Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

Praktik Klinik Keperawatan Jiwa


Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Kasus
“ ISOLASI SOSIAL ”

Disusun Oleh :

MARIA MAGDALENA WISNAWATI


NIM : P05120317022

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Isolasi Sosial : Menarik Diri
A. DEFINISI
1. Pengertian
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami
atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan
dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito,
2008).
Isolasi sosial adalah pengalaman kesendirian secara individu dan
dirasakan segan terhadap orang lain dan sebagai keadaan yang negatif atau
mengancam (Nanda, 2006)
Isolasi sosial adalah Suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan
perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau
keadaan yang mengancam (Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa,
2006).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam
(Towsend, 2000).
Pengalaman menyendiri seseorang individu dan dirasakan dipaksa
karena orang lain dan keadaan yang negative atau mengancam (Nanda
2012-2014).

2. Tanda dan Gejala


Menurut Nanda (2006), isolasi sosial memiliki batasan karakteristik
meliputi:
 Obyektif :
a. Tidak ada dukungan dari orang yang penting (keluarga, teman,
kelompok).
b. Perilaku bermusuhan.
c. Menarik diri.
d. Tidak komunikatif.
e. Menunjukkan perilaku tidak diterima oleh kelompok cultural
dominant.
f. Mencari kesendirian atau merasa diakui didalam sub kultur.
g. Senang dengan pikirannya sendiri.
h. Aktivitas berulang atau aktivitas kurang beraktif.
i. Kontak mata tidak ada.
j. Aktivitas tidak sesuai dengan umur perkembangan.
k. Keterbatasan fisik, mental,atau perubahan keadaan sejahtera.
l. Sedih, efek tumpul.
 Subyektif :
a. Mengepresikan perasaan kesendirian.
b. Mengepresikan perasaan penolakan.
c. Minat tudak sesuai dengan umur perkembangan.
d. Tujuan hidup tidak ada atau tidak adekuat.
e. Tidak mampu memenuhi harapan orang lain.
f. Ekspresi permintaan tidak sesuai dengan umur perkembangan.
g. Perubahan penampilan fisik.
h. Tidak merasa aman dimasyarakat.

B. RENTANG RESPON
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Solitut Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
Saling ketergantungan
Sumber : Gail W. Stuart, 2006
Menurut Gail W. Stuart (2006) menyatakan bahwa manusia makhluk sosial,
untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan
interpersonal yang positif. Hubungan intrpersonal terjadi jika hubungan saling
merasakan kedekatan sementara identitas pribadi tetap dipertahankan. Individu
juga harus membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan. Gail W. Stuart (2006)
menyatakan tentang respon rentang sosial individu berada dalam rentang respon
maladaptif yaitu:
a. Respon adaptif adalah suatu respon individu dalam menyesuaikan masalah
yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya yang umum
berlaku,respon ini meliputi:
1) Menyendiri (solitude)
Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk menentukan apa
yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi
diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2) Kebebasan (Otonom)
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3) Berkerja sama (mutualisme)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk saling member dan menerima
4) Saling tergantung (interdependen)
Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
b. Respon Antara Adaptif dan Maladaptif
1) Kesepian (Aloness)
Dimana individu mulai merasakan kesepian, terkucilkan dan tersisihkan
dari lingkungan.
2) Manipulasi (Manipulation)
Hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan bukan pada orang
lain.
3) Ketergantungan (Dependence)
Individu mulai tergantung kepada individu yang lain dan mulai tidak
memperhatikan kemampuan yang dimilikinya.
c. Respon Maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang dari
norma-norma sosial dan budaya lingkungannya.
1) Kesepian (Loneliness)
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain atau tanpa bersama orang lain untuk
mencari ketenangan waktu sementara.
2) Pemerasan (Exploitation)
Gangguan yang terjadi dimana seseorang selalu mementingkan
keinginannya tanpa memperhatikan orang lain untuk mencari ketenangan
pribadi.
3) Menarik Diri (Withdrawl)
Gangguan yang terjadi dimana seseorang menentukan kesulitan dalam
membina hubungan saling terbuka dengan orang lain, dimana individu
sengaja menghindari hubungan interpersonal ataupun dengan
lingkungannya.
4) Curiga (Paranoid)
Gangguan yang terjadi apabila seseorang gagal dalam mengembangkan
rasa percaya pada orang lain.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan
perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang
lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan
meresa tertekan. Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio - kultural karena
menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto
psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain
untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan
klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and
Sundeen, 2004).
a. Faktor Predisposisi
1) Teori Biologikal dan hubungannya dengan menarik diri
a) Genetik
Transmisi gangguan alam perasaan yang membuat perasaan sedih dan
individu merasa tak pantas berada ditengah lingkungan sosialnya.
Keadaan ini diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan
alam perasaan meningkat pada kembar monozigot dibanding dizigot
walaupun diasuh secara terpisah
b) Neurotransmitter
(1) Katekolamin : Penurunan relatif dari katekolamin otak atau
aktifitas sistem katekolamin menyebabkan timbulnya depresi dan
berusaha menghindari lingkungan sosial;
(2) Asetilkolin : Suatu peningkatan aktifitas kolinergik dapat menjadi
faktor penyebab dan berusaha menghindasi lingkungan sosial.;
(3) Serotonin : Suatu defisit pada sistem serotoninergik dapat
merupakan faktor penyebab dari depresi dan berusaha
menghindasi lingkungan sosial.
c) Endokrin
Keadaan sedih berkaitan dengan gannguan hormon seperti pada
hipotiroidisme dan hipertirodisme, terapi estrogen eksogen, dan post
partum.
d) Kronobiologi
Gangguan dari ritme sirkadian.

