ditandatangani oleh Pengurus Demissioner sebagai Pihak I, Pengurus Terpilih sebagai Pihak II dan Saksi dari
unsur BPS.
3. Serah terima dilakukan selambat-lambatnya 1 bulan setelah Kongres.
4. Majelis Pimpinan Sidang Kongres wajib berkomunikasi dengan BPS jika batas waktu serah terima yang ditentukan sudah lewat.
5. Contoh Format Naskah Serah Terima dapat dilihat dalam lampiran.
BAB IV
PERGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW)
Pasal 15
Alasan-alasan PAW
PAW dilaksanakan terhadap pengurus yang tidak dapat menjalankan tugas karena :
1. Meninggal dunia
2. Mengundurkan diri
3. Pindah Agama atau pindah Denominasi
4. Meninggalkan wilayah pelayanan lebih dari 3 bulan
5. Tidak mengikuti kegiatan rutin pengurus 3 kali berturut-turut tanpa informasi yang jelas
6. Tersangkut kasus hukum yang sudah berkekuatan hukum tetap
Pasal 16
Proses PAW
1. PAW dilaksanakan secara langsung terhadap pengurus yang memenuhi syarat sebagaimana Pasal 15 butir 1, 2, 3 dan 6.
2. Bagi pengurus yang berhalangan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 15 butir 4 dan 5, maka PAW dilaksanakan setelah melalui
pendekatan persuasif.
3. Tidak diperlukan lagi pengutusan bagi pengurus hasil PAW, karena dipahami bahwa pengutusan bersifat kolektif untuk jabatan
kepengurusan.
4. Pengurus hasil PAW dilantik ditengah-tengah ibadah PPGT dengan pembacaan petikan Keputusan BPM/BPK/BPS.
5. PAW terhadap pengurus yang dipilih langsung dalam persidangan, harus dilakukan melalui Rapat Pleno Pengurus Diperluas.
6. Dalam hal seorang pengurus melewati umur 35 tahun dan sedang menjabat tidak perlu dilaksanakan PAW.
7. Dalam hal seorang pengurus terpilih pada lingkup yang lebih luas dilakukan PAW jika periode kepengurusan yang masih tersisa
lebih dari 5 bulan 30 hari.
BAB V
ADMINISTRASI DAN KESEKRETARIATAN
Pasal 17
Penggunaan Huruf
Semua persuratan dan kegiatan kesekretariatan/administrasi PPGT menggunakan huruf Candara, Maiandra GD dan Segoe UI.
Pasal 18
Kop Surat
1. Kop Surat menggunakan Kertas HVS Folio dengan ukuran 215 mm x 330 mm atau Kertas A4 dengan ukuran 210 mm x 297 mm.
2. Urutan penulisan dalam kop surat dimulai dari lingkup kepengurusan yang lebih luas. Contoh : PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA
TORAJA, KLASIS PULAU JAWA, JEMAAT BANDUNG.
3. Pengurus dapat melakukan kreasi terhadap model, bentuk dan posisi Logo sepanjang tidak mengubah urutan kata dan kalimat
pada kop surat.
Pasal 19
Kode & Nomor Surat
1. Pemberian nomor surat dimulai dari angka 001 dan seterusnya secara berurut sampai periode kepengurusan selesai. Setelah
Kongres/Konperensi/ Rapat Anggota maka angka ini kembali ke angka 001.
2. Pemberian nomor dan kode surat menggunakan titik (bukan garis miring) dan angka latin (tidak menggunakan angka romawi)
agar lebih sederhana.
3. Model pemberian nomor dan kode surat tersebut berlaku untuk semua kegiatan administrasi PPGT di semua lingkup, termasuk
kepanitian.
