Anda di halaman 1dari 23

PRE-PLANNING

PENYULUHAN DIABETES MELITUS PADA LANSIA DAN


SENAM PROLANIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMPUING
KOTA BENGKULU
TAHUN 2020

Disusun Oleh:
1. Al Adrian Dwi A (PO 5120420002)
2. Dahlia Habibah (PO 5120420004)
3. Feni Melani (PO 5120420008)
4. Fiska (PO 5120420009)
5. Gita Novera (PO 5120420011)
6. Nathasa Nur Rahmah (PO 5120420018)
7. Nova Hijjah Suryani (PO 5120420020)
8. Okta Fitri Yani (PO 5120420023)
9. Raden Hafidh Adam (PO 5120420024)
10. Ruth Kristiani Dolok Saribu (PO 5120420029)
11. Ria Tella (PO 5120420026)
12. Tria Pratiwi (PO 5120420031)
13. Widya Oktari (PO 5120420032)
14. Winda Aprillia (PO 5120420033)
15. Wisti Agustina (PO 5120420034)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN
PPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A. 2020/202
PRE PLANNING
PENYULUHAN DIABETES MELITUS PADA LANSIA DAN
SENAM PROLANIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMPUING
KOTA BENGKULU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN
KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN 2020/2021

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami
peningkatan yang memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target di
tubuh. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan yang lebih berat, misalnya
stroke (terjadi pada otak dan menyebabkan kematian yang cukup tinggi),
penyakit jantung koroner (terjadi kerusakan pembuluh darah jantung), dan
hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada otot jantung). Diabetes Melitus juga
dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal, penyakit pembuluh lain dan
penyakit lainnya (Syahrini et al., 2012). Umumnya penyakit diabetes Melitus
terjadi pada orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Penyakit ini
biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan penderitanya (Gunawan,
2012). Hal ini serupa seperti yang dikemukakan oleh Yogiantoro (2006),
Diabetes Melitus tidak mempunyai gejala khusus sehingga sering tidak
disadari oleh penderitanya. Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian
disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan
diabetes Melitus ditemukan sebanyak 600 juta dan mengalami peningkatan
menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008 (WHO, 2013). Di Indonesia
sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2007 diketahui bahwa
prevalensi diabetes Melitus di Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata 3,17%
dari total penduduk dewasa. Hal ini berarti dari 3 orang dewasa, terdapat 1
orang yang menderita diabetes Melitus (Riskesdas, 2008). Hasil penelitian

8
yang dilakukan oleh 2 Riskesdas menemukan prevalensi diabetes Melitus di
Indonesia pada tahun 2013 sebesar 25,8%. Daerah Bangka Belitung menjadi
daerah dengan prevalensi diabetes Melitus yang tertinggi yaitu sebesar
30,9%, kemudian diikuti oleh Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan
Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) (Riskesdas, 2013). Angka kesakitan
Di Kota Bengkulu saat ini terutama disebabkan oleh penyakit Diabetes
Melitus sebanyak 7,037 orang.
Masih banyak lansia khususnya lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Lempuing kota Bengkulu yang masih banyak mengalami penyakit Diabetes
Melitus namun tidak mengetahui pantangan dan cara pengalihan nyeri saat
diabetes Melitus. Untuk itu saat ini kami Mahasiswa prodi Profesi Ners
angkatan 3 jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu tahun 2020
ini ingin melakukan penyuluhan tentang Diabetes Melitus dan cara
pengalihan nyeri saat diabetes Melitus di wilayah kerja Puskesmas Lempuing
kota Bengkulu.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan diharapkan lansia dapat
menambah pengetahuan, mampu meningkatkan dan menerapkan cara
memperlancarkan peredaran darah
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan 75% lansia dapat
menyebutkan:
a. Pengertian Diabetes Melitus
b. Penyebab Diabetes Melitus
c. Mekanisme Tanda gejala Diabetes Melitus
d. Klasifikasi Diabetes Melitus
e. Dapat mengetahui gerakkan senam prolanis Diabetes Melitus
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik/Judul Kegiatan

