Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

“ANOSMIA”

OLEH : Mahmiatussariroh

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NURUL JADID
TAHUN 2020/2021
1. Konsep Penyakit Hipermetropi
A. Definisi
Anosmia merupakan suatu tidak adanya/hilangnya sensasi penciuman, dalam
hal ini berarti hilangnya kemampuan mencium atau membau dari indera
penciuman

B. Etiologi
 Defek konduktif
a. Proses inflamasi / peradangan dapat mengakibatkan gangguan
pembauan.
b. Adanya massa / tumor dapat menyumbat rongga hidung
sehinga menghalangi aliran adorant / ke epitel olfaktorius.
c. Abnormalitas development (misalnya ensefalokel, kista
dermoid) juga dapat menyebabkan obstruksi.
d. Pasien pasca laringektomi atau trakheotomi dapat menderita
hisposmia karena berkurang atau tidak adanya aliran udara
yang melalui hidung.

 Defek sentral / sensorineural


a. Proses infeksi / inflamasi menyebabkan defek sentral gangguan
pada transmisi sinyal.
b. Penyebab kongenital menyebabkan hilangnya struktur syaraf.
c. Gangguan endokrin (hipotiroidisme, hipoadrenalisme, DM)
berpengaruh pada fungsi pembauan.
d. Trauma kepala, operasi otak atau perdarahan subarachnoid
dapat menyebabkan regangan, kerusakan atau terpotongnya fila
olfaktoria yang halus dan mengakibatkan anosmia.
 Faktor resiko
a. Lingkungan
b. Perokok
c. Pencemaran bahan kimia
d. Cuaca
e. Virus bakteri pathogen
f. Usia: Dengan bertambahnya usia seseorang jumlah neuron
olfaktorius lambat laun akan berkurang sehingga mengurangi
daya penciuman.
g. Jenis kelamin: Perempuan lebih beresiko menderita anosmia
karena jumlah bulu hidung relative lebih sedikit daripada pria
dan imunitas yang kurang sehingga beresiko terhadap infeksi
pada hidung.

C. Tanda Gejala
1. Berkurangnya kemampuan dan bahkan sampai tidak bisa mendeteksi
bau.
2. Gangguan pembau yang timbul bisa bersifat total / tidak bisa
mendeteksi seluruh bau.
3. Dapat bersifat parsial / hanya sejumlah bau yang dapat dideteksi.
4. Dapat juga bersifat spesifik (hanya satu / sejumlah kecil yang dapat
dideteksi)
5. Kehilangan kemampuan merasa / mendeteksi rasa dalam makanan
yang di makan.
6. Berkurangnya nafsu makan.

D. Patofisiologi
Indra penciuman dan pengecapan tergolong ke dalam system
penginderaan kimia(chemosensation). Proses yang kompleks dari mencium
dan mengecap di mulai ketika molekul–molekul dilepaskan oleh substansi di
sekitar kita yang menstimulasi sel syaraf khusus dihidung, mulut atau
tenggorokan. Sel–sel ini menyalurkan pesan ke otak, dimana bau dan rasa
khusus di identifikasi. Sel – sel olfaktori (saraf penciuman) di stimulasi oleh
bau busuk di sekitar kita. Contoh aroma dari mawar adonan pada roti. Sel–sel
saraf ini ditemukan di sebuah tambahan kecil dari jaringan terletak diatas
hidung bagian dalam, dan mereka terhubung secara langsung ke otak
penciuman (olfaktori) terjadi karena adanya molekul–molekul yang menguap
dan masuk kesaluran hidung dan mengenal olfactory membrane. Manusia
memiliki kira–kira 10.000 sel reseptor berbentuk rambut. Bila molekul udara
masuk, maka sel–sel ini mengirimkan impuls saraf (Loncent, 1988). Pada
mekanisme terdapat gangguan atau kerusakan dari sel–sel olfaktorus
menyebabkan reseptor dapat mengirimkan impuls menuju susunan saraf pusat.
Ataupun terdapat kerusakan dari sarafnya sehingga tidak dapat
mendistribusikan impuls reseptor menuju efektor, ataupun terdapat kerusakan
dari saraf pusat di otak sehingga tidak dapat menterjemahkan informasi impuls
yang masuk.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. CT scan dan MRI dibutuhkan untuk menyingkirkan neoplasma pada
fossa kranii anterior yang tidak diduga sebelumnya, sinusitis
paranasolik dan neoplasma pada rongga hidung dan sinus paranasalis.
2. Laboratorium darah
F. Komplikasi
mereka tidak dapat mendeteksi bau gas berbahaya. Hidung mereka akan
menghirup racun yang melayang-layang di udara, hingga si racun bebas
menyusup ke paru-paru sehingga komplikasi yang muncul bisa menimbulkan
penyakit paru-paru, seperti infeksi bakteri, asma ataupun batuk dan pilek
Selebihnya, gara-gara tak mampu merasakan aroma, mereka juga tak dapat
menikmati makanan dan minuman yang mereka konsumsi.Akibatnya dapat
menyebabkan penderita kehilangan minat makan, menyebabkan
penurunan berat badan, gizi buruk atau bahkan depresi
G. Penatalaksanaan
1. Pengobatan yang dapat digunakan untuk memperbaiki kehilangan
sesuai penciuman antara lain antihistamin bila diindikasi penderita
alergi
2. Berhenti merokok dapat meningkatkan fungsi penciuman.
3. Koreksi operasi yang memblok fisik dan mencegah kelebihan dapat
digunakan dekongostan nasal.
4. Suplemen zink kadang direkomendasikan
5. Kerusakan neuro olfaktorius akibat infeksi virus prognosisnya buruk,
karena tidak dapat di obati.
6. Terapi vitamin A sebagian besar dalam bentuk vitamin
Pathway

