Anamnesis
Pencegahan
SESAK
NAFAS Pem.fisik
DD Tanda vital
WD
Prognosis
Komplikasi Pem.penunjang Pencegahan
Penatalaksaan
Epidemiologi
- Pem. Fungsi paru
- Pem. Laboratorium
- Tes provokasi
bronkus
- Pem. Radiologi
Dyspnea
Didefinisikan sebagai pernapasan yang abnormal atau kurang nyaman
dibandingkan dengan keadaan normal seseorang sesuai dengan tingat
kebugarannya. Dyspnea merupakan gejala yang umumnya di temui dan
dapat disebabkan oleh berbagai kondisi dan etiologi. Organ yang paling
sering berkontribusi dalam dyspnea adalah jantung dan paru.
Mekanisme Sesak
Napas RESPIRATORY CENTERS
CHEMOMORECEPTOR
METABORECEPTOR
RESPIRATORY
MUSCLE
DYSPNEA INTENSITY
Sumber : Harrison chapter 33 , halaman AND QUALITY
277.Dyspnea.
ORTHOPNEA
ACUTE
RESTING
PULMONARY
DYSPNEA
DYSPNEA
JENIS
DYSPNEA
DYSPNEA TALKING
NEOROGENIK DYSPNEA
DYSPNEA ON
EXERTION
Tingkat Derajat Kriteria
Kebutuhan
Penyakit
oksigen
neuromuskular
meningkat
Dapat dibagi
sebagai berikut
Tingka Tingka
t5 t2
Klasifikas
i dyspnea
Tingka Tingka
t4 t3
Refleks Batuk
5 komponen
utama
PALPASI
Pemeriksaan
Fisik
SISTEM RESPIRASI PERKUSI
AUSKULTASI
1. PPOK
2. Asma Bronkiale
3. Tuberculosis Paru
4. Bronkitis
5. Tumor Paru
6. Pneumonia
7. Bronkiektasis
8. Pneumoniathorax
9. Emfisema
10. Fibrotik
Tanda & Gejala dari Diagnosis Banding dengan Sesak Napas
pada Skenario
ASMA TUBERCULOSI
PPOK BRONKIALE S PARU
BRONKITIS
• Batuk berdahak,
• Batuk – batuk kronis
mengi, dan sesak di • Batuk kadang • Batuk kering namun
disertai dahak
dada semakin parah disertai dahak (dapat terkadang penderita
• Sesak napas
dan sering ditemukan darah) batuk berdahak
(biasanya terjadi pada
• Sulit berbicara, makan, • Sesak napas • Sesak napas
pasien berusia 60
atau tidur akibat sulit • Lebih dari 3 minggu • Demam & menggigil
tahun keatas)
bernapas • Berat badan menurun lebih dari 3 hari
• Sputum semakin
• Riwayat munculnya • Demam • Didapatkan suara
bertambah banyak
gejala setelah terpapar • Konjungtiva anemis mengi
• Perokok aktif / pasif
alergen atau terkena • Auskultasi suara • Perokok aktif / pasif
• Suara napas melemah
udara dingin atau napas bronkial • Menderita penyakit
• Dapat ditemukan
setelah olahraga • Suara napas jadi infeksi saluran
suara napas rhonki
• Riwayat asma pada vesikuler melemah pernapasan atas salah
dan wheezing
keluarga (genetik) • Perokok aktif / pasif satunya adalah flu
• Perokok aktif / pasif
TANDA & GEJALA PPOK Asma Bronkiale TB Paru Bronkitis
Sesak napas
Batuk berdahak
Riwayat merokok
Riwayat asma - -
dalam keluarga
Suara napas
vesikuler
melemah
Suara napas - -
tambahan rhonki
Penatalaksanaan Di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Panduan Praktis Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia. 2016
PROGNOSIS SESUAI DD
PROGNOSIS
Pasien berumur <50 Pasien berumur <50 Pasien berumur >50
tahun dengan keluhan tahun dengan keluhan tahun dengan keluhan
sesak ringan, maka 5 sesak sedang, maka 5 sesak ringan, maka 5
PPOK tahun kemudian akan tahun kemudian 42% tahun kemudian 50%
terlihat ada perbaikan. akan sesak lebih berat akan lebih berat atau
atau meninggal. meninggal.
