Anda di halaman 1dari 23

-

Laporan

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM NEUROSENSORI
(ANOSMIA, PARSIAL ANOSMIA, AGNOSIA,
DISOSMIA, & PRESBIOSMIA)

OLEH:

KELAS D SEMESTER V
KELOMPOK 9

1. Zulfikal R. Lihawa (841417186)


2. Helda Cristiana Tomasong (841417156)
3. Nurain Ramli (841417158)
4. Dinda Ayu Fitriani Humolungo (841417184)
5. Dewi Pertiwi Wiratma (841417188)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
-

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Laporan yang membahas
tentang”ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM NEUROSENSORI :
ANOSMIA, PARSIAL ANOSMIA, AGNOSIA, DISOSMIA, &
PRESBIOSMIA” dapat selesai tepat pada waktunya sebagai salah satu tugas dari
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah3.
            Kami menyadari makalah ini masih jauh dari harapan, yang mana di
dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun
isi. Oleh karena itu Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun sehingga dalam Laporan berikutnya dapat diperbaiki serta
ditingkatkan kualitasnya. 

Gorontalo, Agustus 2019

Penyusun
-

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penciuman adalah respons dari system olfaktori terhadap bahan-bahan


kimia yang ada di udara, yang kemudian ditarik dengan menghirup napas
melalui reseptor-reseptor dalam saluran-saluran nasal.
Saat baru lahir, indera penciuman lebih kuat dari manusia dewasakarena
dengan indera ini bayi dapat mengenali ibunya. Indera penciuman manusia
dapat mendetekesi 2000-4000 bau yang berbeda, Stimulus pada system
olfaktori adalah bau atau biasa disebut juga aroma. Aroma terdiri dari zat
volatil (zat-zat yang mudah menjadi uap atau menguap) yang memiliki berat
molekul sekitar 15g sampai 300g.
Penciuman terjadi karena adanya molekul-molekul yang menguap dan
masuk ke saluran hidung dan mengenai olfactory membarane. Indera
penciuman merupakan alat visera (alat dalam rongga badan) yang erat
hubungannya dengan gas troin testinalis. Reseptor penciuman merupakan
kemoreseptor yang dirangsang oleh molekul larutan di dalam mukus.
Reseptor penciuman adalah kemoreseptor yakni, alat indra yang merespon
terhadap rangsangan zat kimia.
Olfactory mucosa atau mukosa penciuman mengandung ujung saraf
bebas dari akson saraf trigeminal (saraf yang berperan mengirimkan sensasi
dari kulit bagian anterior kepala, rongga mulut dan hidung, gigi dan meninges
(lapisan otak). Selain berfungsi untuk melembabkan udara, selaput lendir juga
memiliki fungsi yang sama dengan rambut hidung yaitu menyaring udara
kotor atau kuman yang masuk ke dalam hidung.
Daerah sensitif indera pembau terletak di bagian atas rongga hidung.
Struktur indera pembau terdiri dari sel penyokong yang berupa sel epitel dan
sel pembau yang berupa neuron sebagai reseptor. Sel pembau memiliki
tonjolan ujung dendrit berupa rambut yang terletak pada selaput lendir
-

hidung. Yang lainnya berupa tonjolan akson membentuk berkas yang disebut
saraf otak I (nervus olfaktorius/ saraf olfaktori).
Saraf ini akan menembus tulang tapis, masuk ke dalam otak, kemudian
bersinaps dengan neuron traktus olfaktorius pada bulbus olfaktori. Pada
manusia, peran adaptif utama indera kimiawi adalah pengenalan rasa. Akan
tetapi, terdapat banyak spesies lainnya yang indera kimiawi ini juga berperan
signifikan dalam meregulasi interaksi social