D. FAKTOR PRESIPITASI
Adapun empat sumber utama stessor yang dapat menentukan gangguan
alam perasaan.
1) Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dilayangkan, termasuk
kehilangan cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena
elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka peresepsi
pasien merupakan hal yang sangat penting.
2) Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu
episode defresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang
dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
3) Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan
defresi, terutama pada wanita.
4) Perubahan fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit
fisik, seperti : infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik,
dapat mencetuskan gangguan alam perasaan diantara obat-obatan tersebut
terdapat obat antihipertensi dan penyalah gunaan zat yang menyebabkan
kecanduan. Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan tubuh juga
sering disertai dengan defresi. Defresi yang terdapat pada usia lanjut
biasanya bersifat kompleks, karena untuk menegakkan diagnosisnya sering
melibatkan evaluasi dari kerusakan otak organik, dan defresi klinik.
(Stuart & Sundeen, 2004)

E. MEKANISME KOPING
Menurut Tim keperawatan Jiwa FIK-UI (2002), klien menarik diri
cenderung menggunakan mekanisme koping : Regresi, represi dan isolasi.
a. Regresi :
Menghindari stress kecemasan dan menampilkan perilaku kemabli setelah
kemabli pada perkembangan
b. Represi :
Menekan perasaan atau pengalaman yang menyakitkan atau konflik atau
ingatan dari kesadaran yang cenderung memperkuat mekanisme ego laiinya.
c. Proyeksi :
Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada orang
lain karena kesalahan yang diakukan sendiri.

F. POHON MASALAH

Defisit Perawatan Diri GPS: Halusinasi

Intoleransi Aktifitas Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

II. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


A. Masalah keperawatan
a. Isolasi sosial
b. Harga Diri Rendah kronis
c. Perubahan Sensori-persepsi : Halusinasi
d. koping individu tidak efektif
B. Data yang perlu dikaji
Masalah Data yang perlu dikaji
Keperawatan
Isolasi sosial Subjektif
- klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain
- klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani
perawat dan meminta untuk sendirian
- klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang
lain
- tidak mau berkomunikasi
- data tentang pasien biasanya didapat dari keluarga
yang mengetahui keterbatasan klien ( suami,istri,
anak, ibu, ayah, atau teman dekat).
Objektif
- kurang spontan
- apatis ( acuh terhadap lingkungan)
- ekspresi wajah kurang berseri
- tidak merawat diri dan tidak memperhatikan
kebersihan diri
- tidak ada atau kurang komunikasi verbal
- mengisolasi diri
- tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya
- asupan makanan dan minuman terganggu
- retensi urine dan feses
- aktivitas menurun
- kurang berenergi atau bertenaga
- rendah diri
- postur tub uh berubah, misalnya sikap fetus atau janin
( khususnya pada posisi tidur).

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Isolasi sosial : Menarik Diri
b. Gangguan konsep diri Harga Diri Rendah.
c. Defisit perawatan diri
d. Gangguan Sensori-persepsi : Halusinasi
IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Pasien mampu: Setelah.....x pertemuan, pasien mampu : SP 1


- Menyadari penyebab isolasi -Membina hubungan saling percaya - Identifikasi penyebab
sosial. -Menyadari penyebab isolasi sosial, -Siapa yang satu rumah dengan pasien
- Berinteraksi dengan orang keuntungan dan kerugian berinteraksi -Siapa yang dekat dengan pasien
lain. dengan orang lain. -Siapa yang tidak dekat dengan pasien
-Melakukan interaksi dengan orang lain -Tanyakan keuntungan dan kerugian
secara bertahap. berinteraksi dengan orang lain
-Tanyakan pendapat pasien tentang
kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain.
-Tanyakan apa yang menyebabkan pasien
tidak ingin berinteraksi dengan orang
lain
-Diskusikan keuntungan bila pasien
memiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka.
-Diskusikan kerugian bila pasien hanya
mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain.
-Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap
kesehatan fisik pasien
-Latih berkenalan
-Jelaskan kepada klien cara berinteraksi
dengan orang lain
-Berikan contoh cara berinteraksi dengan
orang lain
-Beri kesempatan pasien mempraktekkan
cara berinteraksi dengan orang lain
yang dilakukan dihadapan perawat.
-Mulailah bantu pasien berinteraksi
dengan satu orang teman / anggota
keluarga.
-Bila pasien sudah menunjukkan
kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan 2,3,4 orang dan seterusnya.
-Beri pujian untuk setiap kemajuan
interaksi yang telah dilkukan oleh
pasien
-Siap mendengarkan ekspresi perasaan
pasien setelah berinteraksi dengan
orang lain, mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya, beri dorongan terus
menerus agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.
-Masukkan jadwal kegiatan pasien.
- SP 2
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
- Latih berhubungan sosial secara bertahap
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)
- Latih cara berkenalan dengan 2 orang atau
lebih
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Keluarga mampu merawat pasien Setelah.....x pertemuan, keluarga mampu SP 1
dengan isolasi sosial di rumah menjelaskan tentang : - Identifikasi masalah yang dihadapi dalam
merawat pasien
- Masalah isolasi sosial dan dampaknya - Penjelasan isolasi sosial
pada pasien. - Cara merawat pasien isolasi sosial
- Penyebab isolasi sosial - Latih (simulasi)
- Sikap keluarga untuk membantu pasien - RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
mengatasi isolasi sosialnya. merawat pasien.
- Pengobatan yang berkelanjutan dan SP 2
mencegah putus obat
- Tempat rujukan dan fasilitas kesehatan -Evaluasi kemampuan SP 1
yang tersedia bagi pasien. -Latih (langsung ke pasien)
-RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat
pasien.
SP 3
-Evaluasi kemampuan SP 1
-Latih (langsung ke pasien)
-RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat
pasien.
- SP 4
- Evaluasi kemampuan keluarga
- Evaluasi kemampuan pasien
- Rencana tindak lanjut keluarga
-Follow Up
-rujukan
V. DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, LJ (2008). Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Praktek Klinik. Jakarta : EGC.


Townsend C. Mary , 2000. Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC ; Jakarta.
Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 2004, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Penerbit : Buku
Kedokteran EGC ; Jakarta.
Keliat, Anna Budi. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Stuart, GW. 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Penerbit : Buku Kedokteran EGC ;
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai