Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nur Fadillah Pratama Yusuf

NIM : 841417086

Kelas : D

1. Pemimpin yang mencerminkan kecerdasan intelektual yang ada di


a. Pemimpin dunia
1) Frankilin Delano Roosevelt (Presiden AS paling ternama karena
memimpin negara melewati depresi ekonomi dan memenangkan
perang dunia II)
2) Cristina Ferniandez de Kirchnez (Presiden Argentina)
3) Lee Kuan Yew (Mantan perdana menteri Singapura)
b. Pemimpin nasional
1) R.A Kartini (Raden Ajeng Kartini)
2) Ir. Soekarno
3) Ki Hajar dewantara
4) W.R Supratman
c. Pemimpin daerah
1) Drs. H. Rusli Habibie, M. AP. (Gubernur Gorontalo)
2) Prof. Dr.Ir. H. Nelson Pomalingo, M.Pd2.
2. Kecerdasan intelektual (bahasa Inggris: intelligence quotient, disingkat IQ)
adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang
mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan,
memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan
bahasa, daya tangkap, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur
dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada
juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang
dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis.
Ada bnyak pemimpin yg tidak yg di pilih bukan karena kecerdasan intelektual
hanya karna memiliki kekayaan materi,padahal dalam duni kemimpinan orang
yg memiliki kecerdasan intelektual itu sngat di perlukan mengapa demikian?
Dalam hal ini peran pemimpin yang mempunyai pemikiram yg intelektual yg
tinggi mampu memmcahkan masalah atau pun menggasilkan pemikiran yg
mampun berpikir secara luas
Hal ini dapat mengarahkan dengan mudah,dimana kita melihat bnyak
pemimpin yg tidak mampu mengontrol masanya itu d sebabkan intelektual
dari pemimpin tersebut masih kurang,coba saja pemimpin itu memiliki
intelektual yg tinggi pasti dia akan lebih mudah mengarahkan masanya

3. Urgensi soft skill pemimpin pendidikan dan kesehatan berbasis kecerdasan


intelektual Cerdas Secara Intelektual Seorang pemimpin harus cerdas secara
intelektual karena pengalaman dan pendidikan yang pernah dia alami yang
menentukan arah dalam setiap pengambilan keputusan. Intelektualitas tidak
hanya tercermin dari prestasi yang ditorehkan, tetapi juga harus mempunyai
pengetahuan luas akan berbagai hal. Pemimpin yang cerdas secara intelektual
akan memberikan pengaruh positif dalam segala tindakannya. Dia akan
memberikan ide-ide brilian dalam setiap kegiatan keorganisasian. Inovasi dan
kreatifitas yang dia punya akan semakin menggairahkan atau memotivasi
bawahannya untuk terus berkembang. Intinya dia akan jadi teladan bagi
anggotanya untuk memacu diri mereka menjadi insan yang berkualitas.
Seorang pemimpin diibaratkan seperti seorang Jenderal dalam peperangan, dia
harus mempunyai pengetahuan yang dalam tentang kekuatan pasukannya-nya
dan juga kekuatan dan kelemahan dari musuh-musuhnya, strategi dan taktik
yang akan digunakan di medan pertempuran. Semuanya itu akan membawa
dia menang dalam pertempuran. Jika dikaitkan dengan pemimpin dalam
organisasi mulai dari organisasi terkecil sampai yang terbesar misalnya dalam
konteks sebuah negara, maka menjadi pemimpin tidak hanya mengandalkan
pengetahuan atau ilmu yang dikuasainya saja, tetapi harus bisa menguasai
ilmu dari bidangbidang yang lain. Hal ini akan memudahkan dia dalam
mengambil keputusan - keputusan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
organisasi yang dipimpinnya sehingga bisa mencapai visi dan misi yang
diharapkan.

Cara Melahirkan Pemimpin Yang Populis, Berintegritas Dan Cerdas


Secara Intelektual. Pertama, Melahirkan seorang pemimpin yang berjiwa
populis merupakan sebuah tantangan di tengah era globalisasi dan modernisasi
sekarang ini. Setiap organisasi pengkaderan mahasiswa perlu melakukan
perubahan (Transformasi) dalam membentuk kader-kadernya yang kelak akan
menjadi pemimpin bangsa ini yang berjiwa populis. Perubahan yang
dimaksudkan adalah membuat suatu metode baru selain dalam hal pembinaan
dan pendidikan berjenjang di internal organisasi dengan lebih menekankan
pada aksi-aksi nyata yang berhubungan dengan jiwa populis. Jadi, tidak hanya
dipelajari pada materi pembinaan seperti Masa Penerimaan Anggota, Latihan
Kepemimpinan (LK), Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), dan latihan
kegiatan pengkaderan lainnya tetapi benar-benar ditunjukan dengan aksi nyata
dengan terlibat dan berpihak langsung dengan masyarakat di sekitarnya
khususnya masyarakat golongan menengah ke bawah (kaum yang tertindas).
Misalnya tidak hanya dengan melakukan aksi demonstrasi menentang
kebijakan pemerintah yang tidak memihak kaum tertindas, ataupun hanya
melakukan seminar membahas suatu masalah atau isu-isu yang berkaitan
dengan ketidakadilan terhadap kaum tertindas, tetapi dengan melakukan
aksiaksi sosial atau ekskursi sosial. Hal ini yang harus diperbanyak
intensitasnya dalam proses pengkaderan dari internal organisasi. Kedua, tidak
bisa dipungkiri bahwa integritas merupakan ujian yang paling berat bagi
seorang pemimpin. Jarang sekali ditemukan pemimpin yang benar-benar
berjiwa integritas tinggi dan bersih dari segala kasus KKN. Maka dari itu jiwa
dan semangat integritas harus ditanamkan sejak dini dengan berbagai cara,
salah satunya adalah pendidikan berbasiskan budaya. Bahwa nilai-nilai
integritas seperti kejujuran, moral, tanggung jawab, loyalitas, harus mulai
ditanamkan kepada kader-kader dan dibudayakan dalam lingkungan
organisasi. Hal itu juga harus dibudayakan dari perangkat organisasi yang
tertinggi sampai yang terkecil. Sehingga, dengan demikian tumbuh kesadaran
dari dalam diri kader-kader baru untuk bisa memiliki semangat integritas yang
tinggi. Contoh sederhananya adalah bisa dengan melakukan laporan keuangan
tiap bulannya, setelah dilaksanakan suatu kegiatan selalu dibuat laporan
pertanggungjawaban (LPJ). Implementasinya adalah kelak nanti setelah
berproses di dalam organisasi akan menjadi pemimpin di masyarakat yang
berintegritas tinggi. Ketiga, cerdas secara intelektual juga diperlukan oleh
seorang pemimpin dalam memimpin suatu perangkat organisasi ataupun
pemimpin bangsa ini. setiap organisasi juga harus lebih memikirkan cara atau
metode agar kader-kadernya bisa dan mampu menguasai semua bidang atau
aspek lain dalam kehidupan ini yang diluar bidang atau ilmu yang dia pelajari
selama di bangku kuliah. Salah satu caranya adalah dengan lebih
meningkatkan iklim diskusi pada internal organisasi. Diskusi tidak hanya
membahas isu-isu nasional yang sedang terjadi tetapi bisa juga dengan sharing
ilmu antar kader yang tentunya memiliki fokus kuliah pada satu bidang.
Sehingga, wawasan intelelektualitas kader semakin bertambah dan bisa
diaplikasikan setelah terjun ke masyarakat nantinya. Selain cerdas secara
intelektual, untuk menjadi seorang pemimpin juga diperlukan kecerdasan
secara spiritual dan emosional. Cerdas secara spiritual yang dimaksudkan
adalah bagaimana kita menjalin hubungan dengan Tuhan. Tidak ada
pemimpin manapun di dunia ini yang bisa menyelesaikan semua masalahnya
sendiri bahkan dengan sekumpulan tim homo sapiens terkuat yang dia bentuk,
kenapa? karena banyak hal di dunia ini yang jauh sekali dari nalar kita sebagai
manusia. Banyak masalah yang sebenarnya tidak bisa dipecahkan sendiri oleh
kekuatan manusia, sekuat apapun dia. Manusia pasti butuh Tuhan, untuk
bersandar, mengadu, dan meminta. Karena Dia-lah yang Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Setiap Kader harus dilatih sedini mungkin agar tidak boleh
melupakan Tuhan dalam kehidupannya misalnya dengan cara berdoa tentunya
sesuai dengan Agama masing-masing individu. Hal lain yang bisa dilakukan
adalah dengan berbagai kegiatan Spiritual yang disesuaikan dengan kebutuhan
organisasi Seorang pemimpin juga harus cerdas secara emosional. Perilaku
keseharian dia, hubungan dia sesama manusia, perilaku dia terhadap orang
sekitarnya, terhadap lingkungannya, terhadap dunia ini. Itulah kriteria lain
untuk jadi seorang pemimpin. Karena kodratnya manusia ialah makhluk lemah
yang harus bersosial untuk mencapai sebuah tujuan, maka seorang pemimpin
pasti sadar bahwa dia membutuhkan orang lain untuk saling mengisi dan
menutupi kekurangannya. No one can stand alone. Keputusan yang tepat
berasal dari pengalaman dan pembelajaran berkelanjutan. Jika kita
memisalkan diri kita gelas, apa yang akan kita tuangkan kepada orang lain
apabila gelas tersebut jarang diisi. Maka seorang pemimpin pastilah orang
yang akan terus belajar, terus mendengar, terus memberi karena dengan
seperti itulah dia akan memberikan hal postif bagi orang yang dipimpinnya.
Oleh karena itu dibutuhkan lah sosok yang karismatik, bertanggung jawab,
dan mempunyai kepedulian tinggi. Teruslah belajar, teruslah merendah,
teruslah bermanfaat terhadap orang lain. Selain itu, seorang pemimpin juga
harus pandai dalam menempatkan posisinya dalam keadaan yang berbeda-
beda. Seperti membaur tapi tak melebur. Dia harus punya prinsip yang kuat
sehingga keyakinan dia tak digoyangkan oleh orang-orang yang mengambil
keuntungan. Pemimpin boleh salah, tapi pemimpin tak boleh ragu-ragu. Dan
tentu dia harus punya pengaruh yang kuat terhadap orang-orang disekitarnya.

4. kesimpulan dari hasil diskusi kelompok yang mengkaji tentang kecerdasan


intelektual dalam kepemimpinan

Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui bahwa dengan adanya


Leadership dalam diri seseorang menimbulkan kecerdasan intelektual yang
bisa membuat keputusan yang terbaik dengan memiliki kemampuan
kecakapan yang baik dan membuat karakter kepemimpinan yang utuh.

Di era globalisasi sekarang jarang sekali ditemukan pemimpin yang


berjiwa populis, berintegritas tinggi, dan cerdas secara intelektual. Pemimpin
yang populis adalah pemimpin yang pro rakyat kecil (option for the poor).
Peka dan secara langsung turun ke lapangan membantu rakyatnya. Pemimpin
yang berintegritas adalah pemimpin yang memiliki mutu, sifat, atau keadaan
yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan
kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran. Pemimpin yang
cerdas secara intelektual adalah pemimpin yang tidak hanya menguasai ilmu
yang dipelajarinya, tetapi harus bisa menguasai bidang atau ilmu yang lain.
Cerdas secara intelektual harus dibarengi dengan cerdas secara spiritual dan
cerdas secara emosional.

Anda mungkin juga menyukai