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut
rumusan masalah makalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Anosmia, Parsial Anosmia, Agnosia,
Disposmia, & Presbiosmia?
2. Bagaimana etiologiterjadinya Anosmia, Parsial Anosmia, Agnosia,
Disposmia, & Presbiosmia?
3. Bagaimana Tanda &gejala dan Prognosis dari Anosmia, Parsial Anosmia,
Agnosia, Disposmia, & Presbiosmia?
4. Bagaimana Klasifikasi dari Anosmia, Parsial Anosmia, Agnosia,
Disposmia, & Presbiosmia?
5. Bagaimana patofisiologi dari Anosmia, Parsial Anosmia, Agnosia,
Disposmia, & Presbiosmia?
6. Apakah terdapat komplikasi Anosmia, Parsial Anosmia, Agnosia,
Disposmia, & Presbiosmia?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Anosmia, Parsial Anosmia, Agnosia,
Disposmia, & Presbiosmia?
8. Bagaimana pengaplikasian Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Neurosensori: Anosmia, Parsial Anosmia, Agnosia, Disposmia, &
Presbiosmia?
-

1.3.Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami apa itu Anosmia, Parsial Anosmia,
Agnosia, Disposmia, & Presbiosmia
2. Mahasiswa paham dan mengerti apa yang dapat menjadi factor pencetus
dari Anosmia, Parsial Anosmia, Agnosia, Disposmia, & Presbiosmia.
3. Mahasiswa dapat mengetahui secara dini apa Tanda dan gejala dan
prognosis terkait dengan Anosmia, Parsial Anosmia, Agnosia, Disposmia, &
Presbiosmia.
4. Mahasiswa dapat membedakan Gastritis sesuai dengan Klasifikasi Anosmia,
Parsial Anosmia, Agnosia, Disposmia, & Presbiosmiayang ada.
5. Mahasiswa memahami bagaimana patofisiologi terjadinya Anosmia, Parsial
Anosmia, Agnosia, Disposmia, & Presbiosmia.
6. Mahasiswa mengetahui apa saja komplikasi yang dapat beresiko terjadi bila
adanya Anosmia, Parsial Anosmia, Agnosia, Disposmia, & Presbiosmia.
7. Mahasiswa mampu mengaplikasikan Penatalaksanaan baik medis maupun
Non medis untuk mengatasi Anosmia, Parsial Anosmia, Agnosia,
Disposmia, & Presbiosmia.
8. Mahasiswa dapat mengimplementasikan secara mandiri Asuhan
Keperawatan Gangguan Sistem Neurosensori: Anosmia, Parsial Anosmia,
Agnosia, Disposmia, & Presbiosmia.
-

BAB II

KONSEP MEDIS

2.1. Definisi

2.1.1. Definisi Anosmia & Parsial Anosmia

Anosmia adalah ketidakmampuan penciuman/ penghidu sebagian atau total


kehilangan sensasi penciuman.
Anosmia ialah suatu keadaan dimana fungsi penciuman akan mengalami
penurunan bahkan penghilangan yang disebabkan oleh gangguan saluran hidung,
usia, adanya polip dan tumor, serta kerusakan system saraf.Orang yang memiliki
anosmia lengkap tidak dapat mendeteksi bau. Orang yang memiliki anosmia parsial
tidak mampu mendeteksi satu atau lebih bau.

2.1.2. Definisi Agnosia

Agnosia adalah kehilangan kemampuan untuk mengenali objek, orang,


suara, bentuk, atau bau meskipun indranya tidak sedang mengalami kerusakan
dan kehilangan memori.

Agnosia biasanya akan dikaitkan pada kerusakan di otak atau penyakit


neurologis, terutama kerusakannya di daerah occipitotemporal yang juga
merupakan aliran ventral. Agnosia biasanya hanya mempengaruhi satu hal
seperti penciuman atau pendengaran saja.

