“ANOSMIA”
OLEH : Mahmiatussariroh
B. Etiologi
Defek konduktif
a. Proses inflamasi / peradangan dapat mengakibatkan gangguan
pembauan.
b. Adanya massa / tumor dapat menyumbat rongga hidung
sehinga menghalangi aliran adorant / ke epitel olfaktorius.
c. Abnormalitas development (misalnya ensefalokel, kista
dermoid) juga dapat menyebabkan obstruksi.
d. Pasien pasca laringektomi atau trakheotomi dapat menderita
hisposmia karena berkurang atau tidak adanya aliran udara
yang melalui hidung.
C. Tanda Gejala
1. Berkurangnya kemampuan dan bahkan sampai tidak bisa mendeteksi
bau.
2. Gangguan pembau yang timbul bisa bersifat total / tidak bisa
mendeteksi seluruh bau.
3. Dapat bersifat parsial / hanya sejumlah bau yang dapat dideteksi.
4. Dapat juga bersifat spesifik (hanya satu / sejumlah kecil yang dapat
dideteksi)
5. Kehilangan kemampuan merasa / mendeteksi rasa dalam makanan
yang di makan.
6. Berkurangnya nafsu makan.
D. Patofisiologi
Indra penciuman dan pengecapan tergolong ke dalam system
penginderaan kimia(chemosensation). Proses yang kompleks dari mencium
dan mengecap di mulai ketika molekul–molekul dilepaskan oleh substansi di
sekitar kita yang menstimulasi sel syaraf khusus dihidung, mulut atau
tenggorokan. Sel–sel ini menyalurkan pesan ke otak, dimana bau dan rasa
khusus di identifikasi. Sel – sel olfaktori (saraf penciuman) di stimulasi oleh
bau busuk di sekitar kita. Contoh aroma dari mawar adonan pada roti. Sel–sel
saraf ini ditemukan di sebuah tambahan kecil dari jaringan terletak diatas
hidung bagian dalam, dan mereka terhubung secara langsung ke otak
penciuman (olfaktori) terjadi karena adanya molekul–molekul yang menguap
dan masuk kesaluran hidung dan mengenal olfactory membrane. Manusia
memiliki kira–kira 10.000 sel reseptor berbentuk rambut. Bila molekul udara
masuk, maka sel–sel ini mengirimkan impuls saraf (Loncent, 1988). Pada
mekanisme terdapat gangguan atau kerusakan dari sel–sel olfaktorus
menyebabkan reseptor dapat mengirimkan impuls menuju susunan saraf pusat.
Ataupun terdapat kerusakan dari sarafnya sehingga tidak dapat
mendistribusikan impuls reseptor menuju efektor, ataupun terdapat kerusakan
dari saraf pusat di otak sehingga tidak dapat menterjemahkan informasi impuls
yang masuk.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. CT scan dan MRI dibutuhkan untuk menyingkirkan neoplasma pada
fossa kranii anterior yang tidak diduga sebelumnya, sinusitis
paranasolik dan neoplasma pada rongga hidung dan sinus paranasalis.
2. Laboratorium darah
F. Komplikasi
mereka tidak dapat mendeteksi bau gas berbahaya. Hidung mereka akan
menghirup racun yang melayang-layang di udara, hingga si racun bebas
menyusup ke paru-paru sehingga komplikasi yang muncul bisa menimbulkan
penyakit paru-paru, seperti infeksi bakteri, asma ataupun batuk dan pilek
Selebihnya, gara-gara tak mampu merasakan aroma, mereka juga tak dapat
menikmati makanan dan minuman yang mereka konsumsi.Akibatnya dapat
menyebabkan penderita kehilangan minat makan, menyebabkan
penurunan berat badan, gizi buruk atau bahkan depresi
G. Penatalaksanaan
1. Pengobatan yang dapat digunakan untuk memperbaiki kehilangan
sesuai penciuman antara lain antihistamin bila diindikasi penderita
alergi
2. Berhenti merokok dapat meningkatkan fungsi penciuman.
3. Koreksi operasi yang memblok fisik dan mencegah kelebihan dapat
digunakan dekongostan nasal.
4. Suplemen zink kadang direkomendasikan
5. Kerusakan neuro olfaktorius akibat infeksi virus prognosisnya buruk,
karena tidak dapat di obati.
6. Terapi vitamin A sebagian besar dalam bentuk vitamin
Pathway
Perubahan sensivitas
pada bau
HIPOSMIA
Anosmia
Gangguan/kerusaka KehilanganLendir
Rinore
jatuh ke
n sel-sel olfaktorus kemampuan merasa
tenggorokan
Dx. Perubahan
persepsi Kegagalan reseptor Anoreksia Mengorok,
Obstruksi sal. nafas
sensori mengirim impuls ke kesulitan tidur
Dx. Gangguan
penciuman saraf pusat
pola tidur
Kebutuhan
Intake nutrisi istirahat
Dx. Bersihan
Dx. Defisit nutrisi
tidur berkurang
menurun Jalan Nafas
Otak tdk dapat
menerjemahkan Tidak Efektif
informasi yg masuk
ASUHAN KEPERAWATAN
H. Pengkajian
1.H.1 Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan dahulu
c. Riwayat kesehatan keluarga
Sebelum sakit:
Saat sakit:
- Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi,
waktu, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
Sebelum sakit:
- Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari?
- Apakah mengalami kelelahan saat aktivitas?
- Apakah mengalami sesak napas saat beraktivitas?
Saat sakit:
- Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (pendidikan
kesehatan, sebagian, total)?
- Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)
5. Tidur dan istirahat
Sebelum sakit:
- Apakah tidur klien terganggu?
- Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/atau malam ?
- Kebiasaan sebelum tidur?
Saat sakit:
- Apakah tidur klien terganggu, penyebab?
- Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/ atau malam) ?
- Kebiasaan sebelum tidur
6. Kognitif dan persepsi sensori
Sebelum sakit:
- Bagaimana menghindari rasa sakit?
- Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?
- Apakah menggunakan alat bantu (kacamata)?
Saat sakit:
- Bagaimana menghindari rasa sakit?
- Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
- Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?
- Apakah merasa pusing?
7. Persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit:
- Bagaimana klien menggambarkan dirinya?
Saat sakit:
- Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan
penyakitnya?
- Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya
8. Peran dan hubungan dengan sesama
Sebelum sakit:
- Bagaimana hubungan klien dengan sesama?
Saat sakit:
- Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat,
dan dokter)?
- Apakah peran/pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
9. Reproduksi dan seksualitas
Sebelum sakit:
- Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
Saat sakit:
Sebelum sakit:
2. Head to toe:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
3. Pemeriksaan Penunjang
CT SCAN
MRI
Lab. Darah
e) Definisi
perubahan jumlah pola dari stimulus yang masuk, disertai
dengan respon yang berkurang, berlebihan, terdistorsi, atau
menganggu rangsangan tersebut.
f)Batasan Karakteristik
Hilangnya respon bau
g) Faktor Yang Berhubugan
hilangnya sensasi penciuman.
b. Perencanaan
Diagnosa 2