DOSEN PENGAMPU :
Hotnida Erlin Situmorang, S.Kep.,Ns.,M.Ng
DISUSUN OLEH :
Kelompok 10
1. Febrina Pagawak
2. Ainun Rofiqoh
3. Rania Dewi Fortuna Bawole
4. Imelda Gloria Fitowin
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA atas segala
kemampuan rahmat dan berkat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Tugas Keperawatan Medikal Bedah III : Anosmia” . Makalah ini kami
susun agar pembaca dapat memahami tentang materi mengenai model dan konsep
Kesehatan Anak II serta masalahnya. Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberi
wawasan dan pemahaman yang luas kepada pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah
ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan,semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan...........................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................................................................5
2.1 Pengertian......................................................................................................................................5
2.2 Etiologi..........................................................................................................................................5
2.3 Manifestasi Klinis..........................................................................................................................6
2.4 Patofisiologi...................................................................................................................................6
2.5 Pathway.........................................................................................................................................7
2.6 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................................7
2.7 Pemeriksaan Sensori......................................................................................................................7
2.8 Penatalaksanaan.............................................................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................................10
3.1 Pengkajian...................................................................................................................................10
3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................................................11
3.3 Intervensi Keperawatan...............................................................................................................11
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu penyakit pada indera penciuman yang mengakibatkan gangguan pada pembauan
adalah anosmia. Istilah anosmia berasal dari kosa kata Yunani “an” (tidak) dan “osmia” (membau).
Dari kosa kata ini diperoleh suatu terminologi, anosmia adalah hilang atau terganggunya kemampuan
indra penciuman dalam membaui suatu objek karena beberapa sebab. Penyebab terbanyak adalah usia
tua. Separuh penduduk Amerika berusia di atas 65 tahun dan tiga perempat di atas usia 80 tahun
menderita anosmia dalam derajat yang berbeda-beda.
Anosmia dapat pula terjadi pada usia muda, misalnya karena pukulan keras pada kepala, flu
yang tak kunjung sembuh, zat kimia beracun, dan beberapa penyebab lain yang membahayakan jiwa.
Diketahui, bagian dalam hidung terlapisi mukosa atau lapisan lembut yang lembap. Sel-sel di dalam
mukosa bersentuhan dengan bagian saraf penciuman yang disebut axons, lalu masuk rongga dalam
yang dinamakan foramina. Foramina ini berhubungan dengan tengkorak kepala. Sel-sel dan axons-
nya berjumlah sekitar 20-24, tersusun sedemikian rupa dan bekerja sinergis dalam mendeteksi aroma.
Ujung-ujung saraf tadi berakhir dalam suatu struktur berbentuk gelembung-gelembung penciuman.
Oleh karena itu, benturan keras di bagian kepala bisa mengakibatkan anosmia. Selain terkena
benturan, kerusakan saraf indra penciuman juga dapat terjadi karena tekanan tumor di area hidung
atau kepala. Kondisi ini bisa mencetuskan anosmia total atau kacaunya kinerja saraf, hingga terjadi
kesalahan persepsi mengenai aroma. Bau sampah misalnya, dikira bau tempe goreng. Halusinasi bau
ini pun bisa terjadi karena gangguan pada otak, misalnya akibat epilepsi.
Bahaya anosmia adalah penderita tak dapat mendeteksi bahaya dari makanan. Misalnya,
apakah makanan itu sudah rusak atau basi. Ancaman lainnya, mereka tidak dapat mendeteksi bau gas
berbahaya. Hidung mereka leluasa saja menghirup racun yang melayang-layang di udara, hingga si
racun bebas menyusup ke paru-paru. Selebihnya, gara-gara tak mampu merasakan aroma, mereka
juga tak dapat menikmati makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Dalam banyak kasus,
penderita anosmia sering kali menarik diri, lantaran mereka tidak yakin bahwa tubuh mereka tidak
menimbulkan bau yang mengganggu orang lain.
2.1 Pengertian
Istilah anosmia berasal dari kata Yunani “an” (tidak) dan “osmia” (membau).Jadi anosmia
adalah hilang atau terganggunya kemampuan indra penciuman dalam membaui suatu objek karena
beberapa sebab.
Anosmia adalah kelainan pada indra penciuman atau dalam kata lain ketidakmampuan seseorang
mencium bau.Anosmia bisa berupa penyakit yang berlangsung sementara maupun permanen.
(http:// id.widkipedia.org/wiki/anosmia)
Anosmia merupakan suatu tidak adanya/hilangnya sensasi penciuman, dalam hal ini berarti
hilangnya kemampuan mencium atau membau dari indera ketidakmampuan seseorang mencium
bau.anosmia bisa berupa penyakit yang penciuman. Hilangnya sensasi ini bisa parsial ataupun total.
Kasus ini di sebut anosmia spesifik dan kemungkinan di sebabkan oleh gen.
Anosmia terbagi menjadi dua (2) yaitu:
1. Intranasal : obstruksi hidung (rhinitis vasomotor, rhinitis alergi, tumor hidung, polip, tumor
nasofaring), Rhinitis atrofikan, def.vitamin A, Zinc
2. Intrakranial : trauma kepala, infeksi (abses otak lob.frontalis, meningitis pd lob.frontalis),
tumor lob.fr.
