i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3. Tujuan.................................................................................................................. 2
BAB II KONSEP MEDIS ................................................................................................... 3
2.1 Definisi ....................................................................................................................... 3
2.2. Etiologi................................................................................................................. 5
2.3 Prognosis ................................................................................................................... 8
2.4 Manifestasi Klinis....................................................................................................... 9
2.5 Klasifikasi/Stage....................................................................................................... 10
2.6 Patofisiologi ............................................................................................................. 12
2.7 Komplikasi ............................................................................................................... 13
2.8 Penatalaksaan ......................................................................................................... 13
BAB III KONSEP KEPERAWATAN .............................................................................. 17
3.2. Diagnosa Keperawatan ..................................................................................... 20
3.3. Intervensi Keperawatan .................................................................................... 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Setiap manusia normalnya memiliki organ sensori, yaitu organ
tidak jarang atau bahkan rawan sekali mengalami gangguan, sehingga terjadi
Hidung adalah salah satu organ sensori yang fungsinya sebagai organ
ketika makanan tak lagi terasa enak, maka saat itulah seorang individu
penghidu ini adalah ketika seseorang tak mampu mencium adanya zat-zat
berbahaya di lingkungan.
1
bagaimana sifat dari gangguan penghidu yang dialami, karena gangguan indra
apabila ditemukan radang atau adanya ingus kehijauan dan kelainan bentuk,
dengan usia diatas 60 tahun, gangguan penghidu terjadi karena degenerasi sel
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis dari gangguan penghidu?
1.3.Tujuan
2
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Definisi
Salah satu fungsi fisiologis hidung adalah fungsi penghidu, karena
Stimulus ada system olfaktori adalah bau atau biasa disebut juga
aroma. Aroma terdiri dari zat volatil (zat-zat yang mudah menjadi uap atau
Sistem olfaktori sama seperti sistem panca indera ilainnya yang dapat
diantaranya :
1. Anosmia
3
Anosmia juga bisa disebabkan karena faktor usia, dimana
2. Hyposmia
3. Parosmia
4. Phantosmia
4
tersebutlah yang memberi persepsi untuk suatu bau. Seseorang
otaknya.
2.2.Etiologi
Hiposmia dapat disebabkan oleh proses-proses patologis di
infeksi saluran nafas atas karena virus; dan trauma kepala (Huriyati,
1) Defek konduktif
5
berbagai macam tipe, termasuk rhinitis alergika, akut, atau
secara agresif.
kanula pada usia yang sangat muda dan dalam jangka waktu
2) Defek sentral/sensorineural
6
virus (yang merusak neuroepitel), sarkoidosis (mempengaruhi
mempengaruhi pembauan.
7
pada mukosa olfaktorius dan penurunan fungsi proses kognitif
nampak paling menonjol selama usia dekade ketujuh. Walau dahulu pernah
dianggap sebagai defek konduktif murni akibat adanya edema mukosa dan
2.3 Prognosis
Prognosis hiposmia sebagian besar bergantung pada etiologinya.
8
Prognosis penyembuhannya biasanya buruk. Kemampuan dan ambang
meskipun anosmia total lima kali lebih sering terjadi pada benturan
2016).
9
pasien secara bertahap mendapatkan kembali indra penciumannya
pilek, radang sinus dan sakit kepala di daerah tulang frontal (Huriyati,
2.5 Klasifikasi
Gangguan fungsi penghidu dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Gangguan kuantitatif
yang meliputi fila olfaktorius (co. Karena rhintis, trauma dengan gangguan
fila di lamina kribiform, atau efek samping dari pengobatan) atau karena
kerusakan pusat dari neuron kedua dari bulbus olfaktorius dan atau
Anosmia
atau oksipital. Selain itu anosmia dapat juga terjadi setelah infeksi
10
oleh virus, tumor seperti osteoma, atau meningioma dan akibat
Hiposmia
2. Gangguan kualitatif
Merasakan adanya sensasi atau bau saat ada rangsang bau, tetapi
11
Phantosmia
2.6 Patofisiologi
Indra penciuman tergolong ke dalam sistem penginderaan kimia
sel ini menyalurkan pesan ke otak, dimana bau dan rasa khusus di
busuk di sekitar kita. Contoh aroma dari mawar adonan pada roti. Sel–
sel saraf ini ditemukan di sebuah tambahan kecil dari jaringan terletak
membrane.
Bila molekul udara masuk, maka sel–sel ini mengirimkan impuls saraf.
12
Pada mekanisme terdapat gangguan atau kerusakan dari sel–sel
2.7 Komplikasi
Tidak adanya perawatan menyebabkan perkembangan kekurangan
bau - anosmia. Anosmia jauh lebih sulit diobati dan tidak sembuh total.
2.8 Penatalaksaan
Hiposmia yang hilang timbul dan bervariasi derajatnya dapat
Keluhan ini dapat hilang bila penyebabnya diobati. Pada polip nasi,
13
pemakaian obat-obatan penyebabnya dihentikan. Tumor n.olfaktorius
kejang lokal.
Seringkali halusinasi bau yang timbul adalah bau busuk atau bau
sesuatu yang terbakar, jarang yang bau wangi. Gejala ini tidak
menetap.
merasa bau badan atau bau napas sendiri. Pasien setelah diperiksa, bila
14
perlu dirujuk ke seorang psikiater.3,6 Kadang-kadang ada keluhan
2016) .
Terapi
1) Hiposmia Konduktif
2) Hiposmia Sensorineural
15
dan gangguan sensasi bau, namun bukan merupakan masalah
16
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identifikasi kebutuhan dasar yang mengalami gangguan
Fisiologis Respirasi Do :
Ds :
Sirkulasi Do :
Ds :
Nutrisi dan Do :
Cairan
Ds :
Eliminasi Do : -
Ds :
Aktivitas dan Do :
Istirahat
Ds :
Neurosensori Do :
Ds :
17
Reproduksi dan Do :
Seksualitas
Ds :
Psikologis Nyeri dan Do :
Kenyamanan
Ds :
Integritas Ego Do :
Ds :
Perilaku Pertumbuhan Do :
dan
Perkembangan Ds :
Kebersihan Diri
Penyuluhan dan Do :
Pembelajaran
Ds :
Ds :
Proteksi
18
Ds :
b. Pemeriksaan Laboratorium
19
Pennsylvania terdapat buku yang dibagi oleh 6 kategori yaitu
Smell masin-masing memiliki 10 normosmia, mikrosmia
Identification) odoran ringan,berat dan sedang,
anosmia serta hiposmia
4 Tes The Tes ini dapat mendeteksi Ambang peghidung
Connectitut ambang penghidung, didapatkan bila jawaban
Chemosensory identifikasi odoran dan betul 5 kali berturut-turut
Clinical untuk evaluasi nerfus tanpa kesalahan. Nilai
Research trigeminal. Ambang ambang dan identifikasi
Center penghidung menggunakan dikalkulasikn dan dinilai
(CCCRC) laarutan butanol 4% dan sesuai skor CCRC
diencerkan dengan aqua
steril dengan
perbandungan 1:3,
sehingga didapatkan 8
pengenceran. Tes dimulai
dari pengenceran terkecil,
dan untuk meghindari bias
asien disuru menentukan
mana yang berisi odoran
tanpa perlu
mengidentifikasinya.
3.2.Diagnosa Keperawatan
1. K
20
3.3.Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC Rasional
1.
21
Pathway
Perubahan sensivitas
pada bau
Hiposmia
Anosmia