Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

Askep ini dibuat ubtuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pengampu Ns Ita Sulistiani Basir, S.Kep, M.Kep

Disusun oleh
Kelompok 1
Kelas C

1. Dhety Hutrisa R. Taludio (841417032)


2. Riswanto Ismail (841417071)
3. Lidya Pulumoduyo (841417098)
4. Nurmala Pakaya (841417100)
5. Leadis Juwita Pulumoduyo (841417106)
6. Reka Permata Talaa (841417108)
7. Fitriyanti H. Taliki (841417111)
8. Meyski Amelia Pakude (841417113)
9. Dian Safitri Walinelo (841417117)
10. Mirjan L. Mokoagow (841417118)
11. Nurhasana A. Dunggio (841417123)
12. Miftah Nuralifya Antuli (841417142)
13. Dwi Nisviani S. Ilato (841417175)

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Fakultas Olahraga dan Kesehatan

Universitas Negeri Gorontalo

T.A 2019/2020

i
KATA PENGANTAR
Ucapan puji-puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT. Hanya
kepada-Nya lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami bersyukur, kami
meminta ampunan dan kami meminta pertolongan.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar
yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta.

Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan “Asuhan Keperawatan pada Juvinel diabetes (DM TIPE 1)” dengan
lancar. Kami pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan
pada makalah kami ini.

Oleh sebab itu, kami sangat menantikan kritik dan saran yang membangun
dari setiap pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah
berikutnya. Kami juga berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk kami
supaya kami lebih mengutamakan kualitas makalah di masa yang selanjutnya.

Gorontalo, November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) ...................................................... 1

MATERI ................................................................................................................. 6

1. Definisi ......................................................................................................... 6

2. Penyebab ...................................................................................................... 7

3. Tanda dan Gejala.......................................................................................... 8

4. Penatalaksanaan ........................................................................................... 9

5. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................. 12

6. Masalah yang lazim muncul pada klien ..................................................... 13

7. Discharge Plannining ................................................................................. 14

8. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul.......................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44

iii
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

Mata Kuliah : Keperawatan Anak


Topik atau materi : Diabetes Melitus Tipe 1
Sub topik : Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 1
Sasaran : Pasien dan keluarga di Poli anak
Waktu : 08.00 – 08.30 WIB (1x30 menit)
Tempat : Poli anak

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Mampu menjelaskan tentang penyakit diabetes melitus Tipe 1
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan pendidikan kesehatan peserta mampu:
1) Menjelaskan definisi diabetes melitus tipe 1
2) Menjelaskan penyebab diabetes melitus tipe 1
3) Menjelaskan tanda dan gejala diabetes melitus tipe 1
4) Menjelaskan tata laksana penyakit diabetes melitus tipe 1
5) Menjelaskan komplikasi diabetes melitus tipe 1
3. Materi
1. Menjelaskan definisi diabetes melitus tipe 1
2. Menjelaskan penyebab diabetes melitus tipe 1
3. Menjelaskan tanda dan gejala diabetes melitus tipe 1
4. Menjelaskan tata laksana penyakit diabetes melitus tipe 1
5. Menjelaskan komplikasi diabetes melitus tipe 1
5. Metode
Ceramah dan tanya jawab
6. Waktu
1 x 30 menit
7. Bahan/alat yang diperlukan:
1. Media
2. Leaflet

1
8. Persiapan
1. Menetapkan panitia
Penyaji : Dhety Hutrisa Relanda Taludio
: Meyski Amelia Pakude
Notulen : Leadis Juwita Pulumoduyo
: Nurhasana Dunggio
: Dwi Nisviani S. Ilato
Moderator : Riswanto Ismail
Observer : Mirjan Mokoagow
: Lidya Pulumoduyo
: Nurmala Pakaya
Fasilitator : Dian Safitri Walinelo
: fitriyanti H. Taliki
: Miftah Nuralifya Antuli
: Reka Permata Talaa
2. Mencari materi tentang diabetes melitus tipe 1
3. Konsultasi dengan pembimbing akademik dan pembimbing klinik
4. Menetapkan waktu penyuluhan
5. Melaksanakan penyuluhan
6. Melakukan evaluasi penyuluhan

2
9. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Tindakan Tindakan
Waktu
Proses Kegiatan
Kegiatan pembelajaran
peserta
5 menit Pendahuluan a. Memberi salam Memperhatikan
memperkenalkan diri dan menjawab
dengan baik salam

b. Menjelaskan materi Memperhatikan


secara umum pada serta merespon
peserta terhadap
pembelajar

c. Menyampaikan tujuan Memperhatikan


penyuluhan

20 menit Penyajian 1. Membagikan Leaflet Menerima


leaflet

2. Memberikan
penjelasan tentang Memperhatikan
a. Definisi diabetes
melitus tipe 1
b. Penyebab
diabetes melitus
tipe 1
c. Tanda dan gejala
diabetes melitus
tipe 1
d. Tata laksana
penyakit diabetes
melitus tipe 1
e. Masalah yang
lazim muncul
pada klien
f. Discharge
planning
g. Diagnosa
keperawatan yang
mungkin muncul

3
3. Memberi kesempatan Memberi
pada peserta untuk pertanyaan
bertanya

4. Menjawab pertanyaan Memperhatikan


peserta dengan tepat
dan mudah di
mengerti

5 menit Penutup 1. Memberi kesimpulan Memperhatikan


tentang diabetes
melitus tipe 1

2. Mengajukan Merenspon
pertanyaan pada pertanyaan
peserta tentang materi yang di berikan
yang telah penyuluh
disampaikan
Memprhatikan
3. Menutup pertemuan dan menjawab
dan memberi salam salam
penutup

4
10. Setting Tempat PKRS

Media

Notulen I
Penyaji I Penyaji II
Notulen II

Notulen III Moderator

Peserta Peserta
Fasilitator
Fasilitator I
II
Peserta Peserta

Observer Observer
I II
Peserta Peserta
Fasilitator Fasilitator
III IV
Peserta Peserta