2.2 Etiologi
1. Defek konduktif
a. Proses inflamasi / peradangan dapat mengakibatkan gangguan pembauan.
b. Adanya massa / tumor dapat menyumbat rongga hidung sehinga menghalangi aliran
adorant / ke epitel olfaktorius.
c. Abnormalitas development (misalnya ensefalokel, kista dermoid) juga dapat menyebabkan
obstruksi.
d. Pasien pasca laringektomi atau trakheotomi dapat menderita hisposmia karena berkurang
atau tidak adanya aliran udara yang melalui hidung. (Kris, 2008).
2. Defek sentral / sensorineural
a. Proses infeksi / inflamasi menyebabkan defek sentral gangguan pada transmisi sinyal.
b. Penyebab congenital menyebabkan hilangnya struktur syaraf.
c. Trauma kepala, operasi otak atau perdarahan subarachnoid dapat menyebabkan regangan,
kerusakan atau terpotongnya fila olfaktoria yang halus dan mengakibatkan anosmia.
d. Toksitisitas dari obat – obatan sistemik dan inhalasi
e. Definsi gizi (vit A, thiamin, zink) terbukti dapat mempengarui pembauan. (Kris.2008).
3. Faktor resiko
a. Proses degenerative patologi (penyakit Parkinson, Alzheimer)
b. Proses degenaratife normal (penuaan)
c. Lingkungan
d. Perokok
e. Pencemaran bahan kimia
f. Cuaca
g. Virus bakteri pathogen
h. Usia: Dengan bertambahnya usia seseorang jumlah neuron olfaktorius lambat laun akan
berkurang sehingga mengurangi daya penciuman.
i. Jenis kelamin: Perempuan lebih beresiko menderita anosmia karena jumlah bulu hidung
relative lebih sedikit daripada pria dan imunitas yang kurang sehingga beresiko terhadap
infeksi pada hidung.
2.4 Patofisiologi
Indra penciuman dan pengecapan tergolong ke dalam system penginderaan
kimia(chemosensation). Proses yang kompleks dari mencium dan mengecap di mulai ketika molekul–
molekul dilepaskan oleh substansi di sekitar kita yang menstimulasi sel syaraf khusus dihidung,
mulut atau tenggorokan. Sel–sel ini menyalurkan pesan ke otak, dimana bau dan rasa khusus di
identifikasi. Sel – sel olfaktori (saraf penciuman) di stimulasi oleh bau busuk di sekitar kita. Contoh
aroma dari mawar adonan pada roti. Sel–sel saraf ini ditemukan di sebuah tambahan kecil dari
jaringan terletak diatas hidung bagian dalam, dan mereka terhubung secara langsung ke otak
penciuman (olfaktori) terjadi karena adanya molekul–molekul yang menguap dan masuk kesaluran
hidung dan mengenal olfactory membrane.
Manusia memiliki kira–kira 10.000 sel reseptor berbentuk rambut. Bila molekul udara masuk,
maka sel–sel ini mengirimkan impuls saraf (Loncent, 1988). Pada mekanisme terdapat gangguan atau
kerusakan dari sel–sel olfaktorus menyebabkan reseptor dapat mengirimkan impuls menuju susunan
saraf pusat. Ataupun terdapat kerusakan dari sarafnya sehingga tidak dapat mendistribusikan impuls
reseptor menuju efektor, ataupun terdapat kerusakan dari saraf pusat di otak sehingga tidak dapat
menterjemahkan informasi impuls yang masuk.
2.5 Pathway
Fisiologi
a. Jalan nafas alergi
b. Asma
c. Penyakit paru
obstruktif kronik
d. Hiperplasi dinding
bronchial
e. Infeksi
f. Disfungsi
neorumuskuler
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan berkurangnya istirahat tidur.
4.1 Kesimpulan
Anosmia merupakan suatu tidak adanya/hilangnya sensasi penciuman, dalam hal ini berarti
hilangnya kemampuan mencium atau membau dari indera ketidakmampuan seseorang mencium
bau.anosmia bisa berupa penyakit yang penciuman. Hilangnya sensasi ini bisa parsial ataupun total.
Anosmia terbagi menjadi dua (2) yaitu:
1. Intranasal : obstruksi hidung (rhinitis vasomotor, rhinitis alergi, tumor hidung, polip, tumor
nasofaring), Rhinitis atrofikan, def.vitamin A, Zinc
2. Intrakranial : trauma kepala, infeksi (abses otak lob.frontalis, meningitis pd lob.frontalis),
tumor lob.fr.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis memberi saran kepada pembaca,bahwa kita sebagai
calon perawat professional perlu mengetahui serta memahami tentang penyakit anosmia.Selain itu
juga sebagai calon perawat yang professional kita harus memanfaatkan teknologi yang ada untuk di
terapkan pada keperawatan anosmia
DAFTAR PUSTAKA
http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/medhas/Microsoft%0PowerPoint
%20%20Gangguan%20penghidu%20dan%20pengecapan.pdf. \
Anonym. 2014. Proses Penginderaan dan Persepsi. Universitas Gunadharma.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/psikologi_umum_1/Bab_3.pdf.
Nn.2015.Anosmia.http://ilmukedokteran.net/pdf/Daftar-Masalah-Individu/anosmia.pdf.
Kris. 2008.Gangguan Penciuman atau Penghidu.
http://thtkl.wordpress.com/2008/09/25/gangguan-penciumanpenghindu/.