Patologik laringektomi Toksisitas dari


Trauma pd hidung
(influenza, rhinitis) obat/bahan
dan kelainan kimia
kongenital pda
Sekresi mucus yang Aliran udara ke hidung
Iritasi sal. Nafas atas
berlebihan hidung ↓ dan bawah
Rusak/hilangnya
Obstruksi sal. nafas Berlangsung lama struktur saraf Berlangsung
hidung lama
dan terus-menerus

Perubahan sensivitas
pada bau
HIPOSMIA

Anosmia

Gangguan/kerusaka KehilanganLendir
Rinore
jatuh ke
n sel-sel olfaktorus kemampuan merasa
tenggorokan
Dx. Perubahan
persepsi Kegagalan reseptor Anoreksia Mengorok,
Obstruksi sal. nafas
sensori mengirim impuls ke kesulitan tidur
Dx. Gangguan
penciuman saraf pusat
pola tidur
Kebutuhan
Intake nutrisi istirahat
Dx. Bersihan
Dx. Defisit nutrisi
tidur berkurang
menurun Jalan Nafas
Otak tdk dapat
menerjemahkan Tidak Efektif
informasi yg masuk
ASUHAN KEPERAWATAN

H. Pengkajian
1.H.1 Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan dahulu
c. Riwayat kesehatan keluarga

2.1.2 Pengkajian Pola Gordon

1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

 Sebelum sakit:

- Bagaimana klien menjaga kesehatan?

- Bagaimana cara menjaga kesehatan?

 Saat sakit:

- Apakah klien tahu tentang penyakitnya?


- Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
- Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
- Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
- Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2. Nutrisi metabolik
 Sebelum sakit:
- Makan/minum; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?
- Apakah ada mengkonsumsi obat-obatan seperti vitamin?
 Saat sakit:
- Apakah klien merasa mual/muntah/sulit menelan?
- Apakah klien mengalami anoreksia?
- Makan/minum: frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?
3. Eliminasi
 Sebelum sakit:
- Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi,
warna, konsistensi, keluhan nyeri?
- Apakah mengejan saat buang air besar atau buang air kecil
sehingga berpengaruh pada pernapasan?
 Saat sakit:

- Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi,
waktu, warna, konsistensi, keluhan nyeri?

4. Aktivitas dan latihan

 Sebelum sakit:
- Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari?
- Apakah mengalami kelelahan saat aktivitas?
- Apakah mengalami sesak napas saat beraktivitas?
 Saat sakit:
- Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (pendidikan
kesehatan, sebagian, total)?
- Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)
5. Tidur dan istirahat
 Sebelum sakit:
- Apakah tidur klien terganggu?
- Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/atau malam ?
- Kebiasaan sebelum tidur?
 Saat sakit:
- Apakah tidur klien terganggu, penyebab?
- Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/ atau malam) ?
- Kebiasaan sebelum tidur
6. Kognitif dan persepsi sensori
 Sebelum sakit:
- Bagaimana menghindari rasa sakit?
- Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?
- Apakah menggunakan alat bantu (kacamata)?
 Saat sakit:
- Bagaimana menghindari rasa sakit?
- Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
- Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?
- Apakah merasa pusing?
7. Persepsi dan konsep diri
 Sebelum sakit:
- Bagaimana klien menggambarkan dirinya?
 Saat sakit:
- Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan
penyakitnya?
- Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya
8. Peran dan hubungan dengan sesama
 Sebelum sakit:
- Bagaimana hubungan klien dengan sesama?
 Saat sakit:
- Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat,
dan dokter)?
- Apakah peran/pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
9. Reproduksi dan seksualitas
 Sebelum sakit:
- Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
 Saat sakit:

- Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?

10. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres

 Sebelum sakit:

- Bagaimana menghadapi masalah?


- Apakah klien stres dengan penyakitnya?
- Bagaimana klien mengatasinya?
- Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
 Saat sakit:
- Bagaimana menghadapi masalah?
- Apakah klien stres dengan penyakitnya?
- Bagaimana klien mengatasinya?
- Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
11. Nilai dan kepercayaan
 Sebelum sakit:
- Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?
 Saat sakit:
- Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?
- Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan
ajaran Agama yang dianut?
- Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat
dari sudut pandang nilai dan kepercayaan?
1.H.2 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum:
 Tidak tampak sakit: mandiri, tidak terpasang alat medis
 Tampak sakit ringan: bed rest ,terpasang infus
 Tampak sakit sedang: bed rest, lemah, terpasang infus, alat
medis
 Tampak sakit berat: menggunakan oksigen, coma
a. Kesadaran:
b. Mata :Spontan(4), Atas permintaan(3), Rangsang nyeri(2),
Tidak bereaksi(1)
c. Verbal:Orientasi baik(5), Jawaban kacau(4), Kata-kata
sepatah(3), Merintis/mengerang(2), Tidak bersuara(1)
d. Motorik:Menurut perintah(6), Menghindar(4), Fleksi
abnormal(3), Ekstensi nyeri(2),Tidak bereaksi(1)
e. Kualitatif: compos mentis (conscious), apatis, delirium,
somnolen (letargi), stupor (sopor coma), coma
f. Tanda-tanda vital:
 Suhu:
 Nadi: cepat, tidak teratur, frekuensi, irama, volume
 Pernapasan: cepat, irama, jenis, frekuensi
 Tekanan darah:
 Saturasi:
g. Status gizi: tinggi badan, berat badan, berat badan normal,
berat badan ideal

2. Head to toe:
 Inspeksi
 Palpasi
 Perkusi
 Auskultasi

3. Pemeriksaan Penunjang
 CT SCAN
 MRI
 Lab. Darah

I. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi
makanan
1. Definisi
Asupan Nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik
2. Batasan Karakteristik
- Kurang minat pda makanan
- penurunan BB dengan asupan makan adekuat
a) Faktor Yang Berhubungan
ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi
makanan

Diagnosa 2 : Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer,


pertahanan sekunder tidak adekuat.
b) Definisi
Retan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik
yang dapat mengganggu kesehatan
c) Batasan Karakteristik
-
d) Faktor Yang Berhubungan
pertahanan tubuh primer, pertahanan sekunder tidak adekuat.

Diagnosa 3: Ganggua persepsi sensori berhubungan dengan hilangnya sensasi


penciuman.

e) Definisi
perubahan jumlah pola dari stimulus yang masuk, disertai
dengan respon yang berkurang, berlebihan, terdistorsi, atau
menganggu rangsangan tersebut.
f)Batasan Karakteristik
Hilangnya respon bau
g) Faktor Yang Berhubugan
hilangnya sensasi penciuman.
b. Perencanaan

Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi
makanan

a) Tujuan Dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24jam
Peningkatan BB sesuai dengan tujuan dan BB ideal sesuai
tinggi badan
b) Intervensi
 Timbang berat badan
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor intake makanan/minuman
 Anjurkan untuk bed rest
 Anjurkan makan sedikit dan sering
 Anjurkan klien untuk meningkatkan makanan yang
mengandung zat besi, Vitamin B12, tinggi protein, dan
Vitamin C
 Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis, waktu,
cara, indikasi

Diagnosa 2

Diagnosa 3: Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan hilangnya


sensasi penciuman.

 Tujuan Dan Kriteria hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengeluh
penciumannya terganggu dengan criteria hasil :
individu akan mendemonstrasikan penurunan gejala beban
sensori berlebih yang ditandai dengan penurunan persepsi
penciuman
 Intervensi
- Anjurkan klien untuk mengubah posisi secara sering,
- Rujuk ke perubahan proses pola berpikir yang berhubungan
dengan ketidakmampuan mengevaluasi realitas untuk
mengetahui intervensi tambahan
- Dengan meningkatkan stimulus sensori yang bervariasi hal ini
dapat membantu mencegah perubahan akibat kemunduran
sensori yang lain
- Dengan terlebih dahulu menjelaskan tentang stimulus sensori
yang akan dialami individu,
DAFTAR PUSTAKA

- Buku Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosis medis &


NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC
Edisi revisi jilid 2 tahun 2013.
- Buku Nanda international diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi
2012-2014
- NANDA. 2015-2017. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi
- Huriyati E dan Nelvia T. 2013. Gangguan Fungsi Penghidu dan
Pemeriksaanya.
- Gangguan fungsi penghidu dan pemeriksaannyaEffy huriyati, Bestari Jaka
Budiman, Tuti nelviaFakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang/RSUP Dr. M. Djamil Padang

Anda mungkin juga menyukai