4. Model penomoran surat sebagai berikut :
Nomor Kongres.SR/ST/SK.Nomor Surat.Kode Pengurus.bulan.tahun Nomor
Konperensi.SR/ST/SK.Nomor Surat.Kode Pengurus.bulan.tahun Nomor Rapat
Anggota.SR/ST/SK.Nomor Surat.Kode Pengurus.bulan.tahun Ket:
Nomor Kongres : Diisi Nomor Kongres terakhir (dua digit) Nomor
Konperensi : Diisi Nomor Konperensi terakhir (dua digit)
Nomor Rapat Anggota : Diisi Nomor Rapat Anggota terakhir (dua digit)
SR = Surat Rutin, ST = Surat Tugas, SK = Surat Keputusan
Nomor Surat : Dimulai angka oo1 (jumlah digit bergantung pada jumlah total surat yang dikeluarkan pada periode
sebelumnya)
Kode Pengurus :
Untuk Lingkup Pusat : PP
Untuk Lingkup Klasis : PK + Singkatan Klasis (terlampir)
Untuk Lingkup Jemaat : PJ + Singkatan Jemaat (terlampir)
Bulan : Diisi angka (dua digit) berdasarkan bulan pembuatan surat (Januari=01,Februari=02,…Desember=12)
Tahun = Diisi Tahun pembuatan surat (empat digit)
5 Contoh pemberian kode dan nomor persuratan adalah sebagai berikut :
a. Surat Pengurus Pusat:
13.SR.062.PP.02.2014
(Dibaca: Surat Rutin ke-62 dikeluarkan oleh Pengurus Pusat hasil Kongres XIII dibuat bulan Februari 2014)
13.ST.012.PP.03.2014
(Dibaca: Surat Tugas ke-12 dikeluarkan oleh Pengurus Pusat hasil Kongres XIII dibuat bulan Maret 2014)
13.SK.11.PP.04.2014
(Dibaca: Surat Keputusan ke-11 dikeluarkan oleh Pengurus Pusat hasil Kongres XIII dibuat bulan April 2014)
b. Surat Pengurus Klasis
18.SR.086.PK.MKS.05.2014
(Dibaca: Surat Rutin ke-86 dikeluarkan oleh PK Makassar hasil Konperensi XVIII dibuat bulan Mei 2014)
18.ST.021.PK.MKS.06.2014
(Dibaca: Surat Tugas ke-21 dikeluarkan oleh PK Makassar hasil Konperensi XVIII dibuat bulan Juni 2014)
18.SK.05.PK.MKS.07.2014
(Dibaca: Surat Keputusan ke-05 dikeluarkan oleh PK Makassar hasil Konperensi XVIII dibuat bulan Juli 2014)
c. Surat Pengurus Jemaat
07.SR.062.PJ.KRS.08.2014
(Dibaca: Surat Rutin ke-62 dikeluarkan oleh PJ Karassik hasil Rapat Anggota VII dibuat bulan Agustus 2014)
07.ST.012.PJ.KRS.09.2014
(Dibaca: Surat Tugas ke-12 dikeluarkan oleh PJ Karassik hasil Rapat Anggota VII dibuat bulan September 2014)
07.SK.11.PJ.KRS.10.2014
(Dibaca: Surat Keputusan ke-11 dikeluarkan oleh PJ Karassik hasil Rapat Anggota VII dibuat bulan Oktober 2014)
d. Surat-surat Kepanitiaan
Semua persuratan kepanitiaan mengikuti sistem penomoran surat pengurus, dimana kode SR/ST/SK diganti
PAN=Panitia/TK=Tim Kerja dan Kode Pengurus diganti dengan nama kepanitiaan. Misalnya Surat Panitia Natal PPGT Klasis
Seriti tahun 2014, dapat dituliskan sebagai berikut :
Contoh 15.PAN.011.NATAL.12.2014
(Dibaca: Surat ke-11 yang dikeluarkan oleh Panitia Natal PPGT Klasis Seriti hasil Konperensi XV, dibuat bulan Desember
2014)
Catatan : Digit Nama Kepanitiaan sedapatnya menggunakan kode dengan digit seminimal mungkin.