2.1.3. Definisi Disosmia


Disosmia adalah kerusakan pada sistem olfaktori yang menyebabkan
penderitanya merasa mencium bau yang tidak enak/ salah persepsi penciuman.
Disosmia yaitu persepsi bau yang salah, termasuk parosmia dan phantosmia.
-

2.1.4. Definisi Presbiosmia

Presbiosmia adalah gangguan penghidu dikarenakan faktor umur. Pada

penelitian Hummel, dkk (1997) dengan pengujian sniffin’ sticks test

mendapatkan nilai ambang daya penciuman pada umur 55 tahun mulai

mengalami penurunan yang berarti.

2.2. Etiologi

Anosmia terjadi akibat obstruksi saluran kelenjar hidung atau kerusakan syaraf.
Anosmia biasanya disebabkan proses natural dari penuaan ataupun kebanyakan
karena common cold (influenza), anosmia dapat juga disebabkan karena setelah
operasi kepala atau alergi akut atau kronik. Banyak obat-obatan yang dapat
mengubah kemampuan penghidu. 
Agnosia

Disosmia biasanya terjadi kerusakan ini diantaranya adalah infeksi mulut

dan gigi, infeksi sinus, kelainan saraf penghidu (penciumana), infeksi

saluran pernafasan atas, paparan toksin kimia, stress/depresi, tumor otak,

dan lainnya.

2.3. Prognosis

2.4. Manifestasi klinis

Tanda dan Gejala yang paling khas pada saat terjadinya Gangguan Penciuman

seperti Anosmia, Parsial Anosmia, Disosmia, Agnosia, Presbiosmia, antara lain:

a. Berkurangnya Kemampuan bahkan sampai tidak bisa mendeteksi Bau.


-

b. Gangguan Pembau yang timbul bisa bersifat Total/ Seluruh Bau, dan dapat

bersifat Parsial/ hanya sejumlah bau yang dapat dideteksi.

c. Dapat juga hanya bersifat spesifik (hanya satu /sejumlah kecil yang dapat

dideteksi).

d. Kehilangan kemampuan merasa/ mendeteksi rasa dalam makanan yang

dimakan.

e. Berkurangnya Nafsu makan.

2.5. Klasifikasi

2.6. Patofisiologi

2.7. Komplikasi

2.8. Penatalaksanaan
-

rBAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1. PENGKAJIAN

a. Identifikasi kebutuhan dasar yang mengalami gangguan

Kategori dan Subkategori Masalah Normal

Fisiologis Respirasi DS: Klien tidak megeluh sesak Pernapasan Normal:

DO: RR: 20 x/menit. 16-24x/menit.

Sirkulasi DS : - Tidak terdapatnya sumbatan baik

DO : TD: 120/70 mmHg. emboli, thrombus maupun

aterosklerosis.

Nutrisi dan DS: Peristaltik Usus Normal, dan

cairan Klien mengeluh mual dan metabolism tidak terhambat.

nafsu makan mulai menurun Bising Usus :5-12x/menit

DO:

Klien sering muntah dan Berat

badan klien menurun

Eliminasi BAB: BAB:

DS: Frekuensi: 2-3x dalam seminggu.

Biasanya Klien mengatakan Warna Kecoklatan khas.

adanya melena dan konsistensinya


-

lembek. Bau khas feces.

DO: -

BAK: BAK:

Normal berkisar 3-4x/menit. Frekuensi: 3-4 x dalam sehari

Warna Kuning jernnih

Bau Khas Urine.

Aktivitas dan DS: Beraktivitas sebagaimana biasanya

istirahat Klien mengeluh lemah dan tidak disertai sesak ataupun

DO: gangguan yang bermakna.

Klien tampak lemas

Neurosensori Bertindak dan berpikir serta

Tidak terkaji melakukan dengan apa yang

diinginkan dan diperintahkan oleh

otak

Reproduksi Siklus menstruasi normal disetiap

dan bulan dan tidak mengalami

Seksualitas Tidak terkaji infertilisasi

Psikologis Nyeri dan DS: Mampu menggerakan Persendian

Kenyamanan Klien mengeluh nyeri dibagian secara normal dan kekuatan otot 5

kuadran tengah atas bagian (dari 1-5) sehingga tidak

epigastrium mengalami ketidaknyamanan.

