DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1F
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
ANGKATAN B 14
1.2 Tujuan
1. Umum
a. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui komunikasi
dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
b. Membentuk sosialisasi.
c. Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang hubungan
antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive (bertahan terhadap
stress) dan adaptasi.
d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif
dan afektif.
2. Khusus
a. Meningkatkan identitas diri.
b. Menyalurkan emosi secara konstruktif.
c. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.
d. Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial,
kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan tentang
masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
d) Tahap kerja
1. Terapis meminta pasien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua
pasien mendapat giliran.
2. Berikan pujian setiap pasien selesai bercerita.
3. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi saat halusinasi muncul.
4. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu Pergi jangan
ganggu saya, saya mau bercakap-cakap dengan
7
5. Terapis meminta masing-masing pasien memperagakan cara menghardik
halusinasi dimulai dari pasien sebelah kiri terapis, berurutan searah jarum
jam sampai semua peserta mendapat giliran.
6. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua pasien bertepuk tangan
saat setiap pasien selesai memperagakan menghardik halusinasi.
e) Tahap terminasi
1. Evaluasi
a. Terapis menayakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK.
b. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
2. Tindak lanjut
a. Terapis menganjurkan pasien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul.
b. Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian
pasien.
3. Kontrak yang akan datang
a. Terapis membuat kesepakatan dengan pasien untuk TAK yang
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan.
b. Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.
c. Sesi ketiga: Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan
Tujuan:
1) Pasien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah
munculnya halusinasi.
2) Pasien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak dengan pasien yang telah mengikuti Sesi 2.
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada pasien.
2. Pasien dan terapis pakai papan nama.
b) Evaluasi/validasi
1. Terapis menanyakan keadaan pasien saat ini.
8
2. Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari.
3. Terapis menanyakan pengalaman pasien menerapkan cara menghardik
halusinasi.
c) Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya
halusinasi dengan melakukan kegiatan.
2. Menjelaskan aturan main (sama seperti sesi sebelumnya).
3) Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan sehari-hari.
b) Memberi penjelasan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan
mencegah munculnya halusinasi.
c) Terapis meminta tiap pasien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan
setiap sehari-hari, daan tulis di whiteboard.
d) Terapis membagikan fomulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis
formulir yang sama di whiteboard.
e) Terapis membimbing satu persatu pasien untuk membuat jadwal kegiatan
harian, dari bangun pagi sampai tidur malam. Pasien menggunakan formulir,
terapis menggunakan whiteboard.
f) Terapis melatih pasien memperagakan kegiatan yang telah disusun.
g) Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada pasien yang sudah
selesai membuat jadwal dan memperagakan kegiatan.
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan pasien setelah selesai menyusun jadwal
kegiatan dan memperagakannya.
2. Terapis memberikan pujian atas kebehasilan kelompok.
b) Tindak lanjut
Terapis menganjurkan pasien melaksanakan dua cara mengontrol halusinasi,
yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.
c) Kontrak yang akan datang
1. Terapis membuat kesepakatan dengan pasien untuk TAK berikutnya, yaitu
mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.
9
2. Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.
d. Sesi keempat: Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-Cakap
Tujuan:
1) Pasien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah munculnya halusinsi.
2) Pasien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi.
Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak dengan pasien yang telah mengikuti sesi 3.
b) Terapis membuat kontrak dengan pasien.
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada pasien.
2. Pasien dan terapis memakai papan nama.
b) Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan pasien saat ini.
2. Menanyakan pengalaman pasien setelah menerapkan dua cara yang telah
dipelajari (mengahardik dan menyibukkan diri dengan kegiatan yang
terarah) untuk mencegah halusinasi.
c) Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
bercakapcakap.
2. Terapis menjelaskan aturan main (sama dengan sesi sebelumnya).
d) Tahap kerja
1. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mengontrol dan mencegah halusinasi.
2. Terapis meminta tiap pasien menyebutkan orang yang biasa diajak
bercakapcakap.
3. Terapis meminta tiap pasien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa
dan bisa dilakukan.
10
4. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul
Suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja dengan suster atau
Suster, tentang kapan saya boleh pulang.
5. Terapis meminta pasien untuk memperagakan percakapan dengan orang
di sebelahnya.
6. Berikan pujian atas keberhasilan pasien.
7. Ulangi e s/d f sampai semua pasien mendapat giliran.
e) Tahap terminasi
1. Evaluasi
a. Terapis menayakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK.
b. Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.
c. Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
2. Tindak lanjut
Menganjurkan pasien untuk menggunakan tiga cara mengontrol
halusinasi, yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap.
3. Kontrak yang akan datang
a. Terapis membuat kesepakatan dengan pasien untuk TAK berikutnya,
yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
b. Terapis menyepakati waktu dan tempat.
2.2 Halusinasi
1. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya
rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essential of Mental Health Nursing,
1987)
2. Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
karakteristik tertentu, diantaranya :
a. Halusinasi Pendengaran
Karakteristik diandai denganmendengar suara, terutama suara-suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi Penglihatan
13
Karakteristik dengan adanya stimuls penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi Penghidung/penciuman
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis, atau bau yan
menjijikkan seperti : darah, urine, atau feses. Kadang-kadang terhirup bau harum.
Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang, dan dementia.
d. Halusinasi Peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh : mersakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati, atau
orang lain.
e. Halusinasi Pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang usuk, amis, dan
menjijikkan.
f. Halusinasi Sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna, atau pembentukan urine.
3. Tahapan Halusinasi
TAHAP KARAKTEISTIK PERILAKU KLIEN
Tahap I Mengalami ansietas, Tersenyum, tertawa
Memberi rasa nyaman kesepian, rasa bersalah, sendiri
tingkat ansietas sedang dan ketakutan. Menggerakkan bibir tanpa
secara umum, Mencoba berfokus pada suara
halusinasi merupakan pikiran yang dapat Pergerakan Mata yang
suatu kesenangan. menghilangkan ansietas cepat
Pikiran dan pengalaman Respon Verbal yang
sensori masih ada lambat
dalam kontrol Diam dan berkonsentrasi
kesadaran, nonpsikotik
Tahap II Pengalaman sensori Terjadi peningkatan
Menyalahkan menakutkan denyut jantung,
Tingkat kecemasan Merasa dilecehkan oleh pernapasan, dan tekanan
berat secara umum pengalaman sensori darah
halusinasi tersebut Perhatian dengan
menyebabkan perasaan Mulai merasa lingkungan berkurang
antipati kehilangan kontrol Konsentrasi terhadap
14
Menarik diri dari orang pengalaman sensori kerja
lain nonpsikotik Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi
dengan realitas
Tahap III Klien menyerah dan Perintah halusinasi ditaati
Mengontrol menerima pengalaman Sulit berhubungan dengan
Tingkat Kecemasan sensori (halusinasi) orang lain
berat Isi halusinasi menjadi Perhatian terhadap
Pengalaman halusinasi atraktif lingkungan berkurang
tidak dapat ditolak lagi Kesepian bila hanya beberapa detik
pengalaman sensori Tidak mampu mengikuti
berakhir psikotik perintah dari perawat,
tremor, dan berkeringat
BAB 3
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI SESI II
(MENGHARDIK HALUSINASI)
3.1 Tujuan
1. Pasien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi.
2. Pasien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
16
3. Pasien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
3.2 Setting
: Leader
: Fasilitator
: Pasien
: Observer
3.3 Alat
1. Kursi
2. Laptop
3. Speaker
3.4 Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3.5 Strategi
1. Uraian tugas perawat
a. Leader (La Rakhmat Wabula)
1. Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok sebelum
kegiatan dimulai
2. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan
dirinya.
3. Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib
4. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
5. Menjelaskan permainan
b. Fasilitator (Retno Yuliati, Mardiyatni, Hanik Maria Hidayati, Yoventa F.S. Seba,
Breni Jarot Kuncahyo, Anna Mariance Taeti, dan Sultina)
Bertugas menjaga kelompok tetap fokus dan mendampingi pasien
17
c. Observer (Fermi Avissa)
1) Mengobservasi jalannya kegiatan
2) Mencatat prilaku verbal dan nonverbal klien selama kegiatan berlangsung.
3) Mengatur alur permainan (menghidupkan dan mematikan tape recorder).
2. Proses seleksi
Kriteria pasien yang mengikuti TAK yaitu pasien halusinasi.
3. Program antisipasi masalah
a. Bila ada pasien yang ingin mengikuti kegiatan TAK ditengah-tengah maka leader
akan menyambut dan memperkenalkan pasien lain yang akan mengikuti TAK.
b. Bila ada pasien yang meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung maka
fasilitator mengingatkan pasien kontrak waktu yang telah ditentukan.
3.6 Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak kepada pasien yang telah mengikuti sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Salam dari terapis kepada pasien.
c. Pasien dan terapis pakai papan nama.
3. Evaluasi/validasi
a. Leader menanyakan persaan pasien saat ini.
b. Leader menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi: isi, waktu, situasi, dan
perasaan.
4. Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara mengontrol halusinasi.
b. Menjelaskan aturan main (sama seperti pada sesi 1)
5. Tahap kerja
a. Leader meminta pasien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami
halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua pasien mendapat giliran.
b. Berikan pujian setiap pasien selesai bercerita.
c. Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi saat
halusinasi muncul.
d. Leader memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu Pergi jangan ganggu
saya, saya mau bercakap-cakap dengan
18
e. Leader meminta masing-masing peserta memperagakan cara menghardik
halusinasi dimulai dengan perebutan kursi oleh peserta dan fasilitator yang di iringi
oleh lagu ketika lagu dihentikan.
f. Leader memberikan pujian dan mengajak semua peserta bertepuk tangan saat
setiap peserta selesai memperagakan menghardik halusinasi.
6. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Leader menayakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK.
2) Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan pasien untuk menerapkan cara yang telah dipelajari jika
halusinasi muncul.
2) Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian pasien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Leader membuat kesepakatan dengan pasien untuk TAK yang berikutnya, yaitu
belajar cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.
2) Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.
3.7 Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
perspesi sensori : halusinasi, yaitu mampu melakukan cara untuk menghardik halusinasi.
Formulir evaluasi sebagai berikut.
SESI 2: TAK
Persepsi Sensori : Halusinasi
Kemampuan menghardik halusinasi
Kemampuan Menghardik Halusinasi
Nama Peserta
Mampu Tidak
19
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan peserta yang ikut TAK pada kolom nama peserta
2. Untuk tiap peserta, beri penilaian tentang kemampuan menghardik halusinasi. Beri tanda √
jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak mampu.
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Herawaty, Netty. 1999. Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna. 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC
Stuart & Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC
20