Pasal 20
Kode & Nomor Dokumen
1. Semua dokumen kepengurusan yang dikeluarkan oleh pengurus diberi kode dan nomor sebagai berikut:
PP.Nomor urut dokumen (PP)
Kode klasis.Nomur urut dokumen (PK)
Kode jemaat.Nomor urut dokumen (PJ)
Semua dokumen kepengurusan yang dikeluarkan melalui rapat diberi kode dan nomor sebagai berikut:
Kode Rapat.Nomor urut dokumen
RBS = Rapat Seksi/Bidang
RPH = Rapat Pengurus Harian
RPL = Rapat Pleno Pengurus
RPD = Rapat Pleno Pengurus Diperluas
RKR = Rapat Kerja
RKO = Rapat Koordinasi
RBM= Rapat Bersama
Pasal 22
Tembusan-tembusan
1. Semua SK kepengurusan baik ditingkat Jemaat dan Klasis ditembuskan kepada PP.
2. Jika terjadi perubahan SK karena PAW maka perubahan SK tersebut ditembuskan kepada PP.
3. Keputusan Rapat Anggota dan Konperensi ditembuskan ke PP untuk digitalisasi keputusan-keputusan persidangan PPGT.
Pasal 23
Kartu Anggota
1. Kartu anggota adalah identitas resmi anggota PPGT
2. Kartu anggota dimaksudkan untuk melengkapi database potensi PPGT secara umum.
3. Kartu anggota diterbitkan oleh Pengurus Pusat PPGT.
4. Kartu anggota berlaku selama menjadi anggota biasa PPGT.
5. Kartu anggota digunakan sebagai kartu kontrol pada setiap kegiatan PPGT di semua lingkup.
6. Nomor Induk Anggota adalah 111262 01 001 0001 001
Keterangan :
- 111262 : Nomor Induk
- 01 : Nomor Wilayah (01 – 16)
- 001 : Nomor Klasis
- 0001 : Nomor Jemaat
- 001 : Nomor Anggota
Pasal 24
Profil Organisasi
1. LPJ Pengurus Klasis pada setiap Konperensi wajib melampirkan profil organisasi PPGT Klasis, yang memuat sekurang-kurangnya
data dasar potensi anggota per jemaat.
2. Bagi jemaat-jemaat yang memungkinkan, sangat diharapkan untuk melampirkan profil organisasi PPGT Jemaat dalam LPJ pada
setiap Rapat Anggota.
3. Profil Organisasi sekurang-kurangnya terdiri dari data jumlah anggota menurut jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, tingkat
keaktifan dan total realisasi anggaran pendapatan tahun sebelumnya.
Pasal 25
Laporan Keuangan
1. Laporan keuangan bulanan dilingkup jemaat dipublikasikan setiap bulan kepada anggota melalui Kebaktian atau kegiatan lainnya.
2. Laporan keuangan bulanan dilingkup klasis dikirimkan kepada jemaat-jemaat setiap 3 bulan dan atau melalui media yang
mendukung.
3. Informasi keuangan PP sedapatnya disampaikan sekali setiap bulan melalui media yang mendukung.
4. Laporan keuangan bulanan PP disampaikan dalam forum Rapat Kerja PPGT atau media yang mendukung.
5. Setiap Laporan keuangan harus diverifikasi oleh BVJ/ BVK/BVS GT.
6. Bentuk Laporan keuangan yang digunakan mengikuti ketentuan yang diatur oleh BVS GT.
Pasal 26
Iuran Anggota
1. Rapat Anggota setiap tahun menetapkan jumlah iuran anggota PPGT di Jemaat yang bersangkutan.
2. Iuran Anggota yang terkumpul harus diserahkan kepada pengurus yang lebih luas sesuai dengan persentasinya.
Contoh : Iuran Anggota PPGT Jemaat Tiatira Tambunan sebesar Rp. 1.000/orang/bulan. Maka sesuai ART PPGT, jumlah tersebut
akan dibagi dalam persentase sebagai berikut:
Pengurus Jemaat Tiatira Tambunan= 50% x Rp. 1.000 = Rp. 500
Pengurus Klasis Kesu’ La’bo = 30 % x Rp. 1.000 = Rp. 300
Pengurus Pusat = 20 % x Rp. 1.000 = Rp. 200
3. Pengurus yang lebih luas mempunyai hak untuk menagih Iuran Anggota sesuai dengan persentasinya, sesuai dengan jumlah
anggota PPGT di Jemaat. Jumlah tersebut tetap akan ditagih sekalipun tidak ada pengumpulan iuran dijemaat tersebut.
Pasal 27
Kepanitiaan
1. Kepanitiaan yang dibentuk bertanggung jawab kepada pengurus yang menerbitkan SK.
2. Setiap kepanitiaan wajib mengadakan Laporan Pertanggungjawaban selambat-lambatnya 3 bulan setelah kegiatan dilaksanakan.
(Format Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Panitia terlampir)
3. Laporan Keuangan dalam setiap kepanitiaan wajib diverifikasi oleh BVJ/BVK/BVS GT sebelum menyampaikan Laporan
Pertanggungjawaban.
4. Jika kepanitiaan tidak dapat melaksanakan Laporan Pertanggungjawaban sebagaimana diatur dalam butir 2, maka kepanitiaan
akan diambil alih oleh pengurus. Selanjutnya KSB kepanitiaan tersebut tidak diperkenankan lagi menjadi KSB pada kepanitiaan
yang lain dan menjadi catatan negatif jika yang bersangkutan berniat menjadi pengurus pada kesempatan berikutnya.
Pasal 28
Kelengkapan Dasar Sekretariat
Di ruang sekretariat PPGT di semua lingkup sekurang-kurangnya terdapat:
1. Satu buah papan struktur kepengurusan
2. Satu buah papan potensi yang dapat memberikan gambaran umum keadaan PPGT
3. Satu buah buku daftar tamu, yang merekam setiap orang yang datang ke sekretariat, baik anggota maupun bukan anggota
PPGT.
4. Satu buah buku notulen rapat, yang merekam semua hasil rapat-rapat pengurus dan kepanitiaan yang dibentuk.
5. Satu buah buku daftar surat masuk dan surat keluar.
6. Satu buah binder arsip surat masuk
7. Satu buah binder arsip surat keluar
8. Satu buah buku kas pembantu
9. Satu buah buku mobilitas inventaris
10. Satu set kuitansi/bukti pembayaran
11. Satu set Kertas Kop, stempel dan bantalannya
BAB VI PROTOKOLER
ORGANISASI Pasal 29
Protokoler Dasar
1. Protokoler dasar adalah urutan protokoler organisasi paling minimal dalam sebuah kegiatan resmi PPGT.
2. Urutan protokoler dasar organisasi adalah sebagai berikut:
a. Kebaktian
b. Acara Nasional : Lagu Indonesia Raya
c. Acara Organisasi : Menyanyikan Mars PPGT
Pasal 30
Protokoler Lengkap
1. Urutan-urutan resmi protokoler lengkap organisasi adalah sebagai berikut:
a. Kebaktian
b. Acara Nasional
i. Lagu Indonesia Raya
ii. Mengheningkan Cipta
c. Acara Organisasi
i. Menyanyikan Mars PPGT
ii. Pembacaan Pembukaan AD PPGT
iii. Menyanyikan Hymne PPGT
d. Pidato dan Sambutan
2. Prototokoler lengkap dilakukan pada acara Rapat Anggota, Rapat Pimpinan Klasis, Konperensi, Rapat Pimpinan Pusat dan
Kongres
3. Mengheningkan Cipta dipimpin oleh pimpinan organisasi yang paling luas jabatannya pada saat itu
4. Pidato dan sambutan disesuaikan dengan kondisi, tempat dan acara.
BAB VII
PENUTUP
Pasal 31
PO PPGT ini mengikat PPGT di semua lingkup kepengurusan.
Pasal 32
Dengan ditetapkannya keputusan ini, maka PO sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.
Di tetapkan di : Rantepao
Pada tanggal : 06 Februari 2014
Lampiran I Peraturan Organisasi PPGT (pasal 7, 12, 14)
Perihal : NASKAH SERAH TERIMA PENGURUS
1 2 3 4
Pada hari ini hari ……..……. ) Tanggal …………..………….) bulan …………………..….. ) tahun …………………………….……..)
5 6
pukul …………………………………. ) Bertempat di ………………………….) dilaksanakan serah terima kepengurusan antara
7
………………………………………………………..) selanjutnya disebut :
8
dengan …………………………………………………………) selanjutnya disebut:
Pasal 1
9
Pihak Pertama menyerahkan kepengurusan …………………………………………) berikut semua tanggung jawab dan
wewenang yang melekat pada jabatan tersebut kepada Pihak Kedua atas dasar tanggung jawab persekutuan
tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Pasal 2
10
Pihak Kedua menerima jabatan sebagai ………………………………………………….. ) berikut semua tanggung jawab dan
wewenang yang melekat pada jabatan tersebut atas dasar tanggung jawab persekutuan tanpa adanya paksaan
dari pihak manapun.
Pasal 3
Pihak Pertama menyerahkan semua inventaris organisasi kepada Pihak Kedua, baik yang diperoleh pada masa
periode menjabat, maupun yang diperoleh dari periode-periode sebelumnya disertai keterangan-keterangan
1
Diisi nama hari
2
Diisi tanggal dengan huruf
3
Diisi nama bulan dengan huruf
4
Diisi tahun dengan huruf
5
Diisi jam pada saat naskah serah terima ini dibacakan, ditulis dengan tangan oleh yang pembaca naskah
6
Diisi Nama Tempat pelaksanaan serah terima. Jika dilaksanakan di sebuah Jemaat, maka diisi nama Jemaat.
7
Diisi nama kepengurusan demissioner, contoh Pengurus PPGT Jemaat Dadi Periode 2007-2009.
8
Diisi nama kepengurusan yang baru, contoh Pengurus PPGT Jemaat Dadi Periode 2009-2011.
9
Diisi nama organisasi, contoh : PPGT Jemaat Dadi, PPGT Klasis Buakayu. Untuk lingkup pusat ditulis PP.PPGT.
10
Diisi sama dengan no. 9,
terhadap kondisi masing-masing barang inventaris. Adapaun nama, jumlah dan kondisi barang inventaris
tersebut adalah sebagai berikut:
NO Nama Barang Jumlah Tahun Kondisi
Inventaris Perolehan
1
2
3
dst
dst
dst
Pasal 4
Pihak Pertama menyerahkan saldo keuangan kepada Pihak Kedua dengan perincian sebagai berikut:
11
- Uang Tunai sebesar Rp. …………………………… (……………………………………...
12
………………………………………………………………………………………………..)
13
- Saldo Bank sebesar Rp. …………………………. (….…………………….……………
14
(…………………………..………………………………………………………………….)
15 16 17 18
……………………………… , …. …………. ….
PIHAK I
19
.............................................................)
( …………………………………………….) (…………………………………………..)
Ketua Sekretaris
PIHAK II
20
………………………………………..)
( …………………………………………….) (…………………………………………..)
Ketua Sekretaris
DISAKSIKAN OLEH
21 22
……………………..) ……………………….
( …………………………………………….) (…………………………………………..)
11
Diisi sesuai jumlah uang tunai yang diserah terimakan dalam angka
12
Diisi sesuai jumlah uang tunai yang diserah terimakan huruf
13
Diisi sama dengan saldo terakhir dalam rekening organisasi dengan angka
14
Diisi sama dengan saldo terkahir dalam rekening organisasi dengan huruf
15
Diisi sama dengan no. 6
16
Diisi sama dengan no. 2 dalam angka
17
Diisi sama dengan no. 3
18
Diisi sama dengan no. 4 dalam huruf
19
Diisi sama dengan no. 7
20
Diisi sama dengan no. 8
21
Diisi dengan nama Badan Pekerja Majelis sesuai lingkup pelayanan.
22
Diisi dengan nama Pengurus yang setingkat lebih luas. Untuk Lingkup Pusat bagian ini tidak diperlukan.
Lampiran II Peraturan Organisasi PPGT (pasal 19)
Perihal : KODE (SINGKATAN) JEMAAT DAN KLASIS
5 SANGGALANGI
22 KLASIS BOKIN PITUNG PENANIAN BPP
248 Jem. Barana' BAR
249 Jem. Batu Ma'tanduk BTD
250 Jem. Bokin BOK
251 Jem. Imanuel Bambasuka IBS
252 Jem. Issong Sendana ISA
253 Jem. Kassun KSS
254 Jem. Katengkong KTK
255 Jem. Moria Motok MMK
256 Jem. Pa'kampan PKP
257 Jem. Palisupadang PPD
258 Jem. Penanda PDA
259 Jem. Sion Buntu Datu SBD
260 Jem. To'lallang TLG
23 KLASIS BUNTAO' BUT
261 Jem. Balabatu BLB
262 Jem. Bantere BTE
263 Jem. Bukit Sinai Marara BSM
264 Jem. Efrata Rante Aa' ERA
265 Jem. Kadinge' KAD
266 Jem. Kanaan Losso KLO
267 Jem. Ledo LDO
268 Jem. Paniki PIK
269 Jem. Rantekata RKT
270 Jem. Tambuntana TBA
271 Jem. Tembamba TBB
272 Jem. Tondok batu TDT
273 Jem. Tonglo TLO
24 KLASIS KESU' LA'BO' KKL
274 Jem. Buntu La'bo' BBO
275 Jem. Karerang KRR
276 Jem. Mada JMD
277 Jem. Pasang PSG
278 Jem. Pa'tangan PTG
279 Jem. Rante Tallang RTL
280 Jem. Rantekua RTK
281 Jem. Saruran SRR
282 Jem. Tallung Penanian TPN
283 Jem. Tambuttana TTT
284 Jem. Tandung TAN
285 Jem. Tiatira Tambunan TTN
286 Jem. To'barana' KTB
287 Jem. Tombang Kalua' TBK
25 KLASIS KESU' MALENONG KEM
288 Jem. Ba'tan BTA
289 Jem. Paiman PIN
PP.001
Pembuat Resume,
(TTD)
……………………………………….
(Jabatan)
Lampiran IV Peraturan Organisasi PPGT (pasal 27)
Perihal : FORMAT LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PANITIA
A. LAPORAN KERJA
B. LAPORAN KEUANGAN
LAPORAN KERJA
PANITIA ……………………
Hari /Tanggal : …………………………….
Jenis Kegiatan :
Waktu Kegiatan :
Tempat Kegiatan :
PP.001
hadir
hadir
Dll,.
Catatan :
B. LAPORAN KEUANGAN
LAPORAN KEUANGAN
PANITIA ……………………
PER TANGGAL ……………………...
b. Penerimaan : …………..
d. Pengeluaran : …… ……
2. RINCIAN PENERIMAAN
3. RINCIAN PENGELUARAN
PP.001
Catatan :
Keterangan :
Format Laporan ini merupakan panduan sederhana bagi Panitia dan terbuka adanya
pengembangan ide kretifitas baik di tingkat Klasis dan Jemaat dengan tidak
menghilangkan unsur inti dalam laporan ini (Laporan Kerja dan Keuangan).