DO:
-

Klien tampak meringis

Integritas ego Merasa dapat berinteraksi dengan

normal, diandalkan, untuk


Tidak terkaji menjalani kehidupan dan

membentuk pengalaman realita.

Pertumbuhan Mengalami pertumbuhan dan

dan Tidak terkaji perkembangan sesuai dengan usia

perkembangan dan fase perkembangan normal.

Perilaku Kebersihan DS: Personal Hygiene baik dan tidak

diri - mengalami perilaku yang abnormal/

DO: yang dapat mempengaruhi

Klien tampak jarang untuk seseorang sehingga mempengaruhi

melakukan hand hygiene maka itu personal hygiennya.

H. Phylori dengan mudah dapat

menginfeksi

Penyuluhan Memiliki pengetahuan sesuai

dan - dengan Pendidikan dan pengalaman

pembelajaran yang sudah ia tempuh.

Relasional Interaksi Mampu berinteraksi dengan orang-

social orang disekitar lingkungan tanpa


Tidak terkaji ada hambatan
-

Lingkungan Keamanan Mampu beradaptasi dengan

dan proteksi Tidak terkaji lingkungan dengan baik.

3.2. Analisa Data

Data Subjektif dan Analisis Data Masalah Keperawatan


Data Objektif
DS: Helicobacterium Phylori dan
DO: Faktor pencetus lainnya (Kafein,
1. soda)

Menghancurkan lapisan mukosa


Lambung
Nyeri Akut

Iritasi Lambung

Gastritis/Inflamasi

Merangsang Hipotalamus untuk


menstimulus motilitas kerja dari
Lambung meningkat

Nyeri Epigastrium
DS: Gastritis
1. Klien mengeluh
tidak ada nafsu Nyeri Epigastrium
makan
DO: Menurunnya sensori keinginan
untuk makan Defisit Nutrisi
1. Klien
(Ketidakseimbangan
mengalami
Nafsu makan menurun Nutrisi Kurang dari
penurunan Berat
Kebutuhan )
badan
-

Anorexia

Masukan Intake Cairan maupun


nutrient tidak adekuat

BB Menurun

DS: Gastritis
1. Klien mengeluh
seeing mual Asam lambung meningkat
DO:
Kontraksi Otot lambung meningkat Nausea
1. Klien terlihat
sering muntah
2. Tidak berminat Refluks isi duodenum kelambung

untuk makan dan dorongan ekspulsi ke mulut

Muntah
DS: Inflamasi Pada Gaster
1. Klien mengeluh
merasa tidak Mukosa pada gaster menipis
nyaman saat
setelah terganggunya sistem pertahanan
tubuh (Gaster) Intoleransi Aktivitas
melakukan
aktivitas
2. Klien mengeluh Nyeri Epigastrium

lelah
kelemahan fisik
DO:
1. Klien terlihat
lemas
-
3.3. Pathway
Helicobactery Phylori (Asam) Alkohol, soft
-
drink, rokok, dll
Obat-obatan
Melekat pada
Pereda Nyeri Produksi Bikarbonat
epitel lambung
(Basa) menurun

Mengganggu
Menghancurkan
pembentukan lapisan Perlindungan
lapisan sel mukosa
mukosa lambung terhadap daya asam
lambung
dilambung menurun

Asam lambung meningkat

Iritasi mukosa lambung

Gastritis
(Perdangan Mukosa Lambung)

