Anda di halaman 1dari 24

MODUL 3

“ PENGHIDU “

Tutor : dr. Asrini Safitri, M.kes, Sp.Gk

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
KELOMPOK 12
VIVI DEVIYANA 11020170019
AULIA PUTRI SALSABILA 11020170090
MUH. ARIEF WAHYU ADAMA 11020170126
MD. SELLY DWILESTARI PUTRI 11020170010
MUH. FATURRAHMAN 11020170109
NADILA RAUDHANI P 11020170108
FITRI ALFIAH ZAHRAH 11020170017
SANISKA AYU KARTINI 11020170114
YAYAN YUSTIKA S. 11020170122
MUH. ANUGRAH RAMADHAN 11020170118
SKENARIO 3

Seorang laki-laki 34 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan


penghidu berkurang sejak 1 minggu. Sebelumnya penderita
sering mengeluhkan napasnya berbau. Riwayat nyeri pada
pangkal hidung, sering sakit kepala disertai ingus kental kuning
kehijauan sejak 2 tahun lalu.
KATA SULIT
-

KATA KUNCI
 Laki-laki 34 tahun
 Penghidu berkurang sejak 1 minggu
 Sebelumnya sering mengeluhkan napasnya berbau
 Riwayat nyeri pangkal hidung, sering sakit kepala
 Disertai ingus kental kuning kehijauan sejak 2 tahun lalu
PERTANYAAN
1. Jelaskan anatomi, histologi, dan fisiologi serta inervasi dari
organ penghidu!
2. Jelaskan klasifikasi gangguan pengidu, serta penyebab
gangguan penghidu yang terjadi terkait dengan skenario!
3. Jelaskan patomekanisme penyebab napas berbau!
4. Jelaskan patomekanisme nyeri pangkal hidung dan sakit kepala!
5. Jelaskan patomekanisme penyebab ingus kental kuning
kehijauan!
6. Bagaimana langkah-langkah diagnosis sesuai dengan skenario?
7. Apa diagnosis banding terkait dengan skenario?
8. Bagaimana penatalaksanaan awal sesuai dengan skenario?
9. Bagaimana perspektif islam terkait dengan skenario?
JAWABAN
1. ANATOMI HIDUNG
HISTOLOGI HIDUNG
PERSARAFAN HIDUNG
FISIOLOGI HIDUNG

Fungsi respirasi

Fungsi penghidung

Fungsi fonetik

Refleks nasal

Referensi : Kurniawan puji. 2014. Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Dan Leher. Fakultas kedokteran.
Universitas Airlangga.
2. Jelaskan klasifikasi gangguan pengidu, serta penyebab
gangguan penghidu yang terjadi terkait dengan skenario!
 Anosmia yaitu hilangnya kemampuan menghidu.
 Agnosia yaitu tidak bisa menghidu satu macam odoran.
 Parsial anosmia yaitu ketidak mampuan menghidu beberapa odoran tertentu.
 Hiposmia yaitu penurunan kemampuan menghidu baik berupa sensitifitas
ataupun kualitas penghidu.
 Disosmia yaitu persepsi bau yang salah, termasuk parosmia dan
phantosmia.
 Presbiosmia yaitu gangguan penghidu karena umur tua.
Penyebab Gangguan Penghidu
Gangguan sensoris
disebabkan kerusakan
langsung pada
neuroepitelium olfaktorius,
misalnya pada infeksi saluran
nafas atas, atau polusi udara
toksik.
Gangguan konduktif Gangguan neural atau
disebabkan gangguan saraf disebabkan
kerusakan pada bulbus
transpor odoran atau olfaktorius dan jalur sentral
pengurangan odoran yang olfaktorius, misalnya pada
sampai ke neuroepitel penyakit neurodegeneratif,
olfaktorius. atau tumor intrakranial

Gangguan
penghidu

Referensi : Huriyati, E., & Nelvia, T. (2014). Gangguan Fungsi Penghidu dan Pemeriksaannya. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(1).
3. Jelaskan patomekanisme penyebab napas berbau!

Referensi : Ariwansa, D. Halitosis. 2015. Repository Universitas Hasanuddin Makassar.


//repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/13008/BAB%20II.pdf
4. Jelaskan patomekanisme nyeri pangkal hidung dan
sakit kepala !
Sakit Kepala

Referensi : Yulia Rachma Wijayanti & Cakradonya Dent J. Metode Mengatasi Bau Mulut. 2014
Nyeri Pangkal Hidung

Referensi : Berkowitz. A., 2013. Patofisiologi Klinik Disertaicontoh kasus klinik. Diterjemahkan
oleh Andry Hartono. Tangerang. Binarupa Aksara
5. Mekanisme ingus kental kuning kehijauan !
Infeksi menyebabkan Mukus yang
Adanya infeksi yang
inflamasi mukosa terperangkap akan
disebabkan oleh bakteri
sehingga aliran mukus mempermudah
& jamur
keluar dari sinus pertumbuhan bakteri

Kuning akibat staph. aureus


Hijau akibat inflamasi bakteri/jamur

Sel darah putih mati


Lendir diproduksi oleh maka mengeluarkan
sel darah putih pigmen berwarna hijau
disertai lendir

Referensi : Berkowitz, A. 2013. Patofisiologi Klinik Disertai Contoh Kasus Klinik. Hal. 108
6. Langkah-Langkah Diagnosis
Anamnesis
Identitas, keluhan dan penyerta (Gangguan sumbatan
hidung, sekret dihidung, bersin, rasa nyeri di daerah
muka dan kepala, perdarahan dari hidung, gangguan
penghidu), riwayat penyakit terdahulu, riwayat berobat,
riwayat penyakit dalam keluarga, dll.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi, Palpasi sinus, Rinoskopi anterior, dan
Rinoskopi posterior

Pemeriksaan Penunjang
Alkohol sniff test (AST), Nasoendoskopi, dan Radiologi
(X-ray sinus, CT-scan, dan MRI)

Referensi : Efiaty Arsyad, dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Edisi 7. Hal 126&136
Penuntun CSL FK UNHAS
Probst R. 2018. Basic Otorhinolaryngology Second Edition. Stuttgard : Thieme.
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Rinitis Atrofi Rinosinusitis Polip Nasal
Infeksi hidung kronik, yang ditandai oleh Penyakit inflamasi mukosa sinus Massa lunak yang mengandung
adanya atrofi progresif pada mukosa dan paranasal banyak cairan di dalam rongga
Definisi tulang konka. hidung, berwarna putih keabu-
abuan, yang terjadi akibat
inflamasi mukosa.
Infeksi klebsiella ozaenae, bacillus foetidus, Selesma (common cold) Inflamasi kronik, disfungsi saraf
proteus mirabilis, escherichia coli, ISPA otonom serta predisposisi
staphylococcus aureus Rhinitis berulang genetik.
Etiologi Defisiensi nutrisi (vitamin A dan zat besi) Kelainan struktur anatomi
Endokrin (estrogen) Herediter (Deviasi septum dan hipertofi
konka)
Kebiasaan merokok
Defisiensi surfaktan penyebab utama Kuman masuk saluran napas  Prolaps submukosa yang diikuti
menurunnya resistensi hidung terhadap Mucocilliary clearance  oleh reepitelisasi dan
infeksi menyebabkan pengurangan efisiensi Produksi berlebih  Memicu pemberntukan kelenjar baru.
mucus clearance dan mempunyai pengaruh edema  KOM merapat  Silia Juga terjadi peningkatan
kurang baik terhadap frekuensi gerakan tidak bergerak  Ostium penyerapan natrium Oleh
silia akan menyebabkan bertumpuknya tersumbat  Bakteri permukaan sel epitel yang
Patogenesis cairan dan diperberat dengan keringnya bermultiplikasi  Sinusitis berakibat retensi air sehingga
mukosa hidung dan hilangnya silia. Mukus terbentuk polip.
akan mengering bersamaan dengan
terkelupasnya sel epitel, membentuk krusta
yang merupakan medium yang sangat baik
untuk pertumbuhan kuman.
Napas berbau, sakit kepala, hidung Hidung tersumbat, Nyeri tekan pada Hidung tersumbat, rinore,
berbau busuk, ingus/sekret kental muka, Ingus purulent, Post nasal drip, gangguan penghidu, bersin, nyer
berwarna kehijauan, ada kerak (krusta) Demam, Sakit kepala, hidung, sakit kepala, suara
Gejala Klinis
hijau, gangguan penghidu (hiposmia atau Hiposmia/anosmia, Halitosis. sengau, halitosis, dan gangguan
anosmia), obstruksi hidung (tersumbat). tidur.