Jika terapi yang diberikan dilakukan secara teratur, maka prognosis dari
ASMA penyakit ini adalah bonam (membaik) dan bila terapi yang diberikan tidak
dilakukan secara teratur, maka prognosis dari penyakit ini adalah malam
BRONKIAL
(memburuk).
Prognosis pada penyakit TB (Tuberkulosis) tergantung pada diagnosis dini
TB PARU dan pengobatan, jika penyakit ini di diagnosis sedini mungkin dan dilakukan
pengobatan dengan cepat maka prognosis bonam (membaik).
PPOK
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :
1. Edukasi
2. Obat – obatan : bronkodilator, antiinflamasi, antibiotik, antioksidan, mukolitik
3. Terapi oksigen
Indikasi
Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%
Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal, perubahan P pullmonal, Ht >55% dan
tanda - tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru lain.
4. Ventilasi mekanik: Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut,
gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan napas kronik.
5. Nutrisi
Malnutrisi dapat dievaluasi dengan :Penurunan berat badan,Kadar albumin darah Antropometri, Pengukuran
kekuatan otot (MVV, tekanan diafragma, kekuatan otot pipi),Hasil metabolisme (hiperkapni dan hipoksia).
6. Rehabilitasi :Penderita yang dimasukkan ke dalam program rehabilitasi adalah mereka yang telah
mendapatkan pengobatan optimal yang disertai :
• Simptom pernapasan berat
• Beberapa kali masuk ruang gawat darurat
• Kualiti hidup yang menurun
Derajat Karakteristik Rekomendasi pengobatan
• Edukasi
• Menilai dan monitor berat asma secara berkala
• Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
• Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
• Menetapkan pengobatan pada serangan akut
• Kontrol secara teratur
• Pola hidup sehat
Tujuan penatalaksanaan asma:
• RS: Rifampicin
15-18 15 15 1000 Sesuai 750 1000
• H : Isoniazid BB
• E : Ethambutanol
• S : Streptomisin
• Z : Pirazinamid
Fase Intensif (2 Bulan) Fase Lanjtan (4 Bulan)
Pendekatan
Asuhan gizi
DOTS
Bronkhitis Akut
medikamentosa
• Woolcock AJ, Konthen PG. Lung function and asthma in Balinese and Australian children. Joint International Congress, 2 nd Asian Pacific of
Respirology and 5th Indonesia Association of Pulmonologists. Bali July 1- 4 1990.p.72 (abstract).
• Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna
Publishing; 2009.
• Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan Media Aesculapius FKUI
• Chris tanto, et al., (2014), Kapita Selekta Kedokteran. Ed IV. Jakarta : Media Aeskulapius.
• Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2013). Buku Ajar Respirologi anak, cetakan keempat. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia
• Gunawan, gan sulistia. Farmakologi dan terapi edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.2007
Mekanisme Asma Bronkial
1. Bronkokonstriksi 4. Hiperesponsif Saluran Nafas
Pada asma eksaserbasi bronkospame akut yang Mekanisme hiperesponsif saluran nafas bersifat
menyebabkan penyempitan saluran nafas sebagai multiple termasuk inflamasi, disfungsi
respon terhadap stimuli seperti allergen atau iritan. neuroregulasi dan perubahan structural.