9
Penyuluhan penyakit Diabetes Melitus pada lansia dan senam Prolanis di
wilayah kerja Puskesmas Lempuing kota Bengkulu
3. Sasaran/Target
Seluruh lansia di wilayah kerja Puskesmas Kuala Lempuing kota
Bengkulu
4. Metode
Ceramah dan tanya jawab
5. Media dan Alat
a. LCD
b. Laptop
c. Leaflet (Materi:
Terlampir)
d. Lembar Balik
6. Waktu dan Tempat
a. Hari/tanggal :
Kamis, 15 Oktober 2020
b. Jam :
10.00-12.00 WIB
c. Tempat
: Posyandu lansia
7. Pengorganisasian
Penanggung jawab acara : Raden Hafidh Adam F
a. Mengkoordinir
persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
b. Moderator
: Tria Pratiwi
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan pelaksanaan kegiatan
3) Menjelaskan tujuan penyuluhan
4) Membuat kontrak waktu

10
c. Penyaji
: Nathasa Nur
Rahmah
1) Memberikan penyuluhan pada lansia
2) Menjawab pertanyaan
d. Notulen
: Nova Hijjah Suryani
Mencatat pelaksanaan dan hasil tanya jawab
e. Observer
: Ruth Kristiani Dolok
Saribu
1) Mengamati proses pelaksanaan kegiatan penyuluhan dari awal
sampai akhir
2) Membuat laporan hasil penyuluhan yang dilaksanakan
f. Fasilitator
: Winda Aprillia,
Dahlia Habibah, Feni Melani, Gita Novera, Okta Fitri Yani, Wisti
Agustina, Widya Oktari
Memfasilitasi peserta untuk berperan aktif selama penyuluhan
g. Dokumentasi
: Al Adrian Dwi
Mendokumentasikan kegiatan
h. Konsumsi
: Okta Fitri & Wisti
Agustina
Mempersiapkan konsumsi
i. Perlengkapan
: Fiska, Al adrian dwi, Raden Hafidh Adam Mempersiapkan alat-alat
untuk kegiatan

11
D. Setting Tempat

Keterangan:
: Pembimbing
: Penyaji
: Notulen
: Fasilitator
: Moderator
: Lansia
: Observer

E. Susunan Acara
No Acara Kegiatan Audiens Waktu
.
1. Pembukaan 5 menit
 Memberi salam  Menjawab salam
 Menjelaskan kontrak  Mendengarkan dan
waktu dan tujuan memperhatikan
pertemuan
 Menanyakan  Mengemukakan
permasalahan yang permasalahan (jika
dirasakan saat ini ada)
 Mendiskusikan masalah  Mendiskusikan

12
(jika ada)
2. Pelaksanaan 35 menit
 Mengkaji pengetahuan  Mengemukakan
warga tentang Diabetes pendapat
Melitus  Mendengarkan dan
 Memberi reinforcement memperhatikan
 Mendengarkan dan
 Menjelaskan pengertian memperhatikan
Diabetes Melitus  Mendengarkan dan
 Menjelaskan penyebab memperhatikan
Diabetes Melitus  Mendengarkan dan
 Menjelaskan tanda gejala memperhatikan
Diabetes Melitus  Mendengarkan dan
 Menjelaskan komplikasi memperhatikan
Diabetes Melitus  Mendengarkan dan
 Memberikan cara memperhatikan
memperlancar predaran  Mengememukakan
darah pertanyaan
 Mengajarkan senam  Memperhatikan
prolanis
 Menstimulasi lansia untuk
mendemonstari ulang
senam Prolanis
 Menjawab pertanyaan
(jika ada)
3. Penutup 10 menit
 Bersama warga  Ikut menyimpulkan
menyimpulkan materi
 Memberi salam  Menjawab salam

F. Rencana Evaluasi
Kriteria evaluasi
2. Struktur
a. Lebih dari 70%
undangan menghadiri acara
b. Alat dan media sesuai
dengan rencana
c. Peran dan fungsi
masing-masing sesuai dengan yang direncanakan
3. Proses

13
a. Pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta penyuluhan
mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Peserta berperan aktif
selama jalannya diskusi
4. Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan 75% peserta mampu:
a. Pengertian Diabetes Melitus
b. Penyebab Diabetes Melitus
c. Mekanisme Tanda gejala Diabetes Melitus
d. Klasifikasi Diabetes Melitus
e. Dapat mengetahui gerakkan senam prolanis Diabetes Melitus

G. Lampiran
1. Materi
2. Leaflet
3. Lembar Observasi
4. SOP Prolani

14
Lampiran 1.
1. Diabetes Mellitus
a. Definisi Diabetes melitus
Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan penyakit
metabolisme yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah
(hiperglikemia) yang disebabkan karena kegagalan sekresi insulin atau
kerja insulin. Hiperglikemia yang kronis dapat menyebabkan kerusakan
jangka panjang, ketidakfungsian dan kegagalan dari berbagai organ
seperti mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (American
Diabetes Association, 2014).

b. Klasifikasi Etiologi Diabetes Mellitus


Penyebab diabetes mellitus menurut PERKENI (2015) dapat
dikategorikan sebagai berikut :
1) Diabetes Tipe 1
Biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi karena kerusakan
sel β (beta). Canadian Diabetes Association (CDA) 2013 juga
menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga karena proses
autoimun, namun hal ini juga tidak diketahui secara pasti.
2) Diabetes tipe 2
Biasanya terjadi pada usia dewasa, seringkali diabetes tipe 2 di
diagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah komplikasi
muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari penyandang
DM di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari
memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan
kurangnya akitivas fisik.

8
3) Diabetes gestasional
Gestasional DM (GDM) adalah diabetes yang didiagnosis selama
kehamilan yang ditandai dengan hiperglikemia, wanita dengan
diabetes gestasional memliki peningkatan risiko diabetes tipe 2 yang
lebih tinggi di masa depan (ADA, 2014).
4) Diabetes Lainnya
Diabetes yang terjadi karena adanya kerusakan pada pankreas yang
memproduksi insulin dan mutasi gen serta mengganggu sel beta
prankreas, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan
insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh.

c. Faktor resiko penyebab NIDDM


Menurut Sudoyo (2006) ; Damayanti. S, (2015) faktor-faktor
resiko terjadinya DM antara lain :
1) Faktor keturunan
Riwayat keluarga dengan NIDDM, akan mempunyai peluang
menderita DM sebesar 15% dan risiko mengalami intoleransi
glukosa yaitu ketidakmampuan dalam memetabolisme karbohidrat
secara normal sebesar 30% (LeMone dan Burke, 2008). Faktor
genetik mengubah kemampuannya untuk mengenali dan
menyebarkan rangsang sekretoris insulin. Keadaan ini meningkatkan
kerentanan individu tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan yang
dapat merubah integritas dan fungsi sel beta pankreas.
2) Obesitas
Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan ≥ 20%
dari berat badan ideal atau BMI (body mass index 0 ≥ 27 Kg/m2.
Kegemukan menyebabkan berkurangnya jumlah reseptor insulin
yang dapat bekerja di dalam sel pada otot skeletal dan jaringan
lemak. Hal ini dinamakan resistensi insulin perifer kegemukan juga
merusak kemampuan insulin saat terjadi peningkatan glukosa darah
(smeltzer, dkk. 2008).
3) Usia

