Anda di halaman 1dari 3

✔ Masalah Aneka-Warna Manusia di Eropa Dalam Abad ke-16 Hingga ke-19.

Para ahli filsafat setidaknya memiliki tiga pandangan dasar mengenai masyarakat dan
kebudayaan manusia. Pandangan pertama disebut pandangan poligenesis yang menganggap
bahwa manusia diciptakan dari beraneka makhluk induk. Pandangan monogenesis yang
menganggap manusia diciptakan dari satu makhluk induk. Pandangan ketiga ialah ketika
polygenesis dan monogenesis bersifat eropa-sentris, maka orang Eropa menganggap ras
kaukasoid adalah ras dengan induk paling unggul dan orang Eropa mencapai kemajuan tertinggi
dalam proses beberapa degenerasi ras akibat dosa-dosa yang dimiliki induk tunggal (adam).
Ilmu Anatomi Dan Masalah Aneka-Warna Manusia. Pada abad 16-19, ilmu anatomi sangat
berkaitan dengan polygenesis dan monogenesis serta menaruh perhatian besar terhadap kajian
etnografika. bahan kajian etnografika berupa fosil-fosil manusia dan penelitian anatomi
komparatif. Penelitian anotomi lebih intensif setelah orang Eropa melihat lebih banyak aneka-
warna ciri fisik manusia dan muncul banyak karangan etnografi. J.F Blumenbach, ahli fisiologi
dan anatomi (1752-1779) dengan bukunya “Mengenai Asal Mula dari Aneka-Warns Makhluk
Manusia” dapat disimpulkan lahirlah suatu ilmu antropologi fisik. Filsafat Sosial Dan Masalah
Aneka-Warna Manusia. Montesque (1689-1755) dalam bukunya “L’Espirit de Loi” (1748)
menyatakan bahwa gejala aneka-warna masyarakat manusia merupakan akibat dari pengaruh
sejarah masing-masing, tetapi juga pengaruh lingkungan alamnya dan struktur internya. A.R.J
Turgot (1721-1791) menyatakan bahwa aneka-warna manusia di dunia tidak disebabkan karena
perbedaan biologi, tetapi juga perbedaan alam lingkungan dan pendidikan. kajian gejala tingkah
laku manusia dalam masyarkat dan mencoba mencari unsur generalisasi dianalisa induktif yang
selanjutnya dapat dirumuskan sebagai kaidah sosial. Filsafat Positivisme Dan Masalah Aneka-
Warna Manusia. Auguste Comte adalah ahli filsafat yang menerapkan metode positivisme.
Penerapan metode positif terhadap gejala masyarakat lahirlah ilmu yang disebut “Fisika Sosial”
atau saat ini disebut Ilmu Sosiologi. H. Spenser juga seorang ahli filsafat aliran positivism. Ia
mengkhususkan perhatiannya terhadap masalah evolusi masyarakat dengan bahan etnografi
karyanya yang secara luas dan sistematis. filsafat positivism ssendiri adalah metode mencari,
menganalisa, dan mendeskripsikan hubungan kausalitas antara gejala yang ada itu secara eksak,
kalau bisa dengan menggunakan rumus seperti ilmu alam. Masalah Aneka-Warna Bahasa.
Pada pertengahan abad ke-19, F. Bopp dan lain-lain melakukan perbandingan Bahasa yang ada
di Eropa Barat dan sekitarnya dan beranggapan Bahasa tersebut digolongkan dalam satu keluarga
Bahasa-bahasa Indo-German. Pada permulaan abad tersebut, bahan mengenai Bahasa Afrika,
Asia, Amerika, Oseania tidak terlalu mendapat perhatian besar sehingga beberapa ahli mengolah
bahan etnografi tersebut dan timbulah ilmu yang disebut Ilmu Etnolinguistik. Lahir
etnolinguistik yang berawal dari adanya kesamaan dan perbedaan unsur dari beberapa Bahasa.
Konsep Evolusi Dalam Ilmu Biologi. C. Darwin dalam bukunya “The Origin of Space”
menyimpulkan bahwa makhluk hidup di dunia melewati proses alamiah, berevolusi, dan
berkembang dengan lambat dari bentuk sederhana hingga ke kompleks. Syarat-syarat ilmiah
yang dapat bertahan dalam menjalani hidup menurut Darwin dan Wallace disebut “Survival of
the Fittest” atau Seleksi Alam. Konsep Seleksi Alam merupakan daya tahan jenis atau individu
yang mempunyai ciri yang paling cocok dengan lingkungannya (Koentjaraningrat,
1987:37).Masalah Asal Mula Dan Evolusi Manusia. Pada abad ke-19 orang Eropa mulai
penasaran dengan berapa umur manusia itu sendiri. Dalam penelitiannya dengan menganalisa
dan mengkomparasikan fosil-fosil manusia pada zaman dahulu di berbagai tempat, menjadi ilmu
baru yang disebut Paleo-Antropologi. J. Boucher de Pertes memberi pengertian terhadap dunia
ilmiah bahwa manusia itu sudah berkebudayaan sejak beratus ribu tahun yang lalu, Eropa-sentris
pada abad 18-19 mencentuskan adanya “determinisme ras” yang digagas oleh Meiners.
Determinism eras ekstrim terdapat dalam tulisan J.A de Gobineau yang hanya mengakui rasa
sebagai satu-satunya faktor. Namun K. Ritter dan T. Waitz memaparkan bahwa pengaruh
lingkungan dan alam merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan perbedaan antara
bangsa – bangsa. Kedua ahli gografi dari Jerman tersebut dianggap sebagai pendekar Ilmu
Antropologi dengan sebutan “Volkerkunde” atau Ilmu Bangsa-Bangsa. Lembaga-Lembaga
Antropologi Yang Pertama. Lembaga Societe Etnologique di Paris didirikan dalam tahun 1839
leh seorang cendikiawan bernama M. Edwards. The Etnological Society didirikan di London
tahun 1843 oleh T. Hodgkin. Di Amerika juga telah didirikan suatu lembaga etnologi tahun
1842 yaitu The American Ethnological Society.

TEORI – TEORI EVOLUSI KEBUDAYAAN

Proses Evolusi Sosial Secara Universal. Sesuai teori evolusi biologi Darwin dan Walace
dan diterapkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial dimana masyarakat (kebudayaan) mengalami
perkembangan dari sederhana menuju kompleks. Konsep Evolusi Sosial Universal H. Spencer.
H. Spencer menyatakan bahwa seluruh alam mengalami evolusi karena didorong oleh kekuatan
mutlak yaitu evolusi unilineal. Konsepsi melahirkan teori asal mula religi dan teori hukum
masyarakat. Ia mengkhususkan perhatiannya terhadap masalah evolusi masyarakat dengan bahan
etnografi karyanya yang secara luas dan sistematis seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya.
Teori Evolusi Keluarga JJ. Bachofen. J.J. Bachofen menyatakan bahwa teori keluarga bahwa
manusia mengalami empat tingkat evolusi, yaitu promiskuitas, matriarkat, patriarkat, dan
parental. Teori Evolusi Kebudayaan di Indonesia. Teori Evolusi Kebudayaan L.H Morgan.
Masyarakat (kebudayaan) mengalami proses evolusi delapan tingkat, yaitu Jaman Liar Tua,
Jaman Liar Madya, Jaman Liar Muda, Jaman Barbar Tua, Jaman Barbar Madya, Jaman Barbar
Muda, Jaman Peradaban Purba, serta Jaman Peradaban Masa Kini. Tahap perkembangan evolusi
delapan tingkat terkait dengan pola-pola budaya menurut waktu. Morgan berkosentrasi dalam
bidang teknologi dan organisasi keluarga yang semakin berkembang masyarakat maka satuan
keluarga semakin kecil. Salah satu karya L.H Morgan yang cukup popular adalah Ancient
Society (1877) yang berisi tentang hisup suku Iroquis di Kanada, Amerika. Teori Evolusi Religi
E.B Taylor. E.B Taylor merupakan orang Inggris yang membuat salah satu buku karyanya
berjudul Primitive Society. E.B Talor menyimpulkan manusia mengalami tiga tahapan yaitu”
Savagery, Barbarism, serta Civilization. Teori Evolusi religi E.B Taylor melahirkan konsep jiwa
yang lahir akibat dua fenomena yakni kematian atau mimpi. Teori J.G Frazer mengenai Ilmu
Gaib dan Religi. Manusia dalam berproses dan berevolusi dapat dipastikan menemui masalah-
masalah dan rintang di tengah- tengah proses evolusi tersebut terjadi. Masalah – Masalah
tersebut dipecahkan untuk mencari solusinya dengan daya kemampuan akal berpikirnya. Namun
ketika aspek irasional ada dalam proses pemecahan masalah itu sendiri, manusia pada akhirnya
mencari jalan keluar dan solusi permasalahan tersebut denan menggunakan ilmu gain dan di
bangun oleh berbagai mitos- mitos. Menghilangnya Teori Evolusi Kebudayaan. Pada Akhir
Abad ke 19 mulai timbul kecaman terhadap cara bekerja para sarjana penganute volusi
kebudayaan karena tampak tingkat evolusi dari penelitian yang dilakukan para penganut teori
evolusi kebudayaan hanya merupakan konstruksi pikiran saja.

Bagaimana kelanjutan proses Teori Evolusi dalam Ilmu Antropologi ketika sudah banyak
Teori yang pudar?

Anda mungkin juga menyukai