Observer
III

5
MATERI

1. Definisi
Diabetes melitus tipe 1 disbeut insulin-dependent diabetes (IDDM, diabetes
yang bergantung pada insulin, diirikan dengan rusaknya sel beta penghasil
insulin sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Penyebab utama dari
kehilangan sel beta pada DM tipe 1 adalah reaksi autoimun yang
menghancurkan sel beta pankreas yang dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Setelah melakukan pendataan pasien di seluruh Indonesia selama 2 tahun,
Unit Kelompok Kerja (UKK) Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) mendapatkan 674 data penyandang Diabetes Mellitustipe 1
di Indonesia. Data ini diperoleh melalui kerjasama berbagai pihak di seluruh
Indonesia mulai dari para dokter anak, endokrinolog anak, spesialis penyakit
dalam, perawat edukator Diabetes Mellitus, data Ikatan Keluarga Penyandang
Diabetes MellitusAnak dan Remaja (IKADAR), penelusuran dari catatan
medis pasien, dan juga kerjasama dengan perawat edukator National
University HospitalSingapura untuk memperoleh data penyandang Diabetes
Mellitusanak Indonesia yang menjalani pengobatannya di Singapura.Data lain
dari sebuah penelitian unit kerja koordinasi endokrinologi anak di
seluruhwilayah Indonesia pada awal Maret tahun 2012 menunjukkan jumlah
penderita Diabetes Mellitususia anak-anak juga usia remaja dibawah 20 tahun
terdata sebanyak 731 anak. Ilmu Kesehatan Anak FFKUI (Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia) melansir, jumlah anak yang terkena Diabetes
Mellituscenderung naik dalam beberapa tahun terakhir ini. Tahun 2011 tercatat
65 anak menderita Diabetes Mellitus, naik 40% dibandingkan tahun 2009. Tiga
puluh duaanak diantaranya terkena Diabetes Mellitustipe 2.(Pulungan, 2010)
Peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus yang cukup signifikan di
Indonesia ini perlu mendapatkan perhatian seiring dengan meningkatnya risiko
anak terkena Diabetes Mellitus.Deteksi dini pada Diabetes Mellitus merupakan
hal penting yang harus dilakukan untuk menghindari kesalahan atau
keterlambatan diagnosis yang dapat mengakibatkan kematian.Diabetes
Mellitus tipe 1 yang menyerang anak-anak sering tidak terdiagnosis oleh dokter
karena gejala awalnya yang tidak begitu jelas dan pada akhirnya sampai pada

6
gejala lanjut dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak nafas,
bahkan koma. Dengan deteksi dini, pengobatan dapat dilakukan sesegera
mungkin terhadap penyandang Diabetes Mellitus sehingga dapat menurunkan
risiko kecacatan dan kematian (Pulungan, 2010)
International Society of Pediatric and Adolescence Diabetesdan WHO
merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi. DM tipe 1 terjadi
disebabkan oleh karena kerusakan sel β-pankreas. Kerusakan yang terjadi
dapat disebabkan oleh proses autoimun maupun idiopatik. Pada DM tipe 1
sekresi insulin berkurang atau terhenti.Sedangkan DM tipe 2 terjadi akibat
resistensi insulin. Pada DM tipe 2 produksi insulin dalam jumlah normal atau
bahkan meningkat. DM tipe 2 biasanya dikaitkan dengan sindrom resistensi
insulin lainnya seperti obesitas,hiperlipidemia, kantosis nigrikans, hipertensi
ataupun hiperandrogenisme ovarium (Rustama DS, dkk. 2010).

2. Penyebab
a. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan
proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin
endogen
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.

7
3. Tanda dan Gejala
Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak (
diabetes melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat,
tergantung insulin dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya
datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis. Mayoritas
penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti:
a. Hiperglikemia ( Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl ).
b. Poliuria, Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya
DM tipe 1 pada anak.
c. Polidipsia
d. Poliphagia
e. Penurunan berat badan , Malaise atau kelemahan
f. Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
g. Ketonemia dan ketonuria, Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan
urine terjadi akibat katabolisme abnormal lemak sebagai sumber energy. Ini
dapat mengakibatkan asidosis dan koma.
h. Mata kabur, Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa –
sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat
terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukan katarak.
i. Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton,
nyeri atau kekakuan abdomen dan gangguan kesadaran ( koma ). (Brink SJ,
dkk. 2010)
j. Ketoasidosis

Perjalanan klinis DM tipe 1 terbagi atas:

a. Fase Inisial, Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan


diagnosis. Fase ini sering didahului oleh infeksi, goncangan emosi maupun
trauma fisik.
b. Fase Penyembuhan, Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan.
Keadaan akut penyakit ini telah teratasi dan sudah terdapat sensitivitas
jaringan terhadap insulin.

8
c. Fase Remisi (Honeymoon period), Fase ini khas pada penyandang DM tipe
1. Pada saat ini, kebutuhan insulin menurun sehingga dapat terjadi
hipoglikemia bila insulin tidak disesuaikan. Bila dengan dosis insulin 0.1
IU/kg BB masih menyebabkan hipoglikemia maka pemberian insulin harus
dihentikan. Pada fase ini perlu observasi dan pemeriksaan urin reduksi
secara teratur untuk memantau keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung
selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Diperlukan penyuluhan
pada penyandang DM atau orangtua bahwa fase ini bukan berarti
penyembuhan penyakitnya.
d. Fase Intensifikasi, Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan.
Pada fase ini terjadi kekurangan insulin endogen.

4. Penatalaksanaan
1) Insulin
Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita
DM Tipe 1. Dalam pemberian insulin perlu diperhatikan jenis insulin,
dosis insulin, regimen yang digunakan, cara menyuntik serta penyesuaian
dosis yang diperlukan.
a. Jenis insulin: kita mengenal beberapa jenis insulin, yaitu insulin kerja
cepat, kerja pendek, kerja menengah, kerja panjang, maupun insulin
campuran (campuran kerja cepat/pendek dengan kerja menengah).
Penggunaan jenis insulin ini tergantung regimen yang digunakan.
b. Dosis insulin: dosis total harian pada anak berkisar antara 0,5-1
unit/kg berat badan pada awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini
selanjutnya akan diatur disesuaikan dengan faktor-faktor yang ada,
baik pada penyakitnya maupun penderitanya.
c. Regimen: kita mengenal dua macam regimen, yaitu regimen
konvensional serta regimen intensif. Regimen konvensional/mix-split
regimen dapat berupa pemberian dua kali suntik/hari atau tiga kali
suntik/hari. Sedangkan regimen intensif berupa pemberian regimen
basal bolus. Pada regimen basal bolus dibedakan antara insulin yang
diberikan untuk memberikan dosis basal maupun dosis bolus.

9
d. Cara menyuntik: terdapat beberapa tempat penyuntikan yang baik
dalam hal absorpsinya yaitu di daerah abdomen (paling baik
absorpsinya), lengan atas, lateral paha. Daerah bokong tidak
dianjurkan karena paling buruk absorpsinya.
e. Penyesuaian dosis: Kebutuhan insulin akan berubah tergantung dari
beberapa hal, seperti hasil monitor gula darah, diet, olahraga, maupun
usia pubertas terkadang kebutuhan meningkat hingga 2 unit/kg berat
badan/hari), kondisi stress maupun saat sakit.
2) Diet
Secara umum diet pada anak DM tipe 1 tetap mengacu pada upaya
untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan. Untuk itu pemberian diet
terdiri dari 50-55% karbohidrat, 15-20% protein dan 30% lemak. Pada
anak DM tipe 1 asupan kalori perhari harus dipantau ketat karena terkait
dengan dosis insulin yang diberikan selain monitoring pertumbuhannya.
Kebutuhan kalori perhari sebagaimana kebutuhan pada anak sehat/normal.
Ada beberapa anjuran pengaturan persentase diet yaitu 20% makan pagi,
25% makan siang serta 25% makan malam, diselingi dengan 3 kali snack
masing-masing 10% total kebutuhan kalori perhari. Pemberian diet ini
juga memperhatikan regimen yang digunakan. Pada regimen basal bolus,
pasien harus mengetahui rasio insulin:karbohidrat untuk menentukan dosis
pemberian insulin.
Panduan makan untuk adnak dengan DM tipe I :
a. Kurangi makanan berlemak jenuh yang tidak sehat seperti bacon
atau sepek, susu dan mentega. Lebih baik konsumsi ikan salmon
yang tinggi asam lemak dan susu yoghurt
b. Konsumsi cukup serat, yang didapt dari biji-bijian, kacang-
kacangan buah-buahan dan sayuran yang berdaun hijau, tomat,
paprika, bawang mentimun, seledri, wortel.
c. Makan buah segar dan alami, seperti buah, pepaya, kedndong, apel,
salak, semangka. Dan tidak dianjurkan untuk buah-buahan yang
manis seperti, sawo, jeruk, nanas, rambutan, durian, nangka.

10
d. Hitung karbohidrat yang masuk kedalam tubuh, yang bisa didapat
dari biji-bijian (pasta, roti, kue)
e. Jangan lupa mengonsumsi protein yang bersumber dari daging,
kacang-kacangan dan telur.
3) Aktivitas fisik/exercise
Anak DM bukannya tidak boleh berolahraga. Justru dengan
berolahraga akan membantu mempertahankan berat badan ideal,
menurunkan berat badan apabila menjadi obes serta meningkatkan percaya
diri. Olahraga akan membantu menurunkan kadar gula darah serta
meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Namun perlu diketahui
pula bahwa olahraga dapat meningkatkan risiko hipoglikemia maupun
hiperglikemia (bahkan ketoasidosis). Sehingga pada anak DM memiliki
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjalankan olahraga, di
antaranya adalah target gula darah yang diperbolehkan untuk olahraga,
penyesuaian diet, insulin serta monitoring gula darah yang aman.
Apabila gula darah sebelum olahraga di atas 250 mg/dl serta
didapatkan adanya ketonemia maka dilarang berolahraga. Apabila kadar
gula darah di bawah 90 mg/dl, maka sebelum berolahraga perlu
menambahkan diet karbohidrat untuk mencegah hipoglikemia.
4) Edukasi
Langkah yang tidak kalah penting adalah edukasi baik untuk penderita
maupun orang tuanya. Keluarga perlu diedukasi tentang penyakitnya,
patofisiologi, apa yang boleh dan tidak boleh pada penderita DM, insulin
(regimen, dosis, cara menyuntik, lokasi menyuntik serta efek samping
penyuntikan), monitor gula darah dan juga target gula darah ataupun
HbA1c yang diinginkan.
5) Monitoring kontrol glikemik
Monitoring ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang diberikan
sudah baik atau belum. Kontrol glikemik yang baik akan memperbaiki
kualitas hidup pasien, termasuk mencegah komplikasi baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Pasien harus melakukan pemeriksaan gula darah
berkala dalam sehari. Setiap 3 bulan memeriksa HbA1c. Di samping itu,

11
efek samping pemberian insulin, komplikasi yang terjadi, serta
pertumbuhan dan perkembangan perlu dipantau

5. Pemeriksaan Penunjang
1) Glukosadarah
2) Aseton plasma (keton)
3) Asam lemak bebas
4) Osmolaritas serum
5) Elektrolit :
1) Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
2) Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
3) Fosfor : lebih sering menurun
6) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (
lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan
DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden ( mis, ISK baru)
7) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
9) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
10) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
11) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe
1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan
antibody .( autoantibody)
12) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin

12
13) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
14) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

(Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines


2009).

Kriteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal adalah:

1) Kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl atau


2) Kadar gula darah puasa >126 mg/dl atau
3) Kadar gula darah 2 jam postprandial >200 mg/dl.

Untuk menegakkan diagnosis DM tipe 1, maka perlu dilakukan pemeriksaan


penunjang, yaitu C-peptide <0,85 ng/ml. C-peptide ini merupakan salah satu
penanda banyaknya sel β-pankreas yang masih berfungsi. Pemeriksaan lain
adalah adanya autoantibodi, yaitu Islet cell autoantibodies(ICA), Glutamic acid
decarboxylase autoantibodies(65K GAD), IA2( dikenal sebagai ICA 512 atau
tyrosine posphatase) autoantibodiesdan Insulin autoantibodies(IAA). Adanya
autoantibodi mengkonfirmasi DM tipe 1 karena proses autoimun. Sayangnya
pemeriksaan autoantibodi ini relatif mahal. (Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD
Clinical Practice Consensus Guidelines 2009).

6. Masalah yang lazim muncul pada klien


1) Resiko Hipovolemi
2) Perfusi perifer tidak efekti
3) Ketidakstabilan kadar glukosa darah
4) Defisit Nutrisi
5) Gangguan Integritas kulit/jarngan
6) Keletihan
7) Risiko Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
8) Kecemasan

13
7. Discharge Plannining
1) Pasien
a. Berikan penjelasan secara lisan dan tentang perawatan dan
pengobatan yang diberikan
b. Ajarkan bagaimana untuk mencegah hiperglikemi dan informasikan
gejala-gejala yang muncul dari keduanya
c. Jelaskan kompikasi yang muncul
d. Ajarkan mencegah infeksi: kebersihan kaki, hindari perlukaan,
gunakan sikat gigi yang halus
2) Orangtua
a. Berikan penjelasan secara lisan dan tentang perawatan dan pengobatan
yang diberikan
b. Ajarkan dan evaluasi untuk mengenal gejala syok dan asidosis diabetic
dan penanganan kedaruratan
c. Simulasikan cara pemberian terapi insulin mulai dari persiapan alat
sampai penyuntikan dan lokasi
d. Ajarkan memonitor atau memeriksa glukosa darah dan glukosa dalam
urin
e. Perencanaan diet, buat jadwal
f. Perencanaan latihan, jelaskan dampak latihan diabetic
g. Ajarkan bagaimana untuk mencegah hiperglikemi dan informasikan
gejala-gejala yang muncul dari keduanya
h. Jelaskan kompikasi yang muncul
i. Ajarkan mencegah infeksi: kebersihan kaki, hindari perlukaan,
gunakan sikat gigi yang halus

14
8. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

No Diagnosa SLKI SIKI Rasional


1. Perfusi perifer tidak efektif b.d Perfusi perifer tidak efektif Perawatan sirkulasi Perawatan Sirkulasi
berdasarkan kurang terpapar Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
informasi tetang penyakit(misalnya keperawatan selama 3x24 jam 1. identifikasi factor resiko 1. untuk mengetahui factor
diabetes mielitis) d,d turgor kulit masalah perfusi perifer tidak efektif gangguan sirkulasi (mis. resiko gangguan pada
menurun (D0009) tertasi dengan indicator : Diabetes, orang tua,hipertensi sirkulasi
Kategori : fisiologi 1. denyut nadi perifer (4) dan kadar kolesterol tinhggi)
Subkategoti : respirasi 2. akral (4) terapeutik terapeutik
Definisi : penurunan sirkulasi 3. tutrgor kulit (4) 1. hindari pemasangan infuse atau 1. untuk menghindari
adalah penurunan sirkulasi darah ket : pengambilan dara diarea terjadinya lukapada
pada level kapiler yang dapat 1. menurun keterbatasan perfusi pasien diabetes mellitus
mengganggu metabolism tubuh 2. cukup menurun edukasi
Penyebab : 3. sedang 1. anjurkan berolahraga rutin edukasi
1. Hiperglikemi 4. cukup meningkat 2. ajarkan program diet untuk 1. agar pasien menjadi
2. Penurunan kosentrasi 5. meningkat memperbaiki sirkulasi ( lebih sehat
hemoglobin missal. Rendah lemak jenuh,
3. Peningkatan tekanan darah minyak ikan omg3)

15
4. Kekurangan volume cairan status sirkulasi 2. agar tidak
5. Penurunan aliran arteri dan setelah dilakukan tindakan kolaborasi memperburuk
atau vena keperawatan selama 3x24 jam - keadaan pasien
6. Kurang terpapar informasi masalah perfusi jaringan perifer tidak
tentang factor pemberat efekti teratasi dengan indicator kolaborasi
missal merokok, gaya 1. akral dingain (4) -
hidup monon, trauma, 2. pengisian kapiler (4)
obesitas, asupan garam 3. berat badan (4)
7. imobilitas, ket :
8. kurang terpapat informasi 1. menburuk
tentang penyakit (missal 2. cukup memburuk
diabetes militus) 3. sedang
9. Kurang aktivitas fisik 4. cukup menbaik
Gejala dan tanda mayor 5. menbaik
Subjektif -
Objektif
1. pengisian kapiler lebih dari
3000 dengan nadi perifer
menurun atu tidak teraba

16
2. akral teraba dingain
3. Warna kulit pucat
4. Turgor kulit menurun
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. parastesia
2. nyeri ekstremitas
(klauditasi intermiten)
Objektif
1. edema
2. penyembuhan luka lambat
3. indeks ankle-brachial
kurang dari 0,90
4. bruit femoral
Kondisi klinis terkait
1. trobofleditis
2. diabetes mellitus
3. anemia
4. gagal jantung kongesif

17
5. kelainan jantung
kongenitas
6. trombosit arteri
7. karises
8. trobosisi vena dalam
9. sindrom kompartemen
2. Resiko hipovolemi d.d Status cairan Manajemen hipovolemia Manajemen hipovolemi
kekurangan intake cairan (D.0034) Setelah dilakukan tindakan observasi 1.observasi
Kategori : fisiologis keperawatan 3x24 jam dengan 1. periksa tanda dan gejala 1. agar mengetahui
Subkategori : nutrusi dan cairan masalah status cairan dengan hipovolemia (mis. Frekuensi terjadinya
indikator : nadi meningkat ,nada teraba hipovolemia
Definisi 1.output urine (3) meningkat, tekanan darah
Beresiko mengalami penurunan 2.kekuatan nadi (3) menurun , tekanan nadi
volume cairan intravaskuler,intenr 3. turgor kulit (3) menyempit ,turgor kulit
stisial dan/atau intraseluler menurun, membran mukosa
Ket : kering, volume urin menurun,
Kondisi klinis terkait 1.menurun hematokrit meningkat,haus
1. Kehilangan cairan secara 2.cukup menurun ,lemah )
aktif 3.sedang

18
2. Kegagalan mekanisme 4.cukup meningkat 2. monitor intake dan ouput 2. agar dapat
regulasi 5.meningkat cairan mengetahui status
3. Gangguan absorbsi cairan keseimbangan cairan
4. Kekurangan intake cairan Keseimbangan cairan tubuh klien
5. Usia lanjut Setelah dilakukan tindakan terapeutik terapeutik
6. Kelebihan berat badan keperawatan 3x24 jam dengan 1. hitung kebutuhan cairan 1. agar mengetahui
7. Status hipermetabolik masalah keseimbangan cairan 2. berikan asupan cairan oral kebutuhahan cairan
8. Evaporasi dengan indikator : yang akan diberikan
9. Efek agen faramkologis 1.asupan cairan (3) 2. untuk menjaga
2.haluaran urin (3) Edukasi asupan cairan dalam
Kondisi terkait 3. kelembapan membran mukosa (3) 1. anjurkan memperbanyak tubuh pasien
1. Muntah asupan cairan oral
2. Diare Ket: edukasi
3. Penyakit addison 1.menurun kolaborasi 1. untuk mengatasi
4. Luka bakar 2.cukup menurun 1. kolaborasi pemberian cairan dehidrasi,mengurangi
5. AIDS 3.sedang IV isotonis (mis. NaCl,RL) resiko terjadinya
6. Penyakit crohn 4.cukup meningkat 2. kolaborasi pemberian cairan kekurangan cairan.
7. Trauma/perdarahan 5.meningkat IV hipotonis (mis. Glukosa kolaborasi
8. Kolitis ulseratif 2,5 %,NaCl 0,4 %)

19
1. untuk memberikan
asupan gizi yang
diperlukan oleh tubuh
untuk memenuhi
Manajemen cairan kekurangan cairan
observasi 2. untuk mengurangi
1. Monitor status hidrasi (mis. terjadinya
Frekuensi nadi,kekuatan hipovolemi
nadi,akral,pengisihan kapiler,
kelembapan mukosa,turgor Manajemen cairan
kulit,tekanan darah) Observasi
1. untuk mengetahui
ketahanan fisik, baik
untuk sistem sirkulasi
tubuh, membantu
Teraupeutik menjaga tekanan
1. catat intake-output dan darah serta
hitung balans 24 jam meningkatkan
stamina.

20
2. berikan asupan cairan,sesuai
kebutuhan

Terapeutik
1. untuk mengetahui
status keseimbangan
Edukasi cairan tubuh pasien
- selam 24 jam
2. untuk menjaga agar
kolaborasi tubuh pasien tidak
1. kolaborasi pemberian diuretik mengalami
kekurangan cairan
edukasi
-

Kolaborasi
1. agar untuk
mengeluarkan

21
penumpukan cairan
dalam tubuh pasien.

3. Defisit Nutrisi (D.0019) b.d 1. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
peningkatan kebutuhan Setelah di lakukan tindakan Observasi : Observasi :
metabolisme d.d berat badan keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi status nutrisi 1. Agar dapat di ketahui
menurun minimal 10% di bawah masalah Defisit Nutrisi membaik 2. identifikasi kebutuhan kalori status nutrisi pasien
rentang ideal dengan kriteria hasil : dan jenis nutrient 2. Agar kebutuhan
Kategori : Fisiologis 1. Frekuensi makan (4) 3. Monitor asupan makanan kalori dan nutrisi
Subkategori : Nutrisi dan Cairan 2. Nafsu makan (4) 4. Monitor BB pasien terpenuhi
3. Pengetahuan tentang standar 5. Monitor hasil pemeriksaan 3. Agar asupan makan
asupan nutrisi yang tepat (4) laboratorium pasien terkontrol
Definisi : 4. Agar BB pasien dapat
Ket :
Asupan nutrisitidak cukup untuk di ketahui
1. Menurun
memenuhi kebutuhan metabolism. 5. Agar di ketahui hasil
2. Cukup menurun
pemeriksaan lab dari
3. Sedang
Penyebab : pasien
4. Cukup meningkat meningkat Terapeutik :
1. Ketidakmampuan menelan Terapeutik :
makanan

22
2. Ketidakmampuan 2. Berat Badan 1. Lakukan oral hygiene 1. Agar mulut terasa
mencerna makanan Setelah di lakukan tindakan sebelum makan, jika perlu lebih bersih dan segar
3. Ketidakmampuan keperawatan selama 3x24 jam 2. Fasilitasi menentukan 2. Agar diet terprogram
mengabsorpsi nutrien masalah Defisit Nutrisi membaik pedoman diet (mis, piramida dengan baik
4. Peningkatan kebutuhan dengan kriteria hasil : makanan) 3. Agar konstipasi pada
metabolism 1. Berat badan (4) 3. Berikan makanan tinggi serat pasien tidak terjadi
5. Factor ekonomi (mis, 2. Tebal lipatan kulit(4) untuk mencegah konstipasi 4. Agar pasien tidak
financial tidak mencukupi) 3. Indeks massa tubuh (4) 4. Berikan makanan tinggi kekurangan kalori
6. Factor psikologis (mis. kalori dan tinggi protein dan protein
Ket :
Stress, keengganan untuk 5. Berikan suplemen makanan, 5. Untuk menambah
1. Memburuk
makan) jika perlu energi
2. Cukup memburuk
3. Sedang
Gejala dan Tanda Mayor
4. Cukup membaik Edukasi :
Subjektif :
5. Membaik 1. Anjurkan diet yang di
(tidak tersedia)
programkan
Edukasi :
Objektif : 1. Agar nutrisi
Kolaborasi :
terpenuhi dengan
baik

23
1. Berat badan menurun 1. Kolaborasi pemberian Kolaborasi :
minimal 10% di bawah medikasi sebelum makan 1. Agar pasien dapat
rentang ideal (mis. Pereda nyeri, makan dengan baik
antiemetic), jika perlu 2. Agar gizi pasien
2. Kolaborasi dengan ahli gizi dapat di control
untuk menentukan jumlah
Gejala dan Tanda Minor
kalori dan jenis nutrient yang
Subjektif :
di butuhkan, jika perlu.
1. Cepat kenyang setelah
makan
2. Kram/nyeri abdomen Manajemen Hiperglikemia
3. Nafsu makan menurun Observasi :
1. Identifikasi kemungkinan
Manajemen Hiperglikemia
Objektif : penyebab hiperglikemia
Observasi :
1. Bising usus hiperaktif 2. Identifikasi situasi yang
1. Agar dapat di hindari
2. Otot pengunyah lemah menyebabkan kebutuhan
penyebab dari
3. Otot menelan lemah insulin meningkat (mis.
hiperglikemia
4. Membrane mukosa pucat Penyakit kambuhan)
2. Untuk mencegah
5. Sariawan
penyakit yang

24
6. Serum albumin turun 3. Monitor kadar glukosa darah, menyebabkan
7. Rambut rontok berlebihan jika perlu peningkatan
8. Diare 4. Monitor tanda dan gejala kebutuhan insulin
hiperglikemia (mis. Poliuria, 3. Agar glukosa darah
polidipsia, polifagia, pasien dapat di
Kondisi Klinis Terkait :
kelemahan, malaise, ketahui
1. Stroke
pandangan kabur, sakit 4. Agar di ketahui tanda
2. Parkinsom
kepala) dan gejala
3. Mobius syndrome
5. Monitor intake-output cairan hiperglikemia
4. Cerebral palsy
6. Monitor keton urin, kadar 5. Agar dapat di ketahui
5. Cleft lip
analisa gas darah, elektrolit, intake dan output
6. Cleft palate
dan frekuensi nadi) cairan pasien
7. Amyotropic lateral
6. Agar keton urin,
sclerosis
kadar analisa gas
8. Kerusakan neuromuskulor
darah, elektrolit, dan
9. Luka bakar
Terapeutik : frekuensi nadi
10. Kanker
1. Berikan asupan cairan oral terkontrol
11. Infeksi
2. Konsultasi dengan medis jika
12. AIDS
tanda dan gejala Terapeutik :

25
13. Penyakit chron’s hiperglikemia tetap ada atau 1. Agar pasien mudah
memburuk menelan dan dapat di
3. Fasilitasi ambulasi jika ada absorpsi dengan baik
hipotensi ortostatik 2. Agar dapat di tangani
dengan baik
Edukasi : 3. Untuk memudahkan
1. Anjurkan menghindari olah pasien untuk
raga saat glukosa darah lebih berpindah tempat
dari 250 mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri Edukasi :
3. Anjurkan indikasi dan 1. untuk mengontrol
pentingnya pengujian keton kadar glukosa darah
urin, jika perlu agar tidak meningkat
4. Ajarkan pengelolaan diabetes 2. Agar keluarga pasien
(mis. Penggunaan insulin, dapat mengontrol
obat oral, ,monitor asupan kadar glukosa darah
cairan, penggantian sendiri

26
karbohidrat, dan bantuan 3. Agar keton urin
professional kesehatan) selalu terkontrol
4. Agar pasien dapat
Kolaborasi : menggunakan insulin
1. Kolaborasi pemberian secara mandiri
insulin, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan
IV, jika perlu.

Kolaborasi :
1. untuk menambah
energi pasien dan
menurunkan kadar
glukosa darah
2. agar pasien tidak
kekurangan cairan.

27
4. Resiko gangguan pertumbuhan Status pertumbuhan Manajemen nutrisi Manajemen Nutrisi
d.d penyakit kronis,
perilakumakan maladaptive. Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
Kategori :psikologis keperawatan selama 3x24 jam, - Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui
Subkategori :pertumbuhan dan Resiko gangguan pertumbuhan - Monitor berat badan perkembangan
perkembangan membaik dengan kriteria hasil : - Identifikasi kelori dan jenis nutrisi klien apakah
makanan bertambah atau
Definisi : 1. Berat badan sesuai usia (3) berkurang,
Beresiko mengalami gangguan 2. Penjang/tinggi badan sesuai membaik atau tidak
untuk bertumbuh sesuai dengan usia (3) 2. Untuk menjadi
kelompokusianya 3. Lingkar kepala (3) perbedaan antara
4. Kecepatan pertambahan berat yang dulu dan
Factor resiko : badan (3) sekarang
1. Ketidakadekuatan nutrisi Keterangan : 3. Mengetahui apa
2. Penyakit kronis 1. Menurun saja makanan atau
3. Nafsu makan tidak 2. Cukup menurun kalori yang harus
terkontrol 3. Sedang diberikan
4. Prematuritas 4. Cukup meningkat
5. Terpapar teratogen 5. Meningkat

28
6. Ketidak adekuatan nutrisi Terapeutik Terapeutik
maternal - Lakukan oral hygine sebelum - Agar lebih bersih
7. Proses infeksi makan, jika perlu - Agar berat badan
8. Proses infeksi maternal - Brikan makanan tinggi kalori bertambah dengan
9. Perilaku maladaptive dan tinggi protein cepat, nutrisi
10. Penyalahgunaan zat terpenuhi
11. Kelainan genetic Edukasi
12. Penganiayaan (mis, fisi, - Edukasi
psikologis, seksual) Kolaborasi -
13. Ekonomi lemahKosentrasi - Kolaborasi dengan ahli gizi Kolaborasi
buruk untuk menentukan jumlah - Agar makanan yang
14. Disorientasi waktu, tempat, kalori dan jenis makanan, diberikan sesuai
orang atu situasi jika perlu dengan kebutuhan
15. Curiga pasien
16. Melihat kesatu arah
17. Mondar mandir
18. Bicara sendiri

29
Kondisi klinis terkait
1. Glaucoma
2. Katarak
3. Gangguan refraksi (myopia,
hiperopia, astigmatisma,
rebiopia)
4. Trauma okuler
5. Trauma pada saraf kranialis
II,II,IV,VI akibat stroke,
aneorisma intakranial,
trauma atau tumor otak

5. Keletihan (D.0057) b.d program Tingkat keletihan Edukasi aktivitas/istirahat Edukasi aktivitas/istirahat
perawatan/pengobatan jangka Setelah di lakukan tindakan Observasi Observasi
Panjang d.d mengeluh Lelah keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Agar pasien dapat
masalah keletihan meningkat dengan kemampuan menerima mampu menerima
Kategori : Fisiologi kriteria hasil : informasi informasi dengan
Subkategori : Aktivitas/Istirahat 1. Verbalisasi kepulihan energi baik
tenaga (4) Terapeutik Terapeutik

30
Definisi : 2. Kemampuan melakukan 1. Sediakan materi dan media 1. Agar aktivitas
Penurunan kapasitas kerja fisik aktivitas rutin (4) pengaturan aktivitas dan berjalan sesuai aturan
dan mental yang tidak pulih 3. Frekuensi napas (4) isitirahat 2. Agar Pendidikan
dengan istirahat, Ket : 2. Jadwalkan pemberian kesehatan berjalan
1.menurun Pendidikan kesehatan sesuai sesuai jadwal yang
2.cukup menurun kesepakatan telah diatur
3.sedang Edukasi Edukasi
Penyebab : 4.cukup meningkat 1. Jelaskan pentingnya 1. Agar dapat mencegah
6. Gangguan tidur 5.meningkat melakukan aktivitas penyakit yang dapat
7. Gaya hidup monoton fisik/olahraga secara rutin membahayakan fisik
8. Kondisi fisiologis (mis, 2. Ajarkan cara 2. Agar faktor dari
penyakit kronis mengidentifikasi kebutuhan kebutuhan istirahat
9. Program Mobilitas fisik istirahat (mis, kelelahan, dapat di lakukan
perawatan/pengobatan Setelah di lakukan tindakan sesak napas saat aktivitas dengan baik
jangka Panjang keperawatan selama 3x24 jam Kolaborasi : -
10. Depresi masalah keletihan meningkat dengan Kolaborasi : -
kriteria hasil : Manajemen Energi
Gejala dan Tanda Mayor 1. Pergerakan ekstremitas Manajemen Energi Observasi
Subjektif kekuatan otot (4) Observasi

31
4. Merasa energi tidak pulih 2. Nyeri (4) 1. Identifikasi gangguan fungsi 1. Agar dapat melihat
wakaupun telah tidur 3. Kelemahan fisik (4) tubuh yang mengakibatkan faktor penyebab
5. Merasa kurang tenaga Ket : kelelahan kelelahan yang dapat
6. Mengeluh Lelah 1.menurun 2. Monitor kelelahan fisik dan menyebabkan Lelah
Objektif 2.cukup menurun emosional 2. Agar dapat terkontrol
1. Tidak mampu 3.sedang dengan baik
mepertahankan rutin 4.cukup meningkat
2. Tampak lesu 5.meningkat Terapeutik Terapeutik
Gejala dan tanda minor 1. Lakukan latihan rentang 1. Agar dapat melatih
Subjektif gerak pasif dan/aktif kekuatan otot
1. Libido menurun 2. Berikan aktivitas distraksi 2. Agar dapat mencegah
Objektif yang menenangkan rasa sakit yang
1. kebutuhan istirahat 3. Sediakan lingkungan nyaman dirasakan
meningkat dan rendah stimulus. 3. Agar dapat
Edukasi mmencegah
1. Anjurkan melakukan penyebab kelelahan
aktivitas secara bertahap Edukasi
2. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

32
Kolaborasi 1. Agar aktivitas
1. Kolaborasi dengan ahli gizi berjalan dengan baik
entang cara meningkatkan dan teratur
asuapan makanan 2. Agar dapat
meringankan Lelah
yang dialami
Kolaborasi
1. Agar kebutuhan
nutrisi dapat
tercukupi dengan
baik.
6. Gangguan integritas 1) Integritas jarigan : kulit 1. Pengecekan kulit 1. Penegcekan kulit
kulit/jaringan b.dperubahan dan membrane mukosa Observasi : Observasi :
sirkulasi, penurunan mobilitasd.d kriteria hasil : 1) Monitor kulit untuk adanya 1) Agar dapat
diabetes mellitus (D.0129) Setelah dilakukan tindakan ruam dan lecet mengetahui jika
Kategori : lingkungan keperawatan selama 3x24 jam 2) Monitor kulit untuk adanya terjadinya lecet
Subkategori : kemanan dan masalah gangguan integritas kulit kekeringan yang berlebihan 2) Agar dapat diketahui
proteksi teratasi dengan indicator : dan kelembaban terjadinya kekeringan
1) Suhu tubuh Mandiri : ssssataupun

33
Definisi : kerusakan kulit(dermis 2) Sensasi 1) Lakukan langkah-langka kelembabn pada kulit
dan epidermis) atau 3) Hidrasi untuk mencegah kerusakan pasein
jaringan(membrane 4) Keringat lebih lanjut(mis melapisi Mandiri :
mukosa,kornea,fasia,otot,tendon,tu Ket : kasur menjadwalkan 1) Agar dapat
lang,kartilago,kapsul sendi 1) Sangat terganggu reposisi) mencegah terjadinya
dan/atau ligament 2) Banyak terganggu 2) Gunakan alat pengkajian kerusakn pada kulit
Penyabab : 3) Cukup terganggu untuk mengidentifikiasi pasien
1. Perubahan sirkulasi 4) Sedikit erganggu pasien yang beresiko 2) Agar dapat
2. Perubaan status 5) Tidak terganggu mengalami kerusakan kulit mengetahui dengan
nutrisi(kelebihan atau Kolaborasi : mudah pasien yang
kekurangan) 2) Penyembuhan luka primer 1) – beresiko terkena
3. Kekurangan/kelebihan kriteria hasil : He : kerusakn kulit
volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1) Ajarkan anggota Kolaborasi ;
4. Penurunan mobilitas keperawatan selama 3x24 jam keluarga/pemberian asuhan 1) –
5. Bahan kimia iritatif masalah gangguan integritas kulit meneganai tanda-tanda HE :
6. Suhu lingkungan yang teratasi dengan indikator kerusakn kulit 1) Agar keluarga dapat
ekstrem 1) Memperkkirakan (kondisi) mengetahui sendiri
7. Factor mekanis(mis kulit tanda dan gejala
penekanan pada tonojolan 2. Perlindungan Infeksi kerusakan kulit

34
tulang,gesekan) atau factor 2) Memperkirakan (kondisi) Observasi :
elektrasi(elektrodia tepih luka 1) Monitor tanda dan gejala 2) Perlindungan
termi,energy listrik 3) Pembentukan bekas luka infeksi sistemik dan lokal infeksi
berteganggan tinggi) Ket : 2) Monitor kerentanan terhadap Observasi :
8. Efek samping terapi radiasi 1) Tidak ada infeksi 1) Agar dapat
9. Kelembaban 2) Terbatas Mandiri : mengetahui tanda
10. Proses penuaan 3) Sedang 1) Berikan ruang pribadi yang dan gejala infeksi
11. Neuropati perifer 4) Besar di perlukan yang muncul
12. Perubahan pigemntasi 5) Sangat besar 2) Berika perawatan kulit yang 2) Agar pasien tidak
13. Perubahan hormonal tepat untuk area(yang mudah terpapar
14. Kurang tepapar informasi mengalami) edema kerusakan kulit
tentang uapaya Kolaborasi Mandiri :
mempertahankan/melindun 1) – 1) Agar pasien merasa
gi integritas jaringan HE : aman dan nyaman
Gejala dan tanda mayor 1) Ajarkan pasien dan keluarga 2) Agar tidak terjadi
Sebjektif pasien mengenai perbedaan- edema pada kulit
(tidaktersedia) perbedaan anatara ainfeksi- Kolaborasi :
infeksi virus dan bakteri 1) –
Objektif He :

35
1. Kerusakan jaringan Agar keluarga dan pasien
dan/atau lapisan kulit menegtahui sendiri infeksi
Gejala dana tanda minor virus dan bakteri yang akan
Subjektif terjadi
(tidak tersedia)

Objektif :
1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Kemerahan
4. Hematoma

Kondisi klinis terkait :


1. Imobilitas
2. Gagal jantung kongesti
3. Gagal ginjal
4. Diabetes mellitus
Imonodifesiensi(mis,aids)

36
7. Ketidakstabilan kadar glukosa Kesttabilan Kadar Glukosa Darah Manajemen Hiperglikemia Manajemen Hiperglikemia
darah b.d disfungsi prankeas d.d Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
kadar glukosa dalam darah keperawatan selama 3x24 jam 1. Identigfikasi ppenyebab
tinggi (D.0027) masalah gangguank teratasi dengan hiperglikemia 1. Agar mengetahui
indicator : 2. Monitor kadar glukosa darah penyab dari glikosa
Kategori : fisiologi 1. Mengantuk (4) meningkat
Subkategori : nutrisi dan cairan 2. Pusing (4) 2. untuk mencegah
3. Lelah/lesu (4) kadar glukosa
Definisi : variasi kadar glukosa 4. Keluhan lapar (4) meningkat
darah naik/turun dari rentang 5. Kadar glukosa dalam darah Terapeutik terapeutik
normal (4) 1. Berikan asupan cairan oral 1. untuk memenuhi
Ket : 2. Konsultasikan dengan medis kebutuhan cairan
Penyebab : 1. Memburuk jika tanda dan gejala 2. untuk mengobati
Hiperglikemia 2. Cukup memburuk hiperglikemia tetap ada atau kadar glukosa
- Disfungsi pankreas 3. Cukup membaik memburuk meningkat yang tidak
- Resistensi insulin 4. Membaik bisa ditangani sendiri
- Gangguan toleransi Edukasi edukasi
glukosa darah 1. Anjurkan monitor kadar 1. agar keluarga pasien
glukosa darah secara mandiri mengetahui cara

37
- Gangguan glukosa darah 2. Ajarkan pengelolaan diabetes memeriksa kadar
puasa glukosa
2. agar pasien dapat
tanda dan gejala Mayor membuat jadwal
subjektif terapi nutrisi
- Lelah atau lesu Kolaborasi kolaborasi
Objektif 1. Kolaborasi pemberian insulin 1. agar terpenuhi cara
- Kadar glukosa dalam darah 2. Kolaborasi pemberian IV pemberian insulin
tinggi 2. agar terpenuhi cara
pemberian insulin

Pelibatan keluarga pelibatan keluraga


Tanda dan gejala minor Observasi observasi
Subjektif 1. Identifikasi kesiapan 1. agar mengetahui
- Mulut kering keluarga untuk terlibat dalam seberapa siap
- Haus meningkat perawatan keluarga merawat
Objektif pasien
- Jumlah urin meningkat
Kondisi klinis terkait

38
- Diabetes melitus Terapeutik terapeutik
- Ketoasidosis diabetik 1. Diskusikan cara perawatan 1. agar keluraga
- Hiperglikemia dirumah mengetahui car
merawat pasien
dirumah secara
mandiri
Edukasi edukasi
1. Anjurkan keluarga terlibat 1. untuk meminimalisir
dalam perawatan perawatan dirumah
sakit

8. Ansietas b.d Kebutuhan tidak Tingkat ansietas Reduksi ansietas Reduksi ansietas
terpenuhi, Krisis maturasional, Kriteria hasil : Observasi Observasi
Ancaman terhadap konsep diri, Setelah dilakukan intervensi selama 3 1. identifikasi saat tingkat 1. Menjaga akan
Kurang terpapar informasi d.d jam, maka ansietas, dengan kriteria ansietas berubah (mis. adanya perubahan
Merasa khawatir dengan akibat hasil : Kondisi, waktu, stressor) kecemasan yang
dari kondisi yang dihadapi, Sulit 1) Perilaku gelisa (4) 2. monitor tanda-tanda ansietas lebih tinggi pada
berkonsentrasi, Tampak gelisa, 2) Pucat (4) (verbal dan nonverbal pasien.

39
Tampak tegang, Muka tampak 3) Perilaku tegang (4) Teraupetik 2. Memantau adanya
pucat, Suara bergetar, Kontak Ket : 1. pahami situasi yang kecemasan yang
mata buruk. 1) Meningkat membuat ansietas berlebihan pada
Ansietas (D.0080) 2) Cukup meningkat 2. diskusikan perencanaan pasien
Kategori : psikologis 3) Sedang realisasi tentang peristiwa Teraupetik
Subkategori : integritas ego 4) Cukup menurun yang akan datang. 1. Meminimalisir
Definisi : kondisi emosi dan 5) menurun situasi atau
pengalaman subyektif individu lingkungan yang
terhadap objek yang tidak jelas dan Dukungan sosial dapat memicu
spesifik akibat antisipasi bahaya Kriteria hasil : kecemasan berlebih
yang memungkinkan individu Setelah dilakukan intervensi selama 3 Edukasi pada pasien
melakukan tindakan untuk jam, maka anoreksia, dengan kriteria 1. jelaskan prosedur, termasuk 2. Mengetes apakah
menghadapi ancaman. hasil : sensasi yang mungkin pasien masih dapat
Penyebab : 1) kemampuan meminta bantuan dialami meyusun rencana
1. Kebutuhan tidak terpenuhi pada orang lain (4) 2. informasikan secara faktual terhadap masalah
2. Krisis maturasional 2) bantuan yang ditawarkan oleh mengenai diagnosis, yang nantinya ia
3. Ancaman terhadap konsep orang lain (4) pengobatan dan prognosis hadapi.
diri 3) dukungan emosi yang disediakan Edukasi
4. Kurang terpapar informasi oleh orang lain (4)

40
Gejala dan tanda mayor ket : 1. Agar pasien dapat
Subjektif 1) menurun mengetahui hal-hal
1. Merasa khawatir dengan 2) cukup menurun yang akan ia alami di
akibat dari kondisi yang 3) sedang kolaborasi dalam proses
dihadapi 4) cukup meningkat 1. kolaborasikan pemberian mengatasi
2. Sulit berkonsentrasi meningkat obat antiansietas, jika perlu kecemasannya.
Objektif 2. Pasien bisa dapat
1. Tampak gelisa Terapi relaksasi mengetahui tentang
2. Tampak tegang Observasi diagnosa, pengobatan
Gejala dan tanda minor 1. identivikasi penurunan serta penyebab
Subjektif tingkat energi, ketidak kecemasan.
Tidak ada mampuan berkonsentrasi, Kolaborasi
Objektif atau gejala lain yang 1. Untuk memodifikasi
1. Muka tampak pucat menggangu kemampuan terapi yang diberikan
2. Suara bergetar kognitif. agar kecemasan bisa
3. Kontak mata buruk 2. Identivikasi Teknik relaksasi dapat segera teratasi.
Kondisi klinis terkait yang pernah efektif Terapi relaksasi
Penyakit kronis progresif (mis. digunakan Observasi
Kanker, penyakit autoimun) Teraupetik

41
1. Berikan nformasi tertulis 1. Untuk mengatasi
tentang persiapan dan adaya faktor-faktor
prosedur Teknik relaksasi yang meyebabkan
2. Gunakan relaksasi sebagai pasien sulit untuk
strategi penunjang dengan berkonsentrasi,
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi 2. Memudahkan
1. Jelaskan secara rinci penerapan relaksasi
intervensi relaksasi yang pada pasien
dipilih Teraupetik
Anjurkan sering mengulangi atau 1. Agar pasien tidak
melatih Teknik yang dipilih. lupa dengan tata cara
pelaksanaan relaksasi

2. Mencoba
memodifikasi terapi
yang diberikan agar

42
relaksasi bisa
berjalan dengan baik

Edukasi
1. Agar pasien bisa
dapat mengetahui
tujuan dan intervensi
yang diberikan.
2. Untuk memperlancar
relaksasi agar pasien
bisa lebih baik ketika
melakukannya secara
mandiri.

43
DAFTAR PUSTAKA
Iwan S, 2010, Askep Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin: Diabetes Melitus

Setiabudi, 2008, Referensi Kesehatan-Diabetes Melitus, Available from:


http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/diabetes-melitus/ diakses 21 Mei
2015

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal


Bedah 2, Edisi 8. Jakarta : EGC

Sudoyo Aru, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3, ed 4, jakarta:
Internal Publishing.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta

44

Anda mungkin juga menyukai