Sumber : Jeremy P.T Ward, Jane Ward, Richard M. Leach, Charles M. Wiener. 2006. “At A Glance Sistem Respirasi”. P.T Gelora Aksara Pratama. Jakarta
Buku ajar Ilmu Penyakit Paru. 2010. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo
Mekanisme Asma Bronkial
Pemeriksaan Spirometer
Fungsi Paru
Sumber : Jeremy P.T Ward, Jane Ward, Richard M. Leach, Charles M. Wiener. 2006. “At A Glance Sistem Respirasi”. P.T Gelora Aksara Pratama. Jakarta
Buku ajar Ilmu Penyakit Paru. 2010. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo
Mekanisme Bronkitis
Kronik
1. Terinfeksi oleh allergen seperti debu
2. Terjadi peningkatan jumlah mukus
Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan darah rutin
2. Fungsi Paru : Menggunakan alat spirometer
3. Foto Toraks
Sumber : Djojodibroto Darmanto. 2009. “Respirologi (Respiratory Medicine)”.Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Mekanisme TB Paru
Sumber : Jeremy P.T Ward, Jane Ward, Richard M. Leach, Charles M. Wiener. 2006. “At A Glance Sistem Respirasi”. P.T Gelora Aksara Pratama. Jakarta
Pemeriksaan Penunjang TB Paru
Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan darah rutin
2. Pemeriksaan Laboratorium
Basil tahan asam dapat dideteksi pada sputum atau bilasan paru yang menggunakan pewarnaan Siehl-Neelsen
atau Kinyoun Gabbet. Interpretasi pembacaan didasarkan skala IUATLD atau bronkhorst. Hasilnya positif bila
3. Foto Toraks :
Sumber : Jeremy P.T Ward, Jane Ward, Richard M. Leach, Charles M. Wiener. 2006. “At A Glance Sistem Respirasi”. P.T Gelora Aksara Pratama. Jakarta
Buku ajar Ilmu Penyakit Paru. 2010. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo
Mekanisme PPOK ( Penyakit Paru Obstruksi Kronik )
Sumber : Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan Fungsi Paru
2. Pemeriksaan Laboratorium / Darah
3. Radiologi
Sumber : Jeremy P.T Ward, Jane Ward, Richard M. Leach, Charles M. Wiener. 2006. “At A Glance Sistem Respirasi”. P.T Gelora Aksara Pratama. Jakarta
Buku ajar Ilmu Penyakit Paru. 2010. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo
Pemeriksaan Fisis
Tb Paru
konjungtiva mata atau kulit yang pucat Pada fibrosis luas:
karena anemia • meningkatkan tekanan arteri pulmonalis
suhu demam (subfebris) (hipertensi pulmonal) diikuti terjadinya kor
badan kurus atau berat badan menurun pulmonal
• takipnea
perkusi yang redup • takikardia
ronki basah, kasar, dan nyaring. • sianosis lift
suara napas vesikular melemah • tekanan vena jugularis yang meningkat
• hepatomegali
• asites
Jika terdapat kavitas besar : • edema
perkusi hipersonor atau timpani
auskultasi suara napas bronkial keras dan Jika tuberculosis mengenai pleura :
• auskultasi memberikan suara napas yang
bernada tinggi lemah sampai tidak terdengar sama sekali.
Asma
suara wheezing
penggunaan otot tambahan
perkusi hipersonor.
Akut berat :
frekwensi pernapasan Respiratory Rate (RR) > 30X/ menit
takikardi > 120 x/menit atau pulsus paradoxus
frekwensi jantungnya berkisar antara 90-120 X/menit.
Sangat berat :
akan duduk tegak
adanya penggunaan otot-otot tambahan untuk membantu bernapas
adanya retraksi otot sternokleidomastoideus dan supra sternal
PPOK
peningkatan suhu tubuh
peningkatan denyut nadi
gangguan status mental pasien
terdapat otot tambahan saat bernafas
retraksi
vocal fremitus berkurang
bunyi napas kemungkinan berkurang
perkusi hipersonor
suara ronkhi.
Bronkitis
Pemeriksaan fisik tidak sensitive untuk bronkitis tetapi beberapa pemeriksaan fisik yang
didapatkan adalah :
Pertambahan penggunaan otot saat bernafas
bunyi ronchi
takipnea
referensi :
1. Bahar Asril & Amin Zulkifli, Ilmu Penyakit Dalam, 2014, hal.863
2. S. Bickley Lynn, BATES, 11 edition, 2013
3. Djojodibroto R. Darmanto, Respirollogi, 2009
Epidemiologi PPOK
Di Amerika kasus kunjungan pasien PPOK di instalasi gawat darurat mencapai angka 1,5
juta, 726.000 memerlukan perawatan di rumah sakit dan 119.000 meninggal selama tahun
2000.
Sebagai penyebab kematian, PPOK menduduki peringkat ke empat setelah
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020
referensi :
Bahar Asril & Amin Zulkifli, Ilmu Penyakit Dalam, 2014, hal.863
Komplikasi penyakit ASMA
1. Pneumothoraks 4. Aspergilosis
3. Atelektasis 6. Bronkhitis
Sumber: PDPI. Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Di Indonesia, 2006. Available URL:
http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
Faktor Resiko
PPOK ASMA BRONKIALE
- Faktor Genetik
- Hiperaktifitas Bronkus Saluran nafas
- Kebiasaan merokok
- Jenis kelamin
- Polusi udara
- Ras
- Hipereaktiviti bronkus
- Obat obatan
- Riwayat infeksi saluran napas bawah
- Bahan yang mengiritasi
berulang
- Emosi berlebih
- Defisiensi antitripsin alfa - 1
- Asap rokok
- Polusi udara
- Perubahan cuaca
Sumber: PDPI. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2003.
Faktor Resiko
TUBERKULOSIS BRONKITIS
PPOK Tuberkulosis
1. PDPI. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2003.
2. PDPI. Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Di Indonesia, 2006. Available URL: http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Umur 1. Alergi
2. Jenis Kelamin 2. perubahan cuaca
3. populasi udara
3. Genetik
4. infeksi saluran nafas atas kronik
4. Atopi
5. Etnis
6. Pekerjaan
1. S.J Bourke., 2003, Respiratory Medicine, sixth edition, hal 18, Blackwell Publishing Ltd.
2. Psamsuridjal, Kamen G. Baratawidjaya., 1994, Pedoman Penatalaksanaan Asma Bronkial, hal 21, PERALMUNI
Cara kerja spirometri
Cara kerja tes spirometri dengan alat spirometer :
• Terlebih dahulu memasukkan input data pasien seperti nama, usia, tempat
tanggal lahir, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan dan etnis ( asia dan
eropa ) ke dalam alat spirometer.
• Pasangkan modpis ( alat yang diganti setiap penggunaan ) pada alat
pengukur flow.
• Jepitkan hidung dengan penjepit.
• Masukkan alat modpis ke dalam mulut di gigit sehingga tidak terjadinya
kebocoran pada modpis.
• Melakukan cara pertama dengan 3 manuver yaitu, yang pertama tarik nafas
biasa buang, yang kedua tarik nafas biasa buang, yang terakhir tarik nafas
dalam lewatin mulut lalu di buang sampai udara habis di paru – paru hingga
terasa tidak bisa nafas dan tidak boleh berhenti sama setiap manuver.
Lakukan sebanyak 3 kali pemeriksaan manuver.
• Melakukan cara kedua dengan 3 manuver yaitu, yang pertama tarik nafas
biasa buang, yang kedua tarik nafas biasa buang, yang terakhir tarik nafas
dalam dengan cepat lalu di buang dengan cepat tanpa jeda dan tidak boleh
berhenti sama setiap manuver. Lakukan sebanyak 3 kali pemeriksaan
manuver.
• Cetak hasil pemeriksaan dengan alat print spirometri
Manuver Spirometri
Manuver
Manuver KV Manuver KVP Manuver VEP1 Manuver APE
MVV
Interpretasi hasil pemeriksaan spirometri