Anda di halaman 1dari 2

PESTA, PERSAINGAN, DAN KONSEP HARGA DIRI DI FLORES

Secara historis fungsi dari pesta tradisional Flores Indonesia timur untuk
mempertahankan status sosial dan meredakan percekcokan tentang kepemilikan
tanah dan fungsi lainnya adalah untuk mengurangi tekanan atas tanah dengan
mengatur distribusi penduduk dan besarnya populasi ternak peliharaan. Dalam
perekonomian pulau Flores sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.
Secara historis penduduk sudah mengenal sistem persawahan tadah hujan
maupun irigasi pembangunan bendungan yang kini giat diadakan. Selain bertani,
beberapa daerah di Flores khususnya di Kabupaten Manggarai Ngadha dan Ende
memiliki arti penting sebagai daerah penghasil ternak seperti kerbau kuda dan
sapi ternak. Bagi mereka hal tersebut memiliki beberapa yaitu fungsi yaitu,
pertama ekonomis, kedua simbol atau bagian dari upacara pemujaan leluhur,
ketiga status sosial pemiliknya ternak, keempat mampu membayar mas kawin
dengan tinggi, dan kelima perayaan pesta.

Ketika seseorang membuka suatu daerah dia dan keturunannya memiliki hak
terhadap tanah ada disana dan jika orang-orang hendak berdiam serta mengolah
tanah terebut harus mendapat izin terlebih dahulu darinya. dia bisa disebut
kepala adat atau kepala klan yang mengatur semua seperti tanah yang tidak
dapat diolah, sengketa tanah, dan yang menentukan orang yang mengolah
tanahnya. Etnis di Flores sejak dahulu tidak mengenal pada kadasterisasi tanah
dengan batas yang tegas sehingga sering timbul sengketa tanah dengan
penyebab, pertama penduduk meningkat, kedua tidak ada dokumentasi tertulis.
Dahulu sengketa tanah yang terjadi pada orang yang ada diselesaikan secara
musyawarah adat tidak memberikan hasil jalan terakhir yang ditempuh adalah
Boga Goe 'jatuh tergelincir'.

Pesta Boga Goe atau pesta seremonial lainnya bagian penting kehidupan klan di
fores. Pesta tersebut berhubungan dengan mendirikan kampung baru,
mendirikan tanda pemujaan leluhur, mas kawin atau belis, sengketa tanah,
mendirikan rumah adat, dan sering mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Kepala klan disebut mori tanah. Artinya menjaga tanah atas nama nenek moyang
dialah yang membagikan tanah kepada keluarga besar yang disebut sipopali dan
setiap sipopali akan membagikan tanah kepada keluarga-keluarga. Tidak
terdapat persaingan tanah didalam klan jika terjadi perselisihan perebutan tanah
menurut tradisi akan diselesaikan melalui Boga Goe. Dasar pemikirannya
manusia tidak dapat menyelesaikannya tentu para leluhur mampu
membereskannya. Boga Goe terjadi dengan kedua pihak kata sepakat untuk
bertanding dalam menyembelih hewan. Yang paling lama dan banyak
mengumpulkan dukungan dari mereka yang berasal dari luar Kampung maka
dialah yang menang. Dan hal tersebut dapat dicapai ketika klan tersebut
menyembelih banyak hewan dalam partisipasi ajang Boga Goe.
Boga Goe memiliki beberapa fungsi. Pada analisa Boga Goe berfungsi
menyelesaikan masalah tanah dalam kenyataannya dan dalam fungsi
tersembunyinya untuk menyelesaikan status dan prestise kekeluargaan. Boga
Goe juga fungsi menyesuaikan keseimbangan antara penduduk dan sumber daya
yaitu tanah. Hal ini diturunkan dari pemikiran bawah keseimbangan harus
dilakukan dengan penyesuaian-penyesuaian yang terjadi dari waktu ke waktu.
Boga Goe juga berfungsi mengurangi tekanan penduduk dan tanah cara
mengadakan pembagian sumber daya tanah terbatas dengan cara yang sebaik
mungkin diantara para penduduk. Pada perubahanya pemerintah Indonesia
dalam melihat Boga Goe akhirnya mulai mengatur pola tradisional pesta upacara
Flores tersebut. Hal ini didasari oleh orang Flores yang tidak bijaksana dalam
mengelola sumber daya. Dalam menyelesaikan sengketa tanah pemerintah
mengubah dari mengadakan pesta Boga Goe ke pengadilan setempat. Penetapan
pengadilan alih-alih pesta buka gue menghilangkan fungsi tersembunyi yaitu
menunjukkan sosial yang ada dalam masyarakat Flores. Sebagai gantinya
munculah persaingan dalam mas kawin atau belis. Jika suatu klan dalam anggota-
anggota yang bekerja pada pemerintahan terpelajar, secara terbuka muncul sifat
kompetitif dalam membiayai mas kawin. Tinggi rendahnya pendidikan yang
ditempuh oleh pemuda sebagai sebagai tolak ukur tinggi rendahnya belis. Selain
itu juga adanya status sosial kedua pengantin dan status keluarga.

Bagaimana penentuan hasil dari sengketa tanah pada pihak klan yang kalah dari
dukungan warga luar kampung?

Anda mungkin juga menyukai