Antibiotika berspektrum luas seperti Antibiotik (penisilin) dan dekongestan  Pemberian kortikosteroid, dapat
rifampisin dan ciprofloksasin serta sinusitis akut bacterial diberi topikal atau sistemik, dan
pemberian suplemen, obat cuci hidung, Dapat juga diberikan analgetik, pembedahan (polipektomi,bedah
tindakan operatif (Bedah sinus mukolitik, steroid oral/topikal, pencucian sinus endoskopi fungsional)
endoskopi fungsional/BSEF). rongga hidung dengan NaCl
Penatalaksanaan
Tindakan operasi yaitu bedah sinus
endoskopi fungsional (BSEF/FESS)
untuk sinusitis kronik. Indikasi berupa
sinusitis kronik yang tidak membaik
setelah terapi adekuat.
Menjaga kebersihan diri, mengatasi Menjaga keberishan dengan mencuci Menkonsumsi obat alergi sesuai
masalah kelembapan, ventilasi yang tangan rutin, membersihkan permukaan petunjuk dokter, menjaga
Pencegahan baik, menjaga sanitasi lingkungan alat rumah tangga secara rutin. kebersihan dan mencuci tangan
dengan baik. rutin, menghindari faktor resiko.
Rinosinusitis, faringitis dan laringitis Kelainan orbita, Kelainan intra-kranial, Gangguan tidur (sleep apnea),
atrofi, dakriosistitis kronik, deformitas Kelainan paru. asma memburuk, infeksi sinus.
Komplikasi hidung, perforasi septum, miasis hidung
dan perluasan infeksi lokal maupun
sistemik.
Prognosis pada pasien cenderung baik Prognosis dari sinusitis jika dilakukan Polip dapat meningkatkan
selama penanganan dini dilakukan pencegahan dan pengobatan dini yang morbiditas karena menurunkan
Prognosis secara tepat dan tidak terjadi komplikasi tepat maka akan mendapatkan hasil kualitas hidup penderita akibat
dan penyakit komorbid yang berat. yang baik. gejala yang diderita.
8. Penatalaksanaan Awal
Pengobatan ditujukan mengatasi etiologic dan
menghilangkan gejala. Pengobatan dapat bersifat
konservatif, atau jika tidak dapat membaik dilakukan
pembedahan.

 Pengobatan konservatif diberikan antibiotika


berspektrum luas seperti rifampisin dan ciprofloksasin
serta pemberian suplemen. atau sesuai dengan uji
resistensi kuman, dengan dosis yang adekuat.
 obat cuci hidung. Larutan yang dapat digunakan
adalah larutan garam hipertonik/Nacl.
 Pembedahan/tindakan operatif seperti bedah sinus
endoskopik fungsional (BSEF).
Referensi : Retno S. Wardani dan Endang Mangukusumo. Buku ajar ilmu kesehatan ; Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. 2018. Badan penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi 7. Halaman 117-118
9. PERSPEKTIF ISLAM
 Surah Al-Ma’idah Ayat 45

Artinya: Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (Taurat), bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata
dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka (pun) ada gishasnya.
Barangsiapa yang melepaskan (hak qishas)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya.
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang
yang dhalim.” (QS. al-Maa-idah: 45)
Hadits

Artinya : “ Jika salah seorang di antara kalian bersin, hendaklah ia


mengucapkan “Alhamdulillah”, jika ia mengatakannya maka hendaklah
saudaranya atau temannya membalas “yarhamukallah” (semoga Allah
merahmatimu). Dan jika temannya berkata “yarhamukallah, maka
ucapkanlah “yahdikumullah wa yushlihu baalakum (semoga Allah
memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).” (Hadits shahih
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no. 6224 dari Abu Hurairah
Radhiyallahu’anhu)
REFERENSI
 Kurniawan puji. 2014. Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Dan Leher. Fakultas kedokteran.
Universitas Airlangga.
 Huriyati, E., & Nelvia, T. (2014). Gangguan Fungsi Penghidu dan Pemeriksaannya. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(1).
 Ariwansa, D. Halitosis. 2015. Repository Universitas Hasanuddin Makassar.
//repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/13008/BAB%20II.pdf
 Yulia Rachma Wijayanti & Cakradonya Dent J. Metode Mengatasi Bau Mulut. 2014
 Berkowitz. A., 2013. Patofisiologi Klinik Disertaicontoh kasus klinik. Diterjemahkan oleh Andry Hartono. Tangerang.
Binarupa Aksara
 Retno S. Wardani dan Endang Mangukusumo. Buku ajar ilmu kesehatan ; Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.
2018. Badan penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi 7. Halaman 117-118.
 Ballenger JJ and Snow JB. Atrophic Rhinitis Dalam: Ballenger JJ and Snow JB. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head &
Neck Surgery 16th Ed. Hamilton:BC Decker inc; 2003 h: 750-751.
 Lusina Hayati, Dwi Reno Pawarti. 2009. Tiga Kasus Rinitis Atrofi Primer (Ozaena) Dalam Satu Keluarga. Dep/SMF
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
 Arsyad, Efiaty dan Nurbaiti Iskandar, dkk. Buku ajar ilmu kesehatan ; Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. 2018. Badan penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi 7. Halaman 127-130.
 Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. 2017. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Edisi 7. Hal 101-103.
Alhamdulillahirabbil’alamin

SYUKRON

Anda mungkin juga menyukai