9
Faktor usia yang risiko menderita NIDDM adalah usia diatas
30 tahun, hal ini karena adanya perubahan anatomi, fisiologis dan
biokimia. Perubahan berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya
pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi homeostatis. Setelah
seseorang mencapai usia 30 tahun, maka kadar glukosa darah naik 1-
2 mg % tiap tahun saat puasa dan akan naik 6-13 % pada 2 jam
setelah makan, berdasarkan hal tersebut bahwa umur merupakan
faktor utama terjadinya kenaikan relevansi diabetes serta gangguan
toleransi glukosa (Sudoyo, dkk 2009)
Resistensi insulin pada penyandang NIDDM cenderung
meningkat pada usia diatas 40 tahun. Hal ini disebabkan karena
berkurangnya sensitifitas jaringan–jaringan tubuh terhadap insulin.
Kejadian NIDDM mencapai puncaknya pada usia 40-70 tahun. hal
ini disebabkan karena kelompok usia diatas 40 tahun mempunyai
resiko lebih tinggi terkena Diabetes mellitus karena menurunnya
tingkat toleransi glukosa yang berhubungan dengan berkurangnya
sensitifitas sel perifer terhadap resistensi insulin (Guyton & Hall,
2012)
4) Tekanan darah
Seseorang yang beresiko menderita DM adalah yang
mempunyai tekanan darah tinggi (hypertensi). Yaitu tekanan darah ≥
140/90 mmHg. Hipertensi yang tidak dikelola dengan baik akan
mempercepat kerusakan pada ginjal dan kelainan pada
kardiovaskular. Sebaliknya apabilan tekanan darah dapat dikontrol
maka akan memproteksi terhadap komplikasi mikro dan
makrovaskuler yang disertai pengelolaan hiperglikemia yang
terkontrol.
5) Aktivitas fisik
Aktifitas fisik yang kurang menyebabkan resistensi insulin
pada NIDDM (Soegondo, Soewondo & Subekti, 2009). Menurut
indonesian diabetes association (Persadia), Soegondo bahwa
NIDDM selain faktor genetik, juga bisa dipicu oleh lingkungan yang

10
menyebabkan perubahan gaya hidup tidak sehat, seperti makan
berlebihan (berlemak dan kurang serat), kurang aktivitas fisik, stres.
6) Kadar kolesterol
Salah satu mekanisme yang diduga menjadi presdisposisi
diabetes tipe 2 adalah terjadinya pelepasan asam-asam lemak bebas
secara cepat yang berasal dari suatu lemak visceral yang membesar.
Proses ini menerangkan terjadinya sirkulasi tingkat tinggi dari asam-
asam lemak bebas di hati, sehingga kemampuan hati untuk
meningkat dan mengekstrak insulin dari darah menjadi berkurang.
Hal ini dapat mengakibatkan hiperinsulinemia. Akibat lainnya
adalah peningkatan glukoneogenesis dimana glukosa darah
meningkat.
7) Stress
Stres memicu reaksi biokimia tubuh melalui 2 jalur, yaitu
neural dan neuro endokrin. Reaksi pertama respon stres yaitu sekresi
sistem saraf simpatis untuk mengeluarkan norepinefrin yang
menyebabkan peningkatan frekuensi jantung. Kondisi ini
menyebabkan glukosa darah meningkat guna sumber energi untuk
perfusi. Bila stres menetap akan melibatkan hipotalamus-pituitari.
Hipotalamus mensekresi corticotropin-releasing faktor, yang
menstimulasi pituitari anterior untuk memproduksi adreno
cortocotropic Hormone (ACTH) kemudian ACTH menstimulasi
pituitari anterior untuk memproduksi glukokortikoid, terutama
kortisol. Peningkatan kortisol mempengaruhi peningkatan glukosa
darah melalui glukoneogenesis, katabolisme protein dan lemak).
Selain itu kortisol juga dapat menginhibisi ambilan glukosa oleh sel
tubuh (Individual Wellbeing Diagnostic Laboratories, 2008).

d. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus


1) Pengeluran urin (Poliuria)

11
Poliuria dalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM
dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh
tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk
mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih
sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan
mengandung glukosa (PERKENI, 2011)
2) Timbul Rasa Haus (Polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlebih yang timbul karena kadar
glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk
meningkatkan asupan cairan (Subekti, 2009).
3) Timbul Rasa Lapar (Polifagia)
Pasien DM akan merasa lapar dan emas, hal ini disebabkan
karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa
dalam darah cukup tinggi.
4) Penyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien DM dikarenakan tubuh
terpaksa mengambil dan membakar sebagai cadangan energi
(Subekti, 2009).

e. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe II


Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak
mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang dtandai dengan
kurangnya sek beta atau defisiensi insulin resistensu insulin perifer
ADA, 2015). Resistensi insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada
reseptor-reseptor insulin sehingga menyebabkan insulin menjadi kurang
efektif mengantar pesan- pesan biokimia menuju sel-sel (CDA, 2013).
Dalam kebanyakan kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat oral gagal
untuk merangsang pelepasan insulin yang memadai, maka pemberian
obat melalui suntikan dapat menjadi alternatif.

12
f. Komplikasi Diabetes mellitus
1) Komplikasi Metabolik Akut
Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah),
ketoasidosis diabetic, dan sindrom HHNK (koma hiperglikemia
hiperosmoler non ketotik) .
2) Komplikasi metabolik kronik
Berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil
(mikrovaskuler) seperti kerusakan retina mata (Retinopati),
kerusakan ginjal (Nefropati diabetik), kerusakan syaraf (Neuropati
diabetik) dan komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)
yaitu penyakit jantung coroner, penyakit serebrovaskuler (Price &
Wilson, 2006).

g. Macam-macam Pemeriksaan Glukosa Darah


Berdasarkan Depkes RI ada beberapa macam pemeriksaan glukosa
darah yang dapat dilakukan, yaitu :
1) Glukosa Darah Sewaktu
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu
sepanjang hari tanpa memperhatikan makan terakhir yang dimakan
dan kondisi tubuh orang tersebut.
2) Glukosa Darah puasa
Glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa darah yang
dilakukan setelah pasien melakukan puasa selama 8-10 jam.
3) Glukosa Darah 2 jam Post prandial
Pemeriksaan glukosa ini adalah pemeriksaan glukosa yang
dihitung 2 jam setelah pasien menyelesaikan makan.

13
Tabel 2.2
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM
DM

Kadar glukosa darah Plasma vena <100 100-199 ≥ 200


sewaktu (mg/dl)
Darah kapiler <90 90-199 ≥ 200

Kadar glukosa darah Plasma vena <100 100-125 ≥126


puasa (mg/dl)
Darah kapiler <90 90-99 ≥100

(PERKENNI, 2015)

h. Pengendalian Kadar Glukosa Darah


Pengendalian kadar gula darah yang baik dan optimal
diperlukan untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik. Untuk
menyatakan kadar gula darah yang terkontrol, tidak hanya tergantung
pada hilangnya gejala DM saja, tetapi harus dengan pemeriksaan kadar
glukosa darah. Diabetes mellitus yang terkendali baik, tidak hanya
kadar glukosa darahnya saja yang baik, tetapi meliputi pulsa status gizi,
tekanan darah, kadar lipid maupun HbAIC (Soewondo, 2002)

14
Lampiran 2
Leaflet

15
Lampiran 3.
Lembar Observasi

PENYULUHAN PRAKTIK PROFESI


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

Ruang : Posyandu lansia Puskesmas Kuala Lempuing


Nama Observer : Ruth Kristiani Dolok Saribu
No. Hal yang diobservasi Baik Cukup Kurang Keterangan
1. Persiapan
-ruang Posyandu lansia
Puskesmas Kuala
Lempuing
-LCD,Laptop,leaflet,
absensi,
-undangan
-tepat waktu
2. Moderator

-salam

-menjelaskan tujuan

-kontrak waktu

3. Penyaji

-sistematis

-cara penyampaian

-atraktif

-tanggap situasi

4. Fasilitator

-penjelasan mudah dipahami

16
5. Peserta

-antusiasme

-pemahaman materi

17
Lembar observer 2
No Acara Kegiatan Audiens Waktu ket
.
1. Pembukaan 5 menit
 Memberi salam  Menjawab salam
 Menjelaskan  Mendengarkan dan
kontrak waktu dan memperhatikan
tujuan pertemuan
 Menanyakan  Mengemukakan
permasalahan yang permasalahan (jika
dirasakan saat ini ada)
 Mendiskusikan  Mendiskusikan
masalah (jika ada)
2. Pelaksanaan 35 menit
 Mengkaji  Mengemukakan
pengetahuan warga pendapat
tentang Diabetes  Mendengarkan dan
Melitus memperhatikan
 Memberi  Mendengarkan dan
reinforcement memperhatikan
 Mendengarkan dan
 Menjelaskan memperhatikan
pengertian  Mendengarkan dan
Diabetes Melitus memperhatikan
 Menjelaskan  Mendengarkan dan
penyebab Diabetes memperhatikan
Melitus  Mendengarkan dan
 Menjelaskan tanda memperhatikan
gejala Diabetes  Mengememukakan
Melitus pertanyaan
 Menjelaskan  Memperhatikan
komplikasi
Diabetes Melitus
 Memberikan cara
memperlancar
predaran darah
 Mengajarkan
senam prolanis
 Menstimulasi
lansia untuk
mendemonstari
ulang senam
Prolanis
 Menjawab
pertanyaan (jika
ada)
3. Penutup 10 menit

18
 Bersama warga  Ikut menyimpulkan
menyimpulkan
materi  Menjawab salam
 Memberi salam

Lampiran 4
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR SENAM PROLANIS
KE
PROSEDUR
T
1. Input
1. DVD
2. DVD senam Prolanis
3. Speaker (pengeras suara)
2. Proses
1. Pemanasan (warming up), gerakan umum, yang melibatkan
otot dan sendi, dilakukan secara lambat dan hati-hati.
Pemanasan dilakukan bersama dengan peregangan lamanya
kira-kira 8-10 menit. Pada 5 menit terakhir pemanasan
dilakukan lebih cepat, pemanasan dilakukan dengan tujuan
untuk mengurangi cedera dan mempersiapkan sel-sel tubuh
agar dapat turut serta dalam proses metabolisme yang
meningkat.
2. Latihan/gerakan inti senam lansia dilakukan 10-20 menit,
gerakannya meliputi :
a. Jalan ditempat sambil mengatur napas
b. bergantian ke depan dan tangan diangkat setinggi bahu
c. Melangkah kesamping dua langkah, posisi tangan seperti
mendorong

19
d. Ulangi gerakan diatas 4 set
e. Jalan ditempat sambil mengatur napas
f. Maju dengan mengangkat lutut sejajar paha dan kedua siku
diayun didepan dada
g. Melangkah ke samping satu langkah dan tangan didorong
ke atas dengan mengepal
h. Ulangi  gerakan e,f,g selama 4 set
i. Jalan ditempat sambil mengatur napas
j. Mengangkat lutut serong dan siku seolah-olah menyentuh
lutut
k. Mengankat ke depan dan mengangkat tangan ke pinggang
l. Ulangi gerakan i,j,k selama 4 set
m. Jalan ditempat sambil mengatur napas
n. maju dan mundur 2 langkah dan tangan mengepal
diluruskan kedepan
o. dibuka jinjit kesamping dan tangan bertepuk dan dibuka
p. Ulangi latihan m,n,o selama 4 set
q. Jalan ditempat sambil mengatur napas
r. Melangkah ke samping 2 langkah sambil merentangkan
lengan sejajar bahu
s. Menghadap kesamping, ujung dibuka-tutup sambil tangan
didorong ke atas
t. Ulangi q,r,s selama 4 set
u. Jalan ditempat sambil mengatur napas
v. Mengayun tangan diatas sampai sejajar bahu
w. Mengayun tangan dibawah sampai sejajar bahu
x. Bertepuk tangan
3. Pendinginan (cooling down), dilakukan secara aktif artinya,
setelah latihan inti perlu gerakan umum yang ringan sampai
suhu tubuh kembali normal yang ditandai dengan pulihnya
denyut nadi dan terhentinya keringat. Pendinginan dilakukan
seperti pada pemanasan yaitu selama 8-10 menit.
C Output
1. Dokumentasi

20
Lampiran 5
LOOGBOOK KEGIATAN POSBINDU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LEMPUING KOTA BENGKULU
Kelompok :
No Hari/Tanggal Uraian Kegiatan Hasil Kegiatan Nama Paraf Keterangan
Pembimbing Pembimbing

21
ABSENSI KEHADIRAN
PENYULUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA DAN CARA
MEMPERLANCAR ALIRAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI RT 008
KELURAHAN SAWAH LEBAR BARU KECAMATAN RATU AGUNG
A. MAHASISWA
NO. NAMA PARAF KETERANGAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

B. DOSEN
NO. NAMA PARAF KETERANGAN

1.
2.

22

Anda mungkin juga menyukai