Inflamasi Atrofi Gaster dan Mukosa


Lambung menipis
Nyeri Akut
Merangsang stimulus
hipotalamus untuk terganggunya sistem
meningkatnya Nyeri Epigastrium
pertahanan tubuh
Motilitas lambung (Gaster)
Menurunnya sensori
Asam lambung meningkat keinginan untuk makan
Nyeri Epigastrium
Kontraksi otot Tidak ada
lambung meningkat nafsu makan Terbatasnya
pergerakan
Refluks isi duodenum Anorexia
ke lambung
Kelemahan
Masukan intake Fisik
cairan dan nutrisi
Dorongan tidak adekuat
Mual
Ekspulsi isi Intoleransi
lambung ke mulut Aktivitas
Berat Badan
menurun
Muntah

Defisi Nutrisi
Nausea
-

3.3. Diagnosa Keperawatan


-

3.4. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosia Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional


(NOC) (NIC)
1. Gangguan persepsi sensori NOC:
(D.0085) 1. Persepsi sensori
Kategori: psikologis 2. Fungsi sensori
Subkategori: integritas Ego Kriteria hasil:
Definisi: 1. Setelah dilakukan
Perubahan persepsi terhadap tindakan keperawatan
stimulus baik internal maupum selama 1x24 jam masalah
eksternal yang disertai dengan keperawatan Persepsi
respon yang berkurang, berlebihan Sensori teratasi dengan
atau terdistorsi. indikator:
- Verbalisasi merasakan
Penyebab: sesuatu melalui indra
1. Gangguan penghiduan penciuman (3)
2. Usia lanjut - Distori sensorik (3)
Gejala dan tanda mayor: Keterangan :
-

Subjektif: 1. Meningkat
1. Merasakan sesuatu 2. Cukup meningkat
melalui indera 3. Sedang
perabaan, penciuman, 4. Cukup menurun
atau pengecapan. 5. Menurun
Objektif:
1. Distorsi sensori 2. Setelah dilakukan tindakan
2. Bersikap seolah keperawatan 1x24 jam
melihat, mendengar, masalah keperawatan
mengecap, meraba, fungsi sensorik dengan
atau mencium sesuatu inikator :
Gejala dan tanda minor: - Perbedaan bau (2)
Objektif: Keterangan :
1. Disorientasi situasi (bau) 1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
-

2. Bersihan jalan napas tidak efektif NOC


(D,0001) 1.
Kategori: fisiologis
Subkategori: respirasi
Definisi:
Ketidakmampuan membersihkan
secret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan
napas tetap paten.
Penyebab:
1. Sekresi yang tertahan
Gejala dan tanda mayor
Objektif:
1. Sputum berlebih/obstruksi
di jalan napas
Gejala dan tanda minor
Objektif:
1. Bunyi napas menurun
3. Deficit nutrisi (D.0019) 1. 2. 1.
-

Kategori: fisiologis
Subkategori: nutrisi dan cairan
Definisi:
Asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolism.
Penyebab
1. Kurangnya asupan
makanan
Gejala dan tanda mayor
Objektif: berat badan menurun
minimal 10% dibawah rentang
ideal.
Gejala dan tanda minor
Subjektif: nafsu makan menurun
4. Gangguan pola tidur (D.0055) 1.
Kategori: fisiologis
Subkategori: aktivitas/istirahat
Definisi: gangguan kualitas dan
kuantitas waktu tidur akibat factor
-

eksternal.
Penyebab:
1. Hambatan lingkungan (mis.
Kelembapan lingkungan
sekitar, suhu lingkungan,
pencahayaan, kebisingan, bau
tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tinda
kan)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
1. Mengeluh sering terjaga
Gejala dan tanda minor
Subjektif:
1. Mengeluh kemampuan
beraktivitas menurun
-

BAB IV

PENUTUP

4.1.

4.2. Saran

Saran dari kelompok kami yaitu agar kita semua tetap menjaga

kesehatan dan berpola hidup yang sehat. Hindari makanan-makanan,

kegiatan-kegiatan yang dapat menjadi pencetus terjadinya suatu penyakit.

Dan menghindari komplikasi lebih